• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

1

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 – 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah;

b. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tersebut akan digunakan untuk memberikan arah dan pedoman terhadap pelaksanaan pembangunan di Kota Banjarbaru;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah Kota Banjarbaru tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011–2015;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3822).

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851).

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355).

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400).

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4421).

(2)

2

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578).

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4187);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);;

17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-udangan;

18. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional Tahun 2010-2014;.

19. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/MPPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

(3)

3

Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 2 Seri D Nomoe Seri 1);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU dan

WALIKOTA BANJARBARU MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 – 2015.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Banjarbaru.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota Banjarbaru beserta Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Banjarbaru.

4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJMD, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

5. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Perangkat Daerah.

6. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

7. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN RPJM DAERAH Pasal 2

Maksud penyusunan RPJM Daerah adalah memberikan arah penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan sebagai penjabaran dari aspirasi masyarakat Kota Banjarbaru guna meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat.

Pasal 3

Tujuan penyusunan RPJM Daerah adalah untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan

dalam waktu 5 (lima) tahun mendatang dalam rangka kelanjutan pembangunan jangka

panjang, sehingga secara bertahap dapat mewujudkan cita-cita masyarakat Kota

Banjarbaru

(4)

4

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB IV : ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB V : PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII : INDIKASI PROGRAM DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PENDANAA BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Pasal 5

RPJM Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 6

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

Pasal 7

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Banjarbaru.

Ditetapkan di Banjarbaru

pada tanggal 8 September 2011

8 September 2011

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 NOMOR

(5)

5

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KOTA BANJARBARU TAHUN 2011 – 2015

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 150 ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, maka perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 dengan Peraturan Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas Pasal 2

Cukup jelas Pasal 3

Cukup jelas Pasal 4

Cukup jelas Pasal 5

Cukup jelas Pasal 6

Cukup jelas Pasal 7

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13

(6)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kota Banjarbaru 2011-2015

PEMERINTAH KOTA BANJARBARU

(7)

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Kota Banjarbaru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru. Bersamaan dengan perubahan Undang-Undang tentang pemerintahan daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Banjarbaru menjadi Kota Banjarbaru. Sejak terbentuknya, Kota Banjarbaru mengalami tiga periode kepemimpinan dengan tiga periode lima-tahunan pembangunan daerah.

Periode I (2000-2005) adalah periode Rencana Strategik Daerah Kota Banjarbaru, sedangkan periode II (2006-2010) adalah periode Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarbaru, yang disusun sebagai perwujudan dan sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Ada beberapa prinsip dasar yang ditekankan oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD, yakni prinsip hirarki dan keberlanjutan.

RPJMD Kota Banjarbaru 2011-2015 merupakan kelanjutan dari RPJMD sebelumnya.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru, yang terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Walikota Tahun 2010. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Banjarbaru, RPJM merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 adalah tahapan pembangunan lima tahun kedepan. RPJM merupakan pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahun. Dalam penyusunannya, RPJM dilakukan secara komprehensif, terpadu dan menyeluruh, serta mengedepankan keterlibatan masyarakat secara partisipatif dengan mempertimbangkan dan menampung aspirasi pemangku kepentingan.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dalam penyusunan RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015, peraturan perundang- undangan yang digunakan sebagai dasar hukum adalah :

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851).

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

(8)

2 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389).

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410).

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara RepubUk Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578).

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

16. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-udangan;

17. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJM Nasional Tahun 2010-2014;

18. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010 , Nomor 0199/M PPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-

(9)

3 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Selatan 2011-2015;

21. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Banjarbaru (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2008 Nomor 2 Seri D No. Seri 1).

1.3. Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lain

Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004, RPJM merupakan satu kesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru khususnya dalam menjalankan visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJM dengan dokumen perencanaan lainnnya adalah sebagai berikut :

1. RPJM dan RPJP Kota Banjarbaru

RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 merupakan RPJM Kedua dari tahapan pelaksanaan RPJPD Kota Banjarbaru 2005-2025. RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011- 2015 merupakan penjabaran dari program prioritas Walikota dan Wakil Walikota Kota Banjarbaru.

2. RPJM dan RTRW Kota Banjarbaru

Penyusunan RPJM memperhatikan dan mempertimbangkan pola dan struktur ruang RTRW Kota Banjarbaru sebagai dasar menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang daerah di Kota Banjarbaru.

3. RPJM dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

RPJM menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Renstra SKPD merupakan penjabaran teknis RPJMD yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan setiap urusan bidang dan/atau fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dibawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Kota Banjarbaru

4. RPJM dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Pelaksanaan RPJM setiap tahun dijabarkan dalam ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kota Banjarbaru yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja SKPD. Selanjutnya Rancangan RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan Musrenbang Kota Banjarbaru yang dilaksanakan berjenjang mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota hingga provinsi.

Gambaran tentang hubungan antara RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai kesatuan sistem perencanaan pembangunan dan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar I.1

(10)

4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

1.4. Sistematika Penulisan

RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. GAMBARAN KONDISI UMUM DAERAH

BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII. INDIKASI PROGRAM DAN PROYEKSI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 1.5. Maksud dan Tujuan

1.5.1. Maksud

Penyusunan RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011-2015 dimaksudkan untuk menghasilkan rumusan strategi, arah kebijakan dan program pembangunan yang terarah, efektif, efisien dan terpadu yang dapat mendorong terwujudnya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan oleh Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru dengan memperhatikan arahan Visi dan Misi Kota Banjarbaru Tahun 2005-

(11)

5 Kota Banjarbaru.

Selain itu, RPJM Kota Banjabaru juga akan menjadi acuan dan pedoman resmi Pemerintah Kota Banjarbaru dan seluruh perangkat kelembagaannya dalam penyusunan Rencana Strategis SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah atau Rencana Kerja Tahunan. Juga menjadi landasan penentuan program daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) Kota Banjarbaru secara berjenjang.

1.5.2. Tujuan

Berdasarkan maksud di atas, penyusunan RPJM Kota Banjarbaru Tahun 2011- 2015 ini bertujuan untuk :

1. Menjabarkan visi, misi, program strategis/agenda pembangunan Walikota dan Wakil Walikota Kota Banjarbaru ke dalam strategi pembangunan yang jitu, arah kebijakan yang fokus, dan program pembangunan yang rinci, terukur, dan integratif, sehingga dapat diimplementasikan sejak 2011 hingga 2015,

2. Menjadi acuan resmi bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Banjarbaru dalam penentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu tersebut dengan sumber dana APBD

3. Menjamin terwujudnya sinergi dan integrasi dalam proses penyusunan dan penetapan, serta implementasi program dan kegiatan pembangunan antar-SKPD.

4. Sebagai landasan penetapan indikator kinerja dalam rangka mengevaluasi kinerja setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru baik secara administratif maupun sosial.

5. Meningkatkan penerapan prinsip-prinsip tata-kelola kepemerintahan yang sehat dan mendorong peningkatan partisipasi, kerjasama, dan kemitraan antara Pemerintah Kota, Sektor Swasta, dan Organisasi Masyarakat dalam pembangunan Kota.

6. Menjamin terwujudnya tata-kelola kepemerintahan yang sehat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Kota.

(12)

6

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah

Kota Banjarbaru terletak antara 325’40” sampai dengan 328’37” Lintang Selatan dan 11441’22” sampai dengan 11454’25” Bujur Timur dengan batas-batas :

~ Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar.

~ Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut.

Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah 371,38 km2 yang terdiri 5 (lima) Kecamatan dan 20 (dua puluh) Kelurahan. Adapun pembagian berdasarkan luas wilayah kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut :

Tabel II.1

Kecamatan/Kelurahan di Kota Banjarbaru dan Luasnya

No Kecamatan/Kelurahan Luas (km2) Persentase

1 Kecamatan Landasan Ulin 92,42 24,89

Kelurahan Landasan Ulin Timur 18,76

Kelurahan Guntung Payung 15,25

Kelurahan Syamsudin Noor 18,67

Kelurahan Guntung Manggis 39,74

2 Kecamatan Liang Anggang 85,86 23,12

Kelurahan Landasan Ulin Tengah 23,86

Kelurahan Landasan Ulin Utara 19,50

Kelurahan Landasan Ulin Barat 16,15

Kelurahan Landasan Ulin Selatan 26,35

3 Kecamatan Cempaka 146,7 39,50

Kelurahan Palam 14,75

Kelurahan Bangkal 29,80

Kelurahan Sungai Tiung 21,50

Kelurahan Cempaka 80,65

4 Kecamatan Banjarbaru Utara 24,44 6,58

Kelurahan Loktabat Utara 14,24

Kelurahan Mentaos 1,62

Kelurahan Komet 2,44

Kelurahan Sungai Ulin 6,14

3 Kecamatan Banjarbaru Selatan 21,96 5,91

Kelurahan Loktabat Selatan 8,58

Kelurahan Kemuning 3,61

Kelurahan Guntung Paikat 2,47

Kelurahan Sungai Besar 7,30

Kota Banjarbaru 371,38 100,00

Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010

(13)

7 permukaan laut, dengan ketinggian 0-7 m (33,49%), 7-25 m (48,46%), 25-100 m (15,15%), 100-250 m (2,55%) dan 250-500 m (0,35%). Klasifikasi kelerengan Kota Banjarbaru adalah kelerengan 0-2% mencakup 59,35 persen luas wilayah, kelerengan 2-8% mencakup 25,78 persen wilayah, kelerengan 8-15% mencakup 12,08 persen wilayah. Klasifikasi kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu kedalaman <30 cm, 30-60 cm, 60-90 cm dan

>90 cm. Kota Banjarbaru mempunyai kedalaman efektif lebih dari 90 cm, dimana jenis- jenis tanaman tahunan akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Berdasarkan peta Geologi, batuan di Kota Banjarbaru terdiri dari Alluvium (Qha) 48,44 persen, Martapura (Qpm) 37,71 persen, Binuang (Tob) 3,64 persen, Formasi Kerawaian (Kak) 2,26 persen, Formasi Pitap 3,47 persen. Berdasarkan peta skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1974, di wilayah Kota Banjarbaru terdapat 3 (tiga) kelompok jenis tanah yaitu podsolik (63,82%), lithosol (6,36%) dan organosol (29,82%).

Suhu udara di Kota Banjarbaru dan sekitarnya berkisar antara 23,3oC sampai dengan 32,7oC. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada pada bulan Oktober (35,3oC) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Agustus (20,8oC). Selain itu sebagai daerah tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 47% sampai dengan 98%. Rata-rata curah hujan di Kota Banjarbaru dan sekitarnya pada tahun 2005 tercatat 142,7 mm. Rata-rata tekanan udara di Kota Banjarbaru adalah 22,3 atm.

2.1.1.1. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan pengembangan potensi secara spasial yang dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan, Kota Banjarbaru termasuk dalam Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi.

Dari Kawasan Strategis Untuk Pertumbuhan Ekonomi, Kota Banjarbaru masuk dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Banjar Bakula yang meliputi wilayah administrasi pemerintahan Kota Banjarmasin (Kecamatan Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara), Kota Banjarbaru (Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang, Cempaka), sebagian Kabupaten Banjar (Kecamatan Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, Aluh- Aluh, Beruntung Baru dan Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Astambul, Mataraman, Karang Intan), sebagian Kabupaten Barito Kuala (Kecamatan Alalak, Mandastana, Anjir Muara, Anjir Pasar, Tamban, Tabunganen, Mekarsari), sebagian Kabupaten Tanah Laut (Kecamatan Bati-Bati, Kurau, Tambang Ulang, Bumi Makmur).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008, Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

Adapun Kawasan strategis yang termasuk dalam kawasan wilayah Kota Banjarbaru meliputi :

a. Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi;

b. Kawasan strategis sosial budaya; dan c. Kawasan strategis lingkungan hidup.

(14)

8 Adapun bencana alam yang rawan di Kota Banjarbaru adalah kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran hutan dan lahan selama tahun 2005-2009 cukup tinggi pada tahun 2006 dengan jumlah titik panas sebanyak 167 dan cenderung menurun hingga tahun 2009 yang hanya sebanyak 14 titik panas karena faktor alam, yaitu hampir tidak ada musim kemarau yang jelas pada tahun-tahun terakhir .

Wilayah rawan bencana terdiri atas kawasan rawan bencana kebakaran dikelilingi lahan gambut di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka. Kawasan rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Cempaka. Kawasan rawan bencana angin puting beliung Kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang. Kawasan rawan bencana banjir ringan di Kecamatan Cempaka.

2.1.2. Tata Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memeliharan kelangsungan hidupnya. Sementara itu ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

2.1.2.1. Struktur Ruang

Struktur Ruang Wilayah Kota Banjarbaru meliputi struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota dan sistem jaringan prasarana wilayah kota.

A. Struktur sistem pusat pelayanan kegiatan kota 1. Pusat pelayanan kota meliputi

a. PPK I : kawasan pusat kegiatan bandar udara internasional di Kecamatan Landasan Ulin

b. PPK II : kawasan pusat kegiatan perkantoran pemerintahan di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Landasan Ulin dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

2. Sub pusat pelayanan kota meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum yang tersebar di Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin.

3. Pusat lingkungan meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan/jasa dengan skala lingkungan, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan umum, serta perumahan yang tersebar di setiap kelurahan.

B. Sistem jaringan prasarana wilayah kota 1. Sistem Prasarana Utama

a. Transportasi Darat 1. Sistem jaringan jalan

a. Jaringan jalan arteri primer di kota sepanjang lebih kurang 26.500 km meliputi :

1. Jalan Liang Anggang-Martapura 2. Jalan Liang Anggang-Bati-Bati

(15)

9 Km meliputi :

1. Jalan P. M. Noor (Banjarbaru-Sei. Ulin)

2. Jalan Mistar Cokrokusumo (Banjarbaru-Banyu Irang)

3. dan Jalan Gubernur Soebardjo (Liang Anggang-Lingkar Selatan) c. Jaringan jalan arteri sekunder di kota sepanjang lebih kurang 16.810

Km yaitu Jalan Trikora.

d. Jaringan jalan kolektor sekunder di kota sepanjang lebih kurang 10.011,84 Km meliputi :

1. Jalan Guntung Manggis 2. Jalan Palam R. O Ulin 3. Jalan Panglima Batur 4. Jalan Rahayu

e. Jaringan jalan lingkungan di kota meliputi jalan yang menghubungkan antara jalan kolektor sekunder dengan pusat- pusat permukiman dengan panjang lebih kurang 486,74 Km yang tersebar di lima kecamatan

2. Transportasi Jalan

a. Terminal angkutan jalan yang terdapat di Kota Banjarbaru dikategorikan dalam terminal tipe C, sebanyak 4 (empat) terminal meliputi :

1. Terminal Liang Anggang di Kecamatan Liang Anggang.

2. Terminal Pasar Kamaratih di Kecamatan Landasan Ulin.

3. Terminal Simpang Empat Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Utara.

4. Terminal Pasar Bauntung Banjarbaru di Kecamatan Banjarbaru Selatan.

3. Sistem Jaringan Angkutan Umum a. Sistem koridor/utama :

1. Rute pada jalur Barat-Timur jalan Nasional Banjarmasin- Banjarbaru-Martapura, menggunkan jalur rute/trayek yang telah ada saat ini, yakni rute Banjarmasin-Martapura ( AKDP).

2. Rute jalan Lingkar Selatan, berawal dari Terminal Liang Anggang- Jalan Lingkar Selatan/Trikora-Jalan Mistar Cokrokusomo- berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru.

3. Rute Lingkar Utara, berawal dari Terminal Kamaratih-jalan Lingkar Utara-Jalan Karang Anyar-jalan Panglima Batur-jalan A.Yani-berakhir di Terminal Simpang Empat Banjarbaru.

b. Sistem sirkulator/pengumpan :

1. Rute Palam-Loktabat Selatan-jalan A. Yani 2. Rute Palam-Cempaka

3. Rute Guntung Manggis- jalan A. Yani-Guntung Payung 4. Rute Landasan Ulin-Lingkar Selatan-jalan A. Yani

5. Rute Martapura-Banjarbaru ( via jalan Rahayu-jalan Panglima Batur)

c. Pengembangan Armada Angkutan Umum :

1. Untuk jalur rute Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura, yang merupakan jalur rute utama sistem koridor , serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas penumpang tinggi akan dilayani oleh jenis kendaraan bus besar ( kapasitas sekitar 55 tempat duduk ).

(16)

10 baru sistem koridor, serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas akan dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang (kapasitas 25 tempat duduk).

3. Untuk jalur rute Lingkar Utara, yang merupakan jalur rute baru sistem koridor serta memiliki tingkat permintaan lalu-lintas penumpang sedang juga dilayani oleh jenis kendaraan Bus Sedang.

4. Untuk jalur rute sistem sirkulator/pengumpan baik rute eksisting maupun rute baru, akan dilayani oleh jenis kendaraan minibus/mikrolet (kapasitas sekitar 15 tempat duduk).

d. Pengembangan Terminal Angkutan Umum:

1. Terminal eksisting Liang Anggang, yang merupakan terminal tipe C.

2. Terminal eksisting Kamaratih, yang merupakan terminal tipe C.

3. Terminal eksisting Simpang Empat Banjarbaru, merupakan terminal tipe C.

e. Pengembangan halte angkutan umum di arahkan pada lokasi berdekatan dengan simpang jalan akses ke komplek perumahan, simpang jalan utama (arteri) dan jalan kolektor dan di depan lokasi sekolah, perkantoran, pabrik, pasar, rumah sakit dan pusat-pusat aktivitas kegiatan masyarakat.

b. Transportasi udara.

1. Ruang udara diatas bandara,

Ruang udara diatas bandara meliputi ruang udara yang dipergunakan langsung untuk kegiatan bandar udara (ketentuan keselamatan yang ditetapkan dalam Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

2. Ruang udara

Ruang udara meliputi ruang udara di sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

3. Bandar udara.

Bandar udara meliputi ruang untuk kegiatan kebandarudaraan yang fungsinya sebagai bandar penumpang dan cargo dengan luas kawasan kurang lebih 400 Ha di Kecamatan Landasan Ulin.

C. Sistem Prasarana Lainnya 1. Jaringan energi/kelistrikan

a. gardu induk terdapat di Kecamatan Cempaka

b. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV, yaitu menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Cempaka dengan Kecamatan Liang Anggang

c. jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kV, yaitu menghubungkan Kecamatan Banjarbaru Utara dengan Kecamatan Banjarbaru Selatan dan Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin.

2. Jaringan telekomunikasi

1. Sistem jaringan telekomunikasi meliputi sistem jaringan prasarana telekomunikasi di Kota Banjarbaru dengan sistem jaringan kabel yang bertujuan meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi.

(17)

11 Anggang (Jalan A. Yani Km 23, Jalan Peramuan, Jalan Soebardjo, Jalan Arah Pleihari), Kecamatan Landasan Ulin (Jalan Sidomulyo, Jalan A. Yani, Jalan Vanili, Jalan Guntung Manggis), Kecamatan Cempaka (Jalan Mistar Cokrokusumo), Kecamatan Banjarbaru Selatan (Jalan Kelapa Sawit 8, Jalan Unlam 3, Jalan Dahlina Raya, Jalan R.O Ulin, Jalan Guntung Paikat, Jalan Candra Buana, Jalan Beringin), Kecamatan Banjarbaru Utara (Jalan P. M.

Noor, Jalan Perambaian 1, Jalan Panglima Batur Timur, Jalan Komet Raya, Jalan R. P. Suparto, Jalan Gotong Royong, Jalan Pangeran Suriansyah, Jalan Komplek Amaco, Jalan Karang Anyar 1, Jalan Bina Murni, Jalan Bayam, dan Jalan Kebun Karet).

3. Jaringan sumber daya air kota

a. Wilayah Sungai Kota Banjarbaru berdasarkan lokasinya di tiap kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Banjarbaru, terdiri dari : Sungai Besar (Sungai Kemuning), Sungai Paring, Sungai Ulin, Sungai Lurus, Sungai Komet, Sungai Gotong Royong, dan Sungai Lukudat.

2. Kecamatan Cempaka, terdiri dari : Sungai Pinang, Sungai Batulicin, Sungai Ujung Murung Hula, Sungai Batu Kapas, Sungai Mangguruh, Sungai Paring, Sungai Sambangan, Sungai Tiung, Sungai Ampayo, Sungai Apukan, Sungai Basung, Sungai Lukaas, dan Sungai Banyu Irang.

3. Kecamatan Landasan Ulin, terdiri dari : Sungai Salak, Sungai Guntung Payung, Sungai Ampayo, Sungai Paramuan, Sungai Cempaka, Sungai Lukudat, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, Handil Hanyar, dan Handil Kerokan.

4. Kecamatan Liang Anggang : Sungai Paramuan, Handil Berkat Karya, Handil Papikul, dan Handil Hanyar

b. Sistem jaringan air baku untuk air bersih di Kota Banjarbaru meliputi :

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin ketersediaan air baku yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi

3. Prasarana dan Sarana Sanitasi meliputi prasarana dan Sarana Air Limbah dan Persampahan.

c. Sistem pengendalian banjir di wilayah Kota Banjarbaru meliputi :

1. Peningkatan kapasitas alur sungai agar dapat mengalirkan debit banjir dengan aman tanpa terjadinya luapan di sepanjang alur

2. Normalisasi alur sungai pada ruas sungai yang tidak mampu mengalirkan debit banjir

3. Perbaikan struktur fisik wilayah sungai dengan prinsip eco-engineering, yaitu melindungi tebing sungai dengan vegetasi atau tanaman lokal setempat 4. Mendukung kinerja bantaran sungai dalam mengamankan DAS yaitu

dengan rencana penampang sungai dan jarak bangunan terhadap bibir sungai

5. Memperbaiki bangunan-bangunan yang dapat menghambat aliran maupun kerusakan alur sungai.

6. Memfungsikan kembali alur sungai yang hilang akibat kegiatan pendulangan (sungai di wilayah Kecamatan Cempaka)

4. Infrastruktur perkotaan.

a. Penyediaan air minum kota;

(18)

12 yang selanjutnya disebut SPAM, meliputi :

1. Pengembangan SPAM Kota Banjarbaru ditetapkan di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Cempaka.

2. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan atau bukan jaringan perpipaan.

3. SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan dan unit pengelolaan.

4. SPAM bukan jaringan perpipaan meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.

5. Ketentuan teknis mengenai SPAM bukan jaringan perpipaan sebagaimana diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri.

6. kapasitas produksi terpasang pada unit produksi SPAM Kota Banjarbaru adalah 247,41 liter/detik

b. Pengelolaan air limbah;

1. Sistem pembuangan air limbah (sewage) mencakup sistem pengolahan berupa instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

2. Sistem pembuangan air buangan rumah tangga (sewerage) yang pengelolaannya terdiri atas pengolahan sanitasi setempat (on site sanitation) untuk industri, hotel rumah makan, dan rumah tangga, serta pengolahan sanitasi terpusat (off site sanitation) bagi kompleks perumahan baru.

3. Untuk air limbah yang mengandung B3, diperlukan instalasi tambahan untuk membersihkan air limbah tersebut sebelum masuk ke jaringan air buangan kota.

4. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) akan dibangun secara bertahap pada 5 kecamatan di wilayah Kota Banjarbaru, untuk tahap awal dilaksanakan di Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin.

c. Sistem persampahan;

1. Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu, dengan lokasi pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di Wilayah Kota , ditetapkan di setiap unit RW.

2. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berupa tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah, ditetapkan di setiap unit RW atau kawasan seluas 500 - 1.000 m².

3. Pengolahan sampah di TPA menggunakan teknik (sanitary land fill), sedangkan sistem pengelolaan sampah di TPS dengan menggunakan sistem composting.

d. Sistem drainase kota;

1. Zona prioritas utama, meliputi Jalan A. Yani (SPBU)-Guntung Simpang Bandara Kiri 2-Gang SMP, Jalan A. Yani-Pertigaan Traffict Light Bandara, Sungai Kemuning, dan Sungai Basung,

2. Zona prioritas kedua, meliputi Sungai Ulin Kanan, Guntung Salak Kiri 1, Guntung Payung Hulu Kiri 1, Guntung Payung Hulu Kanan 1, Guntung Payung Hulu, Guntung Kemuning Kanan 2, Guntung Kemuning Kiri 2, Guntung Paring Kanan 1, Guntung Paring Kiri 2, Guntung Gotong

(19)

13 Kiri 1, Guntung Salak Kiri 2, Guntung Kemuning Kanan 1, Guntung Paring Kiri 1, Guntung Lurus Kiri 1, Guntung Basung Kiri , Guntung Basung Kanan, Guntung Tiung Kiri, Guntung Tiung Kanan, Sungai Paring, Sungai Mangguruh, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 1, Sungai Sambangan, Guntung Ampuya Kiri 2, Guntung Ampuya Kanan, Guntung Harapan Kiri, Guntung Salak Kanan 1, Guntung Kemuning Kiri 3.

3. Zona prioritas ketiga, meliputi : Guntung Ulin Kiri, Guntung Ulin Kanan 2, Guntung Ulin Kanan 1, Guntung Lurus Kiri 3, Guntung Lurus Kanan 3, Guntung Lurus Kanan 1, Guntung Payung Kanan, Guntung Payung Hulu Kiri 3, Guntung Lurus Kiri 2, Guntung Lurus Kanan 2.

e. Prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki;

Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki terletak di Jalan Ahmad Yani km 33 – 36 dan Lapangan Dr. Murjani

f. Jalur evakuasi bencana;

1. Jalan Mistar Cokrokusomo di Kelurahan Sungai Tiung dan Puskesmas.

2. Jalan Mistar Cokrokusomo di Mesjid Sungai Besung.

3. Jalan Soekarno Hatta di Komplek Perumahan Griya Lambung Mangkurat.

2.1.2.2. Pola Ruang A. Kawasan Lindung

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya terletak di Kecamatan Liang Anggang terbagi Blok I terletak di Kelurahan Landasan Ulin Barat dan Kelurahan Landasan Ulin Utara dan Blok II terletak di Kelurahan Landasan Ulin Selatan dengan luas total kurang lebih 1261,31 Ha.

2. Kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan Sungai Kemuning yaitu dengan panjang 7000 meter dan lebar 5 - 12 meter.

3. Ruang terbuka hijau kota

a. Ruang terbuka hijau publik terdiri : 1. taman kecamatan seluas 9,36 Ha 2. taman kota seluas seluas 1,87 Ha 3. hutan kota seluas 156,75 Ha

4. sabuk hijau (green belt) seluas 241,35 Ha 5. pulau jalan dan median jalan 40,06 Ha 6. jalur pejalan kaki 1,47 Ha

7. jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi seluas 129,87 Ha 8. RTH sempadan sungai seluas 0,19 Ha

9. pemakaman seluas 28,92 Ha

b. Ruang terbuka hijau privat berupa taman lingkungan perumahan seluas 1,70 Ha.

4. kawasan rawan bencana alam

a. kawasan rawan bencana kebakaran dikelilingi lahan gambut di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dan Kecamatan Cempaka.

b. kawasan rawan bencana tanah longsor di Kecamatan Cempaka.

c. kawasan rawan bencana angin puting beliung di Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Landasan Ulin

d. kawasan rawan bencana banjir ringan di Kecamatan Cempaka

(20)

14 1. kawasan peruntukan permukiman;

a. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan tinggi ditetapkan di Kecamatan Landasan Ulin.

b. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan sedang ditetapkan di Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan.

c. Kawasan peruntukan permukiman kepadatan rendah ditetapkan di Kecamatan Liang Anggang.

2. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;

Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa terdiri atas pasar tradisional (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Cempaka), pusat perbelanjaan dan toko modern (Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Banjarbaru Selatan).

3. Kawasan peruntukan perkantoran;

a. Perkantoran pemerintahan yaitu di Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang dan Kecamatan Cempaka.

b. Kawasan peruntukan perkantoran non pemerintahan terletak di Kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan, Landasan Ulin, Liang Anggang dan Cempaka.

4. Kawasan peruntukan industri;

a. Kawasan peruntukan industri skala rumah tangga tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka.

b. Kawasan peruntukan industri skala kecil tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara, dan Kecamatan Cempaka.

c. Kawasan peruntukan industri skala sedang tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Banjarbaru Utara.

d. Kawasan peruntukan industri skala besar tersebar di Kecamatan Landasan Ulin, dan Kecamatan Liang Anggang.

5. Kawasan peruntukan pariwisata;

a. Pariwisata budaya

1. Museum Lambung Mangkurat, terletak di Kelurahan Komet.

2. Mesjid tertua yaitu Mesjid Nurul Hasanah, di Kecamatan Cempaka.

b. Pariwisata alam

1. Pendulangan intan, terletak di Kelurahan Sungai Tiung 2. Agrowisata Perikanan, terletak di Kelurahan Mentaos.

3. Hutan Pinus, terletak di Kelurahan Mentaos.

4. Danau Seran, terletak di Kelurahan Palam.

5. Wisata Kuliner Penggalaman, terletak di Kelurahan Landasan Ulin Timur, c. Pariwisata buatan

1. Kolam Renang Idaman, terletak di Kelurahan Kemuning.

2. Taman Van der Viejl, terletak di Kelurahan Komet.

6. Kawasan ruang terbuka non hijau;

a. Ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer, arteri sekunder dan kolektor primer.

b. Trotoar (pedestrian way) yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat perlu memperhatikan hal teknis bagi pengguna tersebut.

(21)

15 upacara bagi instansi khususnya instansi pemeritah provinsi/kota.

d. Ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan, jasa atau fungsi lainnya.

e. Kawasan ruang terbuka biru yaitu permukaan sungai yang meliputi Sungai Kemuning

7. Ruang evakuasi bencana;

a. Ruang evakuasi titik rawan bencana kebakaran meliputi Asrama Haji di Kecamatan Landasan Ulin dan Gedung Bina Satria di Kecamatan Banjarbaru Utara.

b. Ruang evakuasi titik rawan bencana tanah longsor meliputi Gedung Olah Raga Soekarno-Hatta di Kecamatan Cempaka.

c. Ruang evakuasi titik rawan bencana angin puting beliung meliputi Asrama Haji di Kecamatan Landasan Ulin.

d. Ruang evakuasi titik rawan bencana banjir ringan meliputi perkantoran, tempat ibadah dan permukiman masyarakat terdekat

8. Rencana peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal;

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal (PKL) terletak di Jalan A. Yani dan Jalan Panglima Batur.

9. Rencana kawasan peruntukan lainnya.

a. Kawasan Pertanian

1. Kawasan pertanian lahan kering, tahunan dan perkebunan terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Cempaka.

2. Kawasan peternakan terletak di Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Banjarbaru Utara, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kecamatan Cempaka, diarahkan untuk pengembangan komoditas ternak unggulan sesuai dengan kondisi lokasi yang tersedia dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yaitu ternak sapi dan ternak ayam.

3. Kawasan perikanan, ditetapkan di Kelurahan Mentaos.

b. Kawasan pertambangan terbatas pada usaha pertambangan batuan, berupa pertambangan kaolin yang terletak di Kecamatan Cempaka.

c. Kawasan pelayanan umum 1. Kawasan pendidikan

a. Kawasan pendidikan dasar (TK, SD) lokasinya diarahkan di pusat lingkungan yang menyebar di seluruh kawasan mengingat pengguna fasilitas tersebut adalah anak-anak usia 3 -12 tahun.

b. Kawasan pendidikan menengah (SLTP, SMU, SMK) diarahkan di pusat kecamatan.

c. Kawasan pendidikan tinggi (Akademi, PT) diarahkan untuk dikembangkan ke Kecamatan Banjarbaru Utara.

2. Kawasan kesehatan

a. Kawasan kesehatan seperti praktek dokter dan apotek yang diarahkan di pusat wilayah pengembangan dan menyebar merata di seluruh kawasan kota terutama dalam kawasan permukiman.

b. Puskesmas dan Balai Pengobatan diarahkan di setiap pusat lingkungan.

c. Kawasan kesehatan skala kota/regional seperti Rumah Sakit Umum di Kelurahan Komet diarahkan untuk pengembangan dengan berbagai fasilitas kesehatan lainnya.

(22)

16 kota/permukiman dengan jumlah yang disesuaikan dengan rasio kebutuhan penduduk.

2.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kota Banjarbaru dari tahun 2005 hingga 2010 sebagaimana Tabel II.2 terus meningkat. Rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 5,38% pertahun atau meningkat sebanyak 49.131 jiwa selama 5 tahun terakhir. Dibandingkan dengan daerah lainnya, kota Banjarbaru mengalami pertumbuhan penduduk paling tinggi di Kalimantan Selatan yang rata-rata pertumbuhan penduduknya sebesar 1,70%.

Tabel II.2

Penduduk di Kota Banjarbaru dari Tahun 2005 sd 2010

No Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Landasan Ulin 58.488 59.817 62.403 38.274 39.370 51.510

2 Liang Anggang 0 0 0 25.739 26.875 34.548

3 Cempaka 24.961 25.357 26.603 27.498 28.715 28.319

4 Banjarbaru Utara 67.047 67.981 70.824 36.228 37.842 42.805

3 Banjarbaru Selatan 0 0 0 36.477 38.094 42.445

Kota Banjarbaru 150.496 153.155 159.830 164.216 171.496 199.627 Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010 dan Hasil Sensus Penduduk, 2010

Data penduduk per kecamatan pada tahun 2010 sebagaimana Tabel II.3 menunjukkan bahwa, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Landasan Ulin, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Cempaka. Namun kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Banjarbaru Selatan yang mencapai 1.933 jiwa per km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Cempaka dengan 193 jiwa per km2. Selain itu dari tahun 2005-2010, kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru rata-rata terus meningkat. Rata-rata kepadatan penduduk di Kota Banjarbaru adalah sebesar 538 jiwa per kilometer persegi.

Tabel II.3

Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2010

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Ratio Jenis Kelamin

Luas Wilayah

Kepadatan Penduduk

1 Landasan Ulin 51.510 106 92,42 557

2 Liang Anggang 34.548 105 85,86 402

3 Cempaka 28.319 107 146,70 193

4 Banjarbaru Utara 42.805 104 24,44 1.751

3 Banjarbaru Selatan 42.445 104 21,96 1.933

Kota Banjarbaru 199.627 105 371,38 538

Sumber: Banjarbaru Dalam Angka, 2010 dan Hasil Sensus Penduduk, 2010

Jumlah penduduk yang besar tidak akan menjadi kekuatan pembangunan bila tidak disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Oleh karenanya program Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan akhir pembangunan manusia itu sendiri. Dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 disebutkan bahwa Program KB adalah merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan ini diarahkan sebagai

(23)

17 dan peningkatan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Sejalan dengan upaya tersebut di atas, sepanjang tahun 2005-2009 jumlah akseptor KB aktif di Kota Banjarbaru selalu mengalami peningkatan. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir sebagaimana Tabel II.4, jumlah akseptor KB aktif bertambah 5.959 peserta. Pada tahun 2005, peserta KB aktif hanya berjumlah 19.907 orang, dan pada tahun 2009 peserta KB aktif mencapai 25.866 orang.

Peserta KB aktif di Kota Banjarbaru memiliki kecenderungan menggunakan 4 (empat) alat KB, yaitu IUD, Implan, Suntikan serta Pil. Sedangkan alat KB yang lain masih kurang diminati dan diterima oleh masyarakat.

Tabel II.4

Jumlah Akseptor Keluarga Berencana Aktif Menurut Pemakaian Alat/Cara KB Tahun 2005-2009

Tahun IUD MOP MOW Implan Suntikan Pil Kondom Jumlah

2005 1,096 40 771 1,235 7,323 9,176 266 19,907

2006 1,139 43 819 1,327 7,821 9,821 311 21,281

2007 1,094 34 816 1,370 8,892 10,514 461 23,181

2008 1,073 34 796 1,233 10,323 11,653 548 25,660

2009 1,060 34 758 1,233 10,510 11,556 712 25,866

Sumber : Banjarbaru Dalam Angka, beberapa tahun

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Salah satu pendekatan pengukuran kemajuan bagi perekonomian di suatu daerah ialah dengan melihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)nya. PDRB Kota Banjarbaru atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel II.5 berikut.

Tabel II.5

PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

Tahun Nilai PDRB (ribuan rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan

2005 978.262.945 720.677.294

2006 1.152.559.984 761.228.401

2007 1.292.750.768 804.289.180

2008 1.470.076.800 851.230.569

2009 1.696.857.243 901.426.452

2010* 1.912.498.770 952.539.120

Sumber Data : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Sementara itu, struktur perekonomian Kota Banjarbaru dalam periode tahun 2005- 2010 sebagaimana Tabel II.6 secara umum didominasi oleh sektor-sektor tersier, terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Lebih rinci sektor yang justru mendominasi perekonomian Kota Banjarbaru adalah sektor jasa, dimana pada 2010 kontribusinya adalah sebesar 21,79 persen atas dasar harga berlaku dan 19,39 persen atas dasar harga konstan. Sektor lain yang cukup dominan pada 2010 adalah sektor bangunan yang kontribusinya sebesar 19,94 persen atas dasar harga berlaku dan sektor perdagangan, restoran serta perhotelan dengan kontribusi sebesar 18,33 persen atas dasar harga berlaku.

(24)

18 dinamisasi. Hal ini terlihat dari perkembangan kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB harga berlaku sebagaimana Tabel II.6. Dinamisasi tersebut terjadi dicirikan dengan adanya kecenderungan penurunan kontribusi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan, sektor pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan serta adanya kecenderungan peningkatan peranan pada sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, listrik dan air minum, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa.

Tabel II.6

Kontribusi Sektoral terhadap PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1 Pertanian 4.67 4.38 4.47 4.31 4.21 4.41

2 Pertambangan dan Penggalian 9.57 9.56 9.08 8.93 8.91 9.02

3 Industri Pengolahan 15.14 14.42 14.67 13.50 13.04 12,34

4 Listrik dan Air Minum 2.28 2.29 2.30 2.48 2.53 3.18

5 Bangunan 17.06 19.60 20.36 19.97 19.54 19.94

6 Perdagangan, Resto. & Perhotel. 21.54 20.65 19.72 19.19 18.89 18.33

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8.39 8.07 7.68 7.43 7.66 7.27

8 Bank dan Lembaga Keuangan 4.51 3.93 3.28 3.72 3.75 3.74

9 Jasa-Jasa 16.84 17.10 18.44 20.49 21.45 21.79

10 PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Sektor yang cukup dominan dan mengalami penurunan kontribusi terbesar selama periode tahun 2005-2010 adalah sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang cukup dominan dan mengalami peningkatan kontribusi terbesar dalam periode yang sama adalah sektor jasa. Bahkan sejak tahun 2008, kontribusi sektor jasa lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor perdagangan, restoran, dan perhotelan.

Tabel II.7

Pertumbuhan Sektoral PDRB Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

No. Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1 Pertanian 3.04 4.53 7.54 5.59 3.61 7.74

2 Pertambangan dan Penggalian 0.22 6.44 7.33 (0.28) 0.05 1.52

3 Industri Pengolahan 3.19 0.65 1.08 1.02 1.34 3.37

4 Listrik dan Air Minum 9.87 12.04 6.18 6.18 5.62 6.58

5 Bangunan 8.40 8.46 7.99 11.26 10.70 5.69

6 Perdagangan, Resto. & Perhotel. 4.68 5.77 5.96 6.14 6.38 6.35 7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.15 6.94 6.40 2.53 6.70 5.27 8 Bank dan Lembaga Keuangan 15.65 (3.27) 0.82 15.00 8.35 3.96

9 Jasa-Jasa 4.59 5.46 6.90 7.45 7.22 8.66

PDRB 5.05 5.08 5.66 5.83 5.90 5.67

Sumber : BPS Kota Banjarbaru *Angka sementara

Pertumbuhan ekonomi Kota Banjarbaru selama periode 2005-2010 sebagaimana Tabel II.7 tumbuh secara positif dengan pertumbuhan rata-rata berkisar 5 persen per tahun dengan fluktuasi yang tidak terlalu besar akan tetapi pada tahun 2010 mengalami penurunan. Sektor ekonomi yang memiliki rata-rata pertumbuhan terbesar dalam periode tersebut adalah sektor bangunan yaitu sebesar 8,75 persen per tahun disusul oleh sektor listrik dan air minum sebesar 7,75 persen per tahun. Dinamisasi pertumbuhan sektor- sektor ekonomi di Kota Banjarbaru dicirikan oleh adanya kecenderungan penurunan yang

(25)

19 tertinggi terjadi pada sektor Bank dan lembaga keuangan, dimana pertumbuhannya pernah mengalami negatif pada tahun 2006.

Tabel II.8

Nilai PDRB perkapita Kota Banjarbaru Periode Tahun 2005-2010

Tahun PDRB Perkapita Per Tahun (Rp) PDRB Perkapita Per Bulan (Rp)

2005 6.616.994 551.416

2006 7.525.497 627.125

2007 8.118.764 676.564

2008 9.116.052 759.671

2009 9.894.442 824.536

2010* 10.911.605 909.300

Sumber : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

PDRB perkapita Kota Banjarbaru yang dihitung berdasarkan harga berlaku selama periode 2005-2010 meningkat dari 6,61 juta rupiah per tahun pada tahun 2005 menjadi 10,91 juta rupiah per tahun pada tahun 2010.

Tabel II.9

Indeks Gini Kota Banjarbaru Tahun 2005-2010

Tahun Indeks Gini

2005 0,31

2006 0,27

2007 0,20

2008 0,20

2009 0,20

2010* 0,20

Sumber : BPS Kota Banjarbaru * Angka sementara

Tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pendapatan yang tinggi dari sebagian masyarakat, melainkan harus diikuti dengan pemerataan pendapatan yang diterima oleh seluruh masyarakat itu sendiri. Pendapatan yang tinggi tidak akan berarti jika hanya dinikmati oleh golongan tertentu saja.

Indeks Gini adalah suatu ukuran untuk melihat pemerataan pendapatan penduduk.

Jika angka Indeks Gini mendekati angka nol berarti pendapatan pendudu semakin merata.

Sebaliknya jika angka Indeks Gini mendekati 1, berarti pemerataan pendapatan penduduk timpang. Selama periode 2005-2010 pendapatan Kota Banjarbaru cenderung lebih merata.

Hal ini dapat dilihat dengan semakin kecilnya indeks gini.

2.2.2. Kesejahteraan Masyarakat

Pendidikan. Tingkat kesejahteraan masyarakat pada pembangunan pendidikan dapat dilihat dari indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipisasi sekolah, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan.

(26)

20 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah Kota Banjarbaru

Tahun 2005-2009

Tahun Angka Melek Huruf (%) Rata-rata lama sekolah (tahun)

Banjarbaru Kalsel Banjarbaru Kalsel

2005 97,2 95,3 9,3 7,3

2006 97,2 95,3 9,3 7,4

2007 97,8 95,3 9,5 7,4

2008 97,8 95,4 9,5 7,5

2009 98,1 95,4 9,7 7,5

Sumber : BPS Kota Banjarbaru

Dalam kurun waktu tahun 2005-2009, sebagaimana Tabel II.10 keberhasilan dalam bidang pendidikan menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Pada tahun 2005, angka melek huruf telah mencapai 97,2 persen dan rata- rata lama sekolah mecapai 9,3 tahun. Namun 2 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007, angka melek huruf bertambah sebesar 0,6 persen sedangkan selama kurun waktu 2005-2007 rata- rata lama sekolah tidak berubah. Pada tahun-tahun berikutnya, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf selalu mengalami peningkatan. Hingga tahun 2009, angka melek huruf Kota Banjarbaru mencapai 98,1 persen dan rata-rata lama sekolah mencapai 9,7 tahun.

Angka melek huruf Kota Banjarbaru berada pada peringkat kedua setelah Kota Banjarmasin sedangkan rata-rata lama sekolah Kota Banjarbaru merupakan yang tertinggi diantara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan.

Tabel II.11

Angka Partisipasi Sekolah Murni Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2005- 2010

Tahun Angka Partisipasi Murni (APM)

SD SLTP SLTA

2005 94,89 76,39 60,63

2006 92,64 77,27 61,86

2007 96,27 77,86 62,71

2008 95,60 77,16 61,73

2009 95,98 77,47 61,63

2010 96,28 77,76 61,96

Sumber : Susenas, BPS Kota Banjarbaru

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah merupakan proporsi jumlah penduduk yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.

Menurut jenjang pendidikan sebagaimana Tabel II.11, maka angka partisipasi sekolah yang paling tinggi berada pada jenjang pendidikan SD. Angka partisipasi sekolah pada berbagai jenjang pendidikan mengalami perubahan, baik naik maupun turun.

Dibanding tahun 2008, pada tahun 2010 partisipasi sekolah pada seluruh jenjang pendidikan cenderung naik. Angka partisipasi sekolah SD adalah 96,28 persen, angka partisipasi sekolah SLTP adalah sebesar 77,76 persen, angka partisipasi sekolah SLTA adalah sebesar 61,96 persen.

Gambar

Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.4
Tabel II.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perhitungan kinerja simpang bersinyal, untuk mendapatkan alokasi waktu hijau, lebar lajur belok kiri langsung ( Left Turn on Red , LTOR), dan jumlah lajur, yang

Brand extension menjadi penting karena semakin tingginya biaya untuk membangun brand dalam pasar yang bersaing, di mana konsumen menjadi lebih kebal terhadap kegiatan

Guru disiplin Pengerusi meminta agar semua guru disiplin meningkatkan kawalan dan pemantauan terhadap para pelajar dan pelajar-pelajar yang mempunyai masalah disiplin

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Probabilitas tidak ada pelanggan dalam sistem sebesar 0,08 atau 8 jam, probabilitas orang dalam antrian sebanyak 8,25 %, jumlah konsumen yang diharapkan menunggu selama 4,95 atau

Sappaile dalam jurnalnya (2007) menyatakan bahwa kaitanya dengan pembelajaran matematika, maka prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang yang dicapai

tidak berkhasiat (zat Nonaktif/eksipien), yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut.. masih

Adi Satria Abadi yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi selama proses penyusunan Tugas Akhir.. yang selalu memabantu