• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan wilayah laut yang luas dan memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan wilayah laut yang luas dan memiliki"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan wilayah laut yang luas dan memiliki potensi Sumber Daya Ikan (SDI) yang melimpah.

1

Potensi SDI di perairan Indonesia diperkirakan kurang lebih sekitar 6,258 juta ton/tahun, dan 1,518 milyar ekor/tahun (khusus ikan hias). Kemudian untuk Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) yakni kurang lebih sebesar 5,006 juta ton/tahun, dan 1,214 milyar ekor/tahun (khusus ikan hias).

2

Potensi perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia merupakan salah satu kekayaan bagi negara sehingga mengharuskan untuk memberikan perhatian serius terhadap kelestarian serta persoalan keamanan maritimnya, khususnya dalam ancaman dan kejahatan lintas batas maritim Indonesia agar keamanan maritim terus kuat.

3

Adanya SDI yang melimpah tersebut, tidak terlepas dari pelanggaran- pelanggaran yang dapat mengancam keamanan maritim Indonesia. Pelanggaran- pelanggaran keamanan maritim di Indonesia diantaranya adalah, sengeketa wilayah

1 Hertria Maharani Putri, Radityo Pramoda dan Maulana Firdaus, Kebijakan Penenggelaman Kapal Pencuri Ikan di Wilayah Perairan Indonesia Dalam Perspektif Hukum, Jurnal Kebijakan Sosek KP, Vol, 7, No, 2 (2017), Jakarta: Balai Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, hal. 91-102, dikses dari http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jkse/article/view/6095

2 Triyono, Aris Wahyu Widodo, M. Qisthi Amarona, Eko Artanto, Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia, Jurnal Kebijakan dan Perikanan Indonesia, Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut, Vol, 8, No, 2 (2011), hal. 97-110, diakses dari http://pusriskel.litbang.kkp.go.id/index.php/en/publikasi/buku-a-technical-

documentation?download=16456%3Awpp-ri-2011

3 Putri, Pramoda, Firdaus, Loc. Cit.

(2)

2

maritim, illegal, unreported, unregulated (IUU) Fishing, penyelundupan, perampokan dan pembajakan, perdagangan manusia, terorisme, serta pencemaran laut.

4

Sengketa wilayah maritim merupakan permasalahan yang sering dialami Indonesia. Salah satu contohnya yaitu sengketa wilayah maritim Indonesia dan Vietnam yang mengakibatkan puluhan kasus pelanggaran oleh Kapal Ikan Asing yang terjadi di Indonesia pada tahun 2019 lalu.

5

Selain itu juga masih banyak terdapat kasus sengketa wilayah antara Indonesia dengan negara lain seperti pelanggaran yang dilakukan oleh Malaysia hingga konflik persaingan Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik di wilayah perairan Indonesia.

IUU Fishing merupakan dalam keamanan maritim yang berdampak pada banyaknya penangkapan ikan secara illegal di mana mayoritas dilakukan oleh nelayan asing atau Kapal Ikan Asing (KIA) di wilayah perairan Indonesia.

6

Nelayan-nelayan asing tersebut melakukan penangkapan dan pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia, ikan-ikan yang dicuri tersebut kemudian diperjualbelikan ke luar wilayah Indonesia, sehingga kegiatan dari IUU Fishing ini telah merugikan negara Indonesia di bidang ekonomi.

7

Menurut data pada tahun 2012, kerugian atas IUU Fishing di laut Indonesia oleh KIA mencapai Rp. 30 triliun

4 I Nengah Putra dan Abdul Hakim, Analisa Peluang Dan Ancaman Keamanan Maritim Indonesia Sebagai Dampak Perkembangan Lingkungan Strategis, Asro Jurnal, Vol, 6 (2016), Surabaya:

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut Surabaya, hal. 8, diakses dari http://asrojournal- sttal.ac.id/index.php/ASRO/article/view/34

5 Nyoman Ary Wahyudi, Tumpang Tindih Klaim Perairan, Jokowi Minta Vietnam Percepat Perundingan, Bisnis.com, (23/4/21,19:22 WIB), diakses dari

https://kabar24.bisnis.com/read/20210423/15/1385516/tumpang-tindih-klaim-perairan-jokowi- minta-vietnam-percepat-perundingan

6 Yunus Husein, Urgensi Penenggelaman Kapal, diakses dalam https://yunushusein.com/urgensi- penenggelaman-kapal/ (3/4/2020,08:50 WIB)

7 Simela Victor Muhamad, Illegal Fishing Di Perairan Indonesia: Permasalahan dan Upaya Penanganannya Secara Bilateral Di Kawasan, Politica Vol. 3, No. 1, (2012) hal. 60.

(3)

3

per tahun khususnya di perairan daerah Kalimantan Barat. Hal ini terkait dengan lemahnya pengawasan intansi di wilayah perairan Indonesia dari KIA yang kian agresif.

8

Pada tahun 2014, kerugian dalam IUU Fishing meningkat menjadi ratusan triliun rupiah per tahunnya atau setara dengan 300 triliun per tahunnya.

9

Keamanan maritim Indonesia juga terancam dengan adanya kasus penyelundupan, baik penyelundupan narkoba atau obat-obatan terlarang, manusia, senjata api dan barang-barang terlarang lainnya.

10

Berbagai penyelundupan mayoritas menggunakan laut sebagai jalur lintasnya, seperti halnya penyelundupan narkoba di Indonesia yang 80% melalui jalur laut.

11

Kemudian, pada penyelundupan manusia, terdapat 3.645 kasus di Indonesia pada tahun 2013.

12

Penyelundupan senjata juga menggunakan laut sebagai jalur utamanya, yang mana senjata-senjata illegal tersebut digunakan kelompok-kelompok radikal dan separatis di Indonesia.

13

8 Kompas.com, Ikan Indonesia Terus Dicuri, diakses dalam https://amp.kompas.com/money/read/2012/06/04/08535794/ikan.indonesia.terus.dicuri

(4/4/2020,10:00 WIB)

9 DetikFinance, Banyak Ikan Laut Dimaling, Ini Kerugian-kerugian Indonesi, diakses dalam https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2631011/banyak-ikan-laut-dimaling-ini-

kerugian-kerugian-indonesia (15/4/2020,11:41 WIB)

10 Willy F. Sumakul, Fenomena Baru Ancaman Terhadap Keamanan Maritim, diakses dalam https://www.fkpmar.org/fenomena-baru-ancaman-terhadap-keamanan-maritim/ (4/4/2021,14:20 WIB)

11 M. Andi Yusri, BNN Sebut 80% Narkoba Masuk Lewat Jalur Laut, Sindonews, diakses dalam https://daerah.sindonews.com/berita/1332182/191/bnn-sebut-80-narkoba-masuk-lewat-jalur-laut (4/4/2021, 15:20 WIB)

12 United Nations Office on Drugs and Crimes (UNODC), Migrant Smugling in Asia: Current Trend and Related Challenges, Bangkok, hal. 260, diakses dari https://www.unodc.org/documents/human- trafficking/Migrant-Smuggling/2018-2019/SOM_in_Asia_and_the_Pacific_II_July_2018.pdf

13 Jasmin Michael Gultom, Efektivitas Police to Police Cooperation Kepolisian Republik Indonesia dengan Kepolisian Filipina dalam Memberantas Tindak Kejahatan Penyelundupan Senjata Api Ilegal, Journal of International Relations, Vol, 4, No,3 (2018), hal 474-475, diakses dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jihi/article/view/21071

(4)

4

Pada tahun 2014, perompak di Indonesia sebagian besar menyasar kapal yang sedang berlabuh, di mana jumlahnya sekitar 75% dari seluruh serangan.

14

Kemudian pembajakan dan perampokan di Laut Sulu-Sulawesi dan Perairan Sabah Timur pada 2016 hingga 2019 juga terjadi beberapa insiden atau serangan.

15

Di sisi lain, Maret 2016 dalam aksi ancaman terorisme kapal tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12 asal Indonesia dirampok oleh sekelompok teroris yang dikenal sebagai Abu Sayyaf di sekitar perairan Filipina.

16

Kemudian pada tahun 2015, jumlah perdagangan menusia terhadap nelayan yang mana semakin meluas.

Menurut International Organization of Migration (IOM) Indonesia, mereka melakukan wawancara kepada sekitar 285 orang nelayan yang diperdagangkan sementara korban-korban tersebut berasal dari berbagai negara dan dipaksa bekerja secara illegal di Indonesia.

17

Di sisi lain, terdapat juga permasalahan mengenai pencemaran laut oleh nelayan disebabkan oleh pengelolaan perikanan yang tidak ramah lingkungan, rendahnya pengelolaan ekologis pesisir dan tidak

14 Koran Sindo, Kawasan Laut Indonesia Paling Rawan Perompak, Sindo.news diakses dalam https://nasional.sindonews.com/berita/1016307/149/kawasan-laut-indonesia-paling-rawan-

perompak (24/6/2015,10:10 WIB)

15 Jurnal Maritim, Keamanan Maritim Asia Tenggara 2019. ReCAAP ISC: Selat Singapura Paling Rawan, Jurnalmaritim.com diakses dalam https://jurnalmaritim.com/keamanan-maritim-asia- tenggara-2019-recaap-isc-selat-singapura-paling-rawan/ (16/1/2020)

16 Early Wulandari, Et. Al, Pertanggungjawaban Negara Terhadap Warga Negara Indonesia Yang Disandera Oleh Kelompok Abu Sayyaf Di Filipina Menurut Perspektif Hukum Internasional, Diponegoro Law Journal, Vol, 6, No, 2 (2017), Diponegoro: Universitas Diponegoro, hal 3, diakses dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/article/view/17443

17 International Organization For Migration (IOM), Laporan Mengenai Perdagangan Orang, Pekerja Paksa, dan Kejahatan Perikanan Dalam Industri Perikanan Di Indonesia, International Organization For Migration, Jakarta Selatan (2016), diakses dalam https://kkp.go.id/wp- content/uploads/2017/01/8-IOM_KKP_Conventry_INDO_hires-min.pdf

(5)

5

memperhatikan sustainability sumber daya alam dan sumber daya ikan banyak dilakukan oleh nelayan.

18

IUU Fishing, penyelundupan, dan ancaman keamanan maritim lainnya di Indonesia dapat selalu bertambah, dengan meningkatnya berbagai aktivitas ekonomi di perairan Indonesia.

19

Berbagai ancaman tersebut tidak hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia saja, namun juga dapat berdampak pada nelayan-nelayan Indonesia dan citra Indonesia di dunia Internasional.

20

Ancaman keamanan maritim di Indonesia ini, sudah terjadi sejak beberapa dekade, yang mana tiap pemerintah memiliki respon yang berbeda.

21

Pada Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama menjabat yakni pada tahun 2009-2014 ia menyelesaikan masalah keamanan maritim dengan cara berhubungan baik dengan negara-negara lain.

22

Dengan jargon politiknya million friends, zero enemy sebagaimana dapat dilihat dalam strategi politik luar negeri

18 Maulana S. Kusumah, Et. Al, Kuasa Nelayan Atas Laut: Tantangan Pengelolaan Laut Berkelanjutan, Prosiding Seminar Nasional Kelautan dan Perikanan IV, (2018), Tunjungan- Surabaya: Swiss-Belinn, diakses dari http://ilmukelautan.trunojoyo.ac.id/wp- content/uploads/2019/02/Kusumah-et-al..pdf

19 Tiara Mawaddah Juliawati, Upaya Indonesia Dalam Mewujudkan Keamanan Maritim Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Vol, 6, No, 3 (2018), Samarinda: Universitas Mulawarman, hal. 1389-1404, diakses dari https://ejournal.hi.fisip- unmul.ac.id/site/?p=2693

20 Ibid.

21 Rahma Amelia Widya Nurhakmi, 2017, Sekuritisasi Foreign Illegal Fishing ada Masa Pemerintahan Joko Widodo (2014-2016), Skripsi, Jember: Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

Universitas Jember, hal 71, diakses dari

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/83224/RAHMA%20AMELIA%20W%2 0N%20120910101072%20a.pdf?sequence=1&isAllowed=y

22 Najamuddin Khairur Rijal, Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia, Global Strategis, Vol, 13, No, 1 (2019), Surabaya: Universitas Airlangga, diakses dalam https://e-journal.unair.ac.id/JGS/article/view/10494

(6)

6

Indonesia selama dua dekade pemerintahan SBY tersebut, memiliki tujuan untuk membangun baik citra Indonesia di dunia internasional.

23

Berbeda dengan awal masa pemerintahan Joko Widodo pada tahun 2014 lalu, ia mencanangkan sebuah visi, yakni “Poros Maritim Dunia”.

24

Visi tesebut diharapkan dapat memperkuat jati diri Indonesia sebagai bangsa maritim karena melihat kondisi dari geografis Indonesia itu sendiri merupakan pintu gerbang dan jalur pelayaran strategis untuk perekonomian global.

25

Visi Joko Widodo ini menggambarkan jika, Indonesia sedang mengalami ancaman yang serius terkait keamanan eksternal. Hal ini berkaitan ramainya sengketa dengan kekuatan militer baik di Samudera Hindia maupun Pasifik, di mana adanya perselisihan yang terjadi antara China dan beberapa negara Asia Tenggara di Laut China Selatan, sehingga hal ini dapat berpengaruh dan rawan ancaman bagi perairan di sekitar kepulauan Indonesia.

26

Visi Poros Maritim Dunia juga bertujuan memberantas berbagai sumber ancaman keamanan maritim di Indonesia seperti IUU Fishing, penyelundupan, pembajakan, terorisme, pencemaran laut, dan kegiatan terlarang lainnya.

27

23 Ziyad Falahi, Memikirkan Kembali Arti Million Friends Zero Enemy dalam Era Paradox of Plenty, Global & Strategis, No, 2, (Juli-Desember 2013), hal. 22, diakses dari http://journal.unair.ac.id/JGS@memikirkan-kembali-arti-million-friends-zero-enemy-dalam-era- paradox-of-plenty-article-6325-media-23-category-8.html

24 Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah, and Andrew W. Mantong, Menerjemahkan Visi Poros Maritim Global ke Dalam kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi, Centre for Strategic and International Studies, Jakarta (2018), diakses dari https://www.csis.or.id/publications/menerjemahkan-visi-poros-maritim-global-ke-dalam-kerangka- diplomasi-pertahanan-maritim-dalam-kebijakan-luar-negeri-indonesia-di-era-jokowi

25 Agus Yulianto, Indonesia Berkomitmen Wujudkan Poros Maritim Global, Republika.co.id diakses dalam https://republika.co.id/berita/ql6ce1396/indonesia-berkomitmen-wujudkan-poros-maritim- global (12/12/2020,19:40 WIB)

26 Ibid.

27 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Pada Organisasi Internasional, 2016, Diplomasi Poros Maritim: Keamanan Maritim dalam Perspektif Politik Luar Negeri, Jakarta: Badan

(7)

7

Adanya Visi Poros Maritim Dunia yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo tersebut, tentu mendapatkan respon pro dan kontra dari berbagai negara di kawasan, terutama terkait dalam kebijakan penenggelaman dan pembakaran kapal ilegal yang memasuki wilayah maritim Indonesia.

28

Salah satu negara yang mendukung Indonesia dalam melakukan kebijakan ini adalah Amerika Serikat, yang mana beranggapan bahwa Indonesia telah melakukan hal tegas dalam menegakan hukum serta mengapresiasi dalam memberantas KIA ilegal.

29

Kemudian, Amerika Serikat juga membantu sekitar 3,7 hektare di kawasan konservasi dan budi daya kelautan di Kepulauan Raja Ampat.

30

Selain Amerika Serikat, Organisasi Pangan Sedunia (FAO) juga telah mendukung untuk memasukkan kegiatan ilegal oleh KIA ke dalam berbagai rapat perjanjian.

31

Namun, adapun kontra mengenai kebijakan ini yakni terdapat kecaman dari negara- negara asal KIA seperti Tiongkok, Filipina, Vietnam, dan Thailand kareana kebijakan baru yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia di masa Presiden Joko Widodo yang dinilai berlebihan.

32

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian luar Negeri Republik Indonesia, hal. 5,

diakses dari

https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9LYWppYW4lMjBCUF BLL1AzSyUyME9JLU1VTFRJTEFURVJBTC8xNF9EaXBsb21hc2lfUG9yb3NfTWFyaXRpbS5 wZGY=

28 Loc, Cit. Poltak Partogi Nainggolan, hal 180.

29 Adhitya Himawan, AS Dukung Indonesia Basmi Pencurian Ikan, 16/1/2018, 15:03WIB, diakses dari https://amp.suara.com/bisnis/2018/01/16/150308/as-dukung-indonesia-basmi-pencurian-ikan

30 Tempo, Amerika Dukung Menteri Susi Tenggelamkan Kapal, Tempo.com, 9/12/2014, 20:17WIB, diakses dari https://bisnis.tempo.co/read/627454/amerika-dukung-menteri-susi- tenggelamkan-kapal/full&view=ok

31 Antara News, Menteri Susi: Masyarakat dunia sudah sadar "illegal fishing", Antara News, 21/7/2016, 14:34 WIB, diakses dari https://www.antaranews.com/berita/574262/menteri-susi- masyarakat-dunia-sudah-sadar-illegal-fishing

32 Op, Cit. Poltak Partogi Nainggolan.

(8)

8

Melihat penjelasan di atas, hal inilah yang menjadi menarik bagi penulis untuk meneliti penguatan kebijakan maritim pada masa Pemerintahan Joko Widodo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan serta urgensi yang telah disebutkan, penulis menentukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Mengapa Indonesia Melakukan Penguatan Keamanan Maritim Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo?”

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Menjelaskan kebijakan keamanan maritim Indonesia pada Pemerintahan Joko Widodo

2. Menggambarkan ancaman keamanan maritim Indonesia pada Pemerintahan Joko Widodo

3. Menjelaskan alasan Indonesia melakukan penguatan keamanan maritim di masa Pemerintahan Joko Widodo

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya terdapat manfaat yang terkandung di dalamnya, yakni sebagai berikut:

1.3.2.1 Manfaat Akamedis

(9)

9

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih/manfaat untuk Studi Hubungan Internasional terutama dalam Kajian Keamanan Maritim, Politik Luar Negeri, dan Studi Kebijakan, baik dalam pembahasan dan Konsep Keamanan Maritim yang dipakai.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, pengetahuan, dan pemahaman terkait penguatan keamanan maritim pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Serta menjadi referensi atau bahan komparatif bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan tema yang terkait.

1.4 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini juga mencakup berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang akan menjadi sumber pendukung atau pembanding dalam penulisan ini, sehingga dapat menyesuaikan penulisan penelitian yang akan dibuat.

Penelitian pertama, dari Poltak Partogi Nainggolan, yang berjudul

"Kebijakan Poros Maritim Dunia Joko Widodo Dan Implikasi Internasionalnya”.

33

Penelitian yang ditulis oleh Poltak ini membahas mengenai Poros Maritim Dunia yang mana telah diterapkan oleh Pemerintah Joko Widodo dan tengah diawasi implementasinya oleh DPR RI. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan

33 Poltak Partogi Nainggolan, Kebijakan Poros Maritim Dunia Joko Widodo Dan Implikasi Internasionalnya, Jurnal Politica, Vol, 6, No,2 (2015), Jakarta: Pusat Penelitian, Badan Tema DPR RI, diakses dari https://jurnal.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/312

(10)

10

implikasi kebijakan Poros Maritim Dunia dan respon negara-negara di dalam maupun luar kawasan ASEAN, misalnya seperti Tiongkok, Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Penelitian ini memamkai kerangka pemikiran yaitu Konsep Poros Maritim Dunia yang dijelaskan secara detail untuk menjelaskan kebijakan maritim Presiden Joko Widodo. Penelitian ini selain studi pustaka juga menggunakan metode wawancara yang dilakukan pada tahun 2015, yang mana wawancara dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Papua, dan Provinsi Maluku, dipilihnya wilayah ini dikarenakan merupakan wilayah yang menyandarkan kehidupannya di laut serta merupakan wilayah penting dalam kebijakan Poros Maritim Dunia. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu kebijakan Poros Maritim Dunia dari Presiden Joko Widodo mendapatkan respon yang positif dari negara-negara besar baik di lama dan di dalam maupun luar ASEAN seperti dari Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, dan anggota-anggota ASEAN. Akan tetapi kebijakan tegas dari Menteri Perikanan dan Kelautan (KKP) Susi Pudjiastuti yang membakar dan menenggelamkan kapal mengundang protes dari negara-negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Tiongkok, yang merupakan negara dengan kapal-kapal yang ditenggelamkan. Dampak yang timbul dari hal tersebut ke hubungan Indonesia dan Tiongkok yaitu adanya kecaman pemerintah Indonesia ke Tiongkok, dan Tiongkok dalam melindungi kapal-kapalnya menggunakan diplomasi aktor negara dan non-negara. Respon dari negara-negara terhadap Poros Maritim Dunia beragam namun tidak signifikan.

Penelitian kedua, dari Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah, dan Andrew W.

Mantong, yang berjudul “Menerjemahkan Visi Poros Maritim Global ke Dalam

(11)

11

kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi”.

34

Tujuan dalam penelitian ini yaitu menjelaskan diplomasi pertahanan Indonesia dalam visi Poros Maritim Dunia yang menjadi dasar dari kebijakan luar negeri Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu Kualitatif analitis dengan menggunakan Konsep Defense diplomacy dan Maritime diplomacy dalam menggambarkan kebijakan dari visi Poros Maritim Dunia. Penelitian mendapatkan hasil bahwa visi Poros Maritim Dunia di Pemerintahan Presiden Joko Widodo ini belum membuat strategi diplomasi maritim yang kuat karena adanya berbagai permasalahan domestik dalam pengelolaan maritim yang mana paling dominan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan dari aktor pengaman laut misalnya yaitu kewenangan antara Kementerian Kordinator Maritim dan Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, sehingga berpotensi mengambat pertumbuhan dari diplomasi maritim Indonesia yang efektif dan kuat.

Kemudian, penulis juga menjelaskan bahwa visi Poros Maritim Dunia masih terlalu umum dan abstrak untuk diartikan dan dijadikan panduan dalam membentuk strategi diplomasi maritim. Selain itu, merespon situasi yang dihadapi, peneliti berpendapat bahwa Indonesia diusulkan untuk segera memulai membentuk sebuah strategi raya Diplomasi Pertahanan Maritim, yang mana membahas lebih rinci dan dapat mengintegrasikan berbagai instrumen dan aktor diplomasi pertahanan maritime Indoneisa.

34 Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah, and Andrew W. Mantong, Menerjemahkan Visi Poros Maritim Global ke Dalam kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi, Centre for Strategic and International Studies, Jakarta (2018), diakses dari https://www.csis.or.id/uploaded_file/publications/menerjemahkan_visi_poros_maritim_global_ke_

dalam_kerangka_diplomasi_pertahanan_maritim_dalam_kebijakan_luar_negeri_indonesia_di_era _jokowi.pdf

(12)

12

Penelitian ketiga, dari jurnal paper yang ditulis oleh Najamuddin Khairur Rijal, yang berjudul “Smart Maritime Diplomacy: Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia”.

35

Tulisan bertujuan mengkaji mengenai upaya diplomasi maritim Indonesia khususnya di Asia Tenggara dan ASEAN untuk mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Metode penelitian yang digunakan dalam paper ini yaitu kualitatif-deskriptif dengan mengambil data primer dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta data sekunder seputar Poros Maritim Dunia dan ASEAN. Dalam menjelaskan diplomasi maritim Indonesia penulis menggunakan Konsep Diplomasi Maritim Christian Le Miere. Penelitian ini memiliki hasil yaitu Indonesia memiliki diplomasi maritim kooperatif berupa mendorong pembentukan forum kerja sama antar negara, kemudian diplomasi maritim persuasif yang dilihat dari sikap Indonesia di ASEAN, serta diplomasi maritim koersif yang dapat dilihat dari kebijakan penenggelaman kapal asing yang memasuki dan melakukan kejahatan di wilayah Indonesia. Dijelaskan lagi bahwa Indonesia berusaha menggabungkan pendekatan tradisional dan non-tradisional (hard and soft maritime diplomacy), yang mana pendekatan tradisional melalui tindakan yang koersif atau dengan cara tekanan dan pendekatan non-tradisional melalui tindakan persuasif atau melalui kerja sama yang melibatkan beberapa negara. Berdasarkan penjelasan diplomasi indonesia tersebut, penulis mendorong istilah baru yang menggambarkan diplomasi maritim Indonesia dengan adanya Poros Maritim Dunia, yaitu Smart Maritime Diplomacy yang mana berdasarkan dari penggabungan dari hard diplomacy dan soft diplomacy maritim Indonesia.

35 Najamuddin, Op. Cit.

(13)

13

Smart Maritime Diplomacy itu sendiri merupakan cara Indonesia dalam mencapai Poros Maritim Dunia dengan penggunaan diplomasi maritim kooperatif, persuasif, dan koersif.

Penelitian keempat, Diah Ayu Pratiwi yang berjudul “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Menghadapi Terorisme Internasional (Studi Kasus: Masa Pemerintahan Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono)”.

36

Peneliti membahas mengenai kebijakan luar negeri di dalam suatu negara yang mana adalah cerminan dari keadaan dan perkembangan dari sebuah negara, sehingga, hal ini dapat mempengaruhi pemerintah dalam menentukan urutan prioritas yang ingin dipertahankan serta tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kebijkan pemerintah Indonesia dalam menghadapi permasalahan terorisme dan kerja sama apa saja yang telah dibentuk, serta membandingkan kebijakan pemerintah Megawati dan SBY dalam mengangani ancaman terorisme.

Penelitian memaki metode deskriptif kualitatif dengan desain study case masa pemerintahan Megawati dan SBY. Kemudian penelitian menggunakan Konsep Kebijakan Luar Negeri dan Dasar Kebijakan Anti-terorisme dalam menggambarkan kebijakan Indonesia. Penelitian ini memiliki hasil yaitu, pada masa pemerintahan Megawati, Indonesia bersifat akomodatif dalam kebijakan memerangi terorisme yang mana sesuai dengan tuntutan Amerika Serikat, serta Indonesia membentuk berbagai kerja sama dalam memerangi terorisme diantaranya

36 Diah Ayu Pratiwi, Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Menghadapi Terorisme Internasional (Studi Kasus: Masa Pemerintahan Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono), Jurnal Dimensi, Vol, 4, No, 1 (2015), Batam: Universitas Riau Kepulauan Batam, diakses dari https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnaldms/article/view/28

(14)

14

yaitu dengan Australia. Sedangkan pada masa pemerintahan SBY, melakukan berbagai operasi pemberantasan terorisme dalam negeri, kemudian menentukan bahwa terorisme di Indonesia bukan karena faktor Islam karena terorisme itu sendiri adalah public enemy. Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menjelaskan bahwa terdapat keberlanjutan kebijakan dalam mengadapi permasalahan terorisme internasional dari pemerintah Megawati ke pemerintahan SBY.

Penelitian kelima, Safril Hidayat dan Ridwan, dengan judul "Kebijakan Poros Maritim dan Keamanan Nasional Indonesia: Tantangan dan Harapan".

37

Penelitian ini bertujuan mengetahui implikasi dari implementasi kebijakan Poros Maritim Dunia di bidang pertahanan, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dukungan dari sektor pertahanan Indonesia dalam Poros Maritim Dunia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan Konsep Implementasi Kebijakan, dan Konsep Kemanan Nasional. Penelitian ini mendapatkan hasil yaitu Poros Maritim Dunia merupakan kebijakan yang bertujuan memanfaatkan potensi dampak positif tersebut untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, masih terdapat berbagai permasalahan seperti dampak negatif terutama di bidang keamanan dan pertahanan maritim yang masih belum bisa mengatasi hal tersebut secara efektif. Oleh karena itu, penerapan Poros Maritim Dunia harus seiring dengan penguatan aspek pertahanan, seperti penguatan pangkalan TNI di wilayah perbatasan, meningkatkan alutsista, dan lain-lain, yang mana akan berdampak

37 Safril Hidayat, dan Ridwan, Kebijakan Poros Maritim dan Keamanan Nasional Indonesia:

Tantangan dan Harapan, Jurnal Pertahanan & Bela Negara, Vol, 7, No, 3 (2017), Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM, diakses dari http://jurnal.idu.ac.id/index.php/JPBH/article/download/232/124

(15)

15

kepada pembangunan nasionalisme dan patriotisme di perbatasan. Hambatan dari implementasi kebijakan Poros Maritim Dunia yakni terdapat ancaman asimetris yang dilakukan oleh state actor maupun nonstate actor baik secara langsung maupun tidak langsung, contohnya seperti konflik Laut Tiongkok Selatan. Selain itu juga terdapat ancaman kejahatan/pelanggaran maritim yang banyak terjadi di wilayah perairan Indonesia. Kemudian, peneliti menjelaskan bahwa kebijakan poros maritim belum terimplementasi karena empat faktor. Pertama, perumusan kebijakan sering disepelekan yang berdampak kepada penggunaan cara yang tidak tepat. Kedua, kebijakan harus jelas, didukung oleh teori yang teruji, mudah dikomunikasikan, dan mendapat bentuan finansial. Ketiga, kebijakan harus diimplementasi oleh aktor yang berkapabilitas, konsisten, dan komitmen. Keempat, harus ada keadaan dukungan publik, kondisi ekomoni, sosial, dan budaya, dalam implementasi kebijakan.

Penelitian keenam, yakni dari M. Rizqi Isnurhadi, dengan judul

"Sekuritisasi Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) di Perairan Indonesia di Era Pemerintahan Joko Widodo".

38

Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai proses sekuritisasi terkait ancaman kemanan maritim yakni IUU Fishing di perairan Indonesia pada masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan menggunakan Konsep Keamanan dan Konsep Sekuritisasi dalam menggambarkan dimensi

38 M. Rizqi Isnurhadi, Sekuritisasi Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) di Perairan Indonesia di Era Pemerintahan Joko Widodo, Jurnal Hubungan Internasional, Vol, 10, No, 2 (2017), Surabaya: Cakra Studi Global Strategis, diakses dari https://e- journal.unair.ac.id/JHI/article/view/7300

(16)

16

keamanan dan proses sekuritisasi sehingga membentuk kebijakan pemberanatasan IUU Fishing. Indonesia memiliki potensi laut yang besar, akan tetapi belum bisa mengelola potensi tersebut secara maksimal. Kegiatan pelanggaaran-pelanggaran keamanan maritim seperti IUU Fishing juga merupakan salah satu faktor penghambat dalam optimalisasi potensi kelautan Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintahan Joko Widodo melakukan sekuritisasi terhadap isu ancaman IUU Fishing yang melanda Indonesia, yang mana terlihat dari kebijakan maritim yang diperkuat. Sekuritisasi pada penelitian ini dijelaskan dengan adanya speech act dari pihak pemerintah unutk menyakinkan masyarkat dan mendapatkan legitimasi terkait urgensi pemberantasan IUU Fishing, dalam hal ini kerap kali diwakilkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti baik di forum nasional maupun internasional. Speech act yang telah dilontarkan pemerintah mengenai ancaman IUU Fishing ini sukses mendapatkan tanggapan positif dan dukungan baik di kalangan mahasiswa, maupun para nelayan, hal ini dinamakan securitizing move, merupakan faktor keberhasilan sekuritisasi suatu ancaman. Keberhasilan sekuritisasi isu IUU Fishing ini kemudian menghasilkan kebijakan penenggelaman kapal asing dan pembentukan Satgas 115 yang bertugas memberantas IUU Fishing.

Penelitian ketujuh, dari Khanisa dan Lidya C Sinaga, dengan judul

"Menakar Keberlanjutan Visi Poros Maritim Dunia di Tengah Agenda Pembangunan Maritim Regional".

39

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk

39 Khanisa, dan Lidya C Sinaga, Menakar Keberlanjutan Visi Poros Maritim Dunia Di Tengah Agenda Pembangunan Maritim Regional, Jurnal Pusat Penelitian Politik, Vol, 17, No, 1 (Juni 2020),

(17)

17

mengetahui implementasi dari visi Poros Maritim Dunia pada periode pertama Pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan untuk mengetahui sinergitas antara agenda maritim di lingkup nasional dan regional, serta untuk melihat dan mengetahui mengenai keberlanjutan dari visi Poros Maritim Dunia pada masa kedua Pemerintahan Presiden Joko Widodo Metode penelitian yang dipakai yaitu kualitatif deskriptif, dan menggunakan Konsep Poros Maritim Dunia untuk menjelaskan secara detail mengenai visi Poros Maritim Dunia Presiden Joko Widodo. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu pada implementasi di lingkup nasional, pemerintah membentuk Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Maritim untuk membuat kebijakan luar negeri di bidang maritim. Kemudian membentuk Satuan Tugas (Satgas) 115 untuk pemberantasan pelanggaran maritim, serta membangun infrastruktur laut. Pada bidang agenda regional, KTT Asia Timur tahun 2014 menjadi sarana Indonesia untuk menyelaraskan kepentingannya dalam visi Poros Maritim Dunia di lingkup ASEAN. Dalam menakar implementasi visi Poros Maritim Dunia di periode pertama Presiden Joko Widodo, visi Poros Maritim Dunia membawa dampak positif seperti keberhasilan seperti membangun kesadaran memerangi IUU Fishing, akan tetapi terdapat berbagai masalah dalam meningkatkan konektivitas maritim. Pada periode kedua Pemerintahan Joko Widodo, visi poros maritim dunia tidak banyak digemborkan akan tetapi pemerintah menunggu hasil dari kebijakan yang telah diimplementasikan pada periode sebelumnya.

Jakarta: LIPI, hal. 1-158, diakses dari

https://ejournal.politik.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/858

(18)

18

Penelitian kedelapan, dari Muhar Junef dengan judul “Implementasi Poros Maritim Dalam Prespektif Kebijakan”.

40

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai perkembangan dari Konsep Poros Maritim Dunia dan implementasi kebijakannya berdasarkan dari prespektif kebijakan. Penelitian memakai metode kualitatif deskriptif, dan memakai Konsep Poros Maritim, serta perspektif Kebijakan. Pada awal kemunculan Konsep Poros Maritim yakni pada masa Nusantara (sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk), terdapat dua poros yakni poros perantara dan poros perantara di NKRI, karena masih memiliki pengaruh perdagangan yang kuat oleh kerajaan-kerajaan pada waktu itu. Kemudian, pada masa modern ini, Indonesia lebih condong menjadi poros perantara, hal ini dikarenakan meredupnya kemampuan dan pengaruh perdagangan dari Indonesia bagian Timur, yang dinilai merupakan dampak dari adanya penjajahan dan munculnya negara pesaing seperti Singapura. Penelitian ini kemudian mendapatkan hasil yaitu terdapat kebijakan yang tidak terimplementasi dikarenakan beberapa faktor seperti perumusan kebijakan yang tidak detail sehingga kurang bisa mencapai tujuan kebijakan; Kemudian isi konten dari kebijakan yang tidak terperinci itu membuat visi Poros Maritim Dunia menjadi tidak jelas dan tidak memiliki sifat tidak terdistorsi, teruju, dan didukung adanya sumber daya dan finansial; Faktor lain yaitu para implementator tidak memiliki kapabilitas dan komitmen dan konsistensi dalam melaksanakan kebijakan; Serta adanya faktor

40 Muhar Junef, Implementasi Poros Maritim dalam Prespektif Kebijakan, Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 19 No. 3, (September 2019), Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum

dan HAM, diakses dari

https://www.researchgate.net/publication/337785469_Implementasi_Poros_Maritim_dalam_Presp ektif_Kebijakan

(19)

19

lingkungan meliputi kondisi sosial, ekonomi, politik, kultur, dan dukungan publik.

Peneliti juga melihat implementasi kebijakan Poros Maritim Dunia, masih terdapat kebijakan yang tumpang tindih antara sektor kelautan atas sektor maritim, sehingga terjadi ketidakjelasan dalam penjabaran kebijakannya dan Indonesia belum dapat memanfaatkan potensi strategisnya dalam kemaritiman dunia. Dalam implementasi kebijakan, pemerintah telah mengambil langkah strategis, namun masih terdapat sinergitas yang kurang antar Kementerian. Akan tetapi pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah yang strategis demi menciptakan Poros Maritim Dunia diantaranya seperti penganggulangan masalah perikanan yang berhasil.

Penelitian kesembilan, dari Muhammad Harry Riana Nugraha dan Arifin Sudirman, dengan judul “Maritime Diplomacy sebagai Strategi Pembangunan Keamanan Maritim Indonesia”.

41

Penelitian memiliki tujuan untuk menjelaskan pentingnya penggunaan diplomasi maritim untuk Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan maritimnya di kancah internasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dan menggunakan Konsep Keamanan Maritim untuk menggambarkan keamanan maritim di Indonesia. Visi Poros Maritim Dunia, merupakan rencana yang berprospek strategis di masa depan terhadap berbagai ancaman keamanan maritim di dunia. Hasil dari penelitian ini yaitu Indonesia diharapkan mampu membentuk kerja sama yang terintegrasi di bidang ini. TNI Angkatan Laut memiliki peran yang sangat penting terhadap visi dan kebijakan-kebijakan maritim Indonesia, oleh karenanya TNI AL harus

41 Muhammad Harry Riana Nugraha, dan Arifin Sudirman, Maritime Diplomacy sebagai Strategi Pembangunan Keamanan Maritim Indonesia, Jurnal Wacana Politik, Vol, 1, No, 2 (2016), Jakarta:

Pusjianmar Seskoal, diakses dari http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/11059/0

(20)

20

diperkuat dengan Alutsista yang canggih, untuk melaksanakan naval diplomacy dengan efektif. Kemudian, upaya yang penting adalah melakukan pemberantasan, penangkalan, dan penyelesaian pelanggaran-pelanggaran maritim di wilayah perairan Indonesia, contohnya seperti penyelundupan, perdagangan manusia, terorisme, dan lain-lain. Dalam membangun diplomasi maritim yang kuat, Indonesia harus melakukan kebijakan pengembangan sumber daya kelautan, dan melakukan kerja sama internasional dengan menggunakan diplomasi maritim.

Terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan Indonesia dalam mengembangkan diplomasi maritimnya, pertama yaitu pengembangan sumber daya kelautan yang mana dapat dicapai dengan menciptakan kebijakan industri maritim yang terintegrasi; Kedua, Indonesia dapat mengembangkan dan terlibat aktif di forum kerja sama internasional maritim dan mendapatkan dukungan atas kebijakan maritim Indonesia; Ketiga, melakukan pengembangan penelitian, pendidikan, teknologi kemaritiman, dan pembangunan berkelanjutan, serta menguatkan sinergitas kementerian.

Penelitia kesepuluh, dari Mulyadi dengan judul “Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia: Perspektif Keamanan Maritim”.

42

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melakukan analisis terhadap visi Poros Maritim Dunia dengan menggunakan perspektif keamanan maritim, serta analisis terhadap kebijakan strategi penggelaran kekuatan laut. Penelitian menggunakan metode kualitatif deduktif dengan menggunakan Konsep Keamanan Maritim untuk menjelaskan keamanan maritim

42 Mulyadi, Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia: Perspektif Keamanan Maritim, Jurnal Maritim Indonesia, Vol, 8, No, 1 (2020), Jakarta: Pusjianmar Seskoal, diakses dari https://jurnalmaritim.tnial.mil.id/index.php/IMJ/article/download/49/37

(21)

21

dalam Poros Maritim Dunia. Penulis menjelaskan visi Poros Maritim Dunia memiliki bidang pembangunan kekuatan militeristik seperti dengan adanya kebijakan penggelaran kekuatan laut seperti Strategi Pertahanan Maritim Indonesia (SPMI), yang mana merupakan kebijakan yang bertujuan membangun kemampuan komponen-komponen dari pertahanan keamanan maritim Indonesia. Kemudian adanya Strategi Pengawasan Maritim Nasional (SPMN) Terintegrasi yang merupakan kebijakan dalam melakukan pengawasan terhadap permukaan laut Indonesia secara sistematis. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu keberhasilan strategi gelar kekuatan laut Indonesia harus didukung dengan adanya kemampuan yang memadahi dalam pengendalian, pengamatan, penindakan maritim, dan dukungan logistik. Pemenuhan alutisista kemaritiman dan implementasi kebijakan dari gelar kekuatan laut menjadi penting untuk menguatkan keamanan maritim Indonesia. Selain itu, dibutuhkannya kerja sama dengan negara- negara lainnya di bidang keamanan maritim yang diantaranya seperti memberantas kejahatan-kejahatan transnasional laut seperti penyelundupan, IUU Fishing, perdagangan manusia, dan lain-lain. Kemudian, Indonesia harus memakasimalkan peran dari Bakamla dalam pengawasan wilayah maritim. Bakamla juga harus dapat membuat desain operasi yang melibatkan seluruh stakeholder sehingga dapat menciptakan operasi yang efektif dan terciptanya jalur yang aman. Selain itu, perlu adanya anggaran yang memadahi guna meningkatkan alutsista dan operasi pengawasan keamanan wilayah maritim Indonesia.

Berdasarkan pada telaah penelitian terdahulu di atas, penulis menemukan

stand point sebagai pembeda antara yang lain yaitu, peneliti pertama, kedua, ketiga

(22)

22

lebih condong atau menonjolkan terhadap responsi yang beragam dari berbagai pihak mengenai visi Poros Maritim Dunia dan kebijakan Pemerintahan yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo baik dalam negeri maupun luar kawasan Asia Tenggara dan lebih banyak menggunakan pendekatan konsep diplomasi maritim. Peneltian keempat menggunakan konsep kebijakan luar negeri, akan tetapi tidak meneliti tentang kebijakan keamanan maritim Indonesia pada masa Pemerintahan Joko Widodo. Penelitian kelima, ketujuh, dan kedepalan, meneliti mengenai implementasi, prospek dan tantangan dari visi Poros Maritim Dunia.

Penelitian keenam mengenai sekuritisasi terkhusus kepada ancaman IUU Fishing.

Penelitian kesembilan dan kesepuluh, meneliti mengenai visi Poros Maritim Dunia di bidang pembangunan kekuatan militer. Sedangkan, peneiltian ini menjelaskan ancaman maritim Indonesia yang kompleks, dan membahas penguatan kebijakan maritim Indonesia pada masa Pemerintahan Joko Widodo Tahun 2014-2019 dengan menggunakan Konsep Keamanan Maritim dan Teori Neorealisme Defensif dalam mengetahui respon pemerintahan Joko Widodo terhadap kompleksitas ancaman keamanan maritim Pemerintahan Joko Widodo, sehingga menjadi pembeda dengan penelitian terdahulu.

Tabel 1.1 Posisi Penelitian No. Nama dan Judul Metode Penelitian dan

Teori/Konsep

Hasil Penelitian

1. Poltak Partogi Nainggolan,

“Kebijakan Poros Maritim Dunia Joko Widodo Dan

Metode Penelitian Kualitatif Deskriptif, Konsep Poros Maritim Dunia

Implementasi kebijakan

poros maritim masih

memerlukan kesiapan

implementator sebagai

garda terdepan dari

kebijakan poros maritim

(23)

23

Implikasi

Internasionalnya”

disertai dengan

pembangunan infrastruktur kemaritiman yang bertaraf international.

2. Evan A. Laksmana, Iis Gindarsah, dan Andrew W.

Mantong,

“Menerjemahkan Visi Poros Maritim Global ke Dalam kerangka Diplomasi Pertahanan Maritim Dalam Kebijakan Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi”

Metode Penelitian Kualitatif Analitis, Konsep Defense diplomacy dan Maritime diplomacy

Berbagai persoalan domestik terkait pengelolaan sektor maritim, terutama tumpeng tindih kewenangan aktor keamanan laut, masih menghambat

dikembangkannya strategi diplomasi pertahanan maritim yang koheren, konsisten, dan efektif menghadapi perubahan lingkungan maritim Indonesia. Padahal, lingkungan maritim Indonesia telah berubah dengan cepat dengan menguatnya

persinggungan berbagai tantangan keamanan maritim tradisional seperti konflik bersenjata di laut antara negara kekuatan kawasan dan ancaman non- tradisional seperti pembajakan dan pencurian ikan di laut.

3. Najamuddin Khairur Rijal, “Smart

Maritime Diplomacy:

Diplomasi Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia”

Kualitatif Deskriptif, Diplomasi maritime Christian Le Miere

Menunjukkan bahwa

diplomasi maritim

Indonesia dilakukan

dengan mengintegrasikan

berbagai cara dan dengan

melibatkan berbagai aktor

menuju pada satu visi dan

cita-cita sebagai poros

maritim. Temuan

penelitian ini berkontribusi

pada pengembangan kajian

diplomasi maritim,

memperkaya khazanah

kajian politik luar negeri

Indonesia serta kajian

(24)

24

kawasan Asia Tenggara dan ASEAN.

4. Diah Ayu Pratiwi yang berjudul

“Kebijakan Luar Negeri Indonesia Dalam Menghadapi Terorisme

Internasional (Studi Kasus: Masa Pemerintahan Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono)

Kualitatif Deskriptif, Desain Studi Kasus, Konsep Kebijakan Luar Negeri, Konsep Dasar Kebijakan Anti- Terorisme.

Terdapat keberlanjutan

kebijakan dalam

mengadapi permasalahan terorisme internasional antara pemerintah Megawati dan SBY.

Dilihat dari peningkatan kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan Australia dalam upaya menangani terorisme internasional.

Serta, terdapat adanya perbedaan dari kedua pemerintah tersebut dalam merespon permasalahan terorisme.

5. Safril Hidayat dan Ridwan, “Kebijakan Poros Maritim dan Keamanan Nasional Indonesia:

Tantangan dan Harapan"

Kualitatif Deskriptif, Konsep Implementasi Kebijakan, dan Konsep Keamanan Nasional.

Kebijakan Poros Maritim Dunia memiliki berbagai potensi baik dan tantangan kedepannya. Terdapat potensi ancaman asimetris dari negara lain dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan, dan juga kejahatan/pelanggaran keamanan maritim lainnya di perairan Indonesia. Oleh karena itu Indonesia harus memperkuat pertahanan maritimnya, dan juga mendapat dukungan baik dari masyarakat maupun dari para pemegang

kebijakan agar

memberikan komitmen.

6. M. Rizqi Isnurhadi,

"Sekuritisasi Illegal, Unreported,

Unregulated Fishing (IUUF) di Perairan Indonesia di Era Pemerintahan Joko Widodo"

Kualitatif,

Konsep Kemanan, Konsep Sekuritisasi.

Sekuritisasi IUU Fishing

dalam prosesnya berjalan

dengan sukses, hal ini

dikarenakan speech act

yang dilontarkan

pemerintah, terutaman

Kementrian Perikanan dan

Kelautan, mendapatkan

(25)

25

respon positif dan dukungan di kalangan mahasiswa dan nelayan.

7. Khanisa dan Lidya C Sinaga, "Menakar Keberlanjutan Visi Poros Maritim Dunia di Tengah Agenda Pembangunan Maritim Regional"

Kualitatif Kualitatif, Konsep Poros Maritim Dunia.

Visi Poros Maritim Dunia pada periode pertama Pemerintahan Joko Widodo terlihat dalam pembentukan Kemetrian Kordinator Kemaritiman dan Satgas 115.

Menyelaraskan agenda nasional maritim dalam KTT Asia Timur, dan fourm lainya. Serta, pada

periode kedua

Pemerintahan Joko Widodo lebih kepada menunggu hasil dari penerapan visi Poros Maritim Dunia di periode sebelunya.

8. Muhar Junef

“Implementasi Poros Maritim Dalam Prespektif Kebijakan”

Kualitatif,

Konsep Poros Maritim, Perspektif Kebijakan.

Dalam implementasi kebijakan terkait visi Poros Maritim Dunia, pemerintah telah mengambil langkah- langkah yang strategis.

Akan tetapi, masih terdapat kebijakan yang tidak terimplementasi dengan baik dikarenakan sinergitas yang kurang antar Kementerian yang seharusnya saling bekerjasama.

9. Muhammad Harry Riana Nugraha dan Arifin Sudirman,

“Maritime

Diplomacy sebagai Strategi

Pembangunan Keamanan Maritim Indonesia”

Deskriptif Kualitatif, Konsep Diplomasi Maritim,

Konsep Keamanan Maritim,

Diplomasi maritim dapat dibangun dengan kuat, melalui modernisasi Alutsista TNI Angkatan

Laut, kemudian

mengembangkan sumber daya kemaritiman dengan industri, dan penggunaan diplomasi maritim di kancah internasional.

10. Mulyadi, Kualitatif Deduktif, Kebijakan penggelaran

kekuatan laut merupakan

(26)

26

“Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia: Perspektif Keamanan Maritim”

Konsep Keamanan Maritim.

pembangunan hard power sesuai visi Poros Maritim Dunia. Kebijakan tersebut dapat berhasil jika didukung oleh kemampuan yang memadahi dalam pelaksanaan pertahanan dan keamanan maritim, serta kerja sama luar negeri di bidang ancaman kejahatan maritim.

11. Amaliya Mulyanor,

“Pengaruh Kompleksitas

Ancaman Keamanan Maritim Terhadap Penguatan Kebijakan Maritim Indonesia pada Masa

Pemerintahan Joko Widodo”

Eksplanatif Kualitatif, Teori Neorealisme Defensif dan Konsep Keamanan Maritim.

Penguatan kebijakan maritim yang dilakukan pada masa periode pertama Pemerintahan Joko Widodo merupakan respon terhadap kompleksitas ancaman maritim di Indonesia. Penguatan kebijakan maritim Indonesia merupakan upaya defensif, karena alasan atau tujuan dari kebijakan Indonesia dalam menguatkan kebijakan maritim yaitu melindungi kedaulatan, memberantas ancaman maritim, dan meningkatkan ekonomi Indonesia.

1.5 Kerangka Konsep dan Teori 1.5.1 Konsep Keamanan Maritim

Keamanan maritim adalah sebagian kecil dari keamanan nasional, sehingga praktek keamanan nasional suatu negara berperan untuk menentukan bagaimana penerapan konsep keamanan maritim dalam kebijakan nasional.

Konsep keamanan maritim ini berdiri di antara keamanan tradisional serta

keamanan non-tradisional. Keamanan maritim dalam keamanan tradisional,

(27)

27

berupa kegiatan pelanggaran maritim yang dapat mengancam kedaulatan dan identitas negara, seperti konflik bersenjata antar negara. Kemudian dalam keamanan non-tradisional, pelanggaran terhadap kemaritiman yang dapat memberikan ancaman berupa, Suku Agama, Ras dan Antar golongan (SARA), lingkungan hidup, sumber daya, ekonomi, dan migrasi.

43

Menurut Feldt, Roell, dan Thiele, keamanan maritim harus dapat dibedakan pengertiannya dari keselamatan maritim.

44

Keamanan maritim lebih mengacu dalam tindakan pelanggaran hukum, sementara keselamatan maritim lebih condong pada pelindungan dalam keadaan yang mengancam secara tidak disengaja. Perbedaan definisi ini bertujunan untuk merancang sistem pencegahan ancaman ataupun dalam penanganan ancaman. Dari kedua hal tersebut, masing-masing memiliki pendekatan yang berbeda. Keamanan maritim mnyangkut sistem hukum yang meningkat, adanya personel pengaman, serta hukuman berat untuk para pelanggar, sedangkan dalam keselamatan, lebih condong dalam sebuah kesiapan serta responsi/tanggapan dalam menghadapi sebuah situasi yang membahayakan.

45

Dalam segi konseptual, keamanan maritim bisa dilihat dari dua perspektif yakni, keamanan tradisional dan keamanan non-tradisional.

Keamanan tradisional bersifat militeristik dan berfokus pada negara atau state- centric serta lebih menekankan dalam kedaulatan negara atas lautnya. Secara

43 Nugraha dan Sudirman, Loc. Cit.

44 Lutz Feldt, Peter Roell, dan Ralph D. Thiele, Maritime Security-Perspective for a Comprehensive Approach, Strategy Series: Focus on Defence and International Security, No, 222, (2013), Germany:

ISPSW, hal. 2, diakses dari https://www.files.ethz.ch/isn/162756/222_feldt_roell_thiele.pdf

45 Ibid.

(28)

28

tradisional, terdapat konsep seapower yang berarti peningkatan kapabilitas angkatan laut dalam melindungi laut dan jalur perdagangan negaranya.

Kemudian, dalam ancaman maritim tradisional, aktor yang memberikan ancaman terhadap kedaulatan suatu negara tidak lain adalah negara lain.

46

Contohnya, seperti pelanggaran batas-batas teritorial laut oleh suatu negara, sengketa wilayah atau klaim wilayah.

Sedangkan keamanan maritim non-traditional tidak hanya dengan penggunaan Angkatan Laut atau militeristik (seapower). Akan tetapi terdapat aspek yang lebih luas seperti, keamanan nasional (national security), keamanan ekonomi (economy security), keamanan manusia (human security), dan lingkungan maritim (marine environment). Keempat aspek tersebut telah mencakup bidang politik ekonomi, budaya dan teknis, yang mana hal ini harus diwujudkan guna mencapai kondisi keamanan maritim yang stabil dan damai.

Apabila hanya mementingkan satu aspek saja, maka keamanan yang terjadi hanya bersifat luarannya saja dalam artian belum sampai masuk ke dalam akar permasalahannya.

47

Gambar 1.1 Lingkup Keamanan Maritim (Christian Bueger)

48

46 Khoo Kok Giok, Sea Power as a strategic Dominan, Pointer, Journal of the Singapore Armed Forces, Vol. 41, No.3, (2015), Singapore: Pointer, hal. 2-3, diakses dari https://www.mindef.gov.sg/oms/content/dam/imindef_media_library/graphics/pointer/PDF/2015/

Vol.41%20No.3/Sea%20Power%20As%20A%20Strategic%20Domain.pdf

47 Christian Bueger, What Is Maritime Security?, Marine Policy, Vol, 53 (2015), Wales: Ideas, hal.

159-154.

48 Ibid.

(29)

29

Ancaman yang kerap terjadi pada ruang lingkup keamanan maritim yakni berupa ancaman tradisional maupun ancaman non-tradisional.

Berdasarkan konsep keamanan maritim pada gambar di atas, ancaman maritim tradisional melingkupi sengketa antar negara (inter-state disputes), dan pengembangan senjata (arms proliferation), dan ancaman non-tradisional yaitu terorisme maritim, radikalisme

49

, perompakan dan pembajakan, penyelundupan orang atau imigran illegal, IUU Fishing, perdagangan manusia, dan pencemaran lingkungan laut.

50

Pada penelitian ini, kompleksitas ancaman maritim yang terdapat di Indonesia adalah ancaman maritim tradisional dan non-tradisional. Ancaman tradisional mencakup pelanggaran Tiongkok terhadap UNCLOS, adanya pangkalan militer Amerika Serikat yang berada di sekitar wilayah Indonesia, dan adanya sengketa perbatasan antar Indonesia dengan negara lainnya.

49 Radikalisme dapat mengakibatkan suatu konflik yang komunal dan laut sebagai mediasinya.

50 Robert Mangindaan, Indonesia dan Keamanan Maritim: Apa Arti Pentingnya?, diakses dalam http://www.fkpmaritim.org/indonesia-dan-keamanan-maritim-apa-arti-pentingnya/

(27/3/2021,15:00 WIB)

(30)

30

Kemudian, secara lebih detail ancaman non-tradisional di Indonesia meliputi point-point yang dijelaskan dalam laporan Sekretaris Jenderal PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) tahun 2008 tentang Oceans and the Law of the Sea, di dalam konsep Keamanan Maritim, terdapat 7 (tujuh) jenis ancaman kemaritiman yang sering terjadi, yakni : 1). Piracy and armed robbery (perompakan dan perampokan bersenjata); 2). Terrorist acts (tindakan- tindakan terorisme); 3). Illicit trafficking in arms and weapons of mass destruction (penyelundupan senjata dan senjata pemusnah massal); 4). Illicit trafficking in narcotics (penyelundupan obat-obatan terlarang); 5). Smuggling and trafficking of persons by sea (penyelundupan dan perdagangan manusia lewat laut); 6). IUU Fishing (usaha perikanan ilegal, tidak diatur dan tidak dilaporkan); 7). Intentional and unlawful damage to the marine environment (pengerusakan terhadap lingkungan laut yang disengaja).

51

Berdasarkan penjelasan PBB tersebut, penguatan kebijakan maritim di masa Pemerintahan Presiden Joko Widodo termasuk ke dalam tujuh poin yang telah dijelaskan di atas. Hal ini dikarenakan semua poin tersebut merupakan ancaman maritim non-tradisional di Indonesia yang terdiri dari IUU Fishing, penyelundupan, perampokan dan pembajakan, perdagangan manusia, terorisme, serta pencemaran laut.

1.5.3 Teori Neorealisme Defensif

51 Ibid.

(31)

31

Sebelum memasuki pembahasan neorealisme defensif, kita harus mengetahui asal pemikirannya, yaitu dari neorealisme yang mana berasal dari realisme klasik. Seperti halnya realisme klasik, neorealisme memiliki argumen/anggapan bahwa struktur internasional itu bersifat anarki. Hal tersebut menjadi demikian, karena dapat dilihat dari tidak adanya otoritas yang mengatur relasi antara negara. Kemudian sistem anarki tersebut membuat konflik/benturan antar negara sehingga dapat terjadinya serangan antar negara satu sama lainnya. Sehingga, dalam menangani persoalan ketidakpastian yang dialami oleh suatu negara di kancah politik internasional tersebut, dapat memberikan dampak pada setiap negara dalam berupaya untuk menjangkau kapabilitas keamanan (security) dan/atau kekuatan (power) semaksimal mungkin.

52

Terdapat 4 (empat) argumen utama dalam neorealisme, yaitu: 1).

Penekanannya pada struktur internasional yang anarkis; 2). Negara dianggap merupakan aktor utama yang berprinsip satu-kesatuan; 3.) Adanya upaya masing-masing aktor (state) untuk mencari keselamatan diri (survive); 4). Terdapat pola pembagian kekuasaan yang mana berlandaskan dari kapabilitas atau kemampuan dari masing-masing unit (state).

53

52 Vinsensio Dugis, Teori Hubungan Internasional: Perspektif-Perspektif Klasik, (Surabaya: Cakra Studi Global Strategis, 2016), hal. 81-82, diakses dari https://www.researchgate.net/profile/Vinsensio-

Dugis/publication/321709080_Teori_Hubungan_Internasional_Perspektif-

Perspektif_Klasik/links/5a7f16a80f7e9be137c71dbb/Teori-Hubungan-Internasional-Perspektif- Perspektif-Klasik.pdf

53 Ken Booth, 2011, Realism redux: contexts, concepts, contests, dalam Ken Booth, Realism and World Politics, (UK: Routledge, 2011), hal. 5, diakses dari https://www.fd.unl.pt/docentes_docs/ma/FPG_MA_27259.pdf

(32)

32

Kekuatan atau power dalam pandangan neorealisme adalah kemampuan yang dapat dikontrol oleh negara atau state. Hal tersebut yang membuat neorealisme selaras dengan pendapat realisme klasik yang mana militer dan ekonomi disebut sebagai penentu dalam adanya kualitas kekuatan (power) suatu negara.

54

Sehingga, menurut neorealisme, negara yang kuat yakni merupakan negara yang memiliki kemampuan militer serta ekonomi yang kuat. Kenneth Waltz berpendapat jika sebuah negara dalam mengejar kekuatan tidak mengharuskan untuk menjadi hegemon secara berlebihan, karena pada akhirnya sistem internasional akan mendorong aktor lain merasa terancam dan berbalik menyerang negara tersebut. Pandangan Waltz ini sering disebut dengan defensive neorealism.

55

Terdapat dua teori turunan dalam neorealisme yaitu neorealisme ofensif dan neorealisme defensif. Pertama, menurut pandangan neorealisme offensive, negara cenderung mengeluarkan kebijakan yang agresif karena pengambil kebijakan dalam negara yang mempunyai pemahaman bahwa bersikap agresif adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan keselamatan negara. Kedua, dalam sudut pandangan neorealisme defensif, cara paling efektif untuk mejamin kondisi keamanan dan survivalitas negara

54 John J. Mearsheimer, 2013, Structural Realism, dalam Tim Dunne, et al, International Relations Theories: Discipline and Diversity, (Oxford University Press, 2013), hal. 78, diakses dari https://www.oxfordpoliticstrove.com/view/10.1093/hepl/9780198707561.001.0001/hepl-

9780198707561

55 Op.Cit., Vinsensio Dugis.

(33)

33

yakni, lebih condong mengambil kebijakan secara tengah, di mana tidak selalu agresif dan juga tidak begitu pasif.

56

Pada perspektif neorealisme, di dalam penelitian ini akan menggunakan teori neorealisme defensif oleh Kenneth Waltz, yakni negara berperilaku untuk mencari keamanan dalam sistem internasional yang anarki, yang mana ancaman utama bagi suatu negara tersebut yakni berasal dari negara lain, serta sistem internasional tidak selamanya dapat terjadi konflik.

57

Menurut Kenneth Waltz, tindakan defensif adalah keputusan yang terbaik bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan neorealisme defensif menganggap power merupakan instrumen untuk mencapai keamanan dari suatu negara, sehingga fokus utama neorealisme defensif yakni kekuatan (power) dalam tujuan mempertahankan posisi di dalam sistem yang anarki, dan bukan untuk menyerang.

58

Dapat disimpulkan bahwa neorealisme defensif melihat ancaman yang muncul dari negara-negara lain akan membuat negara melakukan penguatan power yang bertujuan untuk bertahan dari ancaman tersebut.

Kenneth Waltz dalam neorealisme defensif, menjelaskan konsep self-help yang menjadi suatu acuan penting. Self-help merupakan suatu keadaan dimana dalam mencapai kepentingan nasionalnya melakukan peningkatan keamanan nasional ketika menghadapi ancaman di dunia yang anarki. Peningkatan

56 Ibid.,

57 Ibid.,

58 Kenneth N. Waltz, Theory of International Politics, (Canada: Addison-Wesley Publishing

Company, Inc, 1979), hal 66, diakses dari

https://dl1.cuni.cz/pluginfile.php/486328/mod_resource/content/0/Kenneth%20N.%20Waltz%20T heory%20of%20International%20Politics%20Addison-

Wesley%20series%20in%20political%20science%20%20%20%201979.pdf

(34)

34

keamanan nasional dapat terjadi di bidang ekonomi, militer, dan lainnya. yang mana tidak dapat dipisahkan.

59

Gambar 1.2 Skema Penerapan Neorealisme Defensif dalam Penguatan Kebijakan Maritim Indonesia.

60

Pada penelitian ini, neorealisme defensif memandang penguatan keamanan maritim di masa Pemerintahan Joko Widodo merupakan tindakan peningkatan keamanan nasional, yang terlihat dalam kebijakan keamanan maritim dalam instrumen militeristik dan kerja sama. Penguatan keamanan nasional pada bidang maritim merupakan respon dari adanya ancaman maritim yang kompleks di Indonesia, yang mana ancaman tersebut berasal merupakan ancaman tradisional yang berasal dari negara-negara lain dan ancaman non- tradisional yang berasal dari aktor non-negara seperti pelaku kejahatan transnasional dan organisasi kejahatan transnasional. Sehingga penguatan

59 Ibid.,

60 Sumber: Diolah Oleh Peneliti.

Ancaman Maritim

•Konflik Persaingan Tiongkok dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik

•Pangkalan Militer Tiongkok di Pulau Spartly

•Pangkalan militer Amerika Serikat di- Dekat Wilayah Indonesia

•Sengketa Perbatasan dengan negara lain

Penguatan Keamanan

•Penguatan Patroli Laut

•Penguatan Angkatan Laut

•Latihan Gabungan Militer

Kepentinga n Nasional (self help)

•Melindungi Kedaulatan Maritim

•Memberantas Ancaman Maritim

•Meningkatkan Ekonomi Indonesia

Ancaman non-tradisional

IUU Fishing

Penyelundupan

Perdagangan Manusia

Terorisme

Pembajakan

• Pertukaran Informasi Intelijen

• Penenggelaman dan Pembakaran Kapal Asing Ancaman Tradisional

(35)

35

keamanan maritim pada masa Pemerintahan Joko Widodo merupakan upaya self-help demi mencapai kepentingan nasional yaitu untuk melindungi wilayah maritim Indonesia, bukan untuk menyerang negara-negara tetangga yang merupakan asal dari ancaman, serta memberantas ancaman maritim yang kompleks, dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Jenis penelitian

Penelitian mengenai “Pengaruh Kompleksitas Ancaman Keamanan Maritim Terhadap Penguatan Kebijakan Maritim Indonesia Pada Masa Pemerintahan Joko Widodo” ini merupakan penelitian eksplanatif kualitatif yang mana merupakan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan, menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Berfokus pada analisis hubungan-hubungan antara variabel (sebab akibat). Sedangkan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

61

Dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif kualitatif ini diharapkan mampu menjawab dari penelitian penulis yakni, tentang kebijakan keamanan maritim Indonesia pada masa Pemerintahan Joko Widodo.

61 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D) , (Bandung: Alfabeta, 2008) hal. 8, diakses dari https://ecampus- fip.umj.ac.id/pustaka_umj/main/search?pengarang=Sugiyono

(36)

36

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini akan menggunakan data sekunder dengan menggunakan teknik pengumpulan data penelitian kepustakaan atau library research.

Penelitian kepustakaan atau library research adalah merupakan teknik pengambilan data yakni, dari sumber-sumber kepustakaan berupa peraturan pemerintah, undang-undang, dan data-data yang bersifat resmi. Serta, mencakup data yang bersifat tidak resmi/unofficial seperti e-book, book, jurnal, laporan, dan sumber data yang bersifat website serta berita lainnya.

62

1.6.3 Teknik Analisa Data

Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan teknik analisa data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi merupakan teknik analisis yang berupa penajaman fokus dengan mengarahkan, menggolongkan, menghapus yang tidak perlu, dan mengorganisir data dengan sedemikian rupa, sehingga akan dapat menarik suatu kesimpulan.

63

Penyajian data berarti dalam kualitatif yaitu teknik analisa non statistik yang berupa tabel, gambar, grafik angka yang ada sehingga diuraikan dan dirangkum menjadi sebuah bentuk paragraf.

Selanjutnya, penarikan kesimpulan yakni pengambilan suatu hasil yang berdasarkan data-data yang telah didapatkan dan yang sudah disajikan, yang

62 Monageng Mogalakwe, The Use of Documentary Research Methods in Social Research, African Sociological Review, Vol, 10, No, 1 (2006) Dakar: Codesria, hal. 2, diakses dari https://www.codesria.org/IMG/pdf/Research_Report_-_Monageng_Mogalakwe.pdf

63 Silalahi Ulber, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung : PT. Refika Aditama, hal. 340, diakses dari https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=694081

Gambar

Tabel 1.1 Posisi Penelitian  No.  Nama dan Judul  Metode Penelitian dan
Gambar 1.1 Lingkup Keamanan Maritim (Christian Bueger) 48
Gambar 1.2 Skema Penerapan Neorealisme Defensif dalam  Penguatan Kebijakan Maritim Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun katu fermentasi berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna karkas, tidak menurunkan berat karkas dan

Dari kegiatan penulis yang alami atau dikerjakan selama Praktek Kerja Lapangan di Humas Pemerintah Kabupaten Bandung yang dilakukan hanya dalam waktu 1 ( satu ) bulan,

K-Nearset Neighbor telah digunakan untuk beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Ricky Imanuel (2014) pada penelitian “Analisis Prediksi Tingkat

Untuk kepentingan keamanan pangan pada biota perairan maka dilakukan penelitian mengenai analisis kandungan logam berat pada kepiting (Scylla serrata) yang berada

Jenis penelitian ini tergolong kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: historis, antropologi, politik, pendidikan dan agama. Selanjutnya, metode

Klasifikasi Status Ketahanan Pangan Hasil Prediksi Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa kabupaten-kabupaten yang terklasifikasi hampir sama namun terdapat

Demikianlah Petunjuk Pelaksanaan Pesta Siaga Kwarda Jawa Tengah Tahun 2019 ini dibuat sebagai acuan dalam menentukan kebijakan-kebijakan selanjutnya serta sebagai pedoman

Karena reaktan mengalami melepaskan kalor atau mengalami pembebasan kalor dari sistem ke lingkungan atau produk mengalami peningkatan