• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN TRAVEL BAN DONALD TRUMP TERKAIT PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIJAKAN TRAVEL BAN DONALD TRUMP TERKAIT PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN TRAVEL BAN DONALD TRUMP TERKAIT PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT

NOVRIZA DIANA 170906036

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

NOVRIZA DIANA (170906036)

KEBIJAKAN TRAVEL BAN DONALD TRUMP TERKAIT

PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT

Rincian isi skripsi, 83 halaman, 4 tabel, 2 gambar, 22 buku, 24 jurnal, 54 situs internet, serta 3 skripsi. (kisaran buku dari tahun 1988-2016)

Abstrak

Amerika Serikat merupakan negara dengan multikultiralisme yang tinggi, hal ini tidak terlepas dari sejarah Amerika yang dibangun oleh kaum migran.

Namun, terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 2016, ia membuat reformasi kebijakan baru yang dinilai sangat kontroversi yaitu pembatasan masuknya para imigran ke Amerika Serikat salah satunya terhadap imigran dari mayoritas negara muslim. Kebijakan Travel Ban ini merupakan aktualisasi nyata dari janji kampanye Donald Trump melalui perintah eksekutif yaitu protecting the nation from foreign terrorist attacks by foreign nationals.

Justifikasi keamanan nasional menjadi alasan utama Donald Trump dalam pembuatan kebijakan travel ban ini. Kebijakan ini dinilai bertentangan dengan konstitusi Amerika yang mengatakan bahwa semua orang diciptakan sama, termasuk sama haknya, termasuk hak setiap orang bebas berpindah ke tempat yang dikehendaki. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui latar belakang dan faktor yang mempengaruhi Donald Trump membentuk kebijakan Travel ban. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan teknik pengumpulan studi pustaka yaitu dengan menggunakan data sekunder. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebijakan luar negeri, decision making dan Idiosyncratic.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah kejadian teror gedung World Trade Center Amerika Serikat pada 11 September 2001 membuat kondisi muslim di Amerika Serikat menjadi serba salah. Walaupun sentimen terhadap muslim sempat mereda pada masa pemerintahan Barack Obama. Sentimen tersebut kembali mencuak sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, menurut Trump kejadian teror di Amerika Serikat karena membiarkan imigran dengan pandangan Islam Radikal masuk ke Amerika Serikat.

ia kemudian mengeluarkan perintah eksekutif Trump yang melarang negara dengan mayoritas muslim untuk masuk ke Amerika Serikat.

Selain itu, adanya faktor eksternal dan Internal yang mempengaruhi terbentuknya kebijakan Travel Ban. Faktor eksternal yaitu seiring dengan

(4)

meningkatnya arus imigrasi internasional dapat menyebabkan meningkatnya imigran ilegal yang dapat menjadi ancaman keamanan Amerika Serikat. dan faktor internal yaitu adanya rasa traumatis yang dialami oleh warga Amerika Serikat akibat kejadian teror asing khususnya kejadian 9/11 menggiring opini masyarakat bahwa Islam merupakan yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat merasa melindungi negeri Amerika Serikat merupakan tanggung jawab mendasar ia sebagai presiden dengan cara memperkuat kontrol perbatasan masuk Amerika Serikat.

Kata kunci : Travel Ban, Donald Trump, Imigran Mulsim

(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE PROGRAM OF STUDY POLITICAL SCIENCE NOVRIZA DIANA (170906036)

DONALD TRUMP’S TRAVEL BAN POLICY REGARDING

RESTRICTIONS ON MUSLIM IMMIGRANTS IN THE UNITED STATES Content, 83 pages, 4 tables, 2 graphics, 22 books, 24 journal, 54 website, and 3 thesis. (publication from 1988-2016)

Abstract

The United States is a country with high multiculturalism, this cannot be separated from America's history built by migrants. However, the election of Donald Trump as president of the United States in 2016, he made a new policy reform that was considered very controversial, namely the restriction of the entry of immigrants to America. The United States is one of them against immigrants from the majority of Muslim countries. This Travel Ban policy is a real actuation of Donald Trump's campaign promise through an executive order, namely protecting the nation from foreign terrorist attacks by foreign nationals.

Justification for national security is the main reason for Donald Trump in making this travel ban policy. this is considered contrary to the American constitution which says that all people are created equal, including equal rights, including the right of everyone to freely move to where they want. influencing Donald Trump to form a travel ban policy by using descriptive research methods and qualitative research types and using literature collection techniques, namely using secondary data. The theory used in this study is the theory of foreign policy, decision making and Idiosyncratic.

The results of this study indicate that after the terror incident in the United States World Trade Center building on September 11, 2001, the condition of Muslims in the United States went awry. Although sentiment against Muslims had subsided during the Obama administration. This sentiment has resurfaced since Donald Trump took office as president of the United States, according to Trump the terror incident in the United States for allowing immigrants with radical Islamic views to enter the United States. he later issued Trump's executive order banning Muslim-majority countries from entering the United States.

In addition, there are external and internal factors that influence the formation of Travel Ban policies. External factors, namely along with the increasing flow of international immigration, can cause an increase in illegal immigrants who can become a threat to the security of the United States and internal factors, namely the traumatic feeling experienced by Americans due to the incident. Foreign terror, especially the 9/11 incident, led to public opinion that

(6)

Islam was responsible for the incident. Donald Trump as president of the United States feels protective the United States is a fundamental responsibility he as president by strengthening border controls into the United States.

Keyword : Travel Ban, Donald Trump, Muslim Immigrant

(7)
(8)
(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi serta masa perkuliahan ini. Atas kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KEBIJAKAN TRAVEL BAN DONALD TRUMP TERKAIT PEMBATASAN IMIGRAN MUSLIM DI AMERIKA SERIKAT”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu dengan rendah hati penulis menerima segala bentuk saran dan kritik yang membangun untuk dijadikan perbaikan bagi penulis dalam referensi penelitian selanjutnya. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Warjio Ph.D selaku Ketua Program Studi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang hanya saya dapat ucapkan kepada bapak atas bimbingan yang bapak berikan selama ini. Terima kasih karena bapak selalu memberikan semangat kepada saya dalam berkegiatan di kampus.

Saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan dukungan yang bapak berikan kepada saya dalam menjalankan Lembaga Kajian Political Entrepreneurship.

2. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA,Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih saya ucapkan kepada bapak atas bimbingan yang telah bapak berikan selama saya mengerjakan skripsi ini. Bapak telah memberikan banyak ilmu dan juga saran serta dorongan yang membuat saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga tepat waktu.

(10)

3. Kepada keluarga besar saya Alm. Syamsul Azhari ayah saya yang sangat saya cintai, akhirnya saya bisa menyelesaikan studi seperti yang ia selalu idamkan selama masa hidupnya. Dan Tuti Suharti ibu saya yang sangat saya sayangi yang kuat menghidupi kami anak-anaknya seorang diri menyekolahkan anak-anaknya sampai selesai. Doa yang tulus selalu menyertai saya dan support dalam menggapai mimpi saya. Dan kakak- kakak serta adik-adik saya tersayang Sulviana Hartini S.Kom, Dwi Vani Sulasti S.pd, Muhammad Fahri Aulia dan Muhammad Fadli Aulia yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam menjalankan perkuliahan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Sumatera Utara

4. Dosen-dosen Ilmu Politik yang selalu memberikan saya ilmu yang sangat berguna bagi saya untuk kedepannya dan membantu serta menuntun saya untuk belajar di departemen ilmu politik

5. Untuk orang-orang terdekat saya Maulana Hardi (lana), Adelia Purba (adel), Clarencia Milka (cia), Samuel Silalahi (sam), Farid M Halim (farid), Nuryan Tya (tya), Arif Hidayat (arep), Doli Togar (doli), Ade Tashia (ade), Siti Khairunisa (Itis), Rahma Zhafira (ong). Saya sangat bersyukur memiliki kalian sebagai sahabat-sahabat saya yang menemani dan mewarnai dunia kampus saya. Susah senang, tangis tawa semua nya menjadi satu dan memiliki banyak rasa. Sukses buat kalian kedepannya dan semoga kedepannya kita tidak hanya menjadi viewers instagram doang.

6. Terima kasih untuk Sam yang sangat-sangat berjasa membantu saya bertukar pikiran dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk teman-teman seperjuangan skripsi saya Farid, Doli, yang selalu menemani, mendukung dan membantu saya. banyak cerita dibalik perjuangan skripsi ini.

7. Untuk Lembaga Kajian Political Entrepreneurship yang menjadi keluarga saya dikampus sejak awal saya masuk ke Departemen Ilmu Politik. Terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah saya dapatkan disini, organisasi

(11)

yang layaknya seperti rumah, karena disini saya mendapatkan teman, abang, kakak, dan adik yang seperti keluarga kedua saya.

8. Terima kasih untuk kawan-kawan seperjuangan saya dalam menjalankan tugas sebagai presidium Political Entrepreneurship periode 2019/2020 hingga akhir Farid, Ade, Rahma, Tya, Sam, Doli, Putra, Arep, Amar.

Terima kasih telah berjuang bersama-sama dalam menjalankan Political Entrepreneurship.

9. Terima kasih kepada adik-adik saya di Political Entrepreneurship Miya, Hambali, Amel, Madan, Ijal, Zahra, Lovi, Nafisyah, Makcik, Aseng, Fatah, dan adik-adik saya yang lainnya yang sangat saya sayangi. Tetap semangat dalam menjalankan perkuliahan dan Political Entrepreneurship.

10. Terima kasih kepada staf Derpartemen Ilmu Politik yang terkhusus kepada ibunda kesayangan kak Emma Sari Dalimunthe dan pak Burhan yang selalu menasihati saya dan juga membantu saya dalam proses administrasi perkuliahan. Yang selalu menegur kenapa masih belum sempro/sidang, namun membuat saya sangat-sangat bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk para senior saya dalam Lembaga Kajian Political Entrepreneurship, terima kasih kepada abang dan kakak stambuk 2015 dan 2016, bang Dapa, Bang Topek, Bang Baco, Bang dukun, Aak Yasir, Bang Opal, Bang Aziz, Bang Wahyu, Kak Kus dan senior yang lainnya yang telah memberikan saya pembelajaran mengenai organisasi yang kelak akan berguna bagi saya untuk kedepannya.

12. Untuk sahabat-sahabat rumah saya Fivy Ridha Hairani dan Nurdila yang selalu ada menemani saya, selalu bersedia diajak main dan menjadi tempat saya merilekskan pikiran saat lelah dengan dunia kampus.

13. Untuk adik-adik saya di Political Entrepreneurship stambuk 2019 dan 2020 yang sangat saya sayangi, semangat terus untuk belajar di PE dan mengembangkan PE.

(12)

14. Last but not least, i wanna thank me, i wanna thank me for believing in me, i wanna for doing all this hard work, t wanna thank me for having no days off, i wanna thank me for never quitting.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi dan bahasa yang digunakan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis sendiri serta prara pembaca dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, 06 Agustus 2021 Penulis

Novriza Diana 170906036

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... vi

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.6. Literatur Review ... 8

1.7. Kerangka Teori Dan Konsep 1.7.1. Teori Kebijakan Luar Negeri ... 12

1.7.2. Teori Decision Making ... 15

1.7.3. Teori Idiosyncratic ... 18

1.7.4. Teori Sekuritisasi ... 22

1.8. Metodologi Penelitian 1.8.1. Metodologi penelitian ... 23

1.8.2. Jenis penelitian ... 24

1.8.3. Teknik pengumpulan data ... 24

1.8.4. Teknik analisis data ... 25

Sistematika Penulisan ... 26

(14)

BAB II PROFIL UMUM DONALD TRUMP DAN LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA TRAVEL BAN

2.1. Profil Umum ... 27

2.1.1. Masa Kecil dan kehidupan awal ... 28

2.1.2. Kehidupan Awal dan Karir ... 29

2.1.3. Karir Politik ... 30

2.2. Karakteristik Donald Trump ... 31

2.3. Sejarah Terbentuknya Kebijakan Travel Ban ... 33

2.3.1. Islamophobia di Amerika Serikat ... 33

2.3.2. Kemenangan Donald Trump pada Pemilu Amerika Serikat ... 41

2.3.3. Terbentuknya kebijakan travel ban ... 44

BAB III KEBIJAKAN TRAVEL BAN PADA MASA DONALD TRUMP 3.1. Kebijakan Travel Ban 3.1.1. Travel Ban 1.0 (Executive order 13769) ... 48

3.1.2. Travel Ban 2.0 (executive order 13780) ... 52

3.1.3. Travel Ban 3.0 (Presidential Proclamation 9645) ... 58

3.2. Faktor Pendorong Terbentuknya Kebijakan Travel Ban 3.2.1. Faktor Eksternal ... 62

3.2.2. Faktor Internal ... 71

3.3. Alasan pemilihan negara ... 74

3.4. Dampak Kebijakan Travel Ban ... 78

3.5. Respon International ... 80

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 82

4.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(15)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN Halaman

1.Meningkatnya jumlah tindak kekerasan anti-Muslim Dalam 12 Bulan ... 38 2.Imigran di Amerika Serikat, 1990-2014 ... 62

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Peristiwa kekerasan dan/atau perusakan berbasis sentimen

Anti-Muslim yang disorot oleh media lokal dan internasional ... 39

2. Pengecualian terhadap penangguhan imigrasi ... 54

3. Pengecualian kasus per kasus ... 55

4. Data Post Traumatic Stress Disorder pasca tragedi World Trade Center ... 72

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Imigrasi berasal dari istilah bahasa latin yaitu migration yang berarti perpindahan orang/penduduk dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat/

negara lain.1 Dalam konteks yang lebih kontemporer aktivitas imigrasi dapat diartikan sebagai suatu perubahan tempat tinggal, baik permanen maupun semi permanen yang dapat mencakup pendatang, imigran pekerja temporer, pekerja asing, mahasiswa maupun pendatang ilegal yang menyebrangi batas wilayah negara.2

Imigrasi ke Amerika Serikat merupakan pergerakan non-penduduk ke Amerika Serikat. Sepanjang sejarah Amerika Serikat, Imigrasi telah menjadi sumber terbesar untuk pertumbuhan penduduk dan perubahan budaya, aspek sosial, ekonomi, dan politik Amerika Serikat. imigrasi telah mengakibatkan kontroversi terhadap etnisitas,3 keuntungan ekonomi, pekerjaan untuk non- imigran, kejahatan, dan pola permukiman. Tahun 2006, Amerika Serikat lebih banyak menerima imigran legal sebagai penduduk permanen dibanding negara manapun di dunia.4

Amerika Serikat merupakan sebuah negara-negara yang besar, tidak hanya secara politik tetapi juga dari segi keragaman budaya, etnis, dan ras. Amerika Serikat disebut a cultural composite, yang mencakup bangsa asli dan imigran, orang yang dilahirkan di Amerika Serikat dan pendatang baru. Pada kenyataanya benua Amerika menjadi tumpuan banyak orang untuk dapat memasukinya, dan

1 Kiki Ariska Putri, “Pelaksanaan Pengawasan Keimigrasian Warga Negara Asing Di Kantor Imigrasi Kelas I Samarinda”. eJournal Ilmu Pemerintahan. Volume 4, Nomor 3, 2016, hal. 999

2 Dr. Abdul Haris, Gelombang Migrasi dan Jaringan (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005), hal. 8

3Etnisitas adalah sekelompok masyarakat yang mendiami tempat tertentu. Sekelompok masyarakat dalam wilayah tertentu tersebut memiliki ciri yang melekat diantara setiap anggota sebagai penanda bagian dari kelompok tersebut. http://www.pojokwacana.com/pengertian-etnisitas-dan-terbentuknya-identitas-nasional/

diakses pada 12 Maret 2021 pukul 20.27 WIB

4 Imigrasi ke Amerika Serikat. Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Imigrasi_ke_Amerika_Serikat diakses pada tanggal 03 Maret 2021 Pukul 11.05 WIB)

(18)

bahkan menetap dan menjadi warga negara Amerika Serikat. Sejak awal berdirinya, Amerika Serikat merupakan sebuah bangsa dari bangsa-bangsa.

Gelombang imigran sejak kedatangan para pemukim pertama di awal abad ke-17 telah membentuk bangsa ini menjadi tuan rumah dan labuhan harapan bagi jutaan orang dari seluruh penjuru dunia dengan latar belakang budaya dan agama.5

Bila melihat kondisi sosial sebelumnya, sampai dengan perang dunia ke II, masyarakat Amerika hanya mengenal satu kebudayaan yaitu kebudayaan kulit putih yang kristen. Sedangkan kelompok-kelompok sosial lainnya yang ada di dalam masyarakat tersebut digolongkan sebagai minoritas dengan segala hak-hak mereka yang dibatasi. Berbagai gejolak untuk persamaan hak bagi golongan minoritas dan kulit hitam serta kulit berwarna baru mulai muncul di Amerika Serikat pada akhir tahun 1950-an.6 Hingga puncaknya pada tahun 1960-an pada saat itu masih ada sebagian masyarakat yang merasa hak-hak sipilnya belum terpenuhi. Kelompok Amerika hitam, atau imigran Amerika latin atau etnik minoritas lainnya merasa belum terlindungi hak-hak sipilya. Atas dasar itulah, kemudian mereka mengembangkan multikulturalisme, yang menekankan pada penghargaan dan penghormatan terhadap hak-hak minoritas, baik dari segi etnik, ras, agama atau warna kulit.7

Sejak tahun 1970-an, multikulturalisme telah menjadi ideologi negara dan menjadi babak baru bukan hanya Amerika saja tetapi juga negara-negara Barat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era selanjutnya. Babak baru dimulai setelah berbagai usaha yang dilakukan negara dalam menerima kehadiran para imigran. Sementara itu, muncul pandangan yang menolak multikulturalisme dan berkembang pesat di negara-negara Eropa, mereka menganggap multikulturalisme telah gagal diterapkan di negara Eropa. Kegagalan tersebut disebabkan oleh faktor

5 Andi Suwirta dan Didin Saripudin, Sejarah adalah perubahan ( Bandung : Historia Utama Press. 2005) hal.

393

6 M. Amin Nurdin. “Kegagalan Politik Multikulturalisme dan Pelembagaan Islamofobia di negara Barat”.

Ilmu Ushuluddin, Volume 2, nomor 4, Juli 2015 hal. 350

7 Dr. Muslih, M.A. Menakar Multikulturalisme Di Amerika Pasca Peristiwa 9/11

(http://eprints.walisongo.ac.id/11281/1/Menakar_Multiculturalism_Amerika.pdf diakses pada 05 April 2021 pukul 20.12)

(19)

imigran (etnis) terutama yang beragama islam, Islam dianggap sebagai ancaman dan berbahaya bagi kehidupan bangsa barat, hal ini disebabkan karena ideologi Islam tidak bisa menyesuaikan dengan nilai-nilai sekuler seperti demokrasi, sekularisasi dan kesetaraan gender.8

Perdebatan mengenai kegagalan ideologi multikulturalisme dalam mengintegrasikan kaum imigran terutama kelompok muslim, ditandai sejak isu terorisme muncul menjadi isu global setelah serangan yang terjadi di Amerika Serikat pada 11 September 2011 atau yang biasa dikenal dengan peristiwa 9/11 (Nine Eleven) yaitu peristiwa terjadinya pemboman di gedung World Trade Center Amerika Serikat. Pasca serangan tersebut Amerika yang dipimpin oleh Presiden George W. Bush mendeklarasikan kebijakan Global War on Terorism.

Global War on Terorism adalah kebijakan yang mempunyai tujuan memerangi terorisme di seluruh dunia dengan Amerika Serikat sebagai pelopor dan juga pemipin kebijakan ini dan juga melawan taktik penyebaran ideologi terorisme dan segala bentuk terorisme internasional yang ada di seluruh dunia. Serangan 9/11 diyakini Amerika dilakukan oleh sekelompok teroris yang bernama Al- Qaeda yang diketuai oleh Osama Bin Laden yang dianggap harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.9 Kejadian ini menyebabkan masyarakat maupun pemerintah Amerika Serikat membentuk stigma buruk terhadap para imigran terutama muslim.

Setelah berakhirnya pemerintahan George W. Bush dalam menerapkan kebijakan war on teror, Presiden Amerika Serikat ke 44 Barack Obama justru melakukan pendekatan dengan negara-negara muslim sebagai kebijakan politik luar negerinya. Secara geoeconomy, geopolitic, dan geostrategi10 Wilayah Asia

8 M. Amin Nurdin. “Kegagalan Politik Multikulturalisme dan Pelembagaan Islamofobia di negara Barat”.

Ilmu Ushuluddin, Volume 2, nomor 4, Juli 2015 hal. 352

9 Aditya Wira Pratama, “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Memerangi Terorisme Di Suriah Pada Masa Pemerintahan Barack Obama”.

(https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/1914/12/Unikom_Aditya%20Wira%20Pratama_Jurnal%20Skripsi.pdf di akses pada 07 Maret 2021 pukul 10.44 WIB)

10 Geoeconomy adalah studi tentang aspek ruang, budaya, dan strategis sumber daya, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. Geopolitic adalah studi tentang pengaruh faktor geografis pada perilaku negara - bagaimana lokasi, iklim, sumber daya alam, penduduk, dan medan fisik menentukan pilihan kebijakan luar negeri suatu negara dan posisinya dalam hirarki Negara. Geostrategi

(20)

Pasifik, dan Asia Tenggara adalah salah satu modal Amerika Serikat yang diperhatikan. Melihat kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan yang menjanjikan dalam hal ekonomi. Dimana pada era pemerintahannya, Obama menggunakan Ekonomi sebagai landasan kuat dalam politik Amerika Serikat.

Selain itu, negara-negara muslim di Asia dan Timur Tengah memiliki peranan penting sebagai objek Politik Luar Negeri Amerika Serikat. Hal ini menyangkut perluasan pengaruh, hingga kepentingan perekonomian, seperti target penjualan senjata, mitra kerjasama dan lainnya. Adapun pendekatan terhadap negara-negara Muslim dilakukan oleh Obama untuk mengembalikan citra Amerika Serikat sebagai guardian of diplomacy yang memperioritaskan perdamaian.11 Hal itu dikarenakan setelah isu terorisme muncul menjadi kebijakan yang meluas, Islam dicurigai sebagai agama yang melahirkan radikalisme12 yang dianut oleh terorisme Islam Radikal. oleh karena itu, muslim kemudian menjadi korban munculnya salah tanggapan, banyaknya penganiayaan, selalu berpikir negatif atau rasa takut terhadap muslim (Islamophobia)13, dan sentiment negatif tentang Islam.

Pendekatan itu ditujukan untuk merangkul negara-negara muslim dengan bekerja sama memerangi terorisme.14

Selama masa kampanye, Obama dengan jelas menunujukkan bahwa dia pro-imigran. Kebijakan luar negeri keimigrasian pada era Barack Obama cenderung terbuka terhadap imigran. Dimana salah satu program Obama yaitu

adalah strategi yang digunakan oleh negara dalam memanfaatkan keadaan geografis untuk menentukan kebijakan, pembangunan, dan pencapaian kepentingan nasional. Fransiskus Danang Radityo, Gabriella Rara, Indah Amelia, Rifal Efraim, “Geopolitik Tiongkok Di Kawasan Asia Tenggara: Jalur Perdagangan (Obor)”.

Jurnal Asia Pacific Studies. Volume 3 Number 1 / January June 2019, hal. 86-87

11 Nur Amrina Taris, Aprylia (2014). Skripsi Perbandingan Kebijakan Luar Negeri AS Era George Walker Bush dan Barack Obama dalam Isu Terorisme. (Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) hlm. 86.

12 Radikalisme adalah suatu pandangan, paham dan gerakan yang menolak secara menyeluruh terhadap tatanan, tertib sosial dan paham politik yang ada dengan cara perubahan atau perombakan secara besar- besaran melalui jalan kekerasan. https://www.kajianpustaka.com/2019/12/pengertian-ciri-penyebab-dan- pencegahan-radikalisme.html diakses pada 12 Maret 2021 pukul 21.22 WIB

13 Islamophobia adalah bentuk ketakutan berupa kecemasan yang dialami seseorang maupun kelompok sosial terhadap Islam dan orang-orang Muslim yang bersumber dari pandangan yang tertutup tentang Islam serta disertai prasangka bahwa Islam sebagai agama yang “inferior” tidak pantas untuk berpengaruh terhadap nilai- nilai yang telah ada di masyarakat. Moordiningsih. “Islamophobia Dan Strategi Mengatasinya”. Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, Desember 2004, hal. 75

14 Nur Amrina Taris, Aprylia. Loc.Cit

(21)

Deferred Action for Childhood Arrivals atau DACA. DACA adalah kebijakan imigrasi Amerika Serikat yang mengizinkan imigran gelap yang dibawa ke negara tersebut saat masih anak-anak “dreamers” untuk mendapatkan penundaan deportasi15 Selama dua tahun dan juga bisa memperoleh izin kerja di Amerika Serikat. Program ini diciptakan pada tahun 2012 oleh presiden Barack Obama dengan tujuan untuk melindungi imigran muda yang memenuhi syarat untuk tinggal dan bekerja atau bersekolah di Amerika.16

Seletah pergantian kepemimpinan Barack Obama menjadi Donald Trump pada tahun 2017 terjadi perubahan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Dalam masa kampanye nya Donald Trump, kebijakan luar negeri mengenai imigrasi (imigran) menjadi salah satu aspek yang paling disorotnya. Wacana kebijakan pengungsi di Amerika merupakan salah satu janji kampanyenya yang dilatar belakangi karena tingginya angka kriminalitas yang disebabkan oleh imigran, khususnya yang tidak memiliki dokumen legal, mengakibatkan banyak warga negara Amerika Serikat mengalami kerugian seperti tindak kekerasan dan kriminalitas lainnya. Justifikasi keamanan nasional menjadi landasan utama adanya wacana kebijakan.17

Setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat, Trump mengabulkan salah satu janji kampanyenya dengan mengeluarkan perintah eksekutif (keputusan presiden) berjudul “protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States” atau perintah eksekutif 13769.18 Kebijakan ini disebut juga dengan Travel Ban karena dengan perintah eksekutif ini diturunkannya jumlah pengungsi yang masuk ke Amerika Serikat pada 2017 sampai 50.000, menangguhkan program penerimaan pengungsi Amerika Serikat

15 Deportasi adalah tindakan sepihak dari suatu negara pengusiran terhadap orang yang bukanlah warga negaranya (orang asing) dengan memerintahkan ke luar dari wilayahnya yang kehadirannya tidak

dikehendaki sama sekali. https://business-law.binus.ac.id/2016/10/14/antara-ekstradisi-dan-deportasi/ diakses pada 12 Maret 2021 pukul 21.32

16 Walters, “What is DACA and who are the dreamers?”

17 Ilham Fadil, “Analisis Karakteristik Personal Donald Trump Dalam Kebijakan Protecting The Nation From Foreign Terrorist Entry Into The United States”. Journal of International Relations, Volume 6, Nomor 2, 2020, hal. 259

18 Muhammad Arraf Rezkia Rachman, “Analisis Kebijakan Travel Ban Oleh Donald Trump”. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol.04, No.02, Tahun 2018, hal. 228

(22)

(USRAP) selama 120 hari, menghentikan masuknya pengungsi suriah tanpa batas waktu, mengarahkan beberapa sekretaris kabinet untuk menangguhkan masuknya negara yang tidak memenuhi standar penanganan berdasarkan undang-undang imigrasiAmerika Serikatselama 90 hari. Negara-negara ini adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim, seperti Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman. Akibatnya lebih dari 700 wisatawan ditahan dan lebih dari 60.000 visa “dicabut sementara”.19

Trump berdalih kebijakan tersebut diperolehnya demi keamanan nasional Amerika Serikatuntuk mencegah aksi terorisme di AS. Pemerintahan Trump menegaskan fokus kebijakan tersebut adalah negara-negara yang menjadi tempat berkembangnya terorisme yang kebetulan mayoritas warga negara muslim.

Menurutnya, tidak sedikit dari kelompok imigran tersebut diduga anggota ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang menyusup ke Amerika Serikat sebagai pencari suaka politik atau pengungsi internasional.20

Keluarnya kebijakan Travel ban ini juga dilatarbelakangi oleh karakteristik Donald Trump yang menekankan pada semangat mencintai tanah air dan bahkan mendahulukan kepentingan Amerika Serikat di atas yang lainnya melalui gagasan

“America First” dan “Make America Great Again”. Gagasan ini memberikan penekanan terhadap moralitas sikap semangat untuk membuat bangsa dan negaranya menjadi lebih baik dengan penekanan terhadap identitas dan kepentingan negaranya yang menjadi figur utama melandasi pemerintahannya.21 Menurut Trump terdapat potensi merugikan dari para imigran terhadap kehidupan bangsa dan negaranya. Dan dengan sikap nasionalsimenya Trump memberikan solusi nyata melalui otoritas kebijakannya agar negaranya tidak dirugikan. Tujuan utama dari perintah ini adalah untuk memastikan orang yang tidak sejalan dengan

19 Ibid

20 Adirini Pujayanti, “Kebijakan Imigrasi Pemerintahan Presiden Donald Trump”. Peneliti Madya Masalah- masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian,

Badan Keahlian DPR RI. Vol. IX, No. 03/I/Puslit/Februari/2017, hal. 5-6

21 Ilham Fadil, “Analisis Karakteristik Personal Donald Trump Dalam Kebijakan Protecting The Nation From Foreign Terrorist Entry Into The United States”. Journal of International Relations, Volume 6, Nomor 2, 2020, hal. 259

(23)

Amerika akan dicegah untuk memasuki wilayah Amerika Serikat serta memberikan perlindungan bagi warga negaranya. Kebijakan ini juga termasuk kedalam reformasi kebijakan mengenai keimigrasian yang lemah dibawah pemerintahan Barack Obama.22

Kebijakan imigrasi Presiden Trump ini menimbulkan reaksi penolakan dari dalam negeri Amerika Serikat itu sendiri. Kebijakan ini dianggap bertentangan dengan nilai-nilai bangsa Amerika yang meyakini negaranya sebagai tanah kebebasan dan harapan. Selain itu, kebijakan ini juga bertentangan dengan identitas masyarakat Amerika yang bersifat multikultural. Oleh karena itu, Berdasarkan Latar Belakang di atas, peneliti bermaksud dan tertarik untuk meneliti latar belakang terbentuknya kebijakan ini, mengapa Donald Trump sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Amerika Serikat pada tahun 2016 membuat kebijakan Travel ban ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu: Mengapa Donald Trump membuat kebijakan Travel Ban

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah latar belakang terbentuknya kebijakan Travel Ban.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya kebijakan Travel Ban.

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Donald Trump membuat kebijakan Travel Ban.

22 Ibid

(24)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hubungan internasional terkait dengan politik Amerika Serikat khususnya mengenai kebijakan Travel Ban Donald Trump terkait pembatasan imigran muslim di Amerika Serikat yang didapat melalui buku, jurnal maupun media massa.

2. Secara Akademis, penelitian diharapkan dapat menambah data maupun refrensi serta media informasi bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan menciptakan karya tulis sebagai bekal dalam mencapai gelar sarjana.

1.6. Literatur Review

Beberapa penelitian terdahulu di bawah ini menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini, sehingga penulis dapat memastikan tidak atau belum ada penelitian yang sama dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu juga menjadi referensi dan kajian bagi penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang menjadi referensi bagi penulis yaitu:

Pertama, jurnal dari penulis Eko Rujito, DA yang berjudul WASP dan Identitas Amerika,23 dalam tulisan ini Rujito memandang bahwa identitas Amerika tidak terlepas dari budaya WASP (White Anglo Saxo Protestan) atau kelompok Britania di Amerika Serikat, yang pada umumnya kaya raya dan memiliki koneksi yang bagus. Menurut Rujito yang membentuk sistem kebangsaan di Amerika Serikat itu sendiri adalah WASP. Hal itu dapat dilihat dari sejak terbentuknya Amerika Serikat merupakan pemukim dari orang-orang Inggris yang datang pada abad ke 17 dengan latar belakang Anglo Saxon yang berkeyakinan Protestan. Sehingga

23Eko Rujito, DA. WASP dan identitas Amerika

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132326890/penelitian/wasp-dan-identitas-amerika.pdf

(25)

tidak dapat dipungkiri, budaya dan etika Anglo Saxon telah membentuk Amerika menjadi bangsa seperti sekarang ini. Menurut Rujito, adanya ide ‘melting pot’

atau Anglo Comformity membuat para imigran yang datang ke Amerika Serikat dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda menjadi jalan keluar bagi mereka untuk menjadi orang Amerika. mereka mengalami proses asimilasi agar selaras dengan budaya WASP dengan itikad dan kesediaan untuk meyakini kebebasan Amerika, Protestanisme Amerika dan etika-etika budaya mainstrem.Namun, dalam perkembangan selanjutnya ketika komposisi etnik Amerika semakin beragam. Teori melting pot di kritik hal ini diperkuat dengan tulisan dari Dr. Muslih, M.A yang berjudul menakar multikulturalisme di Amerika pasca peristiwa 9/11 yang menjelaskan tentang teori baru yaitu Salad Bowl, yang tidak menghilangkan budaya asal, tetapi sebaliknya kultur-kultur lain diluar White Anglo Saxon (WASP) diakomodir dengan baik dan masing-masing berkontribusi untuk membangun budaya Amerika, sebagai budaya nasional.

Namun demikian, lebih beratus-ratus tahun para imigran datang ke Amerika Serikat, dengan latar belakang dan agama yang berbeda-beda, budaya inti White Anglo Saxon Protestan ini tidak lenyap.

Penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan oleh Eko Rujito berfokus pada budaya WASP sebagai pembentuk identitas Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan oleh Rujito merupakan referensi dan rujukan penulis untuk mengetahui identitas Amerika yang merupakan negara dengan multikulturalisme yang tinggi. Adapun perbedaan antara tulisan Rujito dengan penulis yaitu dimana tulisan Rujito membahas tentang sejarah dan Identitas Amerika Serikat yang dibentuk oleh para migran, sedangkan penelitian penulis membahas tentang kebijakan Donald Trump yang dinilai bertentangan dengan sejarah Amerika Serikat sebagai negara imigran. Ia justru membatasi datangnya imigran dari luar negeri.

(26)

Kedua, penelitian skripsi karya Firda Nabila yang berjudul analisis langkah sekuritisasi oleh Amerika Serikat melalui kebijakan Travel Ban Donald Trump 2016-2018.24 Firda mengatakan Amerika Serikat yang notabenya merupakan salah satu negara yang dikenal dengan multikulturalisme yang tinggi serta merupakan salah satu negara yang banyak dijadikan tujuan imigran dan pengungsi untuk tinggal dan mencari perlindungan dari negara-negara berkonflik.

Kebijakan travel ban yang dilakukan oleh Donald Trump dinilai bertentangan dengan nilai tersebut. Kebijakan ini menimbulkan banyak kontroversi di dunia internasional. Hal ini justru menyebabkan hubungan Amerika Serikat dengan enam negara mayoritas muslim justru semakin tegang. Menurut Firda perintah eksekutif Trump berupa kebijakan Travel Ban sebagai langkah sekuritisasi oleh Amerika Serikat adalah tindakan yang tidak masuk akal. Hal ini justru tidak menciptakan kondisi keamanan yang stabil. Banyak terjadi demo masa yang menjadi bagian dari unjuk rasa penolakan terhadap kebijakan travel ban tersebut baik yang dilakukan oleh penduduk asli Amerika maupun para imigran.

Dengan menggunakan konsep Securitization yang di pelopori oleh Buzan dkk yaitu ancaman yang dibentuk oleh aktor sekuritisasi menjadi sebuah isu keamanan. Donald Trump sebagai aktor sekuritisasi telah memandang masalah imigran yang terjadi di Amerika Serikat sebagai ancaman keamanan. Bentuk ancaman tersebut berupa terorisme terhadap masyarakat Amerika Serikat sebagai objek rujukan. Karena kebijakan travel ban telah memenuhi indikator ancaman eksistensial, langkah darurat dan pelanggaran aturan. Amerika Serikat mengklaim bahwa kebijakan kebijakan Travel ban ini dilakukan sebagai langkah sekuritisasi melalui emergency action.

Walaupun skripsi yang ditulis oleh Firda dan penulis terlihat sama. Namun, adapun perbedaan skripsi yang di tulis oleh Firda Nabila dan penelitian ini yaitu skripsi yang di tulis oleh Firda berfokus pada analisis langkah sekuritisasi yang

24Firda Nabila, Skripsi: “Analisis langkah sekuritisasi oleh Amerika Serikat melalui kebijakan travel ban Donald Trump 2016-2018” ( Yogyakarta: UII, 2020)

(27)

dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap kondisi keamanannya. Sedangkan penulis berfokus pada latar belakang terbentuknya kebijakan travel ban.

Ketiga, Penelitian skripsi karya Anggita Larasati Sisdayanti dengan judul Alasan Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Travel Ban di Era Donald Trump.25 Anggita mengatakan kebijakan yang diambil oleh Donald Trump cenderung menitikberatkan hanya pada satu pihak. Contohnya dalam kasus ini, terdapat tujuh negara yang merupakan negara muslim yaitu, Iran, Irak, Suriah, Libya, Somalia, Yaman dan Sudan. Pembatasan ini merupakan salah satu bentuk dari pengontrolan keimigrasian yang membatasi masuknya imigran dan juga menunda penerimaan pengungsi. Ketujuh negara tersebut menurut Amerika Serikat masuk ke dalam kategori “negara-negara yang diwaspadai.”

Dengan menggunakan teori Foreign Policy Adaptation yang melihat politik luar negeri sebagai salah satu konsekuensi dari adanya perubahan di lingkup internal (perubahan struktural) dan eksternal dan leadership. Dalam hal ini adanya perkembangan arus migrasi internasional menimbulkan berbagai dampak positif maupun negatif. Kehadiran imigran dikhawatirkan akan mengancam kestabilan negara hal tersebut didukung oleh ucapan Donald Trump selaku presiden Amerika Serikat untuk menjaga dan melindungi warga Amerika Serikat dari ancaman serangan asing. Walaupun topik pembahasan Anggita sama dengan penelitian penulis, namun penelitian penulis dengan Anggita tetap dua penelitian berbeda. Hal tersebut terlihat pada objek pembahasan penelitian Anggita yang berfokus terhadap rasionaltias Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan travel ban berdasarkan alasan Amerika Serikat untuk menjaga keamanan Amerika Serikat, penulis berfokus kepada sosok Donald Trump sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Amerika Serikat. Terlihat bahwa Donald Trump ingin menempatkan kepentingan warga negaranya di atas kepentingannya.

25Anggita Larasati Sisdayanti, Skripsi: “Alasan Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Travel Ban di era Donald Trump” ( Malang: UMM, 2019)

(28)

1.7. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui.26 Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggambarkan masalah penelitian yang menjadi objek di dalam penelitian, penelitian menggunakan teori yaitu :

1.7.1. Kebijakan Luar Negeri

Defenisi yang standar menyatakan bahwa politik luar negeri adalah politik untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekuasaan dan kemampuan yang ada.27 William Nester menyebutkan bahwa politik luar negeri secara luas adalah serangkaian tujuan-tujuan nasional dan strategi-strategi yang memandu pembentukan/perumusan kebijakan-kebijakan tertentu yang mempengaruhi pada isu-isu tertentu.

Politik luar negeri dengan demikian mencakup tujuan-tujuan tertentu yang dikejar para pemimpin dalam sistem global (internasional), nilai-nilai yang membentuk tujuan tersebut dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.28

Dalam pergaulan Internasional setiap bangsa melakukan Politik Luar Negeri yaitu berupa kumpulan kebijakan atau setiap yang ditetapkan oleh suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lain yang diabdikan kepada kepentingan nasional negara-negaranya.29

Menurut Joshua Goldstein mengatakan bahwa pengertian kebijakan luar negeri adalah strategi-strategi yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan aksi mereka di dunia internasional.30 Sedangkan menurut K J

26 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu Penelitian (Mandar Maju : Bandung,1994) hal. 80

27 Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, (Jakarta : Sinar Harapan. 1989), hal. 110

28 Ambarwati dan Subarno Wijatmadja, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, (Malang : Intrans Publishing. 2016), hal. 126

29 Ahmad Rustandi SH dan Zul Afdi Ardian SH. Tata Negara Jilid 2 (Jakarta : Armico.1988) hal. 202

30 Joshua Goldstein, International Relations (New York : Longman. 1999) hal. 147

(29)

Holsti kebijakan luar negeri merupakan suatu strategi yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan kedalam terminologi kepentingan nasional.31 Kebijakan luar negeri sebagai the decisions governing authorities make to realize international goals.32

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan luar negeri merupakan bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain di bidang-bidang ekonomi, politik, sosial maupun militer dalam mencapai tujuan negara tersebut.

Landasan pembuatan sumber kebijakan luar negeri Amerika Serikat, antara lain meliputi :33

a. External Sources (sumber eksternal) meliputi atribut-atribut yang ada pada sistem internasional dan pada karakteristik serta sikap suatu negara dalam menjalaninya, external sources mencakup perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal, kebijakan dan tindakan dari negara lain baik itu konflik maupun kerja sama, ancaman, dukungan yang baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi Foreign Policy suatu negara

b. Societal sources (sumber masyarakat) yaitu seluruh karakteristik sosial domestik dan sistem politik yang membentuk orientasi masyarakat terhadap dunia. Intinya adalah seluruh aspek non pemerintah dari sistem politik yang mempengaruhi foreign policy.

Hal ini meliputi keadaan geografis, etnis, nilai atau norma yang berkembang di masyarakat, populasi, opini publik dan lain-lain.

c. Governmental sources (sumber pemeritah) meliputi seluruh elemen dari struktur pemerintahan yang memberikan pertimbangan-

31 K.J Holsti, International Politics : A framework for Analysis, (New Jersey : Preticen-Hall. 2010) hal. 107

32 Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik (Bandung : Alumni. 2009) hal. 64-65

33 Eugene R Wittkoff, Charles W Jr Kegley dan James M Scott, American Foreign Policy, Sixth Edition (United States Thomson Wadsworth, 2003) hal. 16-19

(30)

pertimbangan akan pilihan foreign policy baik yang sifatnya memperluas atau membatasi pilihan yang akan diambil oleh para pembuat kebijakan, tentunya dalam lingkungan serta interaksi atar pihak-pihak di dalam pemerintahan.

d. Role sources (sumber peranan), role disini terkait dengan peranan atau status dari pemerintah sebagai pembuat keputusan

e. Individual sources (sumber individu) meliputi nilai-nilai dari seorang pemimpin atau pengambil keputusan sebagai ideologinya, pengalaman hidupnya, masa kecilnya, latar belakang pendidikannya, segala sesuatu yang mempengaruhi persepsinya, karakter dan lain- lain. Hal-hal inilah yang mempengaruhi persepsi, pilihan-pilihan dan repson atau reaksi dari seorang pengambil keputusan dari pengambil keputusan yang lain.

Kebijakan luar negeri merupakan upaya dan usaha pemerintah melalui segala sikap dan aktivitas dalam memperoleh keuntungan eksternalnya. Kebijakan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dimasa yang akan mendatang. Ungkapan Rosenau ini sangat menarik untuk dikutip yaitu mengenai kebijakan luar negeri yang merupakan sebuah upaya dan usaha pemerintah melalui segala sikap dan aktivitas dalam memperoleh keuntungan eksternalnya. Kebijakan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup negara dimasa mendatang. Ungkapan Rosenau ini sangat menarik untuk dikutip yaitu mengenai kebijakan luar negeri yang memiliki landasan atau konsep dasar dalam menjalankan hubungan negaranya dengan kejadian di lingkungan eksternalnya.34

34 Yanyan Mochammad Yani disampaikan pada acara sistem politik luar negeri bagi perwira sekolah staf dan komando TNI AU, (Bandung : 16 Mei 2007) hal.29

(31)

1.7.2. Teori Decision Making

Menurut Snyder pengertian teori decision making yang berasumsi bahwa melalui teori decision making akan mengetahui perilaku Negara dalam hubungan internasional. Snyder juga menjelaskan yang mana teori decision maker dalam proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Hal ini juga yang menjadikan alasan mengapa diambilnya kebijakan luar negeri suatu Negara.35 G. R Terry mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.36

Decision making (pengambilan keputusan), muncul pada 1950-an di Amerika Serikat. Herbert A. Simon adalah orang yang pertama yang menggunakan konsep “pengambilan keputusan” dalam buku yang berjudul Amninistrative Organization telah terbit pada tahun 1947. Sejak saat itu,

“pengambilan keputusan” telah banyak digunakan diseluruh dunia.

Banyak ahli telah menginterpretasikan makna pengambilan keputusan dari perspektif yang berbeda. Beberapa percaya bahwa pengambilan keputusan adalah proses perbandingan dan seleksi atas pilihan-pilihan alternatif yang telah di buat, pengambilan keputusan mengacu pada semua kegiatan dimana orang mencoba untuk menentukan tujuan dari perilaku, kemudian dalam bidang politik pengambilan keputusan digunakan sebagai penggambaran untuk negara dalam membuat suatu kebijakan.37

Bruck dan Sapin memiliki perspektif mengenai teori decision making merupakan salah satu cara untuk memahami perilaku negara dalam hubungan internasional. Decision making memiliki struktur dan ruang lingkup pada sistem domestik (internal) dan sistem internasional

35 Widia. 2018. Teori Decision Making. https://dspace.uii.ac.id/ diakses pada 18 Maret 2021 pukul 11.43 WIB

36 Ibnu syamsi, Pengambilan keputusan dan sistem informasi (Jakarta : Bumi aksara, 2000) hal. 5

37 Widia. Loc.Cit

(32)

(eksternal) yang harus dipertimbangkan oleh negara. Faktor interaksi internal dan eksternal akan membentuk preferensi negara pada pembuatan kebijakan luar negeri. Faktor internal lebih menekankan struktur internasional seperti hubungan negara lain serta situasi dunia.

Pembentukan pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor internal adalah cara masyarakat diorganisasikan dan berfungsi, seperti politik domestik, opini publik, sikap publik, posisi geografis dan kekuatan nasional. Sementara faktor eksternal adalah situasi dan kondisi yang ada diluar wilayah negara tersebut seperti aksi dan reaksi dari negara lain serta situasi dunia. Faktor internal seperti politik domestik lebih mengacu situasi kondisi politik domestik salah satunya adalah peran partai politik yang mempengaruhi diambilnya kebijakan karena dalam sistem politik yang memungkinkan banyak, menyoroti peran partai politik dalam proses pengambilan keputusan, apakah partai-partai ini berpartisipasi dalam pemerintahan dengan tingkat pengaruh yang berbeda. Partai politik berusaha mencapai tujuan mereka sendiri dalam persaingan satu sama lain, dengan tujuan untuk memenangkan jabatan, jadi mereka mungkin mendukung isu-isu bukan demi maslah itu sendiri, tapi untuk memenangkan suara semaksimal mungkin.38

Selain itu opini publik juga berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Opini publik sebagai ungkapan sejumlah besar pendapat dari masyarakat. dapat dikatakan bahwa opini publik merupakan salah satu faktor terpenting yang diterapkan oleh pengambil keputusan dalam perhitungan. Peran opini publik dalam proses ini di bawah sistem demokrasi, dimana ada kebebasan bereskpresi yang lebih besar, namun kita harus memperhatikan hal yang penting, kebebasan yang terkait dengan ekspresi yang berbeda berarti bahwa opini publik berperan aktif

38 Synder. Foreign Policy Decision Making (Jakarta : Gramedia. 2002) hal. 203

(33)

dalam proses pengambilan keputusan, di bawah sistem ini dapat menyesatkan opini publik, yang bertujuan dengan diarahkan, diinginkn maka hal ini dapat disebut sebagai sistem informasi yang menyesatkan.39 Opini publik dapat berperan aktif dengan adanya pemberitaan atau tulisan- tulisan di media yang bertujuan untuk membentuk para pembaca agar memiliki perspektif yang diinginkan oleh pembuat tulisan tersebut. Maka perihal ini pembuat keputusan harus mempertimbangkannya, karena melalui tulisan serta pemberitaan yang telah dibuat memungkinkan untuk memecah belah individu atau kelompok. Dalam hal ini dikatakan bahwa kebijakan yang telah dibuat menimbulkan pro dan kontra dimasyarakat.

Sikap publik terhadap pengambilan keputusan juga berperan aktif sebagai salah satu faktor yang terlihat serta akan menunjukkan mengenai diterima atau tidaknya kebijakan yang telah dibuat baik dalam nasional maupun internasional. Sikap publik dan opini publik merupakan bagian yang tak terpisahkan, melalui adanya pemberitaan atau tulisan yang bertujuan untuk membentuk perspektif individu atau kelompok sehingga sama-sama dapat menimbulkan respon dari sikap publik mengenai kebijakan yang tekah dibuat oleh pembuat keputusan. Sikap publik merupakan adanya proses rangsang individu atau kelompok terhadap kebijakan yang telah dibuat. Dalam hal ini individu atau kelompok yang kontra terhadap kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah menunjukkan ketidak puasannya, salah satunya dengan melakukan turun ke jalan atau melakukan demonstrasi. Hal ini bertujuan untuk menekan pemerintah agar melakukan peninjauan ualng kembali terhadap kebijakan yang telah dibuat. Selain itu, pengambilan keputusan politik dipengaruhi juga oleh lingkungan geografis atau posisi geografis. Keadaan geografis negara termasuk dalam batas geopolitik yang dimana suatu negara memiliki

39 Ibid. Hal 204-205

(34)

dampak besar pada perpolitikan di negara lain.40 Dalam hal ini dikatakan apabila negara A memiliki kebijakan mengenai isu tertentu, dan apabila hal itu akan mempengaruhi preferensi negara B yang merupakan negara tetangga atau bagian dari ruang lingkup regional dari negara A maka tentunya preferensi negara B akan represif untuk merepson mengenai kebijakan yang dibuat oleh negara A.41

Sementara faktor eksternal yaitu, kondisi yang ada diluar wilayah negara tersebut seperti aksi dan reaksi dari negara lain, serta adanya campur tangan dari organisasi internasional dan regional. Faktor eksternal menghubungkan tentang hubungan antara negara-negara dalam sistem internasional dan negara sebagai aktor dalam proses pembuat keputusan.

Tindakan yang dilakukan oleh negara di tingkat internasional sudah diatur oleh kepentingan nasional. Pada level internasional adanya negara lain hingga organisasi internasional yang dapat menekan negara pada tingkat analisis internasional. Kehadiran organisasi internasional seperti PBB, organisasi regional dan sebagiannya akan mempengaruhi pembuat keputusan dalam membuat kebijakan. Pertimbangan mengenai tekanan dari organisasi internasional lebih mungkin terjadi, ketika organisasi semacam itu menekan negara A untuk mengambil posisi dengan menerapkan norma dan peraturan organisasi yang telah dibuat, maka kemungkinan ini untuk mempengaruhi preferensi negara A. Disamping itu, kebijakan luar negeri suatu negara akan dapat mempengaruhi negara lain di wilayah regional maupun internasional.42

1.7.3. Idiosyncratic

Idiosyncratic senantiasa berkenaan dengan persepsi, image dan karakteristik pribadi si pembuat keputusan politik luar negeri, antara lain

40 Ibid. Hal 206

41 Ibid hal 208

42 Berny Gomulya. Problem Solving and Decision Making for Improvement (Jakarta : Gramedia. 2013) hal.

62

(35)

terlihat di dalam kondisi-kondisi seperti, ketenangan versus tergesa-gesa;

kemarahan versus prudensi; pragmatis versus ideologi yang bersifat pembasmian atau pemberantasan; ketakutan versus sikap percaya diri yang berlebihan; keunggulan versus keterbelakangan; kreativitas versus penghancuran.43

Idiosyncratic merupakan penggabungan istilah yang terbentuk dari penggabungan kata ideologi dan syncratic atau syncratis. Ideologi menurut Anthonio Gramscy adalah kerangka atau paradigma analisis untuk memahami dan menyelesaikan masalah. Dan syncratic adalah perpaduan semua yang baik dari semua yang ada. Idiosyncratic dapat digunakan dalam analisa politik luar negeri suatu negara bila pengaruh yang dihasilkan oleh seorang individu dalam pembuatan kebijakan adalah total. Dan untuk membuat suatu kebijakan, individu akan dipengaruhi oleh latar belakang, arus informasi yang diketahui, keinginan yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai (occasion for decision) individu tersebut.

Kuatnya pengaruh seorang individu dalam decision making process pada akhirnya akan memunculkan istilah idiosyncratic dalam politik luar negeri. Idiosyncratic mempelajari hal-hal yang mempengaruhi seorang individu dalam pembuatan kebijakan yang memiliki pengaruh pada hubungan luar negeri.44

Idiosyncratic adalah semua aspek yang dimiliki oleh pembuat keputusan, nilai, bakat, dan pengalaman sebelumnya yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan ataupun kebijakan yang dilakukannya.

James Couloumbis dan Wolfe mendefenisikan faktor idiosyncratic sebagai salah satu variabel yang berkaitan dengan persepsi, citra (image), dan karakteristik pribadi individu pembuat keputusan. Margaret Herman berpendapat bahwa dengan menganalisa idiosyncrates, karakteristik, dan

43P. Anthonius sitepu. Studi Hubungan Internasional ( Yogyakarta : Graha Ilmu.2011) hal. 86

44 M bayu Saputra, “Faktor idiosyncratic Raul Castro dalam perubahan hubungan luar negeri Kuba-Amerika Serikat”, Global Political Studies Jurnal, Vol. 2, No. 1, 2018, hal 9

(36)

kepribadian, prediksi mengenai proses pengambilan keputusan sebuah kebijakan luar negeri dapat tercipta karena proses penganalisaan tersebut dapat menciptakan sebuah gambaran yang jelas tentang perilaku pengambil keputusan. Prediksi tersebut dibuat dengan cara pemetaan kognitif dan analisis kognitif dan psikologis yang mempengaruhi pengambilan sebuah kebijakan, sehingga sangat penting untuk mengenali bahwa kepribadian dan kognisi saling berkaitan satu dan yang lainnya.45

Karakteristik individu akan menghasilkan perbedaan pada orientasi individu tersebut terhadap kepribadian politik. Herman dan Falkowski memberikan karakteristik pribadi yang merefleksikan kepribadian politik, yaitu :46

1. Ekspansonist

Individu tidak ingin kehilangan kontrol. Mempunyai keinginan untuk memiliki control yang besar (high need for power), memiliki kemampuan yang rendah dalam menyadari adanya beberapa alternative pilihan pembuatan keputusan (low conceptual complexity) dan mempunyai ketidak percayaan terhadap orang lain. Namun individu yang berkarakter nasionalis mempunyai kehendak yang kuat dalam memelihara kedaulatan dan integrasi negara (high nasionalism). Individu tidak mementingkan arti hubungan pertemanan dan memiliki tingkat inisiatif yang tinggi. Tipe expansionist ini menggunakan agresifitas dalam mewujudkan tujuannya.

2. Active independent

Individu semacam ini memiliki keinginan besar untuk berpartisipasi dalam komunitas internasional tanpa membahayakan hubungan yang sudah terjalin dengan negara-negara lain. Individu akan berusaha mempertahankan kebebasan berusaha untuk menggalang hubungan

45 Ibid

46Ibid, hal. 9-10

(37)

sebanyak mungkin. Ciri-ciri individu yang masuk golongan ini adalah high nasionalism, high conceptual complexity, high believe in own control, high need of affiliation, low distrus to others, low need for power.

3. Influential

Individu berusaha menjadi pusat dari lingkungan, mempunyai kehendak dan hasrat untuk mempengaruhi kebijakan politik luar negeri negara lain. Pemimpin dengan karakter seperti ini akan menciptakan bahwa tujuannya adalah yang paling penting dibandingkan yang lain. Pemimpin negara akan bersikap protektif dengan negara-negara yang menentangnya. Ciri-cirinya adalah, high nasionalism, low conceptual complexity, high believe in own control, low need of affiliation, high distrus to others, high need for power.

4. Mediator

Karakter individu ini sering menyatukan perbedaan diantara negara dan memainkan peran “go-between”. Pemimpin mendapatkan negara-negara sebagai perwujudan perdamaian dunia dan selalu mencoba untuk menyelesaikan permasalahan dunia. Ciri-cirinya adalah low nasionalism, low distrus of others, high believe in own control, high need for affiliation, high need for power. Pada umumnya pemimpin seperti ini senang berada dibelakang layar.

Meskipun memberikan implikasi kepada negara lain namun menghindari intervensi.

5. Opportunist

Seseorang yang berusaha tampil bijaksana, yang bertujuan untuk mengambil keuntungan dari keadaan yang dihadapi. Pemimpin seperti ini biasanya mengeluarkan kebijakan berdasarkan apa yang ia anggap perlu dan sedikit mengesampingkan komitmen ideologi. Ciri- cirinya adalah low nasionalism, high conceptual complexity, low

(38)

believe in own control, low need of affiliation, low distrus to others, low need for power.

6. Participative

Mempunyai hasrat untuk memfasilitasi keterlibatan sebuah negara dalam arena internasional. Individu seperti ini tertarik untuk mencari yang berharga untuk negara dan mencari alternative solusi dari permasalahan yang dihadapi negara atau negara lain. Ciri-cirinya adalah low nasionalism, high conceptual complexity, low believe in own control over events, high need of affiliation, low distrus to others, low need for power.

1.7.4. Teori Sekuritisasi

Teori Securitization atau sekuritisasi sesungguhnya adalah salah satu varian dari teori keamanan yang tergolong lebih berkembang dibandingkan teori keamanan tradisional. Teori keamanan tradisional terfokus pada permasalahan seperti ancaman militer dan aktor negara sedangkan teori sekuritisasi mengandung pemahaman dan pengertian yang lebih luas daripada sektor ancaman tradisional tersebut dengan aktor utama adalah negara.

Kontribusi pendekatan ini telah memperkaya perdebatan tentang hakikat keamanan dan siapa serta bagaimana keamanan dilakukan.47

Menurut Barry Buzan, Ole Waever dan Jaap de Wilde yang dikenal sebagai kelompok Copenhagen School, Sekuritisasi adalah

“...the move that takes ... beyond the established rules of the game and frames the issue as either a special kind of politics or as above politics. Dalam kaitan ini maka istilah sekuritisasi secara sederhana dipahami sebagai suatu proses dimana suatu isu dipahami sebagai suatu masalah keamanan. Pada hakekatnya sekuritisasi adalah

47Sartika Soesilowati, “Sekuritisasi ‘Manusia perahu’ : efektifkah?”, global & strategi, vol.8, No. 1, 2011, hal. 128

(39)

suatu cara pandang dalam memahami atau memperlakukan isu yang berkembang sebagai suatu bahaya yang luar biasa disertai ancaman tingkat tinggi di luar batas kewajaran yang ada.48

Keberhasilan suatu aktor dalam menunjukkan suatu isu menjadi sebuah ancaman bergantung pada keberhasilan aktor dalam mewacanakan keamanan. Pola tersebut merupakan konsep yang dikembangkan oleh Weaver yang dikenal dengan istilah sekuritisasi. Sekuritisasi melihat bagaimana suatu isu ditafsirkan, dikonstruksikan, dan di persepsikan sebagai suatu isu keamanan.

Oleh karena itu, Buzan menjelaskan bahwa sekuritisasi punya kaitan erat dengan politisasi karena pemaknaan sebuah isu menjadi isu keamanan adalah wewenang dari negara sebagai otoritas tertinggi. sekurtitisasi berbicara mengenai kebijakan publik. Jika keamanan dimaknai sebagai sebuah kebertahanan (survival) dari ancaman eksistensial, maka sekuritisasi mengkonstruksi apa dan siapa yang menjadi ancaman eksistensial termasuk cara-cara menghadapinya.49

1.8. Metodologi Penelitian

1.8.1. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa saja yang berkaitan dengan penelitian. Metode penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati.50

48 Ibid

49 Putri Lestari, “Frontex ( European border and coast guard agency) securitization agenda in greece illegal immigrants crisis”, JOM FISIP. VOL. 5, 2018, hal. 4

50 Bagong Suyanto. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan (Jakarta : Kencana 2005) hal 166

Gambar

Gambar 1 Meningkatnya jumlah tindak kekerasan anti-Muslim dalam 12 bulan.
Tabel 1 Daftar peristiwa kekerasan dan/atau perusakan berbasis sentimen Anti- Anti-Muslim yang disorot oleh media lokal dan Internasional
Tabel 2 pengecualian terhadap penangguhan imigrasi
Tabel 3 Pengecualian kasus per kasus
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Perlindungan hukum desain Indistri Secara substantif, dalam Undang-Undang Desain Industri terdiri dari 57 pasal tersebut mengatur beberapa hal penting berkaitan

Etabs dengan memperhitungkan berat beban yang harus diterima oleh bangunan baik itu beban hidup, beban mati, dan beban gempa,

Secara amnya, jika dilihat purata min bagi setiap bahagian seperti dalam jadual 7, dapat digambarkan bahawa persepsi pelajar terhadap aktiviti kokurikulum berada dalam

Meskipun kamus dapat berguna dalam menyediakan suatu definisi kata tetapi ia tidak menggambarkan secara akurat arti dan variasi arti kata yang biasa digunakan pada bahasa

Dengan demikian, dikarenakan banyak item orientasi bakat yang ragu-ragu atau kriteria penilaiannya rendah, dan 4 item sesuai atau kriteria penilaian cukup maka orientasi

Kemampuan pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya