1
HCGA Framework
2
Personnel
3
Remuneration
4
Industrial Relation Management
CORPORATE UNIVERSITY
PROCESS MANAGEMENT (GA, HRIS, HCBP ,
HR REGIONAL)
REWARD MANAGEMENT (REMUNERATION) INDUSTRIAL RELATIONS MANAGEMENT (HRR)
PERSONNEL MANAGEMENT (PERSONNEL)
HCGA Frame Work
1
HCGA Framework
2
Personnel
3
Remuneration
4
Industrial Relation Management
Personal Data Mencatat dan memperbarui data-data karyawan seperti data keluarga, data pendidikan, data pengalaman kerja, dll. Employee Tracking Mencatat dan memperbarui data-data perubahan karyawan selama bekerja di perusahaan seperti promosi, demosi, mutasi, dll. Absensi Mencatat data ketidakhadiran karyawan misal datang terlambat, pulang lebih awal, sakit, mangkir, alpa,
cuti, dll.
Payroll & Benefit
Mengelola proses pembayaran gaji dan
benefit seluruh karyawan.
Dokumen Karyawan
Memastikan bahwa dokumen karyawantersimpan dengan baik terkait dengan aspek legalitas karyawan, yaitu: Perjanjian kerja , Pengangkatan karyawan permanen ,
tanda terima PP , surat peringatan. Cek dokumen kepada HRDGA cabang
Ketidaklengkapan dokumen dapat menyebabkan kesulitan saat akan melakukan PHK terdahap karyawan , jika
proses bipartit tidak berhasil.
UMP / UMR / UMK
Memastikan bahwa tidak ada karyawanyang menerima upah kurang dari UMP/UMR/UMK yang telah ditetapkan
pemerintah.
Cek data kepada HRDGA cabang dan konsultasi dengan HRRM dan atau
Personnel Dept HO
Sanksi bagi pemberian upah di bawah UMP/UMR/UMK , adalah sanksi pidana
penjara 1 s/d 4 tahun tahun dan atau denda Rp 100 juta s/d Rp 400 juta ( UU
Data “turn over” karyawan
Memastikan bahwa data “turn over” karyawan sesuai dengan kondisi nyata dikantor cabang.
Cek data kepada HRDGA cabang Bila terdapat kesalahan data tsb, dapat
mengakibatkan timbulnya perselisihan hubungan industrial karena ada karyawan
keluar yang tidak terbayar hak nya, atau menyebabkan membengkaknya OPEX cabang , karena ada karyawan yang sudah
keluar , namun gajinya masih terbayar.
Pengelolaan mobil operasional
Memastikan bahwa mobil operasional (baikmobil operasional cabang maupun mobil operasional managerial) dikelola dengan
baik sesuai peraturan yang berlaku. Cek kepada HRDGA cabang
Konsekuensi bila pengelolaan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku maka dapat
menyebabkan membengkaknya OPEX dan atau terkendalanya aktivitas operasional.
Kompensasi Karyawan Keluar
Memahami dengan pasti hak bagi karyawankeluar, sesuai dengan kategori penyebab karyawan keluar , yaitu : mengundurkan diri, mangkir, PHK karena : unperformed (SP1, 2 dan 3) , karena kesalahan fatal, karena tindak pidana , karena sakit berkepanjangan, karena
meninggal dunia.
Cek data kepada HRDGA cabang dan konsultasi dengan HRRM dan atau Personnel
Dept HO
Kesalahan dalam memberikan kompensasi dapat mengakibatkan timbulnya perselisihan
hubungan industrial dan atau membengkaknya OPEX cabang
Kompensasi
Imbalan berupa uang yang diberikan kepada karyawan secara rutin setiap bulan sesuai dengan nilai jabatan dan pekerjaan yang dilakukan serta performance karyawan
Fasilitas dan Benefit
Imbalan baik berupa uang maupun barang yang diberikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganyanya
Kesejahteraan (Welfare)
Fasilitas yang diberikan kepada karyawan dalam bidang sosial untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan
Upah
hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan
Tunjangan Tetap
imbalan yang diterima oleh pihak pekerja secara tetap jumlahnya dan teratur pembayarannya yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi
Perhitungan Bonus / Insentif
Gaji Pokok + Tunjangan Transport + Tunjangan Sementara
Perhitungan BPJS Ketenagakerjaan / DPLK
Gaji Pokok + Tunjangan Transport + Tunjangan Jabatan (bila ada)
Perhitungan THR dan Cuti Panjang
Gaji Pokok + Tunjangan Transport + Tunjangan Jabatan (bila ada) + Tunjangan Sementara
Komponen upah jika mengundurkan diri
Gaji Pokok + Tunjangan Transport + Tunjangan Jabatan (bila ada) + Tunjangan Sementara
Perhitungan Lembur
1 3 2 4 Karyawan Percobaan Karyawan Permanen Karyawan Kontrak Karyawan Training Karyawan yang masih dalam masa pembelajaran selama 12 (dua belas) bulan sebelum diangkat menjadi karyawan kontrak. 1 Karyawan yang masih dalam masa pembelajaran untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan UU no 13 tahun 2003 dan permenakertrans No.100/Men/2004. 2 Karyawan yang masih dalam masa pembelajaran untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan sebelum
diangkat menjadi karyawan tetap.
3
Karyawan yang telah memenuhi syarat – syarat yang
ditentukan, diterima dan dipekerjakan serta terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tidak tertentu.
Sistem pajak penghasilan PPh 21 adalah netto, perusahaan memberikan tunjangan pajak ke karyawan. Bila karyawan tidak memiliki NPWP maka akan dikenakan denda pajak sebesar 20% dari tarif pajak
normal dan menjadi beban karyawan dan dipotong langsung dari payroll setiap bulannya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) efektif 1 Januari 2015 per karyawan Rp. 36.000.000,- per tahun, tambahan Rp. 3.000.000,- untuk karyawan yang menikah dan setiap anggota keluarga maksimum 3 orang
Untuk karyawan wanita PTKP hanya dihitung Rp 36.000.000,- per tahun, kecuali menanggung anak karena janda yang dibuktikan dengan surat yang sah
Tarif Pajak Normal efektif 1 Januari 2015 terhadap Penghasilan Kena Pajak
• Penghasilan per Tahun Pajak
Sampai dengan Rp 50 juta 5%
> Rp 50 juta – Rp 250 juta 15% > Rp 250 juta – Rp 500 juta 25%
• Tabungan yang dibayarkan perusahaan ke pengelola DPLK saat usia pensiun karyawan
yaitu 55 tahun
• Tidak termasuk dalam komponen upah karyawan
• Berlaku untuk karyawan status tetap dengan masa kerja minimal 3 tahun berturut – turut • Nilai iuran adalah 3% dari Gaji Pokok + Tunj Transport + Tunj Jabatan (bila ada) dan dibayar
oleh perusahaan, tidak dipotong dari penghasilan karyawan
• Karyawan tidak diperkenankan menarik iuran dan hasil pengembangan investasi selama menjadi karyawan
• Menjadi faktor pengurang hak karyawan (uang pisah / uang pesangon) saat karyawan berhenti bekerja
• Pendaftaran masuk atau keluar dilakukan sentralisasi oleh HO akan tetapi karyawan tetap harus mengirimkan Formulir Pendaftaran Peserta dan fotocopy KTP/ SIM/ Paspor karena kartu keanggotaan akan dicetak setelah Manulife menerima kelengkapan berkas tsb
• Perlindungan bagi tenaga kerja berupa uang santunan sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia
• Setiap karyawan baru yang tercatat di HRIS didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan
• Pelaporan dan pembayaran iuran BPJS Ketengakerjaan Jamsostek dilakukan oleh HO, paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
• Setiap karyawan yang sudah didaftarkan ke BPJS Ketenagajerjaan akan menerima kartu BPJS Ketenagakerjaan yang dapat digunakan dalam pengurusan sehubungan dengan JBPJS Ketenagakerjaan • Untuk kartu Jamsostek / BPJS Ketenagakerjaan bagi karyawan yang masuk kerja mulai Maret 2013
• Iuran BPJS Ketenagakerjaan dibayarkan berdasarkan upah yang diterima karyawan dengan perhitungan 2% menjadi tanggung jawab karyawan dan 4,24% menjadi tanggungan perusahaan
• Saldo dari iuran yang dibayarkan bisa dilihat di masing-masing SAP Portal ( di upload 1 tahun sekali )
• Rincian iuran BPJS Ketenagakerjaan
IURAN PERUSAHAAN KARYAWAN
Jaminan Hari Tua 3.7% 2%
Jaminan Kecelakaan Kerja 0.24%
Jaminan Kematian 0.3%
• Perlindungan yang diberikan kepada seluruh karyawan berupa uang pertanggungan bila seseorang meninggal dunia karena kecelakaan dan cacat tetap akibat kecelakaan
• Besarnya Asuransi yang diberikan: Golongan 1A – 3C : Rp 25.000.000,-Golongan 3D – 3F : Rp
• Karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan berturut –turut berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh
• Karyawan yang bekerja kurang dari 12 bulan (< 12 bln), hak cuti tahunannya akan dihitung secara prorata sejak mulai bekerja
• Hak cuti tahunan akan muncul setiap awal tahun. Masa berlaku cuti tahunan adalah 1 (satu) tahun, sampai dengan 31 Desember berjalan. Karyawan dapat mengajukan perpanjangan masa berlaku cuti tahunan sampai dengan 6 (enam) bulan ke depan
• Cuti bersama akan mengurangi jumlah cuti tahunan setiap karyawan
• Karyawan yang akan cuti tahunan, harus mengajukan permohonan terlebih dahulu 14 (empat belas) hari sebelumnya kepada atasan karyawan dan Divisi HCGA
• Karyawan yang telah memiliki masa kerja 6 (enam) tahun berturut – turut atau kelipatan 6 tahun masa kerjanya mempunyai hak cuti panjang selama 30 hari kerja
• Hak cuti panjang akan muncul setiap ulang tahun ke-6 masa kerjanya.
• Cuti panjang dapat diambil sekaligus atau bertahap dengan memperhatikan kebutuhan perusahaan, yang pelaksanaannya diatur oleh atasan masing – masing
• Bantuan cuti panjang sebesar ½ (setengah) upah akan dibayarkan setiap ulang tahun ke-6 masa kerja dan kelipatannya , serta dibayarkan otomatis melalui payroll
MASA KERJA CUTI TAHUNAN CUTI PANJANG TOTAL CUTI MASA BERLAKU
Tahun ke 6 12 hari kerja
30 Hari kerja 102 Hari kerja 6 Tahun Tahun ke 7 12 hari kerja
Tahun ke 8 12 hari kerja Tahun ke 9 12 hari kerja Tahun ke 10 12 hari kerja
Cuti Melahirkan/Keguguran
• Karyawati hamil diberikan cuti melahirkan selama 1,5 bulan (satu setengah bulan) sebelum
melahirkan, dan 1,5 bulan sesudah melahirkan dengan mendapat upah penuh.
• Permohonan untuk mempergunakan hak cuti ini harus disertai surat keterangan dokter yang merawatnya.
• Apabila karyawati mengambil hak cuti atas keinginan sendiri diharuskan membuat surat
pernyataan penundaan pengambilan cuti melahirkan dengan disertai surat keterangan dokter yang menerangkan bahwa hak cutinya diambil mendekati hari saat melahirkan atas
permintaannya sendiri. Suami dari karyawati juga harus ikut menandatangani surat pernyataan tersebut.
Cuti Haid
• Karyawati yang mengalami sakit pada saat haid diberikan cuti haid maksimal selama 2 (dua)
hari kerja dengan mendapat upah
• Bagi karyawati yang mengambil cuti haid harus memberitahukan kepada atasannya dan tidak mengurangi hak cuti tahunan, Pengambilan cuti ini harus disertai dengan Surat Keterangan dari Dokter
• Pengisian dokumen/formulir: – Exit Interview Form F28 – Exit Clearance Form F29
– Formulir “Perhitungan Pesangon, UPMK, Penggantian Hak dan Uang Pisah” (bagi karyawan yang berhak)
• Diinformasikan langsung dan secepatnya ke Kantor Pusat (PIC Payroll masing-masing Area) untuk level SH dan ke Regional untuk level staff.
• Pengiriman dokumen dapat dilakukan paling lambat 3 hari setelah pengunduran diri karyawan dan harus lengkap
• Pengajuan uang pesangon, penggantian hak ataupun uang pisah ke Regional (PIC Personnel) terlebih dahulu baru dikirimkan Kantor Pusat (PIC Payroll masing-masing Area)
1
HCGA Framework
2
Personnel
3
Remuneration
4
Industrial Relation Management
Berdasarkan Komponen
Gaji/Upah : diberikan untuk menghargai pekerjaan yang dilakukan dan kompetensi yang dimiliki seseorang.
Insentif/Bonus : imbalan yang ditujukan untuk memacu prestasi atau kinerja karyawan Tunjangan Fringe Benefits : fasilitas baik berupa uang maupun non uang yang
diberikan untuk memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya
Berdasarkan Jenis
Ekstrinsik : berbentuk uang /pelengkap) Intrinsik : tidak berbentuk fisik dan hanya dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, kondisi lingkungan
Berdasarkan Kinerja
Langsung : terkait kinerja, seperti upah, bonus/insentif
Tidak Langsung : tidak terkait kinerja, seperti THR dan asuransi
Fixed Income Gaji Pokok Tunjangan Transport Tunjangan Jabatan Tunjangan Sementara Variable Income Bantuan Makan Bantuan Bensin Tunjangan Kesulitan Tunjangan Daerah Lembur Jamsostek
Tunjangan Hari Raya Bonus / Insentif
Facility & Benefit
Bantuan Kacamata
Bantuan Tunjangan Susu Cuti Tahunan & Cuti Panjang Asuransi Kesehatan
MOP ( Sect Head ) Fasilitas Penempatan Bantuan Pulsa HP Service motor Soft Loan
KOMPONEN BENTUK FAKTOR PENENTU ITEMS
KOMPENSASI
GAJI POKOK JOB VALUE
MARKET VALUE GAJI POKOK
TUNJANGAN TETAP BERUPA UANG JABATAN GOLONGAN TUNJANGAN JABATAN TUNJANGAN TRANSPORT
UANG LEMBUR JABATAN
GOLONGAN HANYA UNTUK NON STAFF
BONUS/INSENTIF PERFORMANCE JABATAN THR INSENTIF VARIABLE BONUS FASILITAS & BENEFIT TUNJANG AN BERUPA UANG RUTIN GOLONGAN BANTUAN MAKAN JAMSOSTEK PERSONNAL ACCIDENT NON RUTIN GOLONGAN JABATAN LOKASI KERJA
BANTUAN KESEHATAN & KACAMATA, MOBIL DINAS, PENEMPATAN (Tunj.daerah & Tunj.Kesulitan 1 & 2),
PERJALANAN DINAS, TUNJANGAN BENSIN, BANTUAN PULSA HP
WELFARE EMPLOYEE WELFARE
(COMPANY SOCIAL RESPONSIBILITY)
SUMBANGAN PERNIKAHAN SUMBANGAN KEDUKAAN
1
HCGA Framework
2
Personnel
3
Remuneration
4
Industrial Relation Management
Keputusan Perubahan Status
Karyawan
Melakukan perubahaan status karyawan sesuai dengan peraturan yang berlaku Cek kepada HRDGA cabang dan konsultasi
dengan HRRM
Jika keputusan perubahan status karyawan melewati batas waktu perjanjian, maka konsekuensinya secara hukum karyawan tsb menjadi karyawan tetap . Konsekuensi berikutnya , jika terjadi PHK (bukan karena
kesalahan fatal), maka karyawan tsb berhak atas uang pesangon, artinya akan
meningkatkan OPEX kantor cabang
Proses Membina Karyawan
(Coaching & Counseling)
Memahami dan melaksanakan prosescoaching & counseling dengan baik Konsultasi dengan HRRM dan atau HRR
Dept HO
Kesalahan dalam membina karyawan , dapat menyebabkan munculnya permasalahan hubungan industrial : produktivitas karyawan tidak meningkat ,
motivasi karyawan menurun, atau hubungan kerja sama yang tidak baik
Syarat & Prosedur Pemberian
Sanksi
Memahami dan melaksanakan prosedur pemberian sanksi sesuai dengan peraturan
yang berlaku
Konsultasi dengan HRRM dan atau HRR Dept HO
Syarat dan Prosedur pemberian sanksi yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku
, dapat menyebabkan : perselisihan hubungan industrial sehingga menganggu
waktu kerja dan produktivitas kerja manajemen dan karyawan
Syarat & Prosedur melakukan PHK
Memahami dan melaksanakan prosedurPHK sesuai dengan peraturan yang berlaku Konsultasi dengan HRRM , HRR Dept HO dan atau Legal Division jika terdapat unsur
pidana
Syarat dan Prosedur pemberian sanksi yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku
, dapat dapat menyebabkan timbulnya biaya-biaya perkara / kasus (terutama jika ada PHK) , dan hal ini berarti meningkatkan
Do’s
Don’ts
• Masa percobaan hanya 3 bulan
• Yakin bahwa dalam waktu hanya 3 bulan dapat menilai karyawan tersebut dengan tepat
• Lakukan monitoring performance secara akuran (minial 1 bulan sekali)
• Sebelum masa percobaan, karyawan boleh diterminasi tanpa surat peringatan • Karyawan yang diterminasi karena tidak lulus masa percobaan, tidak berhak atas kompensasi
• Masa percobaan tidak boleh lebih dari 3 bulan
• Bila tidak yakin jangan gunakan status percobaan gunakan status kontrak (PKWT
• Bila melebihi 3 bulan masa percobaan, konsekuensinya karyawan menjadi karyawan tetap
Do’s
Don’ts
• Masa training 1 tahun
• Masa kontrak 1 tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 tahun lagi
• Segera tentukan status karyawan bila sudah selesai training/kontrak :
- Dari training lanjut ke kontrak atau PHK
- Dari kontrak 1 lanjut ke kontrak 2 atau PHK
- Dari kontrak 2 permanen atau PHK
• Bila sudah selesai masa training, tidak boleh diperpanjang
• Bila sudah selesai kontrak yg ke 2 , Tidak boleh dilakukan kontrak berikutnya
• Jangan menunda penentuan status
karyawan . Bila melebihi masa training / kontrak, belum ditentukan statusnya, konsekuensinya karyawan menjadi karyawan tetap
Do’s
Don’ts
• Lakukan monitoring performance nya secara akurat (1 bulan sekali). Bila
karyawan tidak perform, segera berikan SP
• PHK karyawan karena unperformed harus dengan SP terlebih dahulu. PHK dengan SP, sesuai perjanjian training / kontrak , tidak perlu upah sisa masa kontrak
• Bila masa Training / Kontrak berakhir, maka karyawan tidak berhak atas kompensasi
• Jangan menunda pemberian SP
• PHK tanpa SP, karyawan bisa menuntut uang sisa masa kontrak
Tidak Lulus masa percobaan
Tidak berhak atas kompensasi apapun
Berakhirnya Masa Perjanjian Kerja Tidak berhak atas kompensasi
apapun
Mengundurkan diri Baik-Baik Uang Pisah
Uang Penggantian Hak
Mengundurkan diri Tidak Baik-Baik
Tidak berhak atas kompensasi apapun
Sakit yang berkepanjangan (medical unfit)
Uang Pesangon 2x,
Uang Penghargaan Masa Kerja 2x Uang Penggantian Hak
Karyawan meninggal dunia Uang Pesangon 2x,
Uang Penghargaan Masa Kerja Uang Penggantian Hak
Mencapai batas usia pensiun Uang Pesangon 2x,
Uang Penghargaan Masa Kerja Uang Penggantian Hak
Karyawan ditahan ≥ 6 bulan /
dinyatakan bersalah oleh PN
Uang Penghargaan Masa
Kerja
Uang Penggantian Hak
Tidak cakap bekerja (setelah
diberikan surat peringatan)
1 x Uang Pesangon,
Uang Penghargaan Masa
Kerja
Uang Penggantian Hak
• Pelanggaran Peraturan Perusahaan
(Kesalahan Fatal)
1/ 5 Uang Pisah
Uang Penggantian Hak
• Karyawan dikualifikasikan
mengundurkan diri karena mangkir 5
(lima) hari berturut-turut
1/3 Uang Pisah
Uang Penggantian Hak
• Perusahaan Pailit
Uang Pesangon (1x),
Uang Penghargaan Masa Kerja
Uang Penggantian Hak
• Merupakan bagian dari proses pembinaan karyawan
• Lakukan Coching & Counseling secara berkelanjutan terhadap karyawan
• Jika pemberian SP terkait performance, maka harus diberikan bertahap (SP 1 sampai dengan SP 3)
• SP dapat diberikan tanpa bertahap jika jenis kesalahannya sesuai dengan pasal/ayat yang terdapat pada Peraturan Perusahaan ADMF.
Tingkat Pelanggaran Sanksi
Pelanggaran tingkat I Dikenakan sanksi Teguran Tertulis Pelanggaran tingkat II Dikenakan sanksi SP 1
Pelanggaran tingkat III Dikenakan sanksi SP II
Pelanggaran tingkat IV Dikenakan sanksi SP III (terakhir)
Pelanggaran tingkat V Kesalahan fatal dan dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan mendesak serta merupakan peningkatan dari sanksi Surat Peringatan III. Harus ada bukti yang kuat.
Sumber Sanksi
Keterangan
Sanksi Reguler
Diberikan karena adanya pelanggaran yang
ditemukan oleh Cabang sendiri
Sanksi Productivity
Diberikan karena karyawan tidak mencapai
target tertentu yang telah ditentukan oleh
perusahaan
Sanksi Retention/ QPC
Diberikan karena adanya temuan pelanggaran
oleh Tim Retention/ QPC atas rekomendasi
Dept HRR
Sanksi Audit
Diberikan karena adanya temuan pelanggaran
oleh Tim Audit atas rekomendasi Dept HRR
Jenis
Sanksi
Masa
Berlaku
Masa Tunggu
(Promosi)
Potongan
Insentif
Teguran Tertulis
1 bulan
-
-SP 1
1 s/d 6 bulan
1 Bulan
10%
SP 2
1 s/d 6 bulan
6 bulan
15%
SP 3
6 bulan
12 bulan
20%
Skorsing
1 bulan (dapat
diperpanjang bila
diperlukan)
-
25%
-PENYEBAB
TINDAKAN
KARYAWAN TIDAK
PERFORM /
MENOLAK
PERINTAH TANPA
ALASAN YG DAPAT
DITERIMA
Lakukan C & C secara konsisten
Tidak cakap bekerja di dasarkan atas performance karyawan
baik dari segi pencapaian PA, atau kecakapan dalam melakukan
pekerjaan rutin maupun tindakan yang bersifat kedisiplinan
Tidak cakap bekerja (unperformed) dibuktikan dengan adanya
Surat Peringatan.
Apabila termasuk kategori tidak cakap dalam bekerja
(unperformed) atau kesalahan dalam hal ketertiban /
kedisiplinan , maka Surat Peringatan diberikan secara
berurutan disesuaikan dengan derajat kesalahan, mulai
teguran tertulis, SP 1, SP 2 SP 3 hingga sanksi PHK.
• Jika karyawan bersedia mengundurkan diri, maka : – Karyawan menyerahkan surat pengunduran diri – Memperoleh 1 x uang pisah
– Memperoleh surat keterangan kerja , dengan redaksi : “karyawan keluar dari perusahaan pada
tanggal………..karena mengundurkan diri”
• Jika karyawan tidak bersedia mengundurkan diri , maka :
– Lakukan PB PHK
– Memperoleh 1 x uang pesangon
– Memperoleh surat keterangan kerja , dengan redaksi : “karyawan keluar dari perusahaan pada
tanggal……….. karena pemutusan hubungan kerja sebagai akibat dari prestasi kerjanya yang menurun / tidak mencapai target perusahaan”
• Apakah karyawan bersedia mengundurkan diri ? • Jangan ada pemaksaan pengunduran diri karyawan • Surat pengunduran diri HARUS ditulis tangan oleh
Pasal 43 ayat 3 butir e.27
melakukan
kesalahan yang bobotnya sama setelah mendapatkan Surat Peringatan yg Terakhir yg
masih berlaku
Pasal ini digunakan untuk melakukan PHK terhadap karyawan yang memang sudah tidak dapat dibina dan sebelumnya telah dikenakan Surat Peringatan
baik SP 1, SP 2 sampai dengan SP 3.
PHK karena pelanggaran terhadap PP Tidak harus melalui tahapan SP 1 hingga
SP 3, asal SP terakhir yang dijatuhkan sebelumnya adalah SP 3 dan masih berlaku.
Penegasan bahwa PHK karena “Unperform”, harus melalui mekanisme SP terlebih dahulu
• Karyawan yang mangkir selama 5 (lima)
hari kerja atau lebih berturut-turut dari
pekerjaan tanpa keterangan secara
tertulis yang dilengkapi dengan bukti
yang sah dan dan telah dipanggil secara
patut melalui surat panggilan tertulis sebanyak 2 (dua) kali, maka karyawan
tersebut dikualifikasikan telah
mengundurkan diri.
• Karyawan yang dikualifikasikan mengundurkan diri sebagaimana dimaksud di atas berhak atas uang
penggantian hak dan 1/3 (sepertiga) dari ketentuan uang pisah yang
Karyawan mangkir 2 hari kerja
Kirim surat Pemanggilan 1
Karyawan mangkir 3 hari
kerja berikutnya
Kirim surat Pemanggilan 2
Karyawan mangkir > 5 hari
kerja berturut-turut
Dikualifikasikan mengundurkan diri
tanpa memerlukan surat resign atau PB
PHK
Surat pemanggilan dikirim via pos tercatat. Jangan dikirim melalui messenger karena yang digunakan sebagai alat bukti kuat di forum mediasi/pengadilan adalah bukti pos tercatat.
Alamat karyawan adalah alamat yang resmi tercatat di perusahaan. Bila karyawan
pindah alamat namun belum memberikan informais resmi, maka jika timbul masalah
Tindakan yang harus dilakukan
• Minta hasil pemeriksaan dokter dan hasil laboratorium
• Karyawan dikategorikan sakit berkepanjangan jika dokter menyatakan bahwa karyawan tersebut tidak sanggup bekerja selama >- 12 bulan
• Hasil lab dan pemeriksaan dokter dikonsultasikan (oleh Dept Remunerasi) kepada tim dokter asuransi kesehatan untuk memperoleh second opinion • Karyawan yang sakit >12 bulan dapat di PHK dengan memperoleh
pesangon
• Penyelesaian PHK karyawan yang sakit dapat dilakukan sebelum waktu 12
bulan, asalkan ada kesepakatan dengan karyawan (PH PHK). Untuk hal ini
Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau
peraturan perusahaan, perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja.
Sanksi PHK yang diberikan
dikategorikan sebagai pelanggaran
fatal dan diatur pada pasal 43 ayat 3
butir e.1-e.26
Karyawan hanya berhak atas 1/5
uang pisah.
Ditawarkan kepada Karyawan agar mengundurkan diri secara baik-baik
Karyawan setuju uang pisah dan Berita acara PHK Kondisi :
1. Kerugian perusahaan relatif kecil, bila dibandingkan dengan biaya perkara 2. Alat bukti yang dimiliki perusahaan kurang kuat dari sudut hukum pidana 3. Butuh biaya yang relativ lebih besar untuk memperoleh alat bukti yg kuat
Pasal 43 ayat 3 butir f.1
Apabila karyawan melakukan kesalahan fatal sesuai Pasal 43 ayat 3 butir e.1.-e.26 (ada unsur Pidana), maka karyawan tersebut dapat di PHK dengan hanya 1/5 uang pisah kecuali ditentukan lain oleh LPPHI.
Karyawan tdk setuju negosiasi Laporkan kepadaDisnaker Karyawan tdk setuju uang pisah
negosiasi uang pisah dan berita acara PHK
Sebelum negosiasi dengan karyawan, harap koordinasi dgn HRR HO terlebih dahulu
Pasal 43 ayat 3 butir f.1
Apabila karyawan melakukan kesalahan fatal sesuai Pasal 43 ayat 3 butir e.1.-e.26 (ada unsur Pidana), maka karyawan tersebut dapat di PHK dengan hanya 1/5 uang pisah kecuali ditentukan lain oleh LPPHI.
Kondisi :
1. Kerugian perusahaan relatif besar, bila dibandingkan dengan biaya perkara 2. Alat bukti yang dimiliki perusahaan kuat dari sudut hukum pidana
Diupayakan pelaporan kepada kepolisian
Ditawarkan mundur dengan perjanjian bersama PHK
Jika upaya tersebut tidak berhasil
Proses hukum pidana
Karyawan setuju uang pisah dan atau kebijakan
Karyawan tdk setuju
Harap koordinasikan sejak awal dengan HRR
• Perusahaan dapat melakukan PHK terhadap karyawan yang setelah 6 (enam) bulan
tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana.
• Selama masa penahanan, karyawan tidak memperoleh upah. Namun keluarganya / tanggungannya memperoleh bantuan dari perusahaan (Pasal 160 UU 13/2003)
• Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana dimaksud di atas berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah, maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali.
• Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang bersangkutan.
• Karyawan yang bersangkutan berhak atas kompensasi PHK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003).
1. Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah; b. untuk 2 (dua)orang tanggungan : 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah; c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah; d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50% (lima puluh perseratus) dari
upah.
2. Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan takwin terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang berwajib
• Skorsing dapat dikenakan kepada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran
terhadap tata tertib kerja atau yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya atau melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.
• Karyawan diskorsing dari pekerjaannya karena hal - hal sebagai berikut:
Untuk kepentingan pengusutan karena adanya dugaan pelanggaran yang di
lakukan oleh pelanggaran.
Hukuman atas pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh karyawan. Menunggu proses penyelesaian PHK
• Selama karyawan yang bersangkutan menjalani masa skorsing, Perusahaan akan tetap membayarkan upah kepada karyawan yang bersangkutan.
Jenis-jenis Perselisihan Hubungan Industrial : •Perselisihan hak •Perselisihan Kepentingan •Perselisihan PHK •Perselisihan atar SP/PB
Perselisihan PHK : terjadi karena
tidak ada kesesuaian pendapat tentang Pengakhiran Hubungan Kerja.
•Tidak sepakat dengan Alasan PHK •Tidak sepakat dengan jumlah Kompensasi (Pesangon) Penyelesaian Perselisihan HI
Bipartit
Sepakat Tidak Sepakat PerjanjianBersama Didaftarkan Eksekusi
Disnaker
Setempat Mediasi/Konsiliasi/Arbitrase Catatan :
1. Para pihak mencatatkan perselisihan 2. Menyampaikan bukti-bukti
3. Tawaran untuk penyelesaian dengan Arbitrase/ Konsiliasi 4. Dalam 7 hari harus ada pilihan
1) Lakukan pembicaraan dengan karyawan yang bermasalah dalam suatu ruangan tertutup 2) Lebih baik pihak perusahaan diwakili oleh 2 orang . Seorang bertindak sebagai notulen 3) Siapkan data, bukti dan kalau perlu saksi yang dapat dipercaya
4) Upayakan pembicaraan dilakukan dalam suasana yang tidak menegangkan, fokus pada topik pembicaraan dan hindari terjadi perdebatan yang berkepanjangan (tanpa bukti dan data yang akurat)
5) Ungkapkan fakta atas hasil temuan kasus dari (berdasarkan data , bukti atau saksi) secara lugas .
6) Beri kesempatan kepada karyawan untuk berkomentar atas hasil temuan tersebut.
7) Sampaikan pendapat perusahaan atas kasus tersebut. Bila memang sudah yakin, jelaskan sanksi apa yang akan dikenakan kepada karyawan dan alasannya.
8) Notulen membuat risalah pembicaraan bipartit yang intinya mencantumkan pendapat perusahaan dan pendapat karyawa, , serta kesepakatan / kesimpulan yang dicapai.
9) Bila karyawan telah mengakui perbuatannya, maka minta karyawan membuat surat
pernyataan (di atas materai ) saat itu juga.
10) Atas dasar surat pernyataan karyawan dan risalah perundingan, maka perusahaan dapat mengambil keputusan . (bila keputusannya adalah PHK, dibuatkan perjanjian bersama PHK)
11) Bila karyawan tidak mengakui perbuatannya , dalam risalah perundingan bipartit tetap ditulis bahwa karyawan tidak mengakui perbuatannya, sehingga tidak tercapai
kesepakatan.
12) Risalah perundingan dalam butir VII di atas dijadikan sebagai bahan perundingan di tingkat tripatit (disnaker)
Risalah Perundingan Bipartit
• Nama Lengkap & Alamat Para Pihak • Tanggal & Tempat
Perundingan
• Pokok Masalah atau Alasan Perselisihan • Pendapat Para Pihak • Kesimpulan atau Hasil
Perundingan
• Tanggal serta Tanda Tangan Para Pihak yang Melakukan Perundingan Bila Terjadi Kesepakatan • Membuat Perjanjian Bersama PHK (PB PHK) • PB PHK mengikat menjadi hukum, sehingga wajib dilaksanakan
Bila Tidak Terjadi Kesepakatan
• Mencatatkan perselisihan ke Instansi Nakertrans
setempat dengan
melampirkan bukti upaya perundingan bipartit
• Tanpa bukti harus dilengkapi max. 7 hari kerja
• Instansi Nakertrans
menawarkan pilihan melalui Konsiliasi atau Arbitrase max. 7 hari kerja
• Tidak sepakat / tidak menetapkan pilihan diserahkan ke Mediator
Mediasi (Mediator) Perselisihan : Hak, Kepentingan, PHK, Antar SP Konsiliasi (Konsiliator) Perselisihan : Kepentingan, PHK, Antar SP Sepakat Tidak Sepakat Perjanjian Bersama Anjuran Setuju Tidak Setuju Eksekusi Gugatan Di PPHI 1. Tertulis
2. 10 hari sejak mediasi pertama s.d diterima para pihak
3. 10 hari sejak diterima para pihak menjawab 4. Tidak menjawab = menolak
- 30 hari waktu penyelesaian - dalam 7 hari harus sudah
ada sidang I
Catatan :
Proses penyelesaian melalui Mediasi atau Konsiliasi adalah sama
Putusan PPHI
Perselisihan : Kepentingan
Antar SP / SB dalam satu perusahaan Perselisihan : Hak PHK
FINAL
Putusan Akhir
Dan bersifat tetap
Kasasi
Tenggang waktu 14 hari :
Bagi yang hadir, sejak dibacakan putusan Bagi yang tidak hadir, sejak diterima putusan
1
HCGA Framework
2
Personnel
3
Remuneration
4
Industrial Relation Management
Tanda Daftar Perusahaan
Memahami peraturan tentangpembuatan TDP
Cek kepada PIC HRDGA cabang terkait dengan TDP
Konsekuensi Tanpa TDP , cabang tidak bisa menjalankan bisnis
Perjanjian Sewa Kantor
Membuat perjanjian sewa menyewa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Cek kepada PIC HRDGA cabang terkait dan konsultasi dengan Legal Division
Tanpa perjanjian yang sah , penggunaan kantor cabang bisa digugat oleh pemilik yang
sah dan perijinan dari OJK tidak bisa diterbitkan
Surat Keterangan Domisili Perusahaan
(SKDP)
Memahami peraturan tentang SKDP Cek kepada PIC HRDGA cabang terkait dengan SKDP dan konsultasi dengan Legal
Division
Tanpa SKDP , keberadaan kantor cabang bermasalah secara hukum
Data Fixed Asset untuk
Asuransi
Melakukan monitor kepada tim nya terkait pendataan fixed asset
Cek kepada PIC HRDGA cabang terkait dengan data fixed asset dan konsultasi dengan HRRM dan GA Dept HO terkait dengan pendaftaran
asuransi
Data Fixed asset yang tidak valid , bisa mengakibatkan kerugian cabang bila terjadi musibah, karena HRDGA HO (qq GA Dept) tidak mendaftarkan fixed asset cabang sesuai dengan kondisi sebenarnya kepada perusahaan asuransi
Pengelolaan Utilitas Kantor (Listrik ,
air , telepon)
Melakukan monitor kepada tim kerjanya terkait pengelolaan utilitas kantor
Cek kepada PIC HRDGA cabang terkait dengan data fixed asset dan konsultasi dengan HRRM
dan GA Dept HO terkait dengan pengelolaan utilitas kantor
Jika tidak dikelola secara efektif dan efisien akan mengakibatkan membengkaknya OPEX
• Mencari gedung / kantor lokasi kerja beserta mengurus perijinannya berkoordinasi dengan : - Divisi CREM - Departemen Business Network Operations
- Divisi Finance - Departemen Procurement • Perijinan dan Pajak :
- Pembukaan Cabang - Perijinan dan Pajak Reklame
- Domisili - Pajak Kendaraan Bermotor
- Tanda Daftar Perusahaan - Tempat Usaha / Ijin Gangguan - Perubahan Cabang ( Status, Alamat, dsb )
• Menyediakan kebutuhan kerja utama seperti listrik, telepon, genset, mesin fax, mesin fotocopy, air minum, meja kursi serta perabot lainnya, alat tulis, tenaga kebersihan & keamanan, kendaraan operasional, mesin pencatat kehadiran, billing system telepon, ID card, Door Access , AC , tanaman dalam kantor, pembasmi hama, pengharum ruangan
• Menyediakan area parkir untuk karyawan dan nasabah
• Merawat secara berkala fasilitas yang telah disediakan gedung, telepon, genset, mesin fax, mesin fotocopy, meja kursi serta perabot lainnya, kendaraan operasional, AC agar dapat digunakan efektif dan efisien.
• Merawat peralatan lainnya yang merupakan inisatif dari Divisi lain saat proyek awal digulirkan seperti TV, CCTV, Infocus, brankas.
• Memproses klaim service kendaraan karyawan, pulsa handphone karyawan dan klaim bensin karyawan level manager ke atas.
• Kerjasama resmi dengan vendor : o Perawatan kendaraan o Perawatan bangunan
o Perawatan peralatan kantor
• Merawat fixed asset (kecuali barang – barang IT) perusahaan setelah melalui proses pengadaan dari Divisi Property atau Divisi Finance – Departemen Procurement dan dicatat oleh Divisi Accounting mulai dari pelabelan nomor fixed asset, stock opname, pelaporan pencatatan ke Divisi Accounting bila terjadi penjualan, pengalihan, pelepasan dan penghapus-bukuan
• Membuat kebijakan perihal fixed asset berkoordinasi dengan Divisi Acccounting
• Mengembangkan Fixed Asset Management System (FAMS) untuk mendukung SLS yang lebih cepat, pencatatan yang lebih akurat serta penyampaian informasi yang lebih up to date.
• Mengasuransikan fixed asset perusahaan untuk meminimalisasi resiko bila terjadi kondisi di luar normal
• Kerjasama resmi dengan Insurance Company untuk cover asuransi all utility
• Mengembangkan sistem keamanan gedung dengan tenaga security, pemasangan alat keamanan seperti security alarm
• Kerjasama resmi dengan Perusahaan Security Alarm • Melaksanakan program Health and Safety Management
• Latihan tangap bencana secara reguler
• Perjalanan Dinas Karyawan
Perjalanan yang dilakukan oleh seorang karyawan dalam rangka melaksanakan tugas perusahaan termasuk didalamnya rapat, seminar, pelatihan disuatu tempat yang jaraknya lebih dari radius 60 KM dari tempat kerjanya sehari-hari.
• Kategori Perjalanan Dinas : o Tidak Bermalam.
o Bermalam Kurang Dari Atau Sampai Dengan 14 Hari. o Bermalam Lebih Dari 14 Hari Berturut-turut.
o Ke Luar Negeri
• Sentralisasi : Bekerjasama dengan maskapai penerbangan atau agen perjalanan dalam penyediaan tiket, hotel untuk karyawan yang melakukan perjalanan dinas • Memproses hak karyawan sehubungan dengan perjalanan dinas tersebut