• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Perencanaan Jaringan 2.1.1 Ruang Lingkup

Perencanaan jaringan sering disebut dengan Operation Technique Research. Varian- varian lain dari Operation Technique Research antara lain:

a. Linear programming, yang dipelopori oleh George Dantzig pada tahun 1947 berasal dari USA, yang ide-idenya diletakkan oleh ahli matematika L.V Kantorivich. Sejak tahun 1950-an teknik ini pertama kali digunakan di bidang militer kemudian di bidang ekonomi. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mencari nilai-nilai minimum dari variabel yang saling terbatas.

b. Non Linear Programming, dimana varibelnya tidak bergerak linear tetapi konstan.

c. Perencanaan jaringan, prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan dalam suatu diagram network. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang yang harus didahulukan dan pekerjaan mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan lain.

2.1.2 Sejarah Perkembangan

Metode jaringan kerja diperkenalkan menjelang akhir dekade 1950-an oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari perusahaan Du-Pont bekerja sama dengan Rand Coorporation dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen.

(2)

Sistem ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah design-engineering, konstruksi dan pemeliharaan. Usaha-usaha ditekankan untuk mencari metode yang dapat meminimalkan biaya, dengan kurun waktu penyelesaian suatu kegiatan.

Pada tahun 1956 Morgan Walker dari DuPont Company, mencari cara yang lebih baik dalam penggunaan komputer Univac milik perusahaan, kerja samanya dengan James E. Kelly dari group perencana konstruksi internal Remington Rand dalam menggunakan komputer Univac untuk melakukan penjadwalan konstruksi menghasilkan metode yang rasional, tertib, dan mudah untuk menggambarkan proyek dalam komputer. Pertama kali metode ini disebut William–Kelly method, dan akhirnya disebut Critical Path Method (CPM).

Pada waktu yang hampir bersamaan, secara terpisah dinas angkatan laut Amerika Serikat mengembangkan pula sistem kontrol manajemen dalam rangka mengelola proyek pembuatan peluru kendali Polaris. Proyek ini melibatkan ribuan konsultan design-engineering, subkontraktor, supplier dan berbagai jawatan pemerintah dan sosial. Sistem tersebut dinamakan teknik evaluasi dan review proyek (Project Evaluation and Review Technique-PERT), telah berhasil sebagai sarana koordinasi dan mempercepat penyelesaian jadwal proyek lebih dari dua tahun.

Meskipun kedua sistem di atas dikembangkan secara terpisah oleh pelaku- pelaku yang berlainan, tetapi hasilnya memiliki banyak kesamaan. Keduanya memakai teknik penyajian secara grafis dengan memakai diagram anak panah, lingkaran serta kaidah-kaidah dasar logika ketergantungan dalam menyusun urutan kegiatan.

(3)

Kedua metode di atas sama-sama bermanfaat. Perbandingan di antara keduanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbedaan PERT dan CPM

PERT CPM

Menggunakan 3 (tiga) perkiraan waktu, yaitu optimistic time, most likely (normal time), dan pessimistic time. Dari ketiganya dapat dihasilkan expected time (waktu yang diharapkan).

Menggunakan 1 (satu) perkiraan waktu yang mewakili waktu normal.

Bersifat probabilistik, tiap waktu kegiatan berdasar distribusi normal. Hal ini memungkinkan adanya perhitungan resiko dalam penyelesaian proyek.

Berdasar pada 1 (satu) perkiraan waktu yang bersifat deterministik.

Menggunakan aktivitas semu (dummy activities).

Menggunakan aktivitas semu (dummy activities).

Digunakan untuk proyek–proyek R&D dimana resiko dalam perhitungan durasi waktu mempunyai variabilitas yang tinggi.

Digunakan dalam proyek–proyek konstruksi yang sumber dayanya bergantung dan berdasar atas perkiraan waktu yang akurat.

Digunakan dalam proyek (misal R&D) yang dalam prosentase penyelesaiannya hampir tidak mungkin untuk menentukan kecuali pada ‘milestones’ yang sempurna.

Digunakan pada proyek–proyek dimana penyelesaian dapat diselesaikan dengan keakuratan yang layak dan pembayaran konsumen dapat diselesaikan berdasarkan persentase penyelesaian.

(4)

2.1.3 Keuntungan Penggunaan Perencanaan Jaringan

Adapun keuntungan penggunaan perencanaan jaringan dalan tatalaksana proyek antara lain:

1. Merencanakan scheduling dan mengawasi proyek secara logis.

2. Mendokumen dan mengomunikasikan rencana scheduling dan alternatif- alternatif lain penyelesaian proyek dengan tambahan biaya.

3. Mengawasi proyek dengan lebih efisien, sebab hanya jalur-jalur kritis (critical path) saja yang perlu konsentrasi pengawasan ketat.

2.2 Manajemen Proyek

Menurut P. Siagian (1987, hal: 287) tujuan utama dari manajemen proyek adalah penyelesaian akhir dari proyek. Manajemen proyek sangat berguna dalam menangani proyek yang besar dan perusahaan konstruksi yang sedang membangun gedung, jalan, ataupun jembatan harus melewati berbagai kegiatan yang memakan biaya. Tiga tahap manajemen proyek yaitu:

a. Perencanaan

Proyek merupakan sejumlah tugas yang saling berhubungan yang diarahkan untuk menghasilkan sesuatu. Organisasi proyek merupakan cara yang efektif dalam menarik orang dan sumber daya yang diperlukan bagi suatu proyek tertentu.

Perencanaan proyek terdiri dari tiga tahap yaitu:

1. Membuat uraian kegiatan-kegiatan dan menyusun logika urutan kejadian- kejadian.

2. Menaksir waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan, kapan kegiatan dimulai dan kapan berakhir, secara keseluruhan kapan proyek selesai.

3. Bila perlu, menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap kegiatan.

(5)

Menurut Mulyono (2004, hal: 239) pengelolaan proyek adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan perencanaan, pengorganisasian, penempatan orang (staffing), pengendalian dan pengarahan sumber daya dalam suatu waktu tertentu dan mencapai hasil akhir tertentu pula. Sumber daya yang dimaksud adalah personalia, material, dan semua fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Yang diartikan dengan suatu proyek ialah suatu tugas yang perlu didefinisikan dan terarah ke suatu sasaran yang dituturkan secara konkret serta yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu dengan menggunakan tenaga manusia terbatas dan dengan alat-alat terbatas pula.

b. Penjadwalan

Penjadwalan proyek bertujuan untuk penentuan kegiatan proyek secara berurutan. Salah satu bagian proyek yang terkenal adalah Gantt chart yang ditemukan oleh Henry Gantt.

Penjadwalan proyek membantu dalam bidang:

1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan proyek.

2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara hal-hal kritis pada proyek.

c. Pengendalian proyek

Pengendalian proyek meliputi pengawasan atas bahan baku, biaya, kualitas, dan anggaran. Pengendalian proyek juga dimaksudkan untuk perbaikan proyek.

2.3 Peranan Manajer Proyek

Peranan manajer proyek sangat penting dalam tercapainya tujuan proyek sesuai jadwal yang disetujui. Manajer proyek berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai orang utama dalam manajemen

(6)

proyek, manajer mengintegrasikan apa saja dan siapa saja untuk performansi yang ditargetkan.

Manajer proyek juga seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer menjadi tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo, permintaan, dan keluhan.

Manajer juga mengambil input dari banyak sumber, mengolah, dan menyampaikan informasi ke beberapa pihak. Manajer harus menyaring, mengolah, meringkas dan menyampaikan informasi untuk memastikan bahwa semua orang memiliki peranan dalam proyek.

2.4 Jaringan Kerja

2.4.1 Definisi Jaringan Kerja

Jaringan kerja dapat didefinisikan sebagai kumpulan kejadian dan kegiatan yang menggambarkan tinjauan waktu dari suatu susunan proyek. Jaringan kerja muncul pada sejumlah perencanaan dan dalam berbagai bidang perencanaan. Jaringan kerja merupakan suatu alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkap untuk perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Teknik jaringan kerja menunjukkan manfaat nyata bila digunakan akan membantu atau melengkapi perencanaan dan pengendalian pembangunan proyek baru.

Dalam berbagai situasi, manajer bertanggung jawab untuk perencanaan, penjadwalan dan pengendalian proyek yang terdiri dari berbagai kegiatan atau aktivitas terpisah yang dilakukan oleh berbagai departemen atau individu. Dalam hal ini manajer harus mengadakan pendekatan secara kuantitatif dalam pengambilan suatu keputusan. Cara ini penting bagi manajer yang bertanggung jawab atas bidang-bidang engineering, production, administration, dan penelitian operasional. Penerapan pengambilan keputusan secara pendekatan kuantitatif dalam berbagai bidang pada kenyataannya tidak begitu kompleks. Oleh karena itu dapat dianalisis secara sistematis dan sederhana dengan menggunakan metode analisis jaringan kerja.

(7)

Penggambarkan jaringan kerja dari tiap awal kegiatan sangat bermanfaat untuk mempermudah pengawasan serta pengumpulan data, penetapan dan penganalisisan informasi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sehingga keputusan-keputusan dalam pemilihan alternatif dengan mudah dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan proyek dalam penyusunan perencanaan dari suatu jaringan kerja proyek. Dengan demikian diharapkan teori jaringan kerja dapat mengatur rangkaian dari kegiatan- kegiatan, sehingga benar-benar dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.

Kebutuhan penyusunan jaringan kerja ini memerlukan adanya koordinasi dan pengurutan kegiatan-kegiatan yang kompleks, yang berhubungan dan bergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar pengawasan dan perencanaan semua kegiatan dapat dilakukan secara sistematis, sehingga diperoleh hasil yang optimum. Analisis sistem menggunakan suatu teknik kuantitatif yang disebut dengan Critical Path Method (CPM).

Jadi kunci keberhasilan pendekatan jaringan kerja untuk menyelesaikan suatu masalah adalah mengetahui bagaimana masalah itu dapat disajikan sebagai suatu model jaringan. Dengan demikian permasalahan-permasalahan dari jaringan kerja dapat diselesaikan lebih sederhana dan lebih sistematis.

2.4.2 Sistematika Penyusunan Jaringan Kerja

Sistematika lengkap dari proses menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama

Mengkaji dan mengidentifikasi lingkungan proyek, mengurai atau memecah menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. Pengkajian yang dimaksud adalah untuk mengetahui kegiatan apa yang merupakan bagian atau komponen dari proyek yang dapat dibedakan satu sama lain.

(8)

b. Langkah kedua

Menyusun kembali komponen tersebut pada langkah pertama, menjadi mata rantai sesuai dengan urutannya. Urutan ini dapat berbentuk seri ataupun paralel.

c. Langkah ketiga

Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkungan proyek. Dengan memasukkan unsur kurun waktu ke analisis jaringan kerja, berarti perencanaan telah memasuki kurun waktu yang lebih spesifik, yaitu membuat jadwal kegiatan proyek.

d. Langkah keempat

Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada jaringan kerja. Jalur kritis ini adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam ruang lingkup proyek, yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan.

2.4.3 Diagram Jaringan Kerja

Diagram jaringan kerja adalah logika model yang menggambarkan hubungan antara masing-masing kegiatan serta menjelaskan arus operasi sejak awal hingga selesainya kegiatan-kegiatan proyek.

Diagram jaringan kerja mempunyai dua peranan, yakni pertama sebagai alat perencanaan proyek dan kedua sebagai ilustrasi secara grafik dari kegiatan-kegiatan suatu proyek. Oleh karena itu diagram dari suatu diagram jaringan kerja harus mempunyai gambaran tentang dimulainya dari awal kegiatan sampai diselesaikannya kegiatan tersebut.

Hubungan suatu kegiatan dengan kejadian yang terjadi sebelumnya disebut dengan kejadian (event). Yang dimaksud dengan kejadian adalah pekerjaan awal atau akhir suatu kegiatan (activity), sedangkan kegiatan merupakan pekerjaan yang memerlukan waktu.

(9)

Untuk itu diagram jaringan kerja memerlukan beberapa lambang khusus untuk memberikan keterangan yang jelas tentang suatu proyek yaitu:

1. Anak panah (arrow) menyatakan kegiatan dengan ketentuan bahwa panjang dan arah tidak mempunyai arti khusus. Pangkal dan arah panah menerangkan mulai dan berakhir dengan arah ke kanan (positif).

Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu (duration) dengan pemakaian sejumlah sumber seperti manusia, bahan, dan dana pada umumnya kegiatan diberi kode huruf besar A, B, C, dan seterusnya.

2. Lingkaran kecil (node) menyatakan suatu kejadian atau peristiwa.

Kejadian diartikan sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan. Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dan seterusnya yang disebut dengan nomor kejadian.

3. Anak panah putus-putus menyatakan kegiatan semua “dummy”.

Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu kejadian ke kejadian lain pada saat yang sama. Oleh karena itu dummy tidak memerlukan waktu. Panjang dan arah dummy tidak mempunyai arti khusus.

Untuk menyatakan ketergantungan logika dari kegiatan-kegiatan, berikut ini dijelaskan beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Kegiatan B dapat dimulai setelah kegiatan A

selesai. Perlu diperhatikan bahwa kejadian merupakan awal dan akhir suatu kegiatan. Jadi kegiatan B dimulai pada saat kegiatan A berakhir.

1 2 3

1 A B

(10)

2. Kegiatan C hanya dapat dimulai setelah kegiatan A dan B selesai. Kegiatan A dan B boleh berlangsung secara bersama-sama, A dan B berakhir pada kejadian yang sama.

3. Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah kegiatan A dan B berakhir, dan selesai pada kejadian yang berbeda.

4. Dalam diagram ini A, B, dan C terdapat dua

kejadian yang saling bergantungan tanpa dihubungkan dengan kegiatan, tetapi dihubungkan dengan dummy.

5. Bila terdapat kejadian menyatu (merge event)

seperti ini, maka ada dua pertimbangan yaitu:

a. Kegiatan bergantung pada selesainya kegiatan A dan B.

b. Kegiatan C bergantung pada selesainya kegiatan A dan sebagian kegiatan B atau sebaliknya.

Dalam hal ini, rangkaian kegiatan dapat disusun ke bentuk lain yaitu:

3 4

2 1

3

4

2 1

5 A

A

C B

C

B D

3 4

2 1

A

B C

3 4

2

1 A

C B

3 5

1 A C

4 6

2 B1 B2

A2

A1

B C

(11)

6. Bila ada dua kegiatan berbeda yang mulai pada kejadian yang sama dan berakhir pada kejadian yang sama pula, maka kejadian tersebut tidak boleh dibuat berimpit misalnya:

Benar;

Salah;

7. Dalam suatu jaringan kerja tidak boleh terjadi suatu loop atau arus putar, misalnya:

8. Nomor kejadian terkecil adalah nomor kejadian awal dan nomor kejadian terbesar adalah nomor kejadian akhir. Nomor kejadian terletak di dalam lingkaran.

9. Tiap kejadian diberi selain dari kode berupa huruf besar juga boleh diberi kode dengan simbol (i,j), dimana i < j; i menyatakan nomor kejadian awal kegiatan dan j menyatakan nomor kejadian akhir kegiatan.

Untuk selanjutnya perlu diperhatikan aturan berikut:

1. Setiap kegiatan hanya boleh diwakili satu anak panah saja dalam jaringan kerja.

2. Tidak boleh ada dua kegiatan diwakili oleh pangkal dan ujung anak panah yang sama, oleh karena itu dipergunakan dummy seperti poin 4.

3. Untuk menjamin urutan hubungan yang benar dalam diagram anak panah harus diketahui kegiatan yang mana yang harus secepatnya diselesaikan dan kegiatan apa yang harus mengikuti kegiatan tersebut.

3 4

1

B C

2 A

2 3

1 A,B C

3 E 5

A

2 4

D C

B 1

(12)

1. Finish to Start (FS)

2. Start to Start (SS)

3. Finish to Finish (FF)

4. Percent Compete (FS - %)

Gambar 2.1 Hubungan antarkegiatan A

B

A

B

A

B

A

B

A

B

50% 75%

(13)

Keterangan :

a. Finish to Start (FS) menunjukkan hubungan kegiatan 1 sebagai pendahulu kegiatan 2, dimana kegiatan 2 dimulai setelah kegiatan 1 selesai.

b. Start to Start (SS) menunjukkan bahwa kegiatan 1 mulai dikerjakan bersama- sama dengan dimulainya kegiatan 2.

c. Finish to Finish (FF) menunjukkan bahwa kegiatan 1 selesai bersamaan dengan selesainya kegiatan 2.

d. Percent Complete (FS - %) menunjukkan bahwa kegiatan 2 dapat dilakukan sebelum pekerjaan 1 selesai secara keseluruhan.

2.4.4 Arti dan Kegiatan Diagram Jaringan Kerja

Jaringan kerja dipakai untuk melihat hubungan kegiatan-kegiatan jalur kritis dan pengawasan menyeluruh. Sebelum menyusun suatu jaringan kerja seorang analis harus mengkaji rencana secara keseluruhan, merinci, mengurai menjadi komponen- komponen kegiatan yang terpisah-pisah.

Kegunaan langsung dari suatu analisis jaringan kerja adalah sebagai berikut:

a) Dapat mengenali jalur kritis yaitu jalur elemen-elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek sebagai keseluruhan.

b) Mampu mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperbaiki efek terhadap waktu selesainya proyek.

c) Mampu memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila diimplementasikan (dilaksanakan).

(14)

2.4.5 Penyusunan Urutan Kegiatan

Menyusun urutan kegiatan atau hubungan kegiatan yang satu dengan yang lain dalam proses pembuatan jaringan kerja didasarkan atas logika ketergantungan. Hal ini merupakan salah satu aturan dalam perhitungan jaringan kerja. Ketergantungan ini dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:

1. Ketergantungan Ilmiah

Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri, misalnya kasus untuk mendirikan rumah. Kegiatan untuk menaikkan atap belum dapat dilakukan sebelum pekerjaan mendirikan tiang penyangga diselesaikan.

Ketergantungan demikian disebut ketergantungan alamiah, karena meskipun seandainya tersedia cukup tenaga ataupun sumber yang lain, bila tiang belum berdiri dan siap menyangga atap, maka pelaksaan pekerjaan menaikkan atap belum dapat dimulai.

2. Ketergantungan Sumber Daya

Jenis lain dari ketergantungan adalah ketergantungan sumber daya. Sebagai contoh pekerjaan membuat pondasi tidak dapat dilakukan bersamaan waktunya dengan pekerjaan pabrikasi tiang atau kerangka atap, karena kurangnya tenaga kerja.

Sehingga harus dilakukan secara berurutan atau seri. Dalam contoh ini ketergantungan tersebut disebabkan oleh terbatasnya dana atau sumber daya.

Menyusun jaringan kerja pada awalnya didasarkan atas ketergantungan alamiah. Pada taraf selanjutnya akan sampai pada analisis keperluan sumber daya, mungkin penyesuaian atau revisi dilakukan.

Sebagai gambaran dalam menyusun kegiatan komponen-komponen kegiatan proyek menjadi jaringan kerja, berikut ini adalah contoh kegiatan proyek.

(15)

Tabel 2.2 Komponen kegiatan proyek pengadaan generator listrik

Suatu proyek pengadaan generator listrik terdiri dari komponen-komponen kegiatan seperti terlihat pada tabel di atas. Dari tabel tersebut terlihat bahwa kegiatan pabrikasi generator (2-3) harus menunggu selesainya kegiatan pembuatan spesifikasi dan desain (1-2). Karena sebelum spesifikasi dan desain diselesaikan, maka tidak diketahui aspek teknis seperti kapasitas, konfigurasi, dan kualitas material yang diinginkan. Dari analisis diketahui bahwa kegiatan pabrikasi generator (2-3), kegiatan membeli material pondasi (2-4), dan kegiatan merekrut operator (2-5) dapat dilakukan secara bersamaan. Selanjutnya mudah dimengerti bahwa kegiatan uji coba (3-6) harus menunggu selesainya kegiatan pabrikasi generator (2-3), kegiatan membuat pondasi harus menunggu selesainya kegiatan membeli material pondasi (24), dan kegiatan melatih operator (5-7) dapat dilakukan setelah selesainya kegiatan merekrut operator (2-5). Begitu pula dengan kegiatan transportasi generator (6-7) dapat dilakukan setelah kegiatan uji coba (36). Kegiatan memasang dan star-up generator dapat dilakukan setelah kegiatan sebelumnya selesai dikerjakan. Bila kegiatan tersebut disusun dalam diagram jaringan kerja akan terlihat seperti gambar di bawah ini:

Kegiatan Keterangan Kegiatan yang

mendahului i j

1 2 Membuat spesifikasi dan desain -

2 3 Pabrikasi generator 1-2

2 4 Membeli material pondasi 1-2

2 5 Merekrut operator 1-2

3 6 Uji coba 2-3

4 7 Membuat pondasi 2-4

5 7 Melatih operator dan mekanik 2-5 6 7 Transportasi generator 3-6

7 8 Memasang dan Star-up generator 4-7, 5-7, 6-7

(16)

1

6 7

3 5 4

2 8

Gambar 2.2 Jaringan kegiatan proyek pengadaan generator listrik

2.5 Jalur Kritis

Setelah jaringan terbentuk, selanjutnya dilakukan pencarian jalur kritis. Definisi jalur kritis menurut para ahli antara lain:

1. Menurut Edwin Badrusomad (2007, hal: 1) jalur kritis adalah serangkaian aktivitas yang saling berurutan dari awal hingga akhir proyek yang jika salah satu atau lebih aktivitasnya terlambat, akan menyebabkan keterlambatan proyek secara langsung.

Dengan teridentifikasinya jalur kritis, maka user dapat memonitor pekerjaan yang paling kritis yang sangat berpengaruh pada jadwal proyek.

2. Menurut Johannes Supranto (1988, hal: 243) jalur kritis adalah suatu deretan kegiatan kritis yang menentukan jangka waktu penyelesaian bagi seluruh proyek.

Waktu penyelesaian satu kegiatan kritis tidak boleh melebihi waktu yang sudah ditentukan, karena keterlambatan kegiatan kritis dapat mengganggu (memperpanjang) waktu penyelesaian seluruh proyek. Jalur kritis ini diperlukan dalam pengestimasian penganalisisan waktu untuk mengoptimalkan proses kerja proyek.

(17)

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan jalur kritis, yaitu:

1. Tertundanya pekerjaan di jalur kritis akan menunda penyelesaian jalur proyek ini secara keseluruhan.

2. Penyelesaian proyek secara keseluruhan dapat dipercepat dengan mempercepat penyelesaian pekerjaan–pekerjaan di jalur kritis.

3. Slack pekerjaan jalur kritis sama dengan 0 (nol). Hal ini memungkinkan relokasi sumber daya dari pekerjaan nonkritis ke pekerjaan kritis.

2.5.1 Metode Jalur Kritis

Keuntungan Metode Jalur Kritis antara lain:

1. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, dengan memanfaatkan waktu.

2. Pengendalian pekerjaan ditingkatkan, karena perencana dapat mencatat progres (kemajuan pekerjaan) setiap langkah.

3. Data yang dikumpulkan pada pekerjaan yang berulang di masa lampau tersedia untuk dipelajari dan untuk peningkatan di masa yang akan datang.

4. Schedule alternatif (siklus) dapat dievaluasi untuk menentukan schedule yang optimum.

Pengolahan proyek besar membutuhkan suatu perencanaan, penjadwalan dan koordinasi sejumlah kegiatan yang saling berkaitan untuk membantu tugas ini. Suatu prosedur formal yang didasarkan pada penggunaan jaringan kerja dan teknik jaringan kerja tahun1950-an. Beberapa teknik berdasarkan teknik analisis jaringan kerja yang sudah berkembang luas di antaranya yang paling terkenal adalah metode lintasan kritis dan teknik penilaian dan peninjauan program serta beberapa modifikasi lain untuk keperluan khusus. Teknik-teknik ini pada umumnya bertujuan menguraikan proyek secara menyeluruh untuk merencanakan dan mengendalian proyek.

Dalam hal ini penulis hanya menggunakan teknik analisis jaringan kerja Critical Path Method (CPM).

(18)

2.5.2 Critical Path Method (CPM)

CPM adalah metode yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan proyek dengan memakai prinsip pembentukan jaringan kerja. CPM sering digunakan pada hampir setiap proyek-proyek besar, misalnya pembangunan gedung, pembuatan jembatan layang dan lain-lain. CPM lebih menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaiannya.

Jika dalam suatu proyek, waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikannya dapat diperkirakan terlebih dahulu dan biaya-biaya proyek dapat dilakukan sejak semula, maka dengan mempergunakan CPM pelaksanaan proyek akan lebih terarah dan sistematis. Dalam pelaksanaan proyek dengan menggunakan CPM dikenal adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan.

Penentuan jalur kritis dengan CPM dapat mengetahui total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan yang kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir proyek. Jalur kritis penting bagi pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Sehingga perlu perhatian penuh pada jalur kritis tersebut, karena cepat lambatnya suatu proyek selesai terletak pada jalur kritis.

Dalam CPM digunakan dua buah perkiraan waktu untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan kerja yaitu:

a. Perkiraan normal (normal estimates)

Perkiraan normal adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas proyek jika proses pelaksanaannya berjalan normal.

b. Perkiraan cepat

Perkiraan cepat adalah waktu yang dibutuhkan oleh proyek yang sesingkat- singkatnya untuk penyelesaian proyek tanpa memperhitungkan biaya.

(19)

A. Terminologi dan Definisi

Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan definisi sebagai berikut:

a) Earliest Start Time (ES), merupakan waktu mulai paling awal suatu kegiatan.

Bila waktu kejadian dinyatakan atau berlangsung dalam jam, waktu mulai ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

b) Earliest Finish Time (EF), merupakan waktu selesai paling awal kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.

c) Latest Allowable Start Time (LS), merupakan waktu selesai awal.

d) Latest Allowable Finish Time (LF), merupakan waktu selesai terakhir.

e) Waktu mulai dan waktu akhir (D), merupakan kurun waktu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan dan lain-lain.

f) Earliest Event Occurrence Time (TE), merupakan waktu tercepat terjadinya event.

g) Latest Event Occurrence Time (TL), merupakan waktu paling lambat terjadinya event.

B. Waktu mengambang (slack of float time)

Slack atau float didefinisikan sebagai panjang waktu suatu aktivitas dapat ditunda tanpa mempengaruhi total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek.

Jumlah waktu slack untuk setiap aktivitas dapat dihitung sebagai berikut:

Slack = LS – ES = LF – EF (2.1)

Pada perencanaan dan penyusunan jadwal proyek, slack akan menunjukkan waktu yang boleh ditunda tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Jumlah waktu tersebut sama dengan waktu yang didapat bila semua kegiatan terdahulu dimulai seawal mungkin, sedangkan semua kegiatan berikutnya dimulai selambat mungkin.

(20)

C. Perhitungan Maju (Forward Pass)

Menurut Supranto Johannes (1988, hal: 243) proses lamanya waktu (duration) pada tiap-tiap kegiatan, mendapatkan waktu mulai paling awal (ES) dan pada waktu penyelesaian akhir (LF) dari setiap pekerjaan serta penentuan jalur kritis disebut analisis jaringan kerja (network analysis). Untuk menentukan jalur kritis harus dilakukan dua macam perhitungan waktu mulai dari awal dengan cara forward pass artinya dimulai dari sebelah kiri node dan bergerak ke kanan sampai pada event akhir dan waktu penyelesaian paling akhir dengan cara backward pass yaitu bergerak dari event node ke kiri sampai ke start node.

Adapun langkah-langkah untuk forward pass adalah:

a. Tentukan ESi = 0 untuk kejadian paling awal dari jaringan kerja. Hal ini logis sebab belum ada kegiatan yang telah dikerjakan, artinya kegiatan pertama baru akan dimulai.

b. Aturan selanjutnya adalah menghitung ESj = Max {ESi + Dij} untuk semua kegiatan (i,j) agar dapat menghitung ESj untuk kejadian j, semua ESi harus dihitung terlebih dahulu.

Maka Nilai ESj = Max {ESi + Dij} (2.2)

i € s

dimana s merupakan himpunan indeks kejadian yang mendahului j secara langsung.

D. Perhitungan Mundur

Selain perhitungan maju, akan digunakan perhitungan mundur untuk mengidentifikasi jalur kritis. Perhitungan mundur bergerak dari kanan ke kiri. Tujuan dari backward pass adalah untuk menghitung latest allowable start time dan finish time untuk setiap kegiatan.

Adapun langkah-langkah untuk menghitung backward pass adalah:

a. Tentukan harga LF untuk kejadian yang terakhir yang besarnya sama dengan ES pada kejadian tersebut, dimana LFi = ESi

(21)

b. Aturan selanjutnya yaitu dengan menghitung LFi = min {LFj – Dij} untuk semua kegiatan (i,j)

dengan Dij = lamanya waktu yang diperlukan kegiatan.

Maka nilai LFi = Min {LFj – Dij} (2.3)

2.6 Cara Menghitung Jalur Kritis

Dalam melakukan perhitungan penentuan waktu digunakan beberapa asumsi yaitu:

a. Proyek hanya memiliki satu initial event dan satu terminal event.

b. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke nol.

Adapun cara perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara yaitu perhitungan maju dan perhitungan mundur. Untuk melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur ini, lingkaran kejadian atau event dibagi atas tiga bagian sebagai berikut:

a = ruang untuk nomor event

b = ruang untuk menunjukkan saat paling cepat terjadinya event (TE), dan juga merupakan hasil perhitungan maju.

c = ruang untuk menunjukkan saat paling lambat terjadinya event (TL), yang juga merupakan hasil perhitungan mundur.

Dengan demikian, setelah diagram network yang lengkap dari suatu proyek selesai digambarkan, dan setiap node telah dibagi menjadi tiga bagian seperti di atas, maka mulailah memberi nomor pada masing-masing node. Setelah itu, cantumkan pada setiap anak panah perkiraan waktu kegiatan masing-masing.

b a

c

(22)

Setelah nilai ES dan LF sudah dihitung untuk semua node, maka suatu kejadian (i,j) dikatakan terletak pada jalur kritis dan merupakan kegiatan kritis apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

EF – ES atau LF – LS = 0 (2.4)

2.7 Rekayasa Perangkat Lunak

Rekayasa perangkat lunak adalah disiplin ilmu yang membahas semua aspek produksi perangkat lunak, mulai dari awal spesifikasi sistem sampai pemeliharaan sistem setelah digunakan.

Ada banyak proses dalam pembuatan perangkat lunak, namun ada kegiatan kegiatan yang mendasar yang umum bagi semua proses perangkat lunak. Kegiatan tersebut adalah:

1. Penspesifikasian perangkat lunak. Fungsionalitas perangkat lunak dan batasan operasinya harus didefenisikan.

2. Perancangan dan implementasi perangkat lunak. Perangkat lunak yang memenuhi syarat harus dibuat.

3. Pemvalidasian perangkat lunak. Perangkat lunak tersebut harus divalidasi untuk menjamin bahwa perangkat lunak bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan.

4. Pengevaluasian perangkat lunak. Perangkat lunak harus dapat berkembang untuk menghadapi kebutuhan yang berubah-ubah.

Perangkat lunak (software) suatu istilah umum yang menyatakan segala jenis program komputer. Semua sistem komputer terdiri dari hardware yaitu peralatan fisik yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemrosesan data dan software yaitu segala jenis instruksi yang mengarahkan kerja hardware.

(23)

Untuk memodelkan proses rekayasa perangkat lunak dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu:

1. Model air terjun (waterfall). Model ini mengambil kegiatan proses dasar seperti spesifikasi, pengembangan, validasi dan evolusi dan merepresentasikannya sebagai fase-fase yang berbeda seperti spesifikasi persyaratan, perancangan perangkat lunak, implementasi, pengujian dan seterusnya.

2. Pengembangan evolusioner. Suatu sistem awal dikembangkan dengan cepat dari spesifikasi abstrak.

3. Pengembangan sistem formal. Pendekatan ini didasarkan atas pembuatan spesifikasi sistem matematis dan pentransformasian sistem ini dengan metode matematis untuk membangun program.

4. Pengembangan berdasarkan pemakaian ulang. Pedekatan ini didasarkan adanya komponen yang dapat dipakai ulang dalam jumlah yang signifikan.

2.8 Pemrograman Delphi

Perangkat lunak yang akan digunakan dalam pengembangan aplikasi penentuan jalur kritis ini adalah Delphi. Delphi merupakan salah satu bahasa pemrograman berbasis Windows yang menitikberatkan pada pemprograman berorientasi objek. Bahasa pemrograman yang digunakan Delphi adalah bahasa Pascal. Dalam perkembangannya, Delphi memiliki beberapa objek-objek yang canggih, dalam bentuk kontrol program yang dikelompokkan ke dalam toolbox yang biasa disebut component palette.

Kelebihan dari Delphi dibandingkan dengan bahasa pemprograman lain yang berbasis visual, Delphi memiliki kontrol program yang lebih banyak dan lebih canggih. Walaupun sedikit mirip dengan kontrol program yang dimiliki Visual Basic, Delphi memiliki keunggulan dalam penulisan listing program yang lebih canggih dan serba otomatis.

(24)

Delphi memiliki beberapa keuntungan diantarnya :

1. IDE yang berkualitas. Delphi memiliki lingkungan pengembangan yang lengkap.

Terdapat menu-menu yang memudahkan untuk mengatur proyek pengembangan software.

2. Proses kompilasi yang cepat. Saat aplikasi dijalankan di lingkungan Delphi, aplikasi tersebut otomatis di compile, sehingga dapat menjalankan aplikasi tanpa harus meng compile secara terpisah.

3. Mudah digunakan.

4. Delphi bersifat multi-purpose, dapat digunakan untuk berbagai keperluan pengembangan aplikasi, mulai perhitungan sederhana sampai aplikasi multimedia bahkan yang terkoneksi internet.

2.8.1 Tampilan Delphi Secara Umum

Tampilan Delphi secara umum berbeda dengan tampilan bahasa pemprograman lain.

Delphi tidak memiliki form utama atau form induk. Sehingga pembuatan program dengan software ini, wallpaper desktop akan terlihat lebih jelas.

Semua fasilitas toolbox dan tool window pada Delphi terpisah dari menu utama. Tampilan software ini hampir sama dengan beberapa software yang ada di Linux. Hal ini dapat dilihat dari tampilan program The Gimp yang ada di Linux.

Gambar 2.3 Tampilan Umum Delphi

(25)

2.8.2 Delphi Object Pascal

Sejak pertama komputer diketemukan hingga sekarang, telah terjadi evaluasi bahasa pemrograman. Penggerak evolusinya adalah keinginan untuk mendapatkan sebanyak mungkin dengan usaha dan sumber daya sedikit mungkin. Dengan demikian program dipecah menjadi objek yang berkembang dan disebut dengan konsep Object Oriented Programming (OOP).

Keuntungan bahasa pemrograman OOP dibandingkan bahasa pendahulunya yaitu:

1. Lebih terstruktur.

2. Lebih modular, serta mudah digunakan kembali.

3. Lebih tahan terhadap perubahan.

4. Lebih mudah dikembangkan.

5. Lebih alami.

2.8.3 Daur Hidup Perangkat Lunak

Siklus kerja software engineering secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Analisis

Pada tahap ini sistem engineering menganalisis hal-hal yang diperlukan.

2. Desain

Pada tahap ini dilakukan perancangan, dimana data telah dianalisis ke dalam bentuk yang mudah dimengerti pemakai.

3. Kode

Pada tahap ini dilakukan penerjemahan data atau pemakaian permasalahan yang telah dirancang ke dalam pemrograman komputer yang telah ditentukan.

Tujuannya adalah menyiapkan semua data sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.

(26)

4. Pengujian

Pada tahap ini program telah selesai dibuat, maka dilakukan uji coba terhadap program tersebut.

5. Pemeliharaan

Pada tahap ini perangkat lunak yang telah dibuat dapat mengalami penambahan ataupun perubahan-perubahan dengan permintaan pemakai.

Tujuan dari pemeliharaan ini adalah untuk mempertahankan efisiensi dan efektivitas sistem yang baru.

2.9 Perencanaan Proyek dan Perkiraan

Untuk keberhasilan pembuatan perangkat lunak, beberapa hal yang harus diketahui oleh manajer antara lain:

1. Batasan dari pekerjaan yang dikerjakan

Pada bagian ini manajer proyek harus mengetahui dan mengenal inti permasalahan yang akan dikerjakan.

2. Sumber daya yang diperlukan

Pada bagian ini sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek.

3. Tugas yang dikerjakan

Pada bagian ini diperlukan kebijakkan manajer proyek untuk menentukan tugas yang dikerjakan serta siapa saja yang akan dibebani tugas tersebut.

4. Kendala dan Batasan

Pada bagian ini manajer proyek mampu meramalkan kendala dan batasan yang mungkin timbul pada tahap-tahap pengerjaan permasalahan dan bagaimana cara mengatasinya.

5. Biaya dan Jadwal Kerja

Pada bagian ini manajer proyek harus menentukan biaya yang akan dikeluarkan serta membuat jadwal kerja pengerjaan.

(27)

Perkiraan biaya yang salah atau kurang tepat dapat mengakibatkan berkurangnya keuntungan. Pada masa lampau, biaya pembuatan atau pengembangan perangkat lunak mempunyai pesentase kecil dari biaya pengembangan sistem. Saat ini biaya perangkat lunak merupakan elemen yang paling penting dan mahal dalam pengembangan sistem.

Untuk dapat mencapai perkiraan biaya dan upaya yang dapat diandalkan dilakukan dengan memperkirakan waktu yang paling lama dari pengerjaan proyek dan menggunakan alat bantu yang telah tersedia.

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan PERT dan CPM
Gambar 2.1 Hubungan antarkegiatan A B A B A B A B  A  B 50%  75%
Tabel 2.2 Komponen kegiatan proyek pengadaan generator listrik
Gambar 2.2 Jaringan kegiatan proyek pengadaan generator listrik
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data kelas IIA yang merupakan kelas kontrol dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak yang didengar

Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu

Hal ini kembali menguatkan adanya hubungan yang lebih signifikan antara konsep diri orang tua dengan proses pengambilan keputusan terutama dalam pemilihan sekolah

Upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa melalui Youth Entrepreneurship Program (YEP) yaitu: (a) Siswa anggota YEP

4 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Keputusan Petani Padi Organik dalam Menjalin Kemitraan dengan Perusahaan Beras “Padi Mulya” di Kecamatan Sambirejo

Terhadap pernyataannya itu, Riffaterre mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Eco mengenai interpretant, yaitu sebuah paradigma sinonimi yang dapat berupa bentuk tanda

Seorang wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki peningkatan risiko terkena kanker baru di payudara lainnya atau di bagian lain dari payudara yang

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dari kedua perlakuan yaitu pengaruh tingkat kematangan buah mangga kuweni (Mangifera adorata) dengan perlakuan A 1 mangga