• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. secara pesat. Kemajuan teknologi telah memberikan sumber (resources)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. secara pesat. Kemajuan teknologi telah memberikan sumber (resources)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Informasi teknologi dan elektronik dalam era Globalisasi berkembang secara pesat. Kemajuan teknologi telah memberikan sumber (resources) informasi dan komunikasi yang luas dari apa yang telah dimiliki manusia.1 Kemajuan teknologi tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia. Karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.2

Terciptanya berbagai kemudahan Teknologi informasi dan media elektronik bagi manusia seperti halnya dalam melakukan sebuah transaksi, perdagangan bisnis (e-commerce), pendidikan (electronic education), perbankan, kesehatan (telemedicine), transportasi, industri, pariwisata, bidang pemerintahan (egovernment) dan lain sebagainya.3

Sehingga dengan teknologi informasi manusia dapat menemukan cara baru dalam melakukan aktivitasnya yaitu dengan adanya perubahan di dalam struktur kehidupan masyarakat. Perubahan dalam struktur kehidupan seperti halnya memesan makanan dengan menggunakan cara gofood, mengambil dan/atau mengirim barang dengan cara gosend, berpergian dan/atau

1 Amar Ahmad, “Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi”, Vol. 13 No. 1, Juni 2012, hal 137-149.

2 Muhamad Ngafifi, “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia”, Vol. 2 No. 1, 2014. hlm 34.

3 Shinta Dewi, Cyberlaw (Perlindungan Privasi Atas Informasi Pribadi Dalam E- Commerce Menurut Hukum Internasional”. Widya Padjajaran. Bandung. 2009, hlm. 34.

(2)

2

menjemput anak atau istri dengan menggunakan gojek, transfer tidak perlu datang ke ATM cukum melalui m-banking dan lain sebagainya. Pada kehidupan manusia tanpa disadari banyaknya perubahan yang sangat besar, yaitu manusia menikmati manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang sangat canggih saat ini . Sehingga dengan berkembangnya teknologi elektronik saat ini manusia sangat lekat dan bergantung kepada teknologi elektronik.

Berdasarkan Bunyi Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yaitu : “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Teknologi informasi memudahkan siapaun untuk mendapatkan informasi.

Karena Teknologi Informasi merupakan suatu teknik yang dapat mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumpulkan, menganalisis dan menyebarkan informasi. Oleh karena itu perkembangan teknologi informasi sangat diakui keefisiensiannya. Baik dalam pembuatan ataupun penyimpangannya.

Sebagaimana berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE berbunyi : “Teknologi Informasi adalah suatu teknik

(3)

3

untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi”.

Perkembangan teknologi elektronik memiliki dua dampak terhadap pemanfaatan penggunaannya bagi masyarakat itu sendiri. Yang pertama yaitu dampak positif dari perkembangan teknologi elektronik yang dimana dapat dimanfaatkan untuk melakukan pembangunan dan mencapai tujuan nasional yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.4 Kedua yaitu dampak negatif dari perkembangan teknologi elektronik dapat mengakibatkan adanya globalisasi kejahatan dan meningkatkan kuantitas serta kualitas (modus operandi) tindak pidana di berbagai Negara dan antar Negara. Selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, disisi lain menjadi sarana efektif melakukan perbuatan melawan hukum.5

Banyaknya penyimpangan sosial pada masyarakat dengan menggunakan teknologi informasi Elektronik dengan melalui pertukaran informasi, Komunitas dari berbagai belahan dunia, berkomunikasi secara intensif satu sama lain melalui teknologi informasi secara Virtul atau cyber (dunia maya).6 Dengan hadirnya internet dalam kehidupan manusia mengakibatkan maraknya jejaring social seperti Facebook, Twitter, Instagram, maupun MySpace

4 Kristian dan Yopi Gunawan, Sekelumit tentang Penyadapan dalam Hukum Positif di Indonesia, Bandung: Nuansa Aulia, 2013, hlm 4

5 Ahmad Ramli, “Cyber Law dan HAKI-Dalam System Hukum Indoensia”, Bandung: Rafika Aditama, 2004, hlm. 1

6 Melisa C. M. Sambur, “Lex Crimen” Vol. III No. 3, Mei-Jul 2014. hal. 56.

(4)

4

membuat dunia maya menjadi tempat bertemu bagi orang di seluruh dunia.7 Sehingga menyebabkan dunia menjadi tanpa batas, dan semakin maraknya kejahatan dengan teknologi elektronik.

Karena sudah tidak memadai sehingga mendorong dirumuskannya perundang-undangan khusus seperti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Tujuannya agar hukum berjalan seiring dengan berkembangnya jaman. Alat bukti elektronik merupakan sebuah alat bukti yang ampuh dalam mengungkap berbagai kejahatan modern saat ini.

Barang Bukti adalah barang yang dipergunakan oleh terdakwa dalam melakukan tindak pidana. Benda tersebut dapat memberikan suatu keterangan bagi penyelidikan baik berupa gambaran ataupun rekaman.8 Barang bukti merupakan penunjang alat bukti yang sangat penting.9 Sedangkan Alat bukti adalah hal yang dijadikan sebagai landasan hakim dalam menjatuhkan pidana kepada seseorang berdasarkan keyakinannya bahwa tindak pidana itu benar terjadi atau tidak.10

7 Budi Suhariyanto, “Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime), Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 1.

8 Flora Dianti, “perbedaan barang bukti dengan alat bukti”, https://www.hukumonline.com (diakses pada hari Kamis 26 November 2020, 22.25 WIB)

9 Pasal 310 ayat (1) KUHP

10 Daniel Lesnussa, “Barang Bukti dan Alat Bukti Dalam Hukum Acara Pidana”, https://www.dl-advokat.com , (diakses pada hari kamis, 26 November 2020, 23.00 WIB)

(5)

5

Hukum Acara Pidana yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).11 Macam Alat Bukti berdasarkan bunyi Pasal 184 KUHAP meliputi:

“Keterangan Saksi, Keterangan Ahli, Surat, Petunjuk, Keterangan terdakwa.”12 Hukum acara pidana mengaggap pembuktian merupakan bagian yang sangat penting untuk menentukan nasib seorang terdakwa. Bersalah atau tidaknya terdakwa berdasarkan proses pembuktian di pengadilan.

Contoh kasus mengenai pembuktian perkaranya menggunakan Alat bukti elektronik pada tindak pidana umum yakni sebagai berikut :

Kasus penipuan, Warga Sibolga Jadi Korban Penipuan Lewat Telepon, Rp.214 Juta Lenyap. Korban ditipu beberapakali lewat telepon dan kemudain transfer antar bank. Kejadian itu dilaporkan korban ke Polres Sibloga pada tanggal 12 Desember 2019 dengan Alat bukti elektronik berupa rekaman telepon13

Kasus pencurian disertai dengan pemerkosaan bermodus kenalan via chat.

Korban berkenalan di media sosisal dan kemudian korban diajak ketemuan di hotel oleh tersangka. Setelah itu korban diajak bermain ludo dan yang kalah Kasus pencurian disertai dengan pemerkosaan bermodus kenalan via chat.

Korban berkenalan di media sosisal dan kemudian korban diajak ketemuan di

11 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

12 Pasal 184 KUHAP.

13 Jason Gultom, „Warga Sibolga Jadi Korban Penipuan Lewat Telepon, Rp.214 Juta Lenyap‟. (Antara Sumut) https://sumut.antaranews.com (Diakses pada tanggal 24 November 2020, 24.50 WIB)

(6)

6

hotel oleh tersangka. Setelah itu korban diajak bermain ludo dan yang kalah harus meminum minuman beralkohol, dengan Alat bukti elektronik berupa t screenshot chat yang di print out antara korban dengan tersangka14

Kasus pengancaman dan penipuan via telepon. Hari Budianto adik dari ekonom Kwik Kian Gie mentransfer uang kepada pelaku karena diancam kakaknya (tersangka) akan dibunuh. Dengan Alat bukti elektronik berupa rekaman telepon15

Adapun kasus yang sudah diputus dan di upload dalam Direktori Putusan Mahkamah Agung yakni : kasus pembunuha berencana atas terdakwa Didin Muda alias Didin. Pengadilan Negeri Tilamuta. Yakni mengenai kasus Tindak Pidana Umum, yang dimana Terdakwa mengancam akan membunuh korban.

Dan terdakwa sudah merencanakan pembunuhan tersebut dengan melalui percakapan via telpon antara terdakwa Didin Muda dengan saksi Ningsih Yusuf dan percakapa antara Didin Muda dengan saksi Yanti Tolinggi. Adapun alat buktinya yaitu berupa alat bukti elektronik rekaman percakapan antara terakwa dengan saksi. Sehingga Hakim mengadili, Menyatakan terdakwa Didin Muda secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Pembunuhan Berencana”. 16

14 CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com diakses pada tanggal 24 November 2020, 00.00 WIB

15 Nursita Sari, „Pengancaman dan Penipuan‟. (Kompas) https://medan.kompas.com diakses pada tanggal 24 November, 01.45 WIB

16 Didin Muda alias Didin, Nomor : 18/Pid.B/2020/PN.Tmt. Mahkamah Agung, 2 April 2020.

(7)

7

Yang kedua yaitu kasus tindak pidana penipuan dan penggelapan.

Terdakwa atas nama Ali Santoro Bin Suratman melakukan penipuan terhadap korban dengan cara korban diajak menaruh modal dengan jumlah uang Rp.

100.000.000 (Seratus Juta Rupiah). Alat bukti yang digunakan dalam menangani kasus ini yaitu alat bukti elektronik rekaman percakapan terdakwa dengan korban.17

Saat ini dengan adanya virus corona mengakibatkan meningkatnya kasus kejahatan dengan menggunakan elektronik. Pada bulan januari-september 2020 Polri menerima 2.259 laporan kasus kejahatan dengan menggunakan elektronik. Kasus-kasus tersebut berupa penyebaran konten provokatif, penipuan online, pornografi, manipulasi data, pencurian data, pemerasan dan peretasan sistem elektronik.18

Dari kasus-kasus diatas banyak sekali masyarakat yang melanggar tindak pidana penyalahgunaan informasi teknologi dan elektronik demi kepentingan dan keuntungan pribadi. Sedangkan dalam persidangan masih banyak perdebatan mengenai kekuatan dan/atau keabsahan alat bukti elekteonik.

Karena dalam KUHAP belum mengatur mengenai alat bukti elektronik sebagai bukti yang sah. Selain itu keterangan dan ketentuan dalam UU ITE masih menjadi perdebatan para aparat penegak hukum hingga saat ini.

17 Ali Santoso Bin Suratman, Nomor : 82/Pid.B/2018/PN/Pmk. Mahkamah Agung, 4 Juli 2018.

18 Cindy Mutia Annur, https://databoks.katadata.co.id diakses pada tanggal 10 Juli 2021, pukul 09.00 WIB.

(8)

8

Maka dari itu dalam mengemukakan alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah dan berdiri sendiri harus dapat menjamin sebuah rekaman, foto atau data sesuai ketentuan yang berlaku. Agar tidak adanya oknum-oknum aparat penegak hukum yang menyalahgunakan kewenangannya dengan mengatasnamakan kepentingan hukum dan tidak adanya kesalahan dalam mengambil putusan yang dilakukan oleh hakim kepada terdakwa pada saat sidang.

Dengan begitu atas dasar situasi itulah penulis terdorong untuk menulis skripsi sebagaimana saya khususkan pada pasal 5 dan 6 Undang-Undang ITE dengan judul “Urgensi Penggunaan Alat Bukti Elektronik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Umum Berdasarkan Pasal 5 dan 6 Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik “

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekuatan hukum alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum?

2. Bagaimana urgensi pengaturan alat bukti elektronik dalam peradilan umum?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana kekuatan hukum alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum.

3. Untuk mengetahui bagaimana urgensi pengaturan alat bukti elektronik dalam peradilan umum

(9)

9 D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak penulis capai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkann dapat bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran sebagai pembaruan dan referensi kepustakaan hukum mengenai penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum. Diharapkan penelitian ini dapat menambah literatur pengetahuan di bidang hukum guna pijakan dan referensi pada penelitian selanjutnya. Dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah sebagai inovasi pmbuktian perkara dengan menggunakan alat bukti elektronik yang akan datang sesuai seiring berkembangnya jaman.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkann dapat bermanfaat bagi penulis yaitu dapat menambah ilmu, wawasan dan pengalaman baru tentang penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum. Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan aparat hukum mengenai penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum.

(10)

10 E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Kegunaan penelitian bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan secara langsung tentang penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum. Selain itu kegunaan penelitian bagi penulis yaitu untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

2. Bagi masyarakat

Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat yaitu sebagai sumbangan informasi bagi masyarakat mengenai teknologi informasi elektronik.

Dan agar kedepannya masyarakat lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan teknologi elektronik seperti media masa dan/atau sosial media agar tidak lagi adanya kejahatan dan pelanggaran mealui teknologi informasi elektronik.

3. Bagi Pemerintah dan/atau Aparat Penegak hukum

Kegunaan penelitian ini bagi pemerintah dan/atau aparat penegak hukum yaitu dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum, dan untuk memotivasi pemerintah dan/atau penegak hukum dalam memperbarui peraturan mengenai alat bukti elektronik sebagai pembuktian di persidangan seiring dengan berkembangnya zaman.

(11)

11 F. Metode Penelitian

Penggunaan metode merupakan suatu keharusan dalam penelitian. Karena untuk mempermudah penelitian dan juga agar penelitian lebih efektif dan rasional guna mencapai hasil penelitian yang optimal.

1. Metode Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis-Normatif.

Yaitu dengan melihat hukum sebagai kaidah (norma) dalam masyarakat.

Yuridis Normatif bersifat preskriptif dan terapan. Yang dimana Yuridis Normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan sekunder. Persoalan-persoalan yang menyangkut tentang peraturan kekuatan dan/atau keabsahan alat bukti elektronik dengan pelaku kejahatan yang alat buktinya berupa alat bukti elektronik.

Metode analisis Yuridis dilakukan dengan penelaahan bahan pustaka berupa :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tantang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

d. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(12)

12

Metode analisis normativ yaitu berupa pemberlakuan norma dan kaidah hukum mengenai penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum yang merujuk pada pasal 5 dan 6 UU ITE.

2. Jenis/Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni berupa :

a. Bahan Hukum Primer : yaitu bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif atau peraturan Perundang-Undangan seperti

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

b. Bahan Hukum Sekunder : yaitu mengambil bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dari Buku, jurnal, hasil penelitian, hasil kegiatan ilmiah, internet dan lain-lain sebagai referensi penulis dalam menuliskan penelitian ini.

3. Teknik pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan Bahan Hukum pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu dengan studi kepustakaan dan hasil penelitian dari para

(13)

13

ahli. Dengan mengkaji, menelaah dan mengolah literature yang berkaitan dengan penelitian.

4. Metode Analisis Bahan Hukum

Metode Analisis Bahan Hukum pada penelitian ini menggunakan metode analisis :

a. Content Analysis (Analisis isi) dari Peraturan Perundang-Undangan.

Metode analisis bahan hukum berupa content analysis atau dapat dikatakan analisis isi diartikan sebagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah teks berupa kata-kata, makna gambar, symbol gagasan, tema dan lain-lain.19 Analisis isi berusaha memahami isi yang terkandung dalam sebuah teks dengan cara menganalisis berita yang terdapat di internet, Koran, media social mengenai Kejahatan Elektronik yang kasusnya menggunakan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana. Pada penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai urgensi penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum berdasarkan pasal 5 dan 6 UU ITE.

b. Statute approach

Metode analisis bahan hukum berupa statue approach adalah metode analisis dengan mengunakan pendekatan Perundang-Undangan. Statue

19 Agus S Ekomadyo, 2006, Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) dalam Penelitian, Journal Itenas, No. 2 Vol. 10 Agustus 2006, hlm 51.

(14)

14

approach yaitu penelitian yang mengacu pada peraturan Perundang- Undangan. Yang dimana pendekatan Perundang-Undangan melihat dan meneliti mengenai kekurangan=kekurangan pada peaturan perundang-undangan baik secara teknis ataupun dalam pelaksanaannya. Apakah peraturan Perundang-Undangan tersebut sudah sesuai dengan norma yang ada dan apakah peraturan Perundang- Undangan terebut menguntungkan atau malah merugikn masyarakat.20 Pendekatan perundang-undangan ini dilakukan dengan mempelajari kesesuaian dan keselarasan antara Undang-Undang Dasar 1945 dengan Undang-Undang, dan/atau antara Undang-Undang yang lain, berupa UUD 1945, KUHP, KUHAP, Undang-Undang ITE yang mengenai alat bukti elektronik.

c. metode analisis preskriptif

Metode analisis bahan hukum berupa analisis preskriptif yang dimana menurut Prasetyo Hadi Purwandaka penelitian preskriptif merupakan penelitian untuk mendapatkan saran-saran dalam mengatasi masalah tertentu. Soerjono Soekanto juga mengatakan bahwa penelitian preskriptif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendapatkan saran-saran untuk memecahkan masalah tertentu.21

Analisis preskriptif pada metode analisis penelitian ini yaitu meninjau dampak dari keputusan yang akan diambil. Meninjau apa yang akan

20 https://www.saplaw.top. (diakses pada tanggal 24 November 2020, 20.45 WIB).

21 Metodologi Penelitian Hukum ( https://idtesis.com/metodologi-penelitian- hukum diakses pada tanggal 24 November 2020, 20.50 WIB ).

(15)

15

terjadi pada putusan dan mengapa itu terjadi dan diputuskan secara sah. Sehingga hasil tinjauan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. analisis preskriptif dapat membantu mencegah kecurangan, membatasi risiko dan meningkatkan efisiensi penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum.

G. Sistematika Penulisan

Dalam usaha mencari jawaban atas pokok permasalahan ini, penulisan skripsi penulis bagi menjadi 4 bab, yaitu :

1. Isi BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

2. Isi BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab kedua merupakan tinjauan pustaka yang memuat gambaran tentang Tinjauan Yuridis terhadap penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum berdasarkan pasal 5 dan 6 UU ITE.

3. Isi BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ketiga merupakan uraian hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian adalah hasil analisis Bahan Hukum asli. Berupa hasil penelitian dari bahan hukum UUD NRI Tahun 1945, KUHP KUHAP dan Undang- Undang yang berkaitan dengan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana umum. Sebagaimana merujuk pada pasal 5 dan 6 Undang-

(16)

16

Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Hasil penelitian sering disebut sebagai bahan hukum mentah yang nantinya sebagai hasil dari penelitian ini. bukan disajikan sebagai hasil, apalagi dibahas. Dan pembahasan adalah menjelaskan hubungan yang mencakup hasil analisis seluruh perubah untuk menjawab tujuan penelitian (pertanyaan penelitian), menjelaskan keutamaan dan keterbatasan penelitian serta implikasi yang ditimbulkannya sebagai dasar untuk merumuskan saran.

4. Isi BAB IV PENUTUP

Bab keempat merupakan penutup. Yang terdiri dari kesimpulan yang merupakan ringkasan jawaban atas permasalahan yang ada. Dan juga saran penulis yang dapat diajukan sebagai rekomendasi kedepannya mengenai penggunaan alat bukti elektronik dalam pembuktian tindak pidana.

(17)

17

Referensi

Dokumen terkait

Total aset selama bulan September meningkat Rp4,8 triliun dari Rp1208,2 triliun pada bulan Agustus menjadi Rp1213 triliun, jumlah kredit yang disalurkan sampai dengan bulan

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Medan mengetahui siapa saja yang akan menjadi pasar sasaran dan apa strategi yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat

Silberman (2014:148), model expanding panel ini merupakan suatu teknik dalam pembelajaran. Tehnik ini merupakan cara yang baik untuk menstimulasi diskusi dan memberikan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan pemberian ganti rugi dalam Pengadaan Tanah untuk pembangunan jalur Mass

Simulasi Penjalaran Gelombang Tsunami Skenario tsunami B merupakan peristiwa tsunami yang diakibatkan oleh gempabumi yang mengakibatkan tsunami dengan magnitudo 7,1 SR

Kondisi inilah yang menjadi latar belakang pelaksanaan regrouping sekolah adalah untuk pengaturan pemerataan mutu pendidikan, efisiensi dan efektivitas

Pekerjaan yang berulang-ulang, data yang besar dan senantiasa bertambah - berupa katalog perpustakaan sebagai wakil dokumen - serta prinsip sistem penyimpan dan penemuan

Beberapa keunggulan yang dimiliki Perseroan dalam menghadapi persaingan dalam industri produk konsumen bermerek adalah Grup Indofood sebagai salah satu perusahaan