• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Coronavirus Disease (COVID 19) adalah nama yang diberikan oleh WHO (World Health Organization) pada 11 Februari 2020. COVID-19 yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan juga pertama kali ditemukan di kota Wuhan, di Cina pada akhir Desember 2019 yang bisa menyerang sistem pernapasan (Jovana, Suryaatmaja, Sri, & Wulandari, 2020).

Menurut WHO (World Health Organization) bagaimana penyebaran virus korona dari satu orang ke yang orang lainnya. Ketika seseorang menderita atau terinfeksi COVID-19 batuk atau bersin, mereka dapat melepaskan berupa cairan (Jovana et al., 2020). Penularan dari Covid-19 ini bersifat droplet percikan lendir-lendir kecil dari dinding saluran pernapasan seseorang yang sakit dan keluar pada saat batuk atau bersin (Prastiwi, Darmawan, & Efriani, 2020). Saat ini penyebaran dari manusia ke manusia sudah menjadi sumber penularan utama sehingga penyebaran virus ini terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi dari pasien positif covid 19 melalui droplet yang keluar saat batuk dan bersin (Nurul Aula, 2020).

Virus corona menyebar secara contagious, maksudnya contagious yaitu infeksi yang menyebar secara cepat dalam sebuah jaringan, bagaikan bencana atau flu (Jovana et al., 2020). Maksud dari virus corona seperti bencana yaitu suatu peristiwa yang memberikan dampak untuk masyarakat dalam hal negatif atau mengancam masyarakat itu sendiri, karena virus corona penyebaran infeksinya melalui batuk atau bersin maka gejalanya hampir sama dengan flu. Pandemi merupakan wabah yang terjangkit serentak ada di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas (Nurul, Aula, 2020). Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa menyebarnya penyakit korona virus 2019 di seluruh dunia dan juga sampai bulan April 2020 telah terinfeksi lebih dari 210 negara (Nurul Aula, 2020).

Pandemi global Covid-19 pertama kali diumumkan pada 11 Maret 2020 mengatakan bahwa virus ini sudah menyebar luas di populasi besar berbagai negara. Pada tanggal 25 Maret 2020 sudah menjangkit 175 negara dengan angka penularan sebanyak 425.493 kasus (Sari & Dkk, 2020).

World Health Organization (Gannika & Sembiring, 2020), mengatakan jumlah kasus yang terkonfirmasi positif covid-19 di seluruh dunia sampai

(2)

tanggal 23 Juni 2020 yaitu sebanyak 9.165.086 kasus, dari jumlah itu sebanyak 474.380 orang meninggal, dan juga 4.590.717 orang sembuh.

Dan 5 negara kasus tertinggi Covid-19 adalah Amerika Serikat 2.342.739 kasus, Brazil 1.106.470 kasus, Rusia 598.878 kasus, India 440.215 kasus, dan Inggris 307.682 kasus (Sari & Dkk, 2020)

Untuk Indonesia, sampai tanggal 18 Mei jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 18.010 dengan jumlah kasus yang meninggal sebanyak 1.191 kasus dan sembuh sebanyak 4.324 kasus (Mujiburrahman, Riyadi, & Ningsih, 2020). Data Covid-19 di Indonesia pada akhir Januari 2021 tercatat jumlah kasus positif sebanyak 1.078.314 (Gannika &

Sembiring, 2020).

Data Covid-19 di Kalimantan Selatan pada akhir Januari 2021 tercatat jumlah kasus positif 17.952 orang, di Banjarmasin kasus positif bertambah sebanyak 23 kasus di akhir Januari 2021 dan di jumlahkan tercatat menjadi 4543 orang terkonfirmasi Covid-19 sedangkan di Kabupaten tercatat jumlah kasus positif 249 orang. Data kunjungan di Puskemas Pemurus Dalam di dapatkan hasil di akhir bulan tanggal 30 Januari 2021 kasus positif berjumlah 284 orang, dan kontak erat dengan penderita Covid berjumlah 573 orang.

Wabah penyakit ini sangat lah mengguncang masyarakat dunia, karena hampir 200 Negara di Dunia sudah terjangkit oleh virus ini termasuk juga Indonesia. Akibatnya menimbul rasa gelisah, ketakutan dan ansietas kepada setiap orang (Jovana et al., 2020). Maka muncul lah kecemasan terhadap Covid-19 dan banyak faktor-faktor yang mendukung masyarakat tersebut mengalami kecemasaan terutama pemberitaan di berbagai media dan informasi setiap individu. Dan kecemasan muncul saat salah satu penderita Covid terpapar di wilayah masyarakat itu sendiri maka dalam situasi tersebut masyarakat akan lebih meningkatkan perilaku pencegahan penularan terhadap Covid 19.

Mencegah penyakit ini yaitu dengan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 melalui isolasi, deteksi dini, dan melakukan pelindungan diri dan orang lain yaitu dengan mencuci tangan, menggunakan masker dan tidak menyentuh area muka sebelum cuci tangan, dan menerapkan etika batuk dan bersin dengan benar (Rosidin, Rahayuwati, & Herawati, 2020).

Menjelaskan pandemi penyakit ini dapat mempengaruhi psikologis orang luas dan massif, mulai memikirkan informasi tentang sehat dan sakit, perubahan pencegahan agar tidak tertular dan ada yang memandang secara negatif yang dilihat dari jumlah kematian oleh penyakit Covid 19 sehingga membuat kecemasan pada masyarakat (Irda Sari, 2020).

Kehadiran wabah pandemi COVID-19 tentunya banyak memberikan dampak dan pengaruh yang berbeda untuk kehidupan masyarakat, bukan

(3)

hanya memberikan dampak yang terjadi pada kesehatan fisik, tetapi pada kondisi psikologis individu dan masyarakat pun ikut terpengaruh juga (Muyasaroh, 2020). Mengatakan dimana kondisi psikologis yang banyak dialami masyarakat khususnya di Indonesia yaitu rasa anxiety atau cemas apabila tertular (Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Menurut Harlock kecemasan merupakan bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan lain yang kurang menyenangkan. Dan kecemasaan dapat timbul pada individu saat sedang berhadapan dengan situasi yang tidak menyenangkan (Jovana et al., 2020). Maka dalam situasi pandemi Covid- 19 yang semakin banyak jumlah kasus tertular maka akan ada kecemasan yang timbul pada masyarakat atau individu untuk berperilaku dalam pencegahan agar tidak tertular (Jovana et al., 2020).

Perilaku adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia selain lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Pada dasarnya perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia (Wonok, Wowor,

& Tucunan, 2020). Maka kehadiran virus corona Covid-19 berdampak untuk manusia atau masyarakat berbagai sisi terutama gangguan psikologis berupa stress yang dalam bentuk ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan, maka dapat menimbulkan perilaku pencegahan sehingga membuat individu bereaksi respon emosional berupa kecemasan. Selama serangan panik, individu merasa bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi (Wonok et al., 2020).

Perilaku yang baik akan dapat menjadi upaya pencegahan penularan Covid-19 (Ramadhani, 2020). Maka dari itu perilaku pencegahan sangat lah penting untuk pencegahan agar tidak tertular, maka dampak Covid-19 ini sangat berdampak untuk masyarakat salah satu dampaknya adalah kecemasan maka kecemasan ini akan menjadikan individu ataupun masyarakat akan melakukan pencegahan maka timbul perilaku itu sendiri di masyarakat untuk pencegahan untuk diri mereka sendiri. Perilaku pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat di saat pandemi seperti memakai masker atau pelindungan diri, sering mencuci tangan, dan mengurangi berinteraksi dengan orang banyak (Ramadhani, 2020).

Dalam situasi pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru seperti mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menggunakan masker, serta menjaga imunitas tubuh dengan berolahraga sampai makan makanan yang bergizi untuk mencegah penyakit Covid-19 (Wonok et al., 2020)

Studi sebelumnya dari Hong Kong menemukan bahwa dibandingkan dengan mereka yang memiliki kecemasan rendah, individu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi, dan terutama tingkat kecemasan sedang memiliki kemungkinan jauh lebih tinggi untuk mengadopsi ≥ 5 tindakan

(4)

pencegahan terhadap sindrom, pernapasan akut berat (SARS) (Stickley, Matsubayashi, Sueki, & Ueda, 2020). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala depresi dapat menghambat perilaku pencegahan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19 (Stickley et al., 2020). Dan penelitian terbaru di China mengatakan bahwa kecemasan tidak terkait dengan perbedaan dalam penerapan tindakan pencegahan, sementara depresi dikaitkan dengan tindakan pencegahan yang lebih sedikit yang di ambil sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19 (Stickley et al., 2020). Maka kecemasan tinggi mengarah ke depresi akan lebih sedikit berperilaku pencegahan karena pemikiran yang tidak teratur untuk situasi mereka tetapi kecemasan yang sedang atau ringan maka mereka lebih tinggi untuk perilaku pencegahan karena mereka dapat berpikir dan melakukan yang seharusnya mereka lakukan sebelum terjadi penularan terhadap mereka. Maka dapat disimpulkan kecemasan dapat mempengaruhi setiap individu untuk berperilaku pencegahan terhadap Covid-19 (Stickley et al., 2020).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Pemurus Dalam RT 36 Banjarmasin sejak tanggal 29-30 Januari 2021 dari 10 masyarakat yang telah di wawancara tentang bagaimana menanggapi masalah pandemi covid-19 yang terjadi sejak akhir Maret 2020. Menanggapi tentang wilayah tersebut yang urutan pertama yang paling banyak kasus positif covid-19 maka ada 5 orang yang sangat merasa cemas di karena kan memiliki anak kecil dan takut akan tertular virus corona maka dengan kecemasan tersebut masyarakat berperilaku pencegahan yaitu setiap bepergian kemanapun memakai masker kain, cuci tangan dan jaga jarak dengan orang lain yang tidak dikenal dan lebih memilih mengurangi berkegiatan di luar rumah. Masyarakat yang menghidupi keluarga dengan berjualan di depan rumah lebih berperilaku pencegahan memfasilitasi penyediaan cuci tangan untuk warga yang lain.

Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan, peneliti ingin meneliti lebih mendalam lagi untuk mengetahui bagaimana hubungan kecemasan dengan perilaku pencegahan terhadap Covid-19 pada masyarakat di Wilayah Pemurus Dalam RT 36.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan kecemasan dengan perilaku pencegahan terhadap Covid 19 pada masyarakat di Wilayah Pemurus Dalam RT 36.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

1.3.1.1 Untuk mengetahui hubungan kecemasan terhadap Covid- 19 dengan perilaku pencegahan Covid-19 di masyarakat.

(5)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Menggambarkan kecemasan terhadap Covid-19 di masyarakat.

1.3.2.2 Menggambarkan perilaku pencegahan Covid-19 di masyarakat.

1.3.2.3 Menganalisis hubungan kecemasan dengan perilaku pencegahan terhadap Covid-19 di masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan pemahaman bagi masyarakat untuk menyikapi kecemasan dan berperilaku pencegahan terhadap Covid- 19.

1.4.2 Bagi Akademis

Penulis berharap penelitian ini di harapkan akan memberikan informasi dan tambahan untuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjaramasin dalam penelitian keperawatan agar mahasiswa tertarik terhadap masalah Covid-19 khususnya dalam keperawatan komunitas.

1.4.3 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan menambah wawasan, pengembangan pengetahuan dalam kecemasan dengan perilaku pencegahan terhadap Covid-19 di masyarakat.

1.5 Penelitain Terkait

1.5.1 Berdasarkan penelitian (Jovana et al., 2020) dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemik Covid-19. Variabel yang digunakan pada penelitian ada dua yaitu univariat dan bivariat adalah mengetahui tingkat kecemasan dan sikap sedangkan bivariat mengetahui hubungan antara kecemasan dan sikap remaja saat menghadapi pandemic Covid-19.Hasilnya tingkat kecemasan siswa sedangkan dan sikap nya sangat baik.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel terkait, populasi, karakteristik responden, tempat, waktu penelitian serta peneliti tidak meneliti tentang sikap remaja akibat pandemi Covid-19.

1.5.2 Berdasarkan penelitian (Gannika & Sembiring, 2020) dengan judul Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Coronavirus

(6)

Disease 2019 (COVID-19) Pada Masyarakat Sulawesi Utara.

Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2020, teknik sampling menggunakan purposive sampling, analisa data penelitian univariat dan bivariat dengan uji pearson chi square. Hasilnya perilaku pencegahan sesuai dengan pengetahuan yaitu pendidikan.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel bebas, populasi, karakteristik responden, tempat, waktu penelitian serta peneliti tidak meneliti tingkat pengetahuan pada masyarakat terhadap Covid-19.

1.5.3 Berdasarkan penelitian (Purnamasari, 2020) dengan judul Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Kabupaten Wonosobo Tentang COVID-19. Penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasi, pengambilan sampel random dan pertanyaan berisi kuesioner pengathuan dan perilaku. Hasilnya terdapat hubungan pengetahuan dengan perilaku masyarakat tentang Covid-19.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel bebas, populasi, karakteristik responden, tempat, waktu penelitian serta peneliti tidak meneliti tingkat pengetahuan pada masyarakat terhadap Covid-19.

Referensi

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Dari teori-teori diatas dapat disimpulkan visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk

 Inflasi Kota Bengkulu bulan Juni 2017 terjadi pada semua kelompok pengeluaran, di mana kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan mengalami Inflasi

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan permainan sains dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B TK Mojorejo 3

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan yaitu 1) Iradiasi sinar gamma pada kalus embriogenik jeruk keprok SoE untuk mendapatkan nilai LD 50. 2) Seleksi untuk mendapatkan