SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
Nurazizah Rahman 1001637
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS TAHUN 2014
(Studi Deskriptif di Kota Bandung)
Oleh
Nurazizah Rahman
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Nurazizah Rahman 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak
seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau
Oleh:
Nurazizah Rahman 1001637
Disetujui dan disahkan oleh :
Pembimbing 1,
Dr. H. Aceng Kosasih, M.Ag. NIP. 19650917 199001 1 001
Pembimbing 2,
Dr. Wawan Hermawan, M.Ag. NIP. 19740209 200501 1 002
Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi ini telah diuji pada:
Hari/Tanggal : Rabu/27 Agustus 2013
Tempat : Gedung FPIPS UPI
Panitia Ujian :
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001
3. Penguji :
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd. NIP. 19580128 198612 1 001
Dr. H. Fahrudin, M.Ag. NIP. 19591008 198803 1 003
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... 1
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
BAB 1PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Struktur Organisasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB IIMANAJEMEN PEMBINAAN GURUDALAM BIDANG STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... Error! Bookmark not defined.
A. MANAJEMEN ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Manajemen ... Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan dan Fungsi Manajemen ... Error! Bookmark not defined.
3. Aktivitas Manajemen ... Error! Bookmark not defined.
B. PEMBINAAN ... Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.
2. Ruang Lingkup Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Pendekatan Pembinaan ... Error! Bookmark not defined.
C. PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Error! Bookmark not
defined.
1. Konsep Guru ... Error! Bookmark not defined.
2. Konsep Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not defined.
3. Model Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam ... Error! Bookmark not
defined.
4. Aktivitas Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam ... Error!
Bookmark not defined.
BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... Error! Bookmark not
defined.
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
2. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Desain Penelitian... Error! Bookmark not defined.
D. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.
G. Metode Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
H. Pengujian Kredibilitas Data ... Error! Bookmark not defined.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
1. Gambaran Umum ... Error! Bookmark not defined.
2. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
a. Perencanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark
not defined.
b. Pelaksanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark
c. Evaluasi Pembinaan GPAI SMA di Kota BandungError! Bookmark not
defined.
B. PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN Error! Bookmark not defined.
1. Analisis Perencanaan Pembinaan GPAI SMA di Kota Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
2. Analisis Pelaksanaan Pembinaan GPAI di SMA di Kota Bandung... Error!
Bookmark not defined.
3. Analisis Evaluasi Pembinaan GPAI di SMA di Kota Bandung ... Error!
Bookmark not defined.
BAB VKESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN... Error! Bookmark not defined.
B. SARAN ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...3
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Nurazizah Rahman (1001637): MANAJEMEN PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
TAHUN 2014
(Studi Deskriptif di Kota Bandung)
Guru merupakan salah satu dari komponen pendidikan yang berfungsi sebagai pendidik dan merupakan faktor penting bagi peningkatan kualitas pendidikan. Untuk menjadikan guru yang profesional dan berkualitas, maka lembaga yang bertanggung jawab atasnya, yakni Kementerian Agama tepatnya seksi PAI (Pendidikan Agama Islam) dan pengawas PAI senantiasa mengadakan pembinaan yang berkualitas terhadap GPAI (Guru Pendidikan Agama Islam). Maka dengan itu, diperlukanlah manajemen dalam mengatur pembinaan. Manajemen merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah manajemen pembinaan GPAI tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembinaan GPAI tingkat SMA oleh Kementerian Agama Kota Bandung yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam program pembinaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan (1) Observasi atau pengamatan, (2) Wawancara, dan (3) Studi Dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini ialah; (1) Perencanaan oleh seksi PAI dilaksanakan di awal tahun masa kerja dan di awal tahun ajaran. Perencanaan oleh Pokjawas dilaksanakan setiap awal dan akhir semester. Perencanaan tersebut meliputi penetapan tujuan, target, jadwal kunjungan kelas. (2) Pelaksanaan pembinaan oleh Seksi PAI dan Pengawas PAI dilakukan dalam bentuk seminar, workshop, bimbingan teknis (bimtek), dan pendidikan dan latihan (diklat). Hambatan pada saat pelaksanaan pembinaan antara lain, lokasi pembinaan yang kurang strategis, dan sarana pra sarana yang tidak memadai. (3) Evaluasi pembinaan oleh Seksi PAI maupun Pengawas PAI dilaksanakan segera setelah kegiatan dan dilaporkan maksimal seminggu setelah kegiatan kepada Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Bandung. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan oleh Seksi PAI dan Pengawas PAI sudah sesuai dengan fungsi manajemen yakni, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Nurazizah Rahman, 2014
ABSTRACT
Nurazizah Rahman (1001637): COACHING MANAGEMENT OF ISLAMIC EDUCATION TEACHERS AT SENIOR HIGH SCHOOL IN 2014
(Descriptive Study in Bandung)
A teacher is one of the educational components who serves as an educator and it is an important factor for improving the quality of education. To make professional and qualified teachers, the institution which is responsible for it, in this case Ministry of Religious Affairs especially the PAI (Islamic education) section and PAI supervisor always hold a quality coaching to GPAI (Islamic education teachers). Therefore it is necessary to regulate the management of the coaching. Management is a process of effective use of resources to achieve a particular goal or objective that includes planning, implementation, and evaluation. The central issue in this research is how the coaching management of PAI teachers in senior high school level in Bandung.The purpose of this study is to know the coaching management of GPAI in senior high school level by the ministry of religious affairs Bandung which includes planning, implementation and evaluation of coaching programs. In this study the writer uses a qualitative approach with descriptive method. Data collection techniques use Observation, Interview, and Study of documentation.The results of this research are; (1) Planning by Section PAI is implemented in the early years of employment and at the beginning of the school year. Planning by the supervisor held every beginning and end of the semester. The planning includes setting the goals, targets, and classroom visits. (2) The coaching implementation by PAI Section done in the form of Seminars, Workshops, Bimtek (tutoring technology), and Diklat (education and training). Obstacles in the implementation of coaching are the coaching location is less strategic, and inadequate facilities. (3) Coaching evaluation both by PAI Section and PAI supervisor is executed immediately after the activities and it is reported a maximum of one week after the activities to the Head Office of the Ministry of Religious Affairs Bandung. Thus, coaching is done by the PAI section and PAI Supervisor is accord with the management functions that are planning, implementation, and evaluation.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan ini, sebagai manusia yang hidup di dunia yang terus menerus
mengalami kemajuan dari masa ke masa, menuntut manusia untuk senantiasa terus
mengasah dan mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Untuk itu, manusia
sangatlah memerlukan pendidikan dalam kehidupannya.
Marimba (dalam Tafsir, 2012 hlm. 34) menyebutkan pengertian pendidikan,
bahwa “Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang
utama”. Adapun Pendidikan Islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau
aspeknya didasarkan pada ajaran Islam. Visi, misi, tujuan, proses belajar mengajar,
pendidik, peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, kurikulum, bahan ajar,
sarana prasarana, pengelolaan, lingkungan, dan aspek atau komponen pendidikan
lainnya didasarkan pada ajaran Islam. Itulah yang disebut dengan pendidikan Islam
atau pendidikan yang Islami (Nata, 2010, hlm. 35).
Pengertian dari segi bahasa yang dimiliki ajaran Islam ternyata jauh lebih
beragam, dibandingkan dengan pengertian dari segi bahasa di luar Islam. Hal ini
selain menunjukkan keseriusan dan kecermatan ajaran Islam dalam membina potensi
manusia secara detail, juga menunjukkan tanggung jawab yang besar pula.Yakni,
bahwa dalam melakukan pendidikan tidak boleh mengabaikan pengembangan
seluruh potensi manusia.
Jika pendidikan tidak dilaksanakan dengan baik maka dampaknya akan sangat
dirasakan pada kehidupan kita, khususnya dalam masyarakat. Dampak yang akan
dialami oleh masyarakat antara lain, kurang mampu menjadikan hasil dari
pendidikan untuk mengatasi berbagai masalah.
Dewasa ini, pendidikan sedang menjadi topik pembicaraan di Indonesia mulai
dari diskusi di kalangan mahasiswa, dosen, juga masyarakat bahkan banyak seminar
langsung dengan pembentukan model manusia serta begitu pentingnya bagi
kehidupan manusia untuk kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Karena
pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia terbaik, dan pendidikan yang
buruk akan menghasilkan pendidikan yang buruk.
Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, hal ini sesuai
dengan UUD Negara RI Tahun 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 1 bahwa: “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan” (Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 2013). Pemerintah Indonesia telah menyediakan wadah kepada
warga Negaranya untuk mengenyam pendidikan yakni di lembaga pendidikan yang
disebut sekolah.
Sekolah merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan dari sistem
pendidikan nasional dengan jenjang mulai dari pendidikan dasar (SD dan SMP)
hingga pendidikan menengah (SMA). Sekolah sebagai bagian integral yang tidak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional diharapkan mampu mewujudkan
manusia yang beriman dan bertakwa, serta memiliki kemampuan dan keterampilan
yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi ataupun untuk terjun ke dalam
masyarakat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Nasional, yaitu:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlāq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut praktisi pendidikan dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran (Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran UPI, 2009) menyebutkan bahwa
tujuan Pendidikan Nasional tersebut adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Undang-undang tersebut menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab
3
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula guru, dosen,
dan guru besar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, yakni pendidikan
dasar dan menengah. Adapun dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor adalah jabatan fungsional
tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi
(Nata, 2010, hlm.159).
Pendidikan di Indonesia yang telah dirancang secara sistematis dan ideal oleh
pemerintah haruslah memiliki guru yang kepribadiannya dapat dijadikan figur yang
paripurna. Itulah kesan guru sebagai sosok yang ideal.
Seiring dengan tekad Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan mutu
pendidikan, muncul ketentuan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi seorang tenaga pendidik profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga
profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, adalah berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional (Nata, 2010, hlm. 165).
Sebagai pendidik, guru wajib memiliki kualifikasi akdemik, kompetensi,
sertifikasi, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat; kompetensi meliputi kompetensi
pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Nata, 2010, hlm. 166-167). Peran Guru
Pendidikan Agama Islam menjadi sangat penting karena merupakan salah satu
Di tengah perkembangan zaman seperti sekarang ini. Tugas mendidik,
menjaga dan melindungi anak dari pengaruh buruk arus globalisasi dan modernisasi,
bukan perkara yang ringan. Bekal pendidikan dari sekolah berkualitas, menanamkan
rasa tanggung jawab dan disiplin serta moral tidak cukup, jika tidak diimbangi
dengan bekal pendidikan agama yang baik.
Pendidikan agama merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional
sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa isi kurikulum
setiap jenis, jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama.
Sehingga Pendidikan Agama Islam (PAI) juga wajib diberikan di jenjang Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN). Pengajaran Pendidikan Agama Islam merupakan
tanggung jawab Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) pada sekolah umum, baik
negeri maupun swasta.
Guru yang kurang profesional akan menghambat pelaksanaan sistem
pendidikan nasional. Penataan guru yang tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya menyebabkan pelaksanaan pendidikan tidak profesional. Banyak
pengelola pendidikan yang latar belakang pendidikannya tidak relevan dengan dunia
kerja yang ditekuninya.
Guru dituntut harus memiliki kualitas kinerja yang memadai. Mampu untuk
mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal, professional,
maupun aktualisasi kebijakan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal tersebut
lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tataran institusional, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai
dari aspek guru itu sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut
kualitas keprofessionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen
pendidikan yang professional.
Setiap guru harus bertugas sesuai dengan spesifikasinya, hal tersebut juga
sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal
27 ayat 1 poin c dan d, yaitu memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
5
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sesuai dengan bidang tugas. Oleh karena itu, peran guru PAI sebagai salah satu
SDM yang mengusung tujuan pendidikan nasional melalui Pendidikan Agama Islam
menjadi sangat penting.
Guru seharusnya mampu memahami dan melaksanakan nilai-nilai dalam
pendidikan. Dimulai dari sikap yang harus menjadi teladan sampai materi yang
harus dikuasai serta sesuai dengan keahliannya. Guru harus menampilkan diri
sebagai sosok yang memang pantas digugu dan ditiru (didengarkan nasehatnya dan
dicontoh segala tindak tanduknya).
Bertolak dari gagasan-gagasan tersebut di atas, maka lembaga pendidikan
harus mulai memperhatikan pentingnya GPAI sebagai salah satu SDM di sekolah.
Peran guru sebagai unsur utama dalam lembaga pendidikan termasuk GPAI harus
mendapat perhatian yang lebih baik. Maka pengelolaan GPAI perlu dikelola dengan
baik, untuk mendapatkan pendidikan yang lebih berkualitas.
Dalam pelaksanaannya upaya peningkatan kualitas guru tersebut
diselenggarakan antara lain oleh Kementrian Agama, dengan mengacu kepada
Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal Kementrian Agama Pasal 5 Poin c yang antara lain menyatakan
bahwa Kantor Wilayah Kementrian Agama menyelenggarakan fungsi yang salah
satunya adalah pelayanan, bimbingan, dan pembinaan di bidang pendidikan agama
dengan mempersiapkan segala perencanaan, pelaksanaan, sarana, dan prasarana
(Kementrian Agama RI, 2012).
Sebagai GPAI, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya bukan
hanya karena dirinya memilih profesi sebagai guru tapi bagi GPAI merupakan
bagian dari amanah yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, GPAI dalam
pelaksanaan fungsi pendidikan dan pengajarannya tidak hanya transfer knowledge
(transfer pengetahuan) saja, melainkan lebih penting dari itu yaitu, transfer of values
and ethic (transfer nilai dan etika). Namun, untuk mewujudkan fungsi tersebut,
seorang guru dituntut memiliki kualifikasi dan standarisasi yang telah ditetapkan,
Mengingat peranan stategis guru dalam setiap upaya peningkatan mutu
relevansi dan efesiensi pendidikan, maka pengembangan profesional guru
merupakan kebutuhan.
Kota Bandung merupakan salah satu kota pendidikan, yang menjadi tolok ukur
pendidikan di Indonesia bahkan dunia. Mulai dari Observatorium Bosscha yang
merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia di Lembang,
Jawa Barat, sekitar 15 km di bagian utara dari Kota Bandung dengan koordinat
geografis 107° 36′ Bujur Timur dan 6° 49′ Lintang Selatan. Lembaga Pasteur berdiri
6 Agustus 1890 dengan nama Parc Vaccinogene berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tahun 1890. Sampai Museum Geologi Bandung
yang didirikan pada tanggal 16 Mei 1928 yang pada awalnya berfungsi sebagai
laboratorium dan tempat penyimpanan hasil penyelidikan geologi dan pertambangan
dari berbagai wilayah Indonesia lalu berkembang lagi tidak hanya sebagai sarana
penelitian, tapi berfungsi pula sebagai sarana pendidikan, penyedia berbagai
informasi tentang ilmu kebumian dan objek pariwisata. Serta banyak lagi Pusat
Keunggulan Pendidikan yang lain seperti ITB, UPI, UNPAD, IT/IM TELKOM,
Widyatama, ITENAS serta banyak Univesitas, Pusdiklat (Pusat Pendidikan dan
Latihan) atau institusi/organisasi pendidkan lain yang menjadi referensi bagi insitusi
serupa di Indonesia, Asia tenggara bahakan dunia (Djadja, 2012). Maka Kota
Bandung seharusnya menjadi barometer keberhasilan pendidikan, termasuk dalam
pendidikan agama Islam.
Di jenjang sekolah keberhasilan pendidikan ini dapat dilihat dari kualitas dan
prestasi para siswa terutama gurunya. Beberapa sekolah di Kota Bandung adalah
sekolah favorit dan siswa-siswinya banyak mendapatkan prestasi sampai di tingkat
nasional. Begitu pun dengan GPAI SMA di Kota Bandung ini mendapat prestasi di
tingkat nasional dalam pembuatan model pembelajaran PAI di sekolah (Farida,
2014).
Prestasi-prestasi tersebut merupakan implementasi dari program pembinaan
yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Bandung dalam hal ini yang
bertanggung jawab adalah Seksi Pendidikan Agama Islam dan Pengawas PAI
7
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan diselenggarakannya pembinaan GPAI bukan sekedar untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru bersangkutan, melainkan yang
paling pokok adalah meningkatkan kinerja. Namun, tidak sedikit pula guru yang
kurang aktif dalam pelaksanaan pembinaan, sehingga berpengaruh pula pada
menurunnya kinerja guru tersebut.
Pengelolaan guru yang baik akan berdampak pada kualitas guru tersebut. Maka
dari sini, yang harus menjadi sorotan utamanya adalah pengelolaan pembinaan yang
dilaksanakan oleh lembaga terkait.
Dari berbagai keistimewaan di Kota Bandung ini khususnya prestasi di bidang
pendidikan, maka seorang gurulah yang menjadi unsur utama keberhasilan
pendidikannya. Sangat menarik untuk diteliti bagaimana manajemen pembinaan
yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Bandung terhadap Guru PAI tingkat
SMA yang banyak menuai prestasi hingga tingkat nasional tersebut.
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
maka perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian
ini. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan terkait Guru Pendidikan
Agama Islam (GPAI) antara lain: Keprofesionalan guru, kekurangan guru, tempat
kerja kurang strategis, kurangnya jam pelajaran, gaji guru sebagai buah dari
pengabdian kepada masyarakat.
Dari identifikasi masalah di atas yang menjadi kajian dalam penelitian ini
adalah masalah keprofesionalan guru, sehingga perlu diketahui bagaimana
pengelolaan GPAI yang berkaitan dengan kualitas kinerjanya. Dengan demikian,
dapat dirumuskan pokok masalah dalam penelitian ini yaitu: Manajemen pembinaan
yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Bandung, tepatnya Seksi PAI dan
Pengawas PAI terhadap GPAI di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Dari pokok masalah tersebut dapat diturunkan menjadi beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
2. Bagaimana Pelaksanaan Pembinaan Guru PAI SMA di Kota Bandung?
3. Bagaimana Evaluasi Pembinaan Guru PAI SMA di Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui bagaimana manajemen pembinaan guru
pendidikan agama Islam di SMA.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk memperoleh gambaran Perencanaan Pembinaan Guru PAI SMA di
Kota Bandung
b. Untuk memperoleh gambaran Pelaksanaan Pembinaan Guru PAI SMP di
Kota Bandung
c. Untuk memperoleh gambaran Evaluasi Pembinaan Guru PAI SMP di Kota
Bandung
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif,
berupa gambaran Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 (Studi Deskriptif di Kota Bandung), serta
dapat menjadi gambaran terhadap manjemen pendidikan bagi lembaga-lembaga
pendidikan.
2. Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak terutama yang bekaitan dengan dunia pendidikan diantaranya
sebagai berikut:
a. Bagi Pendidik/ Guru PAI
Dapat menambah cakrawala pandangan dan pengetahuan tentang manajemen
pembinaan guru Pendidikan Agama Islam, serta dapat memotivasi diri untuk
dapat meningkatkan kualitas kinerja keguruannya.
b. Bagi Seksi PAI dan Pokjawas (Kelompok Kerja Pengawas) PAI
Mampu memberikan gambaran secara objektif tentang manajemen
9
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) khususnya Program Studi Ilmu
Pendidikan Agama Islam (IPAI)
Diharapkan mampu memberikan Informasi dan memiliki dokumentasi
mengenai manajemen pembinaan guru Pendidikan Agama Islam sehingga
dapat menjadi bekal bagi mahasiswa IPAI sebagai calon pendidik/ guru PAI
yang akan datang. Selain itu juga dapat dijadikan referensi lembaga-lembaga
pendidikan lainnya.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber literatur untuk penelitian
selanjutnya yang masih terkait dengan Manajemen Pembinaan Guru
Pendidikan Agama Islam.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi. Penelitian ini disusun dalam lima
Bab. Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode dan Prosedur
Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab V Kesimpulan dan
Saran.
BAB I, Pendahuluan memaparkan beberapa alasan mengapa masalah tersebut
penting untuk diteliti. Pendahuluan meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur
Organisasi Penelitian.
BAB II, Kajian Pustaka peneliti memaparkan mengenai Manjemen Pembinaan
Guru Pendidikan Agama Islam meliputi Manajemen, Pembinaan, dan Pembinaan
Guru Pendidikan Agama Islam.
BAB III, berisi tentang metode dan prosedur penelitian yang digunakan oleh
peneliti meliputi Metode dan Pendekatan Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian,
Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan
Data, Metode Analisis Data, dan Pengujian Kredibilitas Data.
BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang pemaparan hasil
dan dikaitkan dengan beberapa teori sesuai data yang diperoleh. Bab IV, meliputi:
Gambaran Umum tentang Lokasi dan Subjek Penelitian; Pemaparan Data Hasil
Penelitian tentang perencanaan pembinaan, pelaksanaan pembinaan dan evaluasi
pembinaan; Pembahasan Data Hasil Penelitian tentang Manajemen Pembinaan
Pendidikan Agama Islam pada tingkat SMA di Kota Bandung meliputi analisis
perencanaan pembinaan, analisis pelaksanaan pembinaan, dan analisis evaluasi
pembinaan.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
Sukmadinata (2011, hlm. 52) menerangkan bahwa: “Metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”, sedangkan Alwasilah (2009, hlm. 149) mengungkapkan
bahwa, “metode penelitian merupakan alat atau cara untuk menjawab pertanyaan penelitian”. Dengan demikian, metode penelitian merupakan cara atau alat yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah penelitian.
Kegiatan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan dengan
pendekatan kualitatif yaitu, sebuah riset yang dilakukan untuk memotret kegiatan,
dimaksudkan untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang
terjadi di lapangan sebagaimana adanya. Sebagaimana Arikunto (2010, hlm. 151)
menjelaskan, studi deskriptif yaitu “Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap penelitian”.
Selanjutnya Sukmadinata (2011, hlm. 72) mengungkapkan bahwa metode deskriptif
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada. Selanjutnya Moleong (2007, hlm. 6) menyebutkan, laporan dari deskriptif akan
berupa kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian pada laporan
tersebut.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (dalam Moleong, 2007, hlm. 4).
Sugiyono mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
berlandaskan pada kondisi objek alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci,
kemudian untuk teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2010, hlm. 9). Makna dari pendapat
tersebut, bahwasannya peneliti sendiri yang menempatkan diri sebagai instrumen
dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka
sehingga hasil dari analisisnya berupa uraian. Penelitian kualitatif menekankan pada
proses daripada hasil, cenderung menganalisis data secara induktif selanjutnya
peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang didapat akan lebih
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat
dicapai dengan baik. Untuk itu, maka dalam penelitan ini dikumpulkan data-data
yang berkaitan dengan manajemen pembinaan yang dilakukan Kementerian Agama
Kota Bandung terhadap GPAI SMA di Kota Bandung, dan menempuh beberapa
langkah. Adapun langkah-langkah tersebut ialah: Persiapan, pengamatan,
pengumpulan, penganalisaan dan penafsiran data.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Seperti yang dijelaskan pada Bab I bahwa lokasi penelitian ini berpusat di Kota
Bandung, yaitu Kementrian Agama yang berada di Kantor Kementrian Agama Kota
Bandung Jl. Soekarno Hatta No. 498 Sekelimus Bandung.
Kota Bandung adalah Ibu Kota dari Jawa Barat, dan merupakan salah satu kota
pendidikan. Sehingga Kota Bandung harus menjadi barometer keberhasilan untuk
daerah-daerah sekitarnya. Oleh karena itu, penelitian ini sangat cocok dilakukan di
Kota Bandung ini.
2. Subjek Penelitian
Penelitian kualitatif diperlukan data-data atau informasi dari berbagai sumber
yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan dari penelitian. Untuk itu
harus ditentukan subjek penelitian yang dapat dijadikan sumber informasi tersebut
hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2005, hlm. 53) menyatakan bahwa:
Dalam penellitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah
purposive sampling, dan snowball sampling. Bahwa, Purposive sampling
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian pada penelitian ini, subjek penelitian dipilih secara
purposive bertalian dengan purposive atau tujuan tertentu seperti halnya Moleong
(2007, hlm. 224) bahwa: “Pada penelitian kualitatif tidak ada sampling acak tetapi
sampel bertujuan (purposive sample). Untuk itu pengambilan sampel sumber data
pada saat ini peneliti mengambil tiga informan dengan menimbang kriteria inklusif
yaitu diharapkan kepada Penanggung jawab SMA di Seksi Pendidikan Agama Islam
(PAI), Pengawas PAI, dan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di SMA di
Kementrian Agama Kota Bandung bersedia menjadi informan dan telah lama
berpengalaman di dunia pendidikan khususnya PAI dan bertanggung jawab atas
pembinaan GPAI.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dijadikan sebagai subjek penelitian
dalam penelitian ini adalah seksi PAI Kementrian Agama Kota Bandung, Pengawas
PAI yang ditugaskan di Kota Bandung, dan GPAI di SMA di Kota Bandung.
Nasution (1988, hlm. 22) mengemukakan, bahwa penentuan sampel
(responden/informan) dianggap telah memadai apabila dapat diteruskan sampai
dengan taraf redundancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya dengan menggunakan
responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang
berarti. Artinya bahwa besaran sampel tergantung pada informasi yang diberikan
informan, apabila informasi sudah dianggap cukup memadai, maka informan tidak
perlu lagi diperbesar/diperbanyak.
C. Desain Penelitian
Sukmadinata (2011, hlm. 287) mengemukakan bahwa: “Desain penelitian
merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Desain penelitian
Kualitatif bersifat, berubah dan berkembang, disesuaikan dan disempurnakan”.
Dalam penelitian ini mendeskripsikan tentang manajemen pembinaan guru,
pembinaan guru yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam bidang pendidikan.
Untuk itu ada beberapa tahapan rencana penelitian untuk mengggambarkan
1. Tahap Pra Penelitian
Pada Tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu
dengan melakukan penelitian pendahuluan ke seksi Pendidikan Agama Islam
Kementrian Agama Kota Bandung yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta No. 498
Sekelimus Bandung dengan maksud untuk mengetahui terlebih dahulu kondisi
umum dari tempat tersebut dan terkait pembinaan guru PAI. Hal ini dilakukan guna
mendapatkan data umum tentang seksi PAI termasuk di dalamnya pengawas PAI
dan konsolidasi dengan orang-orang yang berperan di dalamnya yang akan dijadikan
data dan informasi awal.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah selesai tahap persiapan penelitian dan persiapan-persiapan yang
menunjang telah lengkap, maka peneliti terjun kelapangan untuk memulai
pelaksanaan penelitian dengan menekankan bahwa instrumen/ alat penelitian yang
utama adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen utama dibantu oleh
pedoman observasi dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan untuk
berkomunikasi secara langsung antara peneliti dengan informan. Dengan kata lain
peneliti melakukan beberapa kegiatan, yaitu observasi atau pengamatan langsung,
wawancara, dan studi dokumentasi.
Setiap selesai mengadakan wawancara dan observasi peneliti menuliskan
kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan, dengan tujuan agar
dapat mengungkapkan data secara detail. Data yang diperoleh dengan suatu metode
wawancara dilengkapi, diperkuat, dan disempurnakan dengan observasi dan studi
dokumentasi. Penelitian kualitatif didasarkan atas asumsi bahwa data dapat
dilengkapi dan disempurnakan sepanjang proses penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Peneliti menganalisis tentang keberadaan program pembinaan GPAI yang
ternyata dilaksanakan oleh seksi PAI dan Pokjawas PAI, selanjutnya dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan selesai pengumpulan
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada saat wawancara, analisis terhadap jawaban yang diwawancarai sudah
dilakukan. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu,
diperoleh data yang dianggap kredibel. Begitupun pengumpulan data dari hasil
observasi untuk penyempurnaan datanya dibantu dengan catatan kaki sewaktu
observasi di lapangan.
Setelah data terkumpul maka diklasifikasikan data-data tersebut kemudian
dihasilkan menjadi sebuah tema dan jawaban dari permasalahan peneleitian dengan
mencapai tujuan umumnya dan tujuan khususnya.
D. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi maka akan dijelaskan beberapa istilah
yang menjadi variabel penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang
dimaksud dari Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Menengah Atas di Kota Bandung dijelaskan sebagai berikut:
1. Manajemen menurut George R. Terry (Engkoswara dan Komariah, 2011: 87)
mendefinisikan bahwa: Management is distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources. Definisi
tersebut melihat manajemen sebagai suatu proses yang jelas terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengendalian yang
dilaksanakan untuk menentukan serta melaksanakan sasaran/tujuan yang telah
ditentukan dengan menggunakan sumber daya dan sumber yang lainnya.
2. Pengertian pembinaan menurut bahasa atau asal katanya, pembinaan berasal dari
bahasa Arab, yaitu bana’-yabni-binā’ yang artinya membangun, membina, mendirikan (Munawwir, 2002 : 11). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
bina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Adapun
pembinaan berarti usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efesien
dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Nasional, 2008, hlm.
193-194). Pembinaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembinaan yang
3. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikannya ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.
Pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Mudjib dan Mudzakir (2008: 27)
mengemukakan bahwa: Pendidikan Islam dapat dirumuskan dari istilah seperti
Tarbiyah, ta’līm, dan ta’dīb, maka Pendidikan Islam dapat dirumuskan “Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada Peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pembinaan guru, dan
pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup
di dunia dan di akhirat”. Dan menurut Daradjat (2004: 86) menjelaskan bahwa: PAI ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahamidan mengamalkan ajaran agama
Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif human instrument, berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
Nasution (dalam Sugiyono, 2012, hlm. 223) mengemukakan bahwa: “Dalam
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama”. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti, hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya
yang dapat mencapainya.
Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau
tidak bagi peneliti. 2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3) Tidak ada
suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi,
kecuali manusia. 4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
difahami dengan pengetahuan semata. 5) Peneliti sebagai instrumen dapat segera
menganalisis data yang diperoleh. 6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat
mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan
menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan,
perbaikan atau pelakan (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010, hlm.
223-224).
Maka dari itu peneliti mengklasifikasikan bahan-bahan data yang dibutuhkan
seperti aspek yang diteliti, rincian data, teknik pengumpulan data dan sumber data
terutama pada wawancara, peneliti juga menyiapkan pedoman wawancara sebagai
salah satu instrumen yang digunakan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
penalitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting kondisi yang
alamiah, sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi berperan serta/parsipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk
itui teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah:
1. Observasi atau pengamatan
Observasi atau pengamatan, merupakan tehnik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung.
Sebagaiman Sugiyono (2012: 227) mengemukakan bahwa salah satu dari klasifikasi
observasi terdapat:
observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Dalam penelitian ini menggunakan observasi parsipatif yang berarti peneliti
ikut serta dalam pelaksanaan pembinaan GPAI SMA di Kota Bandung dengan
memaparkan peristiwa yang terjadi. Pada tekniknya peneliti menyiapkan catatan
kaki sebagai bukti penelitian.
2. Wawancara atau interviu (interview)
Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak dilakukan dalam penelitian deskriptif kualitatif.
Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara
individual. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterpetasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Pelaksanaan teknik wawancaranya yaitu dengan wawancara terstruktur
dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan dan wawancara tidak
terstruktur, peneliti bebas melakukannya sewaktu-waktu ada data yang kurang dan
mempertanyakan kembali atas jawaban yang tidak dimengerti oleh peneliti.
3. Analisis dokumen
Analisis dokumen, yaitu analisis terhadap beberapa dokumen yang
memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan seperti berita, koran,
artikel, majalah, buletin dan foto-foto. Dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen dapat
mengungkapkan bagaimana subjek mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan
situasi yang dihadapinya pada suatu saat, dan bagaimana kaitan antara definisi diri
tersebut dalam hubungan dengan orang-orang disekelilingnya dengan
tindakan-tindakannya. Analisis dokumen ini peneliti pun menganalisis beberapa buku dan
arsip yang telah diberi pinjam dan diberi izin untuk menggandakan dari responden.
4. Triangulasi
Triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu
mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam dan dilakukan secara
terus menerus sampai titik jenuh jawaban yang dibutuhkan. Sebagaimana Sugiyono
(2012, hlm. 244) menjelaskan bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusub ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh disri sendiri maupun orang lain.
Pada proses ini, peneliti melakukannya dengan mengikuti sebagaimana yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012, hlm. 244) bahwa:
Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti
melakukan anticipatory reduksi data.
1. Reduksi Data
Langkah pertama dalam menganalisis hasil penelitian ini adalah dengan
mereduksi data. Data tersebut direduksi dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok
sesuai dengan permasalahan. Sebagaimana yang dinyatakan Sugiyono dalam (2012:
247) bahwa:
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
Adapun yang peneliti lakukan dalam mereduksi data dari hasil penelitian
melalui dokumen, wawancara dan observasi, peneliti mengklasifikasikan data yang
diperoleh berdasarkan kategori-kategori yang diambil dari rumusan masalahnya
SMA Kota Bandung. Adapun untuk memperjelas sumber data yang diperoleh dan
mempermudah dalam mengklasifikasikan berdasarkan kategori-kategori, untuk itu
peneliti menggunakan teknik coding atau pengkodean. Sebagaimana Alwasilah
(2009, hlm.160) menjelaskan bahwa: “Coding adalah membagi-bagi data dan
mengelompokkannya dalam sebuah kategori. Gunanya untuk memudahkan peneliti
dalam membandingkan temuan dalam satu kategori atau silang kategori”. Coding yang didigunakan oleh peneliti terhadap data yang telah diperoleh adalah: Coding
untuk sumber data; Dokumen (Dok.), Wawancara (W) Observasi (O). Coding untuk
informan; Seksi PAI (S), Pengawas (P), GPAI (G). Coding untuk observasi kegiatan
pembinaan (OP), untuk lokasi/ tempat pembinaan (OT).
Adapun Coding dalam kategorisasi umum penelitian ini seperti Pembahasan
Umum (PU), Perencanaan (PR), Pelaksanaan (PL) dan Evaluasi (EV).
2. Display data
Setelah informasi diperoleh dari lapangan dan direduksi, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan display (menampilkan/menyajikan) data dengan
secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar dapat melihat gambaran keseluruhan
dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap dengan
dikategorisasikan, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam
bentuk deskripsi dan interpretasi dengan harapan menggambarkan perspektif sesuai
data yang diperoleh di lapangan
3. Conclusion drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
Langkah akhir proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi,
hal ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan. Agar mencapai
suatu kesimpulan yang akurat kesimpulan tersebut senantiasa harus diverifikasi
selama penelitian berlangsung, dengan cara mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya dan menggali informasi yang lebih mendalam agar lebih menjamin
validitas sehingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.
H. Pengujian Kredibilitas Data
Kredibilitas/ keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kredibilitas dapat diadakan pengecekkan dengan teknik pengamatan yang tekun, dan
triangulasi setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali dengan tiga
cara yaitu sumber, metode, dan waktu (Putra & Lisnawati, 2012, hlm. 34). Dengan
kata lain, pengujian kredibilitas atau keabsahan data pada penelitian ini dilakukan
Nurazizah Rahman, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Secara umum manajemen penyelenggaraan pembinaan GPAI tingkat SMA di
Kota Bandung yang dilakukan oleh Kementrian Agama Kota Bandung sudah
berjalan sesuai fungsi manajemen, yaitu adanya perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
Perencanaan pembinaan oleh seksi PAI dilakukan berdasarkan Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia (PMA RI) No. 13 Tahun 2012. Perencanaan
program pembinaan oleh seksi PAI ini dirancang dengan landasan hukum yang jelas
dan kuat, tujuan, materi, metode, mekanisme pembinaan dan sasaran yang pasti
yakni GPAI di SMA se-Kota Bandung. Semua ini sangat mendukung pada
pelaksanaan kegiatan pembinaan. Perencanaan pembinaan oleh pengawas PAI
dilakukan dengan mengacu kepada Misi program kerja kepengawasan yaitu
terciptanya pendidikan agama Islam di Sekolah dan penyelenggaraan pendidikan di
Madrasah secara efektif sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pencapaian mutu pendidikan. Perencanaan tersebut meliputi penetapan tujuan,
target, jadwal kunjungan kelas. Adapun sasaran pembinaan ini adalah kinerja GPAI
di sekolah meliputi kurikulum, proses pembelajaran, serta evaluasi hasil
pembelajaran dan penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah. Segala program
pembinaan yang dilaksanakan oleh pengawas adalah berdasarkan
kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah diputuskan yakni, salah satunya adalah PMA RI
No. 2 Tahun 2012 tentang Pengawas Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama
Islam Pada Sekolah.
Pelaksanaan pembinaan GPAI oleh seksi PAI dilkukan dengan model
pembinaan pelatihan (training) dalam bentuk seminar, bimtek (bimbingan teknis),
dan workshop. Materi yang disampaikan diantaranya adalah pendalaman Kurikulum
2013, dan penyampaian kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Pemateri yang
91
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tinggi, bahkan dari sesama guru yaitu guru yang berprestasi. Pada pelaksanaannya,
tidak semua dapat dilaksanakan secara sempurna baik oleh seksi PAI maupun
pengawas PAI. Pada seksi PAI, terdapat faktor-faktor yang menghambat seperti
metode pembinaan yang kurang variatif, terjadinya kesalahan teknis dalam
penyediaan media, dan koordinasi yang lemah sehingga mengakibatkan kurang
efektifnya pembinaan. Pelaksanaan pembinaan GPAI SMA oleh pengawas PAI
SMA di Kota Bandung yang dilaksanakan dalam bimbingan proses belajar mengajar
dan kelengkapan perangkat pembelajaran serta hal lainnya yang berkaitan. Dalam
pelaksanaan ini menggunakan pendekatan secara langsung bertatap muka terhadap
GPAI dengan pengawas yang mengunjunginya. Adapun dalam pelaksanaannya
pengawas lebih banyak mensosialisasikan kebijakan-kebijakan pemerintah dan
melakukan pembinaan dengan diskusi tentang permasalahan-permasalahan atau
kendala-kendala yang dialami oleh GPAI tersebut. Pembinaan yang dilaksanakan
oleh pengawas pun menemui beberapa hambatan yakni, lokasi guru binaan yang
berjauhan sehingga dalam satu hari hanya beberapa guru di satu sekolah saja. Selain
itu, tidak sebandingnya jumlah pengawas dengan jumlah guru binaan pun menjadi
penghambat penyelenggaraan pembinaan sehingga proses pembinaan menjadi
kurang intensif.
Evaluasi pembinaan oleh seksi PAI dilakukan segera setelah kegiatan dan
evaluasi umum dilakukan di akhir tahun ajaran dan akhir tahun masa kerja. Standar
evaluasinya ialah analisis beban kerja yang sudah ditentukan pada saat perencanaan.
Analisis beban kerja tersebut menjadi tolak ukur keberhasilan pembinaan. Hasil
evaluasi di laporkan kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bandung
paling lambat satu minggu setelah kegiatan. Adapun evaluasi pembinaan oleh
pengawas PAI dilakukan setiap satu minggu sekali, sedangkan pembuatan laporan
dilakukan perbulan yang diketahui oleh ketua pokjawas dan diserahkan pula kepada
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Bandung, kemudian dianalisis untuk
didiskusikan keputusan tindak lanjutnya. Sehingga dapat terlihat perkembangan dari
hasil pembinaan apakah sudah berhasil atau tidak. Jika ada program yang tidak
terlaksana maka akan di tindak lanjut pelaksanaannya pada perencanaan program
berikutnya agar menghasilkan pembinaan yang lebih baik dari sebelumnya. Namun,
PAI hanya dilakukan untuk tahun berikutnya, padahal yang membutuhkan adalah
GPAI pada saat itu juga, dan harapannya dapat dilakukan tindak lanjut pada waktu
yang tidak jauh dari pembinaan sebelumnya. Sehingga kebutuhan GPAI dapat segera
dipenuhi.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh seksi PAI maupun pengawas PAI antara
lain, kurang koordinasi antar mitra kerja,dana dan fasilitas, kuantitas pengawas tidak
sebanding dengan objek binaannya sehingga kurang maksimalnya pengawasan, dan
lokasi objek yang jauh sehingga memakan waktu yang lebih dalam melaksanakan
pengawasan. Adapun untuk mengatasinya ialah dengan kemampuan dan keahlian
masing-masing penyelenggara miliki untuk bersama-sama meningkatkan mutu
Pendidikan Agama Islam di sekolah umum.
Dengan demikian pembinaan pada seksi PAI dan pengawas PAI dilakukan
sesuai dengan fungsi manajemen yakni, melakukan kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan meliputi perencanaan pembinaan,
pelaksanaan pembinaan, dan evaluasi dari kegiatan pembinaan. Walaupun dalam
pelaksanaannya menemui berbagai kendala, kegiatan pembinaan dapat berjalan
dengan normal.
B. SARAN
Pertama, Ketua Seksi Pendidikan Agama Islam, sebagai pejabat yang
berwenang serta bertanggung jawab dalam memberikan pembinaan kepada guru PAI
secara umum, disarankan agar meningkatkan program pembinaan dan pelatihannya
terhadap guru PAI serta memperbaiki koordinasi baik dengan guru PAInya maupun
dengan pengawas PAI yang sama-sama bertanggungjawab atas pelaksanaan
pembinaan, sehingga dalam penyelenggaraan kegiatan pembinaan ini dapat berjalan
dengan sempurna.
Kedua, Pengawas PAI, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi antar
pengawas dan guru PAI sehingga dapat bekerja sama dengan lebih baik dan
bersama-sama memenuhi kebutuhan dan harapan para guru PAI di Kota Bandung.
93
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harapan para guru PAI, menggunakan metode pembinaan yang lebih menarik dan
variatif, terampil dalam menyajikan materi, materi yang sesuai dengan kebutuhan
dan upaya peningkatan kinerja, dilaksanakan secara intensif, evaluasi yang tepat dan
tindak lanjut yang cepat untuk memperbaiki kekurangan dari guru binaan.
Ketiga, kepada pembuat kebijakan penyelenggaraan pembinaan, bahwa
pembinaan yang dilakukan pengawas bukanlah satu-satunya bentuk pembinaan,
melainkan masih banyak lagi bentuk pembinaan lainnya seperti melalui
pembinaan/pelatihan secara kolosal. Oleh karena itu, disarankan untuk
meningkatkan pelatihan-pelatihan, seminar, loka karya, serta pembinaan profesional
guru PAI dengan terlebih dahulu mengidentifikasi atau mendata guru mana yang
sudah mengikuti pelatihan dan mana yang belum mengikutinya. Hal ini dilakukan
agar terjadi pemerataan, sehingga semua guru PAI tidak tertinggal dan mempunyai
wawasan serta pengalaman yang luas guna terciptanya guru PAI yang kompeten dan
berkinerja tinggi.
Keempat, kepada pihak lain yang akan mengadakan penelitian pembinaan guru
PAI disarankan agar lebih baik lagi dari yang sebelumnya, dengan tetap
memperhatikan panduan. Dan apa yang disampaikan oleh pembimbing harus dapat
dicerna dengan baik agar dalam penyelesaiannya dapat berjalan dengan baik pula,
terimalah dengan lapang dada dan hadapi dengan sikap menyenangkan serta
Nurazizah Rahman, 2014
…… Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
…… Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Bab II tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional
Akdon. (2009). Strategic Management For Educational Management (Manajemen Strategik Untuk Manajemen Pendidikan). Bandung: Alfabeta.
Al-Wasilah, C. (2009). Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.
Arifin, M. (2004). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Daradjat, Z. (2004). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Agama RI. (2002). Mushaf Al-Qurān Terjemah. (Y. P. Al-Qurān, Penerj.) Depok: Al-Huda.
Departemen Pendidikan Nasional.(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Gramedia.
Departemen Pendidikan Nasional RI. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Jendral Departemen Pendidikan Nasional.
Djadja. (2012, Februari 24). Bandung sebagai "City Of Education" (Kota
Pendidikan Berdasarkan Contoh dan Tindakan). dipetik Februari 28, 2014,
dari http://blogs.itb.ac.id/: http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/02/24/bandung-sebagai-city-of-eduaction-kota-pendidikan-berdasarkan-contoh-dan-tindakan/.
Engkoswara dan Komariah, A. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Farida, I. (2014, Februari 28). Wawancara Pra Penelitian tentang Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam. (N. Rahman, Pewawancara).
Fatah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Kementerian Agama RI. (2012). Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. Biro Organisasi Tata Laksana Seretariat Jendral.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. (2013). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI.
Majid, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Majid, A. (2012). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mangunhardjana, A. (1991). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, L. (2007). Metodologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Muhaimin. (2008). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyasa. E. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyono. (2010). Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan. Jogjajakarta: Ar-Ruzz Media.
Munawwir, A. (2002). Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: PP. Al Munawwir.
Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Pidarta, M. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
96
Purwanto, M. (2008). Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramayulis. (2010). Ilmu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Riduwan. (2011). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
S. Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Saefulloh, U. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Sagala S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Sagala, S. (2006). Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Samsudin, Sadili. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia
Saud, U. S. (2013). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Sihombing, U. (2000). Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi. Jakarta: PD. Mahkota.
Sudjana. (2010). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, S. N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supriadi. D. (2001). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutisna, M. (2012). Pembinaan Oleh Pengawas Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Guru Madrasah. Bandung: Program Magister Universitas Islam Nusantara.
Tafsir, A. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurazizah Rahman, 2014
Manajemen Pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Menengah Atas Tahun 2014
Ulwan, A. N. (2001). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. [ Penerj] Jamaluddin Miri. Semarang: Asy-Syifa.
Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.