• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014 : Studi Deskriptif di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014 : Studi Deskriptif di Kota Bandung."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Nurazizah Rahman 1001637

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014

(Studi Deskriptif di Kota Bandung)

Oleh

Nurazizah Rahman

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nurazizah Rahman 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak

seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau

(3)

Oleh:

Nurazizah Rahman 1001637

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing 1,

Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. NIP. 19650917 199001 1 001

Pembimbing 2,

Dr. Wawan Hermawan, M.Ag. NIP. 19740209 200501 1 002

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

(4)

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini telah diuji pada:

Hari/Tanggal : Rabu/27 Agustus 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001

2. Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

3. Penguji :

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP. 19580128 198612 1 001

Dr. H. Fahrudin, M.Ag. NIP. 19591008 198803 1 003

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB 1PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIMANAJEMEN PEMBINAAN GURUDALAM BIDANG STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... Error! Bookmark not defined.

A. MANAJEMEN ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Manajemen ... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan dan Fungsi Manajemen ... Error! Bookmark not defined.

3. Aktivitas Manajemen ... Error! Bookmark not defined.

B. PEMBINAAN ... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.

2. Ruang Lingkup Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.

(6)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pendekatan Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.

C. PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Error! Bookmark not

defined.

1. Konsep Guru ... Error! Bookmark not defined.

2. Konsep Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.

3. Model Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not

defined.

4. Aktivitas Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam ... Error!

Bookmark not defined.

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Desain Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

G. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

H. Pengujian Kredibilitas Data ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran Umum ... Error! Bookmark not defined.

2. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

a. Perencanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark

not defined.

b. Pelaksanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark

(7)

c. Evaluasi Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark not

defined.

B. PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Error! Bookmark not defined.

1. Analisis Perencanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

2. Analisis Pelaksanaan Pembinaan GPAI di SMA di Kota Bandung... Error!

Bookmark not defined.

3. Analisis Evaluasi Pembinaan GPAI di SMA di Kota Bandung ... Error!

Bookmark not defined.

BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN... Error! Bookmark not defined.

B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...3

(8)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Nurazizah Rahman (1001637): MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

TAHUN 2014

(Studi Deskriptif di Kota Bandung)

Guru merupakan salah satu dari komponen pendidikan yang berfungsi sebagai pendidik dan merupakan faktor penting bagi peningkatan kualitas pendidikan. Untuk menjadikan guru yang profesional dan berkualitas, maka lembaga yang bertanggung jawab atasnya, yakni Kementerian Agama tepatnya seksi PAI (Pendidikan Agama Islam) dan pengawas PAI senantiasa mengadakan pembinaan yang berkualitas terhadap GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam). Maka dengan itu, diperlukanlah manajemen dalam mengatur pembinaan. Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah manajemen pembinaan GPAI tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembinaan GPAI tingkat SMA oleh Kementerian Agama Kota Bandung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program pembinaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan (1) Observasi atau pengamatan, (2) Wawancara, dan (3) Studi Dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini ialah; (1) Perencanaan oleh seksi PAI dilaksanakan di awal tahun masa kerja dan di awal tahun ajaran. Perencanaan oleh Pokjawas dilaksanakan setiap awal dan akhir semester. Perencanaan tersebut meliputi penetapan tujuan, target, jadwal kunjungan kelas. (2) Pelaksanaan pembinaan oleh Seksi PAI dan Pengawas PAI dilakukan dalam bentuk seminar, workshop, bimbingan teknis (bimtek), dan pendidikan dan latihan (diklat). Hambatan pada saat pelaksanaan pembinaan antara lain, lokasi pembinaan yang kurang strategis, dan sarana pra sarana yang tidak memadai. (3) Evaluasi pembinaan oleh Seksi PAI maupun Pengawas PAI dilaksanakan segera setelah kegiatan dan dilaporkan maksimal seminggu setelah kegiatan kepada Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Bandung. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan oleh Seksi PAI dan Pengawas PAI sudah sesuai dengan fungsi manajemen yakni, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(9)

Nurazizah Rahman, 2014

ABSTRACT

Nurazizah Rahman (1001637): COACHING MANAGEMENT OF ISLAMIC EDUCATION TEACHERS AT SENIOR HIGH SCHOOL IN 2014

(Descriptive Study in Bandung)

A teacher is one of the educational components who serves as an educator and it is an important factor for improving the quality of education. To make professional and qualified teachers, the institution which is responsible for it, in this case Ministry of Religious Affairs especially the PAI (Islamic education) section and PAI supervisor always hold a quality coaching to GPAI (Islamic education teachers). Therefore it is necessary to regulate the management of the coaching. Management is a process of effective use of resources to achieve a particular goal or objective that includes planning, implementation, and evaluation. The central issue in this research is how the coaching management of PAI teachers in senior high school level in Bandung.The purpose of this study is to know the coaching management of GPAI in senior high school level by the ministry of religious affairs Bandung which includes planning, implementation and evaluation of coaching programs. In this study the writer uses a qualitative approach with descriptive method. Data collection techniques use Observation, Interview, and Study of documentation.The results of this research are; (1) Planning by Section PAI is implemented in the early years of employment and at the beginning of the school year. Planning by the supervisor held every beginning and end of the semester. The planning includes setting the goals, targets, and classroom visits. (2) The coaching implementation by PAI Section done in the form of Seminars, Workshops, Bimtek (tutoring technology), and Diklat (education and training). Obstacles in the implementation of coaching are the coaching location is less strategic, and inadequate facilities. (3) Coaching evaluation both by PAI Section and PAI supervisor is executed immediately after the activities and it is reported a maximum of one week after the activities to the Head Office of the Ministry of Religious Affairs Bandung. Thus, coaching is done by the PAI section and PAI Supervisor is accord with the management functions that are planning, implementation, and evaluation.

(10)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan ini, sebagai manusia yang hidup di dunia yang terus menerus

mengalami kemajuan dari masa ke masa, menuntut manusia untuk senantiasa terus

mengasah dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk itu, manusia

sangatlah memerlukan pendidikan dalam kehidupannya.

Marimba (dalam Tafsir, 2012 hlm. 34) menyebutkan pengertian pendidikan,

bahwa “Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang

utama”. Adapun Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau

aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar,

pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar,

sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan, dan aspek atau komponen pendidikan

lainnya didasarkan pada ajaran Islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam

atau pendidikan yang Islami (Nata, 2010, hlm. 35).

Pengertian dari segi bahasa yang dimiliki ajaran Islam ternyata jauh lebih

beragam, dibandingkan dengan pengertian dari segi bahasa di luar Islam. Hal ini

selain menunjukkan keseriusan dan kecermatan ajaran Islam dalam membina potensi

manusia secara detail, juga menunjukkan tanggung jawab yang besar pula.Yakni,

bahwa dalam melakukan pendidikan tidak boleh mengabaikan pengembangan

seluruh potensi manusia.

Jika pendidikan tidak dilaksanakan dengan baik maka dampaknya akan sangat

dirasakan pada kehidupan kita, khususnya dalam masyarakat. Dampak yang akan

dialami oleh masyarakat antara lain, kurang mampu menjadikan hasil dari

pendidikan untuk mengatasi berbagai masalah.

Dewasa ini, pendidikan sedang menjadi topik pembicaraan di Indonesia mulai

dari diskusi di kalangan mahasiswa, dosen, juga masyarakat bahkan banyak seminar

(11)

langsung dengan pembentukan model manusia serta begitu pentingnya bagi

kehidupan manusia untuk kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Karena

pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia terbaik, dan pendidikan yang

buruk akan menghasilkan pendidikan yang buruk.

Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, hal ini sesuai

dengan UUD Negara RI Tahun 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 bahwa: “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan” (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2013). Pemerintah Indonesia telah menyediakan wadah kepada

warga Negaranya untuk mengenyam pendidikan yakni di lembaga pendidikan yang

disebut sekolah.

Sekolah merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan dari sistem

pendidikan nasional dengan jenjang mulai dari pendidikan dasar (SD dan SMP)

hingga pendidikan menengah (SMA). Sekolah sebagai bagian integral yang tidak

terpisahkan dari sistem pendidikan nasional diharapkan mampu mewujudkan

manusia yang beriman dan bertakwa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan

yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi ataupun untuk terjun ke dalam

masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlāq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut praktisi pendidikan dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran (Tim

Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI, 2009) menyebutkan bahwa

tujuan Pendidikan Nasional tersebut adalah tujuan yang bersifat paling umum dan

merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha

pendidikan. Undang-undang tersebut menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab

(12)

3

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula guru, dosen,

dan guru besar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, yakni pendidikan

dasar dan menengah. Adapun dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan

dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor adalah jabatan fungsional

tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi

(Nata, 2010, hlm.159).

Pendidikan di Indonesia yang telah dirancang secara sistematis dan ideal oleh

pemerintah haruslah memiliki guru yang kepribadiannya dapat dijadikan figur yang

paripurna. Itulah kesan guru sebagai sosok yang ideal.

Seiring dengan tekad Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu

pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga

profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional (Nata, 2010, hlm. 165).

Sebagai pendidik, guru wajib memiliki kualifikasi akdemik, kompetensi,

sertifikasi, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana atau program diploma empat; kompetensi meliputi kompetensi

pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Nata, 2010, hlm. 166-167). Peran Guru

Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting karena merupakan salah satu

(13)

Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik,

menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi,

bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan dari sekolah berkualitas, menanamkan

rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidak cukup, jika tidak diimbangi

dengan bekal pendidikan agama yang baik.

Pendidikan agama merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional

sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa isi kurikulum

setiap jenis, jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama.

Sehingga Pendidikan Agama Islam (PAI) juga wajib diberikan di jenjang Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN). Pengajaran Pendidikan Agama Islam merupakan

tanggung jawab Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) pada sekolah umum, baik

negeri maupun swasta.

Guru yang kurang profesional akan menghambat pelaksanaan sistem

pendidikan nasional. Penataan guru yang tidak sesuai dengan latar belakang

pendidikannya menyebabkan pelaksanaan pendidikan tidak profesional. Banyak

pengelola pendidikan yang latar belakang pendidikannya tidak relevan dengan dunia

kerja yang ditekuninya.

Guru dituntut harus memiliki kualitas kinerja yang memadai. Mampu untuk

mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal, professional,

maupun aktualisasi kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal tersebut

lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada

tataran institusional, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai

dari aspek guru itu sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut

kualitas keprofessionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen

pendidikan yang professional.

Setiap guru harus bertugas sesuai dengan spesifikasinya, hal tersebut juga

sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal

27 ayat 1 poin c dan d, yaitu memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

(14)

5

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sesuai dengan bidang tugas. Oleh karena itu, peran guru PAI sebagai salah satu

SDM yang mengusung tujuan pendidikan nasional melalui Pendidikan Agama Islam

menjadi sangat penting.

Guru seharusnya mampu memahami dan melaksanakan nilai-nilai dalam

pendidikan. Dimulai dari sikap yang harus menjadi teladan sampai materi yang

harus dikuasai serta sesuai dengan keahliannya. Guru harus menampilkan diri

sebagai sosok yang memang pantas digugu dan ditiru (didengarkan nasehatnya dan

dicontoh segala tindak tanduknya).

Bertolak dari gagasan-gagasan tersebut di atas, maka lembaga pendidikan

harus mulai memperhatikan pentingnya GPAI sebagai salah satu SDM di sekolah.

Peran guru sebagai unsur utama dalam lembaga pendidikan termasuk GPAI harus

mendapat perhatian yang lebih baik. Maka pengelolaan GPAI perlu dikelola dengan

baik, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas.

Dalam pelaksanaannya upaya peningkatan kualitas guru tersebut

diselenggarakan antara lain oleh Kementrian Agama, dengan mengacu kepada

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Instansi Vertikal Kementrian Agama Pasal 5 Poin c yang antara lain menyatakan

bahwa Kantor Wilayah Kementrian Agama menyelenggarakan fungsi yang salah

satunya adalah pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan agama

dengan mempersiapkan segala perencanaan, pelaksanaan, sarana, dan prasarana

(Kementrian Agama RI, 2012).

Sebagai GPAI, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya bukan

hanya karena dirinya memilih profesi sebagai guru tapi bagi GPAI merupakan

bagian dari amanah yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, GPAI dalam

pelaksanaan fungsi pendidikan dan pengajarannya tidak hanya transfer knowledge

(transfer pengetahuan) saja, melainkan lebih penting dari itu yaitu, transfer of values

and ethic (transfer nilai dan etika). Namun, untuk mewujudkan fungsi tersebut,

seorang guru dituntut memiliki kualifikasi dan standarisasi yang telah ditetapkan,

(15)

Mengingat peranan stategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu

relevansi dan efesiensi pendidikan, maka pengembangan profesional guru

merupakan kebutuhan.

Kota Bandung merupakan salah satu kota pendidikan, yang menjadi tolok ukur

pendidikan di Indonesia bahkan dunia. Mulai dari Observatorium Bosscha yang

merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia di Lembang,

Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara dari Kota Bandung dengan koordinat

geografis 107° 36′ Bujur Timur dan 6° 49′ Lintang Selatan. Lembaga Pasteur berdiri

6 Agustus 1890 dengan nama Parc Vaccinogene berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tahun 1890. Sampai Museum Geologi Bandung

yang didirikan pada tanggal 16 Mei 1928 yang pada awalnya berfungsi sebagai

laboratorium dan tempat penyimpanan hasil penyelidikan geologi dan pertambangan

dari berbagai wilayah Indonesia lalu berkembang lagi tidak hanya sebagai sarana

penelitian, tapi berfungsi pula sebagai sarana pendidikan, penyedia berbagai

informasi tentang ilmu kebumian dan objek pariwisata. Serta banyak lagi Pusat

Keunggulan Pendidikan yang lain seperti ITB, UPI, UNPAD, IT/IM TELKOM,

Widyatama, ITENAS serta banyak Univesitas, Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan

Latihan) atau institusi/organisasi pendidkan lain yang menjadi referensi bagi insitusi

serupa di Indonesia, Asia tenggara bahakan dunia (Djadja, 2012). Maka Kota

Bandung seharusnya menjadi barometer keberhasilan pendidikan, termasuk dalam

pendidikan agama Islam.

Di jenjang sekolah keberhasilan pendidikan ini dapat dilihat dari kualitas dan

prestasi para siswa terutama gurunya. Beberapa sekolah di Kota Bandung adalah

sekolah favorit dan siswa-siswinya banyak mendapatkan prestasi sampai di tingkat

nasional. Begitu pun dengan GPAI SMA di Kota Bandung ini mendapat prestasi di

tingkat nasional dalam pembuatan model pembelajaran PAI di sekolah (Farida,

2014).

Prestasi-prestasi tersebut merupakan implementasi dari program pembinaan

yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Bandung dalam hal ini yang

bertanggung jawab adalah Seksi Pendidikan Agama Islam dan Pengawas PAI

(16)

7

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan diselenggarakannya pembinaan GPAI bukan sekedar untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru bersangkutan, melainkan yang

paling pokok adalah meningkatkan kinerja. Namun, tidak sedikit pula guru yang

kurang aktif dalam pelaksanaan pembinaan, sehingga berpengaruh pula pada

menurunnya kinerja guru tersebut.

Pengelolaan guru yang baik akan berdampak pada kualitas guru tersebut. Maka

dari sini, yang harus menjadi sorotan utamanya adalah pengelolaan pembinaan yang

dilaksanakan oleh lembaga terkait.

Dari berbagai keistimewaan di Kota Bandung ini khususnya prestasi di bidang

pendidikan, maka seorang gurulah yang menjadi unsur utama keberhasilan

pendidikannya. Sangat menarik untuk diteliti bagaimana manajemen pembinaan

yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Bandung terhadap Guru PAI tingkat

SMA yang banyak menuai prestasi hingga tingkat nasional tersebut.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

maka perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian

ini. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan terkait Guru Pendidikan

Agama Islam (GPAI) antara lain: Keprofesionalan guru, kekurangan guru, tempat

kerja kurang strategis, kurangnya jam pelajaran, gaji guru sebagai buah dari

pengabdian kepada masyarakat.

Dari identifikasi masalah di atas yang menjadi kajian dalam penelitian ini

adalah masalah keprofesionalan guru, sehingga perlu diketahui bagaimana

pengelolaan GPAI yang berkaitan dengan kualitas kinerjanya. Dengan demikian,

dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu: Manajemen pembinaan

yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Bandung, tepatnya Seksi PAI dan

Pengawas PAI terhadap GPAI di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dari pokok masalah tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

(17)

2. Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Guru PAI SMA di Kota Bandung?

3. Bagaimana Evaluasi Pembinaan Guru PAI SMA di Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui bagaimana manajemen pembinaan guru

pendidikan agama Islam di SMA.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk memperoleh gambaran Perencanaan Pembinaan Guru PAI SMA di

Kota Bandung

b. Untuk memperoleh gambaran Pelaksanaan Pembinaan Guru PAI SMP di

Kota Bandung

c. Untuk memperoleh gambaran Evaluasi Pembinaan Guru PAI SMP di Kota

Bandung

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif,

berupa gambaran Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 (Studi Deskriptif di Kota Bandung), serta

dapat menjadi gambaran terhadap manjemen pendidikan bagi lembaga-lembaga

pendidikan.

2. Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak terutama yang bekaitan dengan dunia pendidikan diantaranya

sebagai berikut:

a. Bagi Pendidik/ Guru PAI

Dapat menambah cakrawala pandangan dan pengetahuan tentang manajemen

pembinaan guru Pendidikan Agama Islam, serta dapat memotivasi diri untuk

dapat meningkatkan kualitas kinerja keguruannya.

b. Bagi Seksi PAI dan Pokjawas (Kelompok Kerja Pengawas) PAI

Mampu memberikan gambaran secara objektif tentang manajemen

(18)

9

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) khususnya Program Studi Ilmu

Pendidikan Agama Islam (IPAI)

Diharapkan mampu memberikan Informasi dan memiliki dokumentasi

mengenai manajemen pembinaan guru Pendidikan Agama Islam sehingga

dapat menjadi bekal bagi mahasiswa IPAI sebagai calon pendidik/ guru PAI

yang akan datang. Selain itu juga dapat dijadikan referensi lembaga-lembaga

pendidikan lainnya.

d. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber literatur untuk penelitian

selanjutnya yang masih terkait dengan Manajemen Pembinaan Guru

Pendidikan Agama Islam.

E. Struktur Organisasi Penelitian

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi. Penelitian ini disusun dalam lima

Bab. Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode dan Prosedur

Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Kesimpulan dan

Saran.

BAB I, Pendahuluan memaparkan beberapa alasan mengapa masalah tersebut

penting untuk diteliti. Pendahuluan meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi

dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur

Organisasi Penelitian.

BAB II, Kajian Pustaka peneliti memaparkan mengenai Manjemen Pembinaan

Guru Pendidikan Agama Islam meliputi Manajemen, Pembinaan, dan Pembinaan

Guru Pendidikan Agama Islam.

BAB III, berisi tentang metode dan prosedur penelitian yang digunakan oleh

peneliti meliputi Metode dan Pendekatan Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian,

Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan

Data, Metode Analisis Data, dan Pengujian Kredibilitas Data.

BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang pemaparan hasil

(19)

dan dikaitkan dengan beberapa teori sesuai data yang diperoleh. Bab IV, meliputi:

Gambaran Umum tentang Lokasi dan Subjek Penelitian; Pemaparan Data Hasil

Penelitian tentang perencanaan pembinaan, pelaksanaan pembinaan dan evaluasi

pembinaan; Pembahasan Data Hasil Penelitian tentang Manajemen Pembinaan

Pendidikan Agama Islam pada tingkat SMA di Kota Bandung meliputi analisis

perencanaan pembinaan, analisis pelaksanaan pembinaan, dan analisis evaluasi

pembinaan.

(20)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Sukmadinata (2011, hlm. 52) menerangkan bahwa: “Metode penelitian

merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”, sedangkan Alwasilah (2009, hlm. 149) mengungkapkan

bahwa, “metode penelitian merupakan alat atau cara untuk menjawab pertanyaan penelitian”. Dengan demikian, metode penelitian merupakan cara atau alat yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian.

Kegiatan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan dengan

pendekatan kualitatif yaitu, sebuah riset yang dilakukan untuk memotret kegiatan,

dimaksudkan untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang

terjadi di lapangan sebagaimana adanya. Sebagaimana Arikunto (2010, hlm. 151)

menjelaskan, studi deskriptif yaitu “Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap penelitian”.

Selanjutnya Sukmadinata (2011, hlm. 72) mengungkapkan bahwa metode deskriptif

ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada. Selanjutnya Moleong (2007, hlm. 6) menyebutkan, laporan dari deskriptif akan

berupa kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian pada laporan

tersebut.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong, 2007, hlm. 4).

Sugiyono mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

berlandaskan pada kondisi objek alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci,

kemudian untuk teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010, hlm. 9). Makna dari pendapat

tersebut, bahwasannya peneliti sendiri yang menempatkan diri sebagai instrumen

(21)

dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka

sehingga hasil dari analisisnya berupa uraian. Penelitian kualitatif menekankan pada

proses daripada hasil, cenderung menganalisis data secara induktif selanjutnya

peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang didapat akan lebih

lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat

dicapai dengan baik. Untuk itu, maka dalam penelitan ini dikumpulkan data-data

yang berkaitan dengan manajemen pembinaan yang dilakukan Kementerian Agama

Kota Bandung terhadap GPAI SMA di Kota Bandung, dan menempuh beberapa

langkah. Adapun langkah-langkah tersebut ialah: Persiapan, pengamatan,

pengumpulan, penganalisaan dan penafsiran data.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Seperti yang dijelaskan pada Bab I bahwa lokasi penelitian ini berpusat di Kota

Bandung, yaitu Kementrian Agama yang berada di Kantor Kementrian Agama Kota

Bandung Jl. Soekarno Hatta No. 498 Sekelimus Bandung.

Kota Bandung adalah Ibu Kota dari Jawa Barat, dan merupakan salah satu kota

pendidikan. Sehingga Kota Bandung harus menjadi barometer keberhasilan untuk

daerah-daerah sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini sangat cocok dilakukan di

Kota Bandung ini.

2. Subjek Penelitian

Penelitian kualitatif diperlukan data-data atau informasi dari berbagai sumber

yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan dari penelitian. Untuk itu

harus ditentukan subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi tersebut

hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2005, hlm. 53) menyatakan bahwa:

Dalam penellitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah

purposive sampling, dan snowball sampling. Bahwa, Purposive sampling

(22)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian pada penelitian ini, subjek penelitian dipilih secara

purposive bertalian dengan purposive atau tujuan tertentu seperti halnya Moleong

(2007, hlm. 224) bahwa: “Pada penelitian kualitatif tidak ada sampling acak tetapi

sampel bertujuan (purposive sample). Untuk itu pengambilan sampel sumber data

pada saat ini peneliti mengambil tiga informan dengan menimbang kriteria inklusif

yaitu diharapkan kepada Penanggung jawab SMA di Seksi Pendidikan Agama Islam

(PAI), Pengawas PAI, dan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di SMA di

Kementrian Agama Kota Bandung bersedia menjadi informan dan telah lama

berpengalaman di dunia pendidikan khususnya PAI dan bertanggung jawab atas

pembinaan GPAI.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dijadikan sebagai subjek penelitian

dalam penelitian ini adalah seksi PAI Kementrian Agama Kota Bandung, Pengawas

PAI yang ditugaskan di Kota Bandung, dan GPAI di SMA di Kota Bandung.

Nasution (1988, hlm. 22) mengemukakan, bahwa penentuan sampel

(responden/informan) dianggap telah memadai apabila dapat diteruskan sampai

dengan taraf redundancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya dengan menggunakan

responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang

berarti. Artinya bahwa besaran sampel tergantung pada informasi yang diberikan

informan, apabila informasi sudah dianggap cukup memadai, maka informan tidak

perlu lagi diperbesar/diperbanyak.

C. Desain Penelitian

Sukmadinata (2011, hlm. 287) mengemukakan bahwa: “Desain penelitian

merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Desain penelitian

Kualitatif bersifat, berubah dan berkembang, disesuaikan dan disempurnakan”.

Dalam penelitian ini mendeskripsikan tentang manajemen pembinaan guru,

pembinaan guru yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam bidang pendidikan.

Untuk itu ada beberapa tahapan rencana penelitian untuk mengggambarkan

(23)

1. Tahap Pra Penelitian

Pada Tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu

dengan melakukan penelitian pendahuluan ke seksi Pendidikan Agama Islam

Kementrian Agama Kota Bandung yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta No. 498

Sekelimus Bandung dengan maksud untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi

umum dari tempat tersebut dan terkait pembinaan guru PAI. Hal ini dilakukan guna

mendapatkan data umum tentang seksi PAI termasuk di dalamnya pengawas PAI

dan konsolidasi dengan orang-orang yang berperan di dalamnya yang akan dijadikan

data dan informasi awal.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah selesai tahap persiapan penelitian dan persiapan-persiapan yang

menunjang telah lengkap, maka peneliti terjun kelapangan untuk memulai

pelaksanaan penelitian dengan menekankan bahwa instrumen/ alat penelitian yang

utama adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh

pedoman observasi dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan untuk

berkomunikasi secara langsung antara peneliti dengan informan. Dengan kata lain

peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu observasi atau pengamatan langsung,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Setiap selesai mengadakan wawancara dan observasi peneliti menuliskan

kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan, dengan tujuan agar

dapat mengungkapkan data secara detail. Data yang diperoleh dengan suatu metode

wawancara dilengkapi, diperkuat, dan disempurnakan dengan observasi dan studi

dokumentasi. Penelitian kualitatif didasarkan atas asumsi bahwa data dapat

dilengkapi dan disempurnakan sepanjang proses penelitian.

3. Tahap Analisis Data

Peneliti menganalisis tentang keberadaan program pembinaan GPAI yang

ternyata dilaksanakan oleh seksi PAI dan Pokjawas PAI, selanjutnya dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan selesai pengumpulan

(24)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada saat wawancara, analisis terhadap jawaban yang diwawancarai sudah

dilakukan. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu,

diperoleh data yang dianggap kredibel. Begitupun pengumpulan data dari hasil

observasi untuk penyempurnaan datanya dibantu dengan catatan kaki sewaktu

observasi di lapangan.

Setelah data terkumpul maka diklasifikasikan data-data tersebut kemudian

dihasilkan menjadi sebuah tema dan jawaban dari permasalahan peneleitian dengan

mencapai tujuan umumnya dan tujuan khususnya.

D. Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi maka akan dijelaskan beberapa istilah

yang menjadi variabel penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang

dimaksud dari Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Menengah Atas di Kota Bandung dijelaskan sebagai berikut:

1. Manajemen menurut George R. Terry (Engkoswara dan Komariah, 2011: 87)

mendefinisikan bahwa: Management is distinct process consisting of planning,

organizing, actuating, and controling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources. Definisi

tersebut melihat manajemen sebagai suatu proses yang jelas terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang

dilaksanakan untuk menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah

ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan sumber yang lainnya.

2. Pengertian pembinaan menurut bahasa atau asal katanya, pembinaan berasal dari

bahasa Arab, yaitu bana’-yabni-binā’ yang artinya membangun, membina, mendirikan (Munawwir, 2002 : 11). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

bina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Adapun

pembinaan berarti usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien

dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Nasional, 2008, hlm.

193-194). Pembinaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembinaan yang

(25)

3. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran

agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar

nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh, serta menjadikannya ajaran agama Islam yang telah diyakininya

secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu

keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Mudjib dan Mudzakir (2008: 27)

mengemukakan bahwa: Pendidikan Islam dapat dirumuskan dari istilah seperti

Tarbiyah, ta’līm, dan ta’dīb, maka Pendidikan Islam dapat dirumuskan “Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada Peserta didik melalui

upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pembinaan guru, dan

pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup

di dunia dan di akhirat”. Dan menurut Daradjat (2004: 86) menjelaskan bahwa: PAI ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak

setelah selesai pendidikannya dapat memahamidan mengamalkan ajaran agama

Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah

peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif human instrument, berfungsi menetapkan

fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan

atas temuannya.

Nasution (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 223) mengemukakan bahwa: “Dalam

penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai

instrumen penelitian utama”. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum

mempunyai bentuk yang pasti, hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya

yang dapat mencapainya.

Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena

(26)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau

tidak bagi peneliti. 2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua

aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3) Tidak ada

suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,

kecuali manusia. 4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat

difahami dengan pengetahuan semata. 5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera

menganalisis data yang diperoleh. 6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat

mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan

menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,

perbaikan atau pelakan (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010, hlm.

223-224).

Maka dari itu peneliti mengklasifikasikan bahan-bahan data yang dibutuhkan

seperti aspek yang diteliti, rincian data, teknik pengumpulan data dan sumber data

terutama pada wawancara, peneliti juga menyiapkan pedoman wawancara sebagai

salah satu instrumen yang digunakan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

penalitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting kondisi yang

alamiah, sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi berperan serta/parsipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk

itui teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:

1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan, merupakan tehnik atau cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung.

Sebagaiman Sugiyono (2012: 227) mengemukakan bahwa salah satu dari klasifikasi

observasi terdapat:

(27)

observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Dalam penelitian ini menggunakan observasi parsipatif yang berarti peneliti

ikut serta dalam pelaksanaan pembinaan GPAI SMA di Kota Bandung dengan

memaparkan peristiwa yang terjadi. Pada tekniknya peneliti menyiapkan catatan

kaki sebagai bukti penelitian.

2. Wawancara atau interviu (interview)

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak dilakukan dalam penelitian deskriptif kualitatif.

Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara

individual. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang partisipan dalam menginterpetasikan situasi dan fenomena yang

terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Pelaksanaan teknik wawancaranya yaitu dengan wawancara terstruktur

dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan dan wawancara tidak

terstruktur, peneliti bebas melakukannya sewaktu-waktu ada data yang kurang dan

mempertanyakan kembali atas jawaban yang tidak dimengerti oleh peneliti.

3. Analisis dokumen

Analisis dokumen, yaitu analisis terhadap beberapa dokumen yang

memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan seperti berita, koran,

artikel, majalah, buletin dan foto-foto. Dokumen sudah lama digunakan dalam

penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen dapat

mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan

situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri

tersebut dalam hubungan dengan orang-orang disekelilingnya dengan

tindakan-tindakannya. Analisis dokumen ini peneliti pun menganalisis beberapa buku dan

arsip yang telah diberi pinjam dan diberi izin untuk menggandakan dari responden.

4. Triangulasi

Triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

(28)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu

mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai

sumber data.

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara

terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana Sugiyono

(2012, hlm. 244) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusub ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh disri sendiri maupun orang lain.

Pada proses ini, peneliti melakukannya dengan mengikuti sebagaimana yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 244) bahwa:

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti

melakukan anticipatory reduksi data.

1. Reduksi Data

Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan

mereduksi data. Data tersebut direduksi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok

sesuai dengan permasalahan. Sebagaimana yang dinyatakan Sugiyono dalam (2012:

247) bahwa:

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Adapun yang peneliti lakukan dalam mereduksi data dari hasil penelitian

melalui dokumen, wawancara dan observasi, peneliti mengklasifikasikan data yang

diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan masalahnya

(29)

SMA Kota Bandung. Adapun untuk memperjelas sumber data yang diperoleh dan

mempermudah dalam mengklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, untuk itu

peneliti menggunakan teknik coding atau pengkodean. Sebagaimana Alwasilah

(2009, hlm.160) menjelaskan bahwa: “Coding adalah membagi-bagi data dan

mengelompokkannya dalam sebuah kategori. Gunanya untuk memudahkan peneliti

dalam membandingkan temuan dalam satu kategori atau silang kategori”. Coding yang didigunakan oleh peneliti terhadap data yang telah diperoleh adalah: Coding

untuk sumber data; Dokumen (Dok.), Wawancara (W) Observasi (O). Coding untuk

informan; Seksi PAI (S), Pengawas (P), GPAI (G). Coding untuk observasi kegiatan

pembinaan (OP), untuk lokasi/ tempat pembinaan (OT).

Adapun Coding dalam kategorisasi umum penelitian ini seperti Pembahasan

Umum (PU), Perencanaan (PR), Pelaksanaan (PL) dan Evaluasi (EV).

2. Display data

Setelah informasi diperoleh dari lapangan dan direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan display (menampilkan/menyajikan) data dengan

secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan

dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan

dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam

bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif sesuai

data yang diperoleh di lapangan

3. Conclusion drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi,

hal ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Agar mencapai

suatu kesimpulan yang akurat kesimpulan tersebut senantiasa harus diverifikasi

selama penelitian berlangsung, dengan cara mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya dan menggali informasi yang lebih mendalam agar lebih menjamin

validitas sehingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.

H. Pengujian Kredibilitas Data

Kredibilitas/ keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

(30)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kredibilitas dapat diadakan pengecekkan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan

triangulasi setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali dengan tiga

cara yaitu sumber, metode, dan waktu (Putra & Lisnawati, 2012, hlm. 34). Dengan

kata lain, pengujian kredibilitas atau keabsahan data pada penelitian ini dilakukan

(31)

Nurazizah Rahman, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Secara umum manajemen penyelenggaraan pembinaan GPAI tingkat SMA di

Kota Bandung yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Bandung sudah

berjalan sesuai fungsi manajemen, yaitu adanya perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

Perencanaan pembinaan oleh seksi PAI dilakukan berdasarkan Peraturan

Menteri Agama Republik Indonesia (PMA RI) No. 13 Tahun 2012. Perencanaan

program pembinaan oleh seksi PAI ini dirancang dengan landasan hukum yang jelas

dan kuat, tujuan, materi, metode, mekanisme pembinaan dan sasaran yang pasti

yakni GPAI di SMA se-Kota Bandung. Semua ini sangat mendukung pada

pelaksanaan kegiatan pembinaan. Perencanaan pembinaan oleh pengawas PAI

dilakukan dengan mengacu kepada Misi program kerja kepengawasan yaitu

terciptanya pendidikan agama Islam di Sekolah dan penyelenggaraan pendidikan di

Madrasah secara efektif sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pencapaian mutu pendidikan. Perencanaan tersebut meliputi penetapan tujuan,

target, jadwal kunjungan kelas. Adapun sasaran pembinaan ini adalah kinerja GPAI

di sekolah meliputi kurikulum, proses pembelajaran, serta evaluasi hasil

pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah. Segala program

pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas adalah berdasarkan

kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah diputuskan yakni, salah satunya adalah PMA RI

No. 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama

Islam Pada Sekolah.

Pelaksanaan pembinaan GPAI oleh seksi PAI dilkukan dengan model

pembinaan pelatihan (training) dalam bentuk seminar, bimtek (bimbingan teknis),

dan workshop. Materi yang disampaikan diantaranya adalah pendalaman Kurikulum

2013, dan penyampaian kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Pemateri yang

(32)

91

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tinggi, bahkan dari sesama guru yaitu guru yang berprestasi. Pada pelaksanaannya,

tidak semua dapat dilaksanakan secara sempurna baik oleh seksi PAI maupun

pengawas PAI. Pada seksi PAI, terdapat faktor-faktor yang menghambat seperti

metode pembinaan yang kurang variatif, terjadinya kesalahan teknis dalam

penyediaan media, dan koordinasi yang lemah sehingga mengakibatkan kurang

efektifnya pembinaan. Pelaksanaan pembinaan GPAI SMA oleh pengawas PAI

SMA di Kota Bandung yang dilaksanakan dalam bimbingan proses belajar mengajar

dan kelengkapan perangkat pembelajaran serta hal lainnya yang berkaitan. Dalam

pelaksanaan ini menggunakan pendekatan secara langsung bertatap muka terhadap

GPAI dengan pengawas yang mengunjunginya. Adapun dalam pelaksanaannya

pengawas lebih banyak mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dan

melakukan pembinaan dengan diskusi tentang permasalahan-permasalahan atau

kendala-kendala yang dialami oleh GPAI tersebut. Pembinaan yang dilaksanakan

oleh pengawas pun menemui beberapa hambatan yakni, lokasi guru binaan yang

berjauhan sehingga dalam satu hari hanya beberapa guru di satu sekolah saja. Selain

itu, tidak sebandingnya jumlah pengawas dengan jumlah guru binaan pun menjadi

penghambat penyelenggaraan pembinaan sehingga proses pembinaan menjadi

kurang intensif.

Evaluasi pembinaan oleh seksi PAI dilakukan segera setelah kegiatan dan

evaluasi umum dilakukan di akhir tahun ajaran dan akhir tahun masa kerja. Standar

evaluasinya ialah analisis beban kerja yang sudah ditentukan pada saat perencanaan.

Analisis beban kerja tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan pembinaan. Hasil

evaluasi di laporkan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bandung

paling lambat satu minggu setelah kegiatan. Adapun evaluasi pembinaan oleh

pengawas PAI dilakukan setiap satu minggu sekali, sedangkan pembuatan laporan

dilakukan perbulan yang diketahui oleh ketua pokjawas dan diserahkan pula kepada

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bandung, kemudian dianalisis untuk

didiskusikan keputusan tindak lanjutnya. Sehingga dapat terlihat perkembangan dari

hasil pembinaan apakah sudah berhasil atau tidak. Jika ada program yang tidak

terlaksana maka akan di tindak lanjut pelaksanaannya pada perencanaan program

berikutnya agar menghasilkan pembinaan yang lebih baik dari sebelumnya. Namun,

(33)

PAI hanya dilakukan untuk tahun berikutnya, padahal yang membutuhkan adalah

GPAI pada saat itu juga, dan harapannya dapat dilakukan tindak lanjut pada waktu

yang tidak jauh dari pembinaan sebelumnya. Sehingga kebutuhan GPAI dapat segera

dipenuhi.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh seksi PAI maupun pengawas PAI antara

lain, kurang koordinasi antar mitra kerja,dana dan fasilitas, kuantitas pengawas tidak

sebanding dengan objek binaannya sehingga kurang maksimalnya pengawasan, dan

lokasi objek yang jauh sehingga memakan waktu yang lebih dalam melaksanakan

pengawasan. Adapun untuk mengatasinya ialah dengan kemampuan dan keahlian

masing-masing penyelenggara miliki untuk bersama-sama meningkatkan mutu

Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.

Dengan demikian pembinaan pada seksi PAI dan pengawas PAI dilakukan

sesuai dengan fungsi manajemen yakni, melakukan kegiatan-kegiatan yang perlu

dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan meliputi perencanaan pembinaan,

pelaksanaan pembinaan, dan evaluasi dari kegiatan pembinaan. Walaupun dalam

pelaksanaannya menemui berbagai kendala, kegiatan pembinaan dapat berjalan

dengan normal.

B. SARAN

Pertama, Ketua Seksi Pendidikan Agama Islam, sebagai pejabat yang

berwenang serta bertanggung jawab dalam memberikan pembinaan kepada guru PAI

secara umum, disarankan agar meningkatkan program pembinaan dan pelatihannya

terhadap guru PAI serta memperbaiki koordinasi baik dengan guru PAInya maupun

dengan pengawas PAI yang sama-sama bertanggungjawab atas pelaksanaan

pembinaan, sehingga dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan ini dapat berjalan

dengan sempurna.

Kedua, Pengawas PAI, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antar

pengawas dan guru PAI sehingga dapat bekerja sama dengan lebih baik dan

bersama-sama memenuhi kebutuhan dan harapan para guru PAI di Kota Bandung.

(34)

93

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harapan para guru PAI, menggunakan metode pembinaan yang lebih menarik dan

variatif, terampil dalam menyajikan materi, materi yang sesuai dengan kebutuhan

dan upaya peningkatan kinerja, dilaksanakan secara intensif, evaluasi yang tepat dan

tindak lanjut yang cepat untuk memperbaiki kekurangan dari guru binaan.

Ketiga, kepada pembuat kebijakan penyelenggaraan pembinaan, bahwa

pembinaan yang dilakukan pengawas bukanlah satu-satunya bentuk pembinaan,

melainkan masih banyak lagi bentuk pembinaan lainnya seperti melalui

pembinaan/pelatihan secara kolosal. Oleh karena itu, disarankan untuk

meningkatkan pelatihan-pelatihan, seminar, loka karya, serta pembinaan profesional

guru PAI dengan terlebih dahulu mengidentifikasi atau mendata guru mana yang

sudah mengikuti pelatihan dan mana yang belum mengikutinya. Hal ini dilakukan

agar terjadi pemerataan, sehingga semua guru PAI tidak tertinggal dan mempunyai

wawasan serta pengalaman yang luas guna terciptanya guru PAI yang kompeten dan

berkinerja tinggi.

Keempat, kepada pihak lain yang akan mengadakan penelitian pembinaan guru

PAI disarankan agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya, dengan tetap

memperhatikan panduan. Dan apa yang disampaikan oleh pembimbing harus dapat

dicerna dengan baik agar dalam penyelesaiannya dapat berjalan dengan baik pula,

terimalah dengan lapang dada dan hadapi dengan sikap menyenangkan serta

(35)

Nurazizah Rahman, 2014

…… Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

…… Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional

Akdon. (2009). Strategic Management For Educational Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Al-Wasilah, C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Arifin, M. (2004). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daradjat, Z. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. (2002). Mushaf Al-Qurān Terjemah. (Y. P. Al-Qurān, Penerj.) Depok: Al-Huda.

Departemen Pendidikan Nasional.(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia.

Departemen Pendidikan Nasional RI. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional.

Djadja. (2012, Februari 24). Bandung sebagai "City Of Education" (Kota

Pendidikan Berdasarkan Contoh dan Tindakan). dipetik Februari 28, 2014,

dari http://blogs.itb.ac.id/: http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/02/24/bandung-sebagai-city-of-eduaction-kota-pendidikan-berdasarkan-contoh-dan-tindakan/.

Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Farida, I. (2014, Februari 28). Wawancara Pra Penelitian tentang Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam. (N. Rahman, Pewawancara).

Fatah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(36)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

96

(37)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Kementerian Agama RI. (2012). Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. Biro Organisasi Tata Laksana Seretariat Jendral.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2013). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.

Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mangunhardjana, A. (1991). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.

Moleong, L. (2007). Metodologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Muhaimin. (2008). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.

Mulyasa. E. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono. (2010). Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan. Jogjajakarta: Ar-Ruzz Media.

Munawwir, A. (2002). Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: PP. Al Munawwir.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Pidarta, M. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(38)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

96

Purwanto, M. (2008). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Riduwan. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

S. Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Saefulloh, U. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Sagala S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.

Sagala, S. (2006). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Samsudin, Sadili. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia

Saud, U. S. (2013). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi. Jakarta: PD. Mahkota.

Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, S. N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Supriadi. D. (2001). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutisna, M. (2012). Pembinaan Oleh Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Guru Madrasah. Bandung: Program Magister Universitas Islam Nusantara.

Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(39)

Nurazizah Rahman, 2014

Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014

Ulwan, A. N. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. [ Penerj] Jamaluddin Miri. Semarang: Asy-Syifa.

Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah penggunaan skor skala koma Glasgow dapat membantu dalam mendiagnosis perdarahan intrakranial yang terjadi pada

untuk jogja masyarakatnya juga mulai sadar bahwa pengawet kimia sangat berbahaya bagi kesehatan. terbukti terjadi penurunan 60 persen setelah kami laukan sidak beberapa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul “Pengujian

25/2004 terwujud dalam bentuk rangkaian musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang dilakukan secara berjenjang dari mulai tingkat Kabupaten/Kota sampai dengan

Instead "CapabilitiesBaseType" is defined (cf. clause 7.4.10 "Capabilities document XML encoding") looking very much like "OWSServiceMetadata" but omitting

Implementasi dari kebijakan tersebut dapat di lihat pada Pemilihan kepala daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Aceh yang dilakukan pasca penandatanganan MOU Helsinki tahun

pengguna, khususnya anak-anak dalam mengenal teknik peraturan permainan futsal dengan menggunakan CD Aplikasi yang dapat dilihat berulang-ulang sekaligus mengenalkan teknologi

Harga pokok produksi memiliki beberapa unsur biaya yaitu :biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja langsung .Metode yang dipakai dalam penentuan harga pokok