• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPAK BOLA SMA NEGERI 3 CIMAHI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPAK BOLA SMA NEGERI 3 CIMAHI."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPAK BOLA

SMA NEGERI 3 CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh

ASEP FUZIYONO 0807689

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Asep Fuziyono,2013

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ASEP FUZIYONO

NIM : 0807689

JUDUL : PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPAK BOLA SMA NEGERI 3 CIMAHI

Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing 1

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd NIP. 196210231989031001

Pembimbing II

Drs. Entang Hermanu NIP. 196101061989031001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PROFIL KONDISI

FISIK ATLET SEPAK BOLA SMA NEGERI 3 CIMAHI” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan, khususnya di kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Melaui pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Bandung, Januari 2013

Yang membuat pernyataan,

Asep Fuziyono

(4)

Asep Fuziyono,2013

ABSTRAK

PROFIL KONDISI FISIK ATLET SEPAK BOLA

SMA NEGERI 3 CIMAHI

Pembimbing: 1. Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd 2. Drs. Entang Hermanu

*Asep Fuziyono

2013

Penelitian yang berjudul “Profil Kondisi Fisik Atlet Sepak Bola SMA Negeri 3 Cimahi” dilatarbelakangi oleh pentingnya pembinaan atau latihan kondisi fisik dalam olahraga, salah satunya cabang olahraga sepak bola. Latihan fisik menjadi sangat penting karena dengan memberikan beban latihan fisik, kondisi fisik atlet dapat dikembangkan secara maksimal sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal. Tetapi pada kenyataannya, banyak pelatih yang mengabaikan komponen fisik dalam melatih, Hal ini biasanya mengakibatkan penurunan kualitas kondisi fisik para atlet, sehingga sulit dalam mencapai prestasi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Subyek penelitian adalah atlet putra, ekstrakulikuler sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi sebanyak 20 atlet. Instrumen penelitian berupa lembar observasi tes kondisi fisik. Pada penelitian ini diteliti enam komponen kondisi fisik untuk cabang olahraga sepak bola, antara lain; daya tahan aerob, daya tahan anaerob, kecepatan, power, fleksibilitas, dan kelincahan. Data penelitian diperoleh dari hasil tes dan pengukuran kondisi fisik atlet sepak bola yang meliputi, lari 15 menit, lari 300 meter, lari cepat 20 meter, tes vertical-jump, tes sit and reach dan tes shuttle run. Hasil penelitian menunjukkan secara keseluruhan kondisi fisik atlet SMA Negeri 3 Cimahi tergolong dalam kategori cukup. Profil kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi untuk setiap komponen adalah sebagai berikut; fleksibilitas dan kecepatan tergolong kategori baik, kekuatan dinamis (power) dan kelincahan tergolong kategori cukup, sedangkan daya tahan aerob dan anaerob tegolong kategori kurang.

Kata kunci : kondisi fisik, sepak bola, latihan fisik.

(5)

DAFTAR ISI

C.Karakteristik Permainan Sepak Bola ... 16

D.Hakekat Kondisi Fisik ... 19

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C.Langkah-Langkah Penelitian ... 32

D.Instrumen Penelitian ... 32

(6)

Asep Fuziyono,2013

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Data Pengukuran Setiap Komponen Fisik Atlet Sepak Bola ... 46

B. Tingkat Kondisi Fisik Setiap Atlet Berdasarkan Hasil Tes Secara Keseluruhan ... 53

C. Diskusi Penemuan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... .... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... .... 64

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kategori Skor Tes Sit and Reach ... 42

Tabel 3.2 Kategori Skor Tes Lari 20 Meter ... 42

Tabel 3.3 Kategori Skor Tes Shuttle Run ... 42

Tabel 3.4 Kategori Skor Tes Vertical Jump ... 43

Tabel 3.5 Kategori Skor Tes Lari 15 Menit ... 43

Tabel 3.6 Kategori Skor Tes Lari 300 Meter ... 43

Tabel 3.7 Konversi Nilai ... 43

Tabel 3.8 Kategori Status Kondisi Fisik ... 45

Tabel 4.1 Konversi Nilai Kondisi Fisik Setiap Atlet Ditinjau dari Data Tes Kondisi Fisik Secara keseluruhan ... 53

(8)

Asep Fuziyono,2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lapangan Sepak Bola ... 16

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 32

Gambar 3.2 Tes Vertical Jump ... 35

Gambar 3.3 Tes Lari 300 Meter ... 37

Gambar 3.4 Tes Lari Cepat 20 Meter ... 38

Gambar 3.5 Tes Sit and Reach ... 39

Gambar 3.6 Tes Shuttle Run ... 40

Gambar 4.1 Hasil Tes Vertical-Jump ... 47

Gambar 4.2 Hasil Tes Lari 15 Menit ... 48

Gambar 4.3 Hasil Tes Lari 300 Meter ... 49

Gambar 4.4 Hasil Tes Lari 20 Meter ... 50

Gambar 4.5 Hasil Tes Sit and Reach ... 51

Gambar 4.6 Hasil Tes Shuttle Run ... 52

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Hasil Tes Kondisi Fisik Atlet Sepak Bola SMA Negeri 3 Cimahi 64 Lampiran B Penilaian Hasil Tes Kondisi Fisik Secara Keseluruhan Atlet

Sepak Bola SMA Negeri 3 Cimahi ... 70

Lampiran C Hasil Angket Kondisi Fisik ... 72

Lampiran D Surat-Surat Penelitian ... 78

(10)

Asep Fuziyono,2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia dalam deretan olahraga beregu. Salah satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola dengan tujuan mencetak gol ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mempertahankan gawangnya agar tidak kemasukan. Suatu tim akan dinyatakan menang apabila tim tersebut dapat memasukkan bola terbanyak ke gawang lawannya, dan apabila sama, maka permainan dinyatakan seri.

Pada permainan sepak bola ada beberapa pembagian peran yaitu pemain bertahan, pemain tengah, dan penyerang. Sama halnya dengan olahraga beregu yang lain, sepak bola juga mengandalkan kerjasama atau kekompakan dalam timnya untuk memenangkan permainan. Pemain harus melakukan gerakan atau teknik sepak bola dengan baik untuk memenangkan permainan. Untuk dapat melakukan gerakan teknik sepak bola dengan baik, ada empat komponen latihan yang harus dilakukan pemain, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental.

(11)

Kondisi fisik adalah kemampuan untuk menghadapi tuntutan fisik suatu olahraga untuk tampil secara optimal (Martens, 2004:268).

Latihan kondisi fisik penting dilakukan untuk meningkatkan kondisi fisik atlet sepak bola. Tujuan dari pelatihan fisik dalam sepak bola adalah memungkinkan pemain untuk menghadapi tuntutan fisik permainan serta memungkinkan efisiensi penggunaan berbagai kompetensi teknis dan taktis sepanjang pertandingan. Harsono menjelaskan (1988:153) bahwa “sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet”. Tanpa latihan kondisi fisik

yang baik atlet tidak akan mampu menjalani pertandingan yang berdurasi 90 menit dan melakukan teknik sepak bola dengan baik dalam suatu permainan.

Dalam permainan sepak bola latihan teknik juga sangat dibutuhkan guna membentuk dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau gerak yang diperlukan oleh atlet dalam permainan sepak bola. Tujuan latihan teknik adalah untuk mempermahir gerakan-gerakan keterampilan dalam permainan sepak bola. Tanpa latihan teknik seorang pemain tidak akan mampu melakukan teknik permainan sepak bola dengan baik seperti passing, dribbling, long pass, shooting dan lainnya.

(12)

3

Asep Fuziyono,2013

mencapai prestasi yang maksimal. Atlet yang memiliki mental yang baik akan mampu mengeluarkan kemampuannya dengan maksimal.

Melalui keterampilan yang diperoleh dari hasil latihan, seorang pemain dituntut untuk bermain bagus dan mampu menghadapi tekanan-tekanan yang terjadi dalam pertandingan. Pemain harus mampu melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan dalam waktu yang terbatas, kelelahan fisik dan mental dalam menghadapi lawan. Pemain sepak bola harus mampu berlari beberapa kilometer dalam satu pertandingan dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat. Oleh karena itu, seorang pemain sepak bola tidak hanya dituntut untuk memahami taktik permainan individu, kelompok atau beregu tetapi dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang baik. Maka, kondisi fisik menjadi hal yang penting bagi atlet sebab kondisi fisik sebagai fondasi untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental. Setiawan (Giriwijoyo, 2007) menyatakan bahwa:

Kondisi fisik yang baik harus dimiliki seorang atlet karena merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dan penting sekali dalam mencapai prestasi yang tinggi. Disamping itu, kondisi fisik yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga.

Mengenai pentingnya kondisi fisik Harsono (1988:153) mengungkapkan bahwa:

(13)

fisik lainnya, 3) akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, 4) akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, 5) akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian dilakukan.

Kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan atlet untuk mencapai tuntutan prestasi yang optimal. Semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi atlet.

Sebelum diterjunkan ke dalam pertandingan, seorang atlet harus berada dalam kondisi fisik yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam tekanan, seperti tekanan dari penonton, lawan, pelatih, dan pengaruh lainnya yang dihadapinya dalam pertandingan. Menurut Harsono (1988:154),

“melalui latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang sedikit demi sedikit

ditambah dalam intensitas dan kompleksitasnya atlet akan berubah menjadi orang yang lebih pegas, lincah, kuat, terampil, dan dengan sendirinya lebih efektif.”

Pemain sepak bola harus bekerja keras mengembangkan semua komponen fisik yang dibutuhkan seperti: kekuatan (strength), daya tahan (endurance) meliputi aerob dan anaerob, kecepatan (speed), , kekuatan dinamis (power), fleksibilitas (flexibility), kelincahan (agility), (Spades, 2012). Martens (2004:271-272)

(14)

5

Asep Fuziyono,2013

Komponen fisik pertama yang diperlukan oleh atlet sepak bola adalah kekuatan (strength). Martens (2004:271) menjelaskan bahwa “kekuatan adalah jumlah maksimum dari gaya otot yang dapat diproduksi untuk melakukan suatu usaha”. Scheunemann (2012:15) menambahkan bahwa “kekuatan adalah kemampuan otot melakukan gerakan tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi dan dengan beban bervariasi”. Komponen fisik kekuatan mempegaruhi kemampuan atlet dalam usaha melindungi bola, memenangkan perebutan bola dengan kaki atau kepala. Kekuatan juga dapat membuat atlet menjadi lebih cepat dan lebih eksplosif dan membantu dalam mengurangi cedera (Spades, 2012). Martens (2004:277) menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk semua posisi membutuhkan kekuatan pada skala medium atau sedang.

Komponen kondisi fisik yang kedua yang dibutuhkan atlet sepak bola adalah daya tahan (endurance). Menurut Martens (2004:271), “daya tahan adalah kemampuan otot untuk berkontraksi secara berulang-ulang atau mempertahankan kontraksi dengan melibatkan gaya maksimum yang rendah”. Harsono (1988:155) menjelaskan pula bahwa, “daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang

berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut”. Scheunemann (2012:15)

menambahkan bahwa “daya tahan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan

aktivitas fisik dengan intensitas tertentu dalam kurun waktu tertentu”.

(15)

Daya tahan atlet sebagian besar menggunakan energi yang dihasilkan oleh sistem oksigen, sedangkan lari sprin sebagian besar menggunakan kumpulan atau sistem asam pospat. Oleh karena itu untuk pemain bola, kedua sistem tersebut samgat penting. Secara bersamaan mereka membentuk daya tahan khusus untuk atlet sepak bola, yaitu sistem aerob dan anaerob.

Harsono (1988:156) menjelaskan bahwa “daya tahan aerob adalah

kemampuan fisik yang berhubungan dengan pemasukan oksigen untuk mewujudkan gerak yang dilakukan oleh otot”. Komponen kondisi fisik tersebut sangat penting sekali. Karena lamanya waktu permainan sepak bola 2 x 45 menit, dengan ciri berlari dan shooting sudah pasti membutuhkan kemampuan aerob yang tinggi. Dengan aerob yang tinggi pemain akan terus dapat melakukan mobilisasi ditengah lapangan. Seorang pemain tidak akan mudah lelah dalam menjalani pertandingan yang begitu lama jika mempunyai daya tahan aerob yang baik.

Daya tahan anerob dijelaskan pula oleh Harsono (1988:160) bahwa, “daya tahan anaerob biasa disebut stamina karena kerja stamina adalah kerja pada tingkat anerob, dimana suplai atau pemasukan oksigen tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan yang diperlukan otot”. Anaerob berarti “tanpa oksigen” dan

daya tahan anaerob ini mengacu pada sistem energi yang memungkinkan otot-otot untuk bekerja dengan menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu sistem asam phospat. Melihat karakteristik permainan sepak bola, yaitu sering sprint dengan durasi waktu 2 x 45 menit dan dilakukan secara berulang-ulang,

(16)

7

Asep Fuziyono,2013

menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk posisi goalkeeper membutuhkan daya tahan aerobic yang rendah dan anaerobic yang sedang. Sedangkan selain posisi goalkeeper membutuhkan daya tahan aerobik dan anaerobik pada skala tinggi.

Komponen fisik selanjutnya yang diperlukan dalam permainan sepak bola adalah kecepatan (speed). Martens (2004:271) menjelaskan bahwa “kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan perpindahan tubuh atau bagian tubuh dengan sangat cepat. Kecepatan adalah jarak perpindahan dibagi dengan waktu”. Scheunemann (2012:15) menjelaskan pula bahwa, “kecepatan adalah kemampuan pemain melakukan gerakan atau menempuh jarak tertentu dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Kecepatan sangat penting atau dibutuhkan dalam permainan sepak bola baik pada saat melakukan sprint-sprint pendek untuk merebut bola dari lawan atau membebaskan diri dari penjagaan lawan. Pemain yang tidak memiliki kecepatan akan kesulitan mendapatkan bola pada saat perebutan bola. Martens (2004:277) menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk semua posisi membutuhkan kecepatan pada skala high atau kecepatan tinggi .

Komponen kondisi fisik lainnya adalah kekuatan dinamis (power). Kekuatan dinamis adalah suatu kinerja otot yang akan menimbulkan kerutan dan pengenduran suatu otot terjadi silih berganti. Menurut Harsono (1988:176), power adalah hasil dari kekuatan dan kecepatan”. Power dapat diartikan sebagai kemampuan otot untuk mengerahkan kemampuan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Martens (2004:271) memiliki pandangan yang sama mengenai

power, yaitu “kemampuan untuk mengerahkan kekuatan otot secara cepat”.

(17)

memelihara gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban tinggi dalam kurun waktu yang lama”.

Salah satu yang mempengaruhi power adalah daya tahan. Atlet yang memiliki daya tahan kekuatan yang baik akan memiliki power yang baik. Harsono (1988:177) menjelaskan bahwa “daya tahan kekuatan adalah kemampuan otot

untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”.

Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik terutama dalam olahraga sepak bola, karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet atau orang dari kemungkinan cedera karena sepak bola merupakan olahraga yang rentan akan terjadinya bahaya cedera, karena dengan kekuatan, atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efesien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi. (Harsono, 1988:177).

Power merupakan salah satu peranan kondisi fisik yang penting, terutama

dalam melakukan sprint, long pass, dan shooting untuk mencetak gol. Untuk memiliki power yang kuat seorang pemain harus memiliki kekuatan yang kuat. Pemain akan sulit untuk berlari dan melakukan long pass dan shooting dengan baik apabila tidak memiliki kekuatan dinamis dan power yang bagus. Martens (2004:277) menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk posisi goalkeeper membutuhkan power yang sedang. Sedangkan selain posisi goalkeeper membutuhkan power pada skala sedang bahkan sampai tinggi.

(18)

9

Asep Fuziyono,2013

untuk dapat bergerak”. Scheunemann (2012:17) menambahkan bahwa,

“kelenturan adalah kemampuan tubuh atau salah satu bagian tubuh untuk

menggabungkan kelenturan otot dan sendi guna mencapai jarak terjauh yang dapat dilakukan”. Komponen kondisi fisik ini sangat penting dalam permainan

sepak bola, seorang pemain sepak bola yang memiliki kelenturan bagus akan terlihat indah gerakannya pada saat pemain tersebut mendribbling bola dengan tujuan untuk melewati lawannya, selain itu juga pemain yang memiliki tingkat fleksibilitas tinggi akan terhindar dari cedera. Pemain yang tingkat fleksibiltasnya jelek akan sulit untuk menggiring bola dalam melewati dan mengecoh pertahanan lawan (Spades, 2012). Martens (2004:277) menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk posisi selain goalkeeper membutuhkan power yang sedang. Sedangkan untuk posisi goalkeeper membutuhkan power pada skala sedang bahkan sampai tinggi.

Komponen kondisi fisik lainnya yang dibutuhkan oleh pemain sepak bola adalah kecepatan gerak (agility). Menurut Martens (2004:212), “kelincahan adalah kemampuan untuk memulai, menghentikan dan merubah kecepatan dan

arah secara cepat dengan tepat”. Scheunemann (2012:17) menambahkan bahwa,

“kelincahan adalah kemampuan pemain mengatur bagian-bagian tubuhnya guna mengelola bola maupun saat melakukan gerakan tanpa bola”.

(19)

untuk mengecoh lawan. Latihan kelincahan sepak bola, juga membantu meningkatkan kecepatan waktu reaksi, gerak kaki yang cepat, dan membuat lebih efektif di lapangan (Spades, 2012). Martens (2004:277) menerangkan bahwa atlet sepak bola untuk semua posisi membutuhkan tingkat kelincahan yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, kondisi fisik harus benar-benar diperhatikan oleh seorang pelatih baik dalam latihan rutin maupun dalam menghadapi kejuaraan sehingga seorang pelatih dapat mengetahui kondisi fisik pemainnya. Selain itu latihan kondisi fisik menjadi sangat penting karena dengan memberikan beban latihan, kondisi fisik atlet dapat dikembangkan secara optimal. Tetapi pada kenyataannya banyak pelatih yang mengabaikan komponen kondisi fisik tersebut dalam melatih atlet sepak bola, hal ini biasanya mengakibatkan penurunan kualitas kondisi fisik para atlet sehingga sulit dalam mencapai prestasi yang maksimal. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Profil

Kondisi Fisik Atlet Sepak Bola SMA Negeri 3 Cimahi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti merumuskan masalah dari penelitian ini, yaitu“Bagaimanakah profil kondisi fisik

(20)

11

Asep Fuziyono,2013 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk beberapa pihak, antara lain :

1. Secara teoretis memberikan gambaran dan informasi terhadap atlet, pelatih dan pembina mengenai kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi. 2. Secara praktis untuk mengetahui tingkat kondisi fisik atlet SMA N 3 Cimahi

berdasarkan hasil penelitian, setelah mengetahui kondisi fisik tersebut lalu ditingkatkan.

3. Memberikan informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti dalam bidang kepelatihan olahraga, khususnya mengenai kondisi fisik atlet sepak bola.

E. Pembatasan Penelitian

Pembatasan penelitian diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Penulis membatasi penelitian ini pada hal-hal berikut:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah atlet putra sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi.

(21)

(power), fleksibilitas (flexibility), serta kelincahan (agility). Instrumen atau

alat ukur yang digunakan adalah tes kemampuan komponen fisik dasar cabang-cabang olahraga yang meliputi tes: lari 15 menit, lari 300 meter, lari cepat 20 meter, vertical-jump, sit and reach, dan shuttle run.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan secara operasional istilah- istilah sebagai berikut:

1. Kondisi fisik Kondisi fisik adalah kemampuan untuk menghadapi tuntutan fisik suatu olahraga untuk tampil secara optimal (Martens, 2004:268).

2. Permainan sepak bola adalah permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. (Sucipto, 2007:3) 3. Kekuatan adalah jumlah maksimum dari gaya otot yang dapat diproduksi

untuk melakukan suatu usaha. Martens (2004:271).

(22)

13

Asep Fuziyono,2013

5. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan perpindahan tubuh atau bagian tubuh dengan sangat cepat. Martens (2004:271)

6. Power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan otot secara cepat. Martens (2004:271).

7. Kelenturan adalah kemampuan tubuh atau salah satu bagian tubuh untuk menggabungkan kelenturan otot dan sendi guna mencapai jarak terjauh yang dapat dilakukan. Scheunemann (2012:17).

(23)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Arikunto (2010:309) bahwa “metode deskriptif merupakan metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti apa yang terjadi pada objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi secara lugas dan apa adanya.

(24)

31

Asep Fuziyono,2013

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan pencarian data dari sumber data dari populasi. Populasi merupakan sember data yang sangat penting, karena tanpa adanya populasi penelitian tidak akan berarti apa-apa serta tidak akan mungkin terlaksana. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Sugiyono (2010:297) Menjelaskan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi penelitian ini adalah atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi sebanyak 20 orang.

2. Sampel

Langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Dalam suatu penelitian sering digunakan sampel atau kelompok yang mewakili penelitian Arikunto (2010: 131) menjelaskan “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2010:300) mengungkapkan bahwa, “purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Arikunto (2010: 139) menjelaskan:

(25)

keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sample yang besar dan jauh.

Sudjana (2006:6) juga mengungkapkan: ”sampel itu harus representative dalam segala karakteristik, populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang diambil”.

Pertimbangan dalam memilih sampel penelitian ini diantaranya yaitu berdasarkan atlet pilihan yang sebelumnya mengikuti latihan di klub-klub sepak bola serta mengefesienkan waktu dan biaya pada saat penelitian dilaksanakan.

C. Langkah-Langkah Penelitian

(26)

33

Asep Fuziyono,2013

Gambar 3.1 Alur Penelitian

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama

berkaitan dengan proses pengumpulan data. Seperti dikemukakan Sugiyono (2010: 148), “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Alat ini diperlukan agar mendapatkan data yang selanjutnya dapat diolah dan dianalisa. Ada berbagai jenis metode pengumpulan data yang dapat digunakan pada suatu penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi dengan bentuk instrumen berupa lembar observasi tes dan pengukuran kondisi fisik.

Nurhasan (2007:1) menjelaskan, “tes dan pengukuran yaitu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari suatu objek yang akan diukur, sedangkan pengukuran

Menentukan Populasi

Menentukan Sampel

Melakukan Tes Kondisi Fisik (Pengumpulan

Data)

Mengolahan Data

Menganalisis Data

(27)

merupakan suatu proses untuk memperoleh data“. Penelitian ini memerlukan suatu alat pengumpul data yang betul-betul dirancang, disusun dengan baik agar penelitian ini berhasil. Data tersebut diperoleh melalui suatu tes dan pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah tes kemampuan komponen fisik dasar cabang olahraga sepak bola, antara lain :

1. Loncat Tegak (Vertical Jump)

Validitas : 0,999 Reliabilitas : 0,997

Tujuan : Untuk mengukur daya ledak (tenaga eksplosif) otot

tungkai (power) atau kekuatan dinamis.

Alat/Fasilitas :  Dinding dan lantai yang rata dan cukup luas

 Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan ukuran sentimeter, yang digantung pada dinding, dengan ketinggian jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan skala ukuran 150 cm

 Kapur dan alat penghapus

 Lembar observasi pencatatan hasil tes dan alat tulis Pelaksanaan : Subjek berdiri menghadap dinding dengan salah satu

(28)

35

Asep Fuziyono,2013

satu lengan yang terdekat dengan tembok lurus ke atas, kemudian dia mengambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut 45.

Setelah itu subjek berusaha melompat ke atas setinggi mungkin. Pada saat titik tertinggi dan lompatan itu, subjek segera menyentuhkan ujung jari dari salah satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua kaki.

Gambar 3.2 Tes Vertical Jump

(Sumber : www.users.rowan.edu)

Pemberian skor : Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah

melompat dengan tinggi jangkauan sebelum melompat, dari tiga kali percobaan. Tinggi jangkauan diukur dalam satuan cm.

2. Lari 15 Menit

(29)

Reliabilitas : 0,817

Tujuan : Mengukur komponen daya tahan cardiovascular (daya

tahan aerob).

Alat/Fasilitas :  Lapangan yang rata atau lintasan yang telah diketahui panjangnya sehingga mudah untuk menentukan waktu 15 menit

Bendera start dan tiang pancang  Peluit

Stop watch  Nomor dada

 Lembar observasi pencatatan hasil tes dan alat tulis  Tanda/garis untuk start dan finish

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start. Pada aba-aba

“siap” subjek mengambil sikap start berdiri untuk siap

lari. Pada aba-aba “ya” subjek lari selama 15 menit sampai ada tanda waktu 15 menit telah berakhir dan peluit dibunyikan.

Pemberian skor : Jarak yang ditempuh oleh subjek tersebut selama 15

menit dicatat dalam satuan meter, untuk kemudian dimodifikasi menjadi skor sesuai dengan tabel yang tersedia.

3. Lari 300 Meter

(30)

37

Asep Fuziyono,2013

Tujuan : Untuk mengukur daya tahan anaerob.

Alat/Fasilitas :  Lintasan 300 meter  Peluit

Stop watch

Bendera start dan tiang pancang

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start dengan sikap

berdiri, aba-aba “ya” subjek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 300 meter. Pada saat subjek menyentuh/melewati garis finish, stop watch dihentikan. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan tes 300 meter:

Gambar 3.3 Tes Lari 300 meter

(Sumber : www.fajar.co.id)

Pemberian skor : Waktu terbaik dari dua kali kesempatan diambil yang

paling cepat.

4. Lari Cepat 20 Meter

(31)

Reliabilitas : 0,924

Tujuan : Untuk mengukur komponen fisik kecepatan.

Alat/Fasilitas :  Lintasan 20 meter  Peluit

 Meteran  Stop watch

Bendera start dan tiang pancang

Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start dengan sikap

berdiri, setelah diberi aba-aba “ya” subjek lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 20 meter. Pada saat subjek menyentuh/ melewati garis finish stop watch dihentikan. Berikut ini adalah gambar dari

pelaksanaan tes lari cepat 20 meter:

Gambar 3.4 Tes Lari Cepat 20 Meter

(32)

39

Asep Fuziyono,2013

200 m. Waktu terbaik dari dua kali kesempatan diambil yang paling cepat.

5. Tes Sit and Reach

Validitas : 0,993 Reliabilitas : 0,997

Tujuan : Untuk mengukur fleksibilitas dari pinggul dan

punggung juga elastisitas otot-otot hamstring. Alat/Fasilitas :  Bangku dan meteran

 Lembar observasi pencatatan hasil tes dan alat tulis Pelaksanaan : Subjek duduk tegak dengan kedua kaki rapat dan

(33)

Gambar 3.5 Tes Sit and Reach

(Sumber : www.users.rowan.edu)

Pemberian skor : Besarnya kekuatan tarikan otot punggung subjek dapat

dilihat pada alat pengukur setelah subjek melakukan tes tersebut yang terukur dalam satuan meter (m).

6. Tes Shuttle Run

Validitas : 0,993 Reliabilitas : 0,997

Tujuan : Untuk mengukur kelincahan dan koordinasi.

Alat/Fasilitas :  Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan finish max 10 meter

 Peluit  Stop watch

Bendera start dan tiang pancang

 Lembar observasi pencatatan hasil tes dan alat tulis Pelaksanaan : Subjek berdiri di belakang garis start dengan sikap

(34)

41

Asep Fuziyono,2013

ke depan secepat mungkin menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut dengan tangan. Setelah itu kembali ke garis strat dan menyentuh garis tersebut, kemudian berputar lagi dan lari menuju garis akhir, lalu berputar lagi dan segera lari lagi. Demikian seterusnya dilakukan dengan lari bolak-balik sehingga mencapai frekuensi sebanyak 6 x 10 m. Subjek diberi kesempatan melakukan tes tersebut sebanyak dua kali. Berikut ini deskripsi pelaksanaan tes shuttle run:

Gambar 3.6 Tes Shuttle Run

(Sumber : www.topendsports.com)

Pemberian skor : Waktu terbaik dari dua kali kesempatan yang dicatat

1/10 detik.

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari hasil tes, maka langkah selanjutnya adalah mengolahnya dengan menggunakan rumus-rumus statistika. Langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(35)

1. Menghitung Nilai Rata-Rata

Untuk menghitung simpangan bakunya penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

3. Menentukan Kategori Hasil Tes

(36)

43

Asep Fuziyono,2013

a) Power (Tes Vertical Jump)

Tabel 3.4 Kategori Skor Tes Vertical Jump

Putera Nilai

b) Daya Tahan Aerob (Tes Lari 15 Menit)

Tabel 3.5 Kategori Skor Tes Lari 15 Menit

Putera Nilai

c) Daya Tahan Anaerob (Tes Lari 300 Meter)

Tabel 3.6 Kategori Skor Tes Lari 300 Meter

Putera Nilai

d) Kecepatan (Tes Lari 20 Meter)

Tabel 3.2 Kategori Skor Tes Lari 20 Meter

(37)

- Sempurna

- Baik sekali

<3.1 Baik

3.1-3.3 Cukup

>3.3 Kurang

e) Fleksibilitas (Tes Sit and Reach)

Tabel 3.1 Kategori Skor Tes Sit and Reach

Putera Nilai

Tabel 3.3 Kategori Skor Tes Shuttle Run

Putera Nilai menggunakan analisis deskriptif persentase dengan rumus yang tertera berikut ini:

Keterangan:

DF = Klasifikasi nilai

(38)

45

Asep Fuziyono,2013

5. Penentuan Konversi

Penentuan konversi nilai dari setiap komponen tes kondisi fisik adalah yang tertera pada halaman 45:

6. Penentuan Nilai dan Kategori Kondisi Fisik Atlet

Berikut ini adalah rumus untuk menentukan nilai atau tingkat kondisi fisik atlet pada halaman 45 berikut ini:

Penentuan kategori kondisi fisik atlet secara umum adalah sebagai berikut:

(39)

Rentang Skor Kategori Kemampuan

9,6 – 10 8,0 – 9,5 6,0 – 7,9 4,0 – 5,9 2,0 – 3,9

Sempurna

Baik Sekali Baik

Cukup Kurang

(40)

Asep Fuziyono,2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan, analisis data, dan pembahasan pada bab IV mengenai profil kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri Cimahi, diperoleh kesimpulan berdasarkan hasil tes kondisi fisik sepak bola bahwa secara keseluruhan kondisi fisik atlet SMA Negeri 3 Cimahi tergolong dalam kategori cukup. Profil kondisi fisik atlet sepak bola SMA Negeri 3 Cimahi untuk setiap komponen adalah sebagai berikut; fleksibilitas dan kecepatan tergolong kategori baik, kekuatan dinamis (power) dan kelincahan tergolong kategori cukup, sedangkan daya tahan aerob dan anaerob tegolong kategori kurang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengajukan rekomendasi atau implikasi sebagai berikut :

1. Bagi para atlet, diharapkan untuk selalu menjaga kondisi fisiknya di luar program latihan, tentunya latihan kondisi fisik dasar terlebih dahulu untuk menjadikan pondasi yang kokoh untuk mampu melanjutkan ke latihan kondisi fisik khusus, seperti power, endurance, dan lain-lain. Karena tanpa adanya pondasi yang kokoh tidak akan tercapainya suatu prestasi maksimal.

(41)

3. Bagi rekan-rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian serupa, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian tes kondisi fisik yang lebih sepesifik terhadap karakteristik cabang olahraga masing–masing baik dari segi item tes, instrumen, maupun jenis–jenis tesnya atau melakukan penelitian dengan menggunakan variabel kontrol dan terikat untuk menganalisis hubungan latihan kondisi fisik terhadap prestasi, teknik, dan lain-lain.

(42)

Asep Fuziyono,2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekataan Taktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Cholil, H. (2008). Tes Kemampuan Komponen Fisik Dasar Cabang-Cabang Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI.

Griwijoyo, S. (2007). Ilmu Faal Olahraga: Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. FPOK UPI.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta: CV. Tambak Kusuma.

Hermanu, E., Usli, L., dan Imanudin,I. (2008). Modul Pelatihan Cabang Olahraga Sepak Bola. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI.

Hornix, N. (2012). Training Football Conditioning: Endurance (Part 5). Dalam Soccer Coaching International [Online], 6 halaman. Tersedia: www.soccer-coaching-internasional.com [23 November 2012]

Martens, R. (2004). Succesfull Coaching. United States: Human Kinetics.

Nurhasan. (2007). Modul Tes Pengukuran Keolahragaan. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI

Satriya. (2007). Modul Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI

Scheunemann, T.et al (2012). Kurikulum dan Pedoman Dasar Sepak Bola Indonesia. Jakarta : PSSI

Sidik, J.D. (2007). Pembinaan Dasar Kondisi Fisik (Dasar dan Lanjutan). Bandung: Jurusan pendidikan Kepelatihan Olahraga FPOK UPI

Spades, J. (2012).Soccer Training for Flexibility. [Online]. Tersedia: http:/Soccer Training For Flexibility_The Soccer Essentials.htm [23 November 2012] Spades, J. (2012).Soccer Training for Speed [Online]. Tersedia: http:/Soccer

Training For Speed _ The Soccer Essentials.htm [23 November 2012] Sucipto, dkk. (2000). Sepak Bola. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(43)

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Gambar

Tabel 3.1  Kategori Skor Tes Sit and Reach  ............................................................
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Gambar 3.2 Tes Vertical Jump (Sumber : www.users.rowan.edu)
Gambar 3.3  Tes Lari 300 meter (Sumber : www.fajar.co.id)
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh hasil kondisi fisik atlet sepak bola Putri Klub Medan Sri Kandi Tahun 2012.. dengan jumlah nilai rata-rata 1.71 masuk dalam kategori

Olahraga memiliki arti dan peran penting bagi seorang atlet, karena olahraga memiliki fungsi untuk meningkatkan kondisi fisik dan untuk mengembangkan prestasi

Dari hasil penelitian pada atlet putra bolabasket SMA Trimurti Surabaya dapat diketahui bahwa 4 komponen kondisi fisik dalam kategori baik yaitu daya tahan aerobik,

Atlet sepakbola di SMAN 1 Batuan mengalami penurunan prestasi dalam 5 tahun terakhir. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kondisi fisik atlet. Penelitian ini

adalah latihan fisik yang harus ditata, direncanakan, dan dilakukan dengan baik dan sistematis sehingga bisa meningkatkan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan (Bompa &amp;

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tingkat kondisi fisik yang mencakup kecepatan, kelincahan, kelentukan dan daya ledak atlet Persema Malang

Setelah dilakukan analisis data penelitian mengenai kondisi fisik pemain sepakbola SMA Negeri 1 Kaur maka dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi fisik

144 Sosialisasi Pentingnya Tes dan Pengukuran Kondisi Fisik Atlet bagi Pelatih Sepak Bola Ahmad Sulaiman1, Agus Prasetyo Utomo2, Rizki Apriliyanto3, Joni Iskandar4, Dyanisyaf