• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS (Revisi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS (Revisi)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS (Revisi) 2015 - 2019

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Jl. Jaksa Agung R. Soeprapto No. 80 Telp. / Fax. (0334) 888722 Email : bpbd@lumajang.go.id

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Jl. JAKSA AGUNG R. SOEPRAPTO No. 80

LUMAJANG - 67313

KEPUTUSAN

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Nomor : 188/757/427.76/2017 Tentang

PERUBAHAN KEPUTUSAN KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Nomor : 188/ 371 /427.67/2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 – 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Menimbang :

a.

bahwa

terdapat perubahan atas substansi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) telah ditetapkan dengan Perda No. 01 Tahun 2014, untuk memberikan arah dan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan stakeholders dalam pembangunan daerah Tahun 2015 - 2019;

b. bahwa substansi RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka dipandang

perlu menetapkan Perubahan Rencana Strategis

(RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Lumajang Tahun 2015 - 2019 dengan

Keputusan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan

Bencana Daerah Kabupaten Lumajang.

(3)

Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(4)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 02 Tahun 2011 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 01 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Bencana;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 01

Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015

– 2019.

(5)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

:

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 – 2019.

Pasal 1

Dengan Keputusan ini ditetapkan Perubahan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 - 2019.

Pasal 2

Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019 merupakan pedoman, arah kebijakan dan strategi dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang penanggulangan bencana, sebagai tolok ukur penilaian kinerja yang disampaikan melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang dari Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2019.

Pasal 3

Rencana Strategis (RENSTRA ) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019, disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan.

BAB II : Gambaran Pelayanan SKPD.

BAB III : Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi.

BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan.

BAB V : Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.

BAB VI : Indikator Kinerja SKPD Yang Mengacu Pada

Tujuan dan Sasaran RPJMD.

(6)

Pasal 4

Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, tertuang dalam Buku Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019, dan merupakan Lampiran yang tidak terpisahkan dari Surat Keputusan ini.

Pasal 5

Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6

Apabila terdapat hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, maka akan disempurnakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Ditetapkan di : Lumajang Pada tanggal : 12 Juni 2017

KEPALA PELAKSANA

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Ir. TEGUH WIDJAYONO, MM Pembina

NIP. 19620902 199003 1 008

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT bahwa dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019.

Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap Pemerintah Daerah harus membuat RPJM Daerah dan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 01 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2015-2019, maka dengan ini Renstra Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang telah disusun.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras membantu tugas-tugas kami sehingga dapat menyelesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan bimbingan dan kekuatan kepada kita dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penanggulangan bencana dan mudah-mudahan dapat terwujudnya masyarakat Lumajang yang sejahtera dan bermartabat.

KEPALA PELAKSANA

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Ir. TEGUH WIDJAYONO, MM Pembina

NIP. 19620902 199003 1 008

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

KEPUTUSAN KEPALA PELAKSANA BPBD KABUPATEN LUMAJANG ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Landasan Hukum ... 3

1.3. Pengertian... 6

1.4. Maksud dan Tujuan... 10

1.5. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : GAMBARAN PELAYANAN SKPD ... 13

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD... 13

2.2. Sumber Daya SKPD... 16

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD ... 19

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD... 21

BAB III : ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI ... 30

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD... 30

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih... 40

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi / Kabupaten / Kota... 41

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis ... 42

3.5. Penentuan Isu – Isu Strategis ... 51

BAB IV : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN ... 55

4.1. Visi dan Misi SKPD... 55

4.2. Tujuan dan Sasaran SKPD ... 56

4.3. Strategi dan Kebijakan ... 57

BAB V : RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ... 60

BAB VI : INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD... 63

BAB VII : PENUTUP ... 67

(9)
(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan keleluasaan dan sebagian besar kewenangan kepada daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Seiring dengan estafet kepemimpinan Bupati di Kabupaten Lumajang dan telah terpilih dan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati pada tanggal 24 Agustus 2013, maka Bupati dan Wakil Bupati berkewajiban untuk menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tercermin dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban instansi untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan melalui pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara

periodik.

(11)

Perencanaan pembangunan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara terpadu bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dengan memanfaatkan dan memperhitungkan kemampuan sumber daya informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta memperhatikan perkembangan global. Untuk maksud perencanaan tersebut sudah tentu diperlukan upaya yang tepat dalam mencapai hasil melalui pemahaman persoalan yang benar-benar nyata dan pada akhirnya mampu untuk diatasi dengan baik dan tepat sasaran setelah memandang melalui pendekatan menyeluruh.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang sebagai salah satu instansi pemerintah daerah sesuai dengan bidang tugasnya membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang Penanggulangan Bencana, berkewajiban juga menyusun rencana strategis. Dengan demikian diharapkan agar dapat menentukan arah perkembangan dalam meningkatkan kinerjanya, yang mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik lokal regional, nasional, maupun global.

Rencana strategis yang disusun merupakan langkah awal

untuk melaksanakan mandat tersebut di atas, yang dalam

penyusunannya perlu melaksanakan analisis terhadap lingkungan

baik internal maupun eksternal dan merupakan langkah yang

(12)

penting dengan memperhitungan kekuatan ( strenghts ), kelemahan ( weakness ), peluang ( opportunities ), dan tantangan ( threats ) yang ada. Rencana ini merupakan suatu proses yang berorientasi pada proses dan hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun kedepan, dengan tetap memperhatikan potensi yang ada baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi.

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 01 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019, maka secara sinergi pula Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lumajang berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis SKPD (Renstra-SKPD) 2015 - 2019. Sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 7 ayat (1) Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.

1.2. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis (Renstra-

SKPD) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten

Lumajang 2015 – 2019 adalah:

(13)

1.2.1. Landasan Idiil : Pancasila 1.2.2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 1.2.3. Landasan Operasional :

1.2.3.1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

1.2.3.2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59);

1.2.3.3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

1.2.3.4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725);

(14)

1.2.3.5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

1.2.3.6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

1.2.3.7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

1.2.3.8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

1.2.3.9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

1.2.3.10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Tahun 2010-2014;

(15)

1.2.3.11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

1.2.3.12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

1.2.3.13. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 01 Tahun 2014 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019;

1.2.3.14. Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang.

1.3. PENGERTIAN

Berdasarkan UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, istilah-istilah yang perlu dipahami dalam bidang kebencanaan, supaya tidak menimbulkan persepsi yang bias, antara lain :

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor

(16)

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2 Bencana alam adalah bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang di sebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

3. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidepi, dan wabah penyakit.

4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang miliputi konflik sosial antar kolompok atau antar komunitas masyarakat dan teror.

5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan

yang di lakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan /

atau mengurangi ancaman bencana.

(17)

7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana malalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin pada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyandaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

10. Tanggap darurat bencana dalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segara pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang di timbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek

pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang

memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama

untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek

pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca

bencana.

(18)

12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembangaan pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegitan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.

13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hirologis, , klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

15 Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan. Prasana dan sarana dengan melakukan rehabilitasi.

16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang

dilakuakan untuk mengurangi atau menghilangkan resiko

bencana, baik melalui pengurangan bencana maupun

kerentanan pihak yang terancam bencana.

(19)

17. Resiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa teramcam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

18. Bantuan darurat bencana adalah upaya pemberian bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.

19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang di tetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rokomendasi Badan yang di beri tugas untuk menanggulangi bencana.

20. Pengungsi adalah orang atau kolompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggalnya untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk cuaca.

21. Setiap orang adalah orang perorangan, kolompok orang, dan/atau badan hukum.

22. Korban bencana adalah orang atau kelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang adalah : 1. Memberikan arah dan pedoman bagi semua jajaran dalam

melaksanakan tugasnya untuk menentukan prioritas-prioritas di

Bidang Penanggulangan Bencana, sehingga tujuan program dan

sasaran kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 2015

- 2019 dapat tercapai.

(20)

2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi kegiatan baik secara internal maupun eksternal.

3. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan ( stakeholders ) tentang rencana pembangunan tahunan.

4. Menjadi kerangka dasar dalam upaya penanggulangan bencana alam.

Tujuan penyusunan dari Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang adalah : 1. Merencanakan cara pengendalian Penanggulangan Bencana di

Kabupaten Lumajang;

2. Mengelola keberhasilan organisasi secara sistemik;

3. Memanfaatkan perangkat manajerial dalam pengelolaan Penanggulangan Bencana;

4. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang berorientasi Penanggulangan Bencana pada masa depan;

5. Memudahkan para pemangku kepentingan ( stakeholders ) untuk menghadapi masa depan;

6. Meningkatkan hubungan yang harmonis antar instansi pada saat terjadi Bencana.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Kabupaten Lumajang Tahun 2015 – 2019 disusun menurut

sistematika sebagai berikut :

(21)

BAB I : Pendahuluan.

BAB II : Gambaran Pelayanan SKPD.

BAB III : Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi.

BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Strategi dan Kebijakan.

BAB V : Rencana Program Dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif.

BAB VI : Indikator Kinerja SKPD Yang Mengacu Pada Tujuan

dan Sasaran RPJMD.

(22)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI SKPD 2.1.1. TUGAS

Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang nomor 2 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang mempunyai tugas:

a) Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi serta rekonstruksi secara adil dan setara;

b) Menetapkan standarisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang- undangan;

c) Menyusun, menetapkan dan menginformasikan peta rawan bencana;

d) Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana;

e) Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Bupati setiap bulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;

f) Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

(23)

g) Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

h) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.2. FUNGSI

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Badan Penanggulangan Bencana Daerah menyelenggarakan fungsi :

a) Perumusan dan menetapkan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien.

b) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

2.1.3. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang Nomor 02 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kepala Badan ; b. Unsur Pengarah ;

c. Unsur Pelaksana, yang membawahi : 1. Sekretariat, terdiri dari :

a). Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian ; b). Sub. Bagian Keuangan ;

2. Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik, terdiri dari :

(24)

a). Sub. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan ; b). Sub. Bidang Logistik

3. Bidang Kedaruratan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi, membawahi :

a). Sub. Bidang Kedaruratan ;

b). Sub. Bidang Rehabilitasi dan Rekosntruksi.

4. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang dapat dilihat pada gambar berikut :

GAMBAR 1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI

BADAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

KEPALA BADAN

UNSUR PENGARAH KEPALA PELAKSANA

SEKRETARIS

SUB BAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN

BIDANG KEDARURATAN, REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

SUB BAGIAN KEUANGAN

BIDANG PENCEGAHAN, KESIAPSIAGAAN DAN LOGISTIK

SUB BIDANG PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN

SUB BIDANG LOGISTIK

SUB BIDANG KEDARURATAN

SUB BIDANG REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(25)

2.2. SUMBER DAYA SKPD

1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 1.

Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah

1 Strata 2 (S 2) 2 orang

2 Strata 1 (S 1) 8 orang

3 D-3 1 orang

4 D-2 -

5 SLTA/SMK 15 orang

6 SLTP 2 orang

7 SD 3 orang

Jumlah 31 orang

2. Jumlah Pegawai yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan

Tabel 2

Jumlah Pegawai yang Telah Mengikuti Pelatihan Penjenjangan

No. Nama Pelatihan Penjenjangan Jumlah

1 ADUM/ADUMLA/DIKLATPIM TK. IV 5 orang

2 SPAMA/ DIKLATPIM TK. III 2 orang

3 SPAMEN/DIKLATPIM TK. II 1 orang

Jumlah 8 orang

3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Tabel 3

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

No. Golongan Jumlah

1 IV 3 orang

2 III 10 orang

3 II 2 orang

4 I 2 orang

5 PTT 14 orang

Jumlah 31 orang

(26)

4. Jumlah Pegawai yang Menduduki Eselon dan Staf

Tabel 4

Jumlah Pegawai Yang Menduduki Eselon dan Staf

No. Jabatan Jumlah

1 Eselon II 1 orang

2 Eselon III 3 orang

3 Eselon IV 6 orang

4 Fungsional -

5 Staf 21 orang

Jumlah 31 orang

5. Relawan Bencana

Tabel 5

Jumlah Relawan Bencana

No. Uraian Jumlah

1 Tim SAR 31 orang

2 TRC PB 15 orang

3 Relawan Bencana (RB) 30 orang

Jumlah 76 orang

5. Sarana dan Prasarana Penanggulangan Bencana

Tabel 6

Kendaraan Operasional

No. Uraian Jumlah

1 Kendaraan Dinas Pimpinan 1 unit

2 Kendaraan Dinas Truk Tangki Air 3 unit

3 Kendaraan Dinas Rangger 2 unit

4. Sepeda Trail 4 unit

5. Sepeda dinas operasional 2 unit

Jumlah 12 unit

(27)

Tabel 7

Peralatan Kebencanaan

No. Uraian Jumlah

1.

Tenda Posko 2 unit

2.

Tenda Pleton 8 unit

3.

Tenda Regu 3 unit

4.

Tenda Keluarga 15 unit

5.

Genset 11 unit

6.

Velbed 18 unit

7.

Pompa air 2 unit

8.

Pompa air apung 2 unit

9.

Water treatment Portable 1 unit

10.

Perahu karet 2 unit

11.

Chain saw 5 unit

12.

Ponton 1 unit

13.

Senter belor 1 unit

14.

HT 87 unit

15.

RIG 9 unit

16.

Komputer deteksi Gempa 1 unit

17.

Komputer deteksi tanah longsor 2 unit

18.

EWS G. Semeru 1 unit

19.

EWS Tsunami 3 unit

20.

Handycam 1 unit

21.

Camera digital 3 unit

22.

GPS 3 unit

Tabel 8 Persediaan Logistik

No. Uraian Jumlah

1.

Glangsing 5000 lembar

2.

Makanan siap saji 10 dos

3.

Paket sembako 400 paket

4.

Tikar 100 buah

5.

Bed / matras 100 buah

6.

Terpal 300 buah

7.

Masker 350 buah

8.

Selimut 2000 buah

(28)

9.

Kids ware 50 buah

10.

Pakaian / sandang 100 buah

2.3. KINERJA PELAYANAN SKPD

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang merupakan Satuan Kerja Perangkat yang menyelenggarakan sistem pelayanan publik.

Adapun pelayanan publik yang ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang antara lain : 1. Standar Penanganan Pemberian Bantuan akibat dari Bencana

Alam dengan waktu pelayanan 3 (tiga) hari kerja. Syarat-syarat yang harus dipenuhi :

a. Surat pemberitahuan bencana dari Kepala Desa atau Camat;

b. Survey ke lokasi bencana oleh Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) BPBD;

c. Koordinasi dengan instansi terkait apabila diperlukan;

d. Pembuatan Telaahan Staf kepada Bupati;

e. Pemberian bantuan dengan dasar dari Telaahan Staf yang

sudah di ACC Bupati.

(29)

Gambar 2 Alur Pelayanan :

2. Pelayanan Pengaduan

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang juga melayani pengaduan masyarakat. Setiap pengaduan harus dilengkapi dengan identitas pelapor yang jelas guna klarifikasi pengambilan tindakan sesuai ketentuan yang berlaku sebagai langkah penanganan pengaduan. Hasil klarifikasi dan analisa

Surat dari Desa/Camat

Survey ke Lokasi Bencana

Koordinasi dengan Instansi terkait

Telaahan Staf

Telaahan Staf ACC

Pemberian Bantuan DPKAD Laporan ke

Bupati

(30)

lapangan akan disampaikan secara tertulis kepada pelapor sebagai bukti pertanggungjawaban dan kepedulian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang atas pengaduan yang disampaikan oleh pelapor.

Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pelayanan yang diakibatkan oleh kelalaian petugas, maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang akan memberi pelayanan ulang.

Gambar 3 Alur Pelayanan :

2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD

2.4.1. TANTANGAN

Tingkat risiko bencana Kabupaten Lumajang didapat dengan menggabungkan indeks ancaman, kerentanan serta kapasitas suatu daerah terhadap suatu bencana tertentu. Hasil pemetaan risiko tersebut tersaji pada bagian di bawah ini.

KEPALA PELAKSANA

KABID-KABID

SEKRETARIAT

PENGADUAN

MASYARAKAT

(31)

1. Gempa Bumi

Tingkat risiko bencana gempa bumi kabupaten Lumajang cukup bervariasi. dimana daerah dengan tingkat risiko rendah, sedang dan tinggi tersebar di seluruh wilayah kabupaten Lumajang. Untuk daratan kabupaten Lumajang tingkat risiko tinggi terkonsentrasi di Kecamatan Pronojiwo, Tempursari, Candipuro, Tempeh, Pasrujambe.

Sementara tingkat sedang umumnya berada di Kecamatan Pasirian, Klakah, Ranuyoso, Randuagung, Jatiroto. Tingkat rendah berada hampir semua Kecamatan di Kabupaten Lumajang selain yang berisiko sedang dan tinggi.

Gambar 4 : Peta Risiko Gempa Bumi Kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

2. Tsunami

Risiko bencana tsunami di kabupaten Lumajang terbagi atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Daerah dengan tingkat risiko tinggi ada di Kecamatan Yosowilangun, Tempeh, Tempursari, Pasirian. Daerah dengan tingkat risiko sedang ada di Kecamatan Kunir, Candipuro. Sementara daerah yang lain memiliki tingkat risiko rendah, temasuk sebagian Kecamatan Rowokangkung.

BPBD

(32)

Gambar 6 : Peta Risiko Letusan Gunung Api kabupaten Lumajang Gambar 5 : Peta Risiko Tsunami kabupaten Lumajang

(Sumber: Hasil Pemetaan , 2013) 3. Letusan Gunung Api

Risiko bencana gunung api di kabupaten Lumajang terbagi atas 2 tingkatan yaitu sedang dan tinggi. Daerah dengan tingkat risiko sedang ada di Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Tempeh dan Pasirian;

sementara daerah dengan tingkat risiko Tinggi Kecamatan Pronojiwo, Tempursari dan Candipuro.

BPBD

B P B D

(33)

4. Banjir

Risiko bencana longsor di Kabupaten Lumajang terbagi atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat risiko tinggi ada di wilayah Kecamatan Rowokangkung, Jatiroto, Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Pasrujambe dan Pasirian.

Sementara daerah dengan tingkat risiko sedang ada di area Kecamatan Kunir, Yosowilangun, Tempeh, Lumajang dan Sukodono dan yang ada di area rendah ada di Kecamatan Ranuyoso, Klakah, Randuagung, Kedungjajang, Tekung.

Gambar 7 : Peta Risiko Banjir kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

5. Banjir Bandang

Kapasitas bencana banjir bandang di Kabupaten Lumajang terbagi atas 2 tingkatan yaitu tinggi dan sedang. Tingkat Kapasitas tinggi ada di Kecamatan Pronojiwo, Tempursari, Candipuro, dan Pasirian.

Sementara untuak daerah dengan tingkat kapasitas sedang ada di wilayah kecamatan Pasrujambe.

B P B D

(34)

Gambar 8 : Peta Risiko Banjir Bandang kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

6. Longsor

Risiko bencana longsor di kabupaten Lumajang terbagi atas 2 tingkatan yaitu, sedang dan tinggi. Tingkat risiko sedang ada di Kecamatan Pasirian, Pasrujambe, Gucialit, Ranuyoso dan Randuagung.

Sementara area dengan tingkat risiko tinggi berada di Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro dan Senduro.

Gambar 9 : Peta Risiko Longsor kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

B P B D

B P B D

(35)

7. Kekeringan

Risiko bencana kekeringan di Kabupaten Lumajang terbagi atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tingkat risiko tinggi ada di wilayah Kecamatan Ranuyoso, Kecamatan Klakah, Kecamatan Kedungjajang, Kecamatan Padang, Kecamatan Gucialit dan Kecamatan Randuagung.

Tingkat risiko sedang terkonsentrasi di Kecamatan Pasrujambe, Kecamatan Sukodono dan Kecamatan Candipuro. Sedangkan Kecamatan lain termasuk resiko rendah.

Gambar 10 : Peta Risiko Kekeringan kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

8. Puting Beliung

Untuk bencana puting beliung, tingkat risiko bencana di wilayah kabupaten Lumajang secara umum dikategorikan ke dalam tingkat sedang. Namun masih terdapat beberapa daerah yang memiliki tingkat risiko tinggi antara lain Kecamatan Candipuro, Kecamatan Padang, Kecamatan Gucialit, Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pasrujambe.

B P B D

(36)

Gambar 11 : Peta Risiko Puting Beliung kabupaten Lumajang (Sumber: Hasil Pemetaan , 2013)

9. Biologi (Epidemi dan Wabah Penyakit)

Tingkat risiko untuk bencana epidemi dan wabah penyakit di Kabupaten Lumajang digolongkan ke dalam 2 tingkatan, yaitu sedang dan rendah.

10. Kegagalan Teknologi

Tingkat risiko untuk bencana kegagalan teknologi di kabupaten Lumajang digolongkan ke dalam 2 tingkatan, yaitu sedang dan rendah;

dimana secara umum tingkat risiko bencana yang mendominasi adalah tingkat risiko sedang.

B P B D

(37)

11. Konflik Sosial

Data historis menunjukkan konflik sosial yang pernah terjadi di Kabupaten Lumajang masih tergolong tinggi, mengingat semua kecamatan melakukan demontrasi, bahkan kecamatan Tempeh dan Pasirian ada 9 (sembilan) kali demo. Adapun kecamatan Lumajang dan Kedungjajang merupakan kecamatan yang paling sering di demo mengingat kedua wilayah itu merupakan pusat pemerintahan (Kantor Bupati dan Kantor DPRD).

Sedangkan yang paling rendah ada di wilayah kecamatan Tekung, Rowokangkung, Candipuro, Pasrujambe dan Padang.

12. Kebakaran

a. Kebakaran Hutan.

Risiko bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Lumajang terbagi atas 1 tingkatan yaitu rendah, namun secara umum risiko bencana ini di wilayah Kabupaten Lumajang adalah terdapat di wilayah selatan dan utara. Dan yang pernah terjadi kebakaran hutan rakyat seluas 2 Ha pada 11 Oktober 2011 di wilayah selatan Lumajang yaitu; di Desa Tegalrejo Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang yang diakibatkan oleh kelalaian manusia (pembakaran rumput kering).

b. Kebakaran Gedung.

Risiko bencana kebakaran gedung dan permukiman di Kabupaten Lumajang terbagi atas 3 tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi; namun secara umum risiko bencana ini di wilayah kabupaten Lumajang adalah tinggi. Tingkat risiko rendah terdapat di Kecamatan Pronojiwo dan Tempursari; sementara tingkat risiko sedang terdapat di Kecamatan Tempeh, Gucialit, Pasrujambe, Sukodono, Yosowilangun, Senduro, Tekung, Ranuyoso, Candipuro,

(38)

Padang, Jatiroto, Rowokangkung, dan Randuagung. Untuk risiko tinggi berada diwilayah Kecamatan Pasirian, Lumajang dan

Sumbersuko. Hasil pemetaan risiko kebakaran gedung dan permukiman di Kabupaten Lumajang.

2.4.2. PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN SKPD

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lumajang, peluang pengembangan pelayanan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Pembentukan dan pengembangan desa tangguh dalam rangka pengurangan risiko bencana.

2. Pemasangan Early Warrning System (EWS) di kawasan rawan bencana.

3. Optimalisasi peran Forum Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Lumajang.

4. Pembuatan dokumen rencana mitigasi bencana.

5. Penanganan keadaan darurat yang responsif.

6. Perencanaan pemulihan pasca bencana.

7. Mengadakan kerja sama dengan Kabupaten / wilayah

perbatasan terkait dengan pengurangan risiko bencana.

(39)

BAB III

ANALISA ISU - ISU STRATEGI

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah ke depan dituntut untuk semakin mengedepankan pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif ( participatory planning ). Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.

Dalam melaksanakan evaluasi kinerja, Perangkat Daerah mengikuti

pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin

keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-

masing jangka waktu sebuah rencana.

(40)

A. Kondisi Umum Saat Ini A. Letak Geografis

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi jawa timur. Kabupaten ini terletak pada posisi 7

o

52’-8

o

23’ Lintang Selatan dan 112

o

5’-113

o

22’ Bujur Timur. Dengan Luas wilayah 1.790,90 km

2

atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur , batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo

 Sebelah Timur : Kabupaten Jember

 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

 Sebelah Barat : Kabupaten Malang

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR

A. Kondisi Umum Saat Ini A. Letak Geografis

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi jawa timur. Kabupaten ini terletak pada posisi 7

o

52’-8

o

23’ Lintang Selatan dan 112

o

5’-113

o

22’ Bujur Timur. Dengan Luas wilayah 1.790,90 km

2

atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur , batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo

 Sebelah Timur : Kabupaten Jember

 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

 Sebelah Barat : Kabupaten Malang

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN KABUPATEN LUMAJANG JAWA TIMUR

A. Kondisi Umum Saat Ini A. Letak Geografis

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi jawa timur. Kabupaten ini terletak pada posisi 7

o

52’-8

o

23’ Lintang Selatan dan 112

o

5’-113

o

22’ Bujur Timur. Dengan Luas wilayah 1.790,90 km

2

atau 3,74% dari luas Propinsi Jawa Timur , batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Probolinggo

 Sebelah Timur : Kabupaten Jember

 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

 Sebelah Barat : Kabupaten Malang

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN KABUPATEN LUMAJANG

JAWA TIMUR

(41)

B. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km

2

atau 3,74%

dari luas Propinsi Jawa Timur. Luas tersebut terbagi dalam 21 Kecamatan yang meliputi 198 desa dan 7 kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Luas Wilayah Kabupaten Lumajang Per Kecamatan

No. Kecamatan Luas (km

2

) Jumlah Desa

1 Tempursari 101,36 7

2 Pronojiwo 38,74 6

3 Candipuro 144,93 10

4 Pasirian 183,91 11

5 Tempeh 88,05 13

6 Kunir 50,18 11

7 Yosowilangun 81,30 12

8 Rowokangkung 77,95 7

9 Tekung 30,40 8

10 Lumajang 30,26 12

11 Pasrujambe 97,30 7

12 Senduro 228,68 12

13 Gucialit 72,83 9

14 Padang 52,79 9

15 Sukodono 30,79 10

16 Kedungjajang 92,33 12

17 Jatiroto 77,06 6

18 Randuagung 103,41 12

19 Klakah 83,67 12

20 Ranuyoso 98,42 11

21 Sumbersuko 26,54 8

Jumlah 1.790,90 205

C. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang pada tahun 2013 adalah

1.012.121 jiwa, terdiri dari 494.673 pria dan 517.448 wanita

(42)

(sumber : BPS Kabupaten Lumajang) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 565 jiwa/km².

Penduduk Kabupaten Lumajang terdiri dari beberapa suku, yang terbesar adalah Suku Jawa dan Suku Madura. Disamping itu, ada kelompok masyarakat yang mempunyai sifat sosial budaya khas, yaitu masyarakat Tengger yang hidup di Ranupane, Argosari dan sekitarnya.

JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2012

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

1 2 3 4 5 6

1 Tempursari 14.257 14.372 28.629 99.20

2 Pronojiwo 15.804 15.987 31.791 98.86

3 Candipuro 30.732 31.756 62.488 96.78

4 Pasirian 41.298 43.055 84.353 95.92

5 Tempeh 38.732 40.632 79.364 95.32

6 Kunir 25.190 26.653 51.843 94.51

7 Yosowilangun 27.530 29.149 56.679 94.45

8 Rowokangkung 16.737 17.448 34.185 95.93

9 Tekung 16.011 16.614 32.625 96.37

10 Lumajang 39.768 41.799 81.567 95.14

11 Pasrujambe 17.086 17.905 34.991 95.43

12 Senduro 21.328 21.957 43.285 97.14

13 Gucialit 11.375 12.110 23.485 93.93

14 Padang 16.877 17.776 34.653 94.94

15 Sukodono 24.824 25.380 50.204 97.81

(43)

1 2 3 4 5 6

16 Kedungjajang 21.014 22.781 43.795 92.24

17 Jatiroto 22.349 22.976 45.325 97.27

18 Randuagung 30.007 31.251 61.258 96.02

19 Klakah 25.030 26.588 51.618 94.14

20 Ranuyoso 22.101 23.658 45.759 93.42

21 Sumbersuko 16.623 17.601 34.224 94.44

J u m l a h 494.673 517.448 1.012.121 95.60 Sumber : BPS Kabupaten Lumajang Tahun 2012

D. Topografi

Secara topografi Kabupaten Lumajang terbagi kedalam 4 daerah yaitu:

a. Daerah gunung b. Pegunungan ; c. Dataran fluvial ; d. Dataran alluvial.

Untuk kategori yang pertama dan kedua yaitu Ranuyoso, Tempursari, sekitar Gunung Semeru, sekitar Gunung Tengger dan Lamongan.

Kecamatan yang termasuk kedalam kategori yang ketiga adalah Lumajang, Sumbersuko, dan Sukodono.

Untuk kategori yang terakhir yaitu kecamatan Rowokangkung,

Jatiroto, Yosowilangun, dan sepanjang pantai mulai dari

Yosowilangun sampai dengan Tempursari.

(44)

Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan.

Untuk kawasan selatan daerahnya sangat subur karena mendapat endapan sedimen dari sungai-sungai yang mengalirnya di kawasan tersebut yaitu Kali Glidik, Kali Rawan, Kali Gede, Kali Regoyo, Rejali, Besuk Sat, Kali Mujur dan Bondoyudo.

Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0 sampai dengan diatas 2000 m diatas permukaan laut, dengan daerah yang terluas adalah ada ketinggian 100-500 m dari permukaan laut 63.109,15 Ha (35,24 %) dan yang tersempit adalah pada ketinggian 2000m dari permukaan laut yaitu 6.889,4 ha atau 3,85% dari luas wilayah Kabupaten Lumajang.

E. Geologi

Formasi geologi terdiri dari beberapa macam yaitu kuarter (Q), Mesozoikum (Mz), batuan beku dalam ultra basa (Pdt), Miosen bawah (L Mi), Sekis hablur (Pr), Mio Pliosen (Mi Pl), batuan beku dalam basa (Gb), Paleogen (Pg), batuan beku dalam asam kapur (K Gr).

Ditinjau dari segi batuan pembentuk struktur geologi wilayah,

kawasan perencanaan terdiri dari jenis batuan Old Kwarter Vulkanik,

Young Kwarter Vulkanik dan Alluvium. Pada umumnya Kabupaten

Lumajang disusun oleh formasi batuan Alluvium (68.005,87 Ha)

yang mencapai 38% dan terkecil Miosen Sedimentary 8% dari luas

wilayah.

(45)

F. Jenis Tanah

Pembentukan jenis tanah dipengaruhi oleh iklim, bahan induk dan keadaan topografi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau yang dikeluarkan Lembaga Penelitian Bogor tahun 1966, jenis tanah di Kabupaten Lumajang terdiri dari aluvial, regosol, andosol, mediteran dan latosol

G. Hidrologi

Keadaan hidrologi dan pengairan merupakan keadaan yang menggambarkan fisik tanah yang berhubungan dengan adanya genangan air, saluran irigasi, sungai dan danau. Dengan mengetahui keadaan tersebut akan dapat diketahui pemanfaatan tanah dan bagaimana cara pemanfaatannya, yakni pada daerah yang banyak terdapat aliran sungai, penduduk banyak memanfaatkan sungai sebagai sarana kehidupan rumah tangga sehari-hari. Pada daerah yang banyak terdapat saluran irigasi berarti daerah tersebut telah memanfaatkan tanahnya untuk budidaya pertanian lahan basah. Pada daerah yang banyak terdapat alur sungai berarti daerah tersebut telah memanfaatkan air tersebut sebagai bahan baku air bersih.

H. Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan adalah salah satu aspek fisik yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana fisik karena menyangkut kemampuan efektif tanah dan kondisi hidrologi wilayah.

Kemampuan jenis tanah adalah daya dukung tanah pada suatu wilayah apabila dilakukan pembudidayaan pada wilayah tersebut.

Ada enam indikator kemampuan tanah yakni lereng/kemiringan

tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, drainase, tingkat

erosi dan faktor pembatas yang dijelaskan sebagai berikut :

(46)

a) Kemiringan Tanah (Lereng)

Kemiringan tanah (lereng) merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horisontal. Kabupaten Lumajang seluas 179.090,00 Ha, berdasarkan klasifikasi lereng (kemiringan) adalah :

 Datar (0-2%) seluas 87.199,59 Ha (45,9%) ;

 Landai-agak miring (2-15%) seluas 1.459,57 Ha (17,57%) ;

 Miring-agak curam (15-40% seluas 28.827,89 (16,10%) ;

 Curam-sangat curam (lebih dari 90%) seluas 36.602,65 Ha.

b) Drainase

Drainase adalah kemampuan permukaan tanah untuk merembeskan air secara alami atau cepat atau lambatnya air hilang dari permukaan tanah setelah hujan secara alami dan bukan karena perlakuan manusia. Berdasarkan pengertian tersebut, maka drainase diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas yakni tidak pernah tergenang, tergenang periodik dan tergenang terus-menerus.

Secara umum keadaan drainase di Kabupaten Lumajang cukup

baik mengingat keadaan topografi yang bervariasi

kemiringannya. Keadaan topografi di Kabupaten Lumajang

yang bervariasi mulai datar sampai curam menguntungkan

dari aspek ketergantungannya. Pengaturan air yang baik dan

berfungsinya saluran pengairan, menyebabkan daerah tidak

tergenang kecuali jika terjadi bencana alam.

(47)

c) Iklim dan Curah Hujan

Iklim adalah keadaan cuaca pada suatu tempat pada periode yang panjang. Iklim merupakan unsur yang mempengaruhi manusia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Unsur- unsur yang sifatnya tertentu seperti temperatur, hujan, angin dan tekanan udara diamati sifatnya selama selang waktu yang panjang (30 tahun).

Di Kabupaten Lumajang penentuan iklim didasarkan sistem Shcmidt dan Ferguson. Sistem ini hanya membandingkan jumlah bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Furgosen terdapat tiga macam iklim di Kabupaten Lumajang. Tipe pertama adalah iklim tipe C, yaitu iklim yang bersifat agak basah. Jumlah bulan kering rata-rata kurang dari tiga bulan dan bulan-bulan lainnya adalah bulan basah dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm.

Bulan-bulan kering tersebut rata-rata terjadi pada bulan Juli,

Agustus dan September dan bulan-bulan lainnya adalah bulan

basah. Lokasi Kabupaten Lumajang berada di sekitar garis

katulistiwa menyebabkan daerah ini mempunyai perubahan

iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau, musim

penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan April

hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan

oktober hingga April.

(48)

Daerah Lumajang mempunyai 3 tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru.

Untuk daerah dengan kategori sedang mencakup daerah Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto, dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3- 4 bulan per tahunnya. Sedang daerah dengan iklim agak kering meliputi Tekung, Kunir, dan Yosowilangun.

Pemantauan yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar antara 1 sampai dengan 19 hari tiap bulannya.

Sedangkan rata-rata intensitas curah hujan pada tahun 2012 berkisar antara 0 – 733 mm3

d) Vulkanologi

Kabupaten Lumajang dikelilingi tiga gunung berapi yaitu

Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Lamongan. Dari

ketiga gunung berapi yang masih aktif tersebut, Gunung

Semeru mendapat prioritas pemantauan lebih dibanding yang

lainnya karena seringnya terjadi aktivitas gunung berapi yang

membahayakan masyarakat sekitarnya.

(49)

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Untuk mewujudkan Visi tersebut dirumuskan Misi Prioritas Pembangunan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Secara garis besar Misi Prioritas Pembangunan Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan Kualitas SDM yang Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral melalui Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan, Kesehatan dan Pembinaan Keagamaan;

b. Meningkatkan Perekonomian Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat

Berbasis Pertanian, Pemberdayaan UMKM dan Jasa Pariwisata serta

Usaha Pendukungnya;

(50)

c. Mewujudkan Pemerintahan yang Efektif, Bersih, dan Demokratis melalui Penyelenggaraan Pemerintahan yang Profesional, Aspiratif, Partisipatif dan Transparan serta Mendorong Terciptanya Ketentraman dan Ketertiban dalam Kehidupan Bernegara, Berbangsa dan Bermasyarakat.

Pada dasarnya visi dan misi pembangunan tersebut di atas, merupakan kerangka strategis pembangunan yang ditetapkan sebagai acuan dalam mengejar ketertinggalan Kabupaten Lumajang sekaligus merupakan tujuan yang ingin dicapai selama masa waktu lima tahun yang akan datang.

Substansi Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019 adalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, pemerataan pembangunan, khususnya pada wilayah terpencil, dan pemberdayaan kegiatan ekonomi kerakyatan yang nyata dan berpihak pada rakyat, serta kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lumajang ditempatkan sebagai tujuan yang utama dari seluruh program pembangunan daerah, sehingga harus mendapatkan perhatian yang optimal, termasuk akses pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan aktualisasi kemandiriannya.

3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi / Kabupaten / Kota

Strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah pada dasarnya

adalah cara dipilih secara hati-hati, dengan melakukan analisis yang

mendalam terhadap isu strategis, permasalahan dan sebab suatu

(51)

permasalahan, serta potensi yang dapat dikembangkan agar diperoleh cara yang tepat dan menjamin tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta menjadi payung atau acuan dalam proses perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Untuk kurun waktu 2015 – 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang harus menetapkan strategi dan arah kebijakan yang akan dikembangkan sebagai langkah taktis dan efektif untuk menjamin hasil yang maksimal dari pelaksanaan berbagai strategi pembangunan yang telah dirumuskan dan akan dilaksanakan di lapangan adalah bersifat terpadu. Artinya strategi yang akan dikembangkan bukanlah strategi tunggal yang sifatnya parsial, malainkan strategi terpadu yang melibatkan dukungan dan komitmen seluruh stakeholder dan SKPD yang ada.

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Kabupaten Lumajang merupakan wilayah yang memiliki ancaman bencana yang cukup banyak dan sewaktu-waktu dapat terjadi, antara lain :

A. GUNUNG MELETUS a. GUNUNG SEMERU

Gunung Semeru terletak di sebelah barat daya dari Kabupaten Lumajang, sekitar 30 km dari Kota Lumajang. Secara geografis, gunung api ini terletak pada posisi Lintang 08o06,5' LS dan 112o55’ Bujur Timur dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (Kusumadinata, 1979).

Gunung Api Semeru merupakan salah satu objek pariwisata

andalan di Kabupaten Lumajang. Menurut catatan sejarah, 5 Mei

1963 mulai jam 14.10 terjadi awan panas dan aliran lava melanda

Curah Lengkong, Kali Pancing dan Besuk Semut, awan panas

(52)

mencapai 8 km dari kawah, letusan ini berlangsung hingga akhir Juli. Tahun 1967 letusan yang terjadi pada bulan September dan pembentukan kubah lava dititik letusan 1963 pinggir kawah selatan (hulu Kali Glidik, Besuk Bang dan Besuk Kobokan) mencapai ketinggian 3.730 m (54 m di atas puncak Mahameru).

Lahar terjadi di lembah Kali Glidik, Besuk Kobokan dan Kali Rejali.

Pada tahun 1968, pertumbuhan kubah lava terus berlangsung.

Banjir lahar membawa korban tiga orang penduduk Desa Sumber Wungkil.

PETA KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG SEMERU

b. GUNUNG LAMONGAN

Gunung Lamongan terletak di sebelah Utara dari Kabupaten

Lumajang, sekitar 20 km dari Kota Lumajang. Secara

geografis, gunung api ini terletak pada posisi Lintang : 7° 59’

(53)

LS dan 113° 20,5’ Bujur Timur dengan ketinggian 1.671 meter di atas permukaan lautGunung Lamongan terletak di sebelah Utara dari Kabupaten Lumajang, sekitar 20 km dari Kota Lumajang. Secara geografis, gunung api ini terletak pada posisi Lintang : 7° 59’ LS dan 113° 20,5’ Bujur Timur dengan ketinggian 1.671 meter di atas permukaan laut .

Pemantauan Gunung Lamongan dilakukan di Pos PGA, Kec.

Klakah-Lumajang dengan menggunakan seismograf satu

komponen bersistem RTS, sedangkan seismometernya

ditempatkan di G. Anyar pada daerah aliran lava termuda dari

letusan samping G. Lamongan Peralatan yang ada Dapat

merekam gempa tektonik jauh dan tektonik lokal disamping

merekam gempa vulkanik Pengamatan lainnya secara visual

dilakukan pengukuran suhu puncak/fumarola/solftara dan

pengukuran sifat keasaman secara berkala (1 bulan sekali atau

3 bulan sekali) Aliran lava yang berpengaruh kuat, dari puncak

lamongan diperkirakan akan terhenti di daerah G. Anyar dan

Ranu Kambang (sebelah baratdaya puncak Lamongan) , oleh

karena itu kawasan sekitar Alun-alun, Papringan, Ranulading,

Kali Banter, Puncak Lamongan (Pengaruh kuat dan sedang)

kemungkinan terkena Material ; aliran lava, lontaran batu

(pijar), hujan abu lebat dan kemungkinan dapat terkena aliran

lahar Aliran lava yang berpengaruh sedang, menyebar di

sekitar perkampungan ; Alun-alun, Guntoran, Papringan, G.

(54)

Kinik, Ranulading, Kalibanter, sebagian lagi menyebar disekitar puncak Lamongan. Aliran lahar yang berpengaruh rendah, menyebar di sekitar perkampungan ; Alun-alun sumber petung, Ranu Pakis, Sumber Wringin, Salak Tengah, Laroyan, Pakisan, Tegalsari, Tiris, Ranu Gedang, Bedian dan Jambuan Lontaran / jatuhan piroklastika yang berpengaruh kuat, menyebar di bagian TImur puncak Lamongan Lontaran / jatuhan piroklastika yang berpengaruh sedang dan rendah, pada umumnya berada di kaki dan lereng G. Lamongan .

Aspek-aspek kemungkinan terkena dampak letusan Gunung Lamongan :

 Aspek Kependudukan

Yang terpengaruh saat terjadi erupsi Gunung Lamongan dimulai oleh status siaga sampai dengan kembali pada status waspada selama 1 bulan yang diperkirakan mencapai 47.646 Jiwa terdiri dari Laki-laki 22.516 Jiwa dan Perempuan 25.131 Jiwa dan Evakuasi prioritas pada pengungsi Rentan terdiri dari lansia, wanita, anak-anak dengan jumlah 28.340 Jiwa, sedangkan laki-laki dewasa tetap melakukan aktifitas mencari nafkah dan melakukan pengamanan kampung .

JUMLAH PENDUDUK TERANCAM PADA ERUPSI GUNUNG LAMONGAN

No Kecamatan / Desa Jumlah Terimbas (Jiwa)

L P JML

1 Klakah 9.446 10.221 19.667

a Ds. Tegal Randu. 2.530 2.598 5.128

b Ds. Sumber wringin. 1.483 1.584 3.067

(55)

c Ds. Duren. 1.626 1.634 3.260

d Ds. Papringan. 1.153 1.415 2.568

e Ds. Ranupakis. 2.654 2.990 5.644

2 Ranuyoso 8.004 8.516 16.520

a Ds. Ranubedali 3.567 3.233 6.800

b Ds. Alun-alun 1.722 1.963 3.685

c Ds. Sumberpetung 1.667 2.110 3.777

d Ds. Tegal Bangsri 1.048 1.210 2.258

3 Randuagung. 11.524 11.966 23.490

a Ds. Kalipenggung 4.667 4.769 9.436

b Ds. Ranulogong 2.238 2.261 4.499

c Ds. Ranuwurung 2.582 2.673 5.255

Jumlah Total 28.974 30.703 59.677

B. Gempa dan Gelombang Pasang / Tsunami

Kabupaten Lumajang yang berbatasan dengan Samudera Hindia ini tergolong rawan terhadap gempa bumi yang menimbulkan tsunami. Hal ini disebabkan karena disepanjang Selatan Lumajang terdapat benturan lempeng Eurasia dan Indo-Australia yang berada kira-kira 150 km dari pantai di Samudera Hindia.

Apabila terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar (lebih dari 6,3 SR) dengan pusat gempa di laut dengan kedalaman 30 km, maka diperkirakan gempa tersebut akan dapat menimbulkan tsunami di pantai Lumajang. Tsunami yang ditimbulkan dapat mencapai kecepatan 900 km / jam dengan ketinggian diperkirakan antara 4 m hingga 12 m di pantai.

Apabila terjadi gempa bumi di lepas pantai Pesisir Selatan

diperkirakan akan menimbulkan gelombang tsunami dengan

ketinggian 4 m (ringan), 8 m (sedang) dan 12 m (berat). Namun

menurut penilaian para ahli yang paling mungkin terjadi adalah

(56)

4 m (ringan).

Sebagai dampak dari gempa bumi dan gelombang tsunami tersebut, maka bentuk kerusakan yang ditimbulkan adalah runtuhnya beberapa bangunan dan prasarana akan roboh, dan kemudian gelombang tsunami akan menyapu pemukiman di tepi pantai. Diperkirakan tsunami akan mengancam semua wilayah yang berada di tepi pantai. Ada 5 Kecamatan dan 21 Desa di Kabupaten Lumajang berbatasan dengan laut. Diperkirakan sebanyak 81 Dusun yang berada 5 kecamatan terancam bencana gempa bumi dan tsunami, dengan perincian sebagai berikut.

WILAYAH YANG TERANCAM GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

No Kecamatan Desa Dusun Jumlah PDDK

1 2 4 6 7

1 Tempursari Pundungsari Dsn. Krajan 1.203

Dsn. Sukorejo 826

Dsn. Sukosari 1.406

Jumlah 3.435

Tempursari Krajan 2.701

Tempursari 1.952

Ngrawan 2.034

Langkapan 2.257

Jumlah 8.944

Tempurejo Dsn. Sumoroto 1.478

Dsn. Sumoroto Timur 2.174

Jumlah 3.652

Purorejo Dsn. Umbulrejo 1.584

Dsn. Krajan 2.060

Dsn. Sukosari 1.206

Dsn. Pasirejo 1.079

Jumlah 5.929

Bulurejo Dsn. Umbulsari 1.105

Dsn. Bulurejo 875

Dsn. Karangmenjangan 1.654

Jumlah 3.634

Tegalrejo Dsn. Tegalrejo 1.273

Dsn. Tegalsari 1.040

Dsn. Tegalbanteng 1.070

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh suatu metode ekstraksi sambiloto dan patikan kebo paling baik yang mampu menghasilkan ekstrak sambiloto dan patikan

Rencana Strategis Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2019 – 2024 berfungsi sebagai pedoman, penentu arah, sasaran dan tujuan bagi aparat

6.Sesudah menerapkan Balanced Scorecard, bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan dilihat dari keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

Pada triple point akan menyebabkan konsentrasi tegangan yang akan menyebabkan terbentuknya ledge. Begitu juga akibat adanya partikel keras pada grain boundary

Manajemen atau pengelolaan sarana prasarana pendidikan meliputi 4 (empat) prosedur kegiatan yakni (1) perencanaan; meliputi analisa kebutuhan, rancangan pembelian

Pengabdian Masyarakat yang diadakan di Kantor Desa Kota Batu dan diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UBSI pada tanggal 5 September 2020 dengan

Setiap orang yang dengan tanpa hak dan atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat

Karena formulasi pakan ternak unggas dalam skripsi ini merupakan permasalahan multitujuan, maka metode yang akan digunakan adalah versi algoritma genetika