Penerapan Wayfinding Sistem pada Bangunan Terminal
Nadia Khairunnisa
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: [email protected]
ABSTRAK
Bus merupakan salah satu moda angkutan umum yang masih digunakan oleh masyarakat umum untuk transportasi jarak jauh maupun jarak dekat. Semakin banyaknya tujuan yang dimiliki oleh moda transportasi ini maka meningkatkan mobilitas barang, jasa dan sumber daya manusia yang diangkut sebagai bagian dari aktivitas perekonomian di masyarakat. Terminal bus adalah sebuah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunka dan menaikan penumpang, perpindahan intra dan atau moda transportasi serta mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum, kegiatan yang terdapat dalam terminal bus sendiri mengharuskan terminal bus didisain dengan kenyamanan dan keamanan penggunanya.
Terminal bus yang mengusung tema wayfinding sistem dimaksudkan untuk mempermudah perpindahan masyarakat dari suatu zona ke zona lain dalam bangunan, agar masyarakat dapat mempercepat kegiatannya dalam bangunan terminal bus. Penerapan tema pada bangunan diharapkan akan mempermudah sisem wayfinding linear maupun wayfinding spatial pada bangunan terminal dengan pengkondisian ruang yang disusun atau diatur pada layout area.
Kata Kunci : Bus, Terminal Bus, Wayfinding sistem
Abstract
Buses are one mode of public transportation that is still used by the general public for long-distance and short-distance transportation. The more goals that this mode of transportation has, the more mobility of goods, services and human resources transported as part of economic activities in the community. The bus station is a road transportation infrastructure for the purpose of reducing and raising passengers, intra-movement and / or transportation modes and arranging the arrival and departure of public vehicles, the activities contained in the bus station itself require the bus station to be designed with the comfort and safety of its users.
The bus station carrying the theme of wayfinding system is intended to facilitate the movement of people from one zone to another in the building, so that the community can accelerate its activities in the bus station building. The application of the theme in the building is expected to facilitate the linear wayfinding system and spatial wayfinding in the station building with room conditioning arranged or arranged in the layout area.
Keywords: Buses, Bus Station, wayfinding system
1. PENDAHULUAN
Terminal Leuwipanjang adalah satu dari dua terminal besar transportasi darat antar kota yang utama di Bandung, Jawa Barat. Terletak di Jalan Leuwi Panjang yang bergaris lurus dengan Jalan Cibaduyut Raya. Terminal ini dibangun untuk menggantikan Terminal Kebon Kelapa. Melayani trayek ke berbagai kota di Jawa Barat, Jakarta. Selain Terminal Leuwi Panjang, Bandung juga memiliki terminal antar kota yang dikenal dengan nama Terminal Cicaheum. Terminal Leuwipanjang dibangun pada tahun 1994, beropersai sejak tahun 1996 dan berdiri dilahan 4 ha.
Merupakan pengganti terminal sebelumnya yang bernama Terminal Kebon Kelapa, yang semenjak dipindahkan hingga saat ini terminal lama tersebut dijadikan sebagai salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. [1]
Teminal merupakan satu unsur penting dalam moda transportasi darat yang sedikit banyak saat ini mulai ditinggalkan penggunanya, diakibatkan oleh maraknya moda transportasi yang lebih menguntungkan pengguna dari segi kenyamanan armada, kenyamanan fasilitas yang diberikan dan murahnya tarif moda transportasi lain. Oleh karena itu, diperlukannya rancangan sebuah Terminal Bus yang mementingkan pengguna baik itu pengguna Bus, elf, angkutan kota, ataupun moda angkutan lain yang berada di kawasan terminal.
Terminal yang disandingkan dengan sentra industri merupakan salah satu daya tarik bagi pengunjung yang datang ke Kota Bandung untuk berwisata. Selain memberikan fasilitas lebih berupa sentra industri yang berada di sekitar terminal maupun UKM dari Kota Bandung, sentra industri yang terdapat dalam terminal menjadikan aspek ekonomi bagi warga sekitar.
2. EKPLORASI DAN PROSES RANCANG
2.1 Tema Perancangan
Tema yang dipilih adalah “wayfinding system” yaitu kemampuan untuk menemukan jalan menuju suatu lokasi. Dalam membangun sebuah terminal bus sistem pergerakan yang cepat pada satu ruang ke ruang lain sangat dibutuhkan, sehingga tema wayfinding pada bangunan ini diambil dan diterapkan pada bangunan terminal. Seringkali individu tidak dapat menentukan posisinya dalam lingkungan tetapi dapat menemukan jalan ke sebuah lokasi, sehingga individu tetap berorientasi pada lingkungannya (Passini,R 1984).
Passini (1984) menjelaskan bahwa untuk menciptakan wayfinding dan orientation system yang efektif diperlukan 7 langkah sbb:
1. Wayfinding task ( menetapkan tujuan menemukan jalan) 2. User Profile (menganalisa profil pengguna)
3. Wayfinding Conditions (meneliti tingkat kesulitan menemukan jalan) 4. Design Requirements (menganalisa dan menentukan kebutuhan desain) 5. Wayfinding Solutions (menyusun sebuah desain wayfinding sistem) 6. Supportive Informations (mengumpulkan detail informasi)
7. Design Solutions (menyusun sebuah desain bangunan atau sistem grafis)
2.2 Lokasi Tapak
Lokasi Terminal Bus terletak di Jl. Soekarnohatta No 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Kota Bandung.
Gambar 1 Lokasi Site
Nama Proyek : Terminal Bus Terpadu Leuwi Panjang, Bandung Jenis Proyek : Transportasi Publik
Sifat Proyek : Semi Nyata
Owner : Pemerintah Kota Bandung
Sumber Dana : Pemerintah Kota Bandung
Lokas Lokasi tapak : Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Kota Bandung
Didirikan : Tahun 1994 Dioperasikan : Tahun 1996 Luas lahan : ± 40.000 m²
KDB : 50% x 40.000 m² = 20.000 m²
KLB : 1.5 x 40.000 m² = 60.000 m² : 20.000 m²= 3 Lantai
GSB : 10 m
KDH : 20% x 40.000 m² = 8.000 m²
Suhu siang hari : 27-29o Tekanan Athmosphere : 1016 hPa
Kelembapan : 87%
Kecepatan angin : 0.4 Km/h
Chance of Rain : 4055 mm (sumber: Weather.com) Jenis Terminal : Terminal bus terpadu tipe B
Fasilitas : Lahan Parkir Luas, Security 24 Jam, Tempat Bongkar Muat untuk barang penumpang
Daya Tampung : 100 Kendaraan (60 kendaraan di lapangan) Jumlah bus : 770 (maksimal 800)
Pengelola : Multi Operator Perusahaan Barang : Multi User
Perusahaan Transporter : PT. Prima Jasa, PT. Trans Utama,Perum DAMRI, PT.MIOS, PT.
Hiba Utama, PT. MGI
Utara : Kawasan pertokoan dan pemukiman penduduk
Barat :Jl KH.Wahid Hasyim dan pertokoan serta kawasan komersil Timur : Jl LeuwiPanjang dan pertokoan
Selatan : Jl. Soekarno Hatta dan pertokan serta kawasan komersil
Lokasi Site berada di Selatan Kota Bandung, Terminal Leuwi Panjang merupakan pintu masuk Kota Bandung dari arah Barat Jawa Barat. Lokasi site akan menerapkan sistem TOD (Transit Oriented Development) yang merupakan salah satu pendekatan pegembangan ota yang mengadopsi tata ruang campuran dan memaksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti busway/BRT, kereta api kota (MRT), kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. [2]
3. HASIL RANCANGAN 3.1 Rancangan Bentuk
Bentuk gubahan massa sendiri berbeda beda ditiap bangunan tergantung bagaimana fungsi dari bangunan itu. Bangunan utama dengan gubahan massa yang cenderung melengkung, didesain agar memudahkan mencari orientasi pada bangunan sekitarnya. Gubahan massa pada bangunan keberangakatan didesain sedemikian rupa agar bus yang hendak menjemput memasuki trayeknya masing-masing, sehingga mempermudah pengunjung dalam menggunakan fasilitas terminal. Gubahan massa bangunan kedatangan didesain sederhana, karena merupakan bangunan penerima pengunjung dari moda transportasi lainnya.
Gambar 2. Gubahan Massa Bangunan
Orientasi massa bangunan menghadap ke utara dan selatan, sehingga pada bagian barat dijadikan area service dan menggunakan material massif. Selain karena bagian barat bangunan akan terkena panas matahari, material massive juga digunakan agar aktivitas service tidak terlihat oleh pengunjung di dalam bangunan.
3.2 Rancangan Site
Site diolah sesuai dengan titik sumbu bangunn utama sehingga membentuk busur-busur yang menjadikan fungsi sebagai pedestrian bagi pejalan kaki yang menjadi akses menuju kedalam bangunan. Pada site diberikan perbedaan material yang merupakan pembeda antara akses primer, sekunder dan tersier, sehingga pengunjung dapat terarah menuju satu titik ya itu entrance utama.
Gambar 3. Site Plan 3.3 Konsep Zonasi Site
Perletakkan masa bangunan pada site berdasarkan potensi view kedalam tapak dari sekitar site, area dibagi menjadi beberapa bagian dimana terdapat area publik, semi private, private dan area service.
Massa bangunan yang bersifat publik berada pada bagian depan tapak dimana dapat menjadi bagian yang menerima yang ditangkap oleh olahan site berupa plaza open plan dan taman.
Gambar 4 Konsep Zonasi Site
Pada lantai dasar bangunan utama merupakan hall penerima bagi pengunjung yang dapat dari entrance utama Jl. Soekarnohatta, sehingga terdapat hall yang cukup luas untuk menampung banyaknya pengunjung, juga terdapat area ticketing yang terdapat di sisi kanan dan kiri bangunan, terdapat pula ATM center, ruang laktasi bagi ibu menyusui, arena bermain anak dan innercourt. Pada bangunan keberangkatan terdapat lounge bagi pengunjung yang hendak menunggu, loket tiket dan print e- ticket sebelum menuju check in counter. Pada ruang tunggu keberangkatan dilengkapi dengan beberapa tenant makanan dan tenant UKM, ruang kesehatan dan ruang laktasi. Pada bangunan kedatangan terdapat area tunggu, lounge, tenant dan lobby kantor.
Area Publik Area Service Area Private
Gambar 5. Zonasi Lantai Satu
Pada lantai 2 bangunan utama merupakan area gallery UKM, diutamakan UKM kering sehingga hanya berjualan baju, tas, sepatu, dan kain. Selain itu dilengkapi pula dengan mushola yang cukup besar pada lantai 2 bangunan utama ini. Pada lantai 2 bangunan keberangkatan merupakan area UKM basah, dimana penjual menjajakan makan oleh-oleh khas dari bandung seperti keripik, dodol manisan dan sebagainya. Pada lantai 2 bangunan kedatangan merupakan kantor bagi UKM dan terminal itu sendiri, sehingga terdapat ruang rapat, ruang kontrol, kantor bagi PO bus, kantor bagi tenant UKM, kantor bagi UPT terminal dan mushola.
Gambar 6 Zonasi Lantai Dua
Pada lantai 3 terdapat area food court bagi pengunjung yang hendak menghabiskan waktu dengan makan, terdapat dua area pada foodcourt itu sendiri yaitu area dalam dan area terbuka yang berada di bagian depan. Pada setiap lantai di lengkapi dengan fasilitas penunjang seperti mushola dan toilet.
Gambar 7 Zonasi Lantai Tiga
Publik Semi Publik Service Private Semi Private
Publik Semi Publik Service Private Semi Private
Publik Semi Publik Service Private Semi Private
3.4 Konsep Aksesibilitas Tapak
Konsep aksesibilitas dan sirkulasi jalan pada bangunan Terminal ini di bagi menjadi 3 pintu, dimana terdapat satu pintu utama yaitu yang terdapat pada jalan Soekarnohatta, side entrance yang terdapat di jalan Leuwi Panjang dan exit site yang berada di Jalan Kopo.
Jalan Soekarno hatta diprioritaskan untuk Pribadi dan service. Side entrance dikhususkan bagi kendaraan umum seperti bus AKDP, DAMRI, TMB, angdes, dan angkot. Untuk exit entance yg berada di jalan Kopo hanya dikhususkan bagi kendaran umum saja yang masuk melalui side entrance yang berada di Jalan Leuwi Panjang.
Pejalan Kaki Motor dan Mobil Service
3.5 Rancangan Denah
Lantai dasar bangunan secara umum dibagi menjadi 3 area yaitu area lobby, area keberangkatan dan area kedatangan. Pada lantai dasar terdapat beberapa fasilitas penunjang bagi pengunjung dan pengelola bangunan. Fungsi utama sebagai bangunan terminal maka area terminal menjadi satu area utama yang harus dapat diakses oleh pengunjung dengan sangat mudah dan cepat, pengunjung akan diarahkan menuju area terminal dengan diterima terlebih dahulu di bagian lobby, untuk pengunjung yang hendak berangkat maupun menjemput bias langsung menuju bangunan keberangkatan dan kedatangan.
Area terminal keberangkatan dan kedatangan dihubungkan oleh plaza yang terdapat diantara kedua bangunan tersebut, dibuat menjadi sebuah area transisi dari bangunan kedatangan dan bangunan keberangkatan juga dari lantai dua yang turun dengan ramp menuju ke area transisi tersebut.
Gambar 8. Denah Lantai Satu
Lantai dua bangunan di bagi manjadi dua area yaitu area galeri UKM dan pengelola. Pada area pengelola pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengakses area ini kecuali memiliki keperluan pada pengelola UKM maupun terminal. Akses masuk kantor terdapat di lantai satu bagunan kedatangan maupun dari lantai dua.
Area galeri UKM lantai dua di bagi menjadi dua area yaitu area kering dan area basah, dimana dippisahkan oleh jembatan yang dapat menghubungkan antara satu bangunan dengan bangunan yang lainnya. Area galeri UKM kering menjadi area galeri bebas atau open plan, denah dan interior ruangan tergantung pada penyewa ruangan akan tetapi pembatasan jumlah dan dimensi barang UKM tetap diperhatikan demi kenyamanan pengunjung dan penyewa. Area galeri UKM ini dapat di akses dari lantai dasar menggunakan lift ataupun eskalator. Fasilitas penunjnag di lantai dua yaitu area service, mushola dan toilet.
Gambar 9. Denah Lantai Dua
Lantai tiga bangunan merupakan area foodcourt, area foodcourt sendiri terdapat di bagian luar yang menjajakan makanan dengan tema kaki lima yaitu menggunakan gerobak-gerobak layaknya kaki lima.
Pada lantai ini terdapat area penunjang yaitu area service toilet dan mushola.
Gambar 10. Denah Lantai Tiga
3.6 Rancangan Fasad
Material yang digunakan sebagai fasad adalah fiber reinforced alumunium (Alumunium Composite Panel). Material ini dipilih dengan pertimbangan flesibilitas bentuk, ketahanan terhadap korosi dan low maintenance. Pembentukan modul dapat dilakukan secara manual atau mesin dengan cara dipotong atau dibengkokkan. Material lain yang dipilih adalan Perforated Metal. Pemilihan Perforated metal ini didasarkan oleh ketahanan terhadap korosi dan low maintenance. Bidang bukaan kaca cukup mendominasi pada bangunan terminal ini karna memberikan kesan ringan dan transparan sehingga jarak pandang pengunjung tidak terhalang.
1. Alumunium Composite Panel dan Perforated Metal
ACP dan perforated metal merupakan fasad bangunan depan terminal, dengan menggabungkan material massif (ACP) dan perforated metal yang memiliki sedikit bukaan cahaya dapat menimbulkan bias cahaya pada bagian dalam bangunan.
Gambar 11. (a) Penerapan Pada Bangunan, (b) Detail ACP dan Perforated Metal (sumber: [3])
2. Kaca Stopsol Bluegreen
Kaca Stopsol atau Solar Heat Reflective Glass adalah jenis kaca yang mempunyai kemampuan memantulkan cahaya matahari sehingga mengurangi beban energi untuk pendinginan ruangan sekaligus memberikan kesan sejuk pada saat memandang keluar bagi orang yang berada di dalam
Gambar 12. (a) Penerapan Pada Bangunan (b) Detail kaca stopsol (sumber [4])
4. SIMPULAN
Dalam menerapkan tema wayfinding system pada bangunan Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang ini diterapkan pada bagian eksterior dan interior. Masing-masing menerapkan beberapa aspek yaitu pada interior aspek yang diangkat adalah kesederhanaan dekorasi dan transparansi material agar pengunjung dapat berorientasi dengan cepat dari satu bangunan ke bangunan lain. Juga dengan zonasi ruang memberikan kemudahan berorientasi pada bangunan. Pada bagian eksterior, fasad bangunan
pada main entrance dibuat berirama mengikuti entrance yang berada di bawahnya. Selain itu plaza yang terdapat di depan bagunan menggunakan perbedaan material agar pengunjung dapat dengan mudah menemukan jalan tercepat menuju bangunan. Hal tersebut memperkuat tema dan konsep yang diangkat untuk terminal ini yang diharapkan dapat menjadi sarana transportasi dan belanja bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat yang hendak bepergian dan datang.
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Terminal_Leuwipanjang di akses pada tanggal 2 September 2018 [2] Bandung Urban Mobility Project, 2013 – diakses pada tanggal 17 April 2018
[3] https://id.pinterest.com
[4] http://glassdelta.com/verre-stopsol