HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN
DEMOKRATIS DENGAN KOMITMEN ORGANISASI
SKRIPSI
ISLAM ,>
SgrtOI*Bft0*&
Disusun Oleh:Wijayani Kusumadewi
97320076FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
DEMOKRATIS DENGAN KOMITMEN ORGANISASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakuitas Psikoiogi IJniversitas Isiam Indonesia
Untuk memenuhi Persyaratan Daiara Memperoleh Derajat
Sarjana Strata (S-I) Psikoiogi
Oieh:
Nama: Wijayani Kusumadewi
MM: 97320076
FAKl LTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Ujian Skripsi
Fakuitas Psikoiogi IJniversitas Isiam Indonesia
Dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian
Syarat-Syarat Guna Memperoieh Derajat Sarjana (S-l) Psikoiogi
Dewan Penguji
Pada Tanggai
4 I 'rJ 2Ci
1. Sumaryono, Drs. H., M. Si.
2. Muh. Bachtiar, Drs. H., MM.
3. Sonny Andrianto, S. Psi.
Mengesahkan Fakuitas Psikoiogi
IJniversitas Islam Indonesia .. •• . Dekan
DR Sukarti
^1au~
KUPERSEMBAHKAN INI KEPADA:
Allah SWT atad nikmat dan karunia-Nya yang tak
terbingga
Papi Djamaluddin, Mama Kunik dan Adikku
Khari^ma tersayang yang telab memherikan kadib
<*ayang, perbatian, pengertian, dukungan, dorongan
<temangat dan doxa yang tanpa pernab putu<t.
My Honey "Irfan" ata** wakttt yang telab diberikan,
doxa dan kajih jayangnya.
•^3\ q**z&\jM.
Kami telah menjadikanmereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kamidan telah Kami wahyukan kepada merekamengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. \ — ~*w.v~v : Vi \
Nasihat itu sama dengan sodaqoh,
bahkan lebih besar pahalanya, lebih
mantap manfaatnya. Seorang mukmin
yang mempunyaisatu kalimatyang benar
wajib dinasihatkan kepada saudaranya.
Itu lebih baik daripada dia tidakbisa
memberi karena ketiadaan harta.
(Umar bin Abdul Aziz)
Alhamduiillahi Rabbil' aalamiin. Pun syukur kehadirat Allah SWT, berkat
ralimat dan karuma-Nya penuiis mampu menydesaikan sknpsi ini.
Pertama-tama penuiis haturkan terima kasih pada papi, mama dan adikku
untuk kasih sayang, dukungan do'a yang tidak pernah putus, yang membuatku
seialu merasa optimis untuk melangkah dan membantuku dalam memberikan
dorongan semangat dan bantuan tenaga selama proses penulisan sknpsi ini.
Ibu DR. Sukarti, selaku Dekan Fakuitas Psikoiogi, iJniversitas Islam
Indonesia.
Bapak Drs. H. Sumaryono, M. Si. sebagai dosen pembimbmg utama yang
telab banyak meluangkan waktu dalam membantu memberikan bimbingan.
oencarahan, sarau dan kriiik toepada penuiis selama penulisan skripsi im.
Bapak Sonny Andnanto, S. Psi. sebagai dosen pembimbmg kedua yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kritik serta
kemudahan kepada penuiis dalam menyeiesaikan sknpsi ini.
Ibu Quratul Uyun, S. Psi. sebagai dosen pembimbmg akadetnik yang
seialu memberikan pengarahan kepada penuiis selama kuliah di Fakuitas
Psikoiogi.
Seiuruh staf pengajar dan dosen Fakuitas Psikoiogi UII; Ibu Ratna, Ibu
Rina, ibu Yuli, Ibu Uii. Ibu Retno, Ibu Hepy, Ibu Mira, Ibu Miftah, Bapak
Bachtiar, Bapak Sus, Bapak Fuad, Bapak Irwan atas segala kesabarannya dalam
Segenap karyawan pengajaran dan perpustakaan Fakuitas Psikoiogi;
Bapak Alwis, Bapak Fathur, Mas Feri, Mas Widodo, Mbak Muslimah, Mbak
Hartiwi, Ibu Rohima dan Bapak Pribadi yang telah membantu disetiap urusan
dengan memberikan kemudalian.
Ibu Maria Vitarina seiaku bagian Binaker yang telali membantu dalam
pemberian ijiii penelitian, banyak meluangkan waktunya untuk membantu dalam
penyebaran angket, pemberian data-data yang diperiukan, kemudalian serta semua
saran dan masukan yang sangat berarti bagi penuiis.
Semua staf dan karyawan PT. Mataram Tunggal Garment yang telah
meluangkan waktuiiya untuk mengisi angket penelitian.
Keluarga besar H. Ismail Effendi, Uwak Djamaiah, Kak Yus, Kak Eri,
Diana dan semua keluarga yang berada di Medan, Palembang dan Jakarta yang
telah banyak memberikan do'a dan dukungan semangat untuk cepat lulus.
Keluarga besar Sujud, keluarga Tante Tutuk di Yogya, keluarga Paklik
Anto' di Lampung dan keluarga De Ning di Jakarta terima kasih atas do'a dan
dukungan semangatnya.
Keluarga besar Alumni UI1 Om Faried sekeluarga, Om Chumaidi
sekeluarga, Orn Thamiin sekeluarga, Xante Maiyam sekeluarga, dan Om Ashadi
sekeluarga terima kasih atas do'a dan dukungannya.
Keluarga besar H. Zamal Anfin sekeluarga di Palembang. 'Man" dan
"belalang tempurnya" atas do'a, perhatian dan pengertiannya selama ini, masukan
saran dan kritiknya, kesedian meluangkan waktunya sampai saat ini dan dukungan
untuk cepat lulus.
Adi, Yeni, Tiwi, Dhina, Uun, Irawati, Dewi "GP", Yuli, Heni, Ari, Osi , Titik,
Nita, Chandra. Etik, Nanik. Ratih. Tata. Wiwied, Tika, Emi, dan semua yang
belum saya sebutkan satu-satu namanya. Tenma kasih atas do'a, dukungan canda
tawa, dukaiiya, sernua pengertian, perhatian, pailisipasinya selarna ini dalam
memberikan bantuan yang sangat berarti selama saya kuliali hingga proses
penyelasaian skripsi ini.
Semua pihak yang tidak dapat penuiis sebutkan satu persatu, yang sengaja
rnaupun tidak sengaja telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT mencatat semua kebaikan yang telah ditebarkan
sebagai amal sholeh, dan diberikan pahala dan kebaikan yang sepantasnya oleh
Allah SWT. Penuiis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu penuiis mohon maaf, apabila selama penulisan skripsi ini melakukan
kekhilafan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat tidak saja bagi penuiis
tetapi juga semua pihak yang berkenan menelaalinya. Segala kebaikan datangnva
dari Allah dan janganlah kamu ragu sedikitpun atas-Nya.
Wassalamu ' alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, November 2002
Penuiis
Wijayani Kusumadewi
DAFTAR ISI
ilalaman Judul
:-ialaman Pengesahan.
Halaman Perscmbahan
Haiaman Motto iv
Ucapan Terima kasih v
Daftar Isi viii
DaftarTabei xii
Daftar Gambar xiii
Da liar Eampiran xiv
BAB IPENDAHULUAN
A. I,alar Belakang Masalah I
B. Tujuan Penelitian 8
C. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi 9
1. Pengertian Komitmen Organisasi 9
2. Peinbentukan Komitmen Organisasi 14
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi 15
4. Macam-macam Komitmen daiam Organisasi 18
I. Pengertian Kepemimpinan 20
2. Gaya Kepemimpinan 24
3. Macam Gaya Kepemimpinan
25
4. Kepemimpinan Demokratis 27
C. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan
Komitmen Organisasi
31
D. Hipotesis
35
BAB HI METODOLOGI PENELITIAN
A. Ider.tifikasi Variabei Penelitian
37
B. Definisi Operasionai Variabei Penelitian
37
1. Komitmen Organisasi
37
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis 38
C. Subjek Penelitian
49
D. Metode Pengumpuian Data
40
1. Komitmen Organisasi
42
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
43
E. Validitas dan Reliabiiitas
44
F. Metode Analisis Data
45
BAB IV PERSIAPAN PENELITIAN, PELAKSANAAN, ANAL.SA DATA
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAIIASAN
A. Orientasi Kancah dan PersiapanPenelitian
..47
1. Orientasi Kancah Penelitian
i 47
a. Scjarah Berdirinya Perusahaan
. . . „ . 48
b. Misi dan lujuan
c. 1etak Geogralis dan I,okasi
. • 49 d. Struktur Organisasi 51 2. Persiapan Penelitian ....51 a. Penjman
b. Persiapan Alat Ukur
c. Hasil Uji Coba Alat Ukur
5i
55
B. Peiaksanaan Penelitian
56
C. I lasil Penehlian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
5'
2. Deskripsi Data Penelitian
5
3. Uji Asumsi
4. Hasil Uji Hipotesis
60
D. Pembahasan 1
BAB V PENT TUP
A. Kesimpulan. .64
/ A
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel ,. ,
Halaman
1. Penyebaran Butir-butir Skala Komitmen Organisasi
43
2. Penyebaran Butir-butir Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis
4
3. Penyebaran Butir-butir Skala Komitmen Organisasi
yang gugur dan sahih setelah Uji Coba
53
4. Penyebaran Butir-butir Skala Komitmen Organisasi
setelah Uji Coba c,
5 j
5. Penyebaran Butir-butit Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis
yang gugur dan sahih setelali Uji Coba
54
6. Penyebaran Butir-butir Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis
Setelali U)i Coba.. Ci
54
7. Deskripsi Subjek Penelitian
56
8. Deskripsi Data Penelitian
5~,
9. Knteria Kategon Skala Komitmen Organisasi
58
10. Knteria Kategori Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis
59
4
Gambar
Halaman
1. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan
Komitmen Organisasi 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Skala 70
1. Skala Uji Coba
a. Skala I (Komitmen Organisasi) 71
b. Skala II (Gaya Kepemimpinan Demokratis) 77
2. Skala Penelitian
a. Skala I (Komitmen Organisasi) 82
b. Skala II (Gaya Kepemimpinan Demokratis) 87
B. Analisis Butir dan Rcliabilitas Skala I dan II 92
1. Skala Uji Coba
a. Skala I (Komitmen Organisasi) 93
b. Skala II (Gaya Kepemimpinan Demokratis) 101 2. Skala Penelitian
a. Skala I (Komitmen Organisasi) 107
b. Skala II (Gaya Kepemimpinan Demokratis) Ill
C. Uji Asumsi dan Hasil Penelitian 115
1. Uji Normalitas ] j5
2. Uji Linearitas 117
3. Hasil Analisis Data Penelitian (Uji Korelasi)
118
2. Surat Ijin Penelitian 122
3. Surat Keterangan telah meiakukan Penelitian 123
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan meningkatnya industrialisasi dan teknologi, banyak
perusahaan terus berusaha untuk meningkatkan mutu dari perusahaannya menjadi
lebih baik dan bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam kompetisi yang ketat.
Pencapaian mutu yang baik tersebut tidaklah mudah, karena setiap perusahaan
juga mengliadapi berbagai kendala yang antara lain berhubungan dengan sumber
daya manusia.
Kualitas karyawan yang baik sangat dibutuhkan, seperti diketahui
manusia adalah faktor yang sangat penting dalam proses produksi, dalam konsep
manajemen manusia diharapkan mampu memanfaatkan tenaga sepenuhnya atau
seoptimum mungkin untuk meningkatkan produktivitas yang diikuti
oleh
terciptanya hubungan kerja yang bermutu dengan konotasi menyenangkan, penuh
tenggang rasa dan saling membangun. Pemanfaatan sepenuhnya sumber daya
manusia itu terkandung didalamnya pengertian pembinaan struktur organisasi dan
pengembangan mutu tenaga kerja baik secara aktual maupun potensial. Usaha ini
menuntut keterlibatan seluruh organisasi dimana setiap orang dapat merasakan
pentingnya peningkatan produktivitas dan berperan serta.
Sebuah perusahaan berupaya sedemikian rupa agar karyawan bekerja
dengan giat, semngga terbma iklim kerja yang sehat. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Abeng (dalam Anggraini, 1992), betapapun (dalam ukuran fisik) keberadaan
pengctahuan turut menentukan peningkatan produktivitas, disamping itu
ditentukan juga oleh iklim demokratis daripada lingkungan.
Menyangkut hal tersebut di atas, diperiukan komitmen sejak awal antara
karyawan dengan perusahaan. Perusahaan perlu mengembangkan upaya-upaya
untuk menciptakan karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap
perusahaannya.
Permasalahan komitmen kerja menjadi topik yang perlu dibicarakan dan
mendapat perhatian lebih saat ini, sebab hal tersebut mempunyai peranan penting
dalam proses operasionai suatu perusahaan. Komitmen sangat penting bagi setiap
individu untuk membangun kerja sama, memupuk semangat kerja. dan
menciptakan ioyalitas pada perusahaan. Pcntingnya arti kaiyavvan yang memiliki
komitmen, dinyalakan oleh Pfeffer (1996) sebagai landasan sukses agar mampu
unggul bersaing dengan organisasi lain, yaitu bagaimana mengelola faktor
manusia dalam organisasi.
Organisasi yang menggunakan strategi bersaing melalui manusia telah
membuktikan bahwa tenaga kerja yang memiliki komitmen tinggi yang mampu
unggul dalam persaingan ini. Komitmen merupakan karakteristik psikologis yang
berhubungan antara karyawan dengan organisasi. Komitmen biasanya mempunyai
korelasi positif terhadap motivasi kerja karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi kuat akan meningkatkan usalia dan keterlibatannya dalam mencapai tujuan pemsahaan. Komitmen adalah sikap atau perilaku positif terhadap
organisasi kerja yang memiliki ketentuan-ketentuan standar yang dapat menjadi
pedoman kerja bagi setiap karyawan.
Hal senada didukung dengan pendapat yang diungkapkan oleh Steers dan
Porter (1983) bahwa komitmen yang tinggi terhadap perusahaan akan membawa
dampak yang sangat positif bagi perusahaan dengan komitmen yang tinggi,
biasanya karyawan akan lebih kerasan dalam bekerja, setia, ikut beipart.s.pas.
penuh dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Perusahaan-perusahaan Amerika dewasa mi seperti, dikemukakan oleh
Chang dan Niedzwiecki (dalam SWA, 2001) bahwa dalam hal perbaikan mutu
memiliki kekuatan yang paling menisak. yaitu kurangnya komitmen dan
pcmahaman bagaimana menciptakan mutu dalam pekcrjaannya. Fenomena yang
terjadi sehubungan dengan komitmen kerja karyawan tersebut merupakan
pc.ta.ida bahwa perusahaan t.dak dapat memenuhi harapan seperti yang
dungmkan kaiyawan. Oleh karena itu akan sulit bag, karyawan untuk
mempertahankan kornitmennya pada saat dihadapkan pada alternatif pekerjaan
yang menjanjikan harapan yang lebih tinggi. Rendahnya komitmen karyawan mi
merupakan kerug.an besar bagi pemsahaan, terutama bila terjadi pada karyawan
yang telah banyak dididik oleh perusahaan.
Pemanfaatan sumber daya manusia secara lebih bark memerlukan
pengarahan
dan
kepemimpinan
manajemen
umum.
Pengarahan
dan
kepemimpinan ini bukan sekedar reaksi basa-basi. tetap, tindakan yang afirmatif
tingkat absensi dan turn over. Pemsahaan sampai dengan saat ini masth
memerlukan analisis lebih lanjut untuk menentukan sumber penyebab terjadinya
hal tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari kasus diatas adalah aktivitas
pemsahaan menjadi terliambat karena berkurangnya tenaga kerja yang bekerja
pada semestinya. Hal ini menunjukkan rendalinya komitmen yang terdapat pada
karyawan terhadap perusahaan tempat mereka bekerja, dapat dipastikan dengan
tenaga kerja yang berkomitmen rendah, banyak pemsahaan nantinya akan sulit
bersaing pada era globalisasi.
Fenomena lain yang kita jumpai antara lain adanya pemutusan hubungan
kerja yang sewaktu-waktu dilakukan oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bagi kaiyawan yang belum tcrkcna pemutusan hubungan kerja.
Karyawan tersebut beranggapan bahwa tenaga manusia kurang penting
dibandingkan dengan faktor-faktor produksi yang lain, misalnya keadaan
peralatan produksi yang tidak ekonomis yang menyebabkan biaya produksi yang
tinggi. Berdasarkan berita-berita dari media masa, krisis ekonomi yang terjadi
selama mi telah banyak pemsaliaan yang mengurangi tenaga kerjanya sehingga
sering terjadi unjuk rasa karyawannya. Atas kejadian tersebut menimbulkan sikap
acuh tak acuh dari sebagian karyawan terhadap pemsaliaan. Menurut James
Kouzes dan Barry Posner (1993), dua pakar kepemimpinan AS, sikap acuh tak
acuh tersebut merupakan indikasi kuat bahwa manajer selaku pimpinan
akan memperoleh dukungan dan bawah sementara para bawahanpun sepert 'anak
ayatn kehilangan induknya'. Kondisi seperti itu sulit dibayangkan bagaimana
pemsaliaan dapat terns bertahan dari bada. krisis ekonomi dan moneter (Media
Indonesia, 1999).
Kerangka organisasi memiliki komitmen mengenai scsuatu yang sangat
diharapkan .nanajen.cn puncak dan seluruh manajcr dan karyawan (SDM). Hal
ini dapat dimengerti. karena organisasi yang mampu menumbuhkembangkan
komitmen sumber daya manusianya akan mampu puia mendayagunakan potensi
kerja secara maksimal.
Wiener (dalam SWA, 2001) mengatakan bahwa sumber daya manusia
yang berkomitmen tinggi akan sangat menaruh perbatian dan bersedia meiakukan
apa saja untuk memajukan organisasi tempatnya bekerja. Pendapat Wiener
tersebut dibuktikan oleh Becker dalam studinya (dalam SWA. 2001) bahwa
komitmen sumber daya manusia bersifat multidimensi. Maksudiiya, tidak b.sa
hanya dipandang sebagai komitmen terhadap dimensi organisasi secara
keselumhan. tetapi juga terhadap dimensi unit kerja. dimensi manejemen puncak.
dan dimensi atasan iangsung. Hasil studi juga menunjukkan. keempat dimensi
tersebut berkorelasi positif satu sama lain. Dengan kata lam, komitmen terhadap
satu dimensi berpengaruh terhadap dimensi lainnya. Misalnya. komitmen terhadap
dimensi atasan Iangsung menentukan komitmen terhadap dimensi unit kerja.
dimensi manajemen puncak dan dimensi organisasi. namun korelasi positif
dimiliki oleh perusahaan tersebut, yaitu: "Handar Peni, Handar Beni, Hangopeni
dan Kebersamaaif. Maksudnya adalah semua karyawan sekahgus pimpinan hams
memiliki rasa mencintai kcindaiian baik dan' segi penampilan maupun tingkah
lakunya, merasa memiliki perusahaan tempatnya bekerja, memiliki sikap untuk
seialu merawal dan menjaga serta bcrkeinginan untuk bekerja sama satu dengan
yang lain. Motto tersebut di atas telah diterapkan oleh pemsaliaan, namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat adanya perbedaan pengertian antara pimpinan dan
kaiyawan sehmgga gaya kepemimpinan pemimpin perusahaan tidak sepenuhnya
dapat dihayati karyawan dan demikian sebaiiknya masih ada karyawan yang tidak
mentaati
komitmen
yang dibuat oleh perusahaan.
Kuatnya korelasi
mengindikasikan adanya kehamsan sinkronisasi dan harmonisasi antara unit kerja
dan organisasi agar gerak keduanya menjadi seiring sejalan, sehmgga komitmen
terhadap unit kerja dapat bcrkembang terhadap organisasi (SWA, 2001).
Membicarakan kepemimpinan memang menarik, dan dapat dimulai dari
sudut mana saja la akan diteropong, dan waktu ke waktu kepemimpinan menjadi
perhatian manusia. Ada yang beipendapat masalali kepemimpinan itu sama tnanya
dengan sejarah manusia (Toha, 1983).
Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu keterbatasan
dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia. Disatu pihak manusia terbatas
kemampuannya untuk memimpin, dipihak lain ada orang yang mempunyai
kelebihan kemampuan untuk memimpin. Timbullah kebutuhan akan pemimpin
dan kepemimpinan. Kepemimpinan tersebut juga berdasarkan pada akseptas, atau
penenmaan oleh kelompok dan pemilikan keahliankhusus pada satu situas,
khusus. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kartono (1989) bahwa dalam
.kl,m demokratis kita berkepentingan dengan kepem.mp,nan demokratis, dem,
pencapaian kesejahteraan dan keadilan yang lebih merata.
Pemsahaan adalah suatu tempat di mana orang-orang memperoleh
pengalaman kerja dan kesempatan meningkatkan keterampilannya. Oleh sebab itu
dalam rangka penmgkatan produktivitas kerja di perusahaan diperiukan pemimpin
dan manajemen pemsahaan yang partisipatif, kreatif dan demokratis (Simanjuntak
dalam Ravianto, 1983). .
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam
penehtian in. adalah permasalahan hubungan antara gaya kepemimpinan
demokratis yang dapat memberi dukungan atau justm inenghambat komitmen
kepemimpinan demokratis dengan komitmen organisasi.
3. Manfaat PenelitianAdapun manfaat yang mgm diperoleh dan penelitian in, adalah sebagai
berikiit :I. Secara teonlis, hasil penelitian mi akan membenkan tambahan mfonnas, yang
bisa mengukuhkan hasil penelitian yang sebelumnva, yang mungkin telah
dilakukan oleh peneliti yang lam. Dan selain itu juga untuk memperkaya
khasanah teori psikoiogi, temtama dalam bidang psikoiogi industn.
:• secara praktis, membenkan masukan, bagi perusahaan khususnya berkaitan
BAB II
TIN.IAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Organisasi
I. Pengertian Komitmen Organisasi
Steers (dalam Much,nsky,l987) mendefinisikan komitmen sebagai
kek.iatan relatif dan ident.fikas, individu dengan organisasi dan keteriibatan
dalam pencapaian tujuan organisasi. Pengertian komitmen organisasi tersebut
senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sheldon (dalam Betlia, 2002)
bahwa komitmen sebagai suatu onentasi terhadap organisasi yang berhubungan
atau berkaitan dengan identifikasi yang dimiliki individu terhadap organisasi serta
kcinginan untuk berprestasi lebih baik didalam organisasi kerja.
Hal senada diungkapkan oleh Kantcr (dalam Mustika. 1999)
mendefinisikan komitmen sebagai keinginan dan pelaku (aktor sos.al) untuk
menyumbangkan kemampuan dan kesetiaan terhadap suatu sistem sosial,
sedangkan Hrebiniak dan Alluto menyatakan komitmen sebagai suatu fenomena
struktural yang terjadi sebagai akibat transaksi dua arali antara individu dan orang
lain yang merupakan modal dan waktu ke waktu. Sementara Salancik (dalam
Betlia, 2002) bcrpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan suatu hasrat
daiam din individu untuk tetap tinggal atau mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi, yang tercennin dan keteriibatan individu dalam berbagai aktivitas
organisasi. Hall (daiam Steers dan Porter, 1983) mendukung pendapat tersebut
dengan melihat komitmen sebagai proses untuk mencapai tujuan organisasi saat
individu merasa dirinya sebagai bagian dari organisasi atau sebagai proses
penyeragaman dan pengintegrasian nilai-m.a, dan tujuan individu dengan
organisasi dalam pencapaian tujuan bersama.
Muchmsky (.987) bahwa kom,tmen merupakan keadaan seorang individu
yang menjadi lebih terikat, terlibat aktif dalam suatu organisasi kerja tertentu.
Mendukung pendapat tersebut Gibson, dkk (1994) mengatakan bahwa karyawan
berkonutmen karena merasa n,la-n,la, yang dianu, dan kepentmgan individunya
tenntegrasi daiam tujuan organisasi, disis, lam penenmaan tersebut didukung oleh
tiga hal pertama, individu mengidentifikasi dinnya dalam tujuan organisasi.
Kedua, ada perasaan diterima atau kesempatan untuk terlibat dalam tugas-tugas
organisasi. Ketiga, adanya kesetiaan (loyal.tas) terhadap organisasi.
Pendapat senada dikemukakan oleh Porter, dkk (dalam Muchmsky, 1987)
bahwa komitmen karyawan dimanisfesras.kan dalam keyakman yang kuat dan
penenmaan tujuan dan n,la,-n,ia, organisasi, keinginan yang kuat untuk bemsaha
dem, organisasi, dan dorongan untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi.Fukami dan Larson (1984) membedakan komitmen terhadap organisasi
menjadi komitmen terhadap pemsahaan (company commitment) dan komitmen
terhadap perserikatan (union commitment). Ha! ini untuk membedakan komitmen
terhadap organisasi kerja dengan komitmen terhadap organisasi sosial atau non
organisasi kerja, karena komitmen terhadap pemsahaan mempunyai tujuan
ekonomis yang beres.ko kemgian dalam bentuk maten sedangkan komitmen
terhadap persenkatan tidak berka.tan dengan keg.atan ekonom, sebagaimana
ii
pemsahaan hams mencapa, keuntungan yang sebesar-besarnya sedangkan
komitmen perserikatan tidak mengutamakan keuntungan yang sebagaimana
perusahaan, tetapi bertujuan untuk terpenuhinva rasa kepeduhan terhadap
kebutuhan masyarakat yang bersifat sosial.
Greenberg (1996) memilik, tiga pendckatan yang mengacu pada pengertian
komitmen organisasi. Pendckatan yang pertama, yaitu continuance commitment
yang menunjuk pada komitmen sebagai katerogi perilaku. Seseorang dikatakan
memiliki komitmen organisasi karena orang tersebut memiliki keterikatan pada
aktivitas-aktivitas masa lalunya di organisasi dan individu merasa sudah banyak
member, pengorbanan bag, organisasi sehingga mereka merasa sulit atau bahkan
tidak man menmggalkan organisasi karena dapat membawa dampak yang
mcrugikan baik bagi dirinya maupim organisasi.
Pendekatan yang kedua adalah affective commitment, yaitu komitmen
organisasi yang mengacu sebagai suatu s.kap. Kom.tmen dalam hal ini merupakan
suatu bentuk kekuatan relatif yang dimiliki masing-masing individu dalam
mengidenfin-kasikan miai-nilai yang dimilikinya dengan mlai-mlai dan tujuan
yang hendak dicapai organisasi, sehingga individu tersebut terus berkeinginan
untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Komitmen sebagai
kategori s.kap melibatkan suatu hubungan aktif antara individu dengan organisasi
dmiana individu ingin seialu memberikan kontribusi terba.k bagi' organisasi.
Pendekatan yang ketiga adalah normative commitment terjadi ketika
kaiyawan merasa berkewajiban untuk tetap bertahan pada perusahaan kaiyawan
merasa scgan dan berpikir kurang baik untuk meninggalkan perusahaan.
Perbcdaan dan ketiga pendekatan di alas dapat dikatakan bahwa
pendekatan continuance commitment adalah ketika scseorang terlibat Iangsung
didalam proses sejak awal dimulainya kegiatan organisasi. Pendekatan affecti\
commitment adalah ketika scseorang merasa sangat setuju dengan cita-cita dan
tujuan organisasi. Pendekatan normative commitment adalah ketika sescorang
merasa bahwa organisasi tempatnya bekerja telah memperhatikan kepentingannya
sehingga orang tersebut merasa enggan untuk meninggalkan pemsahaan tersebut.
Mendukung hal tersebut, Allen dan Meyer (daiam Irving, dkk, 1997)
telah banyak meiakukan penelitian tentang dimensi-dimensi dari komitmen
terhadap organisasi, mengembangkan komitmen juga menjadi tiga, yaitu affective
commitment mempakan komitmen yang terbentuk karena adanya ikatan
emosional karyawan terhadap organisasi. Continuance commitment mempakan
komitmen yang terbentuk dari adanya perbandingan antara untung ruginya
kaiyawan untuk tetap bertahan disuatu perusahaan atau meninggalkan. Normative
commitment terbentuk karena merasa punya kewajiban untuk tetap bertahan
disuatu pemsahaan. Steers (dalam Miner, 1988) menyatakan bahwa karyawan
dianggap mempunyai komitmen tinggi dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
a. Sikap penenmaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
1J
Tahap ini dimulai ketika seorang calon karyawan mulai memas„k, orga,„sas|
"•emperolel, „,f„„„as, faktual, ide|mfikas| ^
^^ ^ ^
inlernali^i „ilai-„i,ai dan ,,,„,„„ organ,sasl. Karyawan merasa mempunyai
Pencrin™ terhadap s„„asi dan kond.s, orga„,SaS, se|„ngga terapta„ya
kcsesuaian antara nilai-nilai ,„divid„ dengan organisasi.
"• *»»w-, „ic„,p„„yal kc,.H,lM,i,„ dan „e„ed,a „cke,:la kcras dala„,
pencapaian tujuan organisasi.
Karyawan hams mempunyai motivas, berprestas, kuat dan kemginan terlibat
dalam setiap proses kerja. Keteriibatan akan membuat karyawan merasa iebih
diakui keberadaan dan pei-anannya. Kaiyawan merasa mempunyai tanggung
jawab untuk melaksanakan kewaj.ban dengan penuh kesadaran tanpa ada
keterpaksaan. Kaiyawan yang beronentas. pada pekerjaan dan menyadan
«»hwa pekerjaan sebagai sua,,, tanggung jawab, mempunya, komitmen lebih
dibanding kaiyawan yang bekerja dengan seenaknya.
c Keingman kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi dan tidak ingin
meninggalkan tempat kerja.
Karyawan „,erasa tenka, secara moral dan keikatat, ke,;,a lebih besar. Sehi„gga
™,p„nya, kesadaran ntengabd, dan tetap menjadi bagian organisasi
Berdasarkan dar, beberapa pendapa, d, atas, sepaham dengan pendekatan affeam
«»»»,„„«,, maka kom„n,e„ organisasi adalah suatt, onentasi terbadap organ.sas,
vang ierbentnk karena adanya ikatan emos.onal kaVawa„ terhadap organs,'
Ko„,i,„,en dala„, ha, ,ni „ens, kekMa„ ^ ^ ^.^ ^ ^^
dengan memperhafikan n,la,-nila, dan tujuan yang hendak d.capa, organ,sas,
tersebut.2. Pembentukan Komitmen dalam Organisasi
Pemsahaan membentuk komitmen dengan syarat hams memiliki
unsur-»»sur kelekatan dan keterhbatan kaiyawan. Dimens, kclekatan dalam komitmen
berasal dan hasil proses identifikas, serta internahsas, nilai-nilai dan tujuan
perusahaan d.lanjutkan dengan praktek pelaksanaan tugas secara nyata dalam
kinerja karyawan. Karyawan dengan tingkat pemahaman nilai-nilai dan tujuan
kerja yang jelas, diharapkan mempunyai kesadaran dalam menjalankan tugas dan
kesetiaan terhadap perusahaan.
Komitmen berhubungan dengan kepatuhan karyawan terhadap peraturan
dan kebijakan te.npat bekerja (Soetppto, 2002). Kaiyawan merasa memiliki
kcterika.an moral sehmgga tuiak berke.nginan untuk meninggalkan pemsahaan,
mempakan bentuk nyata hasil proses identifikas," dan internahsas, selama
bergabung dengan tempatnya bekerja (Steers dan Porter, 1983). Miner (1992)
mengemukakan ada tiga tahap pembentukan komitmen, yaitu:
a. Komitmen pada masa awai. Muncul jika terdapat kesesuaian antara
harapan-harapan individu pada pekerjaan dengan kond.s, karakteristik pekerjaan.
Individu meiakukan pengenalan dan identifikas, sejak awai bergabung ditempat
kerja diantaranya terdapat karaktenstik personal berupa nilai-nilai, kevakinan
diri dan kepnbadian yang dimiliki seseorang. Kedua, harapan tentang
15
dengan pihak pemsahaan, perasaan dirugikan oleh pemsahaan dan perasaan
ketidakadiian dari tempat kerja.
b. Komitmen selama masa kerja, dipengaruhi oleh kualitas komitmen awai dan
persepsi terhadap pekerjaan. Bila karyawan merasakan penilaian positif selama
bekerja ccndemng meningkatkan komitmen. Pengalaman awai bekerja dapat
berasal dari pekerjaan, pengawasan kerjasama kelompok, persepsi terhadap
bayaran, dan kondisi lingkungan kerja. Tahap ini karyawan seringkali
dihadapkan pada kondisi dilematis untuk tetap bergabung atau mencari tempat kerja lain, temtama bila selama ini dianggap kurang memberi keuntungan.
c. Komitmen pada perkembangan selama karir, semakin kuat jika merasa
memperoleh keuntungan sehingga karyawan merasa memiliki keteriibatan
tinggi, dan lebih bersemangat bekerja demi pencapaian kanr selanjutnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi
Komitmen mempakan kekuatan identifikasi individu secara menyeluruh terhadap aspek-aspek pekerjaan dan berbagai kondisi organisasi kerja. Menurut Staw (dalam Steers dan Porter, 1983) mengemukakan berbagai hasil penelitian tentang komitmen terhadap pemsahaan dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen antara lain:
a. Karakteristik Personal, yaitu kondisi potensi, kapasitas kemampuan, dan kemauan seorang karyawan sesuai kebutuhan dunia kerja. Perusahaan mencan
calon karyawan dengan potensi, kapasitas kemampuan dan kemauan bekerja,
meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi, dan nilai-nilai
pekerjaan itu sendiri. Karaktenstik pekerjaan dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku karyawan terhadap tempat kerja (Luthans, 1985).
c. Karaktenstik Organisasi, antara lain menyangkut:
1. Desentraiisasi dan otonomi tanggung jawab. Organisasi scntralistik dengan
segala keputusan ditentukan dan atas, temyata kurang efekrif dalam
operasionai sehari-hari. Jenjang struktural yang terlalu mmit dan birokratis
membuat organisasi kerja kurang efektif. Mekamsme sistem kerja yang
jelas dan tugas optimalisasi fungsi pemberdayaan antar bagian dan
desentraiisasi wewenaug berkorclasi positif terhadap komitmen.
2. Partisipasi aktif karyawan. Organisasi kerja dengan sistem top-down
kurang memberi keuntungan karena karyawan sekedar dilibatkan untuk
pencapaian hasil. Karyawan dapat mempunyai komitmen yang rendah bila
organisasi menerapkan sistem bottom-up, karena terdapat proses
keterlambatan karyawan. Partisipasi aktif karyawan termasuk dalam
pengambilan keputusan dan rasa kepemilikan, berkorelasi positif dengan
komitmen.
3. Hubungan atasan dan bawahan, kualitas hubungan atasan dan bawahan
mempakan hasil pembentukan peran yang dilakukan seorang atasan
terhadap bawahan. Apabila kualitas hubungan baik, senngkal, terjadi
diskusi tentang penyelesaian permasalahan pekerjaan. Keikatan kerja yang
solid antara atasan dan bawahan dapat menghindarkan dan mengurangi
17
rasa keterasingan ditempat kerja, sehingga berpengamh pada kekuatan
komitmen.
4. Sifat dan karakteristik pimpinan serta cara-cara dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan, sangat berpengamh pada pembentukan
komitmen. Pemimpin hams mempunyai sikap peduli, mengerti dan
bemsaha akomodatif terhadap pendapat bawahan. Pcrpaduan gaya
kepemimpinan transaksional dengan transfonnasional merupakan salah
satu cara agar kehadiran pimpinan dapat diterima bawahan. Mendukung
hal tersebut telah dilakukan penelitian sebelumnya yang menunjukan
bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kepemimpinan
transfonnasional dengan komitmen organisasi kaiyawan. Semakin tinggi
atau semakin positif kepemimpinan transfonnasional dalam perusahaan
maka semakin tinggi juga komitmen organisasi karyawan (Betlia, 2002).
d. Pengalaman Kerja. Sifat dan kualitas pengalaman kerja seorang kaiyawan
dengan berbagai aspek didalamnya dapat mempengamhi komitmen karyawan,
antara lain:
1. Sikap kelompok terhadap organisasi. Kepedulian dari setiap kaiyawan
baik terhadap sesama kaiyawan maupun atasan dalam wadah organisasi
diantaranya salmg menghormati, saling bertukar pikiran. dan membenkan
masukan berupa saran dan kntik yang membangun bagi perusahaan dapat
2. Makna keteriibatan karyawan bagi tempat kerja. Keteriibatan karyawan
dalam organisasi antara lain d.wujudkan melalui penyampaian usulan dan
saran serta rasa kepemilikan terhadap perusahaan.
3. Kcscsuaian antara kontnbus. kerja dengan besar rewards yang diterima.
Karyawan bekerja memperoleh upah yang sesuai dengan apa yang
d.berikan pada waktu bekerja. Pemberian bonus pada kaiyawan yang
memiliki prestas, yang baik mampu meningkatkan kinerja dan komitmen
yang tinggi terhadap pemsahaan.
4. Karyawan mempunyai harapan terhadap pekerjaan dan pengembangan
karir d.tempat kerja. Kaiyawan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya
sehingga ditempat kerja karyawan memiliki harapan untuk dapat terns
berpres.asi dan meningkatkan efisiensi kerjanya. Sehmgga karyawan
memiliki wadah untuk mengaktuahsasikan d.r, d, tempatnya bekerja.
4. Macam-macam Komitmen dalam Organisasi
Menurut Staw (dalam Steers dan Porter, 1983) komitmen dapat d.bahas
dalam dua pendekatan, yaitu pertama sebagai suatu sikap (attitudinal
commitment) dapat diartikan sebagai sikap seorang karyawan dalam
mengidentifikas. d.n terhadap nilai-nilai dan kondisi organisasi guna mencapai
tujuan perusahaan, serta keinginan untuk tetap menjadi bagian dan anggota
organisasi pemsahaan tersebut. Kedua, komitmen sebagai suatu perilaku
(behavioral commitment), menunjukkan terdapat ketergantungan kaiyawan akibat
Becker (dalam Mc Gee dan Ford, 1987) membenkan pengertian komitmen
dan sudut pandang perilaku dengan teori side-bets, yaitu keinginan untuk terikat
pada aktivitas yang konsisten karena adanya kerug.an bila meiakukan pekerjaan
lain. Istilah side- bets menujukkan suatu proses yang mcnghubungkan
tindakan-tmdakan yang tidak berhubungan scbclumnya dengan reward, yang sclanjutnva
menyebabkan perilaku individu dalam organisasi kerja menjadi kurang bebas.
Ada hal-hal yang menarik dari lingkungan kerja pada masa lain yang sebenarnya
tidak relevan tap, kenyataannya mempunyai hubungan dengan pekerjaan pada
masa sekarang ini seperti pensiun dan senioritas.
5. Cara Meningkatkan Komitmen dalam Organisasi
Greenberg (1996) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan komitmen
organisasi dalam dm karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara. pertama,
pengayaan tugas (ennchmgjobs). Karyawan cenderung akan memiliki komitmen
yang tinggi terhadap organisasi, jika mereka merasa memiliki kesempatan yang
besar untuk mengontrol pekerjaan, sesuai dengan cara mereka sendin, serta
mereka diperkenankan untuk membenkan kontnbus. yang sebesar-besarnya bagi
kepentmgan organisasi. Kedua, menyesuaikan minat perusahaan dengan para
kaiyawan. Hal mi dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai rencana
pembagian keuntungan pada karyawan, misal besar bonus yang akan dibenkan
sesuai dengan proporsi keuntungan yang diperoleh perusahaan. Ketiga, komitmen
organisasi hams dapat ditingkatkan sejak awai, inula, awai proses rekruitmen dan
seleksi kaiyawan yang memiliki kecocokan nilai-nilai yang ingm dicapa, oleh
Steers dan Porter (1983) memiliki rckomendasi dalam menentukan
beberapa cara untuk meningkatkan komitmen kaiyawan pada organisasi, yaitu:
a. Mcncmpatkan karyawan dalam situasi yang memberikan kescmpatan untuk
mencapai tujuan personalnya.
b. Memberikan perbatian pada kaiyawan khususnya dalam hal kcscjahteraan
c. Memodifikasi aspek-aspek tertentu dari pekerjaan agar kaiyawan memiliki
otonomi, kekuasaan dan tanggung jawab yang lebih luas, sehingga mereka
dapat menunjukkan secara nyata tugas-tugas yang berhasii dilaksanakan.
d. Menciptakan iklim saling menguntungkan dilandasi kepercayaan dan dukungan antara kaiyawan dan pemsahaan, melalui sosialisasi tujuan dan sasaran organisasi.
e. Mcmonitor sikap karyawan terhadap pekerjaan dan organisasi. khususnya
pada awai tcrjadinya "turn over" agar scbelumnya dapat diambil tindakan
pencegalian dengan mengetahui apayang diinginkan oleh kaiyawan.
B. Gaya Kepemimpinan Demokratis 1. Pengertian Kepemimpinan
Usaha sistematis pertama yang dilakukan oleh ahli psikoiogi dan para
peneliti lain untuk memahami kepemimpinan adalah usaha untuk mengenali sifat
pribadi pemimpin. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pemimpin mempunyai
beberapa sifat kepribadian sama yang dibawa sejak lahir (Stoner, 1996).
Sepanjang sejarah peradaban manusia, gerak hidup dan dinamika
21
pimpinan penyeienggara organisasi itu. Gedung indah, alat perlengkapan kantor
yang modem, semua itu adalah benda-benda non produktif dan hanya b,sa efisien
dan efcktif, sepanjang digcrakkan oleh manusia-manusia bcrtanggung jawab.
bennutu, memiliki kesadaran tinggi dan kemauan kuat untuk mencapai cita-cita
dan tujuan organisasmya. Oleh scbab itu faktor manusia adalah merupakan
komponen yang berperan sangat penting di dalam organisasi.
Seperangkat manusia di dalam organisasi, pimpinan merupakan unsur
terpenting, karena pemimpinlah yang memiliki daya kemampuan mempengamhi
dan menggerakkan manusia lainnya, bekerja mencapai tujuan. Sebutan
"pemimpin"
dan
"manajer"
tidaklah
perlu
dicampuradukkan,
karena
kepemimpinan (leadership) adalah bagian tersendin dari manajemen. Manajer
melaksanakan
fungsi-fungsi
penciptaan,
perencanaan,
pengorganisasian,
mcmotivasi, komunikasi, dan pengendahan (pengawasan). Tennasuk dalam
fungsi-fungsi itu adalah perlunya memimpin dan mengarahkan. Bagaimana juga,
kemampuan seorang manajer untuk memimpin secara efektif akan mempengaruhi
kemampuannya untuk mengelola, tetapi seorang pemimpin hanya membutuhkan
kemampuan untuk mempengamhi penlaku orang-orang lain (Reksohadiprodjo
dan Handoko, 1983). Sekalipun "kepemimpinan" tidak sama dengan manajemen,
tetapi kedua hal itu tidak dapat dipisahkan.
Pamudji (1992) menyatakan perbedaan antara manajemen dengan
1. Kepemimpinan itu nuansanya mengarah kepada kemampuan individu, yaitu
kemampuan dan seorang pemimpin, sedangkan manajemen mengarah kepada
sistem dan mekanismc kerja.
2. Kepcmunpinan merupakan kualitas hubungan antara pemimpin dan pengikut
dalam situasi tertentu, sedangkan manajemen merupakan fungsi status atau
wewenang, jad. kepemimpinan menekankan kepada pengaruh terhadap
pengikut, sedangkan manajemen menekankan pada wewenang yang ada..
3. Kepemimpinan menggantungkan diri pada sumber-sumber yang ada dalam
dirinya untuk mencapai tujuan, sedangkan manajemen mempunyai
keseinpatan untuk mengarahkan dana dan daya yang ada di dalam organisasi
untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
4. Kepemimpinan d.arahkan untuk mewujudkan keinginan pemimpin, walaupun
aklurnva j,lga mengarah ketercapa.annya tujuan organisasi. sedangkan
manajemen mengarah kepada tercapainya tujuan organisasi secara Iangsung.
5. Kepemimpinan lebih bersifat hubungan personal yang berpusat pada din
pemimpin, pengikut dan situasi, sedangkan manajemen bersifat impersonal
dengan masukan logika, rasio, dana anaiistis dan kuantitatif.
Secara etimologis "pemimpin" dan "kepemimpinan" itu berasal dari kata
"pnnpin", maka dengan konjugasi, berubah menjadi "pemimpin" dan
"kepemimpinan". Kata "pimpin" mengandung beberapa arti. yang erat ka.tanya
dengan pengertian memelopori, berjalan di muka, menuntun, membimbing,
mendorong, mengambil prakarsa pertama, bergerak lebih awai, memberi contoh,
menggerakkan orang lam, dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia "pemimpin"
IT.
sering disebut pemuka, pelopor, pembina, pembimbing, dan sebagamya
(Wiriadihardja,1987).
Mengacu pada suatu kemampuan yang meleka. pada diri scseorang
pemimpin, Davis dan Newstrom (dalam Zainuddin. 2000) berpendapat bahwa
kepemimpinan mempakan suatu kemampuan untuk mcmbujuk orang lain guna
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan semangat. Kepemimpinan
mentransformasikan potensi-potens, yang terpendam menjadi kenyataan.
Pendapat tersebut didukung oleh Fiedler (dalam Zainuddin. 2000), mengartikan
kepemimpinan sebagai tmdakan dalam mengarahkan dan memimpin pekerjaan
anggota kelompok yang meliputi tmdakan membentuk hubungan kerja, memuji
dan mengkntik anggota kelompok, serta menunjukkan perhatian bagi
kcscjahtcraan dan perasaan anggota. Dengan demikian kepemimpinan b.sa
d.paham. sebagai suatu fungs, interpersonal dan kualitas kepribadian dan
potensi-potens, yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam menerapkan azas-azas
kepemimpinan kepada anggota organisasi yang dipimpinnya.
Kartono (1985) berpendapat pemimpin adalah pribadi yang memiliki
kecakapan khusus dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi
kelompok yang dipimpinnya, untuk meiakukan usalia bersama mengarah pada
pencapaian sasaran tertentu. Seseorang yang memihk, kemampuan untuk
mempengaruhi dan mengubah penlaku orang lam dan memiliki kemampuan
untuk menciptakan kerjasama yang baik dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan
organisasi dikatakan oleh As'ad (1982) sebagai pemipin. Sehmgga dapat
kecakapan khusus sehingga mempunyai kekuasaan, kewibawaan dalam
mengarahkan dan membimbmg bawahannya untuk mendapatkan pengakuan serta
dukungan dan bawahan kcarah pencapaian tujuan tertentu. .lad. pemimpin adalah
seorang pnbad, yang memilik, kelebihan dalam hal kemampuan untuk
mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya.
2. Gaya Kepemimpinan
R.beru (1982) mengemukakan yang d.maksudkan dengan gaya
kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa dm sebagai pemimpin. cara
pemimpin "berlagak" dalam menggunakan kekuasaan.
Superbos atau dalam hal ,n, manajer lebih menyuka, gaya manajemen
vang jujur dan tcrbuka, yang memtikberatkan pada hasil dan orientasi terhadap
karyawan, komunikatif kooperatif tetap, juga tegas. Itu.ah gaya manajemen yang
positif, konstruktif dan penuh daman k-n-h L^--,c ™,-t,
1
uulfcan KuJa kcias seita adanya perbatian yang
a
, •
se.mbang antara kepentingan perusahaan dan kaiyawan.
Manajer mengembangkan gaya manajemennya selama bertahun-tahun.
Manajer tetap memikirkannya dan bemsaha bertingkah laku secara konsisten.
Lebih jauh lag,", walaupun manajer mengyinkan para penyeha dan manajernya
untuk mengembangkan gayanya sendin, manajer tetap mendorong penyeha untuk
menyelaraskan gaya tersebut dengan gaya pemsahaan, jika seorang manajer
mengembangkan suatu gaya manajeman hangat, maka manajer tersebut tidak akan
memaksa penyeha untuk mengubah gayanya sama sepert, manajer akan tetap,,
mungkin manajer akan menyarankan penyelia untuk mengembangkan gaya yang
berdasarkan pada kepercayaan dan salmg menghonnati, ketulusan dan mtegntas.
yang merupakan gaya yang sesuai dengan yang dikembangkan oleh manajer
maupim kelompoknya.Hal lain yang berhubungan dengan karyawan adalah meskipun manajer
tidak mau setiap anggota kelompoknya mempunyai kepribadian yang sangat
bertentangan dengannya, tetap, manajer juga mendorong anggotanya
mengembangkan gaya yang bcrbeda, yaitu profesional dan menunjukkan
identifikas. diri dan merasa lebih yakin. Tidak adanya gaya yang dapat
diidentifikasi dapat menimbulkan perilaku yang tidak dapat diperkirakan dan
kesewenang-wenangan. Para kaiyawan seialu mengharapkan seorang pemimpin
yang dapat diketaliui dengan jelas cara-cara yang diterapkannya karena dengan
demikian manajer akan tahu cara menghadapinya (Manajemen, 1990).
Berdasarkan
pengertian di atas, gaya kepemimpinan dapat diartikan
sebagai sikap dan tingkah laku yang memiliki keistimewaan dalam hal
kemampuan untuk mempengamhi orang lain.
3. Macam Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengamhi
bawahanya. Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko (1983) secara relatif ada tiga
macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis atau
partisipatif, dan laissez-faire, yang semuanya memiliki kelemahan dan
keuntungannya.
1. Otokratis
Semua penentuan kebijaksanaan
dilakukan oleh pemimpin. Teknik dan
langkah-langkah yang akan datang seialu tidak past, untuk tingkat yang luas.
Pemimpin b.asanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama set.ap
anggota. Pemimpin cenderung menjadi "pribadi" dalam puj.an dan
kecamannya terhadap kerja set.ap anggota. mengambil jarak dari partisipasi
kelompok aktif kecuah bila menunjukkan kcahhannya.
2. Demokratis
Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan, dengan
dorongan dan bantuan dan pemimpin. Kegiatan-kegiatan didiskusikan.
langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibutuhkan petunjuk teknis,
pemimpin menyarankan dua atau lebih altematif prosedur yang dapat dipilih.
Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan
pembagian tugas dilentukan oleh kelompok. Pemimpin adalah obyekt.f atau
"fact-minded* dalam pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang
anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa meiakukan banyak
pekerjaan. 3. Laisscz I'dire
Kebebasan penuh bagi" keputusan kelompok atau individu. dengan partisipasi
""""imal dan pemimpin. Balian-bahan yang bennacam-macam disediakan oleh
pemimpin yang membuat seialu siap bila akan membenkan informas, pada
saat ditanya. Tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja. Sama sekal, tidak
ada partisipasi dan pemimpin dalam penentuan tugas. Kadang-kadang
memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan
11
4. Kepemimpinan Demokratis
Perbedaan gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai
pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi induvidu dan penlaku kelompok.
Sebagai contoh, partisipasi dalam pengambilan keputusan pada gaya
kepemimpinan demokratis akan mempunyai dampak pada penmgkatan hubungan
manajer atau pimpman dengan bawahan, menaikkan moral dan kepuasan kerja,
dan menurunkan ketergantungan terhadap pemimpm. Tetapi hal ini
kadang-kadang menimbulkan kerugian dengan menurunya produktivitas dan suht
mengambil keputusan yang memuaskan semua pihak. Hal ,n, akan lebih dapat
d.hmdan pada gaya kepemimpinan otokratis. Kepemimpinan demokratis
eenderung mengikuti pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat
(Reksohadiprodjo dan Ilandoko, 1983).
Pemimpm yang demokratis itu tidak menganggap dinnya sebagai
"superman" dengan kemampuan-kemampuan superior, akan tetapi menganggap
diri sendin sebagai anggota biasa. Tidak pemah membenkan perintah tanpa
menjelaskan pentingnya masalah. Seialu memaparkan secara terperinci semua
detail peiaksanaannya. Seialu mend.skusikan secara mendetaii semua masalah
dengan kelompoknya dan memperlakukan orang-orang yang dibawahinya sebaga,
sesama kawan bekerja, dan tidak pemah menganggap mereka sebaga, mstrumen
perusahaan. Dapat senantiasa membenkan infonnas, mengena, kemajuan
pemsahaan sampai saat itu. dan menjelaskan rencana mengena, kemungkinan
perkembangan bagi masa mendatang. Sehmgga semua karyawan mengetahu, apa
Hal ini sesuai dengan pendapat Anoraga (1990) bahwa kepemimpinan demokratik yaitu kepemimpinan yang melaksanakan kegiatan sedemikian mpa sehingga setiap keputusan merupakan hasil musyawarah. Bisa menciptakan iklim
psikhis yang memberikan sekuritas emosionil, sehingga setiap orang bisa
diarahkan pada tindak yang positif dan kcjujuran. Sering kali orang salah
menafsirkan makna dan demokrasi dalam industri, sebab tindakan yang demokratis di dunia industri dan perusahaan itu dianggap terlalu revolusioner,
bisa mengacau dan sangat berbahaya, sehingga periu dicurigai atau dibasmi
sampai ke akar-akamya. Sebenamyalah, bahwa demokrasi di dunia pemsahaan itu
tidak sama dengan demokrasi di sekolahan di mana anak-anak sekolah sesuka hati
bisa bcrtingkah dan mcngadakan ckspcrimen permainan semua sendiri.
Demokrasi dalam dunia industri dan perusahaan itu antara lain mencakup ciri-ciri
sebagai berikut (Kartono, 1981):
1. Kepemimpinan yang demokratis itu bukan berarti pengabaian secara total
terhadap disiplin, bahkan sebaiiknya, disiplin dalam iklim kepemimpinan yang
demokratis itu pada umumnya berlangsung lebih ketat. karena menampilkan disiplin-diri (dari kelompok dan untuk kelompok).
2. Delegasi otoritas atau wewenang dalam iklim yang demokratis itu bukan berarti hilangnya kekuasaan pemimpin, akan tetapi justru sebaiiknya, memperkuat kedudukan pemimpin yang didukung oleh segenap anggota kelompok
29
3. Pemimpin yang terlatih baik, bisa mengknstahsasi fikiran dan aspirasi dari
semua anggota kelompoknya.
Sekaligus juga mampu memecahkan
permasalahan dengan keterampilan tinggi.
Berhubungan dengan hal di atas (Kartono, 1981) dapat dikatakan bahwa
tidak ada pemimpm yang sepandai apa pun juga yang mampu
mentransformasikan sekelompok manusia yang baliagia senang dan serasi dengan
lmgkungan kerjanya ke dalam bentuk organisasi revolusioner yang agresif. Hal
lain yang berhubungan juga adalah seorang pemimpin pemsaliaan hams bisa
mendorong pemngkatan produktivitas, peningkatan moral dan perbaikan kondisi
sosial dengan disertai mat kooperatifdari pihak buruh dan pegawai seluruhnya.
Mengenai gaya kepemimpinan demokratis dalam pemenntahan, sangat
terpengaruh oleh paham-paham yang dianutnya mengena. kekuasaan dan
wewenang, sikap mana yang diambilnya terhadap hak dan martabat manusia.
Berdasarkan hal itu, maka kita dapat membedakan gaya kepemimpinan
yang partisipatif atau yang sementara pihak menyebut gaya kepemimpinan
demokratis, oleh karena pemimpin tersebut berpegang pada paham bahwa
kekuasaan bersumber kepada rakyat. Selanjutnya pemimpin yang demikian itu
sangat menghonnat. hak-hak asas. manusia, menghindarkan dm dm pemaka.an
paksaan dan lebih banyak mempergunakan persuasi (Pamudji, 1992). Menurut
Bass (dalam Anyant., 1992) ada empat aspek yang terdapat daiam gaya
1. Support (bantuan). meliputi seberapa jauh pemimpin menunjukkan sikap
ramah, memperhatikan bawahan, mendengarkan masalah yang dialami
bawahan.
2. Team Building (pembetukan kelompok), yaitu bagaimana pemimpin memberi
dorongan pada bawahan untuk bekerja sebagai suatu team (kelompok).
memberi dorongan dalam bertukar pendapat dan pikiran atau gagasan.
3. doal Emphasis (penekanan pada tujuan), yaitu bagaimana pemimpin memberi
dorongan
untuk
mencapai
tujuan
dan
hasil
yang
terbaik
serta
mempertahankannya dalam standar bennutu tinggi.
4. Help with Work (membantu dalam bekerja), yaitu bagaimana pemimpin
memberi contoh dalam meiakukan tugas secara benar, membantu bawahan
dalam membuat rencana, mcngorganisasikan dan membuat jadwal serta
inenawarkan, memberikan ide-ide atau gagasan bam benkut pemecahan
terhadap pennasalahannya.
Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan demokratis mempakan
kepemimpinan yang menggunakan kekuasaan yang bersumber pada anggota.
penuh pengertian, seialu mendiskusikan pennasaiahan dengan musvawaraii, dan
seialu membicarakan rencana-rencana perusahaan dengan memberikan infonnasi
mengenai kemajuan pemsahaan. Hal ini dapat menumbuhkan komitmen dalam
31
C. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan Demokratis dengan Komitmen
Organisasi
Gaya kepemimpinan demokratis mempakan kemampuan seseorang yang
memiliki keistimewaan untuk mempengamhi anggotanya dengan menggunakan
kekuasaan yang bersumber pada anggotanya, dengan penuh pengertian, seialu
mendiskusikan pennasaiahan dengan musyawarah.
Gaya kepemimpinan ini mempakan sikap atasan yang memiliki
keistimewaan untuk mempengamhi bawahannya dalam meraih prestasi dan
mencapai tujuan organisasi. Hal ini diperiukan gaya kepemimpinan yang mampu
memperhatikan faktor bawahan dan organisasi itu sendiri. Memperhatikan faktor
bawahan yang dimaksudkan adalah pemimpin memberi kesempatan bagi para
kaiyawannya
untuk
ikut
dalam
proses pengambilan
keputusan dalam
pekcrjaannya, mendengarkan harapan, keinginan serta ide-ide karyawan. Gaya
kepemimpinan yang lebih mendekati tipe semacam itu adalah gaya kepemimpinan
yang demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis akan membenkan pola antara
lain:
Partisipatif, salah satu taktik kiasik menciptakan kesepahaman adalah
dengan manajemen partisipatif, yaitu mengajak serta bawahan merumuskan
pemikiran, konsep dan gagasan atasan. Keteriibatan bawahan ini membuat
yang bersangkutan sedikitnya merasa dihargai. Hal mi kemudian dirasakan
ketika rasa tersebut sudah tumbuh, atasan lebih mudah mengkomunikasikan
dan menanamkan pengertian pemikiran, konsep dan gagasannya pada
4. 5. 6.
kesepahaman mempakan inti dan komitmen. Tjiptono (1995) berpendapat
bahwa pendekatan yang sesuai dalam menerapkan keteriibatan karyawan
adalah manajemen partisipatif yang merupakan suatu proses d, mana para
ka.yawan mcmamkan peranan penting dan aktif dalam penetapan tujuan,
pembuatan keputusan, pemecahan masalah, dan perancangan perubahan
dalam organisasi. Pendekatan ini dapat meningkatkan motivasi kaiyawan,
karena dapat memenuhi tiga kebutuhan dasar karyawan, yaitu otonom,,
pemahaman akan pekerjaan, dan kontak interpersonal. Ketiga hal in, dapat
meningkatkan komitmen dan rasa penenmaan, keamanan, tantangan, dan
kepuasan. Pada gihrannya perasaan-perasaan tersebut dapat mengarahkan
pada peningkatan inovasi dan kincrja.
Mudah mcnerima masukan. Penelitian R. Lippitt (dalam .lannanto. 1983)
dalam penelit.annya mengemukakan bahwa kelompok demokratis memiliki
iklim kerjasama dan sikap man menghargai anggota yang lain, terdapat
lebih banyak saran yang membangun dan sifat patuh dalam setiap tingkah
laku anggota tampak jelas lebih banyak terjadi.
Bemsaha merumuskan kebutuhan-kebutuhan anggota dan mcndorong
anggota-anggota kelompok untuk mendapatkan pemenuhannya yang tepat.
Bemsaha melatih calon-calon penggantinya.
Lebih senang membantu orang lain daripada dibantu.
33
7.
Lebih senang membentuk hubungan-hubungan bersifat pribadi daripada
yang bersifat hubungan kcpentingan atau hubungan-bertujuan, sederhana,
dan tidak suka menonjolkan diri.
Cara memimpin dengan gaya demokratis lnilah yang akan dipersepsikan
karyawan, sehingga akan menentukan peniakunya terhadap pekerjaannya. Iklim
organisasi yang sehat dan baik adaiali iklim yang didambakan setiap individu
untuk membantu mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya serta menuju
pribadi yang lebih produktif Hal ini akan memberikan pengalaman pada anak
buah, antara lain merasa dihargai. Seorang karyawan yang merasa dirinya dihargai
dan memiliki kontribusi akan berkembang secara pribadi dan profesional sehingga
konlnbusinya bagi orgamsasinya dapat dimaksimalkan (Tjiptono, 1995).
(Java
kepemimpinan
demokratis
mampu
membenkan
peran
pemberdayaan sumber daya manusia sebagai suatu strategi daiam mencapai
keunggulan kompetitif dalam era persaingan global (Siagian, 1989).
Bawahan
yang
berkomitmen
tinggi,
bemsaha
sekuat
tenaga
mengaktuaiisasi apa yang ada di benak atasannya seefektif dan seefisien mungkin.
Bawahan semacam mi, menganggap visi atasan terhadap organisasi di masa depan
adalah visinya pula, dan karenanya, berupaya keras mewujudkannya (Mustika,
1999).
Yulk (dalam SWA,2002) yang mengatakan komitmen bukan sekedar
kepatuhan. Menumtnya, komitmen bawalian diawali dengan kesepahamannya
terhadap pemikiran, konsep dan gagasan atasan, karena sepaham itulali bawahan
antusias, penuh inisiatif dan pantang menyerah beraktuahsasi.
Perlu diketahui
sebelumnya pentingnya perbedaan kepatuhan dan
komitmen bawalian dari sudut pandang atasan. Sebelum melontarkan pemikiran,
konsep dan gagasannya yang pertama dilakukan atasan adaiali mengubah
orientasinya dari "basil" menjadi "cara". Hal ini supaya atasan dapat memahami
bahwa cara bawahan
mcngaktualisasi
pemikiran
konsep dan gagasannya
berpengamh terhadap seberapa jauh hal tersebut diaktualisasikan, jika telah
dipahami caranya, atasan dapat mengerti arti penting komitmen, yang dapat
mengahasilkan kualitas aktualisasi lebih baik dibandingkan dengan kepatuhan,
sehingga dibcnak pemimpin tercipta perbedaan komitmen dan kepatuhan.
Terciptanya perpedaan itu, perlu ada tindak Ianjut dengan langkah-langkah agar
bawalian memiliki kesepahaman dengan pemikiran, konsep dan gagasannya.
Bantuan
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pembentukan
Kelompok
Penekanan pada Tujuan
Penerimaan Nilai-nilai
dan Tujuan Organisasi
Keinginan Bekerja
Keras bagi organisasi
f
Komitmen Membantu dalam Bekerja Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan organisasiGambar JL Skema Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Demokratis
35
Gambar 1. menjelaskan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan
demokratis dengan komitmen organisasi, disebut diatas bahwa pemimpin dengan
gaya kepemimpinan demokratis memiliki empat aspek dalam meiakukan
kepemimpinannya, hal ini sesuai dengan pendapat Bass (dalam Anyanti, 1992).
Hmpat aspek tersebut, yaitu: cara pemimpin memberikan bantuan terhadap
bawalian dalam hal menunjukkan sikap ramah dan penuh perbatian, bagaimana
pemimpin mendorong bawahannya bekerja dalam suatu kelompok, cara pemimpin
memberikan penekanan pada tujuan yang ingin dicapai oleh pemsahaan, dan cara
pemimpin membantu bawahannya dalam bekerja.
Hal tersebut diatas membuat kaiyawan lebih berprestasi dan memiliki
penghargaan terhadap eksistensinya. Mendukung hal tersebut Adair (1992)
berpendapat bahwa adalah penting orang mendapatkan rasa berprestasi dan
kcrjanya. mendapat pengakuan yang semestinya ketika seseorang itu bekerja
dengan baik, mengetahui pentingnya pekerjaan yang dilakukannya dan merasa
bahwa manajer atau penyelia mendengarkannya.
Keadaan
yang demikian akan menciptakan semangat bagi kaiyawan
untuk dapat menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, kaiyawan menjadi lebih
bekerja keras bagi kepentingan organisasi dan kaiyawan lebih memiliki
ketenkatan sehingga ada keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya
dalam pemsaliaan. Hal ini dapat dirasakan sebagai faktor pendukung terbentuknya
komitmen dalam suatu organisasi.
Berdasarkan ulasan teoritik di atas, terlibat bahwa gaya kepemimpinan
kepemimpinan yang demokratis dirasakan oleh kaiyawan tidak demokratis, maka
secara otomatis sangat menghambat suasana kerja kaiyawan, sehingga akan
berpengamh pada iklim organisasi.
D. Hipotesis
Berdasarkan telaah teoritik, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah adanya hubungan antara gaya kepemimpinan demokratis dengan
komitmen organisasi. Semakin demokratis gaya kepemimpinan, maka akan
semakin tinggi tingkat komitmen organisasi, sebaiiknya semakin rendah gaya
kepemimpinan yang demokratis maka semakin rendah pula tingkat komitmen
BAB III
METODOLOGI PENELITiAN
A. identifikasi Variabei Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka serta hipotesis yang
diajukan, maka, variabei-variabel yang terlibat di daiam penelitian ini adalah:
i. Variabei Tergantung: Komitmen Organisasi
2. Variabei Bebas : Gaya Kepemimpinan Demokratis
B. Definisi Operasionai Variabei Penelitian
i. Komitmen Organisasi adalah suatu onentasi terhadap organisasi yang berisi
kekuatan reiatif dari identifikasi diri seorang karyawan untuk berkemauan
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi serta ingin seialu
memberikan kontribusi yang terbaik bagi organisasi dengan memperhatikan
nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai organisasi. Pengukuran komitmen
orgamsasi dilakukan dengan menggunakan skala komitmen yang mengacu
pada aspek-aspek:
a. Adanya keyakinan yang kuat mengenai penerimaan nilai-nilai dan tujuan
yang hendak dicapai organisasi
b. Adanya kemauan yang keras untuk memberikan yang terbaik bagi
kepentingan organisasi.
c. Adanya keinginan yang kuat untuk seialu mempertahankan diri agar tetap
menjadi bagian dan organisasi.