• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Hasil Identifikasi

Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp. menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten Boyolali. Sapi tahap pertama masuk ke peternakan tersebut pada tanggal 18 Februari 2008 sebanyak 24 ekor, dan sapi berikutnya masuk pada tanggal 23 Februari 2010 sebanyak 32 ekor. Transportasi sapi perah dari Kabupaten Boyolali ke peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor menggunakan mobil bak terbuka. Kondisi sapi tersebut sedang laktasi pertama dan berumur ± 2 tahun. Hal ini memungkinkan bahwa infestasi lalat Hippobosca sp. sudah terjadi di daerah asal.

Kabupaten Boyolali memiliki kawasan peternakan dan pasar sapi perah yang besar serta menampung sapi dari daerah lain di Indonesia. Pada umumnya infestasi lalat ini terjadi pada sapi potong, namun sekarang dapat ditemukan di sapi perah, Para peternak membeli sapi dari daerah lain yang tidak dilakukan pemeriksaan terhadap kesehatan ternak sehingga lalat H. equina dapat terbawa pada tubuh sapi tersebut.

Hasil koleksi yang dilakukan selama ± 1 tahun terhadap H. equina pada 15 ekor sapi perah didapatkan jumlah total lalat sebanyak 497 ekor. Jumlah koleksi pupa yang berhasil didapatkan sebanyak 260 buah (Tabel 1). Berdasarkan hasil identifikasi terhadap lalat Hippobosca sp. di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor terdiri dari satu jenis yaitu lalat Hippobosca

(2)

Agustus 40 12 September 23 8 Oktober 12 8 November 2 3 Desember 0 0 Januari 0 0 Februari 0 0 Maret 0 0 April 0 0 Jumlah 497 260

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah lalat dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor tertinggi pada pengamatan bulan Mei yaitu 232 ekor. Jumlah lalat semakin menurun sampai tidak ditemukan pupa dan lalat pada pengamatan bulan Desember sampai dengan April 2012. Penurunan jumlah lalat dewasa dan pupa yang ditemukan disebabkan karena intervensi yang dilakukan oleh peternak. Intervensi yang dilakukan berupa pengendalian yang dilakukan oleh peternak seperti melakukan penyemprotan menggunakan insektisida. Insektisida yang digunakan oleh peternak saat pengendalian contohnya deltametrin.

4.2 Morfologi Lalat H. equina

Identifikasi yang dilakukan terhadap lalat dewasa menunjukkan ciri morfologi H. equina. Ciri morfologi yang dimiliki oleh lalat ini berbeda dengan lalat H. variegata. Ciri khas yang dimiliki lalat H. equina adalah ukuran yang lebih kecil dan memiliki variasi bercak pada toraks yang kurang (Gambar 4).

(3)

   

Gambar 4 Lalat H. equina. probosis (1), palpi (2), mata majemuk (3), kaki depan (4), toraks (5), abdomen (6), kuku (7), kaki tengah (8), kaki belakang (9), sayap (10). 

Morfologi H. equina terdiri dari kepala, toraks, sayap, kaki, dan abdomen.

Ukuran tubuh lalat ini yaitu 10 ± 0.4 mm, bentuknya pipih dorsoventral, dan berwarna kuning sampai coklat kehitaman. Bentuk tubuh pipih dorsoventral (gepeng) berfungsi untuk mempermudah dalam bergerak atau berpindah dengan merayap di tubuh sapi. Tubuh lalat ini ditutupi oleh bulu yang pendek dan dilengkapi dengan kuku runcing yang mudah menempel pada inang yaitu memegang rambut inang atau kulit (Gambar 5).

Gambar 5 Infestasi lalat H. equina pada sapi perah . 3 5 4 8 9 6 10 7 mm

(4)

Gambar 6 Kepala H. equina pandangan dorsal

Kepala lalat H. equina terdiri dari mata majemuk, orbital, vita frontalis,

palpi, antena, dan probosis. Mata majemuk lalat ini berwarna hitam, orbital coklat kekuningan, vitta frontalis coklat tua, dan antenanya tidak berkembang. Palpi tebal, pendek, dan berwarna coklat kehitaman yang ditumbuhi rambut (Gambar 6). Palpi berfungsi untuk melindungi probosis dan membantu lalat dalam mengisap darah. Probosis lalat ini langsing berwarna coklat kehitaman dengan ukuran sekitar 1 mm yang berfungsi untuk menusuk, merobek jaringan, dan mengisap darah (Gambar 7 A, 7 B).

A B

Gambar 7 Probosis H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B) .

(5)

A B

Gambar 8 Toraks H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B). prosternum (Stn1), mesosternum (Stn2), metasternum (Stn3). .

Toraks lalat H. equina berukuran sekitar 2 mm dan memiliki variasi warna

dengan bercak hitam sampai coklat kekuningan. Menurut Borror et al. (1992) toraks lalat H. equina terdiri dari prosternum, mesosternum, dan metasternum. Pada toraks lalat ini terdapat sepasang sayap dan tiga pasang kaki. Warna toraks pada pandangan dorsal lebih gelap dari pandangan ventral karena pada bagian ventral kurang terpapar oleh cahaya matahari (Gambar 8 A, 8 B).

Sayap H. equina berukuran 6 mm, memiliki sepasang sayap transparan,

lebar, dan melebihi dari abdomennya (Gambar 9, 10). Sayap H. equina relatif lebih kaku dibandingkan dengan sayap lalat jenis lain. Hal ini mengakibatkan H.

equina tidak dapat terbang jauh dari inangnya dan sebagian besar waktunya

dihabiskan pada inang. Kaki lalat ini terdiri dari koksa, femur, tibia, tarsus, dan kuku. Pada bagian femur, tibia, dan tarsus lalat ini ditumbuhi rambut berwarna coklat kekuningan. Rambut-rambut ini berfungsi sebagai alat sensorik. Kuku lalat ini runcing, berwarna hitam, dan berjumlah sepasang pada setiap kaki dan berfungsi untuk menempel pada inangnya (Gambar 11, 12, dan 13).

(6)

Gambar 9 Sayap H. equina pandangan dorsal. sel kosta (C), vena kosta (c), vena subkosta (Sc), rangka sayap melintang humerus (h), alula (alu), calypter atau skuame (cal), vena radius (Rs), sel radius (R), vena cubitus (Cu), pertemuan cabang medius 1 dan 2 (M1+2), pertemuan cabang medius 3 dan cubitus 1 (M3+Cu1).

.

Gambar 10 Sayap H. equina pandangan ventral. sel kosta (C), vena kosta (c), vena subkosta (Sc), rangka sayap melintang humerus (h), alula (alu), calypter atau skuame (cal), vena radius (Rs), sel radius (R), vena cubitus (Cu), pertemuan cabang medius 1 dan 2 (M1+2), pertemuan cabang medius 3 dan cubitus 1 (M3+Cu1).

.

(7)

 

Gambar 11 Kaki H. equina pandangan ventral

    

A B

Gambar 12 Kaki bagian femur H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B) .

   

A B

Gambar 13 Kaki bagian tibia H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B) .

(8)

A B

Gambar 14 Abdomen H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B)

.

Abdomen lalat H. equina berukuran sekitar 4 mm yang berwarna coklat

kehitaman. Pada bagian abdomen ditutupi oleh rambut berwarna coklat kekuningan (Gambar 14 A, 14 B). Warna abdomen yang hitam menunjukkan bahwa lalat sudah mempunyai pupa yang matang dan siap untuk dikeluarkan. Pupa lalat H. equina berwarna hitam yang berbentuk oval atau bulat (Gambar 15). Hal ini sesuai dengan pendapat Hutson (1984), bahwa pupa lalat H. equina berwarna hitam.

(9)

dorsoventral, berwarna coklat merah dengan bercak kuning pucat pada bagian dorsal toraks. Tubuh lalat ini ditutupi oleh bulu yang pendek, memiliki sepasang sayap yang kuat dengan vena anterior yang jelas, antenanya tidak berkembang. Probosis lalat ini langsing yang digunakan untuk menusuk dan merobek jaringan. Palpi lalat H. equina tebal dan pendek untuk melindungi probosis, kaki, dan kuku lalat ini berkembang baik.

4.3 Bioekologi Lalat H. equina

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lalat H. equina di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor, bahwa lalat H. equina berhabitat di kandang sapi perah. Lalat ini meletakkan pupa pada sudut tiang besi, dan menetaskan pupa sekitar 1-2 hari. Tiang besi tersebut berpotensi sebagai tempat meletakkan pupa oleh lalat H. equina. Hal ini dikarenakan pada tiang tersebut terdapat celah-celah yang mampu menampung dan melindungi pupa dari gangguan dari luar. Selain itu lalat H. equina juga suka meletakkan pupanya pada tanaman yang berada di sekitar kandang seperti pada pelepah-pelepah pisang.

Gambar 16 Tempat peletakan pupa H. equina, sudut tiang besi (a), kumpulan pupa pada tiang besi (b).

(10)

batang atau pelepah pohon kelapa atau pohon lainnya yang terlindung, atau tanah yang berlumpur (lembab). Menurut Soulsby (1982) lalat H. equina meletakkan pupa pada celah-celah kayu, ketiak tanaman, dan celah kandang.

Lalat H. equina jarang terbang jauh dari inangnya, hal ini disebabkan lalat

ini mempunyai sayap yang kaku. Lalat H. equina berpindah dari sapi yang satu ke sapi yang lain yang berada di dekatnya karena adanya gangguan fisik terhadap lalat tersebut. Pada siang hari baik jantan maupun betina mengisap darah dan beristirahat pada tubuh sapi. Lalat H. equina mengisap darah sapi dengan cara menusuk dan merobek jaringan menggunakan probosis. Menurut Rani et al. (2011) lalat Hippobosca sp. mengisap darah inangnya sebanyak 1.5-4.5 µl dalam waktu 3-13 menit. Bagian tubuh yang disukai oleh lalat H. equina yaitu daerah leher, perineal, diantara kaki belakang, dan pubis. Hal ini disebabkan oleh pada daerah tersebut terdapat kulit yang tipis, dan apabila ada gangguan maka lalat ini dapat bersembunyi di bawah ekor atau di antara kaki belakang. Lalat H. equina berkembang biak secara pupipara yaitu betinanya tidak menghasilkan telur tetapi langsung menghasilkan larva masak pada tubuh lalat, dan dalam waktu beberapa jam langsung berubah menjadi pupa.

(11)

menyebabkan ternak tidak nyaman untuk makan dan minum, sehingga dapat mengakibatkan penurunan berat badan, produksi susu, daya kerja, merusak kulit, jaringan tubuh, dan anemia.

4.4 Kondisi Lingkungan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lalat H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor, bahwa penyebaran lalat

H. equina berhubungan dengan transportasi ternak. Kondisi lingkungan kandang

di kawasan usaha peternakan sapi perah mempunyai kandang yang tiangnya terbuat dari besi, beratap seng, dan berlantai semen. Tiang besi tersebut berpotensi sebagai tempat meletakkan pupa oleh lalat H. equina.

Gambar 18 Kandang sapi perah di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor.

(12)

Agustus 12.8 75 25.6 September 128.3 76 26 Oktober 102,5 75 26.3 November 267.5 83 26.2 Desember 112.7 84 26.2 Januari 171.4 86 25.1 Februari 426.3 87 25.6 Maret 53.9 85 26.1 April 264.7 85 26 Rata-rata 172.83 81.67 25.94

Sumber: BMKG Darmaga Bogor

Berdasarkan data yang di peroleh dari BMKG setempat menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara di kawasan usaha peternakan sapi perah dari bulan Mei 2011 sampai April 2012 yaitu 25.94 ºC. Adanya rata-rata kelembaban dan indeks curah hujan (ICH) yaitu 81.67 % dan 172.83 mm (Tabel 2). Kondisi iklim seperti curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara yang optimum mendukung lalat H. equina dapat berkembangbiak di kawasan peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Hal ini juga didukung adanya inang, vegetasi, dan tempat peletakan pupa di daerah tersebut. Hafez et al. (2009) menyatakan bahwa suhu optimum lalat H. equina dapat beradaptasi dan berkembangbiak yaitu 20 ºC sampai 32 ºC, sedangkan kelembaban yang optimum lalat H. equina dapat beradaptasi dan berkembangbiak yaitu 75 %. Adanya fluktuasi curah hujan tidak mempengaruhi keberadaan lalat H. equina dan pupa di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kandang sapi perah terbuat dari besi yang kering dan beratap seng, sehingga lalat dan pupa terlindung dari hujan.

Perkembangan lalat H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah

(13)

penghasilan peternak.

Penyebaran H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah

Cibungbulang Kabupaten Bogor tersebut akan semakin meluas atau meningkat dikarenakan rendahnya pengetahuan peternak terhadap kesehatan hewan. Penyebaran lalat H. equina dapat diakibatkan dari perpindahan sapi dari peternak yang satu ke peternakan yang lain, alat-alat yang digunakan, transportasi, perpindahan pekerja, dan bahan yang digunakan.

4.5 Rekomendasi Pengendalian Lalat H. equina

Lalat H. equina merupakan ektoparasit pada sapi dan kuda. Pengendalian

lalat H. equina dapat dilakukan dengan memutus siklus hidup lalat tersebut. Pemutusan siklus hidup dapat dilakukan pada stadium pupa dan dewasa. Pengendalian lalat H. equina di kawasan usaha peternakan sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor dapat dilakukan dengan memperhatikan manajemen pemeliharaan.

Manajemen pemeliharaan yang baik merupakan usaha untuk mencegah perpindahan populasi ternak atau penyakit dari suatu daerah ke daerah lain. Tindakan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap transportasi ternak yang berasal dari daerah yang mempunyai potensi keberadaan lalat H. equina yang tinggi seperti dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Aceh. Melakukan pengawasan kesehatan hewan oleh dokter hewan sehingga kesehatan hewan yang masuk ke suatu wilayah akan terjamin kesehatannya. Menjaga sanitasi lingkungan seperti membersihkan kandang ternak, ternak, dan membersihkan lingkungan di sekitar kandang. Sosialisasi terkait kepentingan lalat

H. equina terhadap kesehatan hewan dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan

pengetahuan peternak. Sehingga peternak dapat melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap populasi lalat tersebut. Penurunan populasi lalat dapat mengurangi kerugian peternak oleh lalat tersebut.

Pengendalian lalat dapat dilakukan dengan penggunaan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan dalam pengendalian lalat Hippobosca sp. yaitu insektisida golongan piretroid. Jenis insektisida yang dapat digunakan misalnya

(14)

menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, dan mudah aplikasinya. Aplikasi insektisida dapat dilakukan melalui penyemprotan, menggunakan hand srayer maupun mesin semprot jenis lain.

Gambar

Gambar 4 Lalat H. equina. probosis (1), palpi (2), mata majemuk (3), kaki depan  (4), toraks (5), abdomen (6), kuku (7), kaki tengah (8), kaki belakang  (9), sayap (10)
Gambar 6 Kepala H. equina pandangan dorsal
Gambar 8 Toraks H. equina pandangan dorsal (A), ventral (B). prosternum  (Stn1), mesosternum (Stn2), metasternum (Stn3)
Gambar 10 Sayap H. equina pandangan ventral. sel kosta (C), vena kosta (c), vena  subkosta (Sc), rangka sayap melintang humerus (h), alula (alu),  calypter atau skuame (cal), vena radius (Rs), sel radius (R), vena  cubitus (Cu), pertemuan cabang medius 1 d
+5

Referensi

Dokumen terkait

“Aku (Hadhrat Mushlih Mau’ud ra) juga menjawab dengan cara yang sama kepada orang-orang semacam itu, yaitu ‘Haram (terlarang) bagi kalian, tidak perlu kalian memberikan iuran

Dikatakan emboli paru masif jika trombus menyumbat lebih dari 50% vaskularisasi daerah pulmo atau jika terdapat dua atau lebih lobar vessel yang tersumbat oleh trombus

MajIis Majlis Mesyuarat Kerajaan dibahagikan kepada dua, Majlis Negeri.. yang mempunyai kuasa perundangan dan Jemaah Menteri yang mempunyai kuasa pe1aksanaan. MB Majlis

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah pisau, blender, kain saring, timbangan digital, kompor pemanas,  botol  jar, autoklaf, sentrifuse, conical tube, pH meter,

Dewan Komisaris juga mengapresiasi Direksi dalam kinerja sosial sebagai komitmen Perusahaan sesuai dengan salah satu misi Pupuk Kaltim “memberikan manfaat yang optimum bagi

DC. Stapf.) terhadap pembentukan granuloma pada tikus putih betina inflamasi akibat penanaman butiran kapas yang telah dicelupkan ke dalam suspensi kaolin I 0%. Ekstrak

duration , seperti pada Gambar 4.10 berikut ini :.. Setelah memasukkan jenis-jenis pekerjaan dan durasi pekerjaan maka langkah selanjutnya adalah membuat constraint yang

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa