• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA

DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL

BAHASA JERMAN

Ayu Riani Sondari

Abstraksi

Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari tata bahasa, contohnya pada materi Possessivartikel (Kata Ganti Kepemilikan). Bahasa Inggris sebagai bahasa asing pertama di sekolah, dapat membantu untuk memudahkan pembelajaran. Hal ini disebabkan penguasaan sebuah bahasa dapat menunjang penguasaan bahasa lainnya. Alasan tersebut yang mendasari penulis untuk mengadakan penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris siswa SMA, (2) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman siswa SMA, (3) hubungan antara penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris dan penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman, dan (4) kontribusi penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris terhadap penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman. Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif analitik dengan teknik analisis kolerasi dan teknik analisis regresi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penguasaan possessive adjective dan Possessivartikel siswa SMA.

Kata kunci: Possessivartikel, Possessive Adjective, kata ganti kepemilikan, penguasaan bahasa, transfer tata bahasa

Pendahuluan

Tata bahasa merupakan aspek yang berpengaruh dalam mempelajari bahasa asing. Belajar tata bahasa dapat saja menjadi hal yang cukup sulit, terutama bagi siswa SMA. Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, diketahui bahwa banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari tata bahasa, salah satunya dalam materi Possessivartikel. Hal ini dibuktikan dari hasil tes mengenai materi Possessivartikel atau

(2)

kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman yang dikerjakan oleh siswa kelas XI IPA dan IPS di sebuah sekolah. Dari hasil tersebut, diketahui masih banyak siswa yang kesulitan menentukan bentuk kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman. Siswa masih kurang jeli menentukan subjek yang menjadi penentu sebuah kata ganti kepemilikan. Selain itu, kata ganti kepemilikan masih sering tertukar dengan bentuk pronominal dalam bahasa Jerman. Tertukarnya kedua bentuk ini mungkin saja disebabkan kurangnya pengalaman siswa dalam mempelajari bahasa Jerman, sehingga untuk mempermudah pembelajaran siswa sering menggunakan kaidah bahasa Indonesia sebagai bahasa yang terlebih dahulu dikuasainya. Dalam kasus kata ganti kepemilikan, pola bahasa Indonesia dengan pola bahasa Jerman berbeda, contohnya seperti berikut:

(1) Rina ist seine Schwester.

(2) Rina adalah Kepunyaan dia saudara perempuan ‘Rina adalah saudara kepunyaan dia (-nya).’

Dari contoh kalimat di atas, dapat terlihat perbedaan antara pola bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Perbedaan pertama dapat terlihat dari posisi kata ganti kepemilikan pada kedua bahasa. Posisi kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman adalah di depan nomina, sedangkan dalam bahasa Indonesia di belakang nomina. Perbedaan kedua dapat dilihat dari bentuk perubahan pronomina. Dalam bahasa Jerman, sein berasal dari kata er (dia laki-laki) yang mengalami perubahan bentuk pada kasus kepemilikan. Sementara itu, kata ‘dia‘ yang menunjukkan kepemilikan dalam bahasa Indonesia sama dengan kata ’dia‘ sebagai subjek, akan tetapi ketika menghadapi kasus kepemilikan kata ’dia’ diberi tambahan kata ’kepunyaan‘ atau dilebur menjadi ’-nya‘.

Penggunaan kaidah bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya seperti di atas disebut transfer tata bahasa. Akan tetapi, transfer kaidah tata bahasa antara satu bahasa ke bahasa lainnya tidak dapat begitu saja dilakukan. Pada kasus tersebut dapat dikatakan bahwa transfer kaidah kata ganti kepemilikan dari tata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman mengalami hasil yang negatif. Lain halnya jika siswa melakukan transfer tata bahasa Jerman tersebut dengan bahasa Inggris. Berikut contohnya:

(3) Rina ist seine Schwester. (kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman)

(3)

Pada kalimat (3) dan (4) terdapat kemiripan struktur di antara kedua bahasa. Kemiripan tersebut ditunjukkan dengan struktur kata ganti kepemilikan yang sama di antara kedua bahasa. Sama seperti pada bahasa Jerman, dalam bahasa Inggris kata ganti orang ketiga untuk laki-laki dan perempuan dibedakan. ‘His’ pada kalimat (7) merupakan kata ganti kepemilikan untuk laki-laki dalam bahasa Inggris yang asalnya dari ‘he’ (kata ganti orang ketiga untuk laki-laki). Selain itu, penempatan kata ganti kepemilikan di antara kedua bahasa adalah di depan nomina. Dari permasalahan ini, dapat disimpulkan transfer tata bahasa Inggris mungkin saja dilakukan untuk memudahkan pembelajaran bahasa Jerman. Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan adanya penelitian untuk melihat pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Jerman. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman siswa SMA.

Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan tentang: (1) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris siswa SMA, (2) penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman siswa SMA, (3) hubungan antara penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris dan penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman, dan (4) kontribusi penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Inggris terhadap penguasaan kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman.

Di samping itu, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk: (1) memberikan gambaran mengenai hubungan antara penguasaan bahasa Inggris siswa SMA dan penguasaan Possessivartikel bahasa Jerman. (2) menjadi referensi untuk penelitian lanjutan, sekait hubungan bahasa asing pertama dengan penguasaan bahasa asing kedua atau selanjutnya.

Landasan Teoretis

1. Hakikat Penguasaan Bahasa

Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan untuk berbahasa. Kemampuan berbahasa tersebut merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Chomsky

(Fachrurrozi, 2010: 24) berpendapat “...bahasa adalah potensi dasar yang dimiliki manusia sejak lahir”. Pentingnya penguasaan bahasa menuntut setiap orang untuk mempelajari bahasa, sekalipun bahasa ibunya sendiri. Penguasaan bahasa menurut

(4)

bahasa atau kosakata baru”. Periode yang dimaksud dalam kutipan ini adalah sepanjang hayat. Jadi, selama pembelajar masih mendapatkan kosakata baru atau masih menggunakan kosakata yang sudah didapatkan, maka proses penguasaan bahasa itu masih berlangsung. Skinner (Fachrurrozi, 2010: 22) mengemukakan bahwa “penguasaan bahasa adalah berupa kebiasaan-kebiasaan yaitu melalui stimulus, respon, dan penguatan”. Penguatan yang dimaksud pada kutipan ini adalah proses pembelajaran. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa pembelajar bahasa tidak dapat hanya mengandalkan kemampuan berbahasa yang dimiliki, akan tetapi tetap perlu adanya penguatan bahasa yang sudah didapatkan.

Penguasaan bahasa pertama, kedua, dan selanjutnya masing-masing memiliki proses yang berbeda. Bahasa pertama lazimnya dapat dikuasai secara alami, akan tetapi bahasa kedua dan selanjutnya tidak begitu saja dapat langsung dikuasai. Namun, ternyata bahasa pertama dapat mempengaruhi penguasaan bahasa kedua dan selanjutnya. Iven (Thürsam: 2006) dalam E-Book www.books.google.co.id berpendapat bahwa “Muttersprache bildet also das notwendige Grundgerüst um eine zweite Sprache zu erlernen. Aus diesem Grund ist es sehr wichtig, dass ein Kind die Muttersprache zunächst festigt, bevor es die zweite Sprache hinzulernt”. Kutipan ini mengandung arti ‘bahasa ibu membentuk kerangka dasar yang penting dalam mempelajari bahasa kedua. Dalam hal ini jika seorang siswa ingin menguasai bahasa kedua atau bahasa asing, maka siswa tersebut dianjurkan untuk menguasai bahasa pertama terlebih dahulu secara ajeg. Keberhasilan siswa menguasai bahasa pertama dapat menjadi aspek yang diperhitungkan dalam penguasaan bahasa kedua atau selanjutnya.

a. Penguasaan Bahasa Pertama

Bagi siswa yang terlahir di era modern, terutama bagi siswa yang orang tuanya melakukan pernikahan campuran antarsuku atau berada dalam masyarakat yang heterogen seperti di kota-kota besar, ada kecenderungan bahasa ibu yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Jika seorang siswa lahir dari orang tua yang berada dalam lingkungan suku budaya yang homogen, maka terdapat kemungkinan bahasa pertama yang dikuasai adalah bahasa daerahnya. Lain lagi dengan masyarakat seperti di negara-negara wilayah Eropa yang lebih homogen. Masing-masing negara memiliki

(5)

bahasanya masing-masing dan dalam Baginda (2011: 47) disebutkan bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa kedua sekaligus bahasa asing pertama yang dipelajari di Eropa.

Bahasa pertama atau disebut juga bahasa ibu. Pengertian bahasa ibu menurut

Kloiber (2003) dalam E-Book http://www.grin.com/de/e-book/109781/was-ist-der-unterschied-zwischen-mutter sprache-fremdsprache-und-zweitsprache yaitu “…die ‚Muttersprache’ als eine Sprache, „die jeder als Kind von den Eltern oder anderen Bezugspersonen gelernt hat und im primären Sprachgebrauch verwendet”. Kutipan tersebut mengandung arti bahwa ‘bahasa ibu sebagai bahasa yang dipelajari setiap orang saat masih kecil dari orang tua atau orang terdekat lainnya dan digunakan sebagai bahasa primer’. Iskandarwassid (2008: 78) juga mengemukakan bahwa “bahasa ibu jika dilihat dari urutan pemerolehannya disebut juga bahasa pertama sebab bahasa ibu itu yang terlebih dahulu dikuasai seorang anak”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa ibu biasanya digunakan seorang ibu dalam rangka berinteraksi dengan anaknya ketika masih bayi. Bahasa tersebut juga menjadi bahasa primer yang digunakan anak-anak sehari-hari.

b. Penguasaan Bahasa Kedua/Asing

Berkat perkembangan informasi dan komunikasi di dunia, muncul kebutuhan di dunia pendidikan yang menyebabkan para siswa perlu untuk menguasai dua bahasa, bahkan tiga bahasa sekaligus atau lebih. Bahasa kedua adalah bahasa lain atau bahasa asing yang dipelajari setelah bahasa pertama atau bahasa ibu. Klein (Kloiber, 2003) dalam E-Book http://www.grin.com/de/e-book/109781/was-ist-der-unterschied-zwischen-muttersprache-fremdsprache-und-zweitsprachemengemukakan bahwa bahasa kedua yaitu “…Zweitsprache hingegen ist eine Sprache, die nach oder neben der Erstsprache als zweites Mittel der Kommunikation dient und gewöhnlich in einer sozialen Umgebung erworben wird, in der man sie tatsächlich spricht”. Kutipan ini mengandung arti bahwa ‘bahasa kedua adalah bahasa yang digunakan setelah atau bersamaan dengan bahasa pertama sebagai alat komunikasi yang kedua dan biasanya diperoleh dari sebuah lingkungan sosial, di tempat bahasa tersebut digunakan’.

Terdapat dua proses penguasaan bahasa kedua/asing, yaitu dengan pendekatan transfer struktur bahasa dan pembelajaran universal (Selinker, 2008: 151). Pola transfer struktur bahasa yaitu penguasaan bahasa yang ditunjang dengan penguasaan bahasa

(6)

sebelumnya, sedangkan pembelajaran yang universal adalah proses penguasaan bahasa yang tidak disangkutkan kepada bahasa terdahulu, yakni melalui kemampuan berbahasa manusia. Selinker (2008: 151) mengetengahkan dua penelitian dalam proses penguasaan bahasa kedua/asing. Penelitian pertama dilakukan oleh Frenck-Mestre yang menganut teori penguasaan bahasa kedua/asing dengan pendekatan transfer struktur bahasa. Mereka melakukan penelitian terhadap pembelajar yang berbahasa Inggris dan bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu dan keduanya sedang mempelajari bahasa Perancis sebagai bahasa kedua. Frenck-Mestre menuturkan bahwa “this suggests an important role for L1 processing when confronted with the L2”. Kutipan ini berarti ‘dalam penelitian ini (this merujuk pada penelitian) ditunjukkan bahwa pentingnya peran proses penguasaan bahasa pertama saat dihadapkan dengan proses penguasaan bahasa kedua’.

Penelitian kedua dilakukan oleh VanPatten dan Keating yang menganut teori penguasaan bahasa kedua/ asing melalui pembelajaran universal. VanPatten dan Keating menyimpulkan “learners begin with universal processing principle and not with their L1 processing strategy, although they do abandon their L1 strategies with greater proficiency”. Kutipan ini mengandung arti ‘peserta didik mulai dengan prinsip pengolahan universal dan tidak dengan strategi pengolahan bahasa pertama mereka, meskipun mereka meninggalkan strategi penguasaan bahasa pertama mereka dengan kemampuan yang lebih besar’.

Untuk menengahi kedua proses penguasaan bahasa kedua/ asing yang berbeda ini, Selinker menyimpulkan bahwa “It may be that with more complex syntax as in the case of the Frenck-Mestre studies, a greater reliance on L1 may be found”. Ini mengandung arti ‘bisa jadi pada sintaksis yang lebih kompleks seperti pada penelitian yang dilakukan Frenck-Mestre, ketergantungan besar terhadap bahasa pertama dapat ditemukan’.

Menurut Hoffmann dalam http://home.edo.tu-dortmund.de/~Hoffmann/ ABC/Spracherwerb.html penguasaan bahasa pertama berkaitan erat dengan penguasaan bahasa kedua, seperti berikut:

Zweitsprachliche Strukturen können an erstsprachliche Mental angedockt sein. Aus sprachwissenschaftlicher Sicht wichtig ist die ausreichende Entwicklung der Erstsprache, jede Sprache bedeutet einen Bereicherung, jede lässt die Welt etwas anders sehen.

(7)

Makna kutipan di atas adalah dari sisi linguistik, bahasa dapat menunjang satu sama lain, meskipun setiap bahasa berbeda. Berdasarkan aspek linguistik itu pula yang menjadi landasan bahwa proses penguasaan bahasa kedua/asing melalui transfer struktur bahasa dapat dilakukan.

Selain itu, Lado (Iskandarwassid, 2008: 88) yang mengkampanyekan teori analisis kontrastif, menyebutkan bahwa,

pemerolehan bahasa kedua sedikit banyak keberhasilannya ditentukan oleh bahasa yang telah dikuasai sebelumnya oleh peserta didik... jika bahasa pertama yang dipelajari memiliki kesamaan dengan bahasa kedua, maka terjadi semacam kemudahan proses belajarnya, yaitu melalui transferisasi. Namun, jika struktur di antara kedua bahasa tersebut ternyata berbeda, maka akan terjadi transfer negatif yang menyebabkan pembelajar bahasa kesulitan memperoleh bahasa yang sedang dipelajarinya tersebut.

Kutipan yang dikemukakan Lado tersebut diperkuat oleh Skinner dalam teori transfer yang diusung olehnya yaitu “teori transfer (dalam teori belajar) adalah suatu proses pengoperan prilaku yang telah dipelajari dari satu situasi kepada situasi lainnya negatif dan positif” (Tarigan, 2009: 64). Pada teori ini dikemukakan bahwa terdapat stimulus dan respon dalam pengajaran bahasa kedua atau asing ini.

2. Perbandingan Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Jerman dan dalam Bahasa Inggris

a. Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Jerman

Pengertian Possessivwörter menurut Neubold (2008: 12) yakni “Possessivwörter zeigen den Besitz oder eine Zugehörigkeit an”. Maksudnya adalah ‘Possessivwörter adalah untuk menunjukkan kekuasaan atau kepemilikan’. Lebih spesifik lagi, Neubold juga membagi Possessivwörter ini ke dalam 2 (dua) bentuk, sebagai berikut:

a. Possessivartikel

Possessivartikel dalam Neubold (2008:12) adalah “begleiten ein Subtantiv. Sie ersetzen einen Artikel”. Kutipan ini mengandung arti ‘Possessivartikel menyertai sebuah nomina. Contoh kalimat dengan Possessivartikel adalah sebagai berikut:

(1) Das ist mein Buch. (Possessivartikel) Ini adalah milik saya buku.

(8)

b. Possessivpronomen

Possessivpronomen dalam Neubold (2008: 12) adalah “ersetzen meistens ein Subtantiv”. Kutipan ini berarti ‘Possessivpronomen menggantikan keseluruhan nomina’. Contoh kalimat dengan Possesivpronomen adalah sebagai berikut:

(2) Das Buch ist meines . (Possessivpronomen) Ini buku adalah milik saya.

‘Buku ini adalah milik saya’

Dari teori yang telah diuraikan dapat terlihat adanya kesamaan fungsi dari Possessivartikel dan Possessivpronomen, akan tetapi pada pola keduanya terdapat perbedaan.

b. Kata Ganti Kepemilikan dalam Bahasa Inggris

Dalam bahasa Inggris, possessive case terbagi menjadi 2 (dua) yaitu: possessive pronoun dan possessive adjective (Kardimin, 2007: 97).

a. Possessive Pronoun

Riyanto (2010: 19) menjelaskan pengertian possessive pronoun adalah “words that used to express possession. They can stand alone. They are not followed by noun”. Artinya ‘kata yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Kata ganti tersebut dapat berdiri sendiri dan tidak diikuti nomina’. Contoh penggunaan possessive pronoun dalam kalimat:

(1) The red bag is mine. (possessive pronoun) Merah tas adalah milik saya

‘tas merah itu adalah milik saya’ b. Possessive Adjective

Di dalam bahasa Inggris dikenal juga possessive adjective yang memiliki fungsi seperti Possessivartikel yaitu sebagai kata ganti kepemilikan yang menggantikan Artikel yang melekat pada suatu benda. Riyanto (2010: 19) mengemukakan bahwa “possessive adjective are words that are used to express possession. They can not stand alone, but they are followed by a noun”. Artinya ‘kata yang digunakan untuk menyatakan kepemilikan. Kata ganti kepemilikan ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi diikuti nomina’. Contoh penggunaan possessive adjective dalam kalimat adalah sebagai berikut:

(9)

(1) Please bring my bag ! (possessive adjective) Tolong bawakan milik saya tas !

‘Tolong bawakan tas saya!’

Dari teori yang telah diuraikan dapat terlihat bahwa terdapat kesamaan fungsi pada pola possessive adjective dan possessive pronoun, akan tetapi terdapat perbedaan pola. .

c. Perbandingan antara Possessivartikel dan Possessive Adjective

Perubahan yang terdapat pada pronomina dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris dapat dikatakan hampir sama, sedangkan pronomina dalam bahasa Indonesia tidak banyak mengalami perubahan. Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa di antara kedua struktur bahasa ini dapat saling menunjang dalam pembelajaran.

Dalam penggunaan pola Possessivartikel dan possessive adjective siswa dapat terbantu, karena keduanya sama-sama menggunakan struktur frase menjelaskan-dijelaskan (MD), sehingga kata ganti kepemilikan dari kedua bahasa sama-sama menempati posisi di depan nomina. Berikut ini contoh kalimat kata ganti kepemilikan:

(1) Dia adalah ibu saya.

Jika dianalisis struktur kedua bahasa tersebut, seperti berikut:

(2) Sie ist meine Mutter . (Bahasa Jerman)

subjek predikat possessivartikel nomina

M D

She is my mom . (Bahasa Inggris)

subjek predikat possessive adjective nomina

M D

Struktur ini tidak sama dengan kaidah bahasa Indonesia yang memiliki pola frase dijelaskan-menjelaskan (DM), sebagai berikut:

(3) Dia adalah ibu saya.

subjek predikat nomina kata ganti kepemilikan D M

Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan, ditemukan adanya kemiripan pada materi Possessivartikel dan possessive adjective ini, contohnya pada bentuk dan struktur yang

(10)

telah diuraikan. Oleh sebab itu, dapat diperkirakan bahwa penguasaan materi possessive adjective dapat menunjang penguasaan materi Possessivartikel.

Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara penguasaan possessive adjective (variabel X) dan penguasaan Possessivartikel (variabel Y). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2015 di SMA Negeri 18 Bandung dengan dilakukan tes terkait penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman siswa SMA. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI Lintas Minat A yang keseluruhan berjumlah 23 orang.

Dalam pengolahan data penelitian digunakan teknik analisis kolerasi dan teknik analisis regresi. Adapun instrumen yang digunakan terlebih dahulu diujikan kepada 32 orang siswa SMA kelas XI yang mempelajari bahasa Jerman juga. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil tes penguasaan Possessiv adjective siswa SMA, diperoleh rata-rata nilai sebesar 71,5 yang artinya kemampuan siswa dalam menguasai materi ini termasuk pada kategori baik. Sementara itu, dari hasil tes penguasaan Possessivartikel siswa SMA diperoleh rata-rata nilai sebesar 57,3 yang artinya kemampuan siswa dalam menguasai materi ini termasuk pada kategori cukup.

Hasil pengujian hipotesis melalui teknik analisis kolerasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penguasaan possessive adjective siswa dan penguasaan Possessivartikel. Sementara itu, dari hasil penghitungan uji-t hubungan di kedua variabel ini signifikan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa secara parsial variabel X dan Y terikat satu sama lain. Akan tetapi, perlu diperhatikan juga hasil yang diperoleh melalui penghitungan uji-F menunjukkan bahwa variabel X tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y secara simultan (bersama-sama), yang artinya hubungan di antara dua variabel ini tidak signifikan. Dari hasil penghitungan kelinearan garis regresi menunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel tidak berbanding lurus. Hal ini berarti penguasaan possessive adjective tidak mutlak menjadi prediktor. Maka dapat disimpulkan bahwa kolerasi pada kedua variabel ini merupakan hubungan

(11)

fungsional, yang artinya terdapat kemungkinan kedua variabel ini dapat saling mempengaruhi.

Adapun besarnya kontribusi yang diperoleh dari hasil penghitungan, yaitu sebesar 24%. Akan tetapi, kontribusi tersebut dinilai tidak terlalu besar. Dengan kata lain, penggunaan transfer tata bahasa pada materi kata ganti kepemilikan ini tidak mutlak dapat dilakukan. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan siswa untuk menghafal bentuk kata ganti kepemilikan dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris. Meskipun dari polanya mirip dan dapat memudahkan pembelajaran, namun masing-masing memiliki bentuk dan ejaan yang berbeda. Oleh sebab itu, siswa akan tetap kesulitan menguasai materi Possessivartikel apabila siswa tidak benar-benar hafal bentuk dan ejaannya. Selain itu juga, resiko adanya interferensi bahasa juga dapat mengganggu penguasaan bahasa siswa. Adapula faktor-faktor lain yang mempengaruhi siswa dalam menguasai bahasa, yakni seperti dalam Iskandarwassid (2008) : (1) lingkungan dalam kelas; (2) frekuensi belajar; (3) lingkungan luar kelas (masyarakat); (4) pengaruh usia; (5) sikap, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif; (6) minat atau hasrat seseorang; dan (7) kebiasaan membaca.

Simpulan

Dari data yang telah diuji dan dianalisis, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 71,5, penguasaan bahasa Inggris siswa SMA, terutama pada materi possessive adjective dapat dikategorikan baik. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa SMA pada umumnya memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik.

2. Dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa sebesar 57,3, penguasaan bahasa Jerman siswa SMA, terutama pada materi Possessivartikel dapat dikatakan termasuk pada kategori cukup.

3. Terdapat hubungan yang positif antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel. Hal ini dibuktikan melalui hasil penghitungan koefisien kolerasi dengan nilai r = 0,488, dengan derajat hubungan yang termasuk pada kategori cukup baik. Berdasarkan hasil uji–t diketahui bahwa hubungan antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel ini terikat secara parsial. Akan tetapi, dari hasil uji koefisien regresi (Uji-F) diketahui bahwa

(12)

hubungan penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel tidak terikat secara simultan. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penguasaan possessive adjective dan penguasaan Possessivartikel adalah jenis hubungan fungsional.

4. Penguasaan possessive adjective memberikan kontribusi yang positif terhadap penguasaan Possessivartikel. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kontribusi yang diperoleh sebesar 24%.

Daftar Pustaka

Baginda, Putrasulung. 2011. “Analisis Kontrastif Tata Bahasa Antara Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris Serta Implikasinya Terhadap Proses Pembelajaran”. Jurnal Bahasa dan Sastra Jerman: Allemania. Bandung: FPBS UPI vol 1 no. 1.

Fachrurrozi, Aziz dan Mahyuddin, Erta. 2010. Pembelajaran Bahasa Asing. Jakarta Timur: Bania Publishing.

Hoffmann, Ludger. Mehrsprachigkeit und Bilingualismus. [online]. Tersedia dalam http:/www.germanistik.tu/dortmund.de/~hoffman/ABC/Mehrsprachigkeit.html [23 Maret 2015]

Iskandarwassid dan Sunendar, D. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kardimin, Akhmad. 2007. Smart English Grammar. Edisi Revisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kloiber, Julia. 2003. Was ist Unterschied zwischen Erstsprache, Fremdsprache und Zweitsprache, und in Welchem Verhätlnis stehen sie zu Einander. [online]. Tersedia dalam: http://www.grin.com/de/e-book/109781/was-ist-der-unterschied-zwischen-muttersprache-fremdsprache-und-zweitsprache [23 Maret 2015] Neubold, Joachim. 2008. Pons: Grammatik Kurz und Bündig Deutsch. Stuttgart: Ernst

Klettsprachen GmbH.

Riyanto, S, NH, Emilia, dan NH, Leila. 2010. A Handbook of English Grammar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selinker, Larry, dan Grass, Susan. 2008. Second Language Acquisition. Edisi Revisi. Newyork: Routledge Taylor & Francis Group.

Tarigan, Henry. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.

Thürsam, Myra. 2006. B.I.T Online-Inovativ. [Online]. Tersedia dalam http://books.google.co.id/books?id=T16R1a6pMxgC&lpg=PA36&dq=bedeutun g+erstspache+für+zweitsprache & source. [23 Januari 2015]

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Rabu tanggal Satu bulan November tahun Dua Ribu Tujuh Belas , berdasarkan Penetapan Pemenang Nomor : 026/09/POKJA-1/XI/2017 tanggal 1 November 2017, Pokja

Saat ini perguruan tinggi dan lembaga litbang pemerintah telah banyak menghasilkan hasil- hasil riset di bidang fokus energi, transportasi, pertahanan dan keamanan,

Under penalties of perjury, I (full name) ……….…, (designation) ……… ……..declare that I have examined this form, including accompanying schedules and statements, and to

Berdasarkan fenomena di atas, penulis bermaksud melakukan studi lebih intensif melalui penelitian, yang dalam hal ini penelitian difokuskan pada Pengembangan

Windha, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu dan membimbing dalam proses pengerjaan skripsi

PERBANDINGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI SMAN19 BANDUNG. Universitas

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu sebaiknya perusahaan tetap mengunakan metode Sisa Harga Kontrak dalam menentukan perhitungan bunga,

Langkah politik penting yang dihasilkan kongres pemuda tersebut adalah .... (A) membentuk Front