ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU LAUNDRY LINEN UNTUK MENGOPTIMALKAN PERSEDIAAN DI RSUD Dr.PIRNGADI KOTA MEDAN
Teks penuh
(2)
(3)
(4)
(5) PERNYATAAN ORISINALITAS. Judul : ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU LAUNDRY. LINEN. UNTUK. MENGOPTIMALKAN. PERSEDIAAN DI RSUD Dr.PIRNGADI KOTA MEDAN. Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.. Medan,. Agustus 2021. RIKA LESTARI SIREGAR NIM. 170403023.
(6) ABSTRAK Sistem persediaan yang tedapat pada Rumah Sakit dapat menimbulkan konsekuensi berupa resiko terhadap munculnya biaya-biaya persediaan. Kebijakan terhadap adanya persediaan dibuat guna mencegah pembelian yang berulang dengan frekuensi pemesanan yang tinggi akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi membengkak dan terjadinya pemborosan, khususnya dalam pengelolaan persediaan. bahan laundry linen di rumah sakit. Mengingat bahwa linen digunakan di setiap ruangan di rumah sakit, maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif, salah satunya dengan mengoptimalkan persediaan bahan laundry linen yang berkaitan dalam pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan bahan baku pada RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan di Instalasi laundry linen yang belum memiliki sistem pengendalian persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku yang terkadang sangat minim menyebabkan laundry rumah sakit memesan ulang persediaan bahan baku laundry linen, sementara ketika pasokan bahan baku yang terlalu banyak menyebabkan kelebihan persediaan sehingga membutuhkan biaya penyimpanan yang besar. Biaya persediaan yang dikeluarkan berdasarkan hasil perhitungan kondisi aktual rumah sakit selama setahun terakhir yaitu dari bulan juli 2020 sampai dengan juni 2021 sebesar Rp.559.797.816,10. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat apakah terdapat pengoptimalan pengendalian persediaan bahan laundry berdasarkan metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC) dibandingkan dengan metode yang selama ini terapkan oleh RSUD Dr.Pirngadi, adapun sumber data yang digunakan adalah data histori perusahaan selama setahun terakhir. Berdasarkan hasil perhitungan metode Continous Review System metode yang dengan penurunan total biaya persediaan sebesar Rp.553.720.095,50 dengan persentase penurunan biaya sebesar 1,09%. dengan total biaya penyimpanan dan pemesanan menggunakan metode Continous Review System dengan hasil biaya sebesar Rp.6.077.720,60.. Kata kunci: Pengendalian Persediaan, Analisis Always Better Control (ABC), Continuous Review System, Ukuran Lot Pemesanan, Biaya Persediaan.
(7) ABSTRACT Inventory systems that exist in hospitals can have consequences in the form of risks to the emergence of inventory costs. The policy on inventory is made to prevent repeated purchases with a high frequency of ordering which will result in the cost of ordering to swell and the occurrence of waste, especially in managing the inventory of laundry linen materials in hospitals. Given that linen is used in every room in the hospital, a comprehensive linen management is needed, one of which is by optimizing the inventory of linen laundry materials related to inventory control. Inventory control of raw materials at RSUD Dr. Pirngadi Medan City in the linen laundry installation which does not yet have a raw material inventory control system. Inventories of raw materials are sometimes very minimal, causing hospital laundry to reorder supplies of raw material for laundry linen, while when there is too much supply of raw materials, it causes excess inventory so that it requires large storage costs. Inventory costs incurred based on the calculation of the actual condition of the hospital during the last year, namely from July 2020 to June 2021, amounted to Rp. 559,797,816.10. The purpose of this study is to see whether there is an optimization of laundry material inventory control based on the Continuous Review System method with the Always Better Control (ABC) approach compared to the method that has been applied by RSUD Dr. Pirngadi, while the data source used is historical company data for a year. final. Based on the calculation results of the Continuous Review System method with a decrease in total inventory costs of Rp.553.720.095.50 with a percentage decrease in costs of 1.09%. with the total cost of storage and ordering using the Continuous Review System method with a cost of Rp.6.077.720.60. Keywords: Inventory Control, Always Better Control (ABC) Analysis, Continuous Review System, Order Lot Size, Inventory Cost.
(8) KATA PENGANTAR. Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas Berkah dan Rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir dan menyelesaikan Tugas Sarjana ini Tugas sarjana merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (Strata Satu Teknik Industri) di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Laundry Linen untuk Mengoptimalkan Persediaan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. Harapan penulis pada penyusunan laporan penelitian ini semoga dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Sarjana ini masih terdapat kekurangan, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, sehingga diperlukan perbaikan dan penyesuaian lebih lanjut. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan Tugas Sarjana ini melalui email [email protected]. Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lainnya.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN,. Agustus 2021. PENULIS RIKA LESTARI SIREGAR.
(9) UCAPAN TERIMA KASIH. Penulis memanjatkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT atas Berkah dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Kemudian tidak lupa berterima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, Penulisan Tugas Sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Ibu Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, MT, IPM selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.. 2.. Bapak Buchari, ST, M.Kes selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.. 3.. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Bapak Ir. Aulia Ishak, MT, Ph.D. selaku koordinator Tugas Sarjana yang telah memberikan arahan dalam penentuan topik Tugas Sarjana.. 4.. Ibu Rahmi M. Sari, S.T., M.M(T) selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan kesediaan baik waktu maupun ilmu, nasihat, saran, dan masukan yang dapat membangun untuk penulis agar penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Sarjana.. 5.. Seluruh Dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan berlangsung yang menjadi bekal dalam penulisan Tugas Sarjana ini.. vii.
(10) 6.. Kedua orang tua Tercinta penulis, Pardamean Siregar dan Aslamiah, S.Pd.I. atas doa, nasihat, bimbingan dan dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber inspirasi dan motivasi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan dan penulisan Tugas Sarjana ini.. 7.. Kakak dan Abang penulis Sri Ayla Siregar, S.Pd.MM, Dli Aul Fiqri Siregar, S.Pd. Sukma Suryani Siregar, SPd dan adik tercinta Syara Agustiana Siregar, serta abang ipar Doly Ahmad Tarmizi Simanjuntak, ST. selaku yang selalu memberikan dukungan, penyemangat dan motivasi serta mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.. 8.. Keluarga Siregar Family yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan dukungan, penyemangat dan motivasi serta mendoakan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini. 9.. Sahabat penulis grup “Ijo Kangkung” yang terdiri Ira, Ika, Indah, Dina, Lilis, Kiya dan Ais dan grup “Buroq” yang terdiri Mutiara, Hana, Dhede, Isyamel, Adiba, Latifa, Dinda, Atika, Thalia, Miranggi, dan Chalisa yang telah memberikan semangat dan mendukung serta mendoakan dalam penulisan tugas sarjana.. 10.. Tim Kerja Praktek PT. Wijaya Karya Beton,Tbk, khususnya Mutiara Khofifah Pasaribu, dan Hana Shofiyyah yang turut memberikan dukungan semangat kepada penulis.. 11.. Rekan-rekan seperdopingan (Bimbingan Group Rabu) yang telah membantu penulis dalam pengerjaan Tugas Sarjana.. viii.
(11) 12.. Sahabat-sahabat penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khususnya teman-teman angkatan 2017 (ATLANTIS) yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.. 13.. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan Tugas Sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.. ix.
(12) DAFTAR ISI. BAB. HALAMAN. LEMBAR JUDUL ........................................................................... i. LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ ii. PERNYATAAN ORSINALITAS .................................................. iii. ABSTRAK ....................................................................................... iv. ABSTRACT ...................................................................................... v. KATA PENGANTAR ..................................................................... vi. UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................... vii. DAFTAR ISI .................................................................................... x. DAFTAR TABEL .......................................................................... xiv. DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xvi. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii. PENDAHULUAN ........................................................................... I-1. 1.1. Latar Belakang ........................................................................... I-1. 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... I-6. 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... I-6. 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... I-7. 1.5. Batasan dan Asumsi ................................................................... I-8. 1.6. Sistematika Penulisan Laporan .................................................. I-8. II LANDASAN TEORI...................................................................... 2.1. Rumah Sakit ............................................................................... II-1 II-1. I.
(13) DAFTAR ISI (LANJUTAN). BAB. HALAMAN 2.1.1. Fungsi Rumah Sakit ........................................................ II-1. 2.1.2. Manajemen Instalasi Laundry Rumah Sakit ................... II-2. 2.2. Klasifikasi ABC ......................................................................... II-3. 2.3. Penggunaan Klasifikasi ABC .................................................... II-5. 2.4. Klasifikasi Persediaan ................................................................ II-6. 2.4.1. Bentuk Sistem Persediaan ............................................... II-7. 2.4.2. Fungsi Persediaan ........................................................... II-9. 2.4.3. Model-model Persediaan ................................................. II-9. 2.5. Metode Continous Review ......................................................... II-9. III METODE PENELITIAN .............................................................. 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... III-1 III-1. 3.2. Jenis Peneltian ............................................................................ III-1. 3.3. Objek Penelitian ......................................................................... III-1. 3.4. Variabel Penelitian ..................................................................... III-2. 3.4.1. Variabel Dependen .......................................................... II-2. 3.4.2. Variabel Independen ....................................................... II-2. 3.5. Kerangka Konseptual ................................................................. III-2. 3.6. Tahapan Penelitian ..................................................................... III-3. 3.7. Metode Pengumpulan Data ........................................................ III-5. 3.8. Metode Analisis Data ................................................................. III-6. xi.
(14) DAFTAR ISI (LANJUTAN). BAB. IV. HALAMAN. 3.9. Kesimpulan dan Saran ............................................................... III-6. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ...................... 4.1. Pengumpulan Data ..................................................................... IV-1 IV-1. 4.1.1. Jenis Stock Bahan Laundry Linen ................................... IV-1. 4.1.2. Sistem Persediaan Bahan Laundry Linen ........................ IV-1. 4.1.3. Data Penerimaan dan Pemakaian Bahan Laundry Linen. IV-2. 4.1.4. Biaya Pemesanan Bahan Linen Laundry ......................... IV-5. 4.1.5. Biaya Penyimpanan Bahan Linen Laundry ..................... IV-5. 4.1.6. Harga Bahan Bahan Linen Laundry ................................ IV-6. 4.1.7. Data Frekuensi Pemesanan Bahan Laundry Linen.......... IV-6. 4.1.8. Lead Time (Waktu Tunggu) Bahan Linen Laundry ........ IV-7. 4.2. Pengolahan Data ........................................................................ IV-7. 4.2.1. Metode ABC .................................................................... IV-8. 4.2.2. Kondisi Aktual RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Biaya. V. Persediaan Bahan Laundry Linen Klasifikasi A ........... IV-11. 4.2.3. Metode Continous System Review ................................... IV-15. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. V-1. 5.1. Analisis. Perbandingan Biaya Persediaan. Berdasarkan. Persediaan Aktual Rumah Sakit dengan Metode Continous System Review .......................................................................... xii. V-1.
(15) DAFTAR ISI (LANJUTAN). BAB. HALAMAN. 5.2. Analisis Perbandingan Total Biaya Persediaan. Aktual. Rumah Sakit dengan Metode Continous System Review ......... V-2. 5.3. Analisis Perbandingan pengendalian persediaan bahan baku yang menghasilkan biaya persediaan paling rendah ....... V-2. VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 6.1. Kesimpulan ................................................................................ VI-1 VI-1. 6.2. Saran ........................................................................................... VI-3. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN. xiii.
(16) DAFTAR TABEL. TABEL 1.1. Data Tempat Tidur Di RSUD Dr.Pirngadi .................................. HALAMAN I-3. 1.2. Data Perbandingan Pemakaian Bahan Laundry Linen Infeksius dan Non Infeksius Di RSUD Dr.Pirngadi ..................... I-5. 1.3. Data Stockout Bahan Laundry Linen Di RSUD Dr.Pirngadi ....... I-7. 4.1. Jenis Stock Bahan Linen Laundry ................................................ IV-1. 4.2. Data Pemesanan Bahan Laundry Linen dari Bulan Juli 2020Juni 2021 ...................................................................................... IV-3. 4.3. Data Pemakaian Bahan Laundry Linen dari Bulan Juli 2020Juni 2021 ...................................................................................... IV-4. 4.4. Rekapitulasi Total Biaya Pemesanan Seluruh Bahan Laundry Linen dan Total Biaya Kekurangan ............................................. IV-5. 4.5. Total Biaya Penyimpanan Bahan Laundry Linen ........................ IV-6. 4.6. Daftar Harga Bahan Bahan Linen Laundry ................................. IV-6. 4.7. Data Frekuensi Pemesanan Bahan Laundry Linen dari Bulan Juli 2020-Juni 2021 ...................................................................... IV-7. 4.8. Harga Pemakaian Bahan Laundry Linen ..................................... IV-9. 4.9. Persentase Jumlah Bahan Laundry Linen .................................... IV-9. 4.10. Klasifikasi ABC ........................................................................... IV-10. 4.11. Rekapitulasi Biaya Persediaan BLL 4 Klasifikasi A Berdasarkan Kondisi Aktual RSUD Dr. Pirngadi........................ IV-12.
(17) DAFTAR TABEL (LANJUTAN). TABEL. HALAMAN. 4.12. Rekapitulasi Biaya Persediaan BLL Berdasarkan Kondisi Aktual RSUD Dr. Pirngadi .......................................................... IV-14. 4.13. Total Kebutuhan Rata-Rata Bahan Laundry Linen ..................... IV-15. 4.14. Standart Deviasi Bahan Laundry Linen ....................................... IV-16. 4.15. Ukuran Lot Pemesanan Bahan Laundry Linen ............................ IV-17. 4.16. Reorder Point Bahan Laundry Linen ........................................... IV-18. 4.17. Ukuran Lot Pemesanan Bahan Laundry Linen ............................ IV-19. 4.18. Reorder Point Bahan Laundry Linen ........................................... IV-20. 4.19. Ukuran lot Pemesanan Bahan Laundry Linen ............................. IV-21. 4.20. Reorder Point Bahan Laundry Linen .......................................... IV-22. 4.21. Rekapitulasi Biaya Persediaan BLL Berdasarkan CRS ............... IV-23. 5.1. Rekapitulasi Perbandingan Biaya Persediaan Berdasarkan Persediaan Aktual dengan Metode CRS ..................................... 5.2. Rekapitulasi. Perbandingan. Total. Biaya. Persediaan. Berdasarkan Persediaan Aktual dengan Metode CRS ................ 5.3. Perbandingan. Persentase. Penurunan. Biaya. V-3. Persediaan. Berdasarkan Persediaan Aktual dengan Metode CRS ................. xv. V-2. V-4.
(18) DAFTAR GAMBAR. GAMBAR. HALAMAN. 1.1.. Lokasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan ............................. I-2. 2.1.. Sistem Persediaan Input – Output ....................................... II-8. 2.2.. Sistem Berjenjang ............................................................... II-8. 3.1.. Kerangka Konseptual Penelitian ......................................... III-3. 3.1.. Blok Diagram Tahapan Penelitian ...................................... III-4.
(19) DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1.. Tabel Nilai Faktor Pengaman (z)/ Tabel A ................................... L-1. 2.. Tabel Nilai Kemungkinan Kekurangan/ Tabel B.......................... L-2. 3.. Formulir Permohonan Tugas Sarjana............................................ L-3. 4.. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ............................................... L-4. 5.. Surat Keputusan Tugas Akhir ....................................................... L-5. 6.. Surat Keterangan Riset Tugas Sarjana .......................................... L-6. 7.. Surat Keterangan Balasan Riset Tugas Sarjana ........................... L-7. 8.. Kartu Kehadiran Kuliah Umum, Seminar Hasil, Workshop, dan. 9.. Conference .................................................................................... L-8. Lembar Asistensi Laporan Tugas Sarjana..................................... L-9.
(20) BAB I PENDAHULUAN. 1.1.. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan untuk memberikan. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran yang sangat penting dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, Secara umum unit operasional rumah sakit terdiri dari dua bagian besar, yakni unit kegiatan medik dan unit kegiatan nonmedik. Unit kegiatan penunjang nonmedik, terdiri dari beberapa unit salah satunya unit kegiatan linen dan laundry (Permenkes RI No 56, 2014). Laundry rumah sakit merupakan tempat pencucian semua linen yang dipergunakan oleh rumah sakit dengan pengelolaan dan tata laksana harus baik dan benar sesuai standart pencucian yang berlaku. Unit laundry juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin setrika (Kepmenkes,2004). Rumah sakit Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 11 Agustus 1928 dengan nama “Gemente Zieken Huis” dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Maria Constantia Macky yang merupakan anak dari Walikota Medan saat itu dan kemudian diangkat sebagai Direktur Dr. W. Bays. Rumah sakit berlokasi di jalan Prof. H. M. Yamin SH No.. I-1.
(21) 1-2. 47 Medan. Badan Pelayanan Kesehatan Rumah sakit Dr. Pirngadi Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan pada tanggal 10 April 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No mor: 433/Menkes/SK/IV/2007. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan telah diakreditasi oleh Tim Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Pusat dan lulus pada tingkat paripurna sesuai dengan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor: KARS-SERT/624/II/2017 tanggal 22 Februari 2017 (Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan, 2019). Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang berada di jalan Prof. HM. Yamin Sh No. 47, Perintis, Medan. Berikut alamat Google Maps RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada gambar 1.1.. Gambar 1.1. Lokasi RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun. Semua ruangan di rumah sakit memerlukan dan menggunakan linen. Mengingat bahwa linen digunakan di setiap ruangan di rumah sakit, maka diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif. Manajemen linen yang baik di rumah sakit merupakan salah satu aspek penunjang non medik yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu.
(22) 1-3. layanan di rumah sakit. Manajemen yang dimaksud dimulai dari perencanaan, penanganan linen bersih, penanganan linen kotor atau pencucian hingga pemusnahan (Depkes RI, 2004). Berikut ini merupakan data tempat tidur di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data Tempat Tidur Di RSUD Dr.Pirngadi No. Klasifikasi (Jumlah). 1 2. Super VIP VIP. 3. Kelas I (7 Ruangan). 4. 5. Kelas II (6 Ruangan). Kelas III (11 Ruangan). Nama Ruangan Anggrek 2 Anggrek 1 Anggrek 1 Anggrek 2 Dahlia 1 Dahlia 2 Anak Tulip 1a. Obsetri Neo Tulip 1a Tulip 1b. Ginekologi, Onkologi, Bedah Tulip 2 Dahlia 2 Anak Tulip 1a. Obsetri Neo Tulip 1a Tulip 1b. Ginekologi, Onkologi, Bedah Tulip 2 Tulip 3 RRG Dahlia 2 Anak Asoka 1 Asoka 2 Kenanga 1/ Neurologi Melati 3/ Bedah Pria/ Anak, Bedah Mata dan THT Kenanga 2/ Bedah Wanita/ Anak, Bedah Mata dan THT Flamboyan Tulip 1a. Obsetri Neo Tulip 1a. Jumlah Tempat Tidur 1 5 10 16 18 1 5 2. Sub Total 1 5. 68. 2 14 6 4 3 12. 60. 13 16 6 11 16 22 14 10 13 17 7. 110.
(23) 1-4. Tabel 1.1 Data Tempat Tidur Di RSUD Dr.Pirngadi (Lanjutan) No. 6. 7. Klasifikasi (Jumlah). Nama Ruangan. Jumlah Tempat Tidur. Tulip 1b. Ginekologi, Onkologi, Bedah Tulip 2 Tulip 2/ Tahanan Lili ISOLASI Mawar Matahari (5 Ruangan) Melati 1 dan 2 Tulip 1a Kamar 505 HDU ICU KHUSUS ICCU (5 Ruangan) PICU Unit Stroke Total Jumlah Tempat Tidur. Sub Total. 4 36. 16 16 4 25 13 20 8 2 6 2 2 2. 70. 14. 364. Sumber : Pengumpulan Data. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah keseluruan tempat tidur yang terdapat pada RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan sebanyak 364 tempat tidur. Pengendalian persediaan merupakan salah satu sistem yang digunakan perusahaan sebagai laporan untuk pihak top management ataupun manager persediaan guna menjadi alat ukur kinerja persediaan yang dapat dipertimbangkan dalam membuat kebijakan persediaan, seperti melakukan antisipasi guna mempertahankan. persediaan. untuk. mencegah. terjadinya. kehilangan. pendapatan/laba dan juga antisipasi terhadap pembelian secara kecil-kecilan dengan frekuensi tinggi yang akan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi membengkak. Hal ini dilakukan agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dengan spesifikasi atau mutu yang telah ditetapkan guna menjaga sirklus usaha dapat terjamin/tidak terganggu (Sampeallo, 2012)..
(24) 1-5. Prosedur Pengolahan Laundry Linen pada RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dipisahkan menjadi dua jenis linen yaitu linen infeksius (bahan baku yang digunakan jumlahnya lebih banyak) dikarenakan linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh pasien seperti feses, muntahan, darah, dan air seni, dan juga linen pasien COVID 19) dan untuk linen non infeksius(bahan yang digunakan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan linen infeksius) karena dilihat dari tingkat kekotoran linen tersebut . Sistem persediaan bahan laundry linen RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tidak memiliki acuan batas pemesanan barang dan hanya berdasarkan data pengecekan bahan laundry linen di gudang, yang baru akan di pesan apabila akan diperkirakan akan habis tanpa adanya perencaanaan dalam penjadwalan terhadap bahan laundry linen. Pemesanan biasanya akan dilakukan kepada pihak tender pengadaan bahan laundry linen rumah sakit dan membutuhkan waktu pemesanan (Lead Time) paling lama 2 hari. Pengelolaan persediaan bahan laundry linen yang selama ini diterapkan tidak mempertimbangkan aspek biaya persediaan, dimana pihak RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan belum melakukan klasifikasi mengenai bahan bahan laundry linen apa yang paling banyak dibutuhkan dan memiliki persentase besar dalam penggunaan anggaran biaya/belanja. Pemecahan masalah dalam mengoptimalkan persediaan salah satunya dengan melakukan pehitungan dengan menggunakan metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC). Pemecahan masalah dalam perencanaan persediaan dilakukan menggunakan metode continuous review yang biasanya digunakan untuk mengendalikan barang.
(25) 1-6. yang permintaannya bersifat bebas (independent) dengan pemesanan yang tetap dengan jumlah permintaan yang tidak pasti.. Metode Continuous Review System yang mana mampu mengurangi tingkat persediaan karena selalu dikendalikan secara terus menerus sehingga tidak terjadi overstock atau stockout. Penelitian yang berjudul Analisa Pengendalian Persediaan Daun Kayu Putih Yang Optimal Dengan Metode Continous Review System. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengendalian persediaan daun kayu putih sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan. Metode Continuous Review System Backorder dan Lost Sales akan dibandingkan dengan metode perusahaan dan dipilih metode terbaik dengan total biaya paling minimum. Hasil dari perhitungan diperoleh total biaya persediaan minimum dengan metode Continuous Review System Backorder sebesar Rp 2.459.692.004, sedangkan metode perusahaan sebesar Rp 2.595.684.800. (Enny Aryanny,dkk.2021). Penelitian yang berjudul Evaluasi Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Pendekatan Metode Continuous Review System, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model persediaan probabilistik yang baik digunakan dalam menentukan kuantitas pemesanan,. waktu. pemesanan. dan. persediaan. pengaman. dengan. mempertimbangkan total biaya minimal. Hasil penelitian menunjukan bahwa model persediaan Periodic Review System memiliki total biaya persediaan optimal. (Amri Yanuar,dkk.2020). Penelitian yang berjudul Penentuan Quantity Order, Reorder Point dan Safety Stock melalui Continuous Review System dalam Situasi Ketidakpastian Permintaan diperoleh hasil penghitungan quantity order, reorder point, dan safety.
(26) 1-7. stock yang optimal dengan mempertimbangkan probabilistik demand, sehingga dapat mengatisipasi fluktuatif perubahan demand yang tidak pasti dan kemungkinan kecil untuk terjadi overstock atau stockout persediaan bahan baku. Hasil perbandingan total biaya persediaan sebelum menggunakan metode continuous review sebesar Rp 163,816,692. (Mochamad Saiful,dkk.2019).. 1.2.. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan. masalah pada penelitian ini diketahui bahwa RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dalam pengendalian persediaan bahan-bahan laundry linen sering terjadinya stockout yang menyebabkan terjadinya pemesanan berulang yang dapat menambah aspek biaya persediaan dalam pemesanan bahan laundry linen, padahal kapasitas gudang bahan laundry linen mampu menampung bahan dengan jumlah ±5000 Liter, yang mengakibatkan pasokan bahan laundry linen yang terkadang minim sehingga tidak dapat memenuhi kapasitas pencucian yang dapat mengakibatkan penumpukan cucian laundry linen, yang akan berdampak kepada pasien apalagi pada kondisi pandemi Covid-19 sekarang. 1.3.. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan. pengendalian persediaan bahan laundry berdasarkan metode continuous review system dengan pendekatan Always Better Control (ABC) dibandingkan dengan model pengendalian persediaan bahan laundry yang selama ini terapkan oleh RSUD Dr.Pirngadi ..
(27) 1-8. Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Melakukan perhitungan jumlah biaya lot pemesanan bahan laundry linen berdasarkan kondisi aktual oleh Rumah Sakit Pirngadi dengan metode continuous review system dengan pendekatan Always Better Control (ABC). 2. Menentukan total biaya persediaan dari hasil perolehan biaya paling rendah berdasarkan kondisi aktual oleh Rumah Sakit Pirngadi dengan metode continuous review system dengan pendekatan Always Better Control (ABC). 3. Menentukan metode pengendalian persediaan bahan yang menghasilkan biaya persediaan paling rendah.. 1.4.. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:. 1.. Manfaat bagi mahasiswa Membantu mahasiswa dalam pembelajaran mengenai pentingnya sistem persediaan bahan laundry serta mampu mengaplikasikan ilmu teknik industri dalam hal menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi.. 2.. Manfaat bagi Universitas Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi pihak Universitas untuk membantu mahasiswa dalam Penelitian dapat menjadi referensi dan tambahan informasi tentang gambaran mengenai penggunaan/aplikasi metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC) dalam mengoptimalkan sebuah pengendaliaan persediaan.. 3.. Manfaat bagi Rumah Sakit.
(28) 1-9. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan usulan atau rekomendasi Rumah Sakit Pirngadi tentang perencanaan persediaan bahan laundry diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Rumah Sakit Pirngadi untuk dilakukan perbaikan sehingga diperoleh keuntungan yang lebih maksimal dengan metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC) serta untuk menyempurnakan sistem keputusan yang telah ada sebelumnya.. 1.5.. Batasan Masalah dan Asumsi Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan di Instalasi Laundry RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan 2. Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data histori Rumah Sakit Pirngadi satu tahun terakhir yaitu dari bulan juli 2020- juni 2021 mengenai persediaan bahan laundry yang meliputi : a. Data jumlah pemakaian bahan laundry b. Data jumlah pemesanan bahan bahan laundry c. Biaya pemesanan bahan bahan laundry d. Biaya penyimpanan bahan bahan laundry e. Data Frekuensi Pemesanan bahan laundry 3. Harga bahan laundry di ambil berdasarkan harga e-commerce. Asumsi dalam penelitian ini adalah : 1.. Kualitas bahan dianggap sama untuk setiap pemesanan..
(29) 1-10. 2.. Mesin yang digunakan dalam keadaan normal.. 3.. Lead time penerimaan bahan laundry linen hingga sampai ke RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan sama untuk setiap pemesanan. 1.6.. Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penulisan sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan. dalam Bab I hingga Bab VI. Dalam Bab I Pendahuluan diuraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir. Dalam Bab II Tinjauan Pustaka, diuraikan teo ri-teori yang mendukung pemecahan permasalahan penelitian. Teori yang digunakan berhubungan dengan penggunaan metode Continuous Review System. Dalam Bab III Metodologi Penelitian, diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian seperti penentuan lokasi penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, kerangka konseptual penelitian, tahapan penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, serta kesimpulan dan saran. Dalam Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data, diuraikan data-data yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan penelitian, baik data primer maupun data sekunder, sehingga data-data tersebut diolah hingga memperoleh hasil yang menjadi dasar pemecahan permasalahan.
(30) 1-11. tersebut dan dapat digunakan untuk diteliti. Dalam Bab V Analisis dan Pembahasan, merupakan analisis terhadap hasil dari pengolahan data terhadap pemecahan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Dalam Bab VI Kesimpulan dan Saran, merupakan kesimpulan yang diperoleh dari analisis penelitian, serta saran-saran yang bermanfaat bagi rumah sakit tempat penelitian dan pengembangan penelitian selanjutnya..
(31) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.. Rumah Sakit Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan. kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat (Permenkes RI, 2008). Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan serta sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki dampak positif dan negatif pada lingkungan sekitarnya dikarenakan dalam menyelenggarakan upaya pelayanannya, rumah sakit menggunakan teknologi yang dapat memberikan pengaruh pada lingkungan di sekitarnya (Adisasmito, 2007). Rumah sakit umum. Rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan terhadap semua penyakit umum. Rumah sakit umum II-1.
(32) II-2. biasanya memiliki instalasi gawat darurat yang siaga 24 jam guna memberikan pelayanan kepada pasien dengan keadaan mendesak dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum ini biasanya mudah di temui di berbag ai negara dan menyediakan fasilitas rawat inap dengan kapasitas yang cukup besar dan fasilitas untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. 2.1.1. Fungsi Rumah Sakit Pasal 1 angka 3 UU No 44 Tahun 2009 menyebutkan Rumah Sakit mempunyai fungsi (UU No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit) 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis 3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan Kesehatan 4. Pelayanan Kesehatan rehabilitative adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.. 2.1.2.. Manajemen Instalasi Laundry Rumah Sakit Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yaitu.
(33) II-3. melalui pelayan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan linen di rumah sakit (Depkes RI, 2004). Laundry rumah sakit adalah salah satu unit rumah sakit yang berfungsi sebagai tempat penyucian linen. Laundry rumah sakit dilengkapi dengan sarana pendukung seperti mesin cuci, alat dan bahan desinfektan, mesin uap, pengering, meja dan meja setrika. Unit laundry merupakan unit yang bertanggung jawab dalam melakukan pengolaan linen rumah sakit, terkhusus linen yang digunakan untuk kelengkapan pasien rawat inap (Jumadewi, 2014). Petugas laundry di rumah sakit mempunyai resiko besar untuk mengalami penyakit yang didapat dari lingkungan kerja berhubungan dengan pekerjaan yang dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja karena karyawan bertugas mengumpulkan,. mengangkut,. mencuci,. menyetrika,. menyimpan. dan. mendistribusikan kembali kain yang terkontaminasi oleh darah, sekreta, dan cairan tubuh lainnya atau perlindungan yang belum baik pada petugas laundry (Kepmenkes,2004). Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/ 2004 yang mengatur syarat-syarat dan standar pengelolaan tempat pencucian linen, persyaratan pencucian linen dan tata laksana maupun peralatan yang dimiliki oleh laundry rumah sakit maupun outsourcing laundry yang bekerja sama dalam pengelolaan semua alat tenun (linen) dalam hal peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit. Persyaratan umum laundry. Berdasarkan Permenkes RI No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, persyaratan umum laundry terdiri.
(34) II-4. dari : 1. Temperatur air panas untuk pencucian 70oC dalam waktu 25 menit atau 95oC dalam waktu 10 menit. 2. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya dapat tertangani secara cepat dan tepat. 3. Standar kuman bagi linen dan seragam tenaga medis bersih setelah keluar dari proses cuci tidak mengandung 20 CFU per 100 cm persegi. 4. Pintu masuk linen kotor dan pintu keluar linen bersih harus berbeda atau searah. 5. Jarak rak linen dengan plafon : 40 cm. 6. Dilakukan identifikasi jenis B3 yang digunakan laundry dengan membuat daftar inventori B3 dapat berupa tabel yang berisi informasi jenis B3, karakteristiknya, ketersediaan MSDS, cara pewadahan, cara penyimpanan dan simbol limbah B3. 7. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian dilengkapi Informasi Data Keamanan Bahan (MSDS) agar penanganan risiko paparannya dapat tertangani secara cepat dan tepat. 8. Ditempat laundry tersedia keran air keperluan hygiene dan sanitasi dengan tekanan cukup dan kualitas air yang memenuhi persyaratan baku mutu, juga tersedia air panas dengan tekanan dan suhu yang memadai. 9. Bangunan laundry dibuat permanen dan memenuhi persyaratan pedoman teknis bangunan laundry rumah sakit atau sesuai dengan ketentuan peraturan.
(35) II-5. perundang-undangan. 10. Rumah sakit melakukan pencucian secara terpisah antara linen infeksius dan noninfeksius. 11. Khusus untuk pencucian linen infeksius dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan dilengkapi sistem sirkulasi udara seuai dengan ketentuan. 12. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan keunit pengolahan air limbah. 13. Bangunan laundry terdiri dari ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya yaitu ruang linen kotor dan ruang linen bersih harus dipisahkan dengan dinding yang permanen, ruang untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alatalat termasuk linen. 14. Laundry harus dilengkapi “ruang antara” untuk tempat transit keluar-masuk petugas laundry untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. 15. Alur penanganan proses linen mulai dari linen kotor sampai dengan linen bersih harus searah (Hazard Analysis and Critical Control Point). 16. Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel, pembilas mata (eye washer) dan atau pembilas badan (body washer) dengan dilengkapi petunjuk arahnya. 17. Proses pencucian laundry yang dilengkapi dengan suplai uap panas (steam), maka seluruh pipa steam yang terpasang harus aman dengan dilengkapi steam trap atau kelengkapan pereduksi panas pipa lainnya..
(36) II-6. 18. Ruangan laundry dilengkapi ruangan menjahit, gudang khusus untuk menyimpan bahan kimia untuk pencucian dan dilengkapi dengan penerangan, suhu dan kelembaban serta tanda/simbol keselamatan yang memadai. Persyaratan diatas merupakan peraturan terbaru hasil pembaharuan dari peraturan sebelumnya yaitu Kepmenkes RI 1204/Menkes/SK/X/2004. Linen diartikan sebagai bahan-bahan yang terbuat dari kain yang digunakan dalam fasilitas perawatan kesehatan pada pegawai rumah tangga (sprei, handuk), dokter bedah (baju bedah, baju cuci), bagian pembersih serta pegawai di unit-unit khusus seperti ICU dan unit-unit lainnya (Tietjen dkk, 2004). Menurut Depkes RI tahun 2004, ada berbagai macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit, yaitu : 1. Sprei/ laken 2. Steek laken 3. Perlak/ Zeil 4. Sarung bantal 5. Sarung guling 6. Selimut 7. Boven laken 8. Alas kasur 9. Bed cover 10. Tirai/ gorden 11. Vitage.
(37) II-7. 12. Kain penyekat/ scherm Univer 13. Kelambu 14. Taplak 15. Barak schort (tenaga kesehatan dan pengunjung) 16. Celemek, topi, lap 17. Baju pasien 18. Baju operasi 19. Kain penutup (tabungan gas, troli dan alat kesehatan lainnya) 20. Macam-macam dock 21. Popok bayi, baju bayi, kain bedong, gurita bayi 22. Steek laken bayi 23. Kelambu bayi 24. Laken bayi 25. Selimut bayi 26. Masker 27. Gurita 28. Topi kain 29. Wash lap 30. Handuk a. Handuk untuk petugas b. Handuk pasien untuk mandi c. Handuk pasien untuk lap tangan.
(38) II-8. d. Handuk pasien untuk muka 31. Linen operasi (baju, celana, jas, macam-macam laken, topi, masker, doek, sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen, mitela, barak schort). Linen bersih (clean linen). Menurut Peninsula Community Health (2012), linen bersih merupakan linen yang tidak digunakan dari terakhir di laundry. Linen kotor (solid linen). Menurut Peninsula Community Health (2012), linen kotor merupakan linen yang telah digunakan baik terkontaminasi darah ataupun cairan tubuh lain; dan semua linen yang digunakan oleh pasien yang terinfeksi (baik kotor/ ternoda ataupun tidak). Linen kotor terinfeksi. Menurut Depkes RI (2004), linen kotor terinfeksi merupakan linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan kotoran terutama yang berasal dari infeksi TB paru, infeksi Salmonella dan Shigella (sekresi dan ekskresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya yang spesifik. Linen kotor tidak terinfeksi. Menurut Depkes RI (2004), linen kotor tidak terinfeksi adalah linen yang tidak terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh dan kotoran/feses yang berasal dari pasien lainnya, meskipun mungkin linen tersebut berasal dari seluruh pasien yang berasal dari sumber ruang isolasi yang terinfeksi. Peran dan fungsi. Manajemen pengelolaan linen di rumah sakit mempunyai peran yang cukup penting. Dimulai dari perencanaan, yang merupakan salah satu subsistem pengelolaan linen yaitu proses pencucian. Penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir.
(39) II-9. noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya merupakan alur aktifitas fungsional pengelolaan linen. Untuk linen yang rusak akan dikirimkan ke kamar jahit (Depkes RI, 2004). Agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik dan benar, maka dibutuhkan alur yang tersusun dan terencana dengan baik. Tugas penting lainnya yaitu perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, pemeliharaan fasilitas kesehatan dan lain-lain, agar linen dapat tersedia di unit-unit yang membutuhkan. Pengelolaan Linen Salah satu tugas dan tanggung jawab dari penunjang medik di rumah sakit yaitu pengelolaan linen. Saat ini bagan alur pengelolaan linen bermacam-macam. Secara umum pengelolaan linen diberikan ke bagian rumah tangga atau bagian pencucian dan sterilisasi bagian sanitasi namun, proses pencucian linen juga dapat dikontrakkan pada pihak ketiga (di luar rumah sakit) atau yang kita kenal dengan metode out sourcing. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa: a. Setiap rumah sakit memiliki beban kerja yang berbeda. b. Rumah sakit memiliki lahan yang terbatas. c. Terbatasnya tenaga kesehatan. d. Manajemen perlu berkonsentrasi pada jasa layanan kesehatan perawatan dan pengobatan. Direktur rumah sakit memegang penuh kewenangan, peraturan dan struktur organisasi unit pengelolaan linen, dan disesuaikan dengan kondisi di rumah sakit.
(40) II-10. bersangkutan (Depkse RI, 2004).. 2.2.. Klasifikasi ABC Klasifikasi ABC atau sering disebut juga sebagai analisis ABC merupakan. klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit dikalikan volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu). Periode waktu yang umumnya digunakan adalah satu tahun. Analisis ABC juga dapat ditetapkan menggunakan kriteria lain bukan semata-mata berdasarkan kriteria biaya tergantung pada faktor-faktor penting apa yang menentukan material tersebut. Klasifikasi ABC umum dipergunakan dalam pengendalian inventory (inventory control). Pada dasarnya terdapat sejumlah faktor yang menetukan kepentingan suatu material, yaitu: 1. Nilai total uang 2. Biaya per unit dari material 3. Kelangkaan atau kesulitan memperoleh material 4. Ketersediaan sumber daya, tenaga kerja, dan fasilitas yang dibutuhkan untuk membuat material. 5. Panjang dan variasi waktu tunggu (lead time) dari material, sejak pemesanan material itu pertama kali sampai kedatangannya. 6. Ruang yang dibutuhkan untuk menyimpan material itu..
(41) II-11. 7. Resiko penyerobotan atau pencuarian material itu 8. Biaya kehabisan stock atau persediaan (stock out cost) dari material itu. 9. Kepekaan material terhadap perubahan desain. Klasifikasi ABC mengikuti prinsip 80 – 20 atau hukum pareto, dimana sekitar 80% dari nilai inventory material dipresentasikan (diwakili) oleh 20 % material inventory (Ginting, 2007). Seleksi bahan dalam rangka efisiensi dapat dilakukan dengan cara analisis ABC. Pada umumnya persediaan bahan terdiri dari berbagai jenis dan sangat besar jumlahnya. Masing - masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Berbagai jenis bahan yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana saja yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC (Biswas dkk, 2017). 2.3.. Penggunaan Klasifikasi ABC Pengunaan analisis ABC adalah untuk menetapkan sebagai berikut. (Ginting,2007) 1. Frekuensi perhitungan inventory (cycle inventory) dimana, material – material kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventory dibandingkan material – material kelas B atau C. 2. Prioritas rekayasa (engineering), dimana material – material kelas A dan B memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program.
(42) II-12. reduksi biaya ketika mencari material – material tertentu yang akan di fokuskan. 3. Prioritas pembelian, dimana aktivitas pembelian seharusnya difokuskan pada bahan – bahan baku bernilai tinggi (high value). Fokus pada material kelas A untuk pemasokkan dan negosiasi. 4. Keamanan, meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh digunakan menjadi indikator dari material – material mana (kelas A dan Kelas B) yang seharusnya aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian. 5. Sistem pengisisan kembali (replenishment systems), dimana klasifikasi ABC akan membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan. Akan lebih ekonomis apabila material material kelas C dengan mengunakan simple two bin system of replenishment dan metode – metode yang lebih canggih untuk material – material kelas A dan B. 6. Keputusan investasi, karena material–material kelas A menggambarkan investasi yang lebih besar dalam inventory maka perlu lebih berhati–hati dalam membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stock pengaman material– material kelas A dibandingkan material kelas B dan C.. 2.4.. Klasifikasi Persediaan Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya menganggur. (idle resource). Sumber daya menganggur ini belum digunakan karena menunggu.
(43) II-13. proses lebih lanjut. Yang dimaksud dari proses lebih lanjut adalah dapat berupa kegiatan produksi seperti dijumpai dalam sistem manufaktur, kegiatan pemasaran seperti dijumpai pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi seperti pada sistem rumah tangga. Keberadaan persediaan atau sumber daya menganggur ini dalam suatu sistem mempunyai suatu tujuan tertentu. Alasan utamanya adalah karena sumber daya tertentu tidak bisa di datangkan ketika sumber daya tersebut dibutuhkan. Sehingga, untuk menjamin tersediannya sumber daya tersebut perlu adanya persediaan yang siap digunakan ketika dibutuhkan. Adanya persediaan tersebut akan menimbulkan konsekuensi berupa resiko– resiko tertentu yang harus ditanggung perusahaan akibat adanya persediaan tersebut. Persediaan yang dilakukan penyimpanan oleh perusahaan bisa saja mengalami kerusakan sebelum digunakan. Selain itu perusahaan juga haru menanggung biaya–biaya yang timbul akibat dari adanya persediaan tersebut. Adapun alasan perlunya persediaan adalah sebagai berikut (Ginting, 2007) 1. Transaction motive Menjamin kelancaran proses pemenuhan (secara ekonomis) permitaan barang sesuai dengan kebutuhan pemakai. 2. Precatuinary Motive Meredam fluktuasi permintaan/pasokan yang tidak beraturan. 3. Speculation Motive Alat spekulasi untuk mendapatkan keuntungan berlipat di kemudian hari..
(44) II-14. Persediaan dapat bersifat speculator Tujuan manajemen persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan biaya yang rendah (Ginting,2007).. 2.4.1. Bentuk Sistem Persediaan Secara umum suatu sistem persediaan terbagi atas: 1). Sistem sederhana Merupakan suatu sistem persediaan yang berdasarkan atas input dan output. Sumber: Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi.. Gambar 2.1. Sistem Persediaan Input – Output.
(45) II-15. 2) Sistem Berjenjang (Multi Echelon Inventory System). Sumber: Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi.. Gambar 2.2. Sistem Berjenjang. 2.4.2.. Fungsi Persediaan Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antara. proses produksi dan ditribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain dari persediaan adalah sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan (Ginting, 2007). Menurut Handoko (1994) fungsi persediaan yaitu: 1) Fungsi Decoupling Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier Mengatur radio, CD. 2) Fungsi Economic Lot Sizing.
(46) II-16. Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya) 3) Fungsi Antisipasi Sering perusahaan mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). 2.4.3. Tujuan Persediaan Pengadaan sediaan pada umumnya ditujukan untuk memenuhi hal-hal berikut: (Murdifin, 2017) 1). Untuk memelihara independensi operasi. Apabila sediaan material yang diperlukan ditahan pada pusat kegiatan pengerjaan dan jika pengerjaan yang dilaksanakan oleh pusat kegjatan produksi tersebut tidak membutuhkan material yang bersangkutan dengan segera, akan terjadi fleksibilitas pada pusat kegiatan produksi. Fleksibilitas.
(47) II-17. tersebut terjadi karena sistem mempunyai sediaan untuk menjamin keberlangsung proses produksi. Akan tetapi, sepanjang diperlukan penyetelan atas mesin- mesin untuk tujuan menghasilkan produk yang baru, independensi. atas. alat-alat. produksi. memungkinkan. untuk. mempertimbangkan jumlah produksi yang ekonomis. Manajemen dapat memperhitungkan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan produksi yang ekonomis tersebut. Apabila bahan yang dialokasikan tidak selesai diproses dalam waktu vang telah ditentukan, akan tercipta persediaan atas produk yang sedang dalam pengerjaan. 2).. Untuk memenuhi tingkat permintaan yang bervariasi. Apabila volume permintaan dapat diketahui dengan pasti, perusahaan memiliki peluang untuk menentukan volume produksi yang sama dengan volume permintaan dimaksud. Sejalan dengan itu, perusahaan tidak perlu menyediakan persediaan pengaman (safety stock) yang diperlukan untuk menjawab fluktuasi permintaan. Akan tetapi, di dunia nyata, volume permintaan tidak dapat ditentukan dengan pasti. Volume permintaan dapat saja melebihi perkiraan karena keberhasilan dalam aktivitas promosi penjualan. Sebaliknya, volume permintaan dapat pula kurang dari yang diramalkan karena adanya tekanan persaingan yang ketat atau pengaruh faktor musiman. Sehubungan dengan itu, volume permintaan pasar yang dihadapi mempunyai gejala yang berfluktuasi. Untuk menjawab fluktuasi permintaan tersebut, perusahaan perlu memelihara persediaan pengaman..
(48) II-18. 3).. Untuk menerima manfaat ekonomi atas pemesanan bahan dalam jumlah tertentu, Apabila dilakukan pemesanan material dalam jumlah tertentu biasanya perusahaan pemasok akan memberikan potongan harga (quantity discount). Di samping itu, frekuensi pemesanan juga akan berkurang. Dengan demikian, biaya pemesanan (ordering cost), termasuk biaya pengiriman sediaan juga akan berkurang.. 4).. Untuk menyediakan suatu perlindungan terhadap variasi dalam waktu penyerahan bahan baku. Penyerahan bahan baku oleh pemasok kepada perusahaan memiliki kemungkinan untuk tertunda karena berbagai penyebab. Penyebab itu dapat berupa pemogokan pada perusahaan pemasok, perusahaan pengangkutan, atau oleh buruh pelabuhan. Mungkin pula terjadi permintaan yang disampaikan ditolak oleh pemasok karena berbagai alasan, kapasitas alat angkutan yang tersedia tidak cukup, dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, untuk memberikan perlindungan kepada sistem produksi, perusahaan perlu memelihara sediaan pengaman (safety stock) yang cukup, guna mengantisipasi kekurangan sediaan karena faktor lead-time yang dimaksud.. 5.. Untuk menunjang fleksibilitas penjadwalan produksi. Sehubungan dengan adanya gejala fluktuatif atas permintaan pasar, perusahaan perlu pula mengatur penjadwalan produksi yang bervariasi. Volume permintaan pasar yang berfluktuasi perlu dijawab oleh volume keluaran yang juga bervariasi. Variasi volume produksi dapat memengaruhi penggunaan kapasitas,.
(49) II-19. khususnya jumlah shift buruh yang harus dipekerjakan untuk menunjang rencana produksi tersebut. Selanjutnya, juga berpengaruh terhadap jumlah bahan baku yang harus disediakan. Untuk menunjang terwujudnya fleksibilitas dalam penjadwalan produksi, manajemen perlu mengatur jumlah persediaan bahan yang perlu dipelihara setiap saat. 2.4.4. Model-model Persediaan Pengendalian persediaan secara statatistik dibagi menjadi tiga, yaitu bersifat deterministik, bersifat probabilistik dan bersifat tidak tentu (uncertainty) (Ginting, 2007). Terdapat dua jenis metode dalam pengendalian persediaan probabilistik (Silver, Pyke, & Peterson, 1998): 1). Metode persediaan Continuous review Metode continuous review mengendalikan tingkat persediaan secara terus menerus. Pada sistem ini ketika tingkat persediaan mencapai reorder point atau dibawahnya maka baru akan dilakukan pemesanan produk. Sistem ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Sistem Continuous Review (s,Q) yang merupakan sistem dimana akan dilakukan pemesanan sebesar jumlah pemesanan (Q) ketika persediaan berada pada titik reorder point atau dibawahnya dan Sistem Continuous Review (s,S) Sistem (s,S) merupakan sistem dimana akan dilakukan pemesanan sampai tingkatan persediaan maksimum (S) ketika persediaan berada pada titik reorder point atau.
(50) II-20. dibawahnya, dimana S = s + Q. 2). Metode Persediaan Periodic Review Metode periodic review system mengendalikan persediaan berdasarkan interval waktu (T). Pemesanan dilakukan dengan jumlah pemesanan (Q) yang bervariasi dengan periode pemesanan tetap. Sistem ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Sistem Periodic Review (R,S) yang merupakan sistem persediaan dimana pemesanan dilakukan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan dan sistem periodic review (r,s,s) yang merupakan sistem persediaan dimana akan. 2.4.5. Sistem Pengendalian Persediaan Situasi persediaan (inventory) yang pasti pada dasarnya tidak ada, sebaliknya yang ada ialah keadaan yang tidak pasti. Waktu menunggu permintaan dan penyediaan barang pada umumnya berfluktuasi, yaitu menunjukkan gerakan naik turun sehingga sukar untuk diramalkan. Di dalam situasi pada saat kedua hal tersebut konstan dan diketahui, model persediaan sebelumnya memberikan hasil pemecahan yang optimum. Ini berarti sulit sekali dalam praktiknya untuk mengetahui secara pasti kapan dan berapa jumlah permintaan. Asumsi yang berkenaan dengan jumlah pesanan ekonomis biasa- nya tidak berlaku untuk semua situasi persediaan. Besarnya permintaan barang bisa lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan semula karena adanya berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Begitu juga waktu tunggu sampai tersedianya barang (acquisition lead.
(51) II-21. time) bisa berbeda, kadang-kadang lama, sebab hal ini tergantung kepada supplier yang mungkin mengalami kesukaran dalam proses produksi atau pengangkutan.. 2.4.6. Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan (inventory) merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan dari waktu ke waktu. Bentuk persediaan itu bias berupa bahan mentah, komponen, setengah jadi, spare part, dan lain-lain. Dalam pengendalian persediaan terdapat beberapa fungsi, diantaranya: (Amirudin, 2005) 1.. Siklus persediaan (Inventory Cycle) Siklus persediaan berkaitan dengan membeli atau menyediakan dalam jumlah lebih besar dari yang dibutuhkan. Alasannya karena faktor ekonomis, dengan jumlah yang besar akan mendapatkan diskon besar pula. Disamping itu hambatan-hambatan berupa faktor teknologi, transportasi dan lain-lain.. 2.. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Mencegah terhadap ketidaktentuan (uncertainties) persedian. Artinya sebelum persediaan habis kita harus mempersiapkan sejumlah persediaan, jika disuatu saat ternyata persediaan habis sedang pemesanan kembali tidak bisa tersedia seketika itu. Karena ketika ada permintaan dari pelanggan sedangkan persediaan habis maka akan timbul stock out cost yang mungkin tidak kecil, yaitu biaya pengganti atau biaya karena kehabisan barang..
(52) II-22. 2.5.. Metode Continous Review Menurut Verawaty, et.al. (2015) metode Continous Review merupakan. metode yang mengendalikan tingkat persediaan dengan melakukan pemesanan kembali ketika persediaan itu sudah mencapai titik reorder point atau dibawahnya yang dilakukan secara terus-menerus. Pemecahan masalah mengenai konsep perencanaan persediaan dengan kondisi ketidakpastian permintaan dengan tujuan meminimalkan biaya persediaan dalam kurun waktu tertentu dengan metode continuous review system yang mana metode ini mampu mengurangi tingkat persediaan karena selalu dikendalikan secara terus menerus sehingga tidak terjadi overstock atau stockout. Perusahan perlu memantau tingkat persediaan yang dimiliki sebagai upaya mengendalikan aset perusahan. Tingkat ketidakpastian permintaan dari marketing berdampak pada perencanaan pembelian bahan baku akan kurang akurat, sehingga menimbulkan biaya persediaan yang tinggi. Peninjauan persediaan menggunakan sistem continuous review system dilakukan secara terus-menerus dimana R= 0 sehingga posisi stok selalu diketahui. Kelebihan dari sistem ini yaitu kecil kemungkinan adanya kekurangan stok maupun kelebihan stok karena posisi stok selalu ditinjau setiap saat. Namun, peninjauan terus-menerus dapat menyebabkan beban kerja karyawan lebih besar dan beban kerja kurang dapat diprediksi. Selain itu, kelemahan lain dari sistem ini yaitu besarnya biaya peninjauan dan review error. Akurasi perencanaan bahan baku akan berdampak terhadap penerapan just in time pada jadwal produksi yang mana pesanan akan dikurangi apabila tidak.
(53) II-23. sesuai jadwal dan tentunya akan ada biaya pinalti terhadap ketidak sesuaian jadwal. Langkah-langkah menggunakan metode Continous Review dalam memecahkan permasalahan. (Syaiful,dkk.2019) Kami sekarang akan mempertimbangkan kebijakan (s, S) daripada kebijakan (R, Q). Kami masih mengasumsikan tinjauan berkelanjutan. Ingatlah bahwa kebijakan (s, S) berarti bahwa pesanan dipicu segera setelah posisi persediaan turun ke atau di bawah titik pemesanan ulang. Ukuran pesanan dipilih agar posisi persediaan meningkat menjadi S. Pertama-tama kita perhatikan bahwa kebijakan (s, S) setara dengan kebijakan (R, Q) dengan s = R dan Q = S-s selama kita tahu bahwa posisi persediaan persis s ketika order dipicu. Kesetaraan ini berlaku baik untuk permintaan yang terus menerus dan untuk permintaan Poisson murni. Namun, tidak benar untuk permintaan Poisson majemuk dengan ukuran permintaan lebih besar dari satu. Di sini kami hanya akan mempertimbangkan permintaan semacam itu, karena kami telah menangani kebijakan (R, Q) di Bagian 3.4.2. Dalam Proposisi 3.1 di Bagian 3.4.2 kami membuktikan bahwa distribusi kondisi tunak dari posisi persediaan dalam kasus kebijakan (R, Q) seragam pada bilangan bulat [R + 1, R + Q]. Dengan kebijakan (s, S), posisi persediaan jelas selalu dalam interval yang sesuai [s + 1, S], tetapi, secara umum, tidak terdistribusi secara seragam pada nilai-nilai ini. Oleh karena itu kita perlu menentukan distribusinya. Perhatikan pertama-tama bahwa transisi IP posisi inventaris adalah proses pembaruan. Setiap kali pesanan dipicu dan siklus pesanan baru dimulai, posisi inventaris dinaikkan ke S dan kami memiliki regenerasi. Sekarang kita akan.
(54) II-24. mempertimbangkan jumlah pelanggan dan transisi posisi persediaan antara dua pesanan. (regenerasi).. Untuk. setiap. kedatangan. pelanggan,. kami. mempertimbangkan posisi inventaris tepat setelah kedatangan ketika permintaan dan kemungkinan pesanan pengisian ulang telah terjadi. Peroleh mj = probability to reach IP = j during an order cycle (s + 1 :$; j :$; S). Seperti sebelumnya. fk adalah probabilitas ukuran permintaan k (ingat bahwa kita mengasumsikan fo = 0). Jelas ms = 1 karena kita memulai setiap siklus dengan IP = S. Tidak ada posisi inventaris yang dapat dikunjungi lebih dari sekali selama siklus pesanan. Selanjutnya : Mj = ∑sk=j+1 mkfk j=s+l, s+2,.. , S – 1,. (3.1). i.e. kita hanya bisa mencapai IP = j dari beberapa IP> j. Dari (3.71) mudah untuk menentukan probabilitas mj secara rekursif untuk j = S-1, S-2, s + 1. Perhatikan bahwa mj juga dapat diartikan sebagai jumlah rata-rata kunjungan ke IP = j selama siklus pesanan. Setiap transisi posisi inventaris dipicu oleh pelanggan. Oleh karena itu, jumlah total rata-rata pelanggan selama siklus pemesanan ∑ . Sejak pelanggan datang sesuai dengan proses Poisson. waktu rata-rata antara dua kedatangan selalu sama. Ini berarti bahwa kita dapat memperoleh distribusi kondisi tunak dari posisi persediaan sebagai : P(IP=k)=mk / ∑sj=s+1 mj, k=s+1, s+2,.. , S.. (3.2). Perhatikan bahwa probabilitas ini hanya bergantung pada S-s. mis., jika, misalnya. kita meningkatkan kedua pasir S dengan jumlah yang sama kita mendapatkan probabilitas yang sama. Selanjutnya. jika kita telah menentukan probabilitas mj untuk s = s'and S = S'and ingin mempertimbangkan s = s'- 1 dan S.
(55) II-25. = S '. probabilitas m's + 1, .., ms, tidak berubah dan kita hanya perlu menentukan ms, dari (3.1). (Axsater.2000). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam perhitungan metode Continuous Review System adalah sebagai berikut (Hadley-Within). 1.. Langkah Pertama Menghitung total kebutuhan rata-rata bahan baku menggunakan rumus: X=. ∑ 𝑋𝑖 𝑛. Dimana:. 2.. X. = Total kebutuhan rata-rata. ∑Xi. = Jumlah pemakaian aktual. n. = frekuensi hari kerja. Langkah Kedua Menghitung standart deviasi menggunakan rumus: σ=√. ∑(𝑋𝑖−𝑋)2 𝑛−1. Dimana:. σ = Standar deviasi 3.. Perhitungan Iterasi Iterasi I.
(56) II-26. a. Melakukan perhitungan iterasi dengan melakukan langkah-langkah pengerjaan: Menentukan ukuran lot pemesanan dengan menghitung nilai q0 menggunakan rumus: Menghitung nilai q0 dengan rumus. q0= √. 2𝐴𝐷 ℎ. Dimana:. b.. q0. = Ukuran lot pemesanan. A. = Biaya pesan produk (Rp). D. = Demand/bulan. h. = Biaya simpan produk / Liter. Menentukan. besarnya. nilai. kekurangan. persediaan(ɑ). kemudian. menentukan titik pemesanan kembali.. α=. ℎ𝑞0 ℎ𝑞0+𝐶𝑢𝐷. Dimana: Cu = Biaya kekurangan produk c.. Menghitung nilai r1* menggunakan rumus dibawah ini: r1= D*L + 𝑍 α*S √𝐿 Dimana: r1 = Reorder point atau titik pemesanan kembali. d.. Berdasarkan r1 yang telah didapat maka selanjutnya menghitung q02 dengan persamaan yang diperoleh berikut ini:.
(57) II-27. ∞. 2𝐷 [𝐴+𝐶𝑢 ∫𝑟1 q02=√. (𝑋−𝑟 1 )𝑓(𝑥)𝑑𝑥. ℎ. dimana: ∞. 𝑁 = ∫𝑟 1 (𝑋 − 𝑟 1 )𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = SL[f(Zα) - Zα 𝜓(𝑍𝛼)] Dimana: Zɑ = Deviasi normal e.. Hitung kembali α dan r2 dengan persamaan berikut. α=. ℎ𝑞0 ℎ𝑞0+𝐶𝑢𝐷. r2= D*L + 𝑍 α*S √𝐿 4.. Perhitungan Total Biaya Bandingkan nilai r1* dan r2* Bandingkan nilai r1* dan r2* jika harga relatif sama dengan r1* iterasi selesai dan akan diperoleh r1*= r2* dan q1*=q2*. Jika tidak kembali ke langkah 3 dengan menggantikan nilai r1*= r2* dan q1*=q2*. (Sari, et.al., 2016) Untuk menghitung total biaya persediaan menggunakan rumus seperti dibawah ini: OT = Dp +. 𝐴𝐷 𝑞𝑛. 1. 𝐶𝑢𝐷. 2. 𝑞0. + h ( 𝑞0 + 𝑟 − 𝐷𝐿 + (. Dimana: OT = Ongkos Total Biaya. )𝑁.
(58) BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota. Medan yang berada di jalan Prof. HM. Yamin Sh No. 47, Perintis, Medan. Penelitian ini dilaksanakan sejak April 2021 sampai Agustus.. 3.2.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif, yaitu data. yang dapat diukur dengan angka dan dapat dilakukan perhitungan secara sistematik tentang fakta-fakta berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah memberikan usulan perbaikan berdasarkan hasil pengolahan yang dibuat menggunakan metode dalam pengendalian persediaan untuk mengoptimalkan biaya persediaan.. 3.3.. Objek Penelitian Objek yang diamati antara lain persediaan bahan baku laundry linen di. RSUD.Dr Pirngadi Kota Medan yang untuk melihat apakah penggunaan metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC) dalam pengendalian persediaan lebih efektif dalam mengurangi biaya persedian yang terdapat pada RSUD.Dr Pirngadi Kota Medan.. III-1.
(59) III-2. 3.4.. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang memiliki nilai yang berbeda-beda atau. bervariasi. Nilai dari variabel dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif (Sinulingga, 2014).. 3.4.1. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang nilai atau valuenya dipengarui atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah jumlah pemesanan bahan baku dengan pengoptimalan total biaya persediaan bahan baku laundry linen yang paling rendah.. 3.4.2.. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel. dependen baik secara positif maupun secara negatif. Variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah jumlah pemesanan bahan laundry, jumlah pemakaian bahan laundry, biaya pemesanan bahan laundry, biaya penyimpanan bahan laundry, harga bahan bahan laundry.. 3.5.. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model konseptual yang menunjukkan. hubungan logis antara faktor/variabel yang telah diidentifikasi penting untuk menganalisis masalah penelitian atau menjelaskan pola hubungan antar semua faktor/variabel yang terkait dalam landasan teori (Sinulingga, 2014)..
(60) III-3. Berikut adalah kerangka konseptual dalam melaksanakan penelitian ini. Kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.1. di bawah ini.. Jumlah Pemesanan Bahan Laundry Linen. Jumlah Pemakaian Bahan Laundry Linen. Biaya Pemesanan Bahan Laundry Linen. Analisis Hasil Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku Laundry Linen Berdasarkan Total Biaya Persediaan Terendah. Biaya Penyimpanan Bahan Laundry Linen. Harga Bahan Bahan Laundry Linen Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian. 3.6.. Tahapan Penelitian Berikut ini merupakan langkah – langkah yang dilakukan dalam. penelitian “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Laundry Linen untuk Mengoptimalkan Persediaan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan” ditunjukkan pada Gambar 3.2. di bawah ini..
(61) III-4. Mulai. Studi Pendahluan Identifikasi kondisi aktual sistem persediaan bahan laundry linen di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan. Studi Literatur Teori Persediaan, Analisis ABC, Metode Continuous Review System. Identifikasi Masalah. Sistem persediaan bahan laundry linen yang belum terjadwal Pengumpulan Data Data Primer Bahan Laundry: 1. Sistem persediaan dan kapasitas gudang bahan baku Data Sekunder bahan Laundry: 1. Jenis Stock bahan laundry 2. Data jumlah penerimaan dan pemakaian bahan laundry 3. Biaya pemesanan dan penyimpanan bahan laundry 4. Harga bahan-bahan laundry Pengolahan Data 1. Pengelompokkan data persediaan stock bahan laundry linen dengan pendekatan analisis Always Better Control (ABC) 2. Perhitungan total biaya persediaan bahan laundry linen berdasarkan kondisi aktual RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan 3. Perhitungan total biaya persediaan bahan laundry linen berdasarkan metode Continuous Review System Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.2. Blok Diagram Tahapan Penelitian.
(62) III-5. 3.7.. Metode Pengumpulan Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :. 1. Data Primer Data primer adalah informasi atau data orisinil yang dikumpulkan dan berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Metode pengumpulan data untuk data primer yaitu melalui observasi langsung dengan pihak rumah sakit dengan subjek peneliti yatitu: Kepala Seksi Instalasi laundry linen, bagian administrasi laundry linen, bagian pengadaan bahan laundry linen, karyawan pekerja proses produksi laundry linen yang berkaitan dengan permasalahan di bagian persediaan bahan baku.. Adapun yang diperoleh dari data primer. adalah sistem persediaan bahan baku, dan kapasitas gudang persediaan. 2.. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang biasanya berbentuk dokumen, file, arsip, atau catatan-catatan rumah sakit. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif (observasi) dan kuantitatif (data rumah sakit). Data ini berupa data mengenai data historis keuangan, dan data-data lainnya serta literatur yang berhubungan dengan penelitian. data skunder yang diperoleh dari rumah sakit yaitu: a. Jenis stock bahan Laundry b. Data jumlah penerimaan bahan laundry c. Data jumlah pemakaian bahan laundry d. Biaya pemesanan bahan laundry e. Biaya penyimpanan bahan baku laundry.
(63) III-6. f. Data frekuensi pemesanan bahan laundry g. Harga bahan bahan laundry h. Lead time pemesanan bahan Laundry. 3.8.. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil-hasil yang diperoleh dan. dilakukan pembahasan terkait perhitungan terhadap total biaya persediaan bahan baku laundry kondisi aktual dan total biaya persediaan bahan baku laundry dengan menggunakan metode Continuous Review System dengan pendekatan Always Better Control (ABC), maka akan dilakukan pehitungan effisiensi penghematan. Selanjutnya setelah akan dilakukan analisis terhadap hasil dari pengolahan data yang dilakukan untuk dilakukan rekomendasi atau usulan perbaikan.. 3.9.. Kesimpulan dan Saran Penarikan kesimpulan dan saran yang berisi hal-hal penting dalam. penelitian dan pemberian saran kepada RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan yang diharapkan semoga dapat berguna untuk perbaikan sistem pengendalian persediaan bahan baku laundry linen rumah sakit diperiode kedepan..
(64) BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. 4.1.. Pengumpulan Data. 4.1.1. Jenis Stock Bahan Laundry Linen Berikut ini merupakan jenis stock bahan laundry linen RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Jenis Stock Bahan Laundry Linen No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jumlah. Nama Bahan BLL 1 BLL 2 BLL 3 BLL 4 BLL 5 BLL 6 BLL 7 BLL 8 BLL 9. Satuan Bahan Laundry Linen(Jerigen/20 Liter) 100 115 93 128 129 34 39 36 111 785. Sumber : Pengumpulan Data. 4.1.2. Sistem Persediaan Bahan Laundry Linen. Sistem persediaan dalam pemakaian bahan baku, Rumah Sakit menerapkan First In First Out (FIFO), dimana kedatangan bahan baku yang pertama yang akan duluan diproduksi untuk menghindari kerusakan. Dalam memenuhi kapasitas bahan laundry linen rumah sakit, akan melakukan pemesanan bahan laundry linen ketika persediaan di gudang mulai sedikit akan tetapi belum memiliki batas pemesanan tertentu dalam mengantisipasi kekurangan bahan. Belum ada indikator yang pasti dalam pemesanan sehingga tidak ada jadwal pemesanan tertentu. IV-1.
(65) IV-2. 4.1.3.. Data Pemesanan dan Pemakaian Bahan Laundry Linen Data penerimaan dan pemakaian bahan laundry linen ke Instalasi Laundry. RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan dari bulan Juli 2020-Juni 2021 dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Tabel 4.3. berikut..
(66) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9. Bahan Laundry BLL 1 BLL 2 BLL 3 BLL 4 BLL 5 BLL 6 BLL 7 BLL 8 BLL 9. Satuan. Juli. Liter Liter Liter Liter Liter Liter Liter Liter Liter Total. 160 200 160 200 220 60 60 40 180 1280. Tabel 4.2. Data Pemesanan Bahan Laundry Linen dari Bulan Juli 2020-Juni 2021 Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret 140 200 140 200 180 40 60 60 160 1180. 160 220 180 240 240 60 60 60 180 1400. 160 180 160 200 200 40 40 40 200 1220. 200 220 200 240 260 100 120 120 200 1660. Sumber : Pengumpulan Data. IV-3. 180 200 160 220 220 40 80 80 180 1360. 200 200 200 260 260 100 80 60 200 1560. 140 180 120 200 200 60 60 40 160 1160. 180 180 160 240 240 60 60 60 200 1380. April. Mei. Juni. Total. 140 200 120 180 180 40 60 60 200 1180. 180 160 140 180 180 40 40 40 180 1140. 160 160 120 200 200 40 60 60 180 1180. 2000 2300 1860 2560 2580 680 780 720 2220 15700.
Garis besar
Dokumen terkait
Pengolahan pengendalian persediaan dengan menggunakan metode O (Q, B) membutuhkan data biaya pesan 1 jenis benang untuk masing-masing supplier.. Rincian biaya pesan 1 jenis
Perhitungan ukuran pemesanan menggunakan metode Silver Meal dengan menghitung biaya pemesanan, biaya simpan serta jumlah bahan baku yang akan di pesan sesuai dengan hasil
Dengan metode simulasi dicari kombinasi yang tepat antara pemesanan optimum (Q) dan titik pemesanan kembali (R) yang menghasilkan total biaya persediaan terendah
Dengan menggunakan metode EOQ jumlah pembelian rata-rata bahan baku yang ekonomis (EOQ) yaitu sebesar 1.996 kg per sekali pesan dengan frekuensi 21 kali pemesanan dalam
Kenaikan ini dipengaruhi oleh frekuensi pesan dimana pada kondisi awal jumlah pemesanan yang dilakukan lebih sedikit, sedangkan pada metode usulan pemesanan dilakukan
perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku secara ekonomis dan optimal sehingga dapat menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. SINAR DJAJA CAN adalah
Selain metode perusahaan, frekuensi pemesanan kayu Rimba Campuran yang relatif tinggi adalah dengan metode EOQ, karena pada teknik ini pemesanan dilakukan sebesar kelipatan dari EOQ
Dengan melakukan pemesanan bahan baku menggunakan metode tersebut maka jumlah over stock persediaan pada perusahaan dapat berkurang sebesar 92,92% sedangkan untuk total biaya yang