PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Fisika
Oleh
Aprianti Opi Ceisar 0902026
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Oleh
Aprianti Opi Ceisar
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Aprianti Opi Ceisar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Dr. Winny Liliawati, S.Pd., M.Si. NIP. 197812182001122001
Pembimbing II,
Judhistira Aria Utama, M.Si. NIP.197703312008121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PEMBELAJARAN IPBA BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
ABSTRAK
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, minimnya bahan ajar atau bahan bacaan materi IPBA mengenai tata surya dan jagad raya dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Sementara itu, berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramlan (2008), sebagian besar guru Geografi mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi IPBA mengenai kedua topik di atas. Keterbatasan tersebut mengakibatkan penyampaian materi IPBA kepada siswa diberikan seadanya saja. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan
pretest and posttest group design dengan sampel penelitian siswa-siswi kelas X di
salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang berjumlah 35 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar observasi, angket, dan tes kemampuan berpikir kritis. Keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk adalah 96% dan prosentase partisipasi siswa dalam pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk sebesar 50%. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan setelah implementasi pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk, diperoleh peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,41 dengan kategori sedang. Peningkatan sub kemampuan berpikir kritis menganalisis argumen sebesar 0,45 dengan kategori sedang, memutuskan suatu tindakan 0,60 dengan kategori sedang, mengidentifikasi asumsi 0,38 dengan kategori sedang, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 0,28 dengan kategori rendah, memfokuskan pertanyaan 0,39 dengan kategori sedang, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan 0,46 dengan kategori sedang.
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MULTIPLE INTELLIGENCES BASED ON IPBA LEARNING IN ENHANCHING THE ABILITY OF CRITICAL THINKING
ABSTRACT
Based on preliminary study done in one of high schools in Bandung, the lack of learning materials or references material of IPBA about the solar system and the universe may result in low level of critical thinking ability of students. In the meantime, based on previous research conducted by Ramlan (2008), most of the Geography teachers had difficulty in teaching material of IPBA about the solar system and the universe. This limitations result conducting the IPBA material given potluck. Based on the exposure, researcher tries to apply IPBA learning based on multiple intelligences in an attempting to improve the ability of critical thinking. The research design used a Quasi Experiment with pretest and posttest group design as a research sample of the first grader in one high schools in Bandung that added up to 35 students. Collecting data carried out through a sheet of observation, questionnaire, and the ability test of critical thinking. IPBA learning carried on multiple intelligences was 96% and students’ participation presentation in IPBA learning based on multiple intelligences by 50%. Based on the result of crtical thinking ability test conducted after the implementation of IPBA learning based on multiple intelligences obtained the improvement of critical thinking ability with a gain score of 0,41 in average category. Sub capacity-increased of critical thinking analyze arguments 0,45 with medium category, decided the act 0,60 with medium category, indentified the assumption 0,38 with the medium category, inducted and considered the result of inductions 0,28 with low category, focus on a question 0,39 with medium category, make and judge value judgments 0,46 with medium category.
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) di SMA ... 11
B. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 12
C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21
D. Kerangka Pemikiran ... 25
E. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 27
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. Metode dan Desain Penelitian ... 32
B. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 32
C. Prosedur Penelitian ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 43
E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 45
F. Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 48
B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Pemberian Materi dan Ruang Lingkup IPBA di SMA ... 11
2.2. Aktivitas Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 18
2.3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 22
2.4. Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran IPBA ... 28
2.5. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk & Sub Kemampuan Berpikir Kritis ... 29
3.1. Pola pretest and posttest group design ... 32
3.2. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen ... 36
3.3. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen ... 37
3.4. Indeks Kesukaran dan Klarifikasi ... 38
3.5. Klasifikasi Daya Pembeda ... 39
3.6. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis ... 39
3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 47
4.1. Keterlaksanaan Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk ... 49
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3. Prosentase Ketercapaian Sub Kemampuan Berpikir Kritis ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1. Kecerdasan Majemuk oleh Mark R. Kaser ... 12
2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 25
2.3. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 30
3.1. Alur Penelitian ... 42
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67
1.2. Lembar Kerja Siswa ... 83
LAMPIRAN B INSTRUMEN PENELITIAN 2.1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 92
2.2. Lembar Observasi Kecerdasan Majemuk ... 105
2.3. Lembar Observasi Berpikir Kritis ... 114
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.5. Angket Profil Kecerdasan Majemuk ... 125
LAMPIRAN C DATA HASIL PENELITIAN
3.1. Judgment Instrument Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 128
3.2. Analisis Hasil Ujicoba ... 145
LAMPIRAN D PENGOLAHAN DATA HASIL PENELITIAN
4.1. Kerlaksanaan Aktivitas Pembelajaran ... 177
4.2. Prosentase Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran ... 178
4.3. Nilai Rata-rata Pretest, Posttest, dan Gain Ternormalisasi ... 179
LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN
5.1. Dokumentasi Penelitian ... 186
LAMPIRAN F ADMINISTRASI PENELITIAN
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk
dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)
merupakan cakupan materi yang mempelajari berbagai gejala alam di bumi
maupun antariksa. “Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk SMA, materi IPBA terintegrasi dalam mata pelajaran Fisika dan
Geografi dengan porsi Fisika 2,70% dan Geografi 55,56% dari keseluruhan
materi dikelas X atau 19,23% untuk program IPS.” (Ramlan, 2008).
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa materi IPBA untuk siswa
SMA diberikan didalam dua mata pelajaran, yaitu Fisika dengan porsi 2,70%
untuk program IPA dan geografi 55,56% di kelas X. Materi IPBA pada mata
pelajaran Fisika hanya diberikan di kelas XI IPA semester 1 dalam materi
keteraturan gerak planet, yang berkaitan dengan hukum Kepler. Sedangkan
materi IPBA pada mata pelajaran Geografi diberikan di kelas X semester 1
dan semester 2 dengan cakupan materi yang cukup lengkap, baik dalam
pembahasan ilmu kebumian maupun ilmu antariksa.
Materi IPBA dibahas hampir menyeluruh pada mata pelajaran Geografi di
kelas X dengan porsi 55,56%. Pada kenyataannya materi IPBA tidak
benar-benar diberikan secara menyeluruh oleh guru Geografi kepada siswa SMA
kelas X. Menurut Ramlan (2008), guru Geografi mengalami kesulitan dalam
menjelaskan materi IPBA khususnya materi mengenai tata surya dan jagad
raya karena selama kurikulum sebelumnya yakni kurikulum 2004, materi
IPBA yang dibahas oleh guru Geografi lebih banyak mengenai ilmu kebumian
2
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
materi seadanya. Keterbatasan tersebut mengakibatkan penyampaian materi
IPBA mengenai tata surya dan jagad raya kepada siswa diberikan seadanya
saja, pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya terpusat pada kemampuan
verbal siswa dan biasanya fenomena-fenomena yang sangat erat dengan
kehidupan siswa hanya disajikan dalam fakta teoritis tanpa dijelaskan runtutan
proses mengenai fenomena yang terjadi. Selain itu, menurut Ramlan (2008),
guru belum menemukan suatu model pembelajaran yang baik dan tepat yang
dapat menarik siswa untuk belajar astronomi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA Negeri
di Kota Bandung, minimnya bahan ajar atau bahan bacaan mengenai materi
IPBA yang berkaitan dengan materi tata surya dan jagat raya juga dapat
mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Siswa tidak
diikut sertakan dalam proses berpikir tingkat tinggi (critical thinking) dan
menganalisis tentang alur sebuah fenomena. Padahal kemampuan berpikir
kritis perlu diterapkan dalam pembelajaran agar siswa mendapatkan manfaat
yang dapat dirasakannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam hal perkembangan pola pikir. Kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di kelas cenderung hanya mengarah pada peningkatan
kemampuan berpikir dasar bukan pada kemampuan berpikir kritis. Hal
tersebut berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari salah satu SMA Negeri di
Kota Bandung, yakni dalam proses pembelajaran IPBA siswa hanya dituntut
untuk menghafal materi-materi atau menuangkan pemikiran mereka dalam
sebuah jawaban dengan menggunakan bahasa mereka sendiri tentang
informasi dan ide-ide yang mereka peroleh dari sumber bacaan. Kemampuan
berpikir seperti ini cenderung memiliki pola pemikiran yang langsung
mengarah pada kesimpulan atau menerima bukti-bukti tanpa
sungguh-sungguh memikirkannya. Menurut Fisher (2009: 13), kemampuan berpikir
kritis menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan
3
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan untuk memikirkan asumsi-asumsi, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan, menarik implikasi-implikasi, dan memperdebatkan
isu-isu secara terus-menerus. Dengan kata lain, berpikir kritis termasuk
kedalam berpikir kompleks. Kemampuan berpikir kritis perlu dilatihkan
secara terus-menerus kepada siswa karena sangat bermanfaat bagi siswa.
Menurut Feldman (2010: 7), seorang yang tidak berpikir kritis biasanya akan
dengan mudah melakukan kesalahan dalam menganalisis. Feldman (2010: 21)
menyatakan bahwa seorang siswa yang mampu berpikir kritis biasanya rajin
dalam mengerjakan tugas, meneliti solusi lain untuk suatu masalah,
memperbaiki kesalahan, dan cerdas. Seorang siswa yang berpikir kritis akan
berpikiran terbuka terhadap suatu masalah, mereka cenderung memikirkan
beberapa kemungkinan yang lain sebagai pemecahan masalah, serta
menemukan ide dan pilihan baru. Kemampuan seperti ini tentu saja perlu
dilatihkan kepada siswa secara terus-menerus agar siswa mampu berpikir
terbuka dan menghindari kesalahan-kesalahan dalam menganalisis maupun
memutuskan suatu tindakan baik dalam ruang lingkup sekolah maupun dalam
kehidupan diluar sekolah.
Berdasarkan fakta lain yang diperoleh dari salah satu SMA Negeri di Kota
Bandung, dalam mengajarkan materi IPBA mengenai tata surya dan jagad
raya seorang guru Geografi hanya memberikan tugas kepada siswanya untuk
membaca buku bacaan mengenai tata surya dan jagad raya dan melakukan
persentasi di kelas tanpa adanya penjelasan lebih lanjut dari guru dan tanpa
adanya konfirmasi yang dilakukan oleh guru dan siswa mengenai materi yang
dibahas. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kemampuan yang
digali pada semua siswa hanya kemampuan verbal-linguistik saja.
Hal tersebut bertentangan dengan teori kecerdasan yang diungkapkan oleh
Gardner bahwa setiap individu memungkinkan untuk memiliki lebih dari satu
jenis kecerdasan dengan kombinasi yang beragam. Delapan jenis kecerdasan
4
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalistik. Melalui teori kecerdasan majemuk yang diungkapkan
oleh Gardner, memungkinkan bagi seorang guru untuk mengetahui
kecenderungan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswanya. Ketika seorang
guru mengajar di suatu kelas, guru akan dihadapkan pada fakta bahwa kelas
tersebut berisi puluhan siswa dengan berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki
oleh masing-masing siswanya. Setiap jenis kecerdasan memiliki beberapa
aspek yang berbeda-beda, ini berarti penanganan terhadap masing-masing
siswa pun akan berbeda. Dengan kata lain, seorang guru tidak boleh
memaksakan setiap siswanya memiliki pemahaman yang sama dan sempurna
terhadap suatu materi jika dalam pembelajaran tersebut hanya menekankan
pada satu takaran kecerdasan saja. Dapat dibayangkan ketika seorang siswa
yang memiliki kecenderungan terhadap kecerdasan intrapersonal dihadapkan
dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan kecerdasan interpersonal, akan
sangat memungkinkan bagi siswa tersebut merasakan perasaan tidak nyaman
dan kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Sementara itu, berdasarkan studi pendahuluan melalui angket profil
kecerdasan majemuk di kelas yang menjadi sampel penelitian, terdapat 10
siswa atau sekitar 21% siswa dominan terhadap kecerdasan naturalis, sembilan
siswa atau sekitar 19% siswa dominan terhadap kecerdasan logis-matematis,
tujuh siswa atau sekitar 16% siswa dominan terhadap kecerdasan musikal dan
kecerdasan interpersonal, lima siswa atau sekitar 10% siswa dominan terhadap
kecerdasan kinestetis, empat siswa atau sekitar 8% siswa dominan terhadap
kecerdasan verbal-linguistik, tiga siswa atau sekitar 6% siswa dominan
terhadap kecerdasan intrapersonal, dan hanya dua siswa atau sekitar 4% siswa
dominan terhadap kecerdasan visual-spasial.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang menjadi
5
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu, untuk dapat memfasilitasi keberagaman jenis kecerdasan
majemuk yang dimiliki oleh siswa tersebut dapat dilakukan melalui penerapan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Menurut Armstrong (2013:
59), teori kecerdasan majemuk memberikan konstribusi terbesar terhadap
pendidikan dengan menyarankan bahwa seorang guru perlu memperluas
teknik, peralatan, dan strategi di luar linguistik yang umum dan logis dalam
pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, seorang guru harus mampu
memikirkan dan mengajar dengan cara yang tidak hanya menggali kecerdasan
verbal-linguistik saja. Seorang guru harus mampu melakukan kegiatan
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan masing-masing aspek kecerdasan
majemuk yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Hal tersebut bukan hanya
dilakukan dengan cara menghabiskan waktu untuk menuliskan materi dipapan
tulis yang hanya menggali kecerdasan verbal saja, tetapi juga dapat dilakukan
dengan cara menampilkan gambar-gambar dan tayangan video yang dapat
mengoptimalkan kecerdasan visual-spasial. Selain itu, guru dapat melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kecerdasan
kinestetis seperti halnya kegiatan yang melibatkan keterampilan tangan
ataupun memutar musik pada waktu siang hari untuk menarik perhatian siswa
agar berkonsentrasi sebagai pengoptimalan kecerdasan musikal. Siswa juga
dapat dilibatkan dalam kegiatan diskusi kelompok yang dapat
mengoptimalkan kecerdasan interpersonal, kegiatan mandiri seperti refleksi
diri dan tugas mandiri yang dapat mengoptimalkan kecerdasan intrapersonal,
serta kegiatan pembelajaran yang langsung berkaitan dengan alam yang dapat
mengoptimalkan kecerdasan naturalis.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba menerapkan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Pembelajaran IPBA
berbasis kecerdasan majemuk merupakan suatu pembelajaran IPBA yang
mengakomodasi aspek-aspek jenis kecerdasan dalam pembelajaran sehingga
6
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses pembelajaran melibatkan kemampuan berpikir, tentu saja hal tersebut
akan sangat berdampak pada kemampuan berpikir yang dimiliki siswa
tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya upaya pengoptimalan masing-masing
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa diharapkan akan membuat siswa lebih
antusias dalam kegiatan pembelajaran IPBA yang nantinya akan berdampak
pada kemampuan berpikir kritis siswa. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti
melakukan penelitian dengan judul, “Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan
Majemuk dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis?”
Untuk lebih memperjelas permasalahan dalam penelitian, maka
perumusan masalah dapat dirangkum dalam beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk?
b. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk?
c. Bagaimana peningkatan subkemampuan berpikir kritis siswa setelah
diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk?
2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, diperlukan pembatasan masalah
yang memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, yaitu pembelajaran
7
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Geografi kelas X semester 1. Materi IPBA yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah materi mengenai tata surya dan jagad raya sesuai
dengan kompetensi dasar 2.2. Mendeskripsikan tata surya dan jagad raya.
Kemampuan berpikir kritis yang digali dalam penelitian ini merupakan 12
subkemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis, yaitu
kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen,
menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan
mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, dan mengidentifikasi asumsi,
bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi, mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
observasi, mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, berinteraksi
dengan oranglain, dan berinteraksi dengan orang lain. Akan tetapi,
subkemampuan berpikir kritis yang dapat diukur melalui tes kemampuan
berpikir kritis hanya ada enam, diantaranya: kemampuan memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, menginduksi dan mempertimbangkan
hasil induksi, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, dan
mengidentifikasi asumsi.
3. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPBA
berbasis kecerdasan majemuk. Variabel terikat dalam penelitian adalah
kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Definisi Operasional
a. Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk
Pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk adalah suatu
pembelajaran yang mengakomodasi kecerdasan majemuk
(verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetis, musikal,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis) dalam pembelajaran IPBA.
8
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang
menggambarkan aktivitas guru dan untuk mengetahui partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk
digunakan lembar observasi kecerdasan majemuk yang
menggambarkan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran IPBA
di kelas.
Jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam pembelajaran
IPBA memiliki jumlah kegiatan yang berbeda-beda pada setiap
pertemuannya karena disesuaikan dengan materi IPBA yang diajarkan.
Ketika ada salah satu jenis kecerdasan yang tidak dapat diakomodasi
dalam pembelajaran IPBA, pembelajaran tersebut tetap dapat
dikatakan sebagai pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk
karena masih terdapat tujuh jenis kecerdasan lainnya yang
diakomodasi dalam pembelajaran IPBA. Sementara itu, untuk
mengetahui profil kecerdasan majemuk siswa sebelum implementasi
pembelajaran digunakan angket profil kecerdasan majemuk dan angket
diri (Self Assesment) digunakan dalam tahapan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan kecerdasan intrapersonal yang berkaitan dengan
penilaian diri siswa terhadap aktivitas pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Kemampuan Berpikir Kritis
Untuk dapat mengoptimalkan penggalian kemampuan berpikir kritis
dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk,
digunakan 12 subkemampuan berpikir kritis pada lembar observasi,
diantaranya: kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis
argumen, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,
membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan,
9
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
klarifikasi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya,
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mendeduksi
dan mempertimbangkan hasil deduksi, berinteraksi dengan orang lain,
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, memutuskan
suatu tindakan. Pada berbagai tahapan pembelajaran, subkemampuan
berpikir kritis yang digali dalam pembelajaran disesuaikan dengan
jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam pembelajaran
IPBA.
Sementara itu, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
digunakan instrumen tes yang diujikan pada saat pretest dan posttest,
sedangkan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa dapat dilihat dari perolehan nilai gain yang ternormalisasi. Tidak
semua subkemampuan berpikir kritis dapat diukur melalui tes
kemampuan kemampuan berpikir kritis karena disesuaikan dengan
materi tata surya dan jagad raya. Oleh karena itu, subkemampuan
berpikir kritis yang digunakan dalam soal hanya enam, diantaranya:
kemampuan memfokuskan pertanyaan (mengidentifikasi kriteria
jawaban yang mungkin) dengan jumlah soal 2 soal, menganalisis
argumen (mencari perbedaan dan persamaan) dengan jumlah soal 11
soal, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi (membuat
kesimpulan berdasarkan fakta atau berhipotesis) dengan jumlah soal 3
soal, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
(mengaplikasikan konsep, prinsip-prinsip) dengan jumlah soal 1 soal,
mengidentifikasi asumsi (mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan) dengan jumlah soal 7 soal, memutuskan suatu tindakan
(memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan) dengan
jumlah soal 7 soal.
10
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk dalam
meningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep IPBA. Sedangkan
tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu :
a. Untuk memperoleh gambaran tentang keterlaksaan pembelajaran IPBA
berbasis kecerdasan majemuk.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan berpikir
kritis setelah diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk.
c. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan subkemampuan
berpikir setelah diterapkan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari segi teori adalah penelitian ini dapat memberikan informasi
baru yang mengaitkan antara kecerdasan majemuk dengan kemampuan
berpikir kritis karena penelitian seperti ini belum pernah ada sehingga dapat
dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya yang menggambarkan
tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Segi kebijakan, yaitu
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah-masalah yang
sering muncul, seperti kegiatan pembelajaran yang pasif dan tidak interaktif.
E. Struktur Organisasi Penelitian
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang pendahuluan.
Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II berisi
11
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode penelitian. Metode penelitian berisi penjabaran mengenai metode dan
desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV berisi tentang
hasil penelitian dan pembahasan. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran
mengenai penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran
IPBA berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan kemampuan berpikir
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment atau Pre
Experimental Design dengan pretest and posttest group design yang
dilaksanakan pada satu kelompok saja (kelas sampel) sebagai kelas
eksperimen tanpa adanya kelas pembanding (kelas kontrol). Pola pretest and
posttest group design adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Pola pretest and posttest group design
Stanley and Campbell (1963)
Berdasarkan Tabel 3.1. desain pretest and posttest group design terdiri dari
dua tahap tes yang dilaksanakan sebelum dan sesudah penelitian. Tes yang
diberikan sebelum pelaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk (01) disebut pretest. Pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk (X) disebut treatment. Treatment dilaksanakan sebanyak tiga kali
pertemuan. Sedangkan tes yang diberikan setelah pelaksanaan pembelajaran
IPBA berbasis kecerdasan majemuk (02) disebut posttest.
B. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di
kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di
salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Bandung tahun ajaran
Kelompok Pretest Treatment Posttest
33
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa X.7 dengan jumlah siswa
sebanyak 35 orang.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data. Tahap persiapan
merupakan tahap yang berisi kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk pada konsep IPBA. Tahap
pelaksanaan merupakan tahap yang berisi implementasi pembelajaran IPBA
berbasis kecerdasan majemuk. Sedangkan tahap pengolahan dan analisis data
merupakan tahap yang berisi kegiatan pengolahan dan analisis data setelah
dilaksanakan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Berikut ini
merupakan penjabaran dari beberapa tahap yang dilakukan selama penelitian.
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi litelatur dan studi kepustakaan untuk memperoleh
teori-teori yang akurat mengenai permasalah yang akan dikaji, yaitu
teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner dan teori
kemampuan berpikir kritis siswa yang dikemukakan oleh Ennis.
b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan
menyiapkan surat perizinan penelitian di fakultas.
c. Melakukan studi pendahuluan dan observasi ke sekolah yang
bersangkutan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran IPBA yang
berlangsung di sekolah tersebut.
d. Melakukan telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
34
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam kegiatan pembelajaran. Kompetensi dasar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar 2.2. Mendeskripsikan
tata surya dan jagad raya dengan materi IPBA tentang tata surya dan
jagad raya.
e. Menyiapkan perangkat pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan LKS berdasarkan pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk dan mengkonsultasikannya kepada dosen
pembimbing.
f. Membuat instrumen penelitian seperti lembar observasi kecerdasan
majemuk, lembar observasi kemampuan berpikir kritis, angket Self
Assesment kecerdasan majemuk, dan tes kemampuan berpikir kritis
siswa. Kemudian mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.
g. Melakukan judgment ahli berupa instrumen tes kemampuan berpikir
kritis. Kegiatan ini dilakukan oleh dua orang dosen pembimbing
sebagai pengoreksi awal dan dua orang dosen Fisika terkait.
Selanjutnya, peneliti melakukan revisi instrumen dan
mengkonsultasikannya kembali kepada dosen pembimbing dan dosen
yang melakukan judgment.
h. Melakukan perizinan kepada pihak sekolah sekaligus berkonsultasi
kepada guru Geografi di sekolah tempat penelitian mengenai proses
pembelajaran yang akan dilakukan.
i. Menentukan sampel penelitian di sekolah tempat penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pretest dengan menggunakan soal tes kemampuan berpikir
kritis siswa untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa
35
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada konsep IPBA. Pretest dilaksanakan pada hari Jumat 26 Oktober
2012.
b. Melakukan treatment berupa pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk kepada kelas sampel yang dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan. Treatment dilakukan pada tanggal 2 November 2012
dilakukan satu kali pertemuan, pada tanggal 9 November 2012
dilakukan dua kali pertemuan. Akan tetapi, dikarenakan ada beberapa
gangguan teknis yang menyebabkan pembelajaran pada pertemuan
ketiga tidak tuntas, pertemuan ketiga dilanjutkan pada tanggal 13
November 2012.
c. Pada saat treatment berlangsung, observer melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi
kecerdasan majemuk dan lembar observasi kemampuan berpikit kritis
siswa untuk mengetahui besarnya partisipasi siswa dalam
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk.
d. Melakukan posttest dengan menggunakan tes kemampuan berpikir
kritis siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk
pada konsep IPBA. Posttest dilaksanakan pada hari Selasa 13
November 2012 setelah pulang sekolah.
e. Memberikan angket diri (Self Assesment) untuk mengetahui prosentase
partisipasi siswa dalam pembelajaran, yang dilaksanakan pada hari
Selasa 13 November 2012.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
a. Pada penelitian ini, pelaksanaan uji instrumen dilaksanakan secara
langsung di kelas yang menjadi sampel penelitian sehingga pengolahan
36
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
analisis data setelah dilaksanakan treatment dan posttest. Pada tahap
ini, peneliti melakukan analisis validitas instrumen, analisis reliabilitas
instrumen, analisis tingkat kesukaran butir soal, analisis daya
pembeda, dan analisis hasil uji coba yang dilakukan secara langsung di
kelas sampel. Oleh karena itu, ketika ada butir soal yang hasilnya jelek
atau harus dibuang maka pada tahap akhir jumlah data butir soal yang
diolah sebagai data pretest dan posttest hanya data yang hasilnya baik
dan bisa digunakan.
1) Analisis Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2012: 80), penekanan sebuah validitas bukan
pada tes itu sendiri melainkan pada hasil pengetesan atau skornya,
validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari
pengalaman. Sebuah tes dikatakan valid jika dapat mengukur apa
yang diukur. Berikut adalah persamaan korelasi product moment
untuk menghitung validitas yang dikemukakan oleh Pearson
(Arikunto, 2012: 87).
√ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
….(Persamaan 3.1)
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : jumlah siswa
X : skor tiap butir soal
Y : skor total tiap butir soal
Tabel 3.2. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen
rxy Interpretasi
0,800 - 1,00 Sangat tinggi
0,600 - 0,800 Tinggi
37
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,200 - 0,400 Rendah
0,00 - 0,020 Sangat rendah
(Arikunto, 2012:89)
2) Analisis Reliabilitas Instrumen
Menurut Scarvia B. Anderson et al. (Arikunto, 2012:101),
persyaratan bagi tes yaitu validitas dan reliabilitas. Reliabilitas
diperlukan untuk menyokong terbentuknya validitas. sebuah tes
mungkin reliabel tetapi tidak valid tetapi sebuah tes yang valid
biasanya reliabel. Menurut Arikunto (2012: 100), suatu tes dapat
dikatakan memiliki taraf kepercayaan (reliabel) yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Dengan kata lain,
sebuah tes memiliki reliabitas yang baik jika hasil tes pada
seseorang dengan menggunakan instrumen yang sama akan
memberikan hasil yang sama meskipun dilakukan pada waktu yang
berbeda. Berikut adalah persamaan Spearman-Brown (Arikunto,
2012: 107) yang digunakan untuk menghitung reliabilitas.
2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r r …(Persamaan 3.2) Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
2 1 2 1
r : konsentrasi antara skor-skor setiap belahan tes
Tabel 3.3. Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen
rxy Interpretasi
0,800 - 1,00 Sangat tinggi
0,600 - 0,800 Tinggi
0,400 - 0,600 Sedang
0,200 - 0,400 Rendah
0,00 - 0,020 Sangat rendah
38
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3) Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis butir soal dilakukan untuk mengidentifikasi soal-soal yang
baik, soal yang kurang baik, dan soal yang jelek. Menurut Arikunto
(2012: 222), Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan
merangsang siswa untuk memperkuat usahanya dalam
memecahkan masalah. Sedangkan soal yang terlalu sukar akan
membuat siswa cenderung putus asa dan tidak semangat untuk
mencoba memecahkan masalah tersebut. Analisis tingkat
kesukaran butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
tersebut tergolong soal yang mudah, sedang, atau sukar. Berikut
adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat
kesukaran soal (Arikunto, 2012: 223).
B P
JS
…(Persamaan 3.3)
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4. Indeks Kesukaran dan Klarifikasi
Indeks Kesukaran Klasifikasi
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2012: 225)
4) Analisis Daya Pembeda
Suatu soal yang dapat dijawab dengan benar orang siswa yang
pandai maupun kurang pandai, maka soal itu tidak baik karena
39
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Arikunto (2012: 226) karena daya pembeda soal merupakan
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Berikut adalah persamaan untuk
menentukan indeks diskriminasi (daya pembeda) menurut arikunto
(2012: 228).
…(Persamaan 3.4)
Keterangan;
J : jumlah peserta tes
JA :banyaknya peserta kelompok atas
JB :banyaknya peserta kelompok bawah
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB :banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
PB : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
[image:30.595.229.499.592.674.2]dengan benar
Tabel 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
40
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Analisis Hasil Ujicoba
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, peneliti
melakukan analisis instumen tes yang tercantum pada Lampiran
[image:31.595.180.516.259.689.2]3.1. Berikut adalah analisis instrumen tes yang dirangkum dalam
Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Tabel Hasil Analisis Instrumen Soal Kemampuan
Berpikir Kritis
No. Soal
Validitas Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
1 - 0,33 Tidak
Valid 1,09 Mudah -0,10 - Dibuang
2 0,20 Rendah 0,97 Mudah 0,27 Cukup Dipakai
3 - Tidak
Valid 1,13 Mudah 0,00 Jelek Dibuang
4 0,16 Sangat
Rendah 0,35 Sedang 0,27 Cukup Dipakai
5 -0,22 Tidak
Valid 0,51 Sedang -0,30 - Dibuang
6 0,79 Tinggi 0,96 Mudah 0,36 Cukup Dipakai
7 0,25 Rendah 0,87 Mudah 0,27 Cukup Dipakai
8 1,18 Sangat
Rendah 1,00 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
9 0,49 Cukup 1,00 Mudah 0,36 Cukup Dipakai
10 0,43 Cukup 0,29 Sukar 0,36 Cukup Dipakai
11 0,34 Rendah 0,32 Sukar 0,27 Jelek Dipakai
12 - Tidak
Valid 0,96 Mudah -0,20 - Dibuang
13 0,09 Sangat
Rendah 0,96 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
14 0,24 Rendah 0,00 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
15 0,99 Sangat
Tinggi 1,00 Mudah 0,36 Cukup Dipakai
16 0,28 Rendah 0,83 Mudah 0,27 Cukup Dipakai
17 0,11 Sangat
Rendah 0,87 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
18 0,25 Rendah 1,06 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
19 0,36 Rendah 0,83 Mudah 0,36 Jelek Dipakai
20 0,55 Cukup 0,67 Sedang 0,82 Baik
41
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Soal
Validitas Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria
21 0,28 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai
22 0,32 Rendah 0,54 Sedang 0,27 Cukup Dipakai
23 0,46 Cukup 0,35 Sedang 0,36 Cukup Dipakai
24 0,27 Rendah 0,70 Sedang 0,27 Cukup Dipakai
25 0,40 Cukup 0,16 Sukar 0,36 Cukup Dipakai
26 0,25 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai
27 0,11 Sangat
Rendah 0,74 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
28 0,32 Rendah 0,38 Sedang 0,27 Cukup Dipakai
29 0,43 Cukup 0,96 Mudah 0,36 Cukup Dipakai
30 0,22 Rendah 1,03 Mudah 0,18 Jelek Dipakai
31 0,13 Sangat
Rendah 1,03 Mudah 0,09 Jelek Dipakai
32 0,02 Sangat
Rendah 0,90 Mudah -0,10 - Dibuang
33 0,20 Rendah 0,19 Sukar 0,18 Jelek Dipakai
34 0,001 Tidak
Valid 0,35 Sedang 0,18 Jelek Dipakai
35 0,25 Rendah 0,64 Sedang 0,18 Jelek Dipakai
36 0,17 Sangat
Rendah 0,90 Mudah 0,27 Cukup Dipakai
37 - Tidak
Valid 1,12 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
38 0,37 Rendah 0,51 Sedang 0,55 Baik Dipakai
Berdasarkan analisis data yang ditunjukkan pada Tabel 3.6.
terdapat tujuh soal yang dibuang karena memiliki nilai daya
pembeda dan validitas yang tidak baik. Adapun, perolehan nilai
reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,39 dengan kategori rendah.
Berdasarkan rekomendasi yang diberikan beberapa pihak terkait
waktu yang dibutuhkan untuk penelitian, pengujian instrumen
penelitian dilakukan pada kelas penelitian setelah dilaksanakan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Berdasarkan
42
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pilihan ganda yang harus dibuang dikarenakan hasil validitasnya
tidak baik (tidak valid). Pengujian instrumen yang dilakukan pada
kelas penelitian setelah dilaksanakan pembelajaran IPBA berbasis
kecerdasan majemuk menyebabkan ada beberapa indikator
pembelajaran yang tidak tercapai karena soal yang berkaitan
dengan indikator tersebut harus dibuang. Meskipun demikian,
ketujuh soal yang dibuang dapat terwakili oleh soal-soal yang
lainnya yang memiliki subkemampuan berpikir kritis yang sama.
Perbaikan instrumen tes dilakukan pada saat judgment instrumen
dan instrumen tes yang dapat dijadikan sebagai data untuk
pengolahan dan analisis data di BAB IV adalah data yang cukup
baik dengan jumlah 31 soal pilihan ganda dan empat soal essay.
b. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest berupa soal
kemampuan berpikir kritis siswa yang telah disesuaikan dengan hasil
uji instrumen di kelas penelitian. Peneliti juga menganalisis instrumen
lembar observasi kecerdasan majemuk, lembar observasi kemampuan
berpikir kritis siswa, dan angket diri (Self Assesment) kecerdasan
majemuk.
c. Membandingkan hasil analisis data instrumen sebelum diberi
perlakuan dan setelah diberi perlakuan berupa pembelajaran IPBA
berbasis kecerdasan majemuk untuk melihat peningkatan kemampuan
berpikit kritis siswa pada sampel penelitian di kelas tersebut.
d. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
dan analisis data penelitian.
e. Menyajikan fakta-fakta yang terjadi di dalam penelitian berupa faktor
pendukung maupun kekurangan selama penelitian dalam bentuk
43
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap pengolahan dan analisis data
Studi litelatur dan studi kepustakaan
Studi pendahuluan dan observasi
Telaah Kurikulum
Pretest Implementasi
pembelajaran Penyusunan perangkat pembelajaran Penyusunan instrument penelitian Posttest Angket profil kecerdasan majemuk Observasi keterlaksanaan kecerdasan majemuk dan berpikir kritis Angket aktivitas kecerdasan majemuk Pengolahan data
Analisis data Kesimpulan dan saran
Penulisan laporan
Judgment instrumen
Penentuan sampel dan perizinan penelitian Revisi instrumen Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap pengolahan dan analisis data
Studi litelatur dan studi kepustakaan
Studi pendahuluan dan observasi
Telaah Kurikulum
Pretest Implementasi
pembelajaran Penyusunan perangkat pembelajaran Penyusunan instrumen penelitian Posttest Angket profil KM (kecerdasan majemuk) Observasi keterlaksanaan aktivitas KM dan berpikir
kritis Angket diri (Self Assesment) KM Pengolahan data
Analisis data Kesimpulan dan saran
Penulisan laporan
Judgment instrumen
Penentuan sampel dan perizinan penelitian
44
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1. Alur Penelitian
D. Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS).
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Tes kemampuan berpikir kritis berkaitan dengan enam subkemampuan
berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis. Tes ini berfungsi untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, yaitu menganalisis argumen,
memutuskan suatu tindakan, mengidentifikasi asumsi, menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi, memfokuskan pertanyaan, dan membuat
dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan. Tes ini dilakukan selama dua
kali, yaitu pada tahap awal penelitian (pretest) dan pada tahap akhir
penelitian (posttest). Tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 35 soal, 31
soal pilihan ganda dan empat soal essay. Masing-masing soal mengandung
aspek subkemampuan berpikir kritis dengan materi Tata Surya dan Jagad
Raya sesuai dengan kompetensi dasar 2.2.Mendeskripsikan tata surya dan
jagad raya.
45
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lembar observasi kecerdasan majemuk menggambarkan partisipasi siswa
dalam kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk.
Kecerdasan majemuk yang tercantum dalam lembar observasi
keterlaksanaan aktivitas kecerdasan majemuk, diantaranya kecerdasan
verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial,
kecerdasan kinestetis, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Masing-masing
kecerdasan majemuk memiliki proporsi yang berbeda pada tiap
pertemuannya, disesuaikan dengan materi IPBA yang diajarkan.
4. Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis
Lembar observasi kemampuan berpikir kritis merupakan penunjang
instrumen pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang
digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis yang tercantum dalam lembar observasi,
diantaranya: kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis
argumen, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat
dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan kemampuan bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan menantang,
mempertimbangkan sumber yang relevan, mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil observasi, mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi,
berinteraksi dengan orang lain. Masing-masing subkemampuan berpikir
kritis memiliki proporsi yang berbeda tiap pertemuannya karena
disesuaikan dengan jenis kecerdasan majemuk yang diakomodasi dalam
pembelajaran IPBA.
5. Angket Diri (Self Assesment)
Angket diri (Self Assesment) yang digunakan dalam penelitian ini
46
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merujuk pada angket kecerdasan majemuk Thomas Amstrong yang
disesuaikan dengan konsep IPBA yang diajarkan. Angket diri (Self
Assesment) digunakan sebagai tahapan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan majemuk yang
tercantum dalam angket diri (Self Assesment) terdiri dari delapan jenis
kecerdasan dengan proporsi pernyataan yang berbeda-beda, yaitu:
kecerdasan verbal-linguistik (11 pernyataan), kecerdasan logis-matematis
(7 pernyataan), kecerdasan visual-spasial (9 pernyataan), kecerdasan
kinestetis (6 pernyataan), kecerdasan musikal (5 pernyataan), kecerdasan
interpersonal (10 pernyataan), kecerdasan intrapersonal (8 pernyataan),
dan kecerdasan naturalis (6 pernyataan), sehingga total jumlah pernyataan
yang tercantum dalam angket diri (Self Assesment) adalah 62 butir
pernyataan.
6. Angket Profil Kecerdasan Majemuk
Angket profil kecerdasan majemuk yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan angket kecerdasan majemuk yang disusun oleh Thomas
Amstrong. Angket profil kecerdasan majemuk digunakan untuk
mengetahui profil kecerdasan majemuk siswa sebelum implementasi
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk
yang tercantum dalam angket ini terdiri dari delapan jenis kecerdasan
dengan proporsi pernyataan yang sama yaitu 10 pernyataan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Soal tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 31 soal pilihan ganda dan
47
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemampuan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran IPBA berbasis
kecerdasan majemuk (Lampiran 2.1). Soal tes diberikan pada saat sebelum
dan sesudah implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.
Tahap pretest dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa
mengenai materi IPBA sebelum implementasi pembelajaran. Sedangkan
tahap posttest dilakukan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa
mengenai materi IPBA setelah implementasi pembelajaran.
2. Lembar Observasi
Menurut Sukmadinata (2011: 220) observasi merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan pengertiannya, observasi
dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan observer.
Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan
penerapan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk yang
dipadukan dengan rangkaian pelaksanaan pembelajaran yang tercantum
pada standar proses (Permen Nomor 41 Tahun 2007), kecerdasan
majemuk yang diobservasi disesuaikan dengan tahapan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan (Lampiran 2.2). Selain itu, untuk menunjang
kegiatan pembelajaran yang dilakukan, digunakan lembar observasi
kemampuan berpikir kritis yang telah disesuaikan dengan jenis kecerdasan
yang diakomodasi dalam pembelajaran IPBA (Lampiran 2.3).
3. Angket
Angket diri (Self Assesment) dibuat dengan mengadopsi pada angket profil
kecerdasan majemuk Amrstrong. Angket ini digunakan dalam tahapan
kegiatan pembelajaran IPBA yang melibatkan kecerdasan intrapersonal.
Kecerdasan majemuk yang tercantum dalam angket diri (Self Assesment)
terdiri dari delapan jenis kecerdasan dengan proporsi pernyataan yang
48
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diakomodasi dalam pembelajaran IPBA (Lampiran 2.4). Sementara itu,
untuk mengetahui profil awal kecerdasan majemuk siswa digunakan
angket profil kecerdasan majemuk yang terdiri dari delapan jenis
kecerdasan dengan jumlah pertanyaan masing-masing 10 pernyataan
(Lampiran 2.5).
F. Analisis Data
1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Analisis data dilakukan terhadap data tes kemampuan berpikir kritis yang
terdiri dari 31 soal pilihan ganda dan empal soal essay. Analisis
peningkatan kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan analisis
kuantitatif yang dihitung dengan menggunakan nilai gain yang
ternormalisasi. Langkah-langkah perhitungan yang digunakan dalam
analisis data adalah menghitung gain untuk skor pretest dan posttest,
menghitung gain ternormalisasi, menentukan nilai rata-rata gain
ternormalisasi, dan menentukan kriteria skor gain ternormalisasi. Secara
terinci dijelaskan dalam pembahasan berikut.
a. Menghitung gain ternormalisasi
Gain merupakan selisih antara skor pretest dan skor posttest.
Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk menghindari
kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang
siswa. Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain
aktual dengan skor gain maksimum. Gain ternormalisasi dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut.
<g>
…(Persamaan 3.6)
Dengan T1 adalah skor pretest, T2 adalah skor posttest, selisih dari skor
posttest dengan skor pretest disebut skor gain aktual. Sedangkan Si
49
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Pada tahap selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata gain
ternormalisasi dan menentukan kriteria skor gain ternormalisasi
[image:40.595.225.506.195.260.2]berdasarkan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi
<g> Kriteria
≥ 0,70 Tinggi
0,3 ≤ ( <g> ) ≤ 0,7 Sedang
< 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
2. Lembar Observasi Kecerdasan Majemuk
Lembar observasi kecerdasan majemuk digunakan untuk mengetahui
prosentase partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan
dengan kecerdasan majemuk. Untuk menghitung prosentase partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dapat
menggunakan persamaan berikut.
% partisipasi ∑
∑ …(Persamaan 3.7)
Berdasarkan persamaan 3.7., akan terlihat jumlah prosentase partisipasi
siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan
majemuk sehingga dapat terlihat tahapan pembelajaran kecerdasan
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, secara umum dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk. Secara khusus kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk selama tiga
kali pertemuan adalah 96% dan prosentase partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk sebesar 50%.
2. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis yang dilakukan setelah
implementasi pembelajaran IPBA berbasis kecerdasan majemuk diperoleh
peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan nilai gain yang dinormalisasi
sebesar 0,41 dengan kategori sedang.
3. Peningkatan subkemampuan berpikir kritis menganalisis argumen sebesar
0,45 dengan kategori sedang, memutuskan suatu tindakan 0,60 dengan
kategori sedang, mengidentifikasi asumsi 0,38 dengan kategori sedang,
menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi 0,28 dengan kategori
rendah, memfokuskan pertanyaan 0,39 dengan kategori sedang, membuat dan
63
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peningkatan berpikir kritis
masih dalam kategori sedang dengan nilai gain yang dinormalisasi 0,41. Oleh
karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut yang dapat lebih meningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pada penelitian ini, uji instrumen dilakukan pada waktu yang bersamaan
dengan penelitian. Jumlah soal yang disediakan cukup banyak sehingga ketika
ada soal yang tidak valid, subkemampuan berpikir kritis yang akan diukur
dapat terwakili oleh soal-soal yang lainnya. Meskipun demikian, sebaiknya uji
instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan sehingga diperoleh soal
Aprianti Opi Ceisar, 2014
Pembelajaran IPBA Berbasis Kecerdasan Majemuk Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Armstrong, T. (2013). Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASCD (Association for Supervision and Curriculum
Development)
Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental
Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.
Ennis, R. (1996). Critical Thinking. New Jersey : Simon & Schuster / A Viacom
Company.
Feldman, D. (2010). Berpikir Kritis Strategi untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Indeks.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Gardner, H. (1993). Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: Basic Books.
Hake, R. (1998). ”Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student sur