• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAnANPERANANSUMBERSTANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAnANPERANANSUMBERSTANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003

KAnANPERANANSUMBERSTANDAR

RADIONUKLIDA DI RUMAH SAKIT

ISSN 1693 - 7902

Hermawan Candra dan Pujadi

Puslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir (P3KRBiN) - BA TAN

ABSTRAK

KAJIAN PERANAN SUMBER· STANDAR RADIONUKLIDA DI RUMAH

SAKIT. Penggunaan radionuklida di kedokteran nuklir telah meluas ke berbagai

bidang, baik untuk diagnosis maupun terapi. Radionuklida ini biasanya berupa radionuklida yang dilabel sesuai tujuannya. Sebelum radionuklida digunakan biasanya diukur terlebih dahulu aktivitasnya menggunakan dose calibrator. Dari penelitian yang telah dilakukan periode tahun 2000 sid 2002, melalui interkomparasi pengukuran aktivitas menggunakan dose calibrator di beberapa rumah sakit, hasil pengukuran aktivitas 99mTcdan 1311, menunjukkan penyimpangan sampai 58,33

%

karena alat ukur

dose calibrator sebagai alat ukur aktivitas di rumah sakit, tidak dilengkapi dengan sumber standar radionuklida untuk kalibrasi secara rutin oleh pengguna. Pada kenyataannya bahwa di rumah-rumah sakit tidak tersedia sumber standar radionuklida, maka alat terse but tidak pernah dikalibrasi. Makalah ini akan mengkaji peranan sumber standar radionuklida di rumah sakit untuk menjamin keselamatan kesehatan manusia dan lingkungannya.

Kata kunci : Sumber Standar Radionuklida, Dose Calibrator

ABSTRACT

THE ASSESMENT OF RADIONUCLIDE STANDARD SOURCE ROLE IN

HOSPITAL. The use of radionuclide in nuclear medicine· has been worthwhile in

various sector for diagnostic and therapy. This radionuclide is usually labelled in accord with its aim. Before using, the labeled radionuclide is measured by using dose calibrator. Research has been done in the year of 2000 to 2002, by intercomparisons of activity measurement using dose calibrator in several hospitals, the result of 99mTcand

1311activity measurement showed the discrepancy up to 58,33

%

because dose calibrator

as activity measurement equipment in hospital, is not equipped with radionuclide standard source for routine calibration by user. In fact, radionuclide standard source is not available in hospitals to calibrate dose calibrator before using. This paper presented the radionuclide standard source role in hospital for personal health safety and environmental assurance.

Keywords: Radionuclide Standard Source, Dose Calibrator

(2)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tcnaga Nuklir • Jakarta, II Desember 2003

A

PENDAHULUAN

ISSN 1693 - 7902

Pemanfaatan aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran nuklir sudah cukup luas. Dalam perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, ilmu kedokteran nuklir mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan damai. Ilmu kedokteran nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber tenaga nuklir yang didapat dalam bentuk radiofarmaka untuk mempelajari perubahan fisiologi dan biokimia sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnosa, terapi dan penelitian kedokteran. Biasanya untuk keperluan terapi, radionuklida diberikan dalam dosis yang relatif besar dan memanfaatkan sifat-sifat sinar «maupun partikel 13 yang mematikan terhadap sel hidup. Sedangkan untuk keperluan diagnosis biasanya dipilih dosis yang relatif tidak memberikan gangguan biologis yang berarti. Dasar yang dipakai dalam diagnosis pada kedokteran nuklir adalah sifat perunut radioaktif yang dilabelkan pada bahan kimia tertentu. Perunut ini dapat diberikan secara oral, inhalasi atau suntikan intravena. Perjalanan perunut radioaktif dapat diikuti oleh detektor diluar tubuh atau dengan memeriksa cuplikan darah, urin, feces atau udara pemafasan dengan menganalisa radioaktivitasnya. Selain itu perunut radioaktif juga digunakan dalam prosedur in-vitro, sebagai contoh penggunaan dalam radioimmunoassay (RIA) , lmunoradiometricassay (IRMA), pada cuplikan darah, urin dan lain-lain(l).

Berdasarkan SK Dirjen BATAN No. 84/DJNV1991(2), P3KRBiN BATAN mempunyai tugas pokok melakukan penelitian, pengembangan dan pelayanan di bidang keselamatan radiasi, standardisasi, dosimetri dan kesehatan radiasi dan aplikasi teknik nuklir dalam bidang kedokteran.

Sebagai Fasilitas Kalibrasi Tingkat Nasional (FKTN), P3KRBiN BA TAN mempunyai tugas dan wewenang :

1. Melakukan sertifikasi terhadap berbagai sumber standar radionuklida yang digunakan di Indonesia;

2. Melakukan standardisasi radiohuklida;

3. Melakukan kalibrasi alat cacah radiasi dengan menggunakan sumber standar radionuklida.

4. Melakukan koordinasi kegiatan antar banding pengukuran aktivitas , laboratoria di BAT AN dan instansi lain (seperti rumah sakit).

(3)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN 1693 -7902

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji peranan snmber standar radionuklida pada bidang kedokteran nuklir di rumah sakit. Kajian ini diharapkan dapat memberikan pengertian pada pihak rumah-rumah sakit bahwa perlunya tersedia sumber standar radionuklida untuk mengkalibrasi secara rutin peralatan alat ukur aktivitas yang dimilikinya sehingga keselamatan dan kesehatan pasien pengguna fasilitas kedokteran nuklir di rumah-rumah sakit dapat lebih terjamin.

RADIONUKLIDA YANG DIGUNAKAN DI KEDOKTERAN NUKLIR

Di rumah sakit, penggunaan radionuklida atau isotop dapat dikelompokkan dalam berbagai bidang kedokteran seperti kardiologi, onkologi, thyroidologi dan lain-lain. Beberapa penggunaan isotop dalam bidang-bidang tertentu disajikan pada Tabel 1.

Tabcll. Bcbcrapa Contoh Pcnggunaan isotop di Kedokteran nuklir 1)

Bidang IsotopKeterangan.

Nuklir Kardiologi

LU1TI_ sestamibiMyocardial perfusion imaging

'NmTc tetrofosmin 1231-BMIPP dan IPPA

Metabolic imaging Nuklir Onkologi

'NTc-methylendi phosphonateBone scan

b IGa-chloride Galium scan 1J1Iatau WI MIBG MIBG scan Nuklir Thyroidologi ILJI IL)I

Diagnosa kelenjar Tyroid

1311

Bahan perunut radioaktif biasanya diberikan secara oral, suntikan atau inhalasi. Sebelum digunakan diukur aktivitasnya menggunakan

dose calibrator,

untuk mendapatkan harga aktivitas yang diinginkan dan sesuai dengan kebutuhan maka diperlukan dose calibrator yang terkalibrasi. Perjalanan perunut radioaktif di dalarn tubuh dapat diikuti dengan mengukur dan menganalisa kandungan radioaktivitasnya biasanya menggunakan detektor NaI(Tl). Detektor ini tentunya perlu dikalibrasi dengan sumber standar

(4)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003

SUMBER ST ANDAR RADIONUKLIDA

ISSN 1693 - 7902

Sumber standar radionuklida adalah sumber radionuklida yang diketahui jenis radionuklida, aktivitas, sifaat fisika dan kimia, jenis peluruhan serta komposisi fisika dan kimia yang terkandung dalam sumber radionuklida tersebut. Proses pembuatan sumber standar radionuklida disebut standardisasi radionuklida dimana proses ini meliputi penyiapan sumber, penetapan aktivitas, sifat fisika dan kimia dari sumber radionuklida tersebut. Pada pembuatan sumber standar radionuklida harns disesuaikan dengan tujuan pemakaian dan sistem peralatan yang akan digunakan.

Secara umum pengukuran aktivitas sumber standar radionuklida dapat dilakukan dengan 2 cara(3),yaitu:

a. Secara absolut, yaitu menggunakan sistem pencacah detektor 4np-y koinsidensi, (y-y) koinsidensi atau (x-y) koinsidensi.

b. Secara relatif menggunakan perangkat spectrometer-y, kamar pengion atau pencacah kelip cair (LSC).

Berdasarkan cara pengukuran aktivitas terse but di atas sumber standar radionuklida yang diperoleh dapat dikategorikan sebagai standar primer apabila diukur secara absolut dan sumber standar sekunder apabila diukur menggunakan sistem pencacah relatif.

Sumber standar radionuklida secara fisik dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Sumber standar radionuklida bentuk padat biasanya dalan1 bentuk titik atau luasan, seperti disajikan pada Gambar 1, sedangkan sumber standar radionuklida dalam bentuk cair dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai wadahnya seperti ampul gelas, vial, marinelli, disajikan pada Gambar 2. Dan sumber standar dalam bentuk gas biasanya dikemas dalam ampul gelas dengan berbagai volume.

(5)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 ,Desember 2003

Gambar 2. Sumber standar cair pada marinelli, ampul gelas, vial

ISSN 1693 - 7902

KALIBRASI DOSE CALIBRA TOR SEBAGAI ALA T UKUR AKTIVIT AS(4)

Dose calibrator merupakan salah satu peralatan penunjang dalam pemanfaatan

nuklir di bidang kedokteran, dimana alat terse but digunakan untuk mengukur aktivitas radionuklida. Dose calibrator, sebagai alat ukur relatif harus dikalibrasi secara rutin

menggunakan sumber standar radionuklida agar hasil pengukuran dapat dipertanggunjawabkan. Kalibrasi dose calibrator ini sangat perlu baik ditinjau dari segi sifat peralatan yang relatif maupun dari segi proteksi radiasi. Hal ini karena berhubungan langsung dengan manusia, dalam hal ini pasien maupun lingkungannya. Dengan pengukuran aktivitas yang tepat maka penerimaan dosis radiasi akan dapat terkontrol. Apabila penerimaan dosis radiasi pada pasien tidak terkontrol dengan baik maka akan merugikan pasien dari segi keselamatan. Gambar 3. menyajikan dose calibrator yang sering digunakan di rumah sakit. Kalibrasi peralatan dose calibrator

sebagai alat ukur aktivitas semestinya dilakukan oleh pengguna dalam hal ini rumah sakit, dengan menggunakan sumber standar radionuklida yang sesuai. Hal ini sesuai dengan masalah keselamatan radiasi, dimana kewajiban kalibrasi ini tertuang pada SK Dirjen BAT AN No.84/DJNI/I991 (2)yaitu :

Untuk menjamin kebenaran nilai penyinaran, dosis serap, fluks, atau aktivitas, setiap alat ukur radiasi atau keluaran sumber radiasi terapi wajib dikalibrasi secara berkala dan menurut prosedur yang benar.

(6)

SeminarTahunanPengawasanPemanfaatanTenagaNuk.lir-Jakarta,II Desember2003 ISSN1693- 7902

MaIm jelaslah bahwa peranan sumber standar radionuklida sangat penting untuk mengkalibrasi alat ukur dosis radiasi, cacah radiasi dan perangkat lain yang digunakan di berbagai bidang kegiatan termasuk bidang kedokteran yang menggunakan teknik nuklir.

Beberapa sumber standar radionuklida yang diperlukan untuk kalibrasi dose calibrator disesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan yang ada seperti, Co-57, 1-131, Tc-99m

Gambar 3. Dose Calibrator Victoreen

ANT AR BANDING PENGUKURAN AKTIVIT AS(5)

P3KRBiN BA TAN merupakan laboratorium acuan nasional yang mempunym tugas dan fungsi sebagai laboratorium acuan di bidang Metrologi Radiasi khususnya sebagai laboratorium acuan nasional di bidang pengukuran aktivitas radionuklida. Untuk mengamati keakuratan pengukuran aktivitas radionuklida di berbagai laboratorium maka salah satu kegiatan P3KRBiN adalah melakukan koordinasi kegiatan antar banding pengukuran aktivitas radionuklida untuk laboratoria di BA TAN dan instansi lain seperti rumah sakit.

Dari hasil kegiatan program antar banding pengukuran aktivitas radionuklida khususnya di beberapa rumah sakit diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kinerja alat cacah radiasi yang digunakan oleh rumah-rumah sakit agar tertelusur ke kinerja peralatan P3KRBiN BAT AN.

P3KRBiN BA TAN telah mengkoordinasikan kegiatan antar banding pengukuran aktivitas radionuklida 99mTcdan 1311yang di ikuti oleh beberapa rumah sakit pada tahun

(7)

SeminarTahunanPengawasanPemanfaatanTenagaNuklir- Jakarta,Il'Desember2003 ISSN1693- 7902

digunakan dalam kedokteran nuklir. Radionuklida 99mTc sering dipakai untuk tujuan klinik karena sifat-sifat fisik dan kimianya sangat ideal untuk pembuatan citra maupun dari segi keselamatan radiasi. Sedangkan 1311sering digunakan untuk terapi kanker dan hiperfungsi kelenjar gondok.

Hasil pengukuran aktivitas 1311antara P3K.RBiN BATAN dan rurnah-rurnah sakit

tahun 2000 disajikan pada Tabel 2 dan hasil pengukuran aktivitas 99mTc antara P3KRBiN BATAN dan rumah-rumah sakit Tahun 2000 disajikan pada Tabel 3. Sedangkan hasil pengukuran aktivitas 1311antara P3K.RBiN BATAN dan rurnah-rurnah sakit tahun 2002 disajikan pada Tabel 4 dan hasil pengukuran aktivitas 99mTc antara P3KRBiN BA TAN dan rumah-rumah sakit tahun 2002 disajikan pada Tabel 5.

PEMBAHASAN

Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa hasil pengukuran aktivitas radionuklida

1311 dan 99mTc pada tahun 2000 didapatkan perbedaan dengan jangkauan yang sangat

besar, yaitu antara 0,21% sampai 50,04% untuk radionuklida 1311dan 0% sampai 13,8% untuk radionuklida 99mTc.Sedangkan dari Tabel 4 dan Tabel 5 terlihat hasil pengukuran aktivitas radionuklida 1311 dan 99mTc pada tahun 2002 masih didapatkan perbedaan

dengan jangkauan yang besar pula , yaitu antara 2,04% sampai 58,33% untuk radionuklida 1311dan 3,62% sampai 26,6% untuk radionuklida 99mTc.

Perbedaan hasil ukur aktivitas beberapa rumah sakit dibandingkan dengan P3K.RBiN cukup besar hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan :

1. Dose calibrator milik rurnah sakit tidak pemah dikalibrasi sebelum digunakan, bahkan dapat dikatakan tidak pemah dikalibrasi karena tidak tersedianya sumber standar. Oleh karena itu perlu tersedianya sumber standar radionuklida di setiap rumah sakit yang memanfaatkan dose calibrator sebagai alat ukur aktivitas. Disamping itu perlu pula dilakukan sosialisasi tentang arti pentingnya kalibrasi alat ukur dose calibrator terutama agar nilai yang ditunjukkan mendekati kebenaran dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Kondisi lingkungan laboratorium tidak terpantau secara rutin. Faktor kondisi lingkungan laboratorium yang meliputi, pengecekan suhu ruangan dan pengecekan kelembaban ruangan harus terpantau secara rutin, karena mempengaruhi hasil pengukuran aktivitas dari dose calibrator.

(8)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN 1693 -7902

3. Pemilihan metode atau prosedur pengukuran aktivitas yang digunakan tidak sesuai. Pemilihan prosedur yang sesuai me liputi beberapa hal yaitu, perhitungan dan pengolahan data sistematis yang memenuhi kaidah statistik, penggunaan data acuan (aktivitas awal sumber standar radionuklida, waktu paro, tanggal acuan, waktu pengukuran, energi sumber standar radionuklida yang digunakan), melakukan pengukuran cacah latar (background) sebelum dan sesudah pengukuran sumber standar radionuklida dan estimasi ketidakpastian pengukuran.

4. Faktor Peralatan, meliputi, kondisi peralatan dose calibrator mengalami penurunan efisiensi kinerja sehingga mempengaruhi kinerja sebagai alat ukur aktivitas, tidak tersedianya peralatan-peralatan penunjang misalnya stabilizer tegangan (HV), dehumidifier (alat pengatur kelembaban), thermometer, hygrometer, pendingin ruangan (AC). Disamping itu buku petunjuk (manual operation) peralatan sangat diperlukan.

5. Sumber daya manusia yang berkualitas juga mempengaruhi, yang meliputi,

pengalaman dan kemamuan personil dalam mengevaluasi dan

menginterprestasikan data hasil pengukuran aktivitas radionuklida.

Tabel2. Hasil Pengukuran Aktivitas 1311 Beberapa Rumah Sa kit Tahun 2000

PERBEDAAN HASIL LABORATORIUM

TGUJAM AKTIVIT AS(mCI)

AKTIVIT AS(mCi)PENGUKURAN

No. PESERTA

PENGUKURANP3KRBiN BATANRUMAH SAKITANT ARA P3KRBiN DAN RUMAH SAKIT(%) 1 RUMAH SAKIT A0.15 18.73±±25.9612:20 14-D8-2000 0.008 38.60 2 RUMAH SAKIT B0.24 26.26±±22.812.03 07 -D7-2000 0.013 -13.18 3 RUMAH SAKIT C0.22 26.69±±28.0609.00 07 -D7-2000 0.013 5.13 4 RUMAH SAKIT 0±26.512:03 26-D6-2000 0.21 25.8± 0.008 2.71 5 RUMAH SAKIT E0.19 20.3±±19.8411.11 11-D9-2000 0.013 -2.27 RUMAH SAKIT E 11-D9-2000 11.35 19.79 ± 0.22 20.27± 0.013 -2.37 6 RUMAH SAKIT F0.04 20.19±±18.4412:43 11-D9-2000 0.013 ~.67 7 RUMAH SAKIT G0.25 24.2±±25.5913.18 11-D8-2000 0.013 5.74 8 RUMAH SAKIT H0.78 24.37±±24.2711.10 11-D8-2000 0.013 -D.41 9 RUMAH SAKIT I0.5 26.2±±39.3111.59 08-D9-2000 0.007 50.04 10 RUMAH SAKIT±24.4811.03 J08-D9-2000 0.04 26.29± 0.007 -6.88 11 RUMAH SAKIT K±0.09508.40 14-D8-2000 0.002 0.095± 0.008 0.21

(9)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II ,Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

Tabel 3. Hasil Pengukuran Aktivitas 99mTcBeberapa Rumah Sakit Tahun 2000

PERBEDAAN HASIL TGUJAM

AKTIVIT AS(mCi) AKTIVIT AS(mCi)PENGUKURAN No. LABORATORIUM PENGUKURAN RUMAH SAKIT P3KRBiN BATAN ANTARA P3KRBiN

PESERTA SAKIT(% (%) DAN RUMAH

1 RUMAH SAKIT A0,080.061±±0.06112.10 14-08-2000 0.008 0.00 2 RUMAH SAKIT B0.010.059±±0.05112.00 07-07-2000 0.013 -13.56 3 RUMAH SAKIT C0.220.098±±0.09308.50 07-07-2000 0.013 -5.10 4 RUMAH SAKIT D0.280.059±±0.06312.00 26-06-2000 0.008 8.11 5 RUMAH SAKIT E0.020.151±±0.16210.55 11-09-2000 0.013 7.28 RUMAH SAKIT E 11-09-2000 11.25 0.141 ± 0.020.142± 0.013 -0.70 6 RUMAH SAKIT F1.40.122±±0.11612.46 11-09-2000 0.013 -4.85 7 RUMAH SAKIT G1.85225.2±±215,713.07 11-08-2000 0.013 -4.24 8 RUMAH SAKIT H0.7257.7±±222.111.57 11-08-2000 0.013 -13.80 9 RUMAH SAKIT I3.7534.2±±509.611.55 08-09-2000 0.007 -4.61 ~ RUMAH SAKIT±0.56211.01 08-09-2000J 0.490.592± 0.007 -5.11 11 RUMAH SAKIT K0.0218.97±±19.7808.30 14-08-2000 0.008 4.27

Tabel4.Hasil Pengukuran Aktivitas UtI Beberapa Rumah Sa kit Tahun 2002

PERBEDAAN HASIL TGUJAM

AKTIVIT AS(mCi)AKTIVIT AS(mCi)PENGUKURAN

LABORATORIUM ANTARA P3KRBiN

No. PESERTAPENGUKURANP3KRBiN BAT ANRUMAHSAKIT

DAN RUMAH SAKIT(%) 1 RUMAH SAKIT A6.255± 09:45 06-05-2002 0.127 5.67± 0.009 10.32 2 RUMAH SAKIT B6.07± 08.37 19-06-2002 0.156 5.25± 0.014 15.62 3 RUMAH SAKIT C5.601± 12.50 19-06-2002 0.218 5.172± 0.014 8.29 4 RUMAH SAKIT D3.671± 13:00 03-07-2002 0.152 4.381± 0.008 -16.21 5 RUMAH SAKIT E3.485± 12.09 25-06-2002 0.229 3.388± 0.008 2.86 6 RUMAH SAKIT F3.633± 13:45 25-06-2002 0.014 3.3690.008± 7.84 7 RUMAH SAKIT G3.3± 12.38 26-06-2002 0.05 3.119± 0.007 5.80 8 RUMAH SAKIT H3.067± 11.33 26-06-2002 0.025 3.131± 0.007 -2.04 9 RUMAH SAKIT I4.924± 13.48 26-06-2002 0.224 3.11± 0.007 58.33

(10)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 - 7902

Tabel 5.Hasil Pengukuran Aktivitas 99mTcBeberapa Rumah Sa kit Tahun 2002

PERBEDAAN HASIL TGUJAM

AKTIVIT AS(mCi)AKTIVIT AS(mCi)PENGUKURAN LABORATORIUM

ANT ARA P3KRBiN

No. PESERTA PENGUKURAN RUMAH SAKIT P3KRBiN BAT AN DAN RUMAH SAKIT(%) 1 RUMAH SAKIT A0.9± 09:15 06-D5-2002 0.049 0.86± 0.259 4.65 2 RUMAH SAKIT B7.95± 08.30 19-D6-2002 0.28 8.607± 0.028 -7.63 3 RUMAH SAKIT C5.115± 12.42 19-D6-2002 0.26 5.307± 0.028 -3.62 4 RUMAH SAKIT 02.263± 12:47 03-D7 -2002 0.09 2.936± 0.09 -22.92 5 RUMAH SAKIT E60.28± 12.01 25-D6-2002 2.251 55.043± 0.13 9.51 6 RUMAH SAKIT F33.611± 13:40 25-D6-2002 0.132 45.519± 0.13 -26.16 7 RUMAH SAKIT G3.186± 12.20 26-D6-2002 0.168 3.329± 0.027 -4.30 8 RUMAH SAKIT H3.5538± 11.04 26-D6-2002 0.043 3.853± 0.027 -7.77 9 RUMAH SAKIT I2.969± 13.40 26-D6-2002 0.204 2.856± 0.027 3.96 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :

1. Ketersediaan sumber standar radionuklida sangat perlu dimiliki oleh pihak rumah sakit sebagai pengguna alat ukur aktivitas dose calibrator untuk mengkalibrasi peralatan secara rutin dan mengontrol kestabilan peralatan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja alat ukur aktivitas dose calibrator, meliputi, faktor kondisi lingkungan, faktor pemilihan metode (prosedur) yang sesuai, faktor peralatan dan faktor sumber daya manusia.

DAFT AR PUST AKA

1. R. Djokomoeljanto, Peranan Radioisotop Dalam Dunia Kedokteran, UNDIP-BAT AN Semarang 1999;

2. Surat Keputusan Direktur Jendral BAT AN No. 84/DJNI/1991 tentang Kalibrasi

Alat Ukur Radiasi dan Keluaran Sumber Radiasi, Standardisasi Radionuklida dan Fasi/itas Kalibrasi;

3. National Council On Radiation Protection Measurement, A Hand Book of Radioactivity Measurement Procedurs, NCRP Report No. 58, 1978;

4. M.J. Wood, Quality Control of Radionuc/ide Calibrator, section III Radionuclide; 5. Standar Nasional Indonesia, SNI-19-117025-2000 tentang Persyaratan Umum

(11)

Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN 1693 -7902

6. Pujadi, Nazaroh, Ermi Juita, Sudarsono, Susilo Widodo, Sunaryo, Antarbanding

Pengukuran Aktivi!as 57Co dengan Rumah Saki!, Prosiding Presentasi Ilmiah

Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, Jakarta 1994.

DISKUSI

Pertanyaan (Dartini - Poltekkes Semarang)

1. Hasil penelitian untuk hasil pengukuran untuk penyimpanan 58,33 % dibuat langkah-Iangkah apa yang sudah dilakukan oleh BAPETEN?

2. Proteksi selain terhadap pasien juga masyarakat umum, bagaimana dengan rumah sakit yang tidak melakukan pengawasan terhadap pasien pasca pemeriksaan?

Jawaban (Hermawan Chandra, P3KRBiN - BATAN)

1. BAPETEN akan membuat regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pengawasan kepada manajemen-manajemen rumah sakit.

2. BAPETEN akan membuat regulasi-regulasi yang berhubungan dengan pengawasan kepada manajemen-manajemen rumah sakit.

Pertanyaan (Subiarto, P2PLR - BATAN)

Kalau terjadi penyimpangan hasil pengukuran aktivitas antara rumah soot dan P3KRBiN yang besar (bisa sampai 58,33 %), tindakan apa yang selanjutnya diambil, terutama berkaitan dengan keselamatan pasien, dan hasil pengukuran mana yang benar?

Jawaban (Hermawan Chandra, P3KRBiN - BATAN)

Memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pihak rumah sakit dengan lebih memperhatikan keselamatan radiasi, yaitu :

• Keselamatan pasien. • Keselamatan petugas. • Keselamatan lingkungan.

Rekomendasi-rekomendasi tersebut meliputi : • Perilaku peralatan.

• Kondisi lingkungan.

• Pemilihan metode yang benar.

Gambar

Gambar 1. Sumber standar bentuk titik dan luasan
Gambar 2. Sumber standar cair pada marinelli, ampul gelas, vial
Gambar 3. Dose Calibrator Victoreen
Tabel 3. Hasil Pengukuran Aktivitas 99mTcBeberapa Rumah Sakit Tahun 2000
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya objek yang dijadikan julo-julo berupa uang, beras, ataupun jasa, namun pada julo-julo padi ini yang dijadikan objek adalah satu karung padi yang

Penjelasan: Default Authenticate memungkinkan seluruh client dapat terhubung tanpa diseleksi oleh Router jika mode ini di non aktifkan maka kita dapat menentukan Kebijakan klient

fasilitas, sarana dan prasarana perkotaan. Pengendalian lingkungan, terutama untuk Marabahan yang banyak memiliki industri pengolahan kayu, serta Pelaihari yang memiliki

Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari Kabupaten atau kawasan strategis Kabupaten yang akan atau perlu disusun rencana

Pelaksanaan pemberian sertifikasi dilaksanakan ber- dasarkan Program sertifikasi pendidik yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Penulis tidak hanya melakukan wawancara dengan informan yang telah menonton serial animasi “Toshokan Sensō (Library War)” yang memang dijadikan subjek dalam

Untuk belajar membuat percakapan sehari-hari, Anda bisa pelajari buku Percakapan Bahasa Arab Sehari-hari karya Ust. Suwardi Effendi, Lc. Buku Kedudukan Kata dalam

Selain lewat berpikir diakronis, suatu peristiwa sejarah yang sama, dapat pula direkonstruksi dengan berpikir sinkronis. Berpikir sinkronis yaitu menyertakan cara berpikir