• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 8 - Pengeringan Ekstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelompok 8 - Pengeringan Ekstrak"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN ALAM

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN ALAM

Pengeringan Ekstrak Bahan Alam Pengeringan Ekstrak Bahan Alam

Disusun oleh: Disusun oleh:

Andiani

Andiani Wanda Wanda P P 13064801621306480162

Amirah 1306480244

Amirah 1306480244

M.

M. Rezqi Rezqi Hakim Hakim 13064802761306480276  Nurvita Ulfa S  Nurvita Ulfa S 13064802631306480263 FAKULTAS FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK DEPOK 2016 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Pengeringan Ekstrak Bahan Alam” ini dengan tepat waktu. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Bahan ALam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr.Abdul Mun’im, M. Farm., Apt. selaku dosen mata kuliah ini karena atas bimbingan dan masukan dari beliau, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun kepada kami. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat berguna dan menambah wawasan bagi  penulis maupun pembaca.

Depok, November 2016

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I Pendahuluan ... ... 1 1.1 Latar Belakang ... ... 1 1.2 Tujuan Penulisan ... ... 2 1.3 Metode Penulisan ... ... 2 1.4 Sistematika Penulisan ... ... 2 BAB II Isi ... ... 3 2.1 Oven Vacuum ...3

2.2 Rotary Vacuum Evaporator ...4

2.3 Spray Dryer...5

2.4 Fluidbed Dryer ... ...7

2.5 Vacuum Belt Dryer ...10

BAB III Penutup ... ... 13

3.1 Kesimpulan ... ... 13

3.2 Saran ... 13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, baik berupa tumbuhan tropis maupun biota laut. Sekitar 30.000 jenis tumbuhan dapat ditemukan di Indonesia dan 7000 diantaranya berkhasiat sebagai obat. Namun demikian, potensi yang besar tersebut  belum dimanfaatkan secara optimal dibandingkan dengan negara lain seperti China, yang

lebih dikenal sebagai negara penghasil obat herbal terkemuka di dunia. Dengan kata lain,  pemanfaatan tanaman obat sebagai obat herbal, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dan meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa Indonesia

Pengembangan obat alami di Indonesia sendiri terfokus pada tiga produk, yaitu simplisia, ekstrak, dan herbal. Simplisia merupakan bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan pengeringan. Menurut Departemen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun. Simplisia selanjutnya diolah sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar memenuhi standar mutu dan diuji baik secara  praklinis maupun secara klinis untuk menentukan khasiat dan penggunaan simplisia tersebut.

Tantangan yang dihadapi dalam pembuatan simplisia ini adalah pemilihan teknologi yang tepat guna yang akan diterapkan.

Pengolahan simplisia dilakukan mulai dari proses pengumpulan simplisia hingga  proses produksi. Proses-proses tersebut maliputi pengumpulan simplisia, sortasi kering,  pencucian, pengeringan, sortasi kering, perajangan,  grinding , standarisasi, dan  sampling

simplisia.

Pengeringan termasuk dalam pengolahan simplisia. Tujuan dari pengeringan itu sendiri adalah membunuh mikroorganisme serta menghentikan reaksi enzimatis. Hal tersebut  bertujuan agar simplisia menjadi lebih tahan lama atau awet dan mudah diolah. Proses  pengeringan simplisia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode alami dan buatan. Pengeringan alami memanfaatkan sinar matahari dan udara sedangkan pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan alat. Metode alami dan buatan dapat digabungkan untuk mempercepat proses pengeringan.

(5)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui lebih jauh tentang  bahan alam khususnya tentang pengeringan sebagai proses dalam pengolahan simplisia.

1.3 Metode Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan referensi dari beberapa buku dan berbagai jurnal. Data mengenai sumber acuan yang kami pergunakan dicantumkan lengkap pada daftar  pustaka di halaman terakhir dari makalah ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan 1.3 Metode Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II ISI 2.1 Oven Vacuum

2.2 Rotary Vacuum Evaporator  2.3 Spray Dryer 

2.4 Fluidbed Dryer 2.5 Vacuum Belt Dryer  BAB III Penutup

(6)

BAB II ISI 2.1

Oven vacuum drying

Prinsip pengeringan menggunakan oven vacuum adalah menguapkan air pada suhu rendah dengan mengkondisikan alat pada tekanan rendah (vakum). Pengering ini sangat  berguna untuk memproduksi produk dengan kualitas tinggi , serta meminimalkan

terbuangnya aroma, bahan aktif dan volatil, serta menekan rusaknya nutrisi ( denaturasi  protein, pencoklatan bahan, dan reaksi enzim).

Penggunaan kondisi udara vakum (dibawah tekanan 1 atm) bertujuan untuk menurunkan titik didih dari uap air, sehingga proses pengeringan dapat dilakukan pada suhu rendah. Proses pengeringan dengan kondisi vakum ini sangat cocok untuk pengeringan bahan yang tidak tahan pada suhu tinggi. Mekanisme kerja oven vacuum drying  adalah penurunan tekanan udara pada alat pengering vakum menggunakan pompa vakum yang dihubungkan dengan pendingin air. Udara panas yang keluar dari sistem yang mengandung uap air dikeluarkan dari oven, dan didinginkan di dalam air pendingin (cooling water) supaya tidak merusak pompa vakum.

Diagram alir pengering system vakum

Udara dari luar masuk ke alat pengering vakum. Udara ini disedot oleh pompa vakum agar tekanan udara di dalam alat pengering di bawah satu atm 0,6 - 0.9 atm (dan kemudian digunakan untuk proses pengeringan). Sementara itu udara yang keluar dari pompa vakum dimasukkan ke dalam air pendingin (cooling water ), yang berfungsi vacuum  jet ejector . Demikian seterusnya, sehingga proses pengeringan dapat dilakukan pada tekanan dan suhu

(7)

yang rendah. Pengeringan menggunakan metode ini dapat meningkatkan efisiensi energy karena penggunaan pengeringan pada suhu rendah.

Alat oven vakum 2.2

Rotary Vacuum E vaporator

 Rotary evaporator   bekerja dengan meningkatkan laju evaporasi dari pelarut dengan mengurangi tekanan untuk menurunkan titik didih pelarut, memutar sampel untuk meningkatkan luas permukaan efektif dan memanaskan larutan. Alat ini berfungsi untuk memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (r eceiver flask ). Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping   dan pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lainnya dari alat ini adalah diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan.

(8)

Alat rotary vacuum evaporator 

Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima ( receiver flask). Setelah pelarutnya diuapkan, akan dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid). Biasanya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini (ekstraksi dari bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract ).

(9)

Bagian bagian alat rotary vacuum evaporator

Berdasarkan gambar diatas, receiving flask digunakan untuk menampung pelarut yang telah menguap dan menuju kondensor kemudian mengembun, evaporation flask merupakan tempat sampel yang akan di evaporasi, serta vakum digunakan untuk menurunkan tekanan sehingga proses evaporasi berjalan lebih cepat dan efektif .

2.3

 Spray Dryer 

Teknik pengeringan ini memfasilitasi perubahan suatu sampel dari bentuk cairan ke  bentuk kering dengan menyemprotkan sampel ke hot drying medium atau aliran udara panas. Merupakan proses pengeringan yang kontinyu, sampel yang digunakan dapat berupa cairan, suspensi, dispersi atau emulsi. Produk hasil dapat berupa serbuk, granul atau agglomerat tergantung dari sifat fisika dan kimia sampel, desain alat pengering serta karakteristik sampel yang diinginkan.

Prinsip dasar pengeringan teknik ini adalah memperluas permukaan cairan yang akan dikeringkan dengan cara membentuk droplet yang selanjutnya dikontakkan dengan udara  pengering yang panas. Udara panas akan memberikan energy untuk proses penguapan dan

menyerap uap air yang keluar dari bahan sehingga yang tertinggal hanya serbuk atau bubuk yang ekring. Selanjutnya terjadi pemisahan serbuk.

(10)

Instrumen Spray Dring

Proses spray drying  menurut secara umum terbagi atas lima tahapan yaitu :

1. Concentration: penentuan konsentrasi sampel harus tepat, jika bahan terlalu encer maka harus ada proses pemekatan terlebih dahulu dengan evaporasi atau penguapan. Jika kadar air terlalu tinggi, proses pengeringan kurang maksimal.

2.  Atomization: pada tahap ini, dicapai kondisi optimum untuk penguapan sampel menjadi  produk kering. Terjadi pembentukan droplet dari sampel yang berbentuk cairan. Tujuan dari proses ini adalah memperluas permukaan sehingga pengeringan terjadi lebih cepat. 3.  Droplet-air contact : di dalam chamber, atomized liquid   akan terpapar dengan udara  panas, menghasilkan penguapan lebih dari 95% air yang berada pada droplet sampel dalam beberapa detik, proses kontak droplet dengan udara panas ini menyebabkan terjadinya pengeringan secara simultan.

4.  Droplet drying  : dari proses sebelumnya dihasilkan bubuk yang akan jatuh ke bawah drying chamber (ruang pengering)

5. Separation: pemisahan sampel yang diinginkan dengan udara hasil pengeringan menggunakan gaya sentrifugal. Udara dibuang sedangkan sampel dalam bentuk  partikel kecil akan di-blow sehingga bergabung lagi dengan produk dalam line process.

(11)

Keuntungan dari metode ini adalah alat bisa didesain untuk berbagai kapasitas pengeringan, dari beberapa kg per jam hingga 200 kg per jam. Pengeringan terjadi secara terus-menerus,  bisa digunakan untuk senyawa yang thermostabil dan thermolabil, menghasilkan partikel sferis. Kekurangan dari metode ini adalah memerlukan biaya yang cukup tinggi, hanya dapat digunakan pada produk cair dengan kekentalan tertentu, dan tidak dapat diaplikasikan pada  produk yang punya sifat lengket karena akan menyebabkan penggumpalan dan penempelan  pada permukaan alat.

2.4

F luid Bed Dryer

Pengeringan hamparan terfluidisasi adalah proses pengeringan dengan memanfaatkan aliran udara panas dengan kecepatan tertentu yang dilewatkan menembus hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut memiliki sifat seperti fluida. Metode pengeringan fluidisasi digunakan untuk mempercepat proses pengeringan dan mempertahankan mutu bahan kering. Pengeringan ini banyak digunakan untuk pengeringan bahan berbentuk partikel atau butiran,  baik untuk industri kimia, pangan, keramik, farmasi, pertanian, polimer dan limbah. Proses  pengeringan dipercepat dengan cara meningkatkan kecepatan aliran udara panas sampai bahan terfluidisasi. Dalam kondisi ini terjadi penghembusan bahan sehingga memperbesar luas kontak pengeringan, peningkatan koefisien perpindahan kalor konveksi, dan peningkatan laju difusi uap air. Kecepatan minimum fluidisasi adalah tingkat kecepatan aliran udara terendah dimana bahan yang dikeringkan masih dapat terfluidisasi dengan baik, sedangkan kecepatan udara maksimum adalah tingkat kecepatan tertinggi dimana pada tingkat kecepatan ini bahan terhembus ke luar ruang pengering.

Prinsip kerja fluid bed dryer  didesain menggunakan aliran udara panas di dasar produk wadah yang diisi dengan materi atau bahan yang akan dikeringkan. Kemudian diinduksi dengan cara blower dan udara segar tersedot ke unit. Sistem udara panas ini memperluas tempat tidur materi pada kecepatan tertentu dan menciptakan turbulensi dalam produk atau dikenal dengan tahapan fluidisasi agar menciptakan kondisi yang hampir ideal untuk pengeringan. Proses fluidisasi menghasilkan partikel padat dimana setiap partikel yang dikelilingi oleh udara  panas, udara panas yang di transfer sangat tinggi dan seragam. Produk kering cepat tanpa kerugian yang cukup panas. Metode ini cukup efisien untuk proses pengeringan dibanding dengan tray dryer  karena menghasilkan produk yang kering yang seragam dan cepat dengan menggunakan suhu yang tinggi.

(12)

Alat ini paling cocok untuk pengeringan bahan jenis kristal, butiran , bahan obat-obatan yang kasar, baik bahan kimia, pewarna, makanan.  Fluid bed dryer   tidak cocok untuk  pengeringan bahan pasta dan cair.

Berikut ini adalah bagian-bagian mesin pengering sistem fluidisasi : 1. Kipas ( Blower )

Kipas ( Blower ) berfungsi untuk menghasilkan aliran udara, yang akan digunakan pada  proses fluidisasi. Kipas juga berfungsi sebagai penghembus udara panas ke dalam ruang  pengering juga untuk mengangkat bahan agar proses fluidisasi terjadi.

2. Elemen Pemanas (heater )

Elemen Pemanas (heater ) berfungsi untuk memanaskan udara sehingga kelembaban relatif udara pengering turun, dimana kalor yang dihasilkan dibawa oleh aliran udara yang melewati elemen pemanas sehingga proses penguapan air dari dalam bahan dapat berlangsung.

3.  Plenum

 Plenum  dalam mesin pengering tipe fluidisasi merupakan saluran pemasukan udara  panas yang dihembuskan kipas ke ruang pengeringan. Bagian saluran udara ini dapat  berpengaruh terhadap kecepatan aliran udara yang dialirkan, dimana arah aliran udara tersebut dibelokkan menuju ke ruang pengering dengan bantuan sekat-sekat yang juga berfungsi untuk membagi rata aliran udara tersebut.

4. Ruang Pengering.

Ruang pengering berfungsi sebagai tempat dimana bahan yang akan dikeringkan ditempatkan. Perpindahan kalor dan massa uap air yang paling optimal terjadi diruang ini. Menurut Mujumdar (2000), tinggi tumpukan bahan yang optimal untuk pengering dengan menggunakan fluid bed dryer  adalah 2/3 dari tinggi ruang pengering.

5.  Hopper .

 Hopper  berfungsi sebagai tempat memasukkan bahan yang akan dikeringkan ke ruang  pengering.

Kelebihan pengering sistem fluidisasi:

1. Aliran bahan yang menyerupai fluida mengakibatkan bahan mengalir secara kontinyu sehingga otomatis memudahkan operasinya.

2. Pencampuran atau pengadukan bahan menyebabkan kondisi bahan hampir mendekati isothermal.

(13)

3. Sirkulasi bahan diantara dua fluidized bed membuatnya memungkinkan untuk mengalirkan sejumlah besar kalor yang diperlukan ke dalam ruang pengering yang  besar.

4. Pengering tipe fluidisasi cocok untuk skala besar.

5. Laju perpindahan kalor dan laju perpindahan massa uap air antara udara pengering dan  bahan sangat tinggi dibandingkan dengan pengering metode kontak yang lain.

6. Pindah kalor dengan menggunakan pengering tipe fluidisasi membutuhkan area  permukaan yang relatif kecil.

7. Sangat ideal untuk produk panas sensitif dan non-panas sensitif Kekurangan pengering sistem fluidisasi:

1. Sulit untuk menggambarkan aliran dari udara panas yang dihembuskan ke ruang  pengering, dikarenakan simpangan yang besar dari aliran udara yang masuk dan bahan

terlewati oleh gelembung udara, menjadikan sistem kontak/singgungan tidak efisien. 2. Pencampuran atau pengadukan bahan padatan yang terus menerus pada hamparan akan

menyebabkan ketidakseragaman waktu diam bahan di dalam ruang pengering, karena  bahan terus menerus terkena hembusan udara panas.

3. Tidak dapat mengolah bahan yang lengket atau berkadar air tinggi dan abrasive.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem Fluid Bed Dryer  adalah pengaturan yang  baik antara: tekanan udara, tingkat perpindahan panas dan waktu pengeringan, sehingga tidak

timbul benturan/gesekan bahan/material pada saat proses pengeringan berlangsung. Untuk  bahan yang lengket atau berkadar air tinggi sangat beresiko mengaplikasikan sistem ini, situasi

seperti ini perlu dilakukan pengkondisian awal yaitu mencampurnya dengan bahan/material keringnya terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan masalah pada unit siklon,demikian pula halnya untuk produk ahir yang halus dan ringan, sangat perlu menggunakan pulse jet bag filter, dikarenakan siklon penangkap produk umumnya tidak mampu berfungsi dengan baik, bahkan dapat menimbulkan polusi udara. Penentuan dimensi ruang bakar, suhu yang diaplikasikan serta volume dan tekanan udara sangat menentukan keberhasilan proses pengeringan, sehingga  perlu diketahui data pendukung untuk merancang sistim ini diantaranya kadar air input, kadar air output, densiti material, ukuran material, maksimum panas yang diizinkan, sifat fisika/kimia, kapasitas output/input dan sebagainya.

(14)

2.5

 Vacuum Belt Dr yer

Vacuum Belt Dryer   merupakan metode dehidrasi atau pengeringan bahan dimana menggunakan logam sebagai medium pengontak panas atau menggunakan efek radiasi. Pada  proses ini penguapan air berlangsung lebih cepat pada tekanan rendah. Tekanan rendah pada metode ini mampu menjaga komponen sensitif pada bahan, seperti vitamin, mineral, dan  protein tertentu, sehingga tetap dapat dipertahankan fungsional dalam produk kering.

Pengeringan Vacuum adalah metode dehidrasi yang sangat cocok untuk produk yang mengalami fase lengket dan atau sangat kental seperti buah dan sayuran, jus sari buah dan sayuran, protein hewan dan nabati, bubuk bumbu dan ekstrak ragi.

Prinsip Kerja

Vacuum Belt Dryer

Cara ini digunakan untuk mengeringkan bahan  –  bahan yang peka terhadap suhu atau  bahan yang mudah teroksidasi. Pada Vacuum belt dryer dilakukan pengeringan terus-menerus dalam keadaan vakum, mengubah statis drying menjadi dinamis vacuum drying, mengurangi waktu drying dari 10-20 jam menjadi 30-60 menit, mengatur temperatur drying sesuai temperatur bahan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Prinsip pengeringan vakum didasarkan pada bahwa penguapan terjadi lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi. Panas yang dipindahkan dalam pengeringan vakum pada umumnya secara konduksi, terkadang secara pemancaran. Ekspansi penyediaan panas untuk sampel meliputi pengeringan sampel dalam temperatur yang sensitif dan pengeringan sampel yang berisi pelarut.

(15)

Komponen Vacuum Belt Dryers

Cara kerja Vacuum Belt Dryer  diawali dengan bahan yang akan dikeringkan dialirkan melalui nozzle, lalu didistribusikan ke alat yang terdiri dari sejumlah belt dryers; bahan akan segera membentuk butiran/gelembung yang selanjutnya membentuk lapisan-lapisan gelembung. Bahan yang sudah kering dikumpulkan diujung belt dan seterusnya ke dalam separatus chamber.

Kelemahan

Beberapa kelemahan Vacuum Belt Dryer meliputi:

• Dalam vakum memiliki risiko oksidasi selama proses termal

• Biaya operasinya relatif mahal karena memerlukan peralatan pendukung, seperti pompa vakum, ejektor, dan kondensor.

Kelebihan

Sebagai salah satu metode pengeringan modern, Vacuum Belt Dryer   memiliki beberapa kelebihan dibanding metode lainnya. Diantaranya sebagai berikut:

• Waktu pengeringan relatif lebih cepat sehingga tidak merusak bentuk maupun kandungan bahan

(16)

• Keseluruhan sistem menggunkan energi yang rendah

• Dryer sangat cocok untuk mengeringkan liquid, pasta, powder dan bahan granulasi dengan menggunakan jenis injektor yang berbeda

• Dryer dilengkapi dengan sistem pulverizing otomatis dalam keadaan vakum, nomer mesh sistem pulverizing dapat diatur

• Menurunkan titik didih dalam cairan yang diekstraksi, sehingga memungkinkan pengeringan lebih sensitif

• Untuk produk yang sulit mengering seperti bubuk dan granul, proses vakum memungkinkan tingkat pengeringan yang lebih cepat karena menggunakan tekanan rendah

• Perbedaan pada konveksi, bahan dalam bentuk serbuk dikeringkan tanpa turbulensi • Menyediakan basis untuk mengontrol ekstraksi dan kondensasi pada pengeringan uap,

yang memungkinkan bahan awal dapat digunakan kembali atau dibuang

• Menurunkan titik didih dalam cairan yang diekstraksi, sehingga memungkinkan pengeringan lebih sensitif

• Untuk produk yang sulit mengering seperti bubuk dan granul, proses vakum memungkinkan tingkat pengeringan yang lebih cepat karena menggunakan tekanan rendah

• Perbedaan pada konveksi, bahan dalam bentuk serbuk dikeringkan tanpa turbulensi • Menyediakan basis untuk mengontrol ekstraksi dan kondensasi pada pengeringan uap,

yang memungkinkan bahan awal dapat digunakan kembali atau dibuang • Mempertahankan aroma bahan

• Produk yang hilang sedikit • Produk tidak teroksidasi • Tidak ada tekanan mekanik • Memungkinkan pelarut kembali • Temperaturnya rendah

• Energi yang digunakan sedikit • Sistemnya tertutup

• Tidak menimbulkan polusi atau limbah pada lingkungan • Reaksi milard dapat dikendalikan

(17)

BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan

Berbagai jenis teknologi pengeringan yang dilakukan pada proses pembuatan sediaan herbal banyak perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Metode pengeringan akan mempengaruhi hasil dari sediaan herbal dari ekstrak yang telah dikeringkan, baik pada saat melakukan pengekstrakan atau penggunaan larutan. Dimana hal ini, akan mempengaruhi hasil dari proses pengeringan baik dalam bentuk fisik maupun total kandungan kimianya.

3.2 Saran

Masih diperlukan penelitian lebih lanjut apakah metode pengeringan pada proses  pembuatan sediaan herbal tersebut cocok atau tidak, baik skala industri maupun skala kecil, serta dapat memilih metode teknologi pengeringan yang paling tepat guna untuk sediaan herbal.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Kunii, D. and Levenspiel, O., 1977, Fluidization Engineering, Original Edition, Robert E/ Krieger Publishing Co. New York.

Mujumdar (Ed.) 2000. Handbook of Industrial Drying, 2nd Ed., Marcel De kker, New York. Kurniawan, D.W dan Sulaiman, T.N.S. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (terjemahan), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Yamato Scientific | Laboratory Vacuum Drying Ovens ADP200/300. (2016). Yamato- scientific.com. Retrieved 14 November 2016, from

http://www.yamato-scientific.com/product/ovens/adp200300.htm

Prasetyaningrum, A. (2010). RANCANG BANGUN OVEN DRYING VACCUM DAN  APLIKASINYA SEBAGAI ALAT PENGERING PADA SUHU RENDAH . Retrieved 14  November 2016, from

http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wp-content/uploads/2013/12/6.oven-drying-bu-Aji.pdf 

 Nugroho, B. (1999). Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami (1st ed.). Bogor: Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu, IPB.

ORGANIC LABORATORY TECHNIQUES. (2016). www.chem.ucalgary.ca. Retrieved 14  November 2016, from http://www.chem.ucalgary.ca/courses/351/laboratory/rotavap.pdf 

Anandharamakrishnan, C. & Ishwarya, P. (2015). Spray Drying Techniques for Food  Ingredient Encapsulation. Malden, MA: Wiley-Blackwell.

Patel, R., Patel, M., & Suthar, A. (2009). Spray Drying Technology: An Overview.  Indian  Journal of Science and Technology, 2(10).

Qing-guo, H., Min, Z., Mujumdar, A., Wei-hua, D., & J in-cai, S. (2006). Effects of Different Drying Methods on the Quality Changes of Granular Edamame. Drying Technology, 24(8), 1025-1032. http://dx.doi.org/10.1080/07373930600776217

P. K. Wankhade, P., R.S.Sapkal, R., & V.S.Sapkal, V. (2012). Innovations in Drying for Preservation of Fruit and Vegetables. IJSR, 2(12), 151-153.

http://dx.doi.org/10.15373/22778179/dec2013/49

Burmester, K., Pietsch, A., & Eggers, R. (2011). A basic investigation on instant coffee  production by vacuum belt drying. Procedia Food Science, 1, 1344-1352.

(19)

Gambar

Diagram alir pengering system vakum

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding

Hal ini terjadi karena tekanan uap iodin padat pada suhu kamar lebih besar dari 1 atm Kecenderungan titik leleh dan titik didih halogen tersebut dapat dijelaskan

• Isomer orto memiliki tekanan uap yang tinggi pada suhu sekitar titik didih campuran, sedangkan tekanan uap isomer para lebih rendah dibandingkan isomer orto.

Menggunakan destilasi vakum, hal yang harus diperhatikan adalah tekanannya harus 0,4 atm (dibawah 1 atm) karena destilasi vakum menggunakan penurunan tekanan sehingga titik

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai pengaruh suhu pengeringan vakum terhadap kualitas serbuk albumin dan suhu pengeringan vakum yang

•Isomer orto memiliki tekanan uap yang tinggi pada suhu sekitar titik didih campuran, sedangkan tekanan uap isomer para lebih rendah dibandingkan isomer orto. •Isomer

Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya, berbanding langsung