PENGANTAR
KEBIJAKAN
KESEHATAN
Bahan Kajian
• Nilai dan kedudukan kesehatan
• Kebijakan publik
• Kebijakan kesehatan
• Sistem dan komponen kebijakan
• Hirarki kebijakan kesehatan
Nilai dan Kedudukan Kesehatan
SEHAT
Keadaan sejahtera dari aspek
fisik, mental dan sosial, dan tidak hanya terbebasnya seseorang dari penyakit ataupun kecacatan
(WHO, 1946)
The Universal Declaration of Human Right (UNO – 1948)
Everyone has the right to a standard of living
adequate for health and well-being of himself and his family, including food, clothing, housing, and medical care and necessary social services, and the right to security in the even of unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood in circumstances beyond his control
Sehat adalah hak asasi manusia
The International Covenant of Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR)
Every human being has right to an environment with minimum health risks, and has access to
health services that can prevent or alleviate their
suffering, treat disease, and help maintain and
promote good health throughout the individual’s
life
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 1978 pasal V menyebutkan:
“
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk
kesehatan rakyatnya yang bisa dipenuhi hanya
dengan adanya ketetapan mengenai ukuran-
ukuran yang cukup dalam hal kesehatan dan
sosial”
Penting dan kritisnya bidang kesehatan ini antara lain ternyatakan dengan fakta – fakta bahwa:
1.Kebijakan bahwa kesehatan tumbuh dengan cepat, dan termasuk dalam wilayah yang sering menjadi
bahan perdebatan.
2.Selama lebih dari 20 tahun terakhir, pembahasan kebijakan kesehatan berkembang pesat dalam
berbagai literatur akademik, demikian pula dengan area lain terkait kesehatan dan pengobatan dalam konteks ilmu dengan area lain terkait kesehatan dan pengobatan dalam konteks ilmu sosial.
3. Pada negara – negara industri, biaya pelayanan kesehatan sudah meningkat sekitar 10 persen dari aktivitas ekonomi keseluruhan. Negara – negara nonindustri lainnya juga memperlihatkan gambaran serupa.
4. Aspek penting pembiayaan kesehatan yang mengokohkan posisi strategis sektor
kesehatan telah sejak lama diketahui.
5. Sektor kesehatan sudah menjadi bagian dari industri yang memberikan lapangan
pekerjaan luas.
Kebijakan Publik dan Kebijakan Kesehatan
1. Kebijakan Publik
Kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu keputusan yang dimaksud untuk mengatasi
permasalahan tertentu, untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu,
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang berwenang dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan pembangunan bangsa.
Thomas R. Dye (1975), dalam Winarno (2007),
“kebijakan publik adalah apa pun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan (whatever government choose to do or not to do).
Suharto (2005)
Kebijakan publik meliputi semua kebijakan yang berasal dari pemerintah seperti kebijakan
ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanan, dan keamanan (militer), serta fasilitas – fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik).
Konsep Kunci Kebijakan Publik :
(Young dan Quinn dalam Dye (1975), dalam Winarno (2007)):
a. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah dan perwakilan lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis, dan finansial untuk melakukannya
b. Kebijakan publik merupakan sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata
c. Merupakan seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan
d. Merupakan sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
2. Kebijakan Kesehatan
Kebijakan kesehatan melingkupi berbagai upaya dan tindakan pengambilan keputusan yang meliputi aspek teknis medis dan pelayanan kesehatan, serta keterlibatan pelaku/aktor baik pada skala individu maupun organisasi atau institusi dari pemerintah, swasta, LSM dan representasi
masyarakat lainnya yang membawa dampak pada kesehatan
.
Walt (1994) :
Health policy embraces courses of action that affect the set of institutions, organizations,
services, and funding arrangements of the health care system. It goes beyond health services,
however, it includes actions or intended actions
by public, private, and voluntary organizations
that have and impact on health
Urgensi kebijakan kesehatan sebagai bagian dari kebijakan publik karena karakteristik unik sektor kesehatan :
a)Sektor kesehatan amat kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan kepentingan masyarakat luas
b)Consumer ignorance, keawaman masyarakat membuat posisi dan relasi “masyarakat—tenaga medis” menjadi tidak sejajar dan cenderung
berpola paternalistik. Artinya masyarakat, atau dalam hal ini pasien, tidak memiliki posisi tawar yang baik, bahkan hampir tanpa daya tawar
ataupun daya pilih
c) Kesehatan memiliki sifat uncertainty atau ketidakpastian. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan sama sekali tidak berkait dengan kemampuan ekonomi rakyat
d) Karakteristik lain dari sektor kesehatan adalah eksternalitas, yaitu keuntungan yang dinikmati atau kerugian yang diderita oleh sebagian
masyarakat karena tindakan kelompok masyarakat lainnya
a. Pendekatan holistik,
Kesehatan sebaiknya didefinisikan sebagai sesuatu
yang dinamis dan lengkap dari dimensi fisik, mental, sosial dan spiritual. Artinya pendekatan dalam
kebijakan kesehatan tidak dapat semata – mata mengandalkan upaya kuratif, tetapi harus lebih
mempertimbangkan upaya preventif, promotif dan rehabilitatif
Elemen-elemen kebijakan kesehatan:
b. Partisipatori, partisipasi akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kebijakan, karena
melalui partisipasi masyarakat dapat dibangun collective action (aksi bersama masyarakat) yang akan menjadi kekuatan pendorong
dalam pengimplementasian kebijakan dan penyelesaian masalah.
c. Kebijakan publik yang sehat, yaitu setiap kebijakan harus diarahkan untuk mendukung terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif dan berorientasi kepada masyarakat
d. Ekuitas, yaitu harus terdapat distribusi yang merata dari layanan kesehatan. Ini berarti
negara wajib menjamin pelayanan kesehatan setiap warga negara tanpa memandang status ekonomi maupun status sosialnya karean
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan peran negara yang paling minimal dalam melindungi warga negaranya.
e. Efisiensi, yaitu layanan kesehatan harus
berorientasi proaktif dengan mengoptimalkan biaya dan teknologi
f. Kualitas, artinya pemeritah harus menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi
seluruh warga negara. Di samping itu, dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan
menekan pengaruh globalisasi dalam sektor kesehatan, pemerintah perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setara dengan pelayanan kesehatan bertaraf internasional g. Pemberdayaan masyarakat, terutama pada
daerah terpencil, dan daerah perbatasan untuk mengoptimalkan kapasitas sumber daya yang dimiliki. Pemberdayaan ini dilakukan dengan mengoptimalkan social capital.
h. Self-reliant, kebijakan kesehatan yang
ditetapkan sebisa mungkin dapat memenuhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan kapasitas kesehatan di wilayah sendiri.
Pengembangan teknologi dan riset bertujuan untuk membantu memberdayakan masyarakat dan ototoritas nasional dalam mencapai standar kesehatan yang ditetapkan di masing-masing negara.
Sistem dan Komponen Kebijakan
SISTEM
Serangkaian bagian yang saling berhUbungan dan bergantung dan diatur dalam aturan tertentu untuk menghasilkan satu kesatuan.
Contoh : sistem kesehatan yang di dalamnya
terdapat bagian yang saling berhubungan seperti tenaga kesehatan, infrastruktur kesehatan,
pembiayaan, dst.
Dunn (1994)
Sistem kebijakan (policy sistem) mencakup hubungan timbal balik dari tiga unsur, yaitu
kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan kebijakan
Aktor Kebijakan
Lingkungan
Kebijakan Kebijakan Publik
Sistem dan Komponen Kebijakan Publik (William Dunn, 1994)
1) Isi Kebijakan (Policy Content)
Terdiri dari sejumlah daftar pilihan keputusan tentang urusan publik (termasuk keputusan
untuk tidak melakukan tindakan apa-apa) yang
dibuat oleh lembaga pemerintah.
Isi Kebijakan:
a. Pernyataan tujuan: mengapa kebijakan tersebut dibuat dan apa dampak yang diharapkan
b. Ruang lingkup: menerangkan siapa saja yang tercakup dalam kebijakan dan tindakan-tindakan apa yang dipengaruhi oleh kebijakan
c. Durasi waktu yang efektif: mengindikasikan kapan kebijakan mulai diberlakukan
d. Bagian pertanggungjawaban: mengindikasikan siapa individu atau organisasi mana yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan
e. Pernyataan kebijakan: mengindikasikan aturan – aturan khusus atau modifikasi aturan terhadap
perilaku organisasi yang membuat kebijakan tersebut
f. Latar belakang: mengindikasikan alasan dan sejarah pembuatan kebijakan tersebut, yang
kadang – kadang disebut sebagai faktor – faktor motivasional
g. Definisi: menyediakan secara jelas dan tidak
ambigu mengenai definisi bagi istilah dan konsep dalam dokumen kebijakan
2) Aktor atau Pemangku Kepentingan Kebijakan (Policy Stakeholder)
Pemangku kepentingan kebijakan atau aktor kebijakan adalah individu atau kelompok yang
berkaitan langsung dengan sebuah kebijakan yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh
keputusan atau kebijakan tersebut.
Pemangku kepentingan kebijakan tersebut bisa terdiri dari sekelompok warga, organisasi buruh, pedagang kaki lima, komunitas wartawan, partai politik, lembaga pemerintahan, dst.
3) Lingkungan Kebijakan (Policy Environment)
Lingkungan kebijakan merupakan latar khusus dimana sebuah kebijakan terjadi, yang
berpengaruh atau dipengaruhi oleh pemangku kepentingan kebijakan sera kebijakan publik itu sendiri
Triangle of Health Policy (Segitiga Kebijakan) Walt and Gilson, 1994
Actors:
• Individuals
• Groups
• Organization
Context
Content Process
KEBIJAKAN
KESEHATAN DI
INDONESIA
Bahan kajian
1) Hirarki kebijakan kesehatan
2) Kebijakan kesehatan di beberapa negara
3) Kebijakan kesehatan di Indonesia
Hierarki Kebijakan Kesehatan
1) Berdasarkan Sistem Politik
Menurut konsep Trias Politica, hierarki dalam kebijakan meliputi:
a. Kebijakan publik tertinggi yang dIbuat
oleh legislatif sebagai representatif dari
publik. Contohnya pembuatan UUD.
Hierarki Kebijakan Kesehatan
b. Kebijakan publik yang dibuat dalam bentuk kerja sama antara legistlatif dengan
eksekutif. Contohnya adalah peraturan daerah di tingkat provinsi
c. Kebijakan yang dibuat oleh eksekutif, yaitu kebijakan yang dibuat untuk melaksanakan kebijakan publik yang bersifat umum yang dibuat legislatif (UUD) dan yang melalui kerjasama dengan eksekutif (UU)
• Indonesia memiliki hierarki dasar hukum yang harus ditaati dan
menjadi landasan dalam
penyusunan kebijakan publik di Indonesia.
• Mengacu pada UU No. 12 Tahun 2011 mengenai Pembentukan
Peraturan Perundang – undangan Republik Indonesia
Produk Perundangan
a) Undang – Undang
Peraturan perundang – undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama presiden
b) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang
Peraturan perundang – undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa
c) Peraturan Pemerintah
Peraturan perundang – undanagn yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalan undang – undang
sebagaimana mestinya
d) Peraturan Presiden
Peraturan perundang – undangan yang dibuat oleh Presiden
e) Peraturan Daerah
Peraturan perundang – undangan yang disusun oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Tingkat I dan II) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah
2) Berdasarkan Wilayah Geografis Otoritas Pembuat Kebijakan
• Kebijakan yang dibuat oleh lembaga pemerintah memiliki kewenangan
berdasarkan wilayah kerja tertentu.
• Wilayah kerja tersebut biasanya
terkait dengan wilayah geografis
otoritas pembuat kebijakan.
Contohnya
- kebijakan nasional yang berarti berlaku untuk seluruh penduduk dan sistem
pemerintahan di bawah pemerintahan pusat negara,
- kebijakan provinsi yang berarti harus diimplementasikan pada seluruh
pemerintahan di provinsi terkait,
kota/kabupaten serta level pemerintahan
yang lebih rendah berikutnya.
3) Berdasarkan Isi, Waktu dan Prioritas Penetapan Kebijakan
Berdasarkan Isi:
• Kebijakan Utama, adalah kebijakan dasar yang belum diturunkan
• Kebijakan Turunan, yang telah diturunkan dari sebuah kebijakan utama. Misalnya
kebijakan penanggulangan angka kematian ibu dapat diturunkan menjadi kebijakan
peningkatan gizi ibu hamil
Berdasarkan Waktu:
• Kebijakan Jangka Panjang
Berdurasi lebih dari lima tahun misalnya dua puluh lima tahun, biasanya dibuat di tingkat nasional, misalnya Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bidang kesehatan
• Kebijakan Jangka Menengah
Berdurasi antara lima hingga sepuluh tahun, bisa dibuat di tingkat provinsi maupun kabupaten kota, misalnya Renstra (Rencana Strategis)
• Kebijakan Jangka Pendek
Kebijakan jangka pendek memiliki durasi sekitar satu tahun.
Biasanya berupa program yang menjadi implementasi dari kebijakan pada hierarki lebih tinggi
Kebijakan Kesehatan di Indonesia
1. Reformasi Kesehatan dan Perubahan Struktur Kementrian Kesehatan
Pada tahun 2011, Kementrian Kesehatan
menggulirkan Tujuh Reformasi Pembangunan kesehatan yaitu:
1) revitalisasi pelayanan kesehatan,
2) ketersediaan distribusi, retensi, dan mutu sumber daya manusia,
3) ketersediaan, distribusi, keamanan, mutu,
efektivitas, keterjangkauan obat, vaksin dan alat – alat kesehatan
4) jaminan kesehatan,
5) keberpihakan kepada Daerah Tinggi
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK), 6) reformasi birokrasi,
7) world class health care
2. Pencapaian Target MDGs dalam
Pengendalian Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Provinsi NTT
Revolusi KIA: Upaya yang sunguh – sungguh untuk percepatan penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan cara – cara yang luar biasa
(Pergub NTT No. 42 Tahun 2009, Bab I, Pasal 1 ayat 4)
Definisi operasional Revolusi KIA
Semua ibu melahirkan difasilitas kesehatan yang memadai.
Untuk menyukseskan revolusi KIA dibutuhkan : - ketersediaan RS atau fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam;
- memiliki elemen SDM yang memadai dilihat dari jumlah, jenis, kualitas, dan kompetensi,
- memiliki peralatan, perbekalan kesehatan, bangunan, budgeting, dan finance, dan
- sistem manajemen yang memadai.
Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) memiliki motto:
1) Persalinan di fasilitas KIA,
2) Datang satu, pulang dua, lebih juga
boleh, tidak boleh satu apalagi nol, dan
3) Ibu dan bayi sehat”.
Indikator Keberhasilan dalam Revolusi KIA :
1. Indikator keberhasilan antara
2. Indikator keberhasilan akhir.
Indikator keberhasilan antara:
a. Jumlah fasilitas kesehatan yang memandai
b. Pembuatan peraturan-peraturan yang memayungi c. Jumlah ibu hamil yang melahirkan di fasilitas
kesehatan
Indikator keberhasilan akhir:
Penurunan kematian bayi dan ibu melahirkan sesuai dengan target yang ditetapkan, diharapkan dapat
mencapai minimal sama dengan nasional atau lebih rendah dari nasional
Tugas
• Setiap kelompok, tentukan satu kebijakan
• Analisis kebijakan tersebut sesuai segitiga analisis kebijakan Walt:
Konten Konteks Aktor Proses
• Format paper : Judul Kebijakan, Konteks, Konten, Aktor, Proses, Referensi
• Cover: Judul, Logo, Kelas, Kelompok, Nama Kelompok
• Ketua kelompok mengupload di OLU