• Tidak ada hasil yang ditemukan

MILIK PEMERINTAH ACEH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MILIK PEMERINTAH ACEH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 20

MILIK PEMERINTAH ACEH SEBAGAI BADAN

LAYANAN UMUM DAERAH

Suhaimi,1 Husni Jalil,2 Eddy Purnama3

1)

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3)

Staff Pengajar Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala

Abstract: The implementation of the Appointment of the Children and Mother Hospital Belonging to Aceh Government, the Aceh Governor has established Reviewer Team to asses the Hospital to be increased its fund management becomes to Regional Public Service. After being verified towards technical requirements and administrative as ruled by the Government Regulation Number 23, 2005 regarding the Management of Fund at the Public Service institution and the Home Minister Affair Regulation Number 61, 2007 regarding the Guidance of Fund Management at Regional Public Service Institution, the hospital has been determined as Regional Public Service and has been determined as Regional Public Service, in its implementation of the review on documents submitted by the Management of the Hospital to Aceh Governor is actually not accordance with existing mechanism as there are technical requirement relating financial report and final report audit as administrative requirement is not provided during the assessment, nevertheless, the team persist to submit it to the Governor to determine the Hospital and the financial management is not suitable to the standard of the management of regional public service.

Keywords : Regional Public Service, Financial Management Method, and Hospital

Abstrak: Pelaksanaan Penetapan Status Rumah Sakit Ibu dan Anak Milik Pemerintah Aceh, Gubernur Aceh membentuk

tim penilai kelayakan Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk ditingkatkan pengelolaannya menjadi Badan Layanan Umum Daerah. Setelah dilakukan verifikasi terhadap dokumen persyaratan teknis dan administrasi sebagaimana ditentukan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Rumah Sakit Ibu dan Anak telah ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah, dalam pelaksanaan penilaian dan pengkajian dokumen-dokumen yang diusulkan oleh Manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak kepada Gubernur Aceh sebenarnya belum sesuai dengan mekanisme yang berlaku karena ada persyaratan teknis menyangkut dengan laporan kinerja keuangan dan laporan audit terakhir yang merupakan persyaratan administratif tidak dilengkapi pada saat dilakukan penilaian, namun Tim Penilai tetap merekomendasikan kepada Gubernur Aceh untuk menetapkan Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai Badan Layanan Umum Daerah dan dalam tata kelola keuanganpun belum memenuhi standar pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah.

Kata kunci : Badan Layanan Umum Daerah, Pola Pengelolaan Keuangan, Rumah Sakit..

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah membuka koridor baru dalam pengelolaan keuangan negara dan daerah yang berbasis kinerja di lingkungan Instansi/Lembaga Pemerintah. Pasal 68 dan Pasal 69 menegaskan antara lain bahwa Instansi Pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan

produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam Undang-Undang tersebut di atas menjadi dasar penetapan untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Badan Layanan Umum (BLU) merupakan langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

(2)

21 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, hal ini merupakan amanah dari Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004.

PPK BLU diterapkan pada Instansi-Instansi Pemerintah yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, pendidikan (Perguruan Tinggi Negeri) dan Otorita Kawasan Tertentu. Hal ini dikarenakan bidang-bidang pelayanan ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengelolaan keuangannya.

Pelayanan Kesehatan yang umumnya dilaksanakan pada rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis.Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga memiliki misi sosial.

Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (Joarana Amiruddin, 2008:10)

Pengendalian mutu dan biaya merupakan masalah yang sangat kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu regulasi, mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Bila dipandang dari segmentasi kelompok

masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut.

Bentuk BLU ini merupakan alternatif penting dalam menerapkan Otonomi Daerah yang memberikan kebijakan pada Pemerintah Daerah untuk menetapkan Rumah Sakit Daerah (RSD) sebagai Badan Layanan Teknis Daerah sesuai dengan Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang PPK-BLU, maka rumah sakit milik Pemerintah termasuk Rumah Sakit Umum Daerah dapat berubah menjadi BLU Daerah (BLUD). Pelaksanaan BLU dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat didasarkan atas prinsip efektivitas, efisiensi dan produktifitas serta tanpa mengutamakan mencari keuntungan tetapi mempunyai keleluasaan dalam mengelola keuangan dan mendayagunakan pendapatannya.

Dengan memiliki bentuk sebagai organisasi BLU, maka Rumah Sakit memiliki Pola Pengelolaan Keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Beberapa kelebihan Rumah Sakit Umum Daerah dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), yang salah satunya adalah manajemen rumah sakit memiliki keleluasaan dalam mengelola keuangannya dan pendayagunaan

(3)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 22 pendapatannya, dan rumah sakit tidak menyetorkan

pendapatan kepada kas daerah dapat mengabaikan asas universilitas dalam sistem manajemen pengelolaan keuangan negara dan daerah.

Hal ini tentu akan memberikan dampak yang positif terhadap rumah sakit karena rumah sakit diberikan kewenangan untuk melakukan pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang bersumber dari penghasilan rumah sakit tersebut sehinga dapat menjamin keberlangsungan pelayanan, serta memungkinkan manajemen untuk melakukan pengajian pegawai secara proporsional dan mengembangkan strategi pelayanan yang lebih optimal.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Pemerintah Aceh pada saat ini telah menetapkan status PPK BLU Daerah (PPK-BLUD) terhadap Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/688/2011 tentang Penetapan Pengelolaan Keuangan BLU Daerah pada Rumah Sakit Ibu dan Anak tertanggal 20 Desember 2011, yang penetapan ini dikeluarkan berdasarkan rekomendasi dari Tim Penilai yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/514/2011 tanggal 22 Agustus 2011.

Penetapan Gubernur Aceh tersebut diatas, dikeluarkan dengan pertimbangan dalam rangka menwujudkan serta meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan ini juga merupakan salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh seiring dengan amanat pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa setiap Rumah Sakit Publik yang dikelola oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan

berdasarkan Pengelolaan BLU dan BLUD.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, ada 2 permasalahan yang akan diteliti yaitu mengenai pelaksanaan penetapan status Rumah Sakit Ibu dan Anak Milik Pemerintah Aceh sebagai BLUD dan Pola Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit Ibu dan Anak Milik Pemerintah Aceh setelah ditetapkan sebagai BLUD.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

UUD 1945 disebutkan dan diatur hak-hak dasar yang harus dipenuhi oleh negara kepada rakyatnya, khususnya sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28J dan juga disebutkan didalam beberapa pasal lainnya.

Penyelenggaraan pelayanan publik bagi

pemerintah merupakan fungsi

penyelenggaraan tugas-tugas negara pada umumnya. Hal ini diasumsikan bahwa ketika

membicarakan mengenai fungsi

penyelenggara negara, maka include dengan fungsi penyelenggaraan pemerintahan daerah atau fungsi pemerintah daerah sebagai pelayan publik. Setiap negara hukum kesejahteraan yang pada umumnya dianut oleh negara-negara modern dewasa ini, tugas negara tidak hanya sekedar pelaksana undang-undang, artinya pemerintah tidak pasif menunggu perintah undang-undang yang dibuat oleh legislatif, namun negara dituntut aktif dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan, khususnya dalam rangka memberikan pelayanan publik, sehingga kekosongan undang-undang tidak

(4)

23 - Volume 3, No. 1, Februari 2015 dapat menghalangi pelaksanaan fungsi-fungsi pelayanan publik tersebut. (Husni Thamrin, 2013:21)

Fungsi pemerintah tidak hanya berdasarkan kepada fungsi-fungsi klasik semata (panca praja, dan lain-lain) tetapi juga dituntut perannnya sebagai unsur sumber inisiatif dalam usaha pembaharu dan pendorong pembangunan bangsa yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah berperan menjadi pelopor atau agen pembangunan (agent of development). (Bambang Istianto, 2011 :35).

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat, sebagaimana dinyatakan di dalam UU Kesehatan, Pasal 14 ayat (1). Pemerintah juga bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial serta menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagaimana disebutkan didalam Pasal 15 dan 17 UU Kesehatan.

Pelayanan rumah sakit dalam perspektif hukum administrasi negara, merupakan kegiatan pemerintahan. Rumah sakit bertindak sebagai lembaga (subjek hukum) yang mendapatkan kewenangan dari pemerintah untuk melayani kepentingan umum yang merupakan tugas pokok pemerintah dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan salah satu bentuk pelayanan kepentingan umum atau pelayanan publik. (Endang Wahyati Yustina, 2012:10).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Pengelolaan keuangan BLU diatur dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolan Keuangan BLU (PPP-BLU). Pasal 1 angka 2 disebutkan, PPK-BLU adalah PPK yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mediya Lukman menyatakan, sedikitnya terdapat 5 (lima) karakteristik khusus yang membedakan BLU/D dengan unit organisasi ataupun instansi pemerintah lainnya, yakni:

1. BLU/D adalah Instansi Pemerintah yang memberikan layanan penyediaan barang dan jasa.

2. BLU/D harus menjalankan praktik bisnis yang sehat tanpa menerapkan pencarian keuntungan.

(5)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 24 3. BLU/D dijalankan dengan prisip

efisien dan produktivitas.

4. Adanya fleksibiltas dan otonomi dalam menjalankan operasional BLU/D. 5. BLU/D dikecualikan dari ketentuan

pengelolaan keuangan negara pada umumnya.(Mediya Lukman, 2013: 20)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis, yaitu dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang relevan, dengan melihat hukum dari aspek normatif dalam penerapannya. Spesifikasi dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, dalam arti penelitian ini bertujuan untuk menelaah atau mengkaji tentang pelaksanaan Penetapan Status Rumah Sakit Ibu dan Anak Milik Pemerintah Aceh sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

PEMBAHASAN

RSIA telah ditetapkan menjadi BLUD berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/688/2011 tentang Penetapan PPK BLUD pada Rumah Sakit Ibu dan Anak. Pembentukan RSIA sebagai BLUD untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekayaan RSIA sebagai BLU Daerah merupakan kekayaan Daerah Provinsi Aceh yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan RSIA yang bersangkutan.

RSIA untuk menjadi BLUD harus

mendapatkan penetapan dari Gubernur Provinsi Aceh.Penetapan RSIA menjadi BLUD dari Gubernur Provinsi Aceh dapat diperoleh setelah terlebih dahulu memenuhi persyaratan substatif, teknis dan administratif sebagaimana disebutkan di dalam PP Pengelolaan Keuangan BLUD, Pasal 4.

Pemerintah Aceh telah membentuk Tim Penilai untuk melakukan pengkajian dan inventarisasi terhadap persyaratan teknis, substantif dan administratif untuk menetapkan BLUD pada Rumah Sakit Ibu dan Anak sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/689/2011 tentang Penetapan Pengelolaan Keuangan BLUD pada Rumah sakit Ibu Anak Aceh. Hasil penetapan Surat Keputusan Gubernur Aceh dimaksud, merupakan hasil rekomendasi dari tim penilai yang terdiri dari Sekretaris Daerah Aceh sebagai penanggung jawab dengan Anggota Instansi Bappeda Aceh, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, Badan Kepegawaaian Pendidikan dan Pelatihan Aceh, Inspektorat Aceh, Biro Organisasi, Biro Keistimewaan Aceh dan Biro Hukum.

Dalam pelaksanaan Penetapan Surat Keputusan penetapan Pengelolaan Keuangan BLU Daerah terhadap RSIA Tim Penilai dalam melakukan pengkajiaan dan penilaian terhadap dokumen yang disampaikan oleh Pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh belumlah optimal, karena tidak semua anggota tim yang dibagi dalam beberapa Pokja memiliki pengetahuan tentang makna dan urgensi dibentuknya BLUD, bahkan dalam prosesnya terkesan dipaksakan hanya untuk memenuhi ketentuan dari pada Undang-Undang Rumah Sakit dan Undang-Undang tentang Kesehatan yang mengamanatkan bahwa setiap Rumah Sakit milik

(6)

25 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

Pemerintah harus mengelola keuangan dengan sistem BLU untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Adapun hasil penilaian dari anggota tim terhadap dokumen yang dinilai semua memberikan nilai dengan predikat memuaskan walaupun ada dokumen yang belum memenuhi persyaratan bahkan ada yang tidak dilampirkan pada saat dilakukan penilaian seperti dokumen rencana strategis bisnis yang definitif dan juga laporan keuangan Pokok, sebenarnya hal ini telah mengabaikan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam penetapan surat keputusan pengelolaan keuangan BLU pada rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh.

Disamping itu perlu dikaji kembali dalam penetapan status BLUD terhadap Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh tidak langsung diberikan status BLUD secara penuh tapi diberikan BLUD secara bertahap terlebih, mengingat Instansi Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh dalam pelaksanaan penilaian dokumen usulan masih ada persyaratan yang belum dipenuhi dan juga Rumah Sakit Ibu dan Anak belum pernah ditetapkan sebagai BLUD bertahap terlebih dahulu, yang sesudah 2 (dua) tahun baru kemudian bila dalam penerapan pengelolaan BLUD bertahap dapat ditingkatkan menjadi BLUD penuh hal sesuai dengan maksud dan amanat dari Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 dan Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLU Daerah.

Sebenarnya untuk memenuhi prinsip-prinsip yang baik dalam pembentukan sebuah keputusan/ketetapan sebagai dasar tindakan pemerintah yang sah dalam penyelenggaraan

pemerintahan, hal ini juga perlu diperhatikan dalam penetepan BLU Daerah Rumah Sakit Ibu dan Anak,ada dokumen yang diusulkan oleh Pihak Manajemen RSIA kepada Gubernur Aceh wajib melampirkan semua persyaratansebagaimana yang diamanatkan dalam Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLU Daerah yang dalam Pasal 9 huruf b disebutkan bahwa salah satu persyaratan teknis wajib dilampirkan adalah dokumen kinerja keuangan yang sehat yang mana dokumen persyaratan dimaksud pada saat dilakukan penilaian yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Gubernur Aceh tidak dilampirkan oleh pihak RSIA.

RSIA yang telah menjadi BLUD juga dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan jasa layanan kesehatan yang diberikan yang ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan yang ditetapkan oleh gubernur. Tarif layanan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat, sebagaimana disebutkan di dalam PP Pengelolaan Keuangan BLU, Pasal 9.

RSIA Sejak ditetapkan sebagai BLUD oleh Gubernur Aceh dari tahun 2011 masih mengelola keuangan dengan menggunakan instrument Rencana Kerja Anggaran (RKA) belum menerapkan instrument Rencana Bisnis Anggaran (RBA) belum memanfaatkan fleksibilitas yang diberikan dengan adanya Status BLUD. Tapi dalam memanfaatkan pendapatan yang diperoleh manajemen RSIA telah menggunakan pola pengelolaan BLUD yang mana dalam penggunaan pendapatan mareka langsung mengunakan pada hal untuk dapat menggunakan

(7)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 26 pendapatan secara langsung haruslah berdasarkan

instrument Rencana Bisnis Anggaran (RBA). Hal tersebut diatas sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan karena setiap pendapatan yang diperoleh harus terlebih dahulu disetor ke kas Daerah kecuali terhadap instansi pemerintah yang menerapkan BLUD yang telah menyusun Rencana Bisnis Anggaran yang merupakan penjabaran dari rencana stategis Bisnis, Manajemen RSIA sampai tahun 2013 dari sejak ditetapkan sebagai BLUD belum membuat Rencana Bisnis Anggaran yang definitif. Hal ini belum sejalan dengan konsep pengelolaan keuangan BLU.

Berdasarkan PP Pengelolaan Keuangan BLU, RSIA sebagai BLUD diharuskan menyusun rencana bisnis dan anggaran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan BLUD pada tahun berjalan atau yang akan datang agar pelaksanaan BLUD RSIA berjalan dengan baik untuk meraih target yang diharapkan. BLUD RSIA harus menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Daerah (RBA BLUD) disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan APBD.

Berbeda dengan instansi daerah biasa yang non BLUD, anggarannya hanya diperoleh dari anggaran daerah yang telah dialokasikan dalam APBN/APBD. BLUD RSIA selain dapat mendapatkan anggaran daerah yang dialokasikan di dalam APBD, juga menerima pendapatan dari masyarakat sebagai hasil layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, sebagaimana disebutkan di dalam PP Pengelolaan Keuangan BLU, Pasal 14. Di dalam

UU Rumah Sakit juga disebutkan, Rumah Sakit dapat memungut biaya kepada masyarakat atas layanan kesehatan yang diberikan.

Pendapatan BLUD RSIA yang berasal dari APBN/APBD, jasa layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain serta hasil kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya dikelola langsung untuk membiayai dan digunakan untuk biaya operasional sesuai dengan RBA.

Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek bisnis yang sehat. Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA. Belanja BLUD yang melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat persetujuan gubernur. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dan APBN/APBD kepada pimpinan lembaga kepala SKPD. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa pemerintah daerah, sebagaimana disebutkan dalam PP Pengelolaan Keuangan BLU, Pasal 15.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dalam Pelaksanaan Penetapan Status Rumah Sakit Ibu dan Anak Sebagai Badan Layanan Umum Daerah, Gubernur Aceh membentuk tim penilai untuk melakukan verifikasi dan penelitian terhadap dokumen usulan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk menjadi

(8)

27 - Volume 3, No. 1, Februari 2015

Badan Layanan Umum Daerah. Dalam pelaksanaan penilaian ada persyaratan yang tidak dipenuhi yaitu persyaratan teknis dan persyaratan administratif, dan bila dikaji dari aspek tata kelola organisasi serta tingkat kesiapannya belum layak untuk ditingkatkan pengelolaannya menjadi Badan Layanan Umum Daerah, namum Tim Penilai tetap merekomendasikan kepada Gubernur Aceh untuk menetapkan Rumah Sakit Ibu dan Anak sebagai Badan Layanan Umum Daerah sebagimana yang tercantum dalam Keputusan Gubernur Aceh Nomor 445/688/2011 tentang tentang Penetapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah pada Rumah Sakit Ibu dan Anak tertanggal 20 Desember 2011.

2. Dalam Implementasi tata kelola keuangan Rumah Sakit Ibu dan Anak setelah menjadi Badan Layanan Umum Daerah belum memanfaatkan fleksibilitas yang diberikan untuk pengelolaan keuangan karena belum ada Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang definitif, sebenarnya dengan status BLUD setiap perolehan pendapatan dari APBN/APBD, hibah, hasil kerjasama dengan pihak serta dari imbalan jasa layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakatdapat dikelola langsung untuk biaya operasional sesuai dengan instrument Rencana Bisnis Anggaran (RBA) yang definitif Namun dokumen Rencana Bisnis Anggaran (RBA) sampai tahun anggaran 2013 belum disahkan oleh Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) dan juga belum

ada Standar Tarif Layanan sebagai salah satu instrument untuk dapat mengukur target pendapatan yang akan diperoleh sebagai badan layanan umum daerah.

Saran

1. Disarankan kepada Gubernur Aceh untuk melakukan evaluasi kembali terhadap penetapan status BLU Daerah pada Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh karena dalam penilaian yag telah dilakukan oleh Tim Penilai belum sesuai dengan mekanisme yang berlaku, bahkan ada beberapa persyaratan yang diwajibkan belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh.

2. Disarankan kepada Gubernur Aceh untuk melakukan peningkatan pembinaan Sumber Daya Aparatur yang handal dalam mengimplimentasikan tata kelola keuangan BLUD serta melakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan fleksibilitas yang diberikan untuk menghindari timbulnya penyelewengan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bambang Istianto HP, 2011, Manajemen Pemerintahan (Dalam Perspektif Pelayanan Publik), Edisi 2, Jakarta, Mitra Wacana Media.

Endang Wahyati Yustina. 2012, Mengenal Hukum

Rumah Sakit. Bandung, CV. Keni Media.

Husni Thamrin. 2013, Hukum Pelayanan Publik di

Indonesia, Cetakan II, Yogyakarta, Aswaja

Pressindo.

Joarana Amiruddin, 2008, Pelayanan Publik (Antara

(9)

Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 28

di Beberapa Kota di Indonesia), Jakarta ,

Gramedia.

Mediya Lukman. 2013, BLU dari Birokrasi Menuju

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian persediaan adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali” (Sutrisno, 2001:95).Menurut

Pemerintah menargetkan penandatanganan perjanjian pinjaman proyek pelabuhan Patimban dengan Jepang 2 Investor Daily (Halaman, 6) Kamis, 29 Desember 2016 Jalan Layang

Karena petugas yang sedikit sedangkan dituntut dapat bekerja profesional dalam mengawasi atau menganalisi nasabah yang melakukan pembiayaan maka upaya yang harus

Pelatihan sosialisasi Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini

Akibat restatement tersebut Anadarko mengalamipenurunan pendapatan hingga US $ 322 juta untuk tahun 2006 dan penurunannilai pada akun laba ditahan sebesar US $

Masukkan Haan Whiptopp Baking & Cooking, telur, gula, garam dan vanilla extract dalam mixing bowl, aduk hingga tercampur rata dan tuang ke dalam

Kontrak Pekerjaan ini diterjemah dari teks asal Bahasa Inggeris yang dikeluarkan oleh Kementerian Sumber Manusia, Malaysia (KSM) atas inisiatif The Forest Trust ( TFT Malaysia

Berdasarkan standar penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan adalah 10 menit, dan pelayanan dokumen rekam medis pelayanan rawat inap selama 15 menit