• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDONGENG SISWA KELAS VIIG SMP N 2 SAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDONGENG SISWA KELAS VIIG SMP N 2 SAWAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENDONGENG

SISWA KELAS VIIG SMP N 2 SAWAN

Kadek Lisna Dewi Saraswati, Gede Gunatama, I Made Sutama,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{

lisnadewi882@gmail.com

, gedegunatama22@gmail.com,

imadesutamaubd@gmail.com

}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengetahui (1) langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa kelas VIIG SMPN 2 SAWAN, dan (2) hasil belajar mendongeng menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya pada kelas VIIG SMPN 2 SAWAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIG SMPN 2 SAWAN dan objek yang dikaji adalah penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendongeng. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes. Data dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan dua hal berikut, (1) Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam mendongeng adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen, setiap kelompok menentukan satu tema bebas untuk dilatihkan, perwakilan kelompok mempresentasikan pekerjaannya, siswa kembali ke bangku masing-masinguntuk menerima tes. (2) Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya terbukti dapat meningkat. Skor rata-rata siswa pratindakan adalah 73,6. Pada siklus I, skor meningkat menjadi 75,3, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 77,32. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar model pembelajaran ini dapat diterapkan oleh guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran, Tutor Sebaya, Meningkatkan, Mendongeng

Abstract

This classroom action research was aimed at finding out (1) the steps of the implementation of Peer-Tutor learning model in improving the ability of the students of class VIIG of SMPN 2 Sawan in telling fairytales. The subjects of this research were the students of class VIIG of SMPN 2 Sawan and the object being examined was the implementation of Peer-Tutor learning model to improve the students’ ability in telling fairytales. The methods of data collection applied were observation and test methods. The data were analysed by applying the qualitative and quantitative data analysis tecniques. The findings of the analysis showed that, (1) the steps conducted in implementing the Peer-Tutor learning model were students were divided into several heterogeneous groups, every group determined one free theme to be exercised, the representatives of each group presented their works, students were back at their desks to do tests, (2) It is proven that the results of the students’ study increased. The average score of the students before the implementation of the method was 73.6. In Cycle I, the score increased to 75.3 and increased again in cycle II to 77.32. Therefore, the researcher suggested that the learning model could be implemented by Indonesian language teachers in improving students’ ability in telling fairytales.

(2)

PENDAHULUAN

Keterampilan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dibagi menjadi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan dan

saling mendukung dalam

penyelenggaraan belajar-mengajar di kelas. Keterampilan menyimak digunakan dalam menangkap dan mengumpulkan informasi serta gagasan dari siswa. Keterampilan berbicara digunakan dalam menyampaikan materi, memberi pertanyaan dalam mengelola kelas. Keterampilan membaca digunakan dalam memahami dan menangkap isi pesan secara tertulis sementara keterampilan menulis digunakan menyampaikan pesan secara tertulis, seperti menjelaskan materi secara tertulis ataupun dalam memberikan evaluasi (Balitbang, 2002: 65).

Dalam sosiologi ada disebut istilah gregariousness yang berarti naluri manusia yang selalu hidup bersama orang lain. Oleh karena it, manusia disebut mahluk social. Proses sosialisasi antar-manusia ini hanya dimungkinkan karena ada bahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi satu dengan yang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara dalam garis besarnya dikenal dua cara yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sasarannya. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti bunyi bel, bendera, warna, gambar, dan sebagainya. Wendra (2014: 2).

Tarigan (dalam Wendra, 2014:3) menyatakan bahwa, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Keterampilan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah mendongeng.

Dalam mendongeng siswa dilatih berbicara untuk dapat menuangkan kretivitas dan imajinasi yang kuat dalam bemain peran.

Mendongeng merupakan salah satu materi yang tercantum di silabus kelas VII. Oleh sebab itu siswa diwajibkan mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Pada pengajaran mendongeng, siswa diharapkan mampu menyampaikan gagasan yang inovatif berdasarkan penguatan berupa bukti-bukti dan fakta-fakta yang sulit dibantah. Kemampuan siswa kelas VII G SMP N 2 SAWAN dalam mendongeng dapat dikatakan kurang, terlihat dari hasil berbicara siswa yang masih di bawah KKM, yaitu dengan rata-rata 72, sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) yang ditetapkan adalah 75. Siswa yang berhasil mencapai KKM hanya 7 (30%) dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 24 orang. Hal itu disebabkan karena motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran mendongeng masih kurang. Siswa juga masih belum bisa untuk memainkan peran cerita dongeng. Selain itu, siswa masih kesulitan untuk bercerita dengan gestur tubuh dan mimik wajah yang sesuai dengan cerita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah dan penugasan. Hal tersebut tentu membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar, sehingga timbul permasalahan pada aspek berbicara, khususnya mendongeng. Metode ceramah dan penugasan akan membuat siswa menjadi cepat bosan. Untuk mengatasi hal tersebut, guru seharusnya mengubah model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar bercerita, khususnya mendongeng.

Model pembelajaran Tutor sebaya bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara khususnya mendongeng. Mendongeng

(3)

adalah salah satu metode yang sangat baik untuk meningkatkan kecerdasan anak. Read aloud atau membacakan cerit dengan suara lantang (terdengar), emosi yang juga disuarakan dan penekanan intonasi untuk hal-hal yang penting bagi anak, merupakan metode yang sangat dikuasi. Setiap anak pasti senang jika mendengarkan dongeng karena banyak hal yang menarik dari dongeng tersebut. Hal-hal yang menarik dari sebuah dongeng terletak pada perubahan nasib pelakunya, konflik yang terjadi dan amanat yang dapat diambil sebagai suatu nilai didik (Wees, 2016:01).

Tutor sebaya berarti siswa mengajar siswa lainnya atau yang berperan sebagai pengajar (tutor) adalah siswa. Model pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif yang didalamnya rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Tutor sebaya (peer teaching) ini memudahkan belajar, siswa berpartisipasi aktif, dan dapat memecahkan masalah bersama-sama, sehingga pemerataan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang diberikan dapat tercapai.

Menurut Arikunto (2002: 62) adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada anak-anak yang menerangkan kepada kawan-kawannya. Pelaksanaan ini disebut tutor sebaya karena mempunyai usia yang hampir sebaya. Anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya

lebih mudah dipahami, Selain itu, dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Penggunaan model pembelajaran Tutor Sebaya sebagai model pembelajaran mendongeng bisa menjadi alternatif bagi guru sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN. Model pembelajaran Tutor Sebaya dapat membuat siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN menjadi lebih aktif dan kreatif setelah saling berinteraksi antar teman. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, peneliti memilih topik mendongeng dengan model pembelajaran tutor sebaya pada siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN dengan harapan pembelajaran mendongeng dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan

dan mampu memecahkan

permasalahan dalam pembelajaran mendongeng.

Sebelum penelitian ini direncanakan, peneliti menemukan hasil penelitian lain terkait model pembelajaran. Penelitian pertama dilakukan oleh Nuryani pada tahun 2014 dengan judul” Peningkatan Prestasi Belajar Menulis melalui Tutor Sebaya pada siswa kelas III SDIT AROFAH BOYOLALI”. Hasil penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar menulis melalui Tutor Sebaya.

Penelitian kedua dilakukan oleh I Nyoman Tri Antara pada tahun 2010 dengan judul” Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X.I SMA Negeri 1 Sidemen”. Hasil penelitian ini adalah penerapan media tutor sebaya (Peer Teaching) dengan berbantuan media audio visual sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran.

(4)

Penelitian ketiga dilakukan oleh I Wayan Budi Setiawan pada tahun 2012 dengan judul” Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya (Peer Teachig) untuk meningkatkan pemahaman isi teks dongeng siswa kelas VIIA di SMPN 3 Sawan”. Hasil penelitian ini adalah peningkatan pemahaman isi teks dongeng melalui metode pembelajaran tutor sebaya.

Ketiga penelitian sejenis tersebut, persamaannya yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya. perbedaan ketiga penelitian sejenis tersebut terlihat pada subyek dan objek yang digunakan oleh masing-masing peneliti.

Berdasarkan uraian di atas, terdapat pemikiran peneliti untuk menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk melengkapi sisi lain penelitian-penelitian yang sudah ada. Maka dari itu, diangkatlah penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Mendongeng Siswa Kelas VIIG SMP N 2 Sawan”. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mendongeng, serta mampu mendidik siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnya.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 2 Sawan. Dipilihnya siswa kelas VIIG sebagai subjek penelitian karena siswa yang ada di kelas inilah yang mengalami masalah dalam kemampuan Mendongeng.

Objek penelitian ini adalah (1) penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa, (2)

kemampuan siswa dalam mendongeng. Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini meliputi, (1) metode

observasi dan, (2) metode tes. Metode observasi adalah metode penelitian dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Suandi, 2008: 39). Metode observasi, yang digunakan adalah metode observasi kolaboratif. Instrument yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi. Metode tes digunakan dengan menggunakan teknik tes esai dengan mengisi berupa lembar identitas. Tes merupakan instrumen untuk mengumpulkan data prestasi belajar peserta didik, baik melalui tes lisan, tertulis, maupun perbuatan (Mulyasa, 2009: 69).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitiatif. Teknik analisis data ini, meliputi dua analisis (1) Deskripstif kualitatif digunakan untuk menganalisis data mengenai langkah-langkah peembelajaran, dan (2) Data hasil penilaian kemampuan mendongeng, berupa nilai dari hasil tes individu, dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif.

Adapun pedoman penilaian penge skoran tes meliputi aspek (1). vokal (tekanan dinamika, nada, tempo, intonasi dan artikulasi), (2) Gesture , (3) Ekspresi, (4) Kesesuaian isi, dan (5) Penghayatan. Dengan katagori ketuntasan tes mendongeng siswa meliputi (1) Baik sekali, mulai dari 100- 85, (2) Baik, rentangan nilai mulai dari 84-73, (3) Cukup, rentangan nilai dari 72-60, (4) Kurang, rentangan nilai dari 40-59, (5) Gagal rentangan nilai dari 39-0 .

Secara klasikal pembelajaran dikatakan tuntas apabila 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut memperoleh nilai minimal 75, sehingga tindakan dapat dihentikan. Namun, apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 kurang dari 75%, maka tindakan perlu mendapat modifikasi, sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk dapat menetukan

(5)

ketuntasan individual digunakan rumus berikut ini.

𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢

=𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100

Untuk mengetahui presentase siswa yang sudah mencapai ketuntasan dalam belajar, dapat diketahui dengan rumus berikut ini. 𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑙

=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data awal yang didapat dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIIG, peneliti dapat menyimpulkan bahwa skor rata-rata kelas VIIG belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Nilai rata-rata siswa dalam mendongeng hanya mencapai 73.6 Ketuntasan baru dicapai oleh 7 (28%) siswa dan sisanya 18 (72%) siswa masih tergolong belum tuntas. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80, sedangkan nilai terendah yang dicapai oleh siswa adalah 70.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus menghasilkan data berupa hasil tes yang diberikan di akhir tindakan dan data hasil observasi terhadap penerapan model Tutor Sebaya untuk meningkatkan kemampuan mendongeng siswa. Data tersebut digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini meliputi (1) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya, dan (2) Hasil belajar siswa dalam mendongeng. (1) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya adalah sebagai berikut. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap kelompok

menentukan satu tema bebas untuk dilatihkan dalam mendongeng. Setelah hasil berlatih mendongeng tersebut dipresentasikan, siswa kembali ke bangku masing-masing. Terakhir, peneliti mengadakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan, pada siklus I kegiatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan model pembelajaran Tutor Sebaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati peningkatan hasil belajar siswa yang berupa tes. Namun, ada sedikit permasalahan, yakni siswa masih suka bermain-main dan bercanda dengan kelompok pada saat mengerjakan tugas kelompok. Selain itu, siswa juga masih kurang atau belum berani ketika guru meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang terkait dengan pembelajaran. Sementara, pada siklus II hasil observasi terhadap langlah-langkah di kelas sudah lebih baik daripada siklus I. Hal ini dapat dilihat dari keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa cukup bersemangat ketika kegiatan pembelajaran dilaksanakan, dan juga keributan pada kegiatan diskusi di siklus I sudah mulai berkurang di siklus II. Hal ini terlihat dari tertibnya siswa dalam kegiatan berdiskusi, sehingga mereka menjadi lebih berkonsentrasi dalam menentukan tema maupun berlatih mendongeng. Mereka juga melaksanakan kegiatan pembelajaran secara terstruktur sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang diarahkan oleh guru.

(2) Hasil belajar siswa dalam mendongeng sebelum diadakan tindakan adalah 73,6. Skor tersebut masih sangat jauh dari skor KKM yaitu 75. Selanjutnya, pada tindakan siklus siklus I skor rata-rata siswa meningkat menjadi 75,3. Dari 24 orang siswa yang mengikuti tes, siswa yang berkategori baik sebanyak 16 (67%) orang, siswa dengan kategori cukup sebanyak 8 (34%) orang, siswa dengan kategori

(6)

kurang sebanyak 0 (0%), dan siswa dengan kategori gagal 0 (0%) orang.

Pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat menjadi 77,32. Dari 25 orang siswa yang mengikuti tes, siswa yang berkategori baik sekali sebanyak 5 (20%) orang, siswa dengan kategori baik sebanyak 15 (60%) orang, siswa dengan kategori cukup sebanyak 5 (20%), dan siswa dengan kategori kurang 0 (0%) orang. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran ini sudah berhasil diterapkan, karena sudah melebihi 75%. Hasil tindakan tersebut, membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya pada mendongeng, sangat efektif untuk digunakan.

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, akan diuraikan mengenai temuan dan juga kaitannya denga teori model pembelajaran Tutor Sebaya. Pertama, terdapat beberapa langkah dalam penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya. Model pembelajaran yang diterapkan sudah mendapatkan modifikasi tetapi, tidak mengurangi langkah-langkah pembelajaran Tutor Sebaya. Para siswa tersebut diberikan tugas berkelompok untuk berlatih mendongeng dengan tema bebas. Hasil latihan tersebut akan dipresentasikan di depan kelas, dilanjutkan dengan tugas mendongeng dengan tema bebas tetapi dibuat secara individu. Kedua, pembelajaran dengan model pembelajaran Tutor Sebaya ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN. Efektifnya model pembelajaran ini, karena model pembelajaran yang diterapkan berbasis dengan kelompok-kelompok kecil, khususnya dapat digunakan pada kelas yang memiliki siswa dengan kemampuan sedang maupun heterogen. Peningkatan hasil belajar mendongeng siswa kelas VIIG pada proses pembelajarannya disebabkan oleh model pembelajaran Tutor Sebaya

yang sudah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang ada. Pada saat penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya dilakukan dikelas VIIG, peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk berlatih mendongeng dengan tema bebas.

Selanjutnya, peneliti mengadakan presentasi didepan kelas. Dengan memilih kelompok yang terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya Terakhir, peneliti megadakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Model pembelajaran yang sudah diterapkan diatas sudah mendapatkan modifikasi. Akan tetapi, tidak mengurangi dari langkah-langkah pembelajaran Tutor Sebaya. Sejalannya hal tersebut, menegaskan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Tutor Sebaya ini, dapat dimodifikasi. Semakin baik guru dalam memodifikasi model pembelajaran ini, maka akan semakin baik pula hasil belajar dan semakin sedikit pula permasalahan yang ada di dalam kelas.

Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Arikunto (2002: 62) bahwa adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya. Guru dapat meminta bantuan kepada anak-anak untuk dapat menerangkan kepada kawan-kawannya.

Menurut Silbermen(2001:87) Tutor Sebaya merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain.

(7)

Anita Lie (2004: 30) menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (tutor sebaya) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan latar belakang, pengalaman semata para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru. Tutor sebaya berarti siswa mengajar siswa lainnya atau yang berperan sebagai pengajar (tutor) adalah siswa. Model pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif dengan rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Anggota kelompok yang satu membutuhkan anggota kelompok yang lain, sehingga secara otomatis akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, ketika model pembelajaran ini diterapkan di kelas VIIG SMPN 2 SAWAN, kerjasama yang saling menguntungkan terlihat ketika siswa berdiskusi mengenai tema yang dipilihnya. Dari hal tersebut pula akan terjalin ketergantungan yang positif dan juga tanggung jawab individu terhadap perannya masing-masing. Selain itu, siswa berani melatih kemampuan berbicara mengajarkan sesama teman tidak hanya di depan kelompok, akan tetapi juga di depan kelas. tanpa disadari, mengajarkan siswa terbuka menerima saran maupun kritik dari teman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil mendongeng siswa kelas VIIG SMPN 2 SAWN meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Tutor Sebaya.

Temuan ini sejalan dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh I Nyoman Tri Antara pada tahun 2010 dengan judul” Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber Belajar untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas X.I SMA Negeri 1 Sidemen”. Hasil penelitian ini adalah penerapan media tutor sebaya (Peer Teaching) dengan berbantuan media audio visual sebagai sumber belajar

dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran. Secara kuantitatif, hasil belajar siswa terlihat dari nilai siswa yang meningkat dari siklus I hingga siklus II. Hal ini juga senada dengan Saran (dalam isjoni, 2012:23) menyatakan bahwa siswa yang belajar menggunakan metode cooperative learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena di dorong dan didukung dari rekan sebaya. Selain itu, penelitian yang senada dengan penelitian ini, yaitu sebelumnya pernah dilakukan oleh I Wayan Budi Setiawan pada tahun 2012. Dengan judul” Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya (Peer Teachig) untuk meningkatkan pemahaman isi teks dongeng siswa kelas VIIA di SMPN 3 Sawan”. Hasil penelitian ini adalah (1) tercapainya ketuntasan hasil belajar pemahaman isi teks dongeng siswa berkat diterapkannya penerapan metode tutor sebaya, yakni pada pratindakan skor rata-rata klasikal 70,76, siklus I memperoleh skor rata-rata klasikal 74,39, sedangkan pada siklus II nilai rata-rata klasikal siswa menjadi 79,00, (2) terdapat beberapa langkah penerapan penerapan metode tutor sebaya untuk meningkatkan kemampuan memahami isi teks dongeng.

Oleh karena itulah, digunakannya model pembelajaran ini, tidak hanya dapat meningkatkan keterampilan, kerjasama, dan juga hubungan sosial antar siswa dan guru di dalam kelas saja, tetapi, juga dapat meningkatkan kecakapan akademik siswa. Dalam arti, kemampuan kognitif siswa juga menjadi perhatian penting bagi guru, sehingga digunakan model pembelajaran ini, untuk meningkatkan inovasi pembelajaran yang lebih baik lagi.

SIMPULAN

1. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN, adalah sebagai berikut. Dipilih 5 siswa sebagai

(8)

pentutor sekaligus menjadi ketua kelompok yang dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen. Setiap kelompok menentukan satu tema dongeng bebas untuk dipresentasikan di depan kelas. Setelah ketua tutor selesai memberikan tutorialnya, siswa kembali ke bangku masing-masing. Terakhir, peneliti mengadakan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2. Model pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan kemampuan Mendongeng siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN. Hal ini dilihat adanya peningkatan kualitas Mendongeng antara refleksi awal, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Pada refleksi awal, hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan, yaitu skor rata-rata yang diperoleh sebesar 73,6. Setelah menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya terjadi peningkatan rata-rata sebesar 75,3 pada siklus I, yaitu naik sebanyak 7,17. Peneliti kemudian melakukan tindakan silus II. Pada siklus II, nilai yang diperoleh siswa mencapai rata-rata sebesar 77,32. Rata-rata-rata tersebut sudah sangat memenuhi KKM, yakni 75. Sebelum penelitian ini direncanakan, peneliti menemukan hasil penelitian lain terkait model pembelajaran. Penelitian pertama dilakukan oleh Nuryani pada tahun 2014 dengan judul” Peningkatan Prestasi Belajar Menulis melalui Tutor Sebaya pada siswa kelas III SDIT AROFAH BOYOLALI”. Hasil penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar menulis melalui Tutor Sebaya.

SARAN

Dalam pembelajaran mendongeng, guru dapat menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar mendongeng. Model pembelajar an ini dapat memberikan kesempatan berdiskusi yang baik bagi siswa, memb eri siswa kesenangan dalam berbicara dalam pembelajaran, dan siswa akan lebih aktif dan memahami cerita donge

ng yang akan didongengkan. Model pembelajaran Tutor Sebaya dapat dijad ikan pilihan mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Peneliti lain diharapkan melakuk an penelitian tindakan lanjutan dengan menerapkan model pembelajaran ini pada aspek keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. keterampilan berbahasa ini sangat berhubungan erat dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya disertai kerja keras penulis, skripsi yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Kemampuan Mendongeng siswa kelas VIIG SMP N 2 SAWAN” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kesulitan yang penulis hadapi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak di bawah ini:

1. Bapak I Made Astika, S.Pd., M.A., selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Drs. Gede Gunatama, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, yang sudah bersusah payah dan sabar memotivasi, membimbing, dan

(9)

memberikan masukan serta saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd.,

selaku dosen pembimbing II, yang senantiasa memberikan arahan, motivasi, serta masukan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak/Ibu dosen di lingkungan

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dengan ikhlas dan sabar membagi ilmu kepada penulis.

5. Drs. I Wayan Ariasa, M.Pd.H., selaku kepala SMP N 2 Sawan, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.

6. Ni Wayan Wetri, S.Pd, selaku guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII yang dengan suka rela membantu penulis dalam pengumpulan data. 7. Siswa-siswi kelas VIIG SMP N 2 SAWAN atas segala bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian.

8. Bapak Ketut Mahardika dan Ibu Made Sukini kedua orang tua tercinta yang memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga penulis sampai pada penyelesaian skripsi ini.

9. Nanda Sukma Wijaya, S.Pd kakak tersayang yang selalu memberikan dukungan dan doa sehingga skripsi ini terselesaikan. 10. Kadek Marpina Cipta yang

selama ini selalu sabar dan menemani serta banyak memberikan dukungan motivasi dan doa sehingga skripsi ini terselesaikan.

11. Rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang dengan tulus memberikan doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis telah berupaya menyelesaikan penelitian ini dengan cermat dan tekun, meskipun begitu, penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengalaman yang penulis miliki. Akan tetapi, penulis senantiasa berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008.

Penelitian Tindakan Kelas.

Cetakan Ketujuh. Jakarta. Bumi Aksara.

Anita Lie Hidayati. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Budi Setiawan I Wayan, dkk. 2012.

Tersedia:

http://ejournal.undiksha.ac.id/ind ex.php/JJPBS/

article/view/2389/2072. Di unduh pada tanggal 14 Februari 2017.

Balitbang.2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kurikulum dan Hasil Belajar (KHB).Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyasa. 2009.Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Silberrnen, Mel. 2001. 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning), terj. Sarjuli dan Azfat Ammar. Jakarta: Yakpendis.

Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa.

Singaraja:Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kuaitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Tri Antara, I Nyoman. 2010. Penerapan Metode Tutor Sebaya (Peer

(10)

Teaching) Dengan Berbantuan Media Audio Visual Sebagai Sumber Belajar Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas X.I SMA Negeri 1 Sidemen. Skripsi

(Tidak terbit). Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia. FBS Undiksha

Wendra, Wayan. 2014. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Pendidikan Ganesha.

Wendra, Wayan.2012. Buku Ajar Keterampilan Berbicara. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dosisnya lebih tinggi dari makanan yang dimakan maka obat ini bisa terlalu banyak menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes berat menahun sangat peka terhadap

berulang kali tidak datang tepat waktu sehingga menimbulkan masalah baru (B) Tapi jalan keluar dari masalah tersebut.. sering datang tidak tepat waktunya, sehingga

yang akan meliputi instrumen untuk validasi ahli, instrumen penilaian siswa. terhadap multimedia dan instrumen untuk mengetahui peningkatan hasil

pengetahuan, sikap, perilaku petugas kesehatan; peralatan yang digunakan; serta prosedur penyediaan vaksin sudah cukup baik untuk tercapainya target dalam

PENGARUH INSENTIF DAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat NBP 20 Delitua).. Bersama ini, saya mohon

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan protein nabati dan hewani dengan kadar ureum dan kreatinin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis

4 Grafik Perbandingan Total Packet Loss pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired to wireless pada

[15] Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Universitas