• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh

Aprianti Opi Ceisar 0902026

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Oleh

Aprianti Opi Ceisar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Aprianti Opi Ceisar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Winny Liliawati, S.Pd., M.Si. NIP. 197812182001122001

Pembimbing II,

Judhistira Aria Utama, M.Si. NIP.197703312008121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,

(4)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, minimnya bahan ajar atau bahan bacaan materi IPBA mengenai tata surya dan jagad raya dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Sementara itu, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramlan (2008), sebagian besar guru Geografi mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi IPBA mengenai kedua topik di atas. Keterbatasan tersebut mengakibatkan penyampaian materi IPBA kepada siswa diberikan seadanya saja. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan

pretest and posttest group design dengan sampel penelitian siswa-siswi kelas X di

salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang berjumlah 35 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi, angket, dan tes kemampuan berpikir kritis. Keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk adalah 96% dan prosentase partisipasi siswa dalam pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk sebesar 50%. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan setelah implementasi pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk, diperoleh peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,41 dengan kategori sedang. Peningkatan sub kemampuan berpikir kritis menganalisis argumen sebesar 0,45 dengan kategori sedang, memutuskan suatu tindakan 0,60 dengan kategori sedang, mengidentifikasi asumsi 0,38 dengan kategori sedang, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 0,28 dengan kategori rendah, memfokuskan pertanyaan 0,39 dengan kategori sedang, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan 0,46 dengan kategori sedang.

(5)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MULTIPLE INTELLIGENCES BASED ON IPBA LEARNING IN ENHANCHING THE ABILITY OF CRITICAL THINKING

ABSTRACT

Based on preliminary study done in one of high schools in Bandung, the lack of learning materials or references material of IPBA about the solar system and the universe may result in low level of critical thinking ability of students. In the meantime, based on previous research conducted by Ramlan (2008), most of the Geography teachers had difficulty in teaching material of IPBA about the solar system and the universe. This limitations result conducting the IPBA material given potluck. Based on the exposure, researcher tries to apply IPBA learning based on multiple intelligences in an attempting to improve the ability of critical thinking. The research design used a Quasi Experiment with pretest and posttest group design as a research sample of the first grader in one high schools in Bandung that added up to 35 students. Collecting data carried out through a sheet of observation, questionnaire, and the ability test of critical thinking. IPBA learning carried on multiple intelligences was 96% and students’ participation presentation in IPBA learning based on multiple intelligences by 50%. Based on the result of crtical thinking ability test conducted after the implementation of IPBA learning based on multiple intelligences obtained the improvement of critical thinking ability with a gain score of 0,41 in average category. Sub capacity-increased of critical thinking analyze arguments 0,45 with medium category, decided the act 0,60 with medium category, indentified the assumption 0,38 with the medium category, inducted and considered the result of inductions 0,28 with low category, focus on a question 0,39 with medium category, make and judge value judgments 0,46 with medium category.

(6)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) di SMA ... 11

B. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 12

C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21

D. Kerangka Pemikiran ... 25

E. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 27

(7)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Metode dan Desain Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 32

C. Prosedur Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 43

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 45

F. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 48

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(8)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Pemberian Materi dan Ruang Lingkup IPBA di SMA ... 11

2.2. Aktivitas Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 18

2.3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22

2.4. Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran IPBA ... 28

2.5. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk & Sub Kemampuan Berpikir Kritis ... 29

3.1. Pola pretest and posttest group design ... 32

3.2. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen ... 36

3.3. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen ... 37

3.4. Indeks Kesukaran dan Klarifikasi ... 38

3.5. Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

3.6. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 39

3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 47

4.1. Keterlaksanaan Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 49

(9)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3. Prosentase Ketercapaian Sub Kemampuan Berpikir Kritis ... 57

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Kecerdasan Majemuk oleh Mark R. Kaser ... 12

2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25

2.3. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 30

3.1. Alur Penelitian ... 42

(10)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN

1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

1.2. Lembar Kerja Siswa ... 83

LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN 2.1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 92

2.2. Lembar Observasi Kecerdasan Majemuk ... 105

2.3. Lembar Observasi Berpikir Kritis ... 114

(11)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5. Angket Profil Kecerdasan Majemuk ... 125

LAMPIRAN C DATA HASIL PENELITIAN

3.1. Judgment Instrument Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 128

3.2. Analisis Hasil Ujicoba ... 145

LAMPIRAN D PENGOLAHAN DATA HASIL PENELITIAN

4.1. Kerlaksanaan Aktivitas Pembelajaran ... 177

4.2. Prosentase Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran ... 178

4.3. Nilai Rata-rata Pretest, Posttest, dan Gain Ternormalisasi ... 179

LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN

5.1. Dokumentasi Penelitian ... 186

LAMPIRAN F ADMINISTRASI PENELITIAN

(12)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk

dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)

merupakan cakupan materi yang mempelajari berbagai gejala alam di bumi

maupun antariksa. “Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

untuk SMA, materi IPBA terintegrasi dalam mata pelajaran Fisika dan

Geografi dengan porsi Fisika 2,70% dan Geografi 55,56% dari keseluruhan

materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS.” (Ramlan, 2008).

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa materi IPBA untuk siswa

SMA diberikan didalam dua mata pelajaran, yaitu Fisika dengan porsi 2,70%

untuk program IPA dan geografi 55,56% di kelas X. Materi IPBA pada mata

pelajaran Fisika hanya diberikan di kelas XI IPA semester 1 dalam materi

keteraturan gerak planet, yang berkaitan dengan hukum Kepler. Sedangkan

materi IPBA pada mata pelajaran Geografi diberikan di kelas X semester 1

dan semester 2 dengan cakupan materi yang cukup lengkap, baik dalam

pembahasan ilmu kebumian maupun ilmu antariksa.

Materi IPBA dibahas hampir menyeluruh pada mata pelajaran Geografi di

kelas X dengan porsi 55,56%. Pada kenyataannya materi IPBA tidak

benar-benar diberikan secara menyeluruh oleh guru Geografi kepada siswa SMA

kelas X. Menurut Ramlan (2008), guru Geografi mengalami kesulitan dalam

menjelaskan materi IPBA khususnya materi mengenai tata surya dan jagad

raya karena selama kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2004, materi

IPBA yang dibahas oleh guru Geografi lebih banyak mengenai ilmu kebumian

(13)

2

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi seadanya. Keterbatasan tersebut mengakibatkan penyampaian materi

IPBA mengenai tata surya dan jagad raya kepada siswa diberikan seadanya

saja, pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya terpusat pada kemampuan

verbal siswa dan biasanya fenomena-fenomena yang sangat erat dengan

kehidupan siswa hanya disajikan dalam fakta teoritis tanpa dijelaskan runtutan

proses mengenai fenomena yang terjadi. Selain itu, menurut Ramlan (2008),

guru belum menemukan suatu model pembelajaran yang baik dan tepat yang

dapat menarik siswa untuk belajar astronomi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri

di Kota Bandung, minimnya bahan ajar atau bahan bacaan mengenai materi

IPBA yang berkaitan dengan materi tata surya dan jagat raya juga dapat

mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa tidak

diikut sertakan dalam proses berpikir tingkat tinggi (critical thinking) dan

menganalisis tentang alur sebuah fenomena. Padahal kemampuan berpikir

kritis perlu diterapkan dalam pembelajaran agar siswa mendapatkan manfaat

yang dapat dirasakannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari,

terutama dalam hal perkembangan pola pikir. Kegiatan pembelajaran yang

berlangsung di kelas cenderung hanya mengarah pada peningkatan

kemampuan berpikir dasar bukan pada kemampuan berpikir kritis. Hal

tersebut berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari salah satu SMA Negeri di

Kota Bandung, yakni dalam proses pembelajaran IPBA siswa hanya dituntut

untuk menghafal materi-materi atau menuangkan pemikiran mereka dalam

sebuah jawaban dengan menggunakan bahasa mereka sendiri tentang

informasi dan ide-ide yang mereka peroleh dari sumber bacaan. Kemampuan

berpikir seperti ini cenderung memiliki pola pemikiran yang langsung

mengarah pada kesimpulan atau menerima bukti-bukti tanpa

sungguh-sungguh memikirkannya. Menurut Fisher (2009: 13), kemampuan berpikir

kritis menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan

(14)

3

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan untuk memikirkan asumsi-asumsi, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang relevan, menarik implikasi-implikasi, dan memperdebatkan

isu-isu secara terus-menerus. Dengan kata lain, berpikir kritis termasuk

kedalam berpikir kompleks. Kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan

secara terus-menerus kepada siswa karena sangat bermanfaat bagi siswa.

Menurut Feldman (2010: 7), seorang yang tidak berpikir kritis biasanya akan

dengan mudah melakukan kesalahan dalam menganalisis. Feldman (2010: 21)

menyatakan bahwa seorang siswa yang mampu berpikir kritis biasanya rajin

dalam mengerjakan tugas, meneliti solusi lain untuk suatu masalah,

memperbaiki kesalahan, dan cerdas. Seorang siswa yang berpikir kritis akan

berpikiran terbuka terhadap suatu masalah, mereka cenderung memikirkan

beberapa kemungkinan yang lain sebagai pemecahan masalah, serta

menemukan ide dan pilihan baru. Kemampuan seperti ini tentu saja perlu

dilatihkan kepada siswa secara terus-menerus agar siswa mampu berpikir

terbuka dan menghindari kesalahan-kesalahan dalam menganalisis maupun

memutuskan suatu tindakan baik dalam ruang lingkup sekolah maupun dalam

kehidupan diluar sekolah.

Berdasarkan fakta lain yang diperoleh dari salah satu SMA Negeri di Kota

Bandung, dalam mengajarkan materi IPBA mengenai tata surya dan jagad

raya seorang guru Geografi hanya memberikan tugas kepada siswanya untuk

membaca buku bacaan mengenai tata surya dan jagad raya dan melakukan

persentasi di kelas tanpa adanya penjelasan lebih lanjut dari guru dan tanpa

adanya konfirmasi yang dilakukan oleh guru dan siswa mengenai materi yang

dibahas. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan yang

digali pada semua siswa hanya kemampuan verbal-linguistik saja.

Hal tersebut bertentangan dengan teori kecerdasan yang diungkapkan oleh

Gardner bahwa setiap individu memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu

jenis kecerdasan dengan kombinasi yang beragam. Delapan jenis kecerdasan

(15)

4

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis,

kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan

kecerdasan naturalistik. Melalui teori kecerdasan majemuk yang diungkapkan

oleh Gardner, memungkinkan bagi seorang guru untuk mengetahui

kecenderungan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswanya. Ketika seorang

guru mengajar di suatu kelas, guru akan dihadapkan pada fakta bahwa kelas

tersebut berisi puluhan siswa dengan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki

oleh masing-masing siswanya. Setiap jenis kecerdasan memiliki beberapa

aspek yang berbeda-beda, ini berarti penanganan terhadap masing-masing

siswa pun akan berbeda. Dengan kata lain, seorang guru tidak boleh

memaksakan setiap siswanya memiliki pemahaman yang sama dan sempurna

terhadap suatu materi jika dalam pembelajaran tersebut hanya menekankan

pada satu takaran kecerdasan saja. Dapat dibayangkan ketika seorang siswa

yang memiliki kecenderungan terhadap kecerdasan intrapersonal dihadapkan

dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan kecerdasan interpersonal, akan

sangat memungkinkan bagi siswa tersebut merasakan perasaan tidak nyaman

dan kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran.

Sementara itu, berdasarkan studi pendahuluan melalui angket profil

kecerdasan majemuk di kelas yang menjadi sampel penelitian, terdapat 10

siswa atau sekitar 21% siswa dominan terhadap kecerdasan naturalis, sembilan

siswa atau sekitar 19% siswa dominan terhadap kecerdasan logis-matematis,

tujuh siswa atau sekitar 16% siswa dominan terhadap kecerdasan musikal dan

kecerdasan interpersonal, lima siswa atau sekitar 10% siswa dominan terhadap

kecerdasan kinestetis, empat siswa atau sekitar 8% siswa dominan terhadap

kecerdasan verbal-linguistik, tiga siswa atau sekitar 6% siswa dominan

terhadap kecerdasan intrapersonal, dan hanya dua siswa atau sekitar 4% siswa

dominan terhadap kecerdasan visual-spasial.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang menjadi

(16)

5

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh karena itu, untuk dapat memfasilitasi keberagaman jenis kecerdasan

majemuk yang dimiliki oleh siswa tersebut dapat dilakukan melalui penerapan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Menurut Armstrong (2013:

59), teori kecerdasan majemuk memberikan konstribusi terbesar terhadap

pendidikan dengan menyarankan bahwa seorang guru perlu memperluas

teknik, peralatan, dan strategi di luar linguistik yang umum dan logis dalam

pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, seorang guru harus mampu

memikirkan dan mengajar dengan cara yang tidak hanya menggali kecerdasan

verbal-linguistik saja. Seorang guru harus mampu melakukan kegiatan

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan masing-masing aspek kecerdasan

majemuk yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Hal tersebut bukan hanya

dilakukan dengan cara menghabiskan waktu untuk menuliskan materi dipapan

tulis yang hanya menggali kecerdasan verbal saja, tetapi juga dapat dilakukan

dengan cara menampilkan gambar-gambar dan tayangan video yang dapat

mengoptimalkan kecerdasan visual-spasial. Selain itu, guru dapat melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kecerdasan

kinestetis seperti halnya kegiatan yang melibatkan keterampilan tangan

ataupun memutar musik pada waktu siang hari untuk menarik perhatian siswa

agar berkonsentrasi sebagai pengoptimalan kecerdasan musikal. Siswa juga

dapat dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelompok yang dapat

mengoptimalkan kecerdasan interpersonal, kegiatan mandiri seperti refleksi

diri dan tugas mandiri yang dapat mengoptimalkan kecerdasan intrapersonal,

serta kegiatan pembelajaran yang langsung berkaitan dengan alam yang dapat

mengoptimalkan kecerdasan naturalis.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba menerapkan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Pembelajaran IPBA

berbasis kecerdasan majemuk merupakan suatu pembelajaran IPBA yang

mengakomodasi aspek-aspek jenis kecerdasan dalam pembelajaran sehingga

(17)

6

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pembelajaran melibatkan kemampuan berpikir, tentu saja hal tersebut

akan sangat berdampak pada kemampuan berpikir yang dimiliki siswa

tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya upaya pengoptimalan masing-masing

kecerdasan yang dimiliki oleh siswa diharapkan akan membuat siswa lebih

antusias dalam kegiatan pembelajaran IPBA yang nantinya akan berdampak

pada kemampuan berpikir kritis siswa. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti

melakukan penelitian dengan judul, “Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan

Majemuk dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis?”

Untuk lebih memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka

perumusan masalah dapat dirangkum dalam beberapa pertanyaan

penelitian sebagai berikut.

a. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk?

b. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk?

c. Bagaimana peningkatan subkemampuan berpikir kritis siswa setelah

diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk?

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, diperlukan pembatasan masalah

yang memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, yaitu pembelajaran

(18)

7

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Geografi kelas X semester 1. Materi IPBA yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran adalah materi mengenai tata surya dan jagad raya sesuai

dengan kompetensi dasar 2.2. Mendeskripsikan tata surya dan jagad raya.

Kemampuan berpikir kritis yang digali dalam penelitian ini merupakan 12

subkemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis, yaitu

kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen,

menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan

mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, dan mengidentifikasi asumsi,

bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi, mempertimbangkan apakah

sumber dapat dipercaya, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil

observasi, mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, berinteraksi

dengan oranglain, dan berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi,

subkemampuan berpikir kritis yang dapat diukur melalui tes kemampuan

berpikir kritis hanya ada enam, diantaranya: kemampuan memfokuskan

pertanyaan, menganalisis argumen, menginduksi dan mempertimbangkan

hasil induksi, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, dan

mengidentifikasi asumsi.

3. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPBA

berbasis kecerdasan majemuk. Variabel terikat dalam penelitian adalah

kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Definisi Operasional

a. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk

Pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu

pembelajaran yang mengakomodasi kecerdasan majemuk

(verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetis, musikal,

interpersonal, intrapersonal, dan naturalis) dalam pembelajaran IPBA.

(19)

8

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang

menggambarkan aktivitas guru dan untuk mengetahui partisipasi siswa

dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk

digunakan lembar observasi kecerdasan majemuk yang

menggambarkan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran IPBA

di kelas.

Jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam pembelajaran

IPBA memiliki jumlah kegiatan yang berbeda-beda pada setiap

pertemuannya karena disesuaikan dengan materi IPBA yang diajarkan.

Ketika ada salah satu jenis kecerdasan yang tidak dapat diakomodasi

dalam pembelajaran IPBA, pembelajaran tersebut tetap dapat

dikatakan sebagai pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk

karena masih terdapat tujuh jenis kecerdasan lainnya yang

diakomodasi dalam pembelajaran IPBA. Sementara itu, untuk

mengetahui profil kecerdasan majemuk siswa sebelum implementasi

pembelajaran digunakan angket profil kecerdasan majemuk dan angket

diri (Self Assesment) digunakan dalam tahapan kegiatan pembelajaran

yang melibatkan kecerdasan intrapersonal yang berkaitan dengan

penilaian diri siswa terhadap aktivitas pembelajaran yang telah

dilakukan.

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Untuk dapat mengoptimalkan penggalian kemampuan berpikir kritis

dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk,

digunakan 12 subkemampuan berpikir kritis pada lembar observasi,

diantaranya: kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis

argumen, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,

membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan,

(20)

9

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

klarifikasi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya,

mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mendeduksi

dan mempertimbangkan hasil deduksi, berinteraksi dengan orang lain,

mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, memutuskan

suatu tindakan. Pada berbagai tahapan pembelajaran, subkemampuan

berpikir kritis yang digali dalam pembelajaran disesuaikan dengan

jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam pembelajaran

IPBA.

Sementara itu, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa

digunakan instrumen tes yang diujikan pada saat pretest dan posttest,

sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa dapat dilihat dari perolehan nilai gain yang ternormalisasi. Tidak

semua subkemampuan berpikir kritis dapat diukur melalui tes

kemampuan kemampuan berpikir kritis karena disesuaikan dengan

materi tata surya dan jagad raya. Oleh karena itu, subkemampuan

berpikir kritis yang digunakan dalam soal hanya enam, diantaranya:

kemampuan memfokuskan pertanyaan (mengidentifikasi kriteria

jawaban yang mungkin) dengan jumlah soal 2 soal, menganalisis

argumen (mencari perbedaan dan persamaan) dengan jumlah soal 11

soal, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi (membuat

kesimpulan berdasarkan fakta atau berhipotesis) dengan jumlah soal 3

soal, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan

(mengaplikasikan konsep, prinsip-prinsip) dengan jumlah soal 1 soal,

mengidentifikasi asumsi (mengidentifikasi alasan yang tidak

dinyatakan) dengan jumlah soal 7 soal, memutuskan suatu tindakan

(memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan) dengan

jumlah soal 7 soal.

(21)

10

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam

meningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep IPBA. Sedangkan

tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu :

a. Untuk memperoleh gambaran tentang keterlaksaan pembelajaran IPBA

berbasis kecerdasan majemuk.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan berpikir

kritis setelah diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk.

c. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan subkemampuan

berpikir setelah diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari segi teori adalah penelitian ini dapat memberikan informasi

baru yang mengaitkan antara kecerdasan majemuk dengan kemampuan

berpikir kritis karena penelitian seperti ini belum pernah ada sehingga dapat

dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya yang menggambarkan

tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Segi kebijakan, yaitu

pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat dijadikan sebagai alternatif

pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah-masalah yang

sering muncul, seperti kegiatan pembelajaran yang pasif dan tidak interaktif.

E. Struktur Organisasi Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan.

Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan

perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II berisi

(22)

11

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode penelitian. Metode penelitian berisi penjabaran mengenai metode dan

desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, instrumen

penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi tentang

hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran

mengenai penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran

IPBA berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan kemampuan berpikir

(23)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Pre

Experimental Design dengan pretest and posttest group design yang

dilaksanakan pada satu kelompok saja (kelas sampel) sebagai kelas

eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol). Pola pretest and

posttest group design adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Pola pretest and posttest group design

Stanley and Campbell (1963)

Berdasarkan Tabel 3.1. desain pretest and posttest group design terdiri dari

dua tahap tes yang dilaksanakan sebelum dan sesudah penelitian. Tes yang

diberikan sebelum pelaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk (01) disebut pretest. Pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk (X) disebut treatment. Treatment dilaksanakan sebanyak tiga kali

pertemuan. Sedangkan tes yang diberikan setelah pelaksanaan pembelajaran

IPBA berbasis kecerdasan majemuk (02) disebut posttest.

B. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di

kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di

salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Bandung tahun ajaran

Kelompok Pretest Treatment Posttest

(24)

33

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa X.7 dengan jumlah siswa

sebanyak 35 orang.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data. Tahap persiapan

merupakan tahap yang berisi kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan

pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada konsep IPBA. Tahap

pelaksanaan merupakan tahap yang berisi implementasi pembelajaran IPBA

berbasis kecerdasan majemuk. Sedangkan tahap pengolahan dan analisis data

merupakan tahap yang berisi kegiatan pengolahan dan analisis data setelah

dilaksanakan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Berikut ini

merupakan penjabaran dari beberapa tahap yang dilakukan selama penelitian.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi litelatur dan studi kepustakaan untuk memperoleh

teori-teori yang akurat mengenai permasalah yang akan dikaji, yaitu

teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner dan teori

kemampuan berpikir kritis siswa yang dikemukakan oleh Ennis.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan

menyiapkan surat perizinan penelitian di fakultas.

c. Melakukan studi pendahuluan dan observasi ke sekolah yang

bersangkutan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran IPBA yang

berlangsung di sekolah tersebut.

d. Melakukan telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

(25)

34

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi dasar yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar 2.2. Mendeskripsikan

tata surya dan jagad raya dengan materi IPBA tentang tata surya dan

jagad raya.

e. Menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan LKS berdasarkan pembelajaran berbasis

kecerdasan majemuk dan mengkonsultasikannya kepada dosen

pembimbing.

f. Membuat instrumen penelitian seperti lembar observasi kecerdasan

majemuk, lembar observasi kemampuan berpikir kritis, angket Self

Assesment kecerdasan majemuk, dan tes kemampuan berpikir kritis

siswa. Kemudian mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.

g. Melakukan judgment ahli berupa instrumen tes kemampuan berpikir

kritis. Kegiatan ini dilakukan oleh dua orang dosen pembimbing

sebagai pengoreksi awal dan dua orang dosen Fisika terkait.

Selanjutnya, peneliti melakukan revisi instrumen dan

mengkonsultasikannya kembali kepada dosen pembimbing dan dosen

yang melakukan judgment.

h. Melakukan perizinan kepada pihak sekolah sekaligus berkonsultasi

kepada guru Geografi di sekolah tempat penelitian mengenai proses

pembelajaran yang akan dilakukan.

i. Menentukan sampel penelitian di sekolah tempat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pretest dengan menggunakan soal tes kemampuan berpikir

kritis siswa untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa

(26)

35

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada konsep IPBA. Pretest dilaksanakan pada hari Jumat 26 Oktober

2012.

b. Melakukan treatment berupa pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk kepada kelas sampel yang dilakukan sebanyak tiga kali

pertemuan. Treatment dilakukan pada tanggal 2 November 2012

dilakukan satu kali pertemuan, pada tanggal 9 November 2012

dilakukan dua kali pertemuan. Akan tetapi, dikarenakan ada beberapa

gangguan teknis yang menyebabkan pembelajaran pada pertemuan

ketiga tidak tuntas, pertemuan ketiga dilanjutkan pada tanggal 13

November 2012.

c. Pada saat treatment berlangsung, observer melakukan pengamatan

terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi

kecerdasan majemuk dan lembar observasi kemampuan berpikit kritis

siswa untuk mengetahui besarnya partisipasi siswa dalam

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk.

d. Melakukan posttest dengan menggunakan tes kemampuan berpikir

kritis siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk

pada konsep IPBA. Posttest dilaksanakan pada hari Selasa 13

November 2012 setelah pulang sekolah.

e. Memberikan angket diri (Self Assesment) untuk mengetahui prosentase

partisipasi siswa dalam pembelajaran, yang dilaksanakan pada hari

Selasa 13 November 2012.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Pada penelitian ini, pelaksanaan uji instrumen dilaksanakan secara

langsung di kelas yang menjadi sampel penelitian sehingga pengolahan

(27)

36

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

analisis data setelah dilaksanakan treatment dan posttest. Pada tahap

ini, peneliti melakukan analisis validitas instrumen, analisis reliabilitas

instrumen, analisis tingkat kesukaran butir soal, analisis daya

pembeda, dan analisis hasil uji coba yang dilakukan secara langsung di

kelas sampel. Oleh karena itu, ketika ada butir soal yang hasilnya jelek

atau harus dibuang maka pada tahap akhir jumlah data butir soal yang

diolah sebagai data pretest dan posttest hanya data yang hasilnya baik

dan bisa digunakan.

1) Analisis Validitas Instrumen

Menurut Arikunto (2012: 80), penekanan sebuah validitas bukan

pada tes itu sendiri melainkan pada hasil pengetesan atau skornya,

validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari

pengalaman. Sebuah tes dikatakan valid jika dapat mengukur apa

yang diukur. Berikut adalah persamaan korelasi product moment

untuk menghitung validitas yang dikemukakan oleh Pearson

(Arikunto, 2012: 87).

√ ∑ ∑ ∑ ∑

….(Persamaan 3.1)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : jumlah siswa

X : skor tiap butir soal

Y : skor total tiap butir soal

Tabel 3.2. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen

rxy Interpretasi

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

(28)

37

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,200 - 0,400 Rendah

0,00 - 0,020 Sangat rendah

(Arikunto, 2012:89)

2) Analisis Reliabilitas Instrumen

Menurut Scarvia B. Anderson et al. (Arikunto, 2012:101),

persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas. Reliabilitas

diperlukan untuk menyokong terbentuknya validitas. sebuah tes

mungkin reliabel tetapi tidak valid tetapi sebuah tes yang valid

biasanya reliabel. Menurut Arikunto (2012: 100), suatu tes dapat

dikatakan memiliki taraf kepercayaan (reliabel) yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Dengan kata lain,

sebuah tes memiliki reliabitas yang baik jika hasil tes pada

seseorang dengan menggunakan instrumen yang sama akan

memberikan hasil yang sama meskipun dilakukan pada waktu yang

berbeda. Berikut adalah persamaan Spearman-Brown (Arikunto,

2012: 107) yang digunakan untuk menghitung reliabilitas.

2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r   …(Persamaan 3.2) Keterangan:

r11 : reliabilitas instrumen

2 1 2 1

r : konsentrasi antara skor-skor setiap belahan tes

Tabel 3.3. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen

rxy Interpretasi

0,800 - 1,00 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Sedang

0,200 - 0,400 Rendah

0,00 - 0,020 Sangat rendah

(29)

38

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Analisis butir soal dilakukan untuk mengidentifikasi soal-soal yang

baik, soal yang kurang baik, dan soal yang jelek. Menurut Arikunto

(2012: 222), Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan

merangsang siswa untuk memperkuat usahanya dalam

memecahkan masalah. Sedangkan soal yang terlalu sukar akan

membuat siswa cenderung putus asa dan tidak semangat untuk

mencoba memecahkan masalah tersebut. Analisis tingkat

kesukaran butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal

tersebut tergolong soal yang mudah, sedang, atau sukar. Berikut

adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat

kesukaran soal (Arikunto, 2012: 223).

B P

JS

…(Persamaan 3.3)

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4. Indeks Kesukaran dan Klarifikasi

Indeks Kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012: 225)

4) Analisis Daya Pembeda

Suatu soal yang dapat dijawab dengan benar orang siswa yang

pandai maupun kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena

(30)

39

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto (2012: 226) karena daya pembeda soal merupakan

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Berikut adalah persamaan untuk

menentukan indeks diskriminasi (daya pembeda) menurut arikunto

(2012: 228).

…(Persamaan 3.4)

Keterangan;

J : jumlah peserta tes

JA :banyaknya peserta kelompok atas

JB :banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

PB : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

[image:30.595.229.499.592.674.2]

dengan benar

Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(31)

40

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Analisis Hasil Ujicoba

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, peneliti

melakukan analisis instumen tes yang tercantum pada Lampiran

[image:31.595.180.516.259.689.2]

3.1. Berikut adalah analisis instrumen tes yang dirangkum dalam

Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Kemampuan

Berpikir Kritis

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

1 - 0,33 Tidak

Valid 1,09 Mudah -0,10 - Dibuang

2 0,20 Rendah 0,97 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

3 - Tidak

Valid 1,13 Mudah 0,00 Jelek Dibuang

4 0,16 Sangat

Rendah 0,35 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

5 -0,22 Tidak

Valid 0,51 Sedang -0,30 - Dibuang

6 0,79 Tinggi 0,96 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

7 0,25 Rendah 0,87 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

8 1,18 Sangat

Rendah 1,00 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

9 0,49 Cukup 1,00 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

10 0,43 Cukup 0,29 Sukar 0,36 Cukup Dipakai

11 0,34 Rendah 0,32 Sukar 0,27 Jelek Dipakai

12 - Tidak

Valid 0,96 Mudah -0,20 - Dibuang

13 0,09 Sangat

Rendah 0,96 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

14 0,24 Rendah 0,00 Sukar 0,00 Jelek Dibuang

15 0,99 Sangat

Tinggi 1,00 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

16 0,28 Rendah 0,83 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

17 0,11 Sangat

Rendah 0,87 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

18 0,25 Rendah 1,06 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

19 0,36 Rendah 0,83 Mudah 0,36 Jelek Dipakai

20 0,55 Cukup 0,67 Sedang 0,82 Baik

(32)

41

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Soal

Validitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

21 0,28 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai

22 0,32 Rendah 0,54 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

23 0,46 Cukup 0,35 Sedang 0,36 Cukup Dipakai

24 0,27 Rendah 0,70 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

25 0,40 Cukup 0,16 Sukar 0,36 Cukup Dipakai

26 0,25 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai

27 0,11 Sangat

Rendah 0,74 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

28 0,32 Rendah 0,38 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

29 0,43 Cukup 0,96 Mudah 0,36 Cukup Dipakai

30 0,22 Rendah 1,03 Mudah 0,18 Jelek Dipakai

31 0,13 Sangat

Rendah 1,03 Mudah 0,09 Jelek Dipakai

32 0,02 Sangat

Rendah 0,90 Mudah -0,10 - Dibuang

33 0,20 Rendah 0,19 Sukar 0,18 Jelek Dipakai

34 0,001 Tidak

Valid 0,35 Sedang 0,18 Jelek Dipakai

35 0,25 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai

36 0,17 Sangat

Rendah 0,90 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

37 - Tidak

Valid 1,12 Sukar 0,00 Jelek Dibuang

38 0,37 Rendah 0,51 Sedang 0,55 Baik Dipakai

Berdasarkan analisis data yang ditunjukkan pada Tabel 3.6.

terdapat tujuh soal yang dibuang karena memiliki nilai daya

pembeda dan validitas yang tidak baik. Adapun, perolehan nilai

reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,39 dengan kategori rendah.

Berdasarkan rekomendasi yang diberikan beberapa pihak terkait

waktu yang dibutuhkan untuk penelitian, pengujian instrumen

penelitian dilakukan pada kelas penelitian setelah dilaksanakan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Berdasarkan

(33)

42

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pilihan ganda yang harus dibuang dikarenakan hasil validitasnya

tidak baik (tidak valid). Pengujian instrumen yang dilakukan pada

kelas penelitian setelah dilaksanakan pembelajaran IPBA berbasis

kecerdasan majemuk menyebabkan ada beberapa indikator

pembelajaran yang tidak tercapai karena soal yang berkaitan

dengan indikator tersebut harus dibuang. Meskipun demikian,

ketujuh soal yang dibuang dapat terwakili oleh soal-soal yang

lainnya yang memiliki subkemampuan berpikir kritis yang sama.

Perbaikan instrumen tes dilakukan pada saat judgment instrumen

dan instrumen tes yang dapat dijadikan sebagai data untuk

pengolahan dan analisis data di BAB IV adalah data yang cukup

baik dengan jumlah 31 soal pilihan ganda dan empat soal essay.

b. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest berupa soal

kemampuan berpikir kritis siswa yang telah disesuaikan dengan hasil

uji instrumen di kelas penelitian. Peneliti juga menganalisis instrumen

lembar observasi kecerdasan majemuk, lembar observasi kemampuan

berpikir kritis siswa, dan angket diri (Self Assesment) kecerdasan

majemuk.

c. Membandingkan hasil analisis data instrumen sebelum diberi

perlakuan dan setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran IPBA

berbasis kecerdasan majemuk untuk melihat peningkatan kemampuan

berpikit kritis siswa pada sampel penelitian di kelas tersebut.

d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

dan analisis data penelitian.

e. Menyajikan fakta-fakta yang terjadi di dalam penelitian berupa faktor

pendukung maupun kekurangan selama penelitian dalam bentuk

(34)

43

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap pengolahan dan analisis data

Studi litelatur dan studi kepustakaan

Studi pendahuluan dan observasi

Telaah Kurikulum

Pretest Implementasi

pembelajaran Penyusunan perangkat pembelajaran Penyusunan instrument penelitian Posttest Angket profil kecerdasan majemuk Observasi keterlaksanaan kecerdasan majemuk dan berpikir kritis Angket aktivitas kecerdasan majemuk Pengolahan data

Analisis data Kesimpulan dan saran

Penulisan laporan

Judgment instrumen

Penentuan sampel dan perizinan penelitian Revisi instrumen Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap pengolahan dan analisis data

Studi litelatur dan studi kepustakaan

Studi pendahuluan dan observasi

Telaah Kurikulum

Pretest Implementasi

pembelajaran Penyusunan perangkat pembelajaran Penyusunan instrumen penelitian Posttest Angket profil KM (kecerdasan majemuk) Observasi keterlaksanaan aktivitas KM dan berpikir

kritis Angket diri (Self Assesment) KM Pengolahan data

Analisis data Kesimpulan dan saran

Penulisan laporan

Judgment instrumen

Penentuan sampel dan perizinan penelitian

(35)

44

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Alur Penelitian

D. Instrumen Penelitian

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa

(LKS).

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Tes kemampuan berpikir kritis berkaitan dengan enam subkemampuan

berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis. Tes ini berfungsi untuk

mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu menganalisis argumen,

memutuskan suatu tindakan, mengidentifikasi asumsi, menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi, memfokuskan pertanyaan, dan membuat

dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan. Tes ini dilakukan selama dua

kali, yaitu pada tahap awal penelitian (pretest) dan pada tahap akhir

penelitian (posttest). Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 35 soal, 31

soal pilihan ganda dan empat soal essay. Masing-masing soal mengandung

aspek subkemampuan berpikir kritis dengan materi Tata Surya dan Jagad

Raya sesuai dengan kompetensi dasar 2.2.Mendeskripsikan tata surya dan

jagad raya.

(36)

45

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lembar observasi kecerdasan majemuk menggambarkan partisipasi siswa

dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk.

Kecerdasan majemuk yang tercantum dalam lembar observasi

keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk, diantaranya kecerdasan

verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial,

kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,

kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Masing-masing

kecerdasan majemuk memiliki proporsi yang berbeda pada tiap

pertemuannya, disesuaikan dengan materi IPBA yang diajarkan.

4. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

Lembar observasi kemampuan berpikir kritis merupakan penunjang

instrumen pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang

digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Kemampuan berpikir kritis yang tercantum dalam lembar observasi,

diantaranya: kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis

argumen, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat

dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan kemampuan bertanya dan

menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan menantang,

mempertimbangkan sumber yang relevan, mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi, mendeduksi dan mempertimbangkan

hasil deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi,

berinteraksi dengan orang lain. Masing-masing subkemampuan berpikir

kritis memiliki proporsi yang berbeda tiap pertemuannya karena

disesuaikan dengan jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam

pembelajaran IPBA.

5. Angket Diri (Self Assesment)

Angket diri (Self Assesment) yang digunakan dalam penelitian ini

(37)

46

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merujuk pada angket kecerdasan majemuk Thomas Amstrong yang

disesuaikan dengan konsep IPBA yang diajarkan. Angket diri (Self

Assesment) digunakan sebagai tahapan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan majemuk yang

tercantum dalam angket diri (Self Assesment) terdiri dari delapan jenis

kecerdasan dengan proporsi pernyataan yang berbeda-beda, yaitu:

kecerdasan verbal-linguistik (11 pernyataan), kecerdasan logis-matematis

(7 pernyataan), kecerdasan visual-spasial (9 pernyataan), kecerdasan

kinestetis (6 pernyataan), kecerdasan musikal (5 pernyataan), kecerdasan

interpersonal (10 pernyataan), kecerdasan intrapersonal (8 pernyataan),

dan kecerdasan naturalis (6 pernyataan), sehingga total jumlah pernyataan

yang tercantum dalam angket diri (Self Assesment) adalah 62 butir

pernyataan.

6. Angket Profil Kecerdasan Majemuk

Angket profil kecerdasan majemuk yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan angket kecerdasan majemuk yang disusun oleh Thomas

Amstrong. Angket profil kecerdasan majemuk digunakan untuk

mengetahui profil kecerdasan majemuk siswa sebelum implementasi

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk

yang tercantum dalam angket ini terdiri dari delapan jenis kecerdasan

dengan proporsi pernyataan yang sama yaitu 10 pernyataan.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 31 soal pilihan ganda dan

(38)

47

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran IPBA berbasis

kecerdasan majemuk (Lampiran 2.1). Soal tes diberikan pada saat sebelum

dan sesudah implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.

Tahap pretest dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa

mengenai materi IPBA sebelum implementasi pembelajaran. Sedangkan

tahap posttest dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa

mengenai materi IPBA setelah implementasi pembelajaran.

2. Lembar Observasi

Menurut Sukmadinata (2011: 220) observasi merupakan suatu teknik atau

cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan pengertiannya, observasi

dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan observer.

Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan

penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang

dipadukan dengan rangkaian pelaksanaan pembelajaran yang tercantum

pada standar proses (Permen Nomor 41 Tahun 2007), kecerdasan

majemuk yang diobservasi disesuaikan dengan tahapan kegiatan

pembelajaran yang dilakukan (Lampiran 2.2). Selain itu, untuk menunjang

kegiatan pembelajaran yang dilakukan, digunakan lembar observasi

kemampuan berpikir kritis yang telah disesuaikan dengan jenis kecerdasan

yang diakomodasi dalam pembelajaran IPBA (Lampiran 2.3).

3. Angket

Angket diri (Self Assesment) dibuat dengan mengadopsi pada angket profil

kecerdasan majemuk Amrstrong. Angket ini digunakan dalam tahapan

kegiatan pembelajaran IPBA yang melibatkan kecerdasan intrapersonal.

Kecerdasan majemuk yang tercantum dalam angket diri (Self Assesment)

terdiri dari delapan jenis kecerdasan dengan proporsi pernyataan yang

(39)

48

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diakomodasi dalam pembelajaran IPBA (Lampiran 2.4). Sementara itu,

untuk mengetahui profil awal kecerdasan majemuk siswa digunakan

angket profil kecerdasan majemuk yang terdiri dari delapan jenis

kecerdasan dengan jumlah pertanyaan masing-masing 10 pernyataan

(Lampiran 2.5).

F. Analisis Data

1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Analisis data dilakukan terhadap data tes kemampuan berpikir kritis yang

terdiri dari 31 soal pilihan ganda dan empal soal essay. Analisis

peningkatan kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan analisis

kuantitatif yang dihitung dengan menggunakan nilai gain yang

ternormalisasi. Langkah-langkah perhitungan yang digunakan dalam

analisis data adalah menghitung gain untuk skor pretest dan posttest,

menghitung gain ternormalisasi, menentukan nilai rata-rata gain

ternormalisasi, dan menentukan kriteria skor gain ternormalisasi. Secara

terinci dijelaskan dalam pembahasan berikut.

a. Menghitung gain ternormalisasi

Gain merupakan selisih antara skor pretest dan skor posttest.

Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk menghindari

kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang

siswa. Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain

aktual dengan skor gain maksimum. Gain ternormalisasi dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.

<g>

…(Persamaan 3.6)

Dengan T1 adalah skor pretest, T2 adalah skor posttest, selisih dari skor

posttest dengan skor pretest disebut skor gain aktual. Sedangkan Si

(40)

49

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pada tahap selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata gain

ternormalisasi dan menentukan kriteria skor gain ternormalisasi

[image:40.595.225.506.195.260.2]

berdasarkan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

≥ 0,70 Tinggi

0,3 ≤ ( <g> ) ≤ 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

2. Lembar Observasi Kecerdasan Majemuk

Lembar observasi kecerdasan majemuk digunakan untuk mengetahui

prosentase partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan

dengan kecerdasan majemuk. Untuk menghitung prosentase partisipasi

siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat

menggunakan persamaan berikut.

% partisipasi

…(Persamaan 3.7)

Berdasarkan persamaan 3.7., akan terlihat jumlah prosentase partisipasi

siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan

majemuk sehingga dapat terlihat tahapan pembelajaran kecerdasan

(41)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, secara umum dapat disimpulkan

bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Secara khusus kesimpulan

yang dapat diambil dari penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk selama tiga

kali pertemuan adalah 96% dan prosentase partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk sebesar 50%.

2. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan setelah

implementasi pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk diperoleh

peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan nilai gain yang dinormalisasi

sebesar 0,41 dengan kategori sedang.

3. Peningkatan subkemampuan berpikir kritis menganalisis argumen sebesar

0,45 dengan kategori sedang, memutuskan suatu tindakan 0,60 dengan

kategori sedang, mengidentifikasi asumsi 0,38 dengan kategori sedang,

menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 0,28 dengan kategori

rendah, memfokuskan pertanyaan 0,39 dengan kategori sedang, membuat dan

(42)

63

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peningkatan berpikir kritis

masih dalam kategori sedang dengan nilai gain yang dinormalisasi 0,41. Oleh

karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat lebih meningkatan

kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Pada penelitian ini, uji instrumen dilakukan pada waktu yang bersamaan

dengan penelitian. Jumlah soal yang disediakan cukup banyak sehingga ketika

ada soal yang tidak valid, subkemampuan berpikir kritis yang akan diukur

dapat terwakili oleh soal-soal yang lainnya. Meskipun demikian, sebaiknya uji

instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan sehingga diperoleh soal

(43)

Aprianti Opi Ceisar, 2014

Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Armstrong, T. (2013). Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD (Association for Supervision and Curriculum

Development)

Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental

Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.

Ennis, R. (1996). Critical Thinking. New Jersey : Simon & Schuster / A Viacom

Company.

Feldman, D. (2010). Berpikir Kritis Strategi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Indeks.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Gardner, H. (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic Books.

Hake, R. (1998). ”Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student sur

Gambar

Tabel
Tabel 3.1. Pola pretest and posttest group design
Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda
Tabel 3.6. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Kemampuan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip Jeung Maksim Omongan Dina Paguneman Kumpulan Carpon Panggung Wayang Karya Aam Amilia. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Prinsip Jeung Maksim Omongan Dina Paguneman Kumpulan Carpon Panggung Wayang Karya Aam Amilia.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Aplikasi ini menggunakan program Macromedia Flash MX karena aplikasi yang dibuat dipenuhi dengan animasi .dalam aplikasi ini terdapat pembelajaran tentang pengenalan huruf abjad

Model Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Web di SMA Negeri 3 Bandung yang Diprediksi Cocok Dengan Kondisi Objektif Sekolah dan Harapan Siswa .... Feasibilitas Model

Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk handphone terbaru dengan menampilkan gambar beserta spesifikasi handphone yang dijalankannya dalam dunia

Untuk mengkaji permasalahan yang dihadapi oleh konsumen benih sawit di Indonesia maka penelitian ini dilaksanakan yang bertujuan untuk mengkaji perilaku, loyalitas, dan

/2015 tanggal 21 September 2015, pekerjaan Penyusunan Masterplan Penyelenggaraan Pekan Olah Raga Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Muara Enim, maka peserta yang

Arah kebijakan sesuai dengan RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015, RKPD, dan APBD tahun 2014 untuk Urusan Pilihan Perdagangan adalah revitalisasi dan pengembangan pasar,