• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. mengedepankan proses dari suatu analisis kebijakan. Dari beberapa hal yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA. mengedepankan proses dari suatu analisis kebijakan. Dari beberapa hal yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

22

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu

Fokus pada indikator ini adalah pihak peneliti akan memberikan sebuah rangkaian kajian melalui hasil review dari dengan menggunakan metode literatur review untuk dijadikan alat ukur di dalam sebuah proses pembahasan yang mengedepankan proses dari suatu analisis kebijakan. Dari beberapa hal yang diamati oleh pihak peneliti, ditemukanya beberapa penelitian yang muncul mengenai pembahasan berupa analisis kebijakan, akan tetapi fokus utama dari pembahasan tentang masalah yang menjadi titik tumpu persoalan pada

“Disharmonisasy Policy” pada kasus penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), peneliti belum menemukan penelitian yang serupa.

Melihat permasalahan yang terjadi saat ini, dengan menggunakan penelitian terdahulu sebagai acuan sebagai proses pembahasan hasil penelitian yang saya angkat mengenai “Disharmonisasy Policy”, diharapkan menciptakan sebuah hasil tulisan yang memiliki hasil analisis yang baik. Berikut ini merupakan bagian-bagian yang muncul dari penelitian yang dianggap serupa namun fokus dari temuan dari peneliti berbeda yang terkait dengan menggunakan metode analisis kebijakan, yaitu sebagai berikut :

Kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19, penelitian ini dilakukan oleh Darmin Tuwu, Jurusan Ilmu Kesehjateraan Sosial FISIP Universitas Halu Oleo, penelitian ini membahas mengenai kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran penularan Coronaviruses Disease 2019/Covid-19 agar tidak menyebar luas di lingkungan masyarakat. Seperti kebijakan yang mengharuskan

(2)

23

untuk berdiam diri dirumah, pembatasan sosial, pembatasan fisik, penggunaan alat pelindung diri, menjaga kebersihan diri, bekerja dan belajar dirumah, menunda semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak. Pemberlakuan Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga pada munculnya istilah New Normal tidak akan berjalan efektif jika pemerintah tidak memberikan informasi

yang akurat terkait sumber mengenai penyebaran Covid-19 serta penangananya.

Kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah pandemi Covid-19 dalam pengalamanya di Indonesia, penelitian dilakukan oleh Leo Agustino, Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tritayasa Pakupatan Banten, penelitian ini membahas upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menangani dan mengendalikan Covid-19. Guna mendapatkan data dan informasi, penulis memanfaatkan teknik pengumpulan data studi kepustakaan. Temuan yang diperoleh dari analisis penulis adalah penanganan Covid-19 tidak berjalan maksimal dikarenakan tiga hal penting, pertama, kurang tanggapnya pemerintah karena terdapat narasi yang tidak memberikan kajian semaksimal mungkin untuk menangani Covid-19, kedua, lambatnya proses penanganan pemerintah, dan ketiga, kebingungan pemerintah karena tidak memiliki kebijakan yang kuat untuk menangani Covid-19.

Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka penanganan Coronaviruses Disease 2019/Covid-19, penelitian tersebut dilakukan oleh Muhammad Hasrul, Fakultas Hukum Universitas Hasanudin, penelitian ini membahas mengenai PSBB dimana kegiatan masyarakat diberhentikan sementara dalam mengatasi masalah pandemi dalam bentuk masalah kesehatan dalam radius dengan menjangkau wilayah epidemologis. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

(3)

24

maka Menteri Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 9 Tahun 2020 tentang pedoman PSBB dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Selain itu karantina wilayah menjadi mendesak untuk dilakukan jika pemerintah daerah dan tenaga medis setempat sudah tidak sanggup untuk menangani korban Covid-19 yang jumlahnya meningkat secara signifikan, bahkan tenaga medisnya pun ikut menjadi korban harus dipisahkan juga subsidi bagi warga terdampak untuk menghindari konflik mengingat mereka kehilangan penghasilan.

Lahirnya instrumen pemerintah melalui regulasi dalam proses menangani pandemi, Siti Chadijah, Fakultas Hukum, Universitas Pamulang, penelitian ini membahas mengenai akibat dari virus corona yang sudah terjadi dengan tingkat ancaman melalui permasalahan kesehatan yang muncul, maka melihat keadaan yang sangat darurat ini, pelaksanakaan dari kebijakan yang dipilih oleh Indonesia akan diputuskan secara bersama-sama dengan pemerintah daerah melakukan bentuk rencana di dalam mengatasi permasalahan kesehatan dengan melakukan mendirikan atau meresmikan Lembaga yang akan digunakan sebagai acuan di dalam proses mengatasi permasalahan dari dampak Covid-19 yang ditimbulkan.

Dari hasil temuan yang dicapai melalui pengamatan dari proses pemilahan jurnal yang ditulis diatas, memiliki bentuk garis besar yang sama, dimana fokus untuk membedah melalui kebijakan, hanya saja penelitian ini memfokuskan pada pelaksanaan proses pembatasan sosial melalui aturan yang telah dihasilkan dengan menggunakan PSBB sebagai bentuk upaya didalam proses melihat apakah sudah terjalin singkronisasi antara pemerintah pusat dengan daerah, atau malah timbul

(4)

25

“Disharmonisasy Policy” yang pada akhirnya implementasi kebijakan sebagai alat untuk mengukur analisis kebijakan dinilai gagal.

Melalui bentuk resume yang dilakukan oleh peneliti untuk mencari bahan dengan menghasilkan produk melalui proses pengamatan yang sudah dilalui dari berbagai bentuk informasi, peneliti menghasilkan beberapa kemunculan melalui aturan tentang PSBB yang masih mengalami tumpang tindih, baik dalam ruang lingkup pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peneliti akan melakukan bentuk di dalam proses pengambilan masalah dengan melakukan studi Literature Review sebagai alat untuk mencari fakta yang akan dimunculkan sebagai bentuk

hasil dari analisa melalui permasalahan dari adanya kesehatan dari dampak virus corona yang melejit dengan pertumbuhan disertai proses menyebar yang sangat sulit untuk dikawal meskipu sudah ada produk hukum yang muncul. Kajian yang akan dilakukan melalui buku ini juga memiliki keterkaitan mengenai kebijakan penanganan Covid-19 yang khususnya melalui pelaksanaan program pemerintah lewat penetapan daerah yang harus memiliki prosedur untuk meciptakan tatanan masyarakat melalui PSBB. Peneliti juga mengumpulkan sumber data informasi melalui media sebagai bahan penunjang untuk melakukan proses analisis yang lebih mendalam mengenai kebijakan PSBB tersebut.

1.2 Kerangka Teori

Di dalam kerangka teori berikut ini, penulis akan memunculkan sebuah indikator-indikator secara singkat yang memuat secara garis besar dari adanya landasan teori untuk dijadikan alat ukur dan juga benang merah dalam fokus masalah utama yaitu mengenai “Analisis Kebijakan Penanganan masalah kesehatan

(5)

26

dampak akibat virus corona dengan menggunakan regulasi pelaksanaan PSBB yang akan diselenggarapan di suatu wilayah yang ada di Indonesia.

1.2.1 Kebijakan

Kebijakan atau biasa yang disebut dengan regulasi ditemukan di Inggris yang memiliki nama Policy dengan etimologinya yang berasal dari kata Yunani yaitu Polis yang memiliki pengertian kota. Regulasi atau kebijakan juga biasa diartikan dengan istilah kebijaksanaan atau Wisdom karena istilah ini tidak sesuai dengan pengertian para ahli yang dimana Wisdom memiliki arti yang berbeda apabila dikaji lebih mendalam menggunakan Bahasa Indonesia. Pengertian dari kebijakan sendiri sering kali disebut sebagai Policy karena acuan dalam bentuk gagasan ini selalu muncul di dalam organisasi yang memiliki legalitas formal dalam artian memiliki kesepakatan Bersama sehingga dalam hal ini memiliki tujuan untuk mencapai yang Namanya tujuan (Dr. Arwildayanto, 2018).

(Trisnanti, 2016) memaparkan bahwasanya kebijakan merupakan sebuah keinginan yang dilakukan oleh beberapa pihak terkait yang di dalamnya memiliki unsur ketentuan dan keputusan untuk memberikan penyelesaian suatu pokok permasalahan yang fokus utamanya adalah untuk mencapai tujuan Bersama. Arti kata Policy adalah alat yang digunakan oleh para pemangku yang terkait dengan putusan dalam sebuah ketetapan yang di sahkan oleh pemerintah untuk memberikan ruang publik yang lebih baik untuk kedepanya. Sebenarnya kebijakan itu memiliki landasan berupa tindakan untuk menciptakan suatu hasil yang baik dan dapat dinikmati untuk kepentingan masyarakat. Hasil dari sekelompok gagasan dan

(6)

27

munculnya ide terkait dengan perihal kepentingan Bersama yang diwakilkan memalui system politik di dalam negara untuk memberikan feedback pada kesehjaretaan masyarakat (Hasbullah, 2007: 37-38).

Regulasi ini diartikan ke dalam susunan strategi, pertukaran gagasan yang menghasilkan produk pemikiran yang memiliki fungsi untuk menyelesaikan konflik ruang publik. (Aulawi, 2017). Dapat disimpulkan setelah melihat pandangan yang ada diatas, bahwasanya susunan yang ditata rapi melalui serangkaian putusan dengan melibatkan agenda yang dimuat dan disepakati oleh pihak yang dirasa mampu dan memiliki kepentingan yang legal, maka kebijakan dilahirkan karena untuk menyikapi atau mengindari bahkan meminimalisir suatu permasalahan yang terdapat dalam ruang publik untuk menciptakan keselarasan dan ketepatan target dari kebijakan yang sudah diputuskan dimana kepentingan yang paling diutamakan adalah khalayak banyak.

Secara mendasar, sebenarnya kebijakan terbagi menjadi dua hal yang sangat penting, yaitu kebijakan publik yang mana regulasi diciptakan oleh pihak yang memiliki kedudukan penting guna dimana kebijakan publik diciptakan untuk di laksanakan demi terciptanya kesehjateraan masyarakat. Sedangkan kebijakan privat adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemangku kebijakan atau birokrasi namun sifatnya tidak ada paksaan. Muncul indikator penting di dalam sebuah aturan yakni memiliki suatu arah dimana action dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk memutuskan kebijakan apa yang akan dipakai untuk mengukur tingkat masalah yang ada pada ruang publik (Asropi, 2010).

(7)

28 1.2.2 Analisis Kebijakan

Proses analisis adalah sistematika untuk mengukur data dengan mengombinasikan fakta yang valid sesuai dengan hasil perbandingan yang menjadi acuan dasar. Analisa bisa dicapai dengan menggunakan tolak ukur penilaian dengan melakukan percobaan secara empiris. Proses Analisa akan memberikan pandangan bahwasanya proses pengambilan keputusan juga harus dilakukan dengan bahan pertimbangan melalui aspek data yang dianggap relevan(Agus, 2015: 30). Apabila analisis dikaitkan dengan cakupan kebijakan, bisa memberikan pengertian bahwasanya analisis kebijakan merupakan proses untuk mencari tolak ukur dengan menggunakan perbandingan dan penilaian yang mana dianggap solid untuk dilakukan pemecahan dalam suatu permasalahan. Penunjang dari analisis kebijakan adalah cara berfikir untuk mendapatkan data yang relevan dengan memunculkan argumentasi yang dianggap nyata khususnya apa yang dirasakan oleh masyarakat dan dampak yang diberikan atas kebijakan yang telah di implementasikan.

Melalui pemaparan yang sudah dijelaskan diatas dapat jelaskan bahwasanya analisis sendiri adalah cara berfikir untuk melalukan pemecahan dalam sebuah permasalahan yang dianggap telah terjadi dengan mengusung tingkat kebenaran dan dilihat dari yang namanya kapasitas untuk memberikan kepastian dari hasil yang Namanya proses pengamatan, percobaan, dan sebagainya. Sedangkan analisis kebijakan lebih fokus pada satu titik dari kebijakan yang menjadi dasar dari adanya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat dan bagaimana arah dari kebijakan ini dapat diterima oleh masyarakat, jadi proses analisis dari kebijakan ini lebih fokus pada titik balik atau feedback yang menjadi proses terlaksananya tujuan utaman dengan mengesampingkan ego pada pemangku kebijakan. Penilaian terhadap

(8)

29

analisis kebijakan adalah kinerja dan prioritas yang dianggap penting dan harus dilaksanakan tanpa adanya unsur untuk mendapatkan keuntungan. Terdapat beberapa poin yang harus dicermati dalam proses analisis kebijakan yaitu (Sanusi, 2015: 167) :

a. Terdapat yang Namanya Batasan di dalam kebijakan dimana proses analisis harus mempunyai fokus kajian utamanya adalah Who, Why, and When untuk dijadikan bahan yang akan diurutkan dan memiliki

fungsi keutamaan pada formulasi kebijakan.

b. Di dalam isi kebijakan, proses analisis ingin memantau dalam bentuk deskriptif apakah kebijakan ini diusulkan sudah sesuai dengan apa yang telah diharapkan atau memang kebijakan ini memang disusun untuk mengombinasikan kebijakan sebelumnya.

c. Terakhir adalah monitoring bersamaan dengan yang Namanya evaluasi kebijakan, dimana proses analisis akan menguji apakah kebijakan yang telah diusung dan disepakati Bersama memiliki tujuan dan dapat meminimalisir dampak yang mungkin akan muncul sebagai sebab dan akibat

Maka dengan ini, aspek yang harus dikaji dalam sebuah analisis yang dihadapkan pada kebijakan memiliki sebuah Batasan dalam kebijakan, terdapat isi yang memuat dan terkandung dalam kebijakan serta monitoring akan selalu didampingi dengan evaluasi kebijakan terhadap aturan yang akan dilaksanakan melalui bentuk PSBB dalam untuk menangani virus corona.

(9)

30

Dapat disimpulkan bahwa di dalam sebuah analisis kebijakan terdapat proses Analisa yang memang harus disusun secara terstruktur guna mencari tau secara pasti dampak yang akan ditimbulkan dari suatu kebijakan yang telah di sahkan Bersama. Maka dapat di Tarik hasil akhir bahwa didalam analisis kebijakan harus memiliki sebuah information yang dianggap pasti untuk mengukur masalah- masalah yang kemungkinan besar atau kemungkinan kecil muncul akibat dari adanya suatu kebijakan yang dijalankan atau dilaksanakan(Dunn, 2000: 95-97).

Peneliti menggunakan proses analisis kebijakan guna untuk mengetahui mengenai hal yang memang melatar belakangi kebijakan tersebut diciptakan, kemudian tujuan yang mendasari kebijakan tersebut di rumuskan serta proses implementasi menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan ini disepakati Bersama untuk menghindari permasalahan yang ada atau bahkan kebijakan ini bisa menjadi pematik dari sebuah kendala yang akan muncul di lingkup masyarakat. Dan hal yang paling akhir adalah respon masyarakat harus dijadikan evaluasi agar masyarakat tidak mendapati masalah yang seharunya tidak diulang-ulang.

Berikut ini merupakan beberapa dari banyaknya jenis analisis yang digunakan dalam suatu proses untuk membedah dari suatu kebijakan(Dunn, 2000:

117-124). Yang diantaranya sebagai berikut :

a. Analisis kebijakan prospektif

Proses analisis ini digunakan untuk melihat kebijakan yang pada dasarnya di formulasikan oleh pemangku kebijakan dengan menitik beratkan pada konsekuensi dari sebab dan akibat dari adanya proses kebijakan yang dibuat. Maka di dalam analisis kebijakan ini

(10)

31

berupaya untuk memberikan penilaian mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari sebuah kebijakan yang telah diformulasikan.

b. Analisis kebijakan retrospektif

Di dalam proses analisa melalui sebuah kebijakan ini, akan menjadi tumpuan yang sangat diperlukan dengan melihat dampak dari sebuah kebijakan setelah kebijakan ini dilaksanakan atau diimplementasikan, jadi di dalam analisis kebijakan retrospektif bisa dikatakan sebagai analisis untuk mengukur evaluasi dari kebijakan itu sendiri.

c. Analisis kebijakan integratif

Pada analisis ini bisa dikatakan sebagai kombinasi dari analisis kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retropektif dimana di didalam suatu kebijakan yang sudah diformulasikan dengan memuat para pemangku kebijakanya sebagai mentor yang mengesahkan kebijakan, sampai pada kebijakan ini di dilaksanakan atau diimplementasikan dan hasil dari evaluasi akan menjadi pandangan apakah kebijakan ini sudah benar-benar yang dibutuhkan oleh masyarakat atau hanya untuk beberapa kepentingan dari elite politik dimana dampak dari adanya kebijakan adalah sebuah penilaian akhir apakah kebijakan ini gagal atau malah sukses untuk dilaksanakan.

Dari ketiga analisis kebijakan diatas, dapat dikatakan sebagai fokus yang akan menjadi landasan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari suatu analisis kebijakan dengan melihat kebijakan ini apakah sesuai apa yang memang diharapkan oleh ruang publik khusunya pada tahap penerapan pembatasan sosial

(11)

32

melalui pelaksanaan PSBB di dalam menangani krisis kesehatan untuk menanggapi masalah pandemi yang telah terjadi saat iniSuharto (2005: 87).

1.2.3 Implementasi Kebijakan PSBB di Indonesia

Peneliti sudah memaparkan bahwasanya aturan yang diformulasikan pemerintah ke dalam bentuk kebijakan adalah serangkaian putusan oleh para pemangku kebijakan guna dalam menghasilkan kebijakan yang dianggap sah dan berupaya untuk menjadi penengah dalam setiap permasalahan yang ada di dalam sebuah kehidupan. Kebijakan publik bisa dikatakan sebagai “whatever governments choose to do or not to do” dimana titik balik dari sebuah kebijakan

adalah bentuk sebuah bentuk Gerakan pemerintah dalam merespon sebuah permasalahan tersebut tidak hanya muncul diruang publik saja akan tetapi juga lahir karena memang guna untuk menunjang masa depan suatu negara(Abdal, 2015).

Kebijakan publik biasanya di kembangkan oleh pemangku kebijakan untuk melihat sejauhmana masalah ini akan berlanjut atau sejauhmana proses dari pelaksanaan kebijakan ini akan memberikan dampak yang baik untuk menciptakan kelayakan hidup bersama sebagai paying hukum atas terlaksananya sebuah kebijakan(Gumbo,2007).

Dari berbagai pemahaman-pemahaman mengenai kebijakan publik, maka pada dasarnya implementasi kebijakan publik merupakan hasil dari adanya formulasi kebijakan dengan mengupayakan semaksimal mungkin untuk memberikan suatu dampak dari timbulnya permasalahan yang dijalankan oleh pemangku kebijakan yaitu pemerintah(Goldschlag, 2019).

(12)

33

Permasalahan pandemi Covid-19 adalah permasalahan yang sampai saat ini menjadi fokus utama tentang bagaimana dunia mau tidak mau harus dilibatkan pada bencana yang basic nya bukan sebagai bencana alam melainkan bencana yang memiliki karateristik menyerang kesehatan. Bukan hanya dunia namun Negara Indonesia juga dibikin risau oleh virus ini karena penyebaranya sangatlah cepat dalam tempo waktu yang sangat singkat. Pemerintah Indonesia mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai Covid-19 dengan melihat negara-negara yang sedang terdampak Covid-19, karena pada saat itu Indonesia belum memiliki yang kasus Covid-19 yang terdeteksi di Indonesia.

respon untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 dengan mengupayakan proses pelaksanaan bentuk mengatasi permasalahan kesehatan sebagai upaya mereda proses persebaran Covid-19 dengan melakukan mempersempit ruang gerak masyarakat agar tidak melakukan hal yang mengandung kerumunan. Di dalam proses implementasi kebijakan yang terfokuskan pada kebijakan PSBB, maka alat yang akan digunakan sebagai bentuk pembedahan dari proses analisis kebijakan dengan menggunakan teori Merilee S. Grindle(Herdiana,2019).

Kebijakan PSBB ini akan dikawal memakai landasan melalui teori Merilee S. Grindle sebagai alat yang akan digunakan dalam proses pelaksanaan PSBB yang memiliki 2 indikator penting yaitu isi kebijakan (Content of Policy) dan lingkungan kebijakan (Context of the Policy). Dari kedua indikator tersebut akan memunculkan output yang masing-masing memiliki aspek, ekonomi, sosial, budaya, dan politik(Herdiana, 2018).

(13)

34

1.2.4 Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia Kebijakan melalui produk hukum Pemerintah Indonesia guna untuk menghadang krisis kesehatan yang berupa pandemi virus corona melalui bentuk regulasi penetapan PSBB (PP) No 21 Tahun 2020 yang berfungsi mengatasi permasalahan kesehatan karena hadirnya virus yang memiliki dampak buruk berupa kematian. Aturan yang tidak hanya dipikul sendiri akan tetapi memiliki pedoman yang menjadi dasar penetapan pelaksanaan kebijakan PSBB ini yang diatur dalam Permenkes No 9 Tahun 2020(Herdiana, 2018).

Kebijakan PSBB ini akan dikawal oleh pemerintah pusat yang menjadi pengendali atau putusan akan pelaksanaan kebijakan, dan pemerintah daerah harus memiliki porsi yang kuat apabila ingin menetapkan kebijakan PSBB ini. Kebijakan PSBB ini adalah arti dari sebuah system Physical Distancing dimana istilah Lockdown tidak dipakai karena bertentangan dengan kultur budaya di Indonesia.

Dasar yang digunakan untuk meninjau wilayah yang terpapar Covid-19 adalah melalui aturan Menteri Kesehatan dimana PSBB dapat berlangsung untuk ditetapkan karena terdapat adanya wilayah yang dirasa terdapat wabah Covid-19, kemudian kategorisasi dari jumlah kematian dengan jumlah terinfeksi Covid-19 mengalami peningkatan secara tidak wajar, kemunculan wilayah yang berkaitan erat dengan epidemologis penyebaran Covid-19 sama dengan wilayah lain atau negara lain.

Pihak berwenang untuk melaksanakan kebijakan PSBB adalah Menteri Kesehatan dimana pimpinan masing-masing daerah baik itu dalam ruang lingkup level provinsi, level kabupaten, dan level kota harus memberikan pengajuan permohonan untuk dilaksanakanya PSBB di wilayah yang dianggap sudah

(14)

35

terinfeksi Covid-19 kepada selaku pemangku kebijakan yang mengesahkan iya tidaknya PSBB dilaksanakan yaitu Menteri Kesehatan.

1.2.5 Isi Kebijakan (Content of Policy)

1. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi

Kepentingan yang mempengaruhi menurut Merilee S. Grindle dalam Agustino menyatakan bahwa “berkaitan dengan kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan memiliki indikator yang beragumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaanya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan tersebut membawa pengaruh di dalam implementasi kebijakanya.

2. Tipe manfaat yang diperoleh

Di dalam point Content of Policy kebijakan menurut Merilee S. Grindle berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan dalam suatu kebijakan terdapat jenis manfaat yang menunjukan dampak positif dalam pengimplementasian kepada banyak pelaku yang lebih mudah dalam melaksanakan implementasi dibandingkan dengan kebijakan yang sudah ditetapkan namun masih memberikan dampak yang positif. Aturan yang sudah ditetapkan oleh jajaran pemerintah dalam segi formulasinya harus berupaya dalam menentukan hasil yang setara untuk memperkecil dampak yang akan ditimbulkan melalui proses pengimplementasianya. Maka di dalam tiap proses pelaksanaan kebijakan melalui prosedur implementasinya, pemerintah harus mampu menjadikan

(15)

36

regulasi sebagai hal dalam menyelesaikan permasalahan serta bermanfaat bagi kalangan.

3. Derajat perubahan yang ingin dicapai

Menurut merilee S. Grindle, indikator pada derajat perubahan yang diinginkan menjelaskan bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus memiliki skala yang jelas, sebab kebijakan diterapkan memberikan manfaat yang baik secara berkelanjutan. Suatu implementasi yang baik akan memberikan output yang baik untuk jangka waktu singkat maupun yang panjang secara terus menerus serta teratur.

4. Letak pengambilan keputusan

Kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah harus melalui proses yang benar-benar memberikan fungsi dan tujuan utamanya terhadap masyarakat, bukan hanya itu saja, indikator ini akan melihat sejauh mana pemerintah memformulasikan kebijakan dengan sebaik mungkin yang tujuanya adalah memangkas permasalahan kesehatan saat ini yang sangat merugikan baik pemerintah maupun masyarakat yang terdampak Covid-19.

5. Pelaksana program

Di dalam indikator ini hal yang dirasa sangat diperlukan untuk menciptakan pelaksanaan dalam bentuk regulasi yang sudah diciptakan dengan memiliki tingkat capaian yang akan diraih pada suatu insturmen aturan yang dihasilkan.

Target utama dari pemangku kebijakan adalah menggunakan regulasi dengan sebaik mungkin untuk menciptakan layanan yang baik untuk mengkawal masalah kesehatan yang berada di Indonesia saat ini.

(16)

37 6. Sumber daya yang digunakan

Indikator ini menjelaskan bahwa faktor penting dimana aktor-aktor yang turun langsung untuk menanggapi serta mengawal implementasi kebijakan itu berlangsung. Aktor ini pun juga memiliki peran krusial karena disisi lain sebagai pengendali jalur kebijakan, juga harus menjadi contoh yang baik disaat kebijakan itu dilaksanakan.

1.2.6 Lingkungan Kebijakan (Context of Policy)

1. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat

Pada indikator ini menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh jajaran pemerintah yang meformulasikan kebijakan mengenai pembatasan sosial dalam bentuk PSBB menjelaskan bahwasanya di ruang lingkup system dari kebijakan yang telah dilahirkan akan memberikan sebuah rencana yang akan dipakai guna melihat pula kekuatan atau kunci utama sebagai landasan sebagai upaya pemangku kebijakan untuk menjalankan system pembatasan sosial dengan tujuan untuk mempersempit ruang gerak virus corona demi keberlangsungkan untuk menciptakan kesehjateraan masyarakat yang terhindar dari problemtika permasalahan kesehatan.

2. Karateristik lembaga dan rezim yang berkuasa

Pada indikator ini melalui penerapan PSBB yang dilakukan jajaran pemerintah, baik pusat maupun wilayah otonomi daerah setelah mendapatkan persetujuan dari menteri kesehatan. Dasar hukum pengaturan dari aturan pembatasan sosial melalui payung hukum UU No 6 Tahun 2018 tentang

(17)

38

Karantina Kesehatan dan adanya dasar pedoman dari Permenkes No 9 Tahun 2020 sebagai upaya pelaksanaan PSBB dengan masa inkubasi selama 14 hari.

3. Tingkat kepatuhan dan adanya respons dari pelaksana

Pada tahap ini, peneliti berupaya untuk mengukur nilai pada tingkat patuhnya dengan mengkombinasikan daya tanggapnya melalui jajaran pemerintah maka sangat special sekali apabila pelaksanaan dari berjalanya sebuah kebijakan harus dikaitkan dengan keberhasilan dari kebijakan adalah banyaknya tanggapan.

1.2.7 Pengaruh kebijakan PSBB 1. Aspek Ekonomi

Kesiapan negara dalam merespon pandemi Covid-19 ini sangatlah beragam, terutama Pemerintah Indonesia yang dianggap gagap dalam memutuskan anjuran apa yang akan dipilih melalui regulasi guna dalam merespon permasalahan kesehatan karena kehadiran dari virus corona, pada akhirnya pemerintah dalam proses mengatasi masalahnya harus keluar dari krisis kebijakan dengan melahirnya sistem kebijakan baru yang memang pada penerapanya memberikan pengeluaran atau inflasi yang sangat menghawatirkan.

2. Aspek sosial

Istilah-istilah yang dipergunakan untuk menanggapi varian virus baru yaitu Covid-19 memang harus disandarkan bagaimana pola hidup pada lingkup sosial masyarakat guna untuk meminimalisir penyebaran pandemi Covid-19 dengan menggunakan istilah Work from Home dan Daring.

(18)

39 3. Aspek Budaya

Tanpa disadari pengaruh dari adanya pelaksanaan regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah berupa skema dari pelaksanaan pembatasan sosial yaitu PSBB memunculkan dampak yang beranekaragam, bukan hanya masyarakat dipaksa untuk tetap terus melaksanakan protokol kesehatan, akan tetapi juga merubah cara pandang dan cara berfikir masyarakat mengenai tingkah laku yang sebenarnya menjadi bagian dari adanya sistem tatanan kebudayaan di Indonesia.

4. Aspek Politik

Setelah menakar akses dari perjalanan pelaksanaan PSBB dari segi ekonomi, sosial dan budaya, tanpa disadari pun PSBB juga memberikan efek politik dimana tolak ukur peran pemerintah pusat dan daerah sedang diuji untuk melaksanakan kebijakan yang harus memiliki asas demokrasi dan menjamin kelayakan hidup masyarakat dengan menggunakan sistem birokrasi yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil identifikasi dan perhitungan mengenai bullwhip effect dapat dilakukan analisa bahwasanya nilai bullwhip effect pada rantai pasok sangkar burung masih

Bentuk wajah depan pria dan wanita pada RW 1 (sumbu x) (Gambar 3) dengan persentase sebesar 28.57% (pria) dan 35.16% (wanita) (Lampiran 5) menunjukkan perubahan bentuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air 21 mm/2 hari, setara dengan curah hujan 3.780 mm per tahun dengan pemberian pupuk 400 g NPKMg 12-12-17-2 per tanaman per tahun

Orang-orang, lembaga dan otoritas mendapat persetujuan yang diperlukan untuk di adopsi, telah menasehati yang dianggap perlu dan diberitahu tentang efek dari persetujuan mereka,

Guna mengatasi permasalahan tersebut, maka serangkaian penelitian telah dilakukan yaitu: (1) merekayasa suplemen protein berbasis ubi kayu-urea terekstrusi (selanjutnya

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Pada tipologi inovasi produk (keluaran), berdasarkan dimensi total, ekspansi, dan evolusi, pelayanan Kartu Identitas Anak (KIA) melalui “aplikasi dukapil dalam

Hasil pemeriksaan ditemukan 7 (22.58%) parasit intestinal yaitu Cryptosporidium sp (3; 42.85%) dan Entamoeba colli (4; 57.15%) pada berbagai level jumlah CD4.Hasil analisis