• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP LABA PADA BANK NAGARI KANTOR CABANG SYARIAH BUKITTINGGI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP LABA PADA BANK NAGARI KANTOR CABANG SYARIAH BUKITTINGGI SKRIPSI"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

BANK NAGARI KANTOR CABANG SYARIAH BUKITTINGGI

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Batusangkar

Oleh : AZZAHARA NIM : 16 304 010 32

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

1441 H / 2020 M

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Azzahara NIM. 16 304 010 32 judul skripsi : “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Laba pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi”.Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2020.

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah dari data perkembangan dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittingi yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, namun masih ada pembiayaan dari piutang murabahah dan pembiayaan musyarakah yang mengalami fluktuasi (naik,turun), kemudian dari pembiayaan yang disalurkan mendapatkan laba yang setiap tahunnya cenderung meningkat hal ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin besar dana pihak ketiga maka semakin banyak pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat, dari pembiayaan yangdisalurkan tersebut diharapkan mendapatkan keuntungan / laba yang juga meningkat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap laba. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Teknik analisa data menggunakan program SPSS versi 22 melalui Uji Korelasi, Uji T,Uji Koefisien Determinasi (R

2

), dan Analisis Regresi LinearSederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, Dana Pihak Ketiga (DPK) memiliki pengaruh terhadap laba di Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi. Berdasarkan analisis pengujian hipotesis yang menunjukkan uji t pada pengujian antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu t

hitung

> t

tabel

dimana t

hitung

7,759 dan t

tabel

1,67155 sehingga keputusannya adalah H

0-

ditolak dan H

a

diterima, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan terhadap laba pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi. Besar pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap laba adalah sebesar 50,9% dan sisanya 49,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Laba

(6)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

BIODATA ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori. ... 11

1. Kelembagaan Bank Syariah ... 11`

2. Dana Pihak Ketiga ... 30

3. Laba ... 38

B. Penelitian Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis ... 42

E. Hubungan Antar Variabel... 43

F.

(7)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat Dan Waktu Penelitian... 45

C. Sumber Data. ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Gambaran Umum Instansi / Lembaga ... 51

B. Hasil Analisis Data ... 69

1. Uji Korelasi ... 69

2. Uji Signifikan (t-test) ... 70

3. Koefisien Determinasi (R

2

) ... 71

4. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V : PENUTUP ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Nagari Kantor Cabang

Syariah Bukittinggi Periode 2015-2019 ... 4

Tabel 1.2 Perkembangan Piutang Murabahah dan Pembiayaan Musyarakah Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi Periode 2015-2019 ... 5

Tabel 1.3 Laba Bersih Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi Periode 2015-2019 ... 6

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 21

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 45

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ... 48

Tabel 4.2 Hasil Uji Korelasi... 69

Tabel 4.3 Hasil Uji Signifikan (t-test) ... 70

Tabel 4.4 Hasil Koefisien Determinasi (R

2

) ... 71

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 72

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Bank Umum Syariah ... 24 Gambar 2.2 StrukturOrganisasi Unit Usaha Syariah ... 27 Gambar 2.3Kerangka Berfikir ... 42

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Nagari Kantor Cabang Syariah

Bukittinggi ... 61

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang paling dikenal masyarakat karena aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan.

Di Indonesia terdapat dua jenis bank yaitu bank konvensional dan bank syariah. (Kasmir, 2015: 24) Bank konvensional adalah sebuah institusi bisnis yang bernafaskan atas dasar prinsip ekonomi barat, sehingga keuntungan hanyalah diterjemahkan dalam tataran dan aspek material belaka. (Sumar’in, 2012: 58) Sedangkan bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-qur’an dan Hadis Nabi SAW. Dengan kata lain, bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasionalnya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. (Muhammad, 2005: 1)

Dasar pemikiran terbentuknya bank syari’ah bersumber dari adanya larangan riba didalam al-qur’an dan al-hadist sebagai berikut :

Surat Al-Baqarah ayat 275-276 :











(11)

Artinya : 275. Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

Perbankan syariah diarahkan untuk berperan sebagai agen pembangunan yang bertujuan untuk membangun pelaksanaan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Diantara perbankan yang ada di Indonesia terdapat Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat dimana tersebar cabang dan cabang pembantu, diantaranya yaitu Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi.

Keberadaan serta peranan perbankan syariah sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan bank syariah ini tentunya memerlukan dana untuk proses pengoperasiannya yang dihimpun dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat.

Sumber dana bank bisa diperoleh dari modal kerja dan utang. Dana

bank adalah semua utang dan modal yang tercatat pada neraca bank sisi

pasiva yang dipergunakan sebagai modal operasi bank dalam rangka

penyaluran atau penempatan dana. Kegiatan penyaluran atau penempatan

dana tersebut dapat berupa pemberian pembiayaan kepada masyarakat,

pembelian surat-surat berharga dalam rangka memperkuat likuiditas bank,

penyertaan ke badan usaha lain maupun penempatan sebagai modal

operasional dalam kegiatan usaha tersebut dapat bersumber dari :

(12)

1. Dana Sendiri (Dana Pihak Pertama)

Dana sendiri terdiri dari : modal yang disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.

2. Dana Pinjaman dari Pihak Luar Bank (Dana Pihak Kedua)

Dana pinjaman terdiri dari : pinjaman dari bank lain di dalam negeri, yang lebih dikenal dengan pinjaman antar bank, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan di luar negeri, yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB), pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia).

3. Dana Masyarakat (Dana Pihak Ketiga)

Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrument produk simpanan yang dimiliki bank.

Dana masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat.

Dana masyarakat tersebut dihimpun oleh bank dengan produk-produk simpanan yaitu giro, deposito dan tabungan (Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, 2009 : 50)

Bagi bank konvensional,selain modal, sumber dana lainnya cenderung bertujuan untuk “menahan” uang. Hal ini sesuai dengan pendekatan yang dilakukan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang utnuk kegunaan : transaksi, cadangan (jaga-jaga), dan investasi. Oleh karena itu, produk penghimpunan dana pun disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas : modal, titipan dan investasi.

(Muhammad Syafi’i Antonio, 2001 : 146)

Sebagaimana halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga

mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-

satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami

kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami

kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank, kelebihan dana-dana tersebut

(13)

akan disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Dana pihak ketiga tersebut terdiri dari : titipan atau wadi’ah yaitu dana titipan masyarakat yang dikelola oleh bank dan investasi atau mudharabah adalah dana masyarakat yang diinvestasikan.

(Amir Mahmud dan Rukmana, 2010: 26) Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang ada di Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1.1

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi

Periode 2015-2019

Tahun Dana Pihak Ketiga Kenaikan

2015 21.345.736.194 -

2016 28.147.970.825 6.802.234.631

2017 34.136.421.358 5.988.450.533

2018 45.341.727.293 11.205.305.935

2019 113.835.804.361 68.494.077.068

Jumlah 242.807.660.031 92.490.068.167

Sumber : Laporan Keuangan Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi, data diolah

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2015 hingga 2019 jumlah dana pihak ketiga (DPK) di Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi yang meliputi tabungan, giro dan deposito cenderung meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan sebesar 6.802.234.631, tahun 2016-2017 mengalami kenaikan sebesar 5.988.450.533, kemudian tahun 2017-2018 mengalami kenaikan sebesar 11.205.305.935 dan 2018-2019 juga mengalami kenaikan sebesar 68.494.077.068.

Setelah dana masyarakat atau yang sering disebut dengan dana pihak

ketiga terkumpul barulah bank menyalurkan kembali kepada masyarakat

dalam bentuk pembiayaan. Pemberian pembiayaan diperoleh dari besarnya

dana yang terkumpul.

(14)

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvesional.

Dalam perbankan syariah, return atas pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. (Ismail, 2017 : 105-106) Perkembangan pembiayaan (piutang murabahah dan pembiayaan musyarakah ) yang ada di Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1.2

Perkembangan Piutang Murabahah dan Pembiayaan Musyarakah Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi

Periode 2015-2019

Tahun Piutang Murabahah Pembiayaan Musyarakah

2015 183.193.768.660 532.189.942

2016 179.789.690.583 1.614.861.109

2017 185.388.976.789 2.733.229.182

2018 187.139.135.276 2.638.557.182

2019 216.878.311.271 4.637.988.065

Sumber : Laporan Keuangan Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pembiayaan yang ada di Bank

Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi periode 2015 hingga 2019

mengalami fluktuasi, pada piutang murabahah tahun 2015-2016 mengalami

penurunan dari 183.193.768.660 menjadi 179.789.690.583, kemudian pada

tahun 2016-2019 piutang murabahah yang ada cenderung meningkat. Dalam

pembiayaan musyarakah tahun 2015-2017 cenderung mengalami kenaikan,

namun pada tahun 2017-2018 pembiayaannya mengalami penurunan dari

2.733.229.182 menjadi 2.638.557.182 kemudian kembali naik pada tahun

2019.

(15)

Pembiayaan yang telah disalurkan kepada masyarakat untuk melakukan suatu usaha, tentunya ada keuntungan / laba yang diperoleh oleh bank maupun nasabah, dengan istilah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.

Keuntungan / laba yang diperoleh dari pendapatan perolehan bagi hasil ini masuk dalam kas bank, sehingga bank mendapatkan tambahan kas guna mencukupi kegiatan operasional bank. Oleh karena itu bank harus dapat memanfaatkan sumber-sumber dana secara optimal.

Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya- biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih postif antara pendapatan dan biaya. Laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya, disebut juga pendapatan bersih (net earning). Laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan.

Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya. (Muhammad, 2005: 154) Berikut laba bersih yang ada di Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1.3

Laba Bersih Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi Periode 2015-2019

Tahun Laba Bersih Kenaikan

2015 3.975.748.393 -

2016 4.121.882.896 146.134.503

2017 4.784.756.332 662.873.436

2018 5.199.605.617 414.849.285

2019 5.230.852.484 31.246.867

Sumber : Laporan Keuangan Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi

Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa laba bersih pada Bank Nagari

Kantor Cabang Syariah Bukittinggi periode 2015-2019 cenderung

meningkatsetiap tahunnya. Pada tahun 2015-2016 mengalami kenaikan

sebesar 146.134.503, tahun 2016-2017 mengalami kenaikan sebesar

(16)

662.873.436kemudian tahun 2017-2018 mengalami kenaikan sebesar 414.849.285 dan pada tahun 2018-2019 juga mengalami kenaikan sebesar 31.246.867.

Melihat data perkembangan dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittingi yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, namun tidak diiringi dengan peningkatan pembiayaan dari piutang murabahah dan pembiayaan musyarakah yang disalurkan kepada masyarakat karena pembiayaan yang ada terjadi fliktuas (naik, turun), sedangkan laba yang dihasilkan dari penyaluran dana berupa pembiayaan yang dihimpun dari dana masyarakat tersebut setiap tahunnya cenderung meningkat.

Berdasarkan hal ini, dengan ketidaksesuaian antara teori dengan

prakteknya yang mana dalam jurnal ekonomi Islam mengatakan bahwa

diantara beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah keuntungan yang

diterima bank syari’ah adalah jumlah dana pihak ketiga yang mampu

dihimpun bank, dimana semakin besar dana nasabah yang dihimpun produk

bank syari’ah maka aset yang dimiliki pun akan semakin besar yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pembiayaan dan salah satu tolak ukur

kesehatan bank. Faktor lainnya adalah pembiayaan yang disalurkan bank,

dimana semakin besar pembiayaan yang disalurkan bank syari’ah maka

margin bagi hasil yang diterima pihak bank juga semakin besar. (Tisa Arifi

Putriani, Alimatul Farida, 2019: 3) Dengan kata lain bahwa semakin besar

dana pihak ketiga yang diperoleh bank dalam menghimpun dana di berbagai

produk semakin besar pula pembiayaan yang dilakukan dalam penyaluran

dana kepada masyarakat sehingga laba yang diperoleh dari margin bagi hasil

tersebut juga semakin besar. Untuk itu, penulis tertarik untuk penelitian lebih

lanjut dengan judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Laba pada

Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi”

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi tidak diikuti dengan peningkatan pembiayaan yang disalurkan.

2. Perkembangan pembiayaan yang disalurkan Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi yang fliktuasi diikuti dengan peningkatan laba.

3. Perkembangan dana pihak ketiga (DPK) Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi diikuti dengan peningkatan laba,namun dengan pembiayaan yang fluktuasi.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, makabatasan masalah dalam penelitian adalah pengaruh dana pihak ketiga terhadap laba pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk memperjelas pemasalahan yang ingin diteliti.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan penelitian “Seberapa besar pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap laba pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk menjelaskan pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap laba

pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi.

(18)

F. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dalam pengembangan dan pembinaan ilmu ekonomi islam serta menambah wawasan yang berkaitan dengan dana pihak ketiga (DPK).

2) Sebagai sumbangan terhadap almamater sekaligus tambahan referensi bagi perpustakaan IAIN Batusangkar.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Instansi dan Pihak Terkait

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi instansi dan pihak terkait dalam mengambil keputusan dan penetapan kebijakan mengenai dana pihak ketiga (DPK).

2) Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam menambah pengetahuan dan wawasan serta penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan serta menuangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah (skripsi), serta sebagai acuan dari peneliti berikutnya.

2. Luaran Penelitian

Target yang ingin peneliti capai dari temuan ini adalah diterbitkan sebagai jurnal ilmiah IAIN Batusangkar dan bermanfaat sebagai bacaan di perpustakaan IAIN Batusangkar.

G. Definisi Operasional

1. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang

berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan

tabungan dan simpanan deposito. (Kasmir, 2014: 53)

(19)

Dana pihak ketiga dalam penelitian ini adalah jumlah sumber dana yang dihimpun Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Bukittinggi dari masyarakat berupa produk tabungan mudharabah, tabungan wadi’ah, giro wadi’ah, giro mudharabah dan deposito mudharabah.

2. Laba

Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih postif antara pendapatan dan biaya. Laba merupakan kelebihan total pendapatan dibandingkan total bebannya, disebut juga pendapatan bersih (net earning). Laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi- laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya.

(Muhammad,2005:154)

Laba dalam penelitian ini adalah laba bersih pada Bank Nagari

Kantor Cabang Syariah Bukittinggi.

(20)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Kembagaan Bank Syariah a. Pengertian Bank Syariah

Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.

Selain itu UU Perbankan Syariah juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif). (https : // www.ojk.go.id)

Menurut Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 21 tahun

2008 tentang perbankan syariah mengatakan bahwa bahwa bank

syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip syariah dan menurut jenisnya tediri atas Bank Umum Syariah

dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah yang dimaksud

adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan

fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan

dalam penetapan fatwa di bidang syariah. (UU RI No. 21 tahun 2008)

(21)

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Menurut ensiklopedia Islam,bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Berdasarkan rumusan tersebut, bank Islam berarti bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-qur’an dan hadist.

Sedangkan muammalat adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun perorangan atau masyarakat. (Sumar’in, 2012: 49)

Bank syariah adalah lembaga keuangan syariah yang usaha pokoknya memberikan kredit, jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran, serta peredaran uang yang beroperasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam definisi lain bank syariah adalah badan usaha yang semestinya sebagai penghimpunan dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan hukum Islam sebagai mana yang diatur dalam Al-Qur’an dan hadis. (Sudarsono, 2004: 27)

Dapat kita simpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan yang kegiatanya mengacu pada hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga.

b. Tujuan dan Fungsi Bank Syariah 1) Tujuan Bank Syariah :

Adapun tujuan normative dibentuknya lembaga keuangan

syariah sebagai berikut :

(22)

a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuammalah secara islam, khususnya maumalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan) dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekonomi umat.

b) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin)

c) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian berusaha (berwirausaha)

d) Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan masalah kemiskinan, berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap.

e) Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah f) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap

bank non islam (konvensional) yang menyebabkan umat islam tidak dapat melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama bidang kegiatan bisnis dan perekonomian.

2) Fungsi Bank Syariah

Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki

fungsi sebagai berikut :

(23)

a) Manajemen Investasi

Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini berdasarkan kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan.

Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang melaksanakan investasi dana dari pihak lain) menerima persentase keuntungan hanya dalam kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul maal), sementara bank tidak ikut menanggungnya.

b) Investasi

Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. Diantara contohnya adalah kontrak al murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai’ as salam, bai’ al ishtisna, al ijarah, dan lain-lain.

c) Jasa Layanan Keuangan

Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya.

d) Jasa Sosial

Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam melaksanakan jasa sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. (Sumar’in, 2012: 53-54)

c. Prinsip- Prinsip Bank Syariah

Dalam menjalankan usahanya bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai- nilai syariah, prinsip itu berpedoman pada al- Qur’an dan Hadis. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi:

(Sumar’in, 2012: 53)

(24)

1) Prinsip pengharaman riba

Prinsip ini terlihat dari praktek pengelolaan dana nasabah.

Dana yang berasal dari nasabah penyimpan harus jelas asal usulnya, sedangkan penyaluran dana untuk usaha- usaha yang tidak bertentangan dengan syar’i.

2) Prinsip keadilan

Prinsip ini terlihat dari penerapan sistem bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dari kedua belah pihak.

3) Prinsip keamanan

Prinsip ini terlihat dengan menempatkan posisi nasabah serta bank dalam posisi yang sederajat. Keamanan ini terwujud dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna, maupun bank.

d. Produk-produk Perbankan Syariah

Pada dasarnya produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah sebagai berikut:

1) Produk Penyaluran Dana

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya.

a) Pembiayaan dengan prinsip jual beli

Ditunjukkan untuk memiliki barang yang terbagi atas:

(1) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli di

mana bank menyebut jumlah keuntungannya.Bank

bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai

pembeli.Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok

ditambah keuntungan (margin).

(25)

(2) Pembiayaan Salam

Salam adalah jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sementara pembiayaan di lakukan tunai.

(3) Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam istishna’ pembayaran dapat di lakukan oleh bank dalam beberapa termin pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya di aplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.Ketentuan pembiayaan istishna’

adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran mutu dan jumlahnya.Harga jual yang telah disepakati di cantumkan dalam akad istishna dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.

b) Prinsip sewa

Transaksi ijarah di landasi adanya perpindahan manfaat.

Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa (Karim, 2010:97-101).

c) Prinsip Bagi Hasil (1) Musyarakah

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua

atau lebih pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama

dengan mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau

yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut

serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak

merupakan keharusan.Para pihak dapat membagi pekerjaan

mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat

meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka

curahkan untuk usaha tersebut.

(26)

(2) Mudharabah

Mudharabah merupakan akad bagi hasil ketika pemilik dana/modal (pemodal), biasa disebut sahibul mal menyediakan modal 100% kepada pengusaha sebagai pengelola, biasnya disebut mudharib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang di tentukan sebelumnya dalam akad yang besarnya juga dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Sahibul mal (pemodal)adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis dan mudharib (pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis tetapi tidak memiliki modal (Ascarya,2008:51-61).

2) Produk Penghimpun Dana

Adapun produk-produk perbankan syariah dalam menghimpun dana dari masyarakat yaitu:

a) Giro

Giro adalah simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet giro.Dalam kamus istilah hukum Islam dijelaskan wadiah/giro, wadiah adalah penarikan harta kepada seseorang yang dapat melihatnya, sedangkan harta tersebut masih menjadi hak milik pihak yang menetapkan (Anshori, 2007:81).

Dapat di artikan bahwa giro adalah produk pendanaan perbankan syariah berupa simpanan dana nasabah dalam bentuk rekening giro untuk keamanan dan kemudahan penarikannya.

b) Tabungan

Tabungan di bank syariah terbagi dua macam yaitu

tabungan mudharabah dan tabungan wadiah..Jika nasabah

hanya menyimpan dana saja di pakai tabungan wadiah, jika

(27)

nasabah berminat mencari keuntungan dari tabungan tersebut maka tabungan mudharabah yang sesuai.

c) Deposito

Dalam Undang-Undang No 10 tahun 1998 deposito didefinisikan simpanan yang penarikannya hanya di lakukan pada waktu tertentu. Deposito memang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) (Anshori, 2007:87-93).

3) Produk Jasa

a) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)

Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu suppliermendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi resiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang berutang.

b) Rahn (Gadai)

Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Atas izin bank, nasabah dapat menggunakan barang tertentu yang digadaikan dengan tidak mengurangi nilai dan merusak barang yang digadaikan. Apabila barang yang digadaikan rusak atau cacat, nasabah harus bertanggung jawab.

c) Qardh

Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh sebagai

pinjaman talang haji, dimana nasabah calon haji diberikan

pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya

perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum

keberangkatannya ke haji. Sebagai pinjaman tunai (cash

(28)

advanced) dari produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai dengan waktu yang ditentukan.

d) Wakalah (Perwakilan)

Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkarso dan transfer uang.

e) Kafalah (Garansi Bank)

Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Untuk jasa-jasa ini, bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

(Adiwarman A,Karim. 2007: 106-107) e. Sumber Dana Bank Syariah

Sumber utama dana bank syariah berasal dari : 1) Modal

Salah satu sumber utama dana bank berasal dari pemegang

saham dengan setoran modal, kemudian disalurkan menjadi

pembiayaan. Dalam satu periode pembukuan, sesuai hasil Rapat

Umum Pemegang Saham, investor akan mendapatkan hasil dalam

bentuk deviden. Dalam perbankan syariah, mekanisme penyertaan

modal pemegang saham dapat dilakukan melalui musyarakah fi

sahm asy-syirkah.

(29)

2) Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan.

a) Wadi’ah Yad al-Amanah

Dengan konsep ini, pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

b) Wadi’ah Yad-dahamanah

Dengan konsep ini, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, pihak penitip akan mendapatkan isentif dalam bentuk bonus.

3) Investasi

Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang sesuai dengan prinsip ini adlah mudharabah, secara garis besar mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a) Mudharabah Muthlaqah

Dalam konsep ini penabung atau deposan menitipkan dana pada bank syariah, bank syariah bertindak sebagai pengelola dana kemudian menyalurkan dana kepada dunia usaha sebagai pemilik dana, dunia usaha sebagai pengguna dan pengelola dana harus berbagi hasil dengan pemilik dana, yaitu bank. Begitu juga bank harus berbagi hasil dengan deposan.

b) Mudharabah Muqayyadah

Dalam konsep inipihak bank terikat dengan ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan oleh shahibu maal, misalnya

jenis investasi, waktu dan tempat. (Ayus Ahmad Yusuf dan

Abdul Aziz, 2009 : 52-54)

(30)

Keberhasilan bank dalam menghimpun dana atas mobilisasi dana sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Kepercayaan masyarakat pada suatu bank akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat, yang terlihat dari kinerja, kapabilitas, integritas serta kredibilitas manajemen bank.

2) Ekspetasi, yaitu perkiraan pendapatan yang akan diterima nasabah dibandingkan dengan alternatif investasi lainnya dengan tingkat resiko yang sama.

3) Keamanan, yaitu jaminan oleh bank atas dana nasabah.

4) Ketepatan waktu pengambilan simpanan nasabah harus selalu tepat waktu.

5) Pelayanan yang cepat, akurat dan fleksibel.

6) Pengelolaan bank yang hati-hati. ( Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, 2010: 579)

f. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dibandingkan dengan bank konvensional, bank syariah memiliki beberapa karakteristik esensial yang membedakannya dengan bank konvensional, yaitu : (Ascarya, 2005 : 12)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan Kegiatan

Bank Mekanisme dan Obyek Usaha

Intermediasi, Jasa Keuangan

Intermediasi,

Manager Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan

Prinsip Dasar Operasi

Tidak anti riba dan anti maysir

Anti riba dan anti maysir

Prioritas Pelayanan 1. Bebas nilai (prinsip materialis) 2. Uang sebagai

komoditi 3. Bunga

1. Tidak bebas nilai (prinsip syariah Islam)

2. Uang sebagai alat

tukar dan bukan

komoditi

(31)

3. Bagi hasil, jual beli, sewa

Orientasi Kepentingan pribadi Kepentingan publik

Bentuk Keuntungan Tujuan sosial-

ekonomi Islam, keuntungan

Evaluasi Nasabah Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-porpose

Hubungan Nasabah Kepastian

pengembalian pokok dan bunga (credit worthiness dan colleteral)

Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko

Sumber Likuiditas Jangka Pendek

Terbatas debitor- kreditor

Erat sebagai mitra usaha

Pinjaman yang diberikan

Pasar uang, bank sentral

Terbatas Lembaga Penyelesai

Sengketa

Komersial dan nonkomersial,

berorientasi laba

Komersial dan nonkomersial,

berorientasi laba dan nirlaba

Risiko Usaha Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Abitrase Syariah Nasional

Struktur Organisasi Pengawas

1. Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank 2. Kemungkinan

terjadi negative spread

1. Dihadapi

bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran

2. Tidak mungkin terjadi negative spread

Investasi Dewan Komisaris Dewan Komisaris,

Dewan Pengawas

Syariah, Dewan

Syariah Nasional

Halal atau haram Halal

(32)

g. Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BUS memiliki bentuk kelembagaan seperti bank umum konvensional, sedangkan BPRS memiliki bentuk kelembagaan seperti BPR konvensional. Badan hukum BUS dan BPRS dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Sementara itu, UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri, tetapi merupakan unit atau bagaian dari suatu bank umum konvensional.

1) Bank Umum Syariah

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank umum

konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas,

Perusahaan Daerah, atau Koperasi. Seperti halnya bank umum

konvensional, BUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank

nondevisa. (Ascarya, 2005 : 68-69)

(33)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Bank Umum Syariah

Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi :

a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b) Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

RUPS/Rapat Anggota

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah

Dewan Audit Dewan Direksi

Divisi/Urusan Divisi/Urusan Divisi/Urusan Divisi/Urusan

Kantor Cabang Kantor Cabang Kantor Cabang

(34)

d) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

e) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

f) Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

g) Melakukan pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

h) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

i) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah atau hawalah.

j) Membeli surat berharga berdasrkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

k) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga.

l) Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah.

m) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syriah.

n) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

o) Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad

wakalah.

(35)

p) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah.

q) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (https : // www.ojk.go.id)

2) Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah. Dalam struktur organisasi, UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nondevisa. Sebagai suatu unit kerja khusus, UUS mempunyai tugas untuk :

a) Mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah

b) Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan dana yang bersumber dari kantor cabang syariah c) Menyusun laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor

cabang syariah

d) Melakukan tugas penata usahaan laporan keuangan kantor

cabang syariah. (Ascarya, 2005: 69-70)

(36)

Gambar 2.2

Struktur Organisasi Unit Usaha Syariah

Kegiatan usaha Unit Usaha Syariah (UUS) meliputi :

a) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b) Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Dewan Komisaris Dewan Pengawas Syariah

Dewan Audit Dewan Direksi

Divisi/

Urusan

Divisi/

Urusan

Divisi/

Urusan

Divisi/

Urusan n

Kantor Cabang Konvensional

Kantor Cabang Konvensional

Kantor Cabang Syariah Dewan Komisaris

Kantor Cabang

Syariah

(37)

c) Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah,atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

d) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

e) Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

f) Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

g) Melakukan pengambil alihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

h) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

i) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah atau hawalah.

j) Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

k) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan prinsip syariah.

l) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

m) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi

berdasarkan prinsip syariah.

(38)

n) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (https : // www.ojk.go.id)

3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah, atau Koperasi. (Ascarya, 2005: 70)

Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi : a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :

(1) Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

(2) Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b) Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk :

(1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah

(2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’

(3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh

(4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak

bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau

sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik

(39)

(5) Pengambil alihan utan berdasarkan akad hawalah.

c) Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS.

e) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia (sekarang OJK).

(https : // www.ojk.go.id) 2. Dana Pihak Ketiga (DPK)

a. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau lembaga lainnya.

Secara garis besar sumber dana bank dapat diperoleh dari : 1) Sumber dana dari bank itu sendiri

2) Sumber dana dari masyarakat luas (dana pihak ketiga) 3) Sumber dana dari lembaga lainnya. ( Kasmir, 2007: 45-46)

Menurut Kasmir, dana pihak ketiga adalah dana yang

dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari

simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. Dana

pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat luas merupakan sumber

dana terpenting bagi operasional bank dan merupakan ukuran

keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber

dana ini. Pencarian dana ini relatif paling mudah jika dibandingkan

dengan sumber lainnya. (Kasmir, 2014 :53)

(40)

Dana pihak ketiga atau dana masyarakat merupakan dana yang dititipkan dan disimpan oleh bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan media penarikan tertentu.

b. Jenis-jenis Produk Dana Pihak Ketiga

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan. Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Simpanan Giro

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 Pasal 1 ayat 23 yang dimaksud dengan giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad yang lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan perintah pemindahbukuan. (UU RI No.6 tahun 2009 tentang BI dan UU RI No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, 2009: 423)

Giro yang dibenarkan dalam syariah menggunakan prinsip wadi’ah dan mudharabah. (Andri Soemitra, 2009: 75)

a) Giro Wadi’ah

Giro wadi’ah adalah giro yang dijalankan berdasarkan

akad wadi’ah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat

diambil jika pemiliknya menghendaki. Dalam konsep

wadi’ah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh

menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang yang

dititipkan. Sedangkan wadi’ah yad amanah pihak yang

menerima titipan tidak boleh menggunakan/ memanfaatkan

uang atau barang yang dititipkan.

(41)

Bank syariah pada dasarnya menerapkan prinsip wadi’ah yad dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi untuk mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun, bank syariah diperkenankan memberikan bonus dengan tidak dijanjikan di awal akad. (Adiwarman A. Karim, 2007: 291- 292)

Mekanisme Produk Giro Wadi’ah

Nasabah menitipkan dana ke bank dan dana tersebut dapat diambil setiap saat. Apabila nasabah menarik dana lebih besar dari saldo yang ada, maka bank memberikan qard kepada nasabah agar penarikan tetap bisa dilakukan. Dari dana yang terhimpun, bank kemudian menyalurkannya pada usaha yang layak. Keuntungan dari kegiatan usaha tersebut sepenuhnya menjadi milik bank. (Veithzal Rivai dan Arifin, 2010: 580)

Karakteristik dari giro wadi’ah antara lain, sebagai berikut:

(1) Harus dikembalikan utuh seperti semula sejumlah barang yang dititipkan sehingga tidak boleh overdraft.

(2) Dapat dikenakan biaya titipan.

(3) Dapat diberikan syarat tertentu untuk untuk keselamatan barang titipan misalnya dengan cara menetapkan saldo minimum.

(4) Penarikan giro wadi’ah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku.

(5) Jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang

berlaku dalam kegiatan usaha bank sepanjang tidak

bertentangan dengan syariah.

(42)

(6) Dana wadi’ah hanya dapat digunakan seizin nasabah (Ismail, 2010: 24)

b) Giro Mudharabah

Giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi tempat, waktu, maupun objek investasinya.

(Adiwarman A. Karim, 2014: 354-356) 2) Simpanan Tabungan

Menurut pasal 1 nomor 21 Undang-undang No. 21 Tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah/

investasi dana berdasarkan akad mudharabah/ akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Kasmir, 2014: 63-64)

Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Dalam perkembangannya penarikan tabungan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan sarana penarikan berupa slip penarikan, ATM, surat kuasa, dan sarana lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Ismail, 2010: 44)

Simpanan tabungan dalam prinsip perbankan syariah

dibedakan menjadi dua, diantaranya sebagai berikut :

(43)

a) Tabungan Wadi’ah

Tabungan wadi’ah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan tabungan produk tabungan wadi’ah, bank syariah menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana atau barang tersebut. Sebagai konsekuensinya bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut.

Tabungan wadi’ah memiliki ketentuan sebagai berikut:

(1) Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikn setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.

(2) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.

(3) Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif selama tidak diperjanjikan di dalam akad pembukaan rekening (Adiwarman A.

Karim, 2010: 346)

(44)

b) Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya. (Adiwarman A. Karim, 2014: 357-361)

Tabungan mudharabah memiliki ketentuan :

(1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

(2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

(3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

(4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening.

(5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

(4) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. (Adiwarman A. Karim, 2010: 346)

3) Simpanan Deposito

Deposito merupakan simpanan dana berjangka yang

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank

(45)

berdasarkan prinsip mudharabah. Pemilik deposito disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama, mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan frekuensi penarikan juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan leluasa untuk menggunakan dananya kembali untuk penyaluran pembiayaan. (Kasmir, 2002: 93)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.

Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Deposito mudharabah terbagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai berikut :

a) Deposito Mudharabah Muthlaqoh

Pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya.

Dengan kata lain, bank syariah mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana ini ke berbagai sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan.

b) DepositoMudharabah Muqayyadah

Berbeda dengan deposito mudharabah muthlaqoh, dalam

deposito mudharabah muqayyadah, pemilik dana

memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank

syariah dalam mengelola investasinya baik yang berkaitan

dengan tempat, cara, maupun objek investasinya. Dengan

kata lain, bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan

sepenuhnya dalam menginvestasikan dana ini ke berbagai

(46)

sektor bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. (Adiwarman A. Karim, 2014: 363-367)

Deposito mudharabah memiliki ketentuan sebagai berikut:

a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola.

b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukuan rekening.

e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan. ( Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, 2009 : 58-61)

Deposito adalah simpanan berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjuangkan sebelumnya. Deposito dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a) Deposito Berjangka. Deposito berjangka merupakan

simpanan berjangka yang dapat dicairkan sesuai dengan

jangka waktu yang disepakati. Pemegang deposito berjangka

akan mendapatkan bilyet deposito sebagai bukti hak

kepemilikannya. Deposito berjangka tidak dapat

Referensi

Dokumen terkait

maka konselor krisis dituntut untuk fokus pada situasi klien yang menggambarkan kesulitan yang tidak dapat diselesaikan yang disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya

Seperti halnya dalam pendekatan pembelajaran matematika pada umumnya, tujuan utama Pendidikan Matematika Realistik adalah agar siswa mampu mengaplikasikan

Fitur – fitur yang ada pada komik meliputi gambar yang menarik untuk menolong pelajar remaja untuk mengembangkan ide dan imajinasi dalam bahasa Inggris, material bacaan dalam

Pendirian suatu koperasi harus terdapat kesepakatan antara pihak- pihak pelopor pendiri koperasi hingga terbentuknya akta pendirian koperasi. Dalam hal ini berarti telah

Maksud diadakannya penelitian dari pembuatan aplikasi berbasis Android ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai sebaran fasilitas kesehatan penerima

Dalam berkomunikasi dengan anggota customer service KSPPS BINAMA selalu menggunakan Bahasa Indonesia agar mudah dipahami semua anggota. Selain berkomunikasi secara

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model PBL ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi

Ministère de l’éducation nationale de l’enseignement supérieur et de la recherche , Repères et références statistiques sur les enseignements , la formation et