PERBAIKAN RANCANGAN ALAT ELECTROLARYNX DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT
(QFD) DAN VALUE ENGINEERING
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat - syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh :
MUHAMMAD RISKI SATRIO NIM : 160403085
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2020
No. Dok.: FM-GKM-S1TI-FT-6-06-07; Tgl. Efektif : 09 Juli 2018; Rev : 01; Halaman : 1 dari 1
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mahasiswa panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas Berkat, Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik.
Laporan Tugas Sarjana ini merupakan salah satu persyaratan yang diajukan kepada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri). Adapun Tugas Sarjana ini berjudul “Perbaikan Rancangan Alat Electrolarynx Dengan Metode Quality Fuction Deployment (QFD) dan Value Engineering”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas sarjana ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Untuk itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan dan semoga laporan tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi maupun bagi pembaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS,
MEDAN, JULI 2020 MUHAMMAD RISKI SATRIO
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam pelaksanaan penelitian tugas sarjana ini, banyak pihak yang telah membantu penyelesaian tugas sarjana ini, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepada Orangtua penulis, yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil dengan medoakan penulis selama masa pendidikan.
2. Ibu Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, M.T,. IPM,. selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Buchari, ST., M.Kes., sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, M.T., Ph.D selaku Dosen Pembimbing Tugas Sarjana yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE., selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan arahan dan masukan terkait topik tugas sarjana penulis.
6. Bapak Prof . Dr. Ir. A. Rahim Matondang,MSIE, Bapak Buchari, ST., M.Kes, dan Ibu Ir. Anizar, M.Kes selaku Dosen Pembanding Utama yang telah memberikan masukkan dan saran dalam perbaikan Laporan Tugas Sarjana ini.
7. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan berlangsung.
8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khususnya teman-teman angkatan 2016 “FIERLAS” yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.
10. Rekan Asisten Laboratorium Sistem Produksi yaitu Steven Chailes, Chistoper Wibowo, William, Wulan Pratiwi, Alfri Lumongga Nst, Ratu H. Tambunan, Bayu Suwandira, Claudia Sonia, dan Dyah Pitaloka yang telah memberi motivasi dan masukan kepada penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xvii
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian... I-4 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Klinik Ar-Rahman Kota Medan ... II-1 2.2. Alat Electrolarynx Pada Klinik Ar-Rahman ... II-2
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Quality Function Deployment (QFD) ... III-1 3.1.1. Struktur Quality Function Deployment (QFD) ... III-2
vii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.1.1.1. Quality Function Deployment (QFD) Fase I ... III-5 3.1.1.1.1. Membangun Matriks House of
Quality Fase I ... III-7 3.1.1.2. Quality Function Deployment (QFD) Fase II .... III-11
3.1.1.2.1. Membangun Quality Function
Deployment (QFD) Fase II ... III-12 3.2. Value Engineering ... III-15 3.3. Hubungan Quality Function Deployment (QFD)
dengan Value Engineering ... III-18 3.4. Kuesioner ... III-19 3.5. Teknik Sampling ... III-20 3.5.1. Nonprobability Sampling ... III-20 3.5.1.1. Convenience Sampling ... III-20 3.5.1.2. Purposive Sampling ... III-20 3.6. Keabsahan Data ... III-21 3.6.1. Uji Validitas ... III-21 3.6.2. Uji Reliabilitas ... III-22
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Objek Penelitian ... IV-1 4.3. Jenis Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.6. Definisi Operasional ... IV-5 4.7. Rancangan Penelitian ... IV-6 4.8. Pengumpulan Data ... IV-8 4.8.1. Sumber Data ... IV-8
viii
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
4.8.2. Sumber Data ... IV-10 4.8.3. Instrumen Penelitian ... IV-11 4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-13 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-17
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner ... V-1 5.1.1.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-1 5.1.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-3 5.1.2. Desain Produk Awal ... V-4 5.2. Pengolahan Data ... V-5 5.2.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-5 5.2.1.1. Uji Validitas ... V-5 5.2.1.2. Uji Reliabilitas ... V-11 5.2.2. Membangun Quality Function Deployment
(QFD) Fase I ... V-13 5.2.2.1. Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-13 5.2.2.2. Menentukan Tingkat Kepentingan Variabel ... V-14 5.2.2.3. Menyusun Matriks Perencanaan ... V-14 5.2.2.4. Menetapkan Karakteristik Teknik terhadap
Kebutuhan Konsumen ... V-20 5.2.2.5. Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik
Teknis ... V-21 5.2.2.6. Menetapkan Tingkat Hubungan Antara
Karakteristik Teknis Produk Dengan
Keinginan Konsumen ... V-22 5.2.2.7. Membangun Matriks House of Quality (HOQ) . V-28
ix
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.3. Membangun Quality Function Deployment
(QFD) Fase II ... V-36 5.2.3.1.Menetapkan Karakteristik Teknis Prioritas
Berdasarkan Quality Function Deployment QFD
Fase I ... V-36 5.2.3.2. Menetapkan Part Kritis ... V-37 5.2.3.3. Menetapkan Hubungan antara Part Kritis ... V-38 5.2.3.4. Menetapkan Hubungan antara Karakteristik
Teknis dengan Part Kritis ... V-39 5.2.3.5. Penentuan Technical Matrix ... V-40 5.2.4. Penentuan Usulan Rancangan Perbaikan
Alat Electrolarynx ... V-47 5.2.5. Meningkatkan Nilai Produk dengan Menggunakan
Metode Value Engineering ... V-47 5.2.5.1. Tahap Informasi ... V-47 5.2.5.2. Tahap Kreatif ... V-48 5.2.5.3. Tahap Decision ... V-50 5.2.5.4. Tahap Pengembangan ... V-67 5.3. Perbandingan Alat Electrolarynx Pasien THT Klinik
Ar-Rahman Dengan Alat Electrolarynx Pesaing ... V-70
VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ... VI-1 6.1. Analisis Data Kuesioner ... VI-1 6.2. Analisis House of Quality ... VI-1 6.2.1. Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase I .... VI-1 6.2.2. Analisis Quality Function Deployment (QFD) Fase II ... VI-3 6.3. Analisis Value Engineering ... VI-5
x
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
4.1. Definisi Operasional Penelitian ... IV-5 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka... V-2 5.2. Atribut-atribut Pertanyaan Kuesioner Tertutup ... V-3 5.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-4 5.4. Tabulasi Frekuensi Jawaban Responden ... V-5 5.5. Proporsi, Proporsi Kumulatif dan Nilai Z Masing-Masing Skala ... V-7 5.6. Nilai Densitas untuk Masing-masing Nilai Z ... V-7 5.7. Nilai Scale Value untuk Masing-masing Skala ... V-8 5.8. Skala Interval dari Data Ordinal ... V-9 5.9. Perhitungan Nilai Korelasi Atribut 1 ... V-10 5.10. Hasil Perhitungan Validitas Variabel ... V-10 5.11. Perhitungan Varians Derajat Kepentingan Tiap Butir ... V-12 5.12. Hasil Identifikasi Kebutuhan Konsumen ... V-13 5.13. Tingkat Kepentingan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-14 5.14. Tingkat Kepuasan Variabel Kebutuhan Konsumen ... V-15 5.15. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Variabel Kebutuhan ... V-17 5.16. Nilai Sales Point Variabel Kebutuhan Konsumen... V-18 5.17. Hasil Perhitungan Bobot Absolut untuk Setiap Variabel ... V-19 5.18. Hasil Perhitungan Bobot Relatif untuk Setiap Variabel ... V-20 5.19. Faktor Pembobotan Untuk Unsur Bentuk Alat ... V-23 5.20. Bobot Setiap Kriteria Atribut Bentuk Alat ... V-23 5.21. Bobot Setiap Kriteria Untuk Setiap Unsur ... V-24 5.22. Random Consistency Index ... V-26 5.23. Rekapitulasi Nilai CR Setiap Atribut ... V-27 5.24. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Alat Electrolarynx ... V-29 5.25. Rekapitulasi Perhitungan Tingkat Kesulitan Karakteristik Teknik ... V-30 5.26. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis
Alat Electrolarynx ... V-31
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.27. Rekapitulasi Perhitungan Derajat Kepentingan
Karakteristik Teknik ... V-31 5.28. Rekapitulasi Perhitungan Perkiraan Biaya Karakteristik Teknik ... V-32 5.29. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan
Perkiraan Biaya ... V-33 5.30. Karakteristik Teknik Produk... V-37 5.31. Part Kritis alat Electrolarynx ... V-37 5.32. Rekapitulasi Hubungan Antar Part Kritis Alat Electrolarynx ... V-40 5.33. Rekapitulasi Perhitungan Tingkat Kesulitan Part Kritis ... V-41 5.34. Rekapitulasi Hubungan Antar Part Kritis dan Karakteristik
Teknik Alat Electrolarynx ... V-42 5.35. Rekapitulasi Perhitungan Derajat Kepentingan Part Kritis... V-42 5.36. Rekapitulasi Perhitungan Perkiraan Biaya Part Kritis ... V-43 5.37. Data Bahan Untuk Alat Electrolarynx ... V-48 5.38. Kelebihan dan Kelemahan Alternatif Bahan ... V-48 5.39. Daftar Harga Material yang Digunakan Sebagai Alternatif ... V-50 5.40. Pembobotan Kriteria Alternatif ... V-51 5.41. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-52 5.42. Penilaian matriks untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-53 5.43. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Daya Tahan... V-53 5.44. Penilaian matriks untuk Kriteria Daya Tahan ... V-54 5.45. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Berat Bahan ... V-54 5.46. Penilaian matriks untuk Kriteria Berat Bahan ... V-55 5.47. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Kemudahan
Mendapatkan Bahan ... V-55 5.48. Penilaian matriks untuk Kriteria Kemudahan Mendapatkan Bahan .. V-56 5.49. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-57 5.50. Penilaian matriks untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-57
xiii
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.51. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Daya Tahan... V-58 5.52. Penilaian matriks untuk Kriteria Daya Tahan ... V-59 5.53. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Berat Bahan ... V-59 5.54. Penilaian matriks untuk Kriteria Berat Bahan ... V-60 5.55. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Kemudahan
Mendapatkan Bahan ... V-60 5.56. Penilaian matriks untuk Kriteria Kemudahan Mendapatkan Bahan .. V-61 5.57. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-62 5.58. Penilaian matriks untuk Kriteria Penghematan Biaya ... V-62 5.59. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Daya Tahan... V-63 5.60. Penilaian matriks untuk Kriteria Daya Tahan ... V-63 5.61. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Berat Bahan ... V-64 5.62. Penilaian matriks untuk Kriteria Berat Bahan ... V-64 5.63. Pemilihan Alternatif untuk Kriteria Kemudahan
Mendapatkan Bahan ... V-65 5.64. Penilaian matriks untuk Kriteria Kemudahan Mendapatkan Bahan .. V-66 5.65. Penganalisaan Matriks ... V-66 5.66. Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan
Usulan Alat Electrolarynx ... V-68 5.67. Perbandingan Alat Electrolarynx Pasien THT Klinik Ar Rahman
Dengan Alat Electrolarynx Pesaing ... V-71 6.1. Karakteristik Teknik Electrolarynx ... VI-2 6.2. Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya
Karakteristik Teknis... VI-2 6.3. Perbandingan Produk Awal dan Produk Hasil Quality Function
Deployment (QFD) Fase I ... VI-3 6.4. Part Kritis Alat Electrolarynx ... VI-3 6.5. Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya
Part Kritis ... VI-4
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
6.6. Perbandingan Produk Awal dan Produk Hasil Quality Function
Deployment (QFD) Fase II ... VI-4 6.7. Perbandingan Total Biaya Bahan pada Rencana Awal dan
Usulan Alat Electrolarynx ... VI-6 6.8. Perbandingan Produk Awal dan Produk Hasil Value Engineering ... VI-7 6.9. Perbandingan Produk Awal dan Produk Setiap Metode ... VI-8 6.10. Perbandingan Rancangan Awal dan Usulan Alat Electrolarynx ... VI-11 6.11. Spesifikasi Rancangan Alat Hasil Perbaikan ... VI-12
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1 Produk Alat Electrolarynx ... II-2 3.1. House of Quality ... III-3 3.2. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD)
Fase I ... III-6 3.3. House of Quality Fase I ... III-11 3.4. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD)
Fase II ... III-12 3.5. House of Quality Fase II ... III-15 3.6. Diagram Alir Tahap-tahap Value Engineering ... III-17 3.7. Hubungan antara Quality Function Deployment (QFD)
dan Value Engineering ... III-18 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian... IV-4 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-7 4.3. Langkah-langkah Kuesioner Pendahuluan ... IV-11 4.4. Langkah-langkah Kuesioner Terbuka... IV-12 4.5. Langkah-langkah Kuesioner Tertutup ... IV-13 4.6. Langkah-langkah Penyebaran Kuesioner ... IV-14 4.7. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD)
Fase I ... IV-15 4.8. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD)
Fase II ... IV-16 4.9. Diagram Alir Tahap-tahap Value Engineering ... IV-17 5.1. Alat Electrolarynx ... V-4 5.2. Hubungan Antar Karakteristik Teknik Alat Electrolarynx ... V-22 5.3. Matriks Antara CR dengan Karakteristik Teknis Alat Electrolarynx V-28 5.4. Rekapitulasi Quality Function Deployment (QFD) Fase
I Alat Electrolarynx ... V-34 5.5. Tali ... V-36
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
5.6. Hubungan Part Kritis Alat Electrolarynx... V-38 5.7. Hubungan Antar Part Kritis dan Karakteristik Teknik
Alat Electrolarynx ... V-39 5.8. Quality Function Deployment (QFD) Fase II Alat Electrolarynx ... V-44 5.9. Tabung Utama ... V-46 5.10. Baterai ... V-46 5.11. Rancangan Perbaikan Alat Electrolarynx ... V-69
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-1 2. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-2 3. Surat Keterangan Riset Tugas Sarjana ... L-3 4. Berita Acara Bimbingan ... L-4 5. Kuesioner Awal ... L-5 6. Kuesioner Terbuka... L-6 7. Kuesioner Tertutup ... L-7 8. Kuesioner Hubungan Antar Karakteristik Teknis ... L-8 9. Kuesioner AHP Hubungan Karakteristik Teknis dengan
Kebutuhan Konsumen ... L-9 10. Kuesioner Hubungan Antar Part Kritis ... L-10 11. Kuesioner Hubungan Part Kritis dengan Karakteristik Teknis ... L-11
ABSTRAK
Peralatan kesehatan merupakan salah satu fasilitas penunjang terwujudnya kualitas pelayanan yang baik dari suatu industri jasa rumah sakit dan klinik.
Electrolarynx merupakan alat bantu bicara untuk penderita tuna laring atau pasien yang sudah diangkat pita suaranya untuk tetap bisa berbicara. Alat ini berfungsi untuk menghasilkan suara dengan cara ditempelkan pada bagian leher pasien pasca operasi pengangkatan pita suara. Penelitian ini berjudul Perbaikan Rancangan Alat Eelectrolarynx Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineerig. Hasil dari Quality Function Deployment (QFD) fase I yaitu karakteristik teknis berupa convenience of Use, standarisasi bahan, dan durability yang menjadi prioritas dan menjadi input pada Quality Function Deployment (QFD) fase II. Hasil dari Quality Function Deployment (QFD) fase II yaitu part kritis kualitas bahan tabung utama, daya tahan baterai dan daya tahan tali yang menjadi prioritas dan menjadi input Value Engineering. Hasil dari Value Engineering memberikan alternatif perbaikan terhadap bahan yang digunakan
sehingga mengurangi biaya produksi alat Electrolarynx. Dari hasil penelitian ini didapatkan alternatif bahan tabung utama plastik Polyethylene, jenis baterai adalah baterai rechargeable AA Sony 4600mAh dan jenis tali nylon panjang 35 cm dengan penghematan sebesar 40% dari biaya awal.
Kata Kunci : Quality Function Deployment (QFD), Value Engineering, Electrolarynx
ABSTRAK
Medical device is one of the supporting facilities for the realization of a good quality service from a hospital and clinic service industry. Electrolarynx is a speech aid for people with larynx disabilities or patients who have their vocal cords removed to continue speaking. This tool functions to produce sound by placing it on the patient's neck after surgical removal of the vocal cords. This research is entitled Improvement of Electrolarynx Tool Design with Quality Function Deployment (QFD) and Value Engineerig Method. The results of Phase I Quality Function Deployment (QFD) are technical characteristics in the form of convenience of Use, standardization of materials, and durability which are priorities and become input to Phase II of Quality Function Deployment (QFD).
The results of the Quality Function Deployment (QFD) phase II are critical parts of the quality of the main tube material, battery life and rope durability which are priority and become Value Engineering inputs. The results of Value Engineering provide alternative improvements to the materials used thereby reducing the cost of producing Electrolarynx equipment. From the results of this study, an alternative to the main tube material is Polyethylene, the type of battery is Sony 4600mAh rechargeable AA battery and the type of rope is nylon with a length of 35cm with a saving of 40% from the initial cost.
Kata Kunci : Quality Function Deployment (QFD), Value Engineering, Electrolarynx
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peralatan kesehatan merupakan salah satu fasilitas penunjang terwujudnya kualitas pelayanan yang baik dari suatu industri jasa rumah sakit dan klinik. Klinik Ar-Rahman Medan dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu klinik di Kota Medan yang memberi pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat salah satunya Poliklinik THT (Telinga Hidung dan Tenggorokan) yang menunjang fasilitas alat kesehatan seperti alat Electrolarynx yang digunakan oleh pasien pasca pengangkatan pita suara.
Terdapat enam pasien yang menggunakan alat Electrolarynx pada klinik Ar- Rahman Medan dengan keluhan-keluhan saat menggunakan alat Electrolarynx yang disampaikan pasien kepada dokter spesialis THT sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Electrolarynx merupakan alat bantu bicara untuk penderita tuna laring atau pasien yang sudah diangkat pita suaranya untuk tetap bisa berbicara. Alat ini berfungsi untuk menghasilkan suara dengan cara ditempelkan pada bagian leher pasien pasca operasi pengangkatan pita suara.
Keluhan-keluhan pasien mengenai alat Electrolarynx buatan USA dengan cara kerja yang masih harus menggunakan tangan untuk tetap menempelkan alat pada bagian leher adalah sebagai berikut.
I-2
1. Suara yang dikeluarkan masih seperti suara robot (belum smooth/halus).
2. Suara yang dikeluarkan kurang jelas.
3. Pasien harus tetap menempelkan alat Electrolarynx pada tempat tertentu di leher (Tidak Hands-free)
4. Alat masih belum waterproof sehingga tidak bisa digunakan saat berada diluar ruangan dalam kondisi hujan.
5. Harga alat mahal yaitu Rp 17.500.000,-.
6. Adjustment alat memerlukan waktu bagi pengguna untuk beradaptasi.
Keluhan yang paling penting menurut pasien yaitu harga alat yang mahal dan cara kerja masih harus tetap menggunakan tangan selama mengoperasikan alat Electrolarynx pada tempat tertentu di leher (Tidak Hands- free) karena tali pada alat hanya bisa untuk dikalungkan pada tangan sehingga kedua keluhan tersebut menjadi fokus perbaikan.
1Pada penelitian yang berjudul “An improved Artificial Electrolarynx”
meningkatkan desain alat Electrolarynx dengan memberikan perbaikan pada getaran suara menjadi 100-150 Hz dan menambahkan tali untuk dipasangkan pada bagian leher untuk mempermudah pengoperasian alat Electrolarynx.
2Pada penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Electrolarynx menggunakan Mikrokontroler dan Magnet Permanen Sebagai Optimalisasi Penghasil Getaran” perbaikan alat ini sudah mampu memberikan informasi berupa suara. Dengan pengujian dengan huruf vocal , ternyata didapatkan vocal
1 Inbamalar TM, dkk. 2018. An improved Artificial Electrolarynx. International Journal of Pure and Applied Mathematics. Volume 118 No. 18 2018, 3389-3396.
2 Anindito Kusumojati, dkk.2015.Rancang Bangun Electrolarynx menggunakan Mikrokontroler dan Magnet Permanen Sebagai Optimalisasi Penghasil Getaran.Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
I-3
I adalah vocal yang paling sulit didengarkan, dan vocal O adalah vocal yang paling mudah dikenali. Dengan rentang frekuensi dimulai dari 75 Hz sampai dengan 250 Hz, didapatkan data bahwa frekuensi 125 Hz adalah frekuensi dasar terbaik untuk elektrolarynx yang dapat didengarkan.
3Fokus utama dari Quality Function Deployment (QFD) adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses Quality Function Deployment (QFD). Oleh karena itu maka Quality Function Deployment (QFD) disebut sebagai voice of customer.
4Value Engineering merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dengan memperhitungkan nilai dari komponen, peralatan, dan prosedur.
5Pasien Laryngectomy sering menggunakan Electrolarynx untuk memfasilitasi berbicara setelah tracheostomy. Perangkat jenis ini menyediakan sarana komunikasi yang paling dimengerti untuk pasien tracheostomy. Namun, Electrolarynx memiliki kelemahan yang melekat seperti suara monoton yang berdengung yang dipancarkan, kebutuhan untuk hands-free atau tidak perlu menggunakan tangan selama mengoperasikan perangkat, dan kesulitan yang dialami oleh banyak pasien tracheostomy dalam beradaptasi untuk
3 Ginting, Rosnani.2016.Quality Function Deployment.Usu Press.Hal.2.
4 Miles, Lawrence D. 1972. Techniques of Value Analysis and Engineering Edisi Kedua. United States of Amerika: McGraw Hill.Hal. 54.
5 Madden, Brian.2017.Augmented Control Of Hands Free Voice Prosthese.Dublin Institute Of Technology.
I-4
menggunakannya. Cara yang paling efektif mengatasi kekurangan yang ada pada Electrolarynx adalah untuk menyediakan pengguna dengan fasilitas hands-free.
6Pada jurnal yang berjudul Integration of Quality Function Deployment (QFD) and Value Engineering in Improving the Quality of Product : A Literature Review disebutkan bahwa Quality Function Deployment (QFD) meningkatkan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan, sedangkan Value Engineering fokus pada pengurangan biaya produk tanpa menurunkan kualitas atau kinerja. Integrasi Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering bersama-sama mengarah ke pengurangan biaya dan perbaikan produk atau kinerja.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah terdapat keluhan pasien terhadap penggunaan alat Electrolarynx agar memberikan usulan perbaikan rancangan alat Electrolarynx dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering sehingga mendapatkan desain alat yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan menghemat biaya produksi alat.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagia atas dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
6Rosnani Ginting,dkk. 2020. Integration of Quality Function Deployment (QFD and Value Engineering in Improving the Quality of Product : A Literature Review.Departement of Industrial Engineering, Faculty of Engineering : Universitas Sumatera Utara, Indonesia.
I-5
Tujuan umum penelitian tugas akhir ini adalah mengatasi keluhan pasien dan memberi perbaikan rancangan produk Electrolarynx menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering.
Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Mengidentifikasi fungsi Quality Function Deployment fase I dan fase II.
2. Mengidentifikasi karakteristik teknik terhadap alat Electrolarynx dengan menggunakan metode Quality Function Deployment fase I.
3. Mengidentifikasi part kritis dan pemecahan keinginan pasien terhadap alat Electrolarynx dengan menggunakan metode Quality Function Deployment fase II.
4. Mengidentifikasi penghematan biaya pada alternatif bahan penyusun alat Electrolarynx dengan menggunakan metode Value Engineering.
1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian dilakukan untuk desain produk Electrolarynx pada Klinik Ar Rahman.
2. Responden adalah pasien THT yang menggunakan alat Electrolarynx dan dokter spesialis THT.
3. Langkah-langkah pengolahan data menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD) dibatasi sampai fase II
I-6
4. Langkah-langkah pengolahan data menggunakan metode Value Engineering untuk penghematan biaya produksi.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Kondisi internal klinik tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung.
2. Semua peralatan yang digunakan berada dalam kondisi baik.
3. Responden tidak dipengaruhi dalam pengisian kuesioner.
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Sistematika penulisan tugas sarjana dapat dilihat sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian perbaikan rancangan alat Electrolarynx, perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan Klinik Ar Rahman dan spesifikasi serta cara menggunakan alat Electrolarynx yang digunakan pasien THT Klinik Ar-Rahman.
Bab III Landasan Teori, berisi teori metode Quality Function Deployment (QFD), Value Engineering, Kuesioner, Teknik Sampling, dan Keabsahan Data.
Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan tempat dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, kerangka
I-7
konseptual, definisi operasional, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan analisis pemecahan masalah.
Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pembuatan kuesioner terbuka dan tertutup, perekapan kuesioner terbuka dan tertutup, kemudian dilakukan pengujian data yaitu uji validitas dan reliabilitas data, membangun matriks Quality Function Deployment Fase I dan Fase II, dan menganalisis peningkatan nilai alat Electrolarynx dengan Value Engineering.
Bab VI Analisis dan Hasil Pembahasan, berisi analisis pengolahan data kuesioner, analsisi matriks Quality Function Deployment (QFD) Fase I dan Fase II, dan analisis peningkatan nilai alat dengan metode Value Engineering.
Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan penelitian dengan metode Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering serta saran- saran untuk perancangan alat kedepannya.
I-8
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Klinik Ar-Rahman Kota Medan
Klinik Ar-Rahman berlokasi di Jl.Kantil No.40, Kel.Hamdan, Kec.Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara 20151. Klinik Ar-Rahman berdiri sejak tahun 2017.
Klinik Ar-Rahman memberikan pelayanan diantaranya : 1. Dokter Umum
2. Dokter Gigi
3. Spesialis Telinga,Hidung,Tenggorokan (THT) 4. Spesialis Kardiologi
5. Spesialis Neurologi
6. Spesialis Kulit dan Kelamin 7. Spesialis Penyakit Dalam
Terdapat enam pasien THT pada klinik Ar-Rahman Medan yang menggunakan alat Electrolarynx untuk membantu berbicara karena pasien-pasien tersebut telah melakukan operasi pengangkatan pita suara.
II-2
2.2. Alat Electrolarynx Pada Klinik Ar-Rahman
Alat Electrolarynx yang digunakan para pasien adalah.
Sumber: Pengumpulan Data
Gambar 2.1. Produk Alat Electrolarynx
Spesifikasi alat Electrolarynx yang digunakan pasien adalah.
1. Menggunakan tabung berbahan aluminium barrel.
2. Harga Rp 17.500.000,-
3. Menggunakan Baterai isi ulang AA yang nyaman - ini sangat penting untuk situasi darurat
4. Terdapat charger untuk pengisi daya baterai.
5. Ringan, Berat 127,6 gram.
6. Daya Tahan dan Keandalan yang tiada banding.
II-3
7. Garansi 5 Tahun.
8. Dibuat di USA.
Tata cara penggunaan alat Electrolarynx yang benar adalah.
1. Mengisi daya baterai hingga penuh.
2. Menekan tombol On untuk menghidupkan alat Electrolarynx.
3. Menggenggam alat Electrolarynx dan ditempelkan pada bagian leher tertentu.
4. Menekan tombol Off untuk mematikan alat Electrolarynx.
5. Hindari dari tempat yang basah/berair.
6. Simpan alat Electrolarynx pada tempat yang bersuhu normal.
7. Membersihkan bagian luar alat Electrolarynx secara rutin.
8. Jika tidak sedang digunakan sebaiknya simpan alat Electrolarynx di dalam kotaknya.
III-1
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Quality Function Deployment (QFD)
1Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan.
Quality Function Deployment (QFD) pertama kali dikembangkan pada tahun 1972 oleh Mitsubishi’s Shipyard di Kobe, Jepang. Sejak itu proses dikembangkan oleh Toyota dan pemasoknya yang telah menggunakannya dalam rancangan mobil.
Manfaat utama dari Quality Function Deployment (QFD) adalah.
1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan.
2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain.
3. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan utama.
4. Perkiraan-perkiraan terbaru memperlihatkan adanya penghematan antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebelum dilakukan Quality Function Deployment (QFD).
1 Op.Cit. Perancangan Produk.Hal.135-137.
III-2
5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan.
6. Mendorong terselenggaranya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik dan pabrikasi sejak awal proyek.
7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.
2Fokus utama dari Quality Function Deployment (QFD) adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keingina mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses Quality Function Deployment (QFD). Oleh karena itu Quality Function Deployment (QFD) disebut sebagi voice of customer.
3.1.1. Struktur Quality Function Deployment (QFD) 3
Penerapan metodologi Quality Function Deployment (QFD) dalam proses perancangan produk/jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk/jasa atau disebut dengan House of Quality. Bagan House of Quality dapat dilihat pada gambar 3.1.
2 Ginting, Rosnani. 2016. Quality Function Deployment.USU Press. Hal 1-2.
3 Ibid.Hal. 2-5.
III-3
Sumber : Ginting, Rosnani. 2016. Quality Function Deployment
Gambar 3.1. House of Quality
Bagian A : Ruang pertama House of Quality adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs and benefits). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan dengan interview dan kemudian disusun secara hierarki.
Bagian B : Planning Matrix merupakan bagian kedua House of Quality dan disebut sebagai tempat penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap riset pasar. Penentuan tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas kebutuhan pelanggan.
Bagian C : Bagian ketika House of Quality adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya
III-4
gambaran tersebut diturunkan dari customer needs di bagian pertama House of Quality.
Bagian D : Bagian keempat House of Quality adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas.
Bagian E : Bagian kelima House of Quality adalah technical correlations, matriks yang bentuknya menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim Quality Function Deployment (QFD) dalam menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci komunikasi di antara para desainer.
Bagian F : Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu:
1. Technical response priorities, urutan tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.
2. Competitive technical benchmark, informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja produk pesaing.
3. Target technical, target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.
4The House of Quality adalah suatu kerangka kerja atas pendekatan dalam mendesain manajemen yang dikenal sebagai Quality Function Deployment (QFD). The House of Quality memperlihatkan struktur untuk
4 Cohen, Lou.1995.Quality Function Deployment How to Make QFD Work for You. Addison- Wesley Publishing Company.Hal.11-13.
III-5
mendesain dan membentuk suatu siklus, dan bentuknya menyerupai sebuah rumah.
3.1.1.1.Quality Function Deployment (QFD) Fase I5
Tahap perencanaan produk (product design), yaitu menterjemahkan kebutuhan-kebutuhan pelanggan kedalam kebutuhan-kebutuhan teknis (technicak requirement).
Fase ini dilakukan pembuatan model yang mampu mengidentifikasi seberapa jauh ekspektasi pelanggan terhadap kualitas sebuah produk sepeda yang mampu memuaskan konsumen. Dalam hal ini dilakukan dengan menghubungkan antara Customer Requirements (CRs)/Voice of Customer (VoC) dengan Design Requirements (DRs).
1. Pengembangan Model Product Planning
Model pengembangan product planning dilakukan dengan membuat perancangan model. Tujuannya tidak lain adalah total satisfaction of CRs.
2. Customer Requirements
Tahap ini dilakukan beberapa kegiatan di bawah ini:
a. Perekapan data tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dan nilai rata- rata keduanya untuk masing-masing customer requirement.
b. Perekapan data satisfaction level dan dissatisfaction level
c. Data Voice Of Customer dengan menggunakan kuisioner (kuisioner yang sudah mendapatkan validasi dari pihak yang ahli pada bidang ini).
5 Trenggonowati, Dyah Lintang.2017.Metode Pengembangan Produk QFD Untuk Meningkatkan Daya Saing Perusahaan.Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Cilegon, Indonesia.Hal 7-8.
III-6
d. Data Klasifikasi atribut (DRs)
e. Mendapatkan data hubungan relationship antara customer requirement dan atribut/ respon teknis (hubungan antara CRs dan DRs).
f. Mendapatkan data hubungan korelasi antar atribut (korelasi antara DRs dan DRs).
g. Mendapatkan important weight fase 1 3. Design Target Value
Target nilai pada fase satu ini diharapkan mampu mendapatkan CRs satisfaction degree dan fullfilment level dari masing-masing DRs.
6House of Quality digunakan untuk mendapatkan karakteristik teknis yang bermutu dan sesuai dengan keinginan pelanggan. Rumah mutu dibangun berdasarkan data kebutuhan pelanggan. Pengolahan data Quality Function Deployment (QFD) fase I dapat dilihat pada gambar 3.2.
Identifikasi Kebutuhan Responden Identifikasi Kebutuhan Responden
Penentuan Tingkat Kepentingan Penentuan Tingkat Kepentingan
Menetapkan Karakteristik Teknik Produk Menetapkan Karakteristik Teknik Produk
Menetapkan Tingkat Hubungan Antara Karakteristik Teknis Produk dengan
Kebutuhan Responden Menetapkan Tingkat Hubungan Antara
Karakteristik Teknis Produk dengan Kebutuhan Responden
Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning Matriks
Menyusun Matriks Perencanaan/ Planning Matriks
Membangun Matriks House of Quality Produk Membangun Matriks House of Quality
Produk
Menentukan prioritas karakteristik teknis Menentukan prioritas karakteristik teknis
Sumber: Ginting, Rosnani.2018.Perancangan dan Pengembangan Produk
Gambar 3.2. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD) Fase I
6 Op.Cit. Perancangan dan Pengembangan Produk. Hal.57-58.
III-7
Pembuatan matriks design deployment didasarkan pada kesimpulan yang diperoleh dari matriks House of Quality pada Quality Function Deployment (QFD) fase I yang berisi masalah yang harus diperbaiki.
3.1.1.1.1. Membangun Matriks House of Quality Fase I7
Langkah-langkah membangun Matriks House of Quality adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi Customer Requirement (QR)
Customer requirement berisi variabel-variabel kebutuhan.
2. Penentuan Customer Importance (CI)
Customer importance diperoleh berdasarkan jumlah masing-masing skala pengukuran untuk setiap pertanyaan pada kuesioner tertutup.
a. Langkah yang dilakukan setelah rekapitulasi customer adalah menentukan tingkat kepuasan konsumen untuk setiap variabel dengan rumus:
Tingkat kepuasan =∑[(Skala1 x frekuensi)+…+(Skala n x frekuensi)]
(Jumlah Responden)
b. Langkah selanjutnya adalah menentukan sales point yaitu nilai yang diharapkan pada masa yang akan datang dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan menjadi faktor persaingan.
c. Langkah berikutnya adalah menentukan rasio perbaikan setiap atribut dengan rumus:
Improvement Ratio =Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan
7 Ibid. Hal.58-71.
III-8
d. Langkah berikutnya adalah menentukan bobot absolut dari setiap kebutuhan konsumen dengan rumus:
Bobot absolut = tingkat kepentingan x rasio perbaikan x sales point e. Langkah berikutnya adalah menentukan bobot perencanaan relatif setiap
variabel dengan rumus:
Bobot relatif =Bobot absolut variabel kebutuhan
∑total bobot absolut kebutuhan x 100%
3. Penentuan Technical Requirement (TR)
4. Penetapan Hubungan Antara Technical Requirement (TR)
Penggambaran tingkat hubungan antara masing-masing karakteristik teknis berdasarkan pada simbol:
V : tingkat hubungan positif kuat = 4
√ : tingkat hubungan positif sedang = 3 x : tingkat hubungan negatif sedang = 2 X : tingkat hubungan negatif kuat = 1 - : tidak ada hubungan = 0
5. Membuat Hirarki Hubungan antara Customer Requirement dan Technical Requirement
Hirarki dibentuk untuk melihat hubungan antara customer requirement dan technical requirement.
1. Penetapan Tingkat Hubungan antara Customer Requirement dan Technical Requirement.
a. Perhitungan bobot setiap elemen
Faktor pembobot = ∑kolom kriteria
III-9
Kemudian menghitung bobot relatif setiap kriteria.
Bobot relatif kriteria = nilai kriteria faktor pembobot Selanjutnya menghitung bobot setiap elemen
Bobot =Bobot relatif 1 + bobot relatif 2 + ….+ Bobot relatif n Jumlah unsur
b. Perhitungan konsistensi
Perhitungan konsistensi dilakukan dengan mencari nilai eigen value maksimum terlebih dahulu dengan cara mengalihkan jumlah unsur dengan rata-rata.
λmaks =(faktor pembobot x bobot)1+ ⋯ + (faktor pembobot x bobot)n Kemudian hitung nilai CI
CI =λmaks − n n - 1 Dimana n = jumlah kriteria.
Setelah itu hitung CR
CR =CI RI
Dimana RI = Nilai Random Consistency Index (Tabel RI) c. Input bobot prioritas ke dalam relation matrix
2. Penyusunan Matriks House of Quality
Ukuran kinerja dari House of Quality yang terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, perkiraan biaya, dan tingkat kepentingan.
III-10
a. Tingkat kesulitan
Tingkat kesulitan ditentukan dari hubungan karakteristik teknis.
Perhitungan dengan menterjemahkan semua bobot nilai hubungan kemudian membagi bobot dari tiap-tiap karakteristik teknik dengan jumlah bobot.
Bobot karakteristik teknis = ∑nilai hubungan karakteristik teknis
Bobot Total = ∑nilai hubungan semua karakteristik teknis Tingkat kesulitan = bobot karakteristik teknis
bobot total x 100%
b. Perkiraan biaya
Total bobot tingkat kesulitan dari karakteristik teknis ditentukan terlebih dahulu:
Total tingkat kesulitan = ∑tingkat kesulitan Perkiraan Biaya = Tingkat Kesulitan karakteristik teknis
Total Tingkat Kesulitan x 100%
c. Derajat Kepentingan
Derajat kepentingan merupakan nilai yang menunjukkan tingkat
kepentingan suatu karakteristik teknis yang didasarkan pada perhitungan bobot rata-rata dengan metode AHP.
Derajat Kepentingan =Bobot karakteristik teknis
Jumlah Total x 100%
Atribut-atribut karakteristik teknis yang terpenting akan digunakan sebagai input Quality Function Deployment (QFD)fase II.
House of Quality pada Quality Function Deployment (QFD) fase I dapat dilihat pada gambar 3.3.
III-11
Sumber : Ginting, Rosnani. 2016. Quality Function Deployment
Gambar 3.3. House of Quality Fase I
Technical Requirement atau karakteristik teknis pada Quality Function Deployment (QFD) fase I akan menjadi input pada Quality Function Deployment (QFD) fase II untuk menentukan part kritis.
3.1.1.2.Quality Function Deployment (QFD) Fase II8
Tahap perencanaan komponen (part deployment), yaitu menterjemahkan kebutuhan-kebutuhan teknis kedalam karakteristik komponen. Pada fase ini dilakukan pembuatan model analisis data kebutuhan material atau komponen yang mampu memenuhi kriteria design target value pada fase pertama.
8 Op.cit. Trenggonowati, Dyah Lintang. Hal.8.
III-12
3.1.1.2.1. Membangun Quality Function Deployment (QFD) Fase II9
Langkah-langkah dalam membangun Quality Function Deployment (QFD) fase II dapat dilihat pada gambar 3.4.
Menetapkan karakteristik teknis prioritas berdasarkan QFD Fase I Menetapkan karakteristik teknis prioritas
berdasarkan QFD Fase I
Menetapkan part kritis Menetapkan part kritis
Menetapkan hubungan antara part kritis Menetapkan hubungan antara part kritis
Menetapkan hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis Menetapkan hubungan antara karakteristik
teknis dengan part kritis
Penentuan technical matrix Penentuan technical matrix
Penentuan peningkatan mutu produk Penentuan peningkatan mutu produk
Sumber: Ginting, Rosnani.2018.Perancangan dan Pengembangan Produk
Gambar 3.4. Diagram Alir Pembangunan Quality Function Deployment (QFD) Fase II
1. Menetapkan Karakteristik Teknis Prioritas Berdasarkan Quality Function Deployment (QFD)Fase I
Karakteristik teknis yang diperoleh dari Quality Function Deployment (QFD)Fase I dijadikan sebagai input untuk melaksanakan pengolahan pada Quality Function Deployment (QFD)Fase II. Karakteristik teknis prioritas ditentukan dengan menentukan ranking berdasarkan bobot yang terbesar dari tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya. Penetapan
9 Op.Cit. Perancangan dan Pengembangan Produk. Hal.86-97.
III-13
karakteristik teknis prioritas berdasarkan Quality Function Deployment (QFD) fase I dilakukan dengan cara berdiskusi dan malakukan wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Menetapkan Part Kritis
Part kritis adalah karakteristik part atau komponen yang paling utama pada produk yang akan diteliti. Part kritis diperoleh dari literatur mengenai produk- produk Electrolarynx dan wawancara dengan bagian produksi.
3. Menetapkan Hubungan antara Part Kritis
Penyusunan matriks design deployment langkah selanjutnya adalah membandingkan hubungan antara masing-masing part kritis. Hubungan antara part kritis dapat berupa hubungan positif kuat, positif sedang, negatif kuat, negatif sedang, dan tidak ada hubungan.
■ : tingkat hubungan positif kuat
□ : tingkat hubungan positif sedang
○ : tidak ada hubungan
∆ : tingkat hubungan negatif sedang
▲ : tingkat hubungan negatif kuat
4. Menentukan Hubungan antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis
Penentuan hubungan antara part kritis dan karakteristik teknis ini menggunakan matriks hubungan. Tingkat hubungan masing-masing part kritis yang ada menggunakan simbol :
a. Nilai 9 : menunjukkan hubungan yang kuat b. Nilai 3 : menunjukkan hubungan yang sedang
III-14
c. Nilai 1 : menunjukkan hubungan yang lemah
d. Nilai 0 : menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali 5. Penentuan Technical Matrix
Penentuan Technical Matrix dilakukan berdasarkan ukuran kinerja dari Quality Function Deployment (QFD) fase 2 yang terdiri dari tiga aspek yaitu tingkat kesulitan, tingkat kepentingan, dan perkiraan biaya.
a. Penentuan tingkat kesulitan
Tingkat Kesulitan = Bobot Tiap Part Kritis
Total Bobot Part Kritis x 100%
b. Penentuan derajat kepentingan
Derajat Kepentingan = Bobot tiap karakteristik teknis dengan part kritis
Total Bobot tiap karakteristik teknis dengan part kritis x 100%
c. Perkiraan biaya
Perkiraan Biaya = Tingkat Kesulitan part kritis
Total Tingkat Kesulitan part kritis x 100%
6. Penentuan Peningkatan Mutu Produk
Peningkatan mutu produk ditentukan berdasarkan bobot terbesar dari tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya.
House of Quality pada Quality Function Deployment fase II dapat dilihat pada gambar 3.5.
III-15
D
Technical Correlations
B Part Kritis
C
Relationships -What do the customer requirement mean to be
manufaktur -Where are the interactions
between relationships E
Technical Matrix -Technical Response Priorities -Competitive Technical Benchmarks
-Technical Targets
A
Technical Response (Technical Requirement)
E
Technical Correlations
C
Technical Response (Technical Requirement)
D
Relationships -What do the customer requirement mean to be
manufaktur -Where are the interactions
between relationships
F
Technical Matrix -Technical Response Priorities -Competitive Technical Benchmarks
-Technical Targets A
Customer Needs and Benefits
B Planning Matrix
-Importance to Customer -Current Satisfactiont Performance -Competitive Satisfaction Performance
-Goal -Improvement Ratio
-Sales Point -Raw Weight -Normalized Raw Weight
QFD FASE I QFD FASE II
Sumber : Ginting, Rosnani. 2016. Quality Function Deployment
Gambar 3.5. House of Quality Fase II
Gambar 3.5 menunjukkan perubahan rumah mutu dari fase I menjadi fase II. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Technical Requirement (karakteristik teknis) menjadi input pada rumah mutu Quality Function Deployment (QFD) fase II untuk menentukan part kritis.
3.2. Value Engineering10
Value Engineering merupakan suatu metode yang dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dengan memperhitungkan nilai dari komponen, peralatan, dan prosedur.
10 Miles, Lawrence D. 1972. Techniques of Value Analysis and Engineering Edisi Kedua. United States of Amerika: McGraw Hill.Hal. 54-59.
III-16
11Lima langkah yang dilakukan dalam penerapan Value Engineering yaitu:
1. Tahap informasi
Informasi yang dikumpulkan akan menentukan fungsi dari rancangan awal dan usulan dan akan mempengaruhi nilai manfaat yang diberikan. Informasi dan data yang dibutuhkan meliputi data fisik, metode yang dibutuhkan (bagaimana pengoperasian, pembangunan, penginstalasian, perawatan, dan lain-lain), data kinerja (data aktual, yang diinginkan, perawatan, keamanan, utilitas, dan lain- lain), sumber yang potensial, data biaya dan data kuantitas (volume).
2. Tahap Analisis
Tahap analisis sering disebut dengan fase analisis dan investigasi.
a. Memilih alternatif yang layak.
b. Mengembangkan kriteria peringkat yang spesifik dari proyek.
c. Mengevaluasi alternatif yang bertentangan dengan kriteria.
d. Membandingkan keuntungan dan kerugian.
3. Tahap Kreativitas
Strategi yang digunakan dalam value engineering harus bersifat:
a. Logis.
b. Dipercaya.
c. Mengidentifikasi tipe informasi baru yang dibutuhkan.
d. Menyediakan teknik penelitian yang akan memberikan pengetahuan secara efisien.
e. Menggunakan kreativitas yang dapat dikombinasikan dengan pengetahuan.
11 Op.Cit.Perencanaan dan Pengembangan Produk. Hal. 146-147.
III-17
4. Tahap Penentuan Keputusan
Menentukan keputusan yang siap untuk langkah perencanaan pengembangan yang diperoleh melalui tahap informasi, analisis dan kreativitas.
5. Tahap Perencanaan Pengembangan
Mengembangkan sebuah program investasi yang akan memberikan informasi terbaru dan kemampuan dalam mengembangkan alternatif yang terpilih.
Langkah-langkah dalam penerapan value engineering dapat dilihat pada gambar 3.6.
Sumber: Ginting, Rosnani.2018.Perancangan dan Pengembangan Produk
Gambar 3.6. Diagram Alir Tahap-tahap Value Engineering
Perhitungan total penghematan biaya pada value engineering adalah :
Total Penghematan Biaya =Biaya rencana awal-Biaya usulan
Biaya rencana awal x 100%
III-18
3.3. Hubungan Quality Function Deployment (QFD) dengan Value Engineering12
Hubungan antara Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Sumber: Jahangir.2012
Gambar 3.7. Hubungan antara Quality Function Deployment (QFD) dan Value Engineering
Bagian part kritis pada rumah mutu Quality Function Deployment (QFD) fase II akan dianalisis menggunakan metode value engineering dan akan dilakukan pengembangan perbaikan pada part kritis dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya tertinggi.
12 Jahangir dan Noraddin.2012. The Integration of QFD Technique, Value Engineering, and Design for Manufacture and Assembly (DFMA) during The Product Design Stage. Iran:
Tehran University.Hal. 146-159.
III-19
3.4. Kuesioner13
Sensus pertama pada tahun 1790, Biro Sensus Amerika Serikat telah mengumpulkan data menggunakan sensus “jadwal”, juga disebut
“kuesioner”.Antara tahun 1790 dan 1820, US Marshals melakukan sensus yang berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan (misalnya, nama, umur, jenis kelamin, ras, dan lain-lain).
Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang biasa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
14Jenis-jenis kuesioner yang ditinjau dari segi cara menjawab.
a. Kuesioner tertutup
Pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah semua alternative jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti. Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.
b. Kuesioner terbuka
Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada suatu kuesioner. Pada kuesioner terstruktur yang terbuka dimana pertanyaan-pertanyaan diajukan dengan susunan kata-kata dan urutan yang sama kepada semua responden ketika mengumpulkan data.
Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka.
13Ginting, Rosnani.2015.Kuesioner Alat Ukur Kepuasan Konsumen Terhadap Produk. USU Press.
Hal.1-2.
14 Ibid. Hal.9-12.
III-20
3.5. Teknik Sampling15
Teknik Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.
3.5.1. Nonprobability Sampling
Beda halnya dengan probability sampling, pada non-probability sampling, setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan probabilitas yang melekat pada setiap elemen tetapi berdasarkan karakteristik khusus masing-masing elemen.
3.5.1.1.Purposive Sampling
Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang menggunakan orang-orang tertentu sebagai sumber data/informasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud di sini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan, dan lain-lain yang dimilkinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai responden tapa melalui proses seleksi secara random. Biasanya jumlah responden dalam purposive sampling sangat terbatas.
Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah suatu tipe pertama
15 Ibid, hlm.112-115
III-21
purposive sampling dimana responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang- orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus yang dibutuhkan peneliti. Quota sampling adalah tipe kedua purposive sampling, dimana kelompok-kelompok tertentu dijadikan responden (sumber data/informasi) untuk memenuhi kuota yang telah ditetapkan. Pada umumnya, sejak awal penelitian kuota telah ditetapkan untuk masing-masing kelompok berdasarkan gambaran (persentase/proporsi kelompok) dalam populasi.
3.6. Keabsahan Data 3.6.1. Uji Validitas16
Validitas data ialah suatu ukuran yang mengacu kepada derajat kesesuaian antara data yang dikumpulkan dan data sebenarnya dalam sumber data. Data yang valid akan diperoleh apabila instrumen pengumpulan data juga valid. Oleh karena itu, untuk menguji validitas data maka pengujian dilakukan terhadap instrumen pengumpulan data. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment yang dikembangkan oleh Pearson yaitu :
rxy = N ∑ XY- ( ∑ X)( ∑ Y)
√{(N ∑ X2- ( ∑ X)2} {(N ∑ Y2- (Y)2}
Dimana, rxy = koefisien korelasi antara X dan Y Xi = skor variabel independen X Yi = skor variabel independen Y
16 Ibid, hlm.121-123
III-22
3.6.2 Uji Reliabilitas17
Reliabilitas adalah sebuah alat ukur berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data yang dihasilkan dari proses pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tersebut.
1. Koefisien Alpha Cronbach
Koefisien Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur reliabilitas dimana instrumen mennggunakan skor dalam rentang tertentu misalnya antara 1 dan 5 atau antara 1 dan 10 dan sebagainya. Rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien Alpha Cronbach adalah :
r11 = [ k
k - 1] (1- ∑σb2
σt2 )
Dimana, r11 = reliabilitas instrumen (koefisien Alpha Cronbach) k = jumlah butir pertanyaan dalam instrumen
∑ 𝜎b2= jumlah varians butir-butir pertanyaan 𝜎t2 = varians total
17 Ibid, hlm. 124-129.
IV-1
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di klinik Ar Rahman berlokasi di Jl.Kantil No.40, Kel.Hamdan, Kec.Medan Maimun, Kota Medan, Sumatera Utara dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2020 – Agustus 2020.
4.2. Objek Penelitian1
Objek penelitian yang diamati adalah alat Electrolarynx di Klinik Ar Rahman yang digunakan oleh pasien dari dokter spesialis THT. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbaikan dari alat Electrolarynx.
4.3. Jenis Penelitian2
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang berbentuk survey research. Penelitian deskriptif survey research yaitu penyelidikan yang bertujuan memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang yang ditetapkan dengan metode tertentu. Dasar penelitian ini adalah untuk melakukan perbaikan rancangan alat Electrolarynx.
1 Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian (Edisi 3, Medan : USU Press 2012), Hal 28.
2 Ibid.Hal.31-32.
IV-2
4.4. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen3
Variabel independen dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
a. Pengukuran Dimensi, yaitu satuan ukuran untuk alat yang akan dirancang.
(Kevin Otto, 2001)
b. Maksimum, minimum, dan rata-rata ketebalan bahan, yaitu ketebalan bahan yang digunakan yang akan mempengaruhi berat dan volume alat. (Kevin Otto, 2001)
c. Berat, yaitu berat suatu produk sesuai dengan keinginan konsumen yang menggunakan alat. (Kevin Otto, 2001)
d. Bahan, yaitu jenis bahan yang digunakan untuk merancang alat. (Kevin Otto, 2001)
e. Warna, yaitu warna yang sesuai dengan keinginan konsumen. (Kevin Otto, 2001)
f. Fungsi Tambahan, yaitu menambahkan fungsi alat sesuai keinginan konsumen. (Kevin Otto, 2001)
2. Variabel Dependen4
Variabel dependen dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
a. Karakteristik Desain, yaitu karakteristik-karakteristik yang memenuhi persyaratan produk. (Lou Cohen, 1995)
3 Ibid. Hal.86.
4 Ibid. Hal.85.