125
Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK
Lalat bibit (O. phaseoli) merupakan hama yang sering menimbulkan masalah pada tanaman kedelai. Perlu difikirkan cara yang tepat untuk mengendalikan hama tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk mencari cara yang terbaik untuk mengendalikan hama tersebut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan meliputi perlakuan: tanpa perlakuan, pemakaian mulsa plastic hitam perak, mulsa jerami, insektisida granuler, dan insektisida cair. Masing masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian mulsa jerami merupakan yang terbaik dalam menekan hama lalat bibit di tanaman kedelai dibandingkan methode pengendalian lainnya.
Kata kunci: aplikasi pengendalian, lalat bibit, O. phaseoli, ABSTRACT
Beanfly (O. phaseoli) often makes problem on soybean plantation, therefore need to search the correct method for control them. The aim of the research was to looking for the best method for controlling this insect pest. The Random Complete Block Design was used with the treatment were including applied of silver plastic cover, straw cover, granule insecticides, and spraying insecticides. Each of treatment was replied three times. Result of experiment showed that the application straw cover was the best method for controlling beanfly on soybean than others controlling methods.
Key word : application method, beanfly, O. phaseoli PENDAHULUAN
Kedelai merupakan komuditas penting untuk kebutuhan industri ataupun ternak. Kebutuhan tersebut terus meningkat dari tahun ketahun karena kebutuhan yang sangat besar terutama untuk agroindustri seperti tempe, tahu, kecap, dan pakan ternak. Pada tahun 2004 kebutuhan kedelai 1,95 juta ton dari jumlah tersebut 1,1 hingga 1,3 juta ton masih mengimport (Suara Merdeka,2004).
Ada banyak factor penyebab masih tingginya impor kedelai. Luas lahan yang
masih kurang dan banyaknya serangan hama merupakan diantara penyebab rendahnya produksi kedelai di Indonesia. Apabila pengendalian tidak tepat dilakuan terhadap hama yang menyerang kerugian akibat factor hama bisa mencapai 80% (Marwoto,1991; Balittra, 2003).
Lalat bibit (Ophiomya phaseoli Tryon) (Diptera, Agromizidae), merupakan hama yang sering sangat merugikan pada fase awal tanaman baru muncul. Lalat ini dapat dikenali dengan tubuh kecil berwarna hitam mengkilat. Proses
kerusakan taman terjadi ketika imago lalat meletakkan telur dalam jaringan mesofil dekat dengan pankal kotiledon atau helai daun pertama. Telur menetas kemudian menggerek keeping biji atau daun menuju ke pangkal akar. Akibat serangan dari lalt ini daun menjadi kerdil dan dapat mengalami kematian (Kalshoven, 1981; Somaatmadja dkk., 1985).
Kehilangan hasil karena hama ditentukan oleh beberapa factor. Tinggi rendahnya populasi hama, bagian tanaman yang dirusak, tanggapan tanaman terhadap gangguan kerusakan, fase pertumbuhan dan varietas merupan factor yang berpengaruh terhadap kehilangan hasil akibat hama (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2003). Serangan berat oleh hama terjadi jika suasa tanaman mendukung untuk perkembangan hama dan keberlimpahan sumber makanan (Somaatmadja dkk., 1985)
Ada beberapa cara pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hama. Menurut Tengkano dan Soehardjan (1997), pengendalian terhadap hama bisa dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, pengaturan pola tanam, penggunaan cara fisik dan mekanik , pengendalian hayati, dan penggunaan pestisida. Hingga saat ini pengendalian hama masih bertumpu pada penggunaan pestisida (Suprapto, 1995). Padahal pengendalian secara fisik juga punya potensi yang besar
dalam menekan hama misalnya dengan pemasangan mulsa organic atau anorganik (Rukmana dkk, 1997). Setiap teknik pengendalian memiliki keuntungan dan resiko, maka perlu difikirkan cara yang paling tepat (Oka, 1995). Untuk itu dalam penelitian ini ditujukan untuk mencari cara yang tepat untuk pengendalian lalat bibit. BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di sawah di Desa Antirogo, Jember desa Jubung pada bulan Maret sampai Juni 2007. Penelitian dilakukan dengan mempergunakan Rancangan Acak kelompok dengan perlakuan meliputi. Tanapa perlakuan, pemakaian mulsa jerami, mulsa plastic, pemakaian pestisida granuler, dan penyemprotan pestisida dengan luas per plot percobaan 3 m2. Masing masing perlakuan diulang 3 kali.Varietas kedelai yang digunakan adalah varietas galunggung. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm.
Pemberian mulsa jerami dilakukan setelah tanah diolah dan benih kedelai tertanam kemudian diatas plot tersebut di lapisi jerami secara merata. Untuk mulsa plastic dilakukan dengan cara setelah tanah diolah kemudian ditutup dengan mulsa plastic. Setelah mulsa terpasang tempat yang akan ditanami dilubangi sesuai dengan jarak tanam.
Pemakaian insektisida granuler dilaksanakan dengan cara dimasukkan dalam tanah disamping benih yang sudah ditanam. Insektisida granuler yang digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif fipronil 0,3 % dengan dosis 10 kg/ha. Aplikasi dilakukan satu kali pada saat awal tanam. Sedang insektisida cair memakai insektisida dengan bahan aktif monokrotofos dengan dosis 2 l/ha aplikasi dilakukan setelah kotiledon muncul dipermukaan tanah atau 4 hst.
Pengamatan yang dilakuan meliputi populasi serangga hama dan prosentase serangan hama. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari sekali hingga 30 hst pada jam 06.30 hingga 08.00. WIB. Pengamatan dilakuan pada sampel tanaman yang diambil setiap plot 10 sampel tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi lalat bibit pada masing masing perlakuan ditunjukkan pada gambar 1. Pada diagram tersebut dapat diketahui bahwa populasi lalat bibit tertinggi ada pada tanpa perlakuan diikuti oleh pemakaian insektisida granuler, insektisida cair, mulsa plastik dan terakhir mulsa jerami. Pada diagram ini menunjukkan bahwa adanya perlakuan metode pengendalian berpengaruh pada populasi lalat bibit.
Populasi dari lalat bibit akan berpengaruh terhadap prosentase
serangan. Bagaimana prosentase serangan lalat bibit pada kedelai ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Prosentase serangan lalat bibit pada berbagai metode pengendalian. Pada Gambar 2 terlihat bahwa
pada tanpa perlakuan prosentase serangan paling tinggi, disusul dengan insektisida granuler, insektisida cair, mulsa plastik dan terakhir mulsa jerami. Fluktuasi populasi serangan lalat bibit pada berbagai perlakuan ditampilkan pada Gambar 3.
Pada Gambar 3. A. terlihat bahwa kemunculan lalat bibit pada kedua perlakuan sama yaitu pada hari ke 6. Baik pada pemakaian mulsa jerami maupun mulsa plastik dari umur 6 hingga umur 9 hari kedua pemakaian mulsa sama sama meningkat dan setelah hari ke 9 populasi menurun. Yang membedakan pada pemakaian mulsa jerami penurunan lebih cepat dibanding pada pemakaian mulsa plastik. Pada Gambar 3. B. Pada pemakaian insektisida granuler dan
insektisida cair atau semprot ada perbedaan tren. Pada pemakaian insektisida granuler populasi dimulai dari 0 kemudian setelah umur 5 hingga 7 hari populasi naik namun setelah hari ke 7 juga ada kecendurungan menurun. Dan setelah hari ke 8 kedua pemakaian insektisida memiliki tren yang sama. Sedang pada Gambar 3 C. terlihat perbedaan fluktuasi pada tanpa perlakuan dengan insektisida granuler dan pemakain mulsa jerami. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa pemakain mulsa jerami menunjukkan pengaruh yang besar dalam menekan lalat bibit dibanding dengan pemakaian pestisida grabuler.
A B
C
Gambar 3. Fluktuasi lalat bibit pada berbagai perlakuan. A. Fluktuasi lalat pada pemakaian mulsa plastic dan jerami B. Fluktuasi lalat bibit pada pemakaian insektisida
C. Fluktuasi populasi lalat bibit pada tanpa perlakuan mulsa jerami dan pemakaian insektisida granuler.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian mulsa
jerami menunjukkan keunggulan yang lebih dalam menekan lalat bibit disbanding dengan metode pengendalian yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Baliitra, 2003, Budidaya tanaman kedelai, http://www.balittra.net. Diakses 16 Agustus 2005 Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2003, Kedelai, http://www.bi.go.id. Diakses 1
Kalshoven, L.G.E., 1981, Pest of Crop in Indonesia Revised and Translated by P.A Van der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.
Oka, N.I. 1995. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya di Indonesia. Gajahmada University Press. Yogjakarta
Rukmana, Rahmad, dan Sugandi, 1997, Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian, Kanisius, Jogjakarta.
Somaatmadja, S.M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, dan Yuswadi, 1985, Kedelai. Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Bogor, Bogor
Suara Merdeka, 2004, Impor kedelai habiskan devisa Rp 2 Triliun. Sabtu 31 Juli 2004. http://www. Suaramerdeka.com/harian/0407 diakses 31 desember 2005. Suprapto, H.S., 1995, Bertanam Kedelai, Penebar Swadaya. Jakarta
Tengkano, W. dan M. Soehardjan, 1997. Jenis Hama pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Balittan, Balitan, Bokor.