• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Ferri Budiman, 2013

Perbedaan Tingkat Efektivitas Antara Penerapan Model Inkuiri Dengan Penerapan Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA

PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN

COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Guru Sekolah Dasar

Oleh Ferri Budiman

0902889

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Ferri Budiman, 2013

Perbedaan Tingkat Efektivitas Antara Penerapan Model Inkuiri Dengan Penerapan Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

(3)

Ferri Budiman, 2013

Perbedaan Tingkat Efektivitas Antara Penerapan Model Inkuiri Dengan Penerapan Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA

PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN

COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

Oleh

Ferri Budiman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Ferri Budiman 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Ferri Budiman, 2013

Perbedaan Tingkat Efektivitas Antara Penerapan Model Inkuiri Dengan Penerapan Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

LEMBAR PENGESAHAN

Ferri Budiman 0902889

PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

Disetujui dan Disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd

NIP. 19500903 198101 1 001

Pembimbing II

Drs. Muslim, M.Pd NIP. 19640606 199003 1 003

Mengetahui, Ketua Jurusan Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

Ferri Budiman, 2013

(6)

iii

Ferri Budiman, 2013

PERBEDAAN TINGKAT EFEKTIVITAS ANTARA PENERAPAN MODEL INKUIRI DENGAN PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

Oleh Ferri Budiman

(0902889)

ABSTRACT

This research stimulated by the low level of student learning outcomes in Science subjects at SDN 3 Cibodas where obtaining the average grade obtained was 61,30 or is below the value of KKM who applied by the school amounted to 62 as well as the students themselves value where more than 50% of students in grade 5 Science subjects values obtained under the KKM, for it researchers trying to test learning model which tried 2 models and Inquiry a model Cooperative Jigsaw type of restitution for applied in Science subjects and where a more effective learning model applied in Science subjects. The research was carried out using Descriptive Survey method and implemented at SDN 3 Cibodas subdistrict of West Bandung Regency Lembang. The subject of this research is the use of class 5B model Inquiry, amounting to 27 students and a class 5A, amounting to 33 students who use Jigsaw Cooperative Learning model type. The planning of learning that is conducted is the determination of the measures of the model Inquiry and models of Cooperative Learning, Jigsaw-type step model is a stage of Inquiry asked, investigation, produce, discuss, and reflect while the step type of Cooperative Learning model of Jigsaw is a stage reading, discussion, team reports, tests, and rekognisi. The activity of the teachers and students during the learning activity takes place quite well from both sides, the activity of students in grade Inquiry for learning 89,74 scored while the activity from the teacher during the lesson is get the percentage of 94,11%. Meanwhile, the activity of the students in the class of Cooperative Learning is a learning type of Jigsaw 88,33 during Cooperative Learning model Jigsaw obtained improved learning outcomes of 0.37.

(7)

iii

Ferri Budiman, 2013

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SDN 3 Cibodas di mana perolehan rata-rata kelas yang didapat adalah 61,30 atau berada di bawah nilai KKM yang diterapkan oleh pihak sekolah sebesar 62 serta nilai siswa sendiri di mana lebih dari 50% siswa kelas 5 nilai mata pelajaran IPA yang diperoleh berada di bawah KKM, untuk itu peneliti mencoba menguji cobakan 2 model pembelajaran yaitu model Inkuiri dan model

Cooperative lenting tipe Jigsaw untuk diterapkan di mata pelajaran IPA dan mana

model pembelajaran yang lebih efektif diterapkan di mata pelajaran IPA. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Survey Deskriptif dan dilaksanakan di SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah kelas 5B yang menggunakan model Inkuiri yang berjumlah 27 siswa dan kelas 5A yang berjumlah 33 siswa yang menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan adalah penetapan langkah-langkah dari model Inkuiri dan model Cooperative Learning tipe Jigsaw, langkah dari model Inkuiri adalah tahap bertanya, investigasi, menghasilkan, berdiskusi dan refleksi sedangkan langkah dari model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah tahap membaca, diskusi, laporan tim, tes, dan rekognisi. Aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung cukup baik dari kedua belah pihak, aktivitas siswa di kelas Inkuiri selama pembelajaran mendapat skor 89,74 sedangkan aktivitas dari guru selama pembelajaran adalah mendapatkan persentase 94,11 %. Sementara itu aktivitas siswa di kelas Cooperative Learning tipe Jigsaw selama pembelajaran adalah 88,33 sedangkan aktivitas guru selama pembelajaran di kelas Cooperative Learning tipe Jigsaw mendapatkan persentase sebesar 94,44%. Untuk mengetahui efektivitas dari hasil belajar digunakan rumus Gain Ternormalisasi yang dikemukakan oleh Hake. Dari hasil penelitian didapat bahwa di kelas yang menggunakan model Inkuiri diperoleh rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 0,49. Sedangkan di kelas yang menggunakan model

Cooperative Learning tipe Jigsaw diperoleh peningkatan hasil belajar sebesar

0,37.

(8)

iv Ferri Budiman, 2013

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pernyataan Keaslian

Kata Pengantar... i

Ucapan Terima Kasih... ii

Abstrak... iii

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... vi

Daftar Grafik... vii

Daftar Lampiran... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rum usan Masalah ... 6

C. Tujua n Penelitian ... 6

D. Manf aat Hasil Penelitian ... 7

E. Defin isi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10

A. Pemb elajaran IPA di SD... 10

(9)

v

elajaran Cooperative Learning ... 23

F. Efekt

ivitas ... 34

G. Hasil

Belajar ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Meto

k Analisis Instrumen Penelitian ... 49

E. Lang

kah-langkah Penelitian ... 55

F. Tekni

k Pengolahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60

A. Hasil

Penelitian ... 60

B. Pemb

(10)

vi Ferri Budiman, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... ... 97

A. Kesi

mpulan... 97

B. Saran

... ... 98

DAFTAR PUSTAKA... 100

(11)

vii Ferri Budiman, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK dan KD Kelas V Semester I ... 16

Tabel 2.2 SK dan KD Kelas V Semester II ... 17

Tabel 3.1 Interpretasi Validitas Rxy ... 51

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas r11... 52

Tabel 3.3 Interpretasi indeks daya pembeda ... 53

Tabel 3.4 Klasifikasi indeks kesukaran ... 54

Tabel 3.5 Hasil uji validitas soal ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Gain Ternormalisasi ... 59

Tabel 4.1 Hasil observasi aktivitas siswa di kelas Inkuiri ... 68

Tabel 4.2 observasi aktivitas guru model pembelajaran Inkuiri ... 69

Tabel 4.3 Hasil Observasi aktivitas siswa di kelas Jigsaw ... 74

Tabel 4.4 observasi aktivitas guru model pembelajaran CL tipe Jigsaw ... 75

Tabel 4.5 peningkatan hasil belajar menggunakan model Inkuiri ... 77

Tabel 4.6 peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model CL Jigsaw.. 79

(12)

viii Ferri Budiman, 2013

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perbedaan rata-rata nilai tes awal, tes akhir, Gain Ternormalisasi kelas Inkuiri (5B) dan kelas Cooperative Learning tipe Jigsaw

(13)

ix Ferri Budiman, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

A. Instru

men Pembelajaran

A.1 RPP model Inkuiri ... 104

A.2 LKS model Inkuiri ... 109

A.3 RPP model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 111

A.4 LKS model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 116

A.5 kisi-kisi soal dan kunci jawaban ... 128

B. Instru men Penelitian B.1 Lembar observasi aktivitas siswa model Inkuiri ... 137

B.2 Lembar observasi aktivitas guru model Inkuiri ... 140

B.3 Lembar observasi aktivitas siswa model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 142

B.4 Lembar observasi aktivitas guru model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 145

C. Hasil Analisis Instrumen Tes C.1 Hasil uji Validitas ... 148

C.2 Hasil uji Reliabilitas ... 151

C.3 Hasil uji daya pembeda ... 152

C.4 Hasil uji tingkat kesukaran ... 153

(14)

x Ferri Budiman, 2013

D.2 hasil tes siswa model Inkuiri ... 160

D.3 Hasil lembar observasi siswa model Inkuiri ... 161

D.4 Hasil lembar observasi guru model Inkuiri ... 164

D.5 Sampel hasil LKS model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 166

D.6 hasil tes siswa model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 182

D.7 Hasil lembar observasi siswa model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 183

D.8 Hasil lembar observasi guru model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 185

E. Foto-foto Penelitian E.1 Dokumentasi model Inkuiri ... 188

E.2 Dokumentasi model Cooperative Learning tipe Jigsaw ... 190

F. Admin istrasi Penelitian E.1 Permohonan izin mengadakan penelitian dari Fakultas ... 193

E.2 Surat Keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing dari Fakultas ... 194

E.3 Permohonan izin Penelitian dari BAAK ... 195

E.4 Surat izin penelitian dari KESBANG ... 196

E.5 Surat keterangan telah melakukan pelaksanaan dari SDN Buah Batu .... 197

(15)

1

Ferri Budiman, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, watak dan sikap melalui serangkaian kegiatan pendidikan restruktur. Pemerintah berupaya agar pendidikan dapat berjalan dengan baik sebagai mana mestinya dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka dari itu dibuatlah undang-undang pendidikan nasional untuk menjamin berlangsungnya kegiatan pendidikan sesuai dengan standar mutu yang

berlaku. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 BAB 1 Pasal 1 “...agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Berdasarkan pada dasar hukum di atas pada undang-undang

pendidikan maka diperlukan suatu sistem pendidikan yang mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk secara aktif belajar.

Dan juga berdasarkan pada peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi dijelaskan :

(16)

2

Ferri Budiman, 2013

Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta dengan segala isinya. Ilmu pengetahuan alam bersifat rasional, objektif, dan disusun secara sistematis oleh manusia berdasar hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan. Beberapa masalah yang sering ditemui dalam pembelajaran IPA di SD antara lain pembelajaran di kelas yang terlalu berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif hanya menerima materi yang ada, dan juga kurangnya praktek atau eksperimen pada pembelajaran untuk menciptakan materi pembelajaran menjadi lebih nyata bagi siswa. Pembelajaran di kelas juga kurang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.

Di SDN 3 Cibodas kelas 5 pada mata pelajaran IPA dari nilai KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 62, perolehan nilai hasil belajar siswa rata-rata adalah 61,30 atau sangat mepet dengan nilai KKM yang telah ditetapkan dan juga lebih dari 50% dari nilai siswa berada di bawah KKM. Berdasarkan dari studi pendahuluan melalui studi dokumentasi diperoleh fakta bahwa nilai yang rendah itu salah satunya disebabkan kurang variatifnya guru dalam menggunakan model pembelajaran. SDN 3 Cibodas sendiri di kelas 5 memiliki 2 rombel kelas yaitu kelas 5A dan kelas 5B

Rendahnya nilai mata pelajaran IPA yang diperoleh di kelas 5 disebabkan oleh banyak faktor antara lain lemahnya model pembelajaran yang selama ini digunakan sebagai pengantar dari mata pelajaran IPA itu sendiri. Metode ceramah yang digunakan guru kurang bisa mengakomodir materi pelajaran yang semakin beragam dan juga penggunaan metode ceramah mematikan kreativitas siswa dalam menangkap pelajaran.

Pembelajaran mata pelajaran IPA dan mata pelajaran yang lain yang umum dilakukan oleh guru-guru saat ini adalah lebih cenderung kepada

teacher oriented alias pembelajaran lebih berpusat pada guru, bukannya

(17)

3

Ferri Budiman, 2013

sebagian materi yang ada dapat lebih disampaikan dengan lebih baik apabila digunakan metode pembelajaran yang lebih student oriented. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan mematikan potensi yang dimiliki siswa dan juga menjadikan siswa pasif menerima pelajaran. Hal ini dapat berakibat buruk bagi siswa ke depannya yaitu terhadap jiwa nalar dan jiwa kompetitif siswa.

Selain dari kecenderungan dari guru untuk menggunakan metode ceramah, rendahnya nilai mata pelajaran IPA juga disebabkan oleh kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang ada. Dari beberapa SD tidak semua sekolah memiliki media pembelajaran yang memadai, keterbatasan dari media pembelajaran menjadi salah satu penghambat dari pelaksanaan pembelajaran IPA yang cenderung lebih kepada praktek dan pengalaman langsung. Beberapa SD sudah memiliki media pembelajaran yang sudah cukup lengkap hanya saja dari pihak guru kurang begitu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran tersebut.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat merangsang kemampuan berpikir dan motivasi siswa dalam belajar. Dengan penggunaan media pembelajaran dapat membuat konkret materi pelajaran SD. Dengan begitu materi-materi IPA yang ada tidak semata-mata hanya berupa konsep-konsep abstrak tetapi juga berupa hal-hal yang dapat dilihat dan dimengerti oleh siswa.

Di SDN 3 Cibodas terdapat media pembelajaran walaupun tidak begitu lengkap. Berbagai macam kit IPA yang ada kurang terorganisir dengan baik, sehingga ketika dibutuhkan akan sulit untuk mencarinya dan demikian juga kurangnya tenaga untuk merawat kit-kit IPA tersebut, dikhawatirkan jika tidak terpakai dalam waktu yang lama bisa menyebabkan kit IPA yang ada menjadi rusak. Dalam pelaksanaan pembelajaran sendiri agar kegiatan belajar mengajar dapat lebih konkret, selain dengan bantuan media pembelajaran dapat juga digunakan model pembelajaran yang tepat.

(18)

4

Ferri Budiman, 2013

berpikir kritis dan logis. Model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif dan bukan sebagai objek belajar, peranan guru dalam model belajar inkuiri hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Inkuiri sendiri berarti pertanyaan atau penyelidikan, pembelajaran inkuiri diawali dengan serangkaian pertanyaan pemancing yang mengarahkan siswa pada pertanyaan inti. Melalui pertanyaan tersebut siswa dituntut untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukan baik melalui observasi atau eksperimen dan hendaknya jawaban dari pertanyaan tersebut tidak terdapat di buku teks.

Inkuiri merupakan model pembelajaran yang tergolong bagus, sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa model pembelajaran Inkuiri selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa di kelas. Hanya saja pemanfaatan penggunaan metode Inkuiri kurang begitu luas dilakukan di sekolah-sekolah dengan berbagai alasan yang ada.

Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri antara lain adalah model pembelajaran ini mampu mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa secara seimbang sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu strategi ini memungkinkan siswa belajar sesuai dengan gaya belajar siswa yaitu dengan memberikan ruang lebih kepada siswa untuk berpikir aktif dan sesuai dengan psikologi belajar modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Model Inkuiri sangat baik diterapkan pada mata pelajaran yang sifatnya eksak, walaupun untuk mata pelajaran non-eksak juga bagus untuk diterapkan. Model Inkuiri dapat merangsang siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan siswa dapat lebih termotivasi belajar sehingga terhindar dari kebosanan di kelas seperti yang biasa terjadi ketika guru menggunakan metode ceramah untuk menerangkan materi pembelajaran.

(19)

5

Ferri Budiman, 2013

aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran yang mana pembelajaran lebih berfokus pada siswa.

Selain penggunaan model Inkuiri penggunaan model yang cukup populer digunakan untuk mata pelajaran IPA adalah Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Cooperative learning adalah model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran berkelompok, di mana pada kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda melakukan kegiatan belajar bersama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Cooperative Learning memiliki berbagai macam tipe di antaranya adalah

STAD, Jigsaw, Group Investigating (GI), Cooperative Integrated and

Reading Composition (CIRC), Team Game Tournament (TGT), Teams

Accelerated Instruction (TAI), Numbered Head Together (NHT), Think Pair

Share (TPS), dan lain sebagainya.

Kelebihan dari model Cooperative Learning ini adalah Melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis, Menunjukkan potensi diri yang dimiliki oleh setiap siswa yang selama ini tidak atau sulit untuk ditunjukkan, Mengembangkan dan melatih sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat, Siswa tidak berperan sebagai objek belajar tapi merupakan subjek belajar karena siswa dapat mengambil peran sebagai tutor bagi temannya yang lain, Melatih siswa untuk saling bekerja sama, siswa dipaksa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh dirinya secara optimal demi kesuksesan kelompoknya, Memberi kesempatan pada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

(20)

6

Ferri Budiman, 2013

sikap percaya diri siswa dan juga mengharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Sedangkan pembelajaran dengan model Cooperative Learning menekankan pada pembelajaran berkelompok yang mana tiap-tiap individu atau siswa bertanggung jawab terhadap kelompoknya tersebut, dan juga tiap-tiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan yang diharapkan.

Dengan demikian penulis mengambil penelitian dengan judul “Perbedaan

Tingkat Efektivitas Antara Penerapan Model Inkuiri Dengan Penerapan

Cooperative Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

IPA”

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan ditanyakan dapat dibuat dalam pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPA dengan model Inkuri dan model Cooperative Learning ?

2. Bagaimana aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Inkuiri dan model Cooperative Learning?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran IPA antara model Inkuiri dan model

Cooperative Learning?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah menggambarkan tentang penerapan model Inkuiri dan Cooperative Learning pada mata pelajaran IPA Kelas V Sekolah Dasar.

Secara khusus penelitian ini berusaha untuk menggambarkan tentang :

1. Perencanaan pembelajaran IPA dengan model Inkuri dan model Cooperative Learning

(21)

7

Ferri Budiman, 2013

3. Efektivitas pembelajaran IPA antara model Inkuiri dan model Cooperative Learning

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

- Siswa mampu menerapkan materi pelajaran yang diterima dengan lebih bermakna

- Penggunaan model Inkuiri pada mata pelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

- Menjadikan siswa lebih semangat dalam belajar di kelas - Membuat siswa aktif dalam belajar di kelas

- Memotivasi siswa untuk belajar lebih rajin di kelas

- Menghindarkan siswa dari kebosanan ketika pembelajaran berlangsung

2. Bagi guru

- Sarana perbaikan kualitas belajar mengajar pada mata pelajaran IPA - Memperoleh gambaran penggunaan model Inkuiri untuk diterapkan

dalam kegiatan pembelajaran

- Sumbangsih pemikiran bagi guru dalam memilih model pengajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar

- Sebagai alternatif strategi pembelajaran Inkuiri dalam pengajaran mata pelajaran IPA di kelas sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton. - Sarana alternatif guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat

digunakan pada peserta didik

- Membandingkan model pelajaran yang tepat digunakan pada mata pelajaran IPA

- Sarana refleksi bagi guru dalam kegiatan pembelajaran

(22)

8

Ferri Budiman, 2013

- Motivasi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran lain yang dapat diterapkan pada siswa di kelas

3. Bagi Sekolah

- Model Inkuiri diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran guru serta dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa

- Memberikan alternatif pada sekolah tentang model, metode pembelajaran apa yang dapat mereka terapkan

- Memacu pihak sekolah untuk dapat meningkatkan kualitas dari pembelajaran yang dilakukan

- Memacu sekolah untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang dapat lebih memberikan peran aktif siswa dalam pembelajaran

4. Bagi peneliti

- Memotivasi peneliti untuk menggunakan metode mengajar yang mampu merangsang daya pikir siswa dan daya nalar siswa.

- Mengetahui keadaan sebenarnya dari kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas

- Mengetahui model pembelajaran apa yang cocok digunakan pada siswa untuk mata pelajaran IPA

- Memperoleh gambaran tentang hambatan-hambatan dari guru dalam membelajarkan IPA di sekolah dasar

- Memberikan pemahaman bagi peneliti contoh solusi yang dapat diberikan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui

- Melatih peneliti dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan standar yang berlaku

E. Definisi Operasional

1. Model Inkuiri

(23)

9

Ferri Budiman, 2013

jawaban dari pertanyaan tersebut dicari siswa melalui serangkaian kegiatan atau percobaan, peran guru di sini hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Tahap-tahap dari pelaksanaan model pembelajaran Inkuiri adalah : tahap 1 - Bertanya (ask), tahap 2 - Investigasi (investigate), tahap 3 - Menghasilkan (create), tahap 4 - Diskusi (discuss), tahap 5 - Refleksi (reflect). Keterlaksanaan dari model Inkuiri diukur melalui lembar observasi berdasarkan aktivitas guru dan aktivitas siswa.

2. Cooperative Learning

Cooperative learning adalah model pembelajaran untuk

mengorganisir aktivitas kelas melalui kelompok-kelompok belajar yang dibuat untuk mengoptimalkan pengalaman belajar siswa. tahap-tahap dalam pembelajaran model Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah : tahap 1 membaca, tahap 2 diskusi, tahap 3 laporan tim, tahap 4 tes, dan tahap 5 rekognisi. Keterlaksanaan dari pelaksanaan model Cooperative

Learning tipe Jigsaw diukur melalui lembar observasi pada aktivitas guru

dan aktivitas siswa

3. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan respons atau kemampuan siswa setelah pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk skor. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari aspek Kognitif, Afektif dan Psikomotorik. Aspek kognitif terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam penelitian ini aspek kognitif yang diamati hanya pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Hasil belajar dari aspek kognitif diukur melalui tes yang dikerjakan siswa pada saat tes awal dan tes akhir

4. Efektifitas

(24)

44 pada bab-bab sebelumnya maka penelitian ini akan menggunakan metode Survey Deskriptif. Penggunaan metode yang tepat sangat berperan penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan suatu penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Singarimbun dan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa :

“metode penelitian merupakan cara umum yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Karena pengertian metode penyelidikan adalah pengertian yang luas, yang biasanya perlu

dijelaskan lebih eksplisit di dalam setiap penyelidikan.”

Metode survey deskriptif merupakan metode untuk memperoleh data yang ada saat penelitian dilakukan dan bertujuan untuk menjelaskan pembahasan dari permasalahan dalam penelitian. Melalui metode ini peneliti melakukan survey berupa kunjungan ke sekolah, tes, dan observasi terhadap subjek penelitian dan rekomendasi arahan bagi SDN 3 Cibodas.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ditemui di lapangan dan sifat dari populasi yang hendak diteliti, tujuan dari penggunaan metode survey deskriptif adalah :

- Mengidentifikasi atau mendapatkan justifikasi tentang masalah-masalah dan fenomena yang sedang berlangsung

(25)

45

Ferri Budiman, 2013

Berdasarkan pada tujuan dari penelitian ini yaitu membuat komparasi dari dua model pembelajaran yang berbeda yaitu model Inkuiri dan juga

Cooperative Learning tipe Jigsaw, maka metode survey deskriptif dapat

digunakan sebagai metode pembelajaran untuk mengetahui efektivitas dari masing-masing metode yang hendak diteliti dan juga mengetahui mana dari kedua metode tersebut yang lebih efektif dan lebih cocok digunakan pada mata pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.

Singarimbun dan Effendi (2003) menyatakan bahwa “tujuan metode survey dapat pula lebih jauh dari itu, bersifat menerangkan/menjelaskan, yakni

mempelajari fenomena sosial dengan meneliti hubungan variabel penelitian”

Penggunaan metode survey deskriptif pada penelitian ini digunakan berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

- pertama, penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan tentang efektivitas penggunaan model Inkuiri dan Cooperative Learning tipe Jigsaw ketika diterapkan pada mata pelajaran IPA.

- Kedua, peneliti tidak bermaksud untuk menghubungkan variabel satu dengan yang lain, informasi yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu pertimbangan tentang penggunaan metode yang lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ataupun digunakan dalam pembuatan metode pembelajaran baru yang dapat digunakan secara efektif di sekolah dasar.

(26)

46

Ferri Budiman, 2013

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini berlokasi di SDN 3 Cibodas yang bertempat Jl Maribaya Timur KM 12 RT. 02 RW. 05 Kp Cibodas Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 yang terdiri dari rombongan belajar yaitu kelas 5 A dan kelas 5 B. Untuk jumlah siswa dari masing-masing kelas yaitu kelas 5 A terdiri dari 37 siswa sedangkan kelas 5 B terdiri dari 34 siswa. Dari jumlah kedua kelas tersebut satu kelas akan diberi perlakuan menggunakan model Inkuiri sedangkan kelas yang satunya akan mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Jigsaw.

C. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data pada penelitian ini sangat penting dilakukan yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan dari tujuan penelitian yang hendak dicapai, pada penelitian ini data dikumpulkan dengan beberapa macam instrumen yaitu : tes, dan Observasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam rangka penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tes

(27)

47

Ferri Budiman, 2013

Pada penelitian ini instrumen tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang digunakan pada saat tes awal dan tes akhir. Test yang digunakan dibuat untuk dapat mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Langkah-langkah dalam menyusun instrumen Test adalah sebagai berikut : a. Menyusun kisi-kisi soal berdasar Kurikulum Tingkah Satuan Pendidikan mata pelajaran IPA SD kelas 5 dengan materi pokok bencana alam yang ada di Indonesia

b. Konsultasi kisi-kisi instrumen kepada dosen pembimbing

c. Kisi-kisi instrumen dilakukan pertimbangan (judgement) kepada dosen dan guru pengajar di sekolah yang akan dijadikan sampel dalam penelitian

d. Melakukan uji coba instrumen penelitian

e. Melakukan analisis terhadap butir soal yang diujikan untuk diketahui kelayakan soal tersebut untuk digunakan dalam penelitian.

Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing atau guru dari SD yang bersangkutan. Langkah selanjutnya adalah soal tes di uji cobakan pada siswa di luar subjek penelitian yaitu di uji cobakan di kelas VI sekolah dasar. Setelah uji coba tes dilaksanakan, kemudian dilakukan analisis mengenai validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir soal tersebut. Dalam melaksanakan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir soal, peneliti dibantu dengan menggunakan software Anates V 4.0 dan SPSS 19

2. Observasi

(28)

48

Ferri Budiman, 2013

pemusatan perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek atau fenomena yang hendak diteliti.

Pelaksanaan observasi dilakukan secara langsung ketika kegiatan penelitian sedang dilaksanakan. Pelaksanaan observasi digunakan untuk memperoleh data keterlaksanaan program pembelajaran yang sedang dilaksanakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan model Inkuiri dan pelaksanaan pembelajaran dengan Cooperative Learning tipe Jigsaw, selain itu juga observasi dilakukan untuk mengamati tingkah atau perilaku subjek penelitian atau siswa selama kegiatan penelitian berlangsung.

Observasi merupakan alat instrumen pengumpulan data dengan jalan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Pada penelitian ini dilakukan observasi terhadap aktivitas guru terhadap keterlaksanaan pelaksanaan model Inkuiri dan pelaksanaan model

Cooperative Learning tipe Jigsaw. Lembar observasi diisi pada saat proses

pembelajaran berlangsung. Dengan adanya lembar observasi dapat dilihat peran guru pada saat pembelajaran, interaksi siswa saat pembelajaran, pemahaman konsep yang dimiliki siswa, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran serta mampu merekam setiap kejadian selama proses pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran model Inkuiri dan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dimaksudkan untuk melihat apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Inkuiri dan juga cooperative Learning tipe Jigsaw.

(29)

49

Ferri Budiman, 2013

disusun. Dalam pembuatannya lembar observasi ini tidak diuji cobakan terlebih dahulu tetapi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan kepada observer.

Berikut beberapa tujuan dari digunakannya observasi dalam penelitian : 1. Mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, dan

kebiasaan

2. Memungkinkan peneliti melihat dunia sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, merangkap arti fenomena berdasarkan pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya berdasarkan pandangan para subjek saat itu

3. Memungkinkan peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan dan dihayati subjek

4. Memungkinkan pembentukan pengetahuan berdasarkan apa yang diketahui peneliti dan subjek penelitian

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yang dapat dilakukan sebagai bahan studi adalah melalui serangkaian foto-foto pelaksanaan kegiatan maupun dari rekaman dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut.

Penggunaan studi dokumentasi melalui rekaman atau foto diharapkan dapat memberikan gambaran pada peneliti mengenai situasi yang sebenarnya dari kegiatan penelitian yang sedang dilangsungkan. Kegunaan dari dokumentasi sendiri dapat membantu peneliti dalam memotret hal-hal yang sekiranya luput dari pantauan peneliti dari format observasi yang dilakukan dan juga dapat dijadikan bukti nyata dari kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti.

D. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

(30)

50

Ferri Budiman, 2013

yang telah dibuat harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan yang dimaksud adalah analisis terhadap instrumen yang hendak digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa meliputi uji validitas butir soal, uji reliabilitas butir soal, daya pembeda butir soal, dan indeks kesukaran butir soal

1. Analisis validitas butir soal

Validitas diukur dengan menggunakan software Anates v.4 Validitas merupakan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sesuatu yang hendak diukur, untuk dapat mengetahui apakah soal yang hendak digunakan dalam pretest dan posttest ini valid atau tidak maka diperlukan uji validitas terlebih dahulu. Suatu soal dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Nilai validitas suatu soal dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat diukur dengan rumus

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan

X = skor tiap butir soal Y = skor total tiap butir soal N = jumlah siswa

(31)

51

Ferri Budiman, 2013

Tabel 3.1. Interpretasi Validitas rxy

Nilai Keterangan

0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,70 ≤ rxy ˂ 0,90 Validitas tinggi

0,40 ≤ rxy ˂ 0,70 Validitas sedang

0,20 ≤ rxy ˂ 0,40 Validitas rendah

0,00 ≤ rxy ˂ 0,20 Validitas sangat rendah

rxy ˂ 0,00 Tidak valid

(Guilfor dalam Rizal 2010) 2. Reliabilitas Butir soal

Reliabilitas tes adalah tingkah keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah ubah. Nilai reliabilitas dapat diukur dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan rumus

(32)

52

Ferri Budiman, 2013

Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas

n = banyaknya Item/butir soal N = banyaknya subjek

Si2 = varian skor setiap Ijen/butir soal

St2 = varian skor total

(Suherman dalam Fauziyyah , 2010)

Tabel 3.2.

Interpretasi Reliabilitas r11

Koefisien reliabilitas r11 Keterangan

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11 < 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

(Suherman dalam Fauziyyah, 2010)

3. Analisis Daya Pembeda butir Soal

Daya pembeda dari butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan dari sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang pantai dengan siswa yang kurang pandai, atau antara yang menjawab dengan benar dan siswa yang tidak menjawab soal tersebut

Arikunto dalam Fauziyyah (2010) menyatakan bahwa daya pembeda butir soal adalah kemampuan dari soal untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah

(33)

53

Ferri Budiman, 2013

Atau

Keterangan

DP : daya pembeda

JBa : jumlah benar kelompok atas

JBb : jumlah benar kelompok bawah

JSa : jumlah salah kelompok atas

JSb : jumlah salah kelompok bawah

Maks : skor maksimum siap butir soal (Suherman dalam Fauziyyah, 2010)

Tabel 3.3.

Interpretasi indeks daya pembeda

Nilai Keterangan

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

(Suherman dalam Fauziyyah, 2010)

4. Analisis Tingkat Kesukaran Butir soal

(34)

54

Ferri Budiman, 2013

atau tidaknya suatu butir soal. Tingkat kesukaran dapat disebut juga taraf kemudahan, tingkat kesukaran dihitung dengan rumus :

Keterangan :

IK : indeks kesukaran

: rata-rata skor setiap butir soal Mak : skor maksimal setiap butir soal (Yuliati dalam Fauziyyah, 2010)

Tabel 3.4.

Klasifikasi indeks kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

(Yuliati dalam Fauziyyah, 2010)

5. Hasil Analisis Butir Soal

Dari hasil pengolahan terhadap instrumen soal yang diujikan di kelas 6 SDN 3 Cibodas dengan materi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia,

didapatkan hasil uji reliabilitas sebesar 0,83 dengan kategori “reliabilitas tinggi”. Sedang untuk hasil uji validitas, daya pembeda, dan tingkat

(35)

55

Kesukaran Validitas Hasil Soal

1 0,05 0,00 0,97 Tidak Valid Dibuang

(36)

56

Ferri Budiman, 2013

perlu dibuat secara terencana. Sesuai dengan maksudnya, prosedur penelitian adalah arahan dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir, dengan harapan penelitian dapat berjalan secara teratur, efektif dan efisien.

Pada penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Tahap ini adalah tahap awal dari sebuah penelitian di mana peneliti berusaha untuk mencari permasalahan yang ditemui di lapangan. Setelah ditemui permasalahan yang sesuai di lapangan maka tahap selanjutnya adalah membuat proposal penelitian dengan mengumpulkan bahan referensi yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian. Peneliti melakukan konsultasi kepada pihak-pihak terkait dalam membuat proposal penelitian yang hendak dibuat.

Persiapan yang dilakukan sebelum penelitian berfungsi untuk memfokuskan permasalahan yang akan diteliti sehingga tidak terjadi kesalah Paiman atau simpang siur sebelum peneliti terjun ke lapangan dan melakukan langkah-langkah penelitian yang diperlukan.

Kegiatan yang dilakukan selama tahap persiapan adalah :

a. Studi literatur, yaitu digunakan untuk memperoleh teori sesuai dengan permasalahan yang hendak dikaji

b. Studi Kurikulum Tingkah Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan untuk mengetahui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa setelah pembelajaran

c. Menentukan sekolah yang akan menjadi tempat penelitian

d. Membuat surat izin penelitian kepada pihak-pihak terkait di antarannya kepada pihak sekolah yaitu SDN 3 Cibodas, pihak Kampus UPI Bandung, dan juga kepada dinas-dinas terkait lainnya.

e. Berkonsultasi kepada pihak sekolah untuk mengetahui keadaan dari sekolah yang akan diteliti

(37)

57

Ferri Budiman, 2013

g. Berkonsultasi dengan dosen pembimbing mengenai materi dan model yang akan diterapkan dan juga sistematika penelitian

h. Menyusun dua jenis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi yang sama yaitu RPP pertama dengan menggunakan model Inkuiri sedangkan RPP yang kedua menggunakan model cooperative

learning tipe Jigsaw.

i. Menyiapkan instrumen penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan selama tahap pelaksanaan adalah :

a. Memberikan pretest (tes awal) kepada dua kelas untuk mengukur pemahaman konsep IPA siswa sebelum diberikan perlakuan pada dua kelas eksperimen

b. Memberikan perlakuan pada masing-masing kelas dengan menggunakan dua model yang berbeda untuk masing-masing kelas di mana kelas pertama diterapkan model Inkuiri sedangkan pada kelas yang kedua diterapkan model Cooperative Learning tipe Jigsaw. Selama pelaksanaan perlakuan dengan menggunakan model Inkuiri dan model Cooperative Learning tipe Jigsaw dilakukan juga observasi terhadap keterlaksanaan perlakuan pada kedua kelas eksperimen tersebut. Observasi dilakukan oleh rekan peneliti yang sebelumnya telah diberi pengarahan cara mengobservasi dan mengisi lembar observasi

c. Memberikan posttest (tes akhir) pada kedua kelas untuk mengukur pemahaman konsep IPA siswa pada kedua kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan

3. Tahap akhir

Kegiatan yang dilakukan selama tahap akhir penelitian adalah :

a. Mengolah data tes awal dan tes akhir dari kelas Inkuiri dan kelas

(38)

58

Ferri Budiman, 2013

b. Membandingkan hasil analisis tes yang didapat dari dua kelas antara sebelum diberi perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas masing-masing pendekatan pada dua kelas c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil

pengolahan data

d. Memberi saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang tercapai atau kurang sesuai dengan harapan.

e. Penulisan laporan penelitian, yaitu setelah semua data dianalisis dan disusun berdasar permasalahn yang diperoleh maka semua data yang ada dikumpulkan dan dijadikan suatu laporan penelitian yang bersifat deskripsi, selama penulisan laporan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing baik dosen pembimbing I maupun dosen pembimbing II

F. Teknik Pengolahan Data

Agar data yang diperoleh dari hasil di lapangan dapat digunakan secara optimal, maka data harus dioleh secara baik dan benar sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Data yang telah didapat dari lapangan dipilah untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan dalam penulisan laporan.

Dalam mengolah data hasil penelitian langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Menyeleksi data, yaitu data dipilah antara data tes dan data dari format observasi yang didapat.

2. Pada data tes dikelompokkan berdasarkan pada masing-masing kelas yang diujikan yaitu kelas Inkuiri dan kelas Cooperative Learning tipe Jigsaw 3. Menghitung tingkat efektivitas dari masing-masing metode dengan

menggunakan rumus gain yang ternormalisasi.

Untuk mengetahui efektivitas dari model Inkuiri dan model Cooperative

(39)

59

Ferri Budiman, 2013

Ternormalisasi. Richard R. Hake dalam Fauziyyah (2010) yang menyatakan bahwa terdapat dua jenis Gain ternormalisasi yaitu :

a. Gain ternormalisasi untuk setiap siswa yang dinyatakan dengan persamaan

Keterangan :

g : Gain Ternormalisasi untuk setiap siswa %posttest : persentase skor posttest siswa

%pretest : persentase skor pretest siswa

b. Rata-rata Gain ternormalisasi yang dinyatakan dengan persamaan

Keterangan :

<g> : rata-rata gain ternormalisasi

%<posttest> : persentase rata-rata skor posttest %<pretest> : persentase rata-rata skor pretest

Gain ternormalisasi tiap siswa akan digunakan dalam uji hipotesis, sedangkan rata-rata gain ternormalisasi akan digunakan untuk menentukan efektivitas penerapan pendekatan pembelajaran

Menurut Hake dalam Rizal (2010), rata-rata gain ternormalisasi terhadap efektivitas suatu pembelajaran dibagi ke dalam tiga kategori yaitu :

Tabel 3.6.

Kriteria Gain Ternormalisasi

Rata-rata gain ternormalisasi Kriteria

0,00 < (<g>) ≤ 0,30 Rendah

0,30 < (<g>) ≤ 0,70 Cukup

(40)

60

Ferri Budiman, 2013

(Hake dalam Rizal, 2010) 4. Untuk data yang berasal dari hasil observasi di olah dengan cara deskriptif 5. Menganalisis data yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang dapat

(41)

97

Ferri Budiman, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab V akan diuraikan tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan yang telah dijabarkan di Bab IV serta dikemukakan saran apa yang dapat diberikan terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.

A. Kesimpulan

1. Langkah-langkah pada pembelajaran pada model Inkuiri adalah bertanya (ask) yaitu melalui serangkaian pertanyaan pemancing dari guru; investigasi (investigate), siswa disuruh mencocokkan gambar bencana alam dan deskripsi dari bencana alam; menghasilkan (create), di tahap ini siswa mengerjakan lembar kerja dan saling bertukar ilmu dengan temannya; diskusi (discuss), pada tahap diskusi siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas; dan refleksi (reflect), siswa dan guru saling menguatkan tentang materi. Pada pembelajaran dengan model Cooperative

Learning tipe Jigsaw perencanaan yang dibuat sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran dengan model Cooperative Learning tipe Jigsaw yaitu tahap membaca, tahap diskusi, tahap laporan tim, tahap tes, dan tahap rekognisi.

2. Hasil

(42)

98

Ferri Budiman, 2013

3. Hasil dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh dari perhitungan dengan Gain Ternormalisasi di kelas Inkuiri diperoleh rata-rata Gain sebesar 0,49. Hasil dari rata-rata gain ternormalisasi di kelas Cooperative

Learning tipe Jigsaw diperoleh rata-rata Gain Ternormalisasi 0,37.

Rata-rata Gain Ternormalisasi baik di kelas Inkuiri maupun Cooperative

Learning tipe Jigsaw berada di rentang sedang. Dari hasil di atas dapat

disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model Inkuiri lebih besar dari pada yang menggunakan model Cooperative

Learning tipe Jigsaw.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya, saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Dalam memilih model pembelajaran, guru hendaknya memilih sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang akan diajarkan

2. Model Inkuiri tepat digunakan pada mata pelajaran IPA

3. Dalam melaksanaan pembelajaran dengan model Inkuiri diperlukan persiapan yang matang dari guru

4. Pelaksanaan pembelajaran Inkuiri hendaknya sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri

5. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw tepat digunakan pada mata pelajaran yang memiliki banyak materi

6. Guru perlu menguatkan manajemen kelas karena pembelajaran dengan

Cooperative Learning tipe Jigsaw cenderung akan ribut

7. Dalam membuat rencana pembelajaran guru hendaknya menyesuaikan sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran

(43)

99

Ferri Budiman, 2013

(44)

100

Ferri Budiman, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Artikelbagus. (2011). Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Tersedia : http://www.artikelbagus.com/2011/06/kelebihan-dan-kelemahan-model.html [April 2013]

Azmiyawati, Choiril dkk. (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Baharuddin dan Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA

Baharuddin dan Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta : Rineka Cipta

Danokarsa. (2009). Macam-macam Model Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia : http://goo.gl/06qPf / [April 2013]

Faiq, Muhammad. 2013. Tinjauan Umum Model Pembelajaran Kooperatif. [Online]. Tersedia : http://goo.gl/rewQ6 [April, 2013]

Fanyadhiba. (2011). Karakteristik Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia :

(45)

101

Ferri Budiman, 2013

Fatmajati, Nisa. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA. Skripsi

Jurusan PGSD, Tidak diterbitkan

Fauziyyah, R. Alfy M. (2010). Perbandingan Efektivitas Penggunaan Alat

Peraga Konvensional/Riil Dengan Alat Peraga Maya Offline Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP. Skripsi

Jurusan Pendidikan Fisika. Tidak Diterbitkan

Ginting, Adi Ferianto. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Telekomunikasi Siswa.

Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi. Tidak Diterbitkan

Hariyanto. (2011). Pengertian Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia :

http://goo.gl/aAq8p [Maret 2013]

Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik 1. Jakarta : Bumi Aksara

Huda, Miftahu. 2012. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model

Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Isjoni. (2007). Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Isjoni. (2010). Cooperative Learning. Bandung : Alfabeta

Jabbar, Musa Abdul. 2012. Pengertian Efektivitas. [Online]. Tersedia :

http://goo.gl/OphpK [April 13]

Jono. 2013. Karakteristik Cooperative Learning. [Online]. Tersedia :

http://goo.gl/NQaQi [April 2013]

(46)

102

Ferri Budiman, 2013

Mbegedut. (2011). Pengertian hasil belajar menurut para ahli. [Online]. Tersedia : http://goo.gl/0cNUo [Maret 2013]

Psychologymania. 2012. Pengukuran Efektivitas. [Online]. Tersedia :

http://goo.gl/fPyIw [April 2013]

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Reksoatmodjo, Tedjo. (2007). Statistika – Untuk Psikologi dan Pendidikan.

Bandung : Refika Aditama

Rizal, Rahmat. (2010). Perbandingan Efektivitas Penerapan Pendekatan

Discovery Learning Dengan Interactive Demonstration Pada Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika. Tidak Diterbitkan

Samatowa, Usman. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Indeks

Shahib, Nurhalim. (2005). Pendidikan Berbasis Kompetensi Menuju Invensi. Bandung : Gema Media Pusakatama

Silberman, Mel. (2009). Active Learning, 101 strategi pembelajaran aktif. Yogyakarta : Insan Madani

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2003. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Slavin, Robert E. (2009). Cooperative Learning, Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media

(47)

103

Ferri Budiman, 2013

Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

UIUC. (2002). Inquiry-Based Learning. [Online]. Tersedia : http://goo.gl/IpNCN

[Maret 2013]

UIUC. (2010). Inquiry Page. [Online]. Tersedia :

http://www.cii.illinois.edu/InquiryPage [April 2013]

Widodo, Ari dkk.(2007). Pendidikan IPA di SD. Bandung : UPI PRESS

Gambar

Grafik 4.1 Perbedaan rata-rata nilai tes awal, tes akhir, Gain Ternormalisasi kelas Inkuiri (5B) dan kelas Cooperative Learning tipe Jigsaw
Tabel 3.1.  Interpretasi Validitas r
Tabel 3.2.  Interpretasi Reliabilitas r
Tabel 3.3.  Interpretasi indeks daya pembeda
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPA dengan metode Picture and.. Picture di kelas IV SDN

Pembelajaran Model Snowball Trowing Pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohudan Tahun Ajaran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 3 Cibodas mengenai “ Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Suntenjaya pada pembelajaran IPA dan manfaatnya pada konsep sifat-sifat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi rendahnya perbedaan pengaruh penerapan metode penemuan dengan metode ceramah pada mata pelajaran IPA terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 4 Tanjung Tahun Ajaran 2016/2017dengan menerapkan model

14845 Studi Deskriptif Efektivitas Penerapan Metode Mind Mapping pada Mata Pelajaran IPA Materi Siklus Air Kelas 5 di SDN Nanggewer Mekar Cibinong Ridha Siti Shabira Yongken1,