• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Praktis: MEMBUAT BIOGAS ITU MUDAH DAN MURAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Praktis: MEMBUAT BIOGAS ITU MUDAH DAN MURAH"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Praktis:

MEMBUAT BIOGAS ITU

MUDAH DAN MURAH

Penulis

KARNO, M.Si

HERY KOESMANTORO, MT

PENERBIT

Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)

2013

(2)

PANDUAN PRAKTIS: MEMBUAT BIOGAS

ITU MUDAH DAN MURAH

Penulis

KARNO, M.Si

HERY KOESMANTORO, MT

PENERBIT

Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)

Tahun 2013

(3)

FORIKES

PANDUAN PRAKTIS: MEMBUAT BIOGAS

ITU MUDAH DAN MURAH

Oleh :

Karno, M.Si

Hery Koesmantoro, MT

ISBN 978-602-1081-22-8

Diterbitkan Oleh :

Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

© 2013 Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes )

Jl.Cemara 25, RT.01, RW.02. Ds/Kec. Sukorejo,

Ponorogo

E-mail: [email protected].

Telepon : 085853252665

Editor: Tuhu Pinardi, M.M.Kes

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Dilarang mengutip, memperbanyak dan

menerjemahkan sebagian

Atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari

penerbit

Cetakan Pertama

2013

(4)

Panduan praktis dalam bentuk buku ini

terinspirasi dari pengalaman penulis mengisi acara

Talkshow Dialog Interaktif di RRI dalam program

Lestari Alamku, kegiatan di workshop dan praktek

bersama mahasiswa serta kegiatan Sosialisasi,

pelatihan dan pendampingan pembuatan biogas

dengan bahan baku dari kotoran sapi sebagai

wujud nyata kegiatan Pengabdian Kepada

Masyarakat di beberapa desa baik dengan hasil

yang cukup menggembirakan.

Dari pengalaman di lapangan ini pula

menjadikan penulis tergerak untuk menyusun

buku “Panduan Praktis Membuat Biogas itu

Mudah dan Murah” yang semula merupakan buku

penuntun praktikum.

Dalam

rangka

menjalankan

kegiatan

Pengabdian Kepada Masyarakat sebagai salah satu

wujud dari kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi

dengan mengadakan pembuatan biogas untuk

skala rumah tangga dengan digester dari plastik

(Polyethylene) ternyata lebih murah dan mudah.

Semoga karya kecil yang berupa buku pedoman

ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan

masyarakat peternak dan Petani di Indonesia.

Magetan, November 2013

Tim Penyusun

(5)

DAFTAR ISI

Halaman judul I ----i Halaman judul II----ii Kata pengantar----iii Daftar isi----iv Pendahuluan----1

Biogas dan Sejarahnya----2 Komposisi Biogas----6

Potensi Pengembangan Biogas----7 Manfaat dan Dampak Biogas----8

Digester Plastik (Pembangkit Reactor Biogas)----9 Langkah-Langkah Pembuatan Biogas----12 Daftar Rujukan----31

(6)

Kondisi Negara Indonesia saat ini sedang kesulitan mengelola pola subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk premium, sementara itu Indonesia juga memasuki babak baru dalam bisnis LNG (Liquid Natural Gas). Dipedesaan, masyarakat sudah lama menjalankan konversi energi dari minyak tanah menjadi LPG (Liquid Petrolium Gas) maupun gas Biru (Blue gas) untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga dan kebutuhan LPG dari waktu ke waktu terus meningkat, begitu pula harganya. Oleh karena itu diperlukan suatu terobosan baru dalam penggunaan bahan bakar alternative dan biogas merupakan salah satu bahan bahar pilihan alternative masa depan bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas tinggal di pedesaan.

Oleh karena itu masyarakat dapat di-mandiri-kan dalam menyediakan energi rumah tangganya dengan membuat biogas dengan bahan baku berupa kotoran ternak termasuk sapi yang berupa LESA atau Letong Sapi.

(7)

Biogas atau gas bio merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme an-aerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik, seperti kotoran manusia dan hewan, limbah domestik atau rumah tangga, sampah organik yang mudah diurai (biodegradable). Biogas merupakan bahan bakar alternatif masa depan yang berupa gas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik termasuk untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.

Biogas dalam aplikasi Teknik Pemanfaatan Limbah memegang peranan yang penting, karena biogas dengan nama kimianya gas Metana (CH4) merupakan salah satu dari kelompok Gas Rumah Kaca (GRK) yang lebih berbahaya dalam pemanasan Global bilamana dibandingkan dengan gas Karbondioksida (CO2). Hal ini dikarenakan karbon yang menyusun biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman, sehingga bilamana dilepaskan lagi ke atmosfer lagi tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer apabila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Sejarah biogas dimulai dari kebudayaan Mesir, China dan Romawi kuno yang diketahui telah memanfaatkan biogas alami yang ada di alam ini yang dibakar untuk menghasilkan panas. Namun demikian, orang pertama yang mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan sayuran adalah Alessandro Volta pada tahun 1776.

(8)

Volta mengamati bahan organik yang sedang melapuk menghasilkan gas yang mudah terbakar dan ini disebut gas Methana. Pada akhir abad ke-19 Jerman dan Perancis melakukan beberapa riset unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah dari pertanian. Di Inggris dan benua Eropa selama perang dunia ke II banyak petani yang membuat digester (Pencerna) kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan traktor.

Mengingat pada tahun 1950-an harga BBM fosil semakin murah dan dengan mudah diperoleh, maka pemakaian biogas di Eropa mulai di tinggalkan.

Di negara China sejak tahun 1975 dicanangkan program “Biogas for every household” dan pada tahun 1992 sebanyak 5 juta rumah tangga di China telah menggunakan biogas dengan bahan baku kotoran ternak dan manusia serta limbah pertanian.

Di India pada tahun 1981 telah dikembangkan biogas dalam program “ The National Project on Biogas

Develeopment“ oleh Departemen Sumber Energi non

Konvensional dan pada tahun 1999 jumlah rumah tangga yang menggunakan biogas sudah sebanyak 3 juta.

Di Indonesia biogas mulai diperkenalkan pada tahun 1970-an dan selanjutnya pada tahun 1981 melalui Proyek Pengembangan biogas dengan dukungan dana dari FAO (Food Agriculture Organization) dibangun contoh instalasi biogas di beberapa Propinsi atau kawasan peternakan antara lain Aceh, Padang, Jambi, Lampung, Jawa Barat dan Timur-Timur.

Penggunaan biogas di Indonesia saat itu memang belum cukup berkembang luas. Hal ini antara lain

(9)

dikarenakan saat itu masih relatif murahnya harga BBM khususnya minyak tanah yang disubsidi dan secara kebetulan Negara Indonesia masih sebagai anggota negara pengekspor minyak (OPEC). Namun Saat ini negara Indonesia bukan lagi sebagai negara eksportir Minyak dan selanjutnya subsidi BBM secara berangsur-angsur oleh pemerintah ditiadakan. Oleh karena itu biogas sebagai energi alternatif masa depan sudah selayaknya dikembangkan sekarang juga utamanya di sentra pertanian dan peternakan.

Pemikiran untuk dikembangkannya biogas sebagai energi alternatif masa depan sekarang juga antara lain : 1. Limbah (kotoran) ternak telah menjadi salah satu penyumbang Gas Rumah Kaca (GRK) dan sebagai faktor yang mempercepat laju degradasi lingkungan. Pengolahan limbah ternak menjadi material yang “ramah lingkungan” memiliki arti yang sama dengan menjamin keberlanjutan sektor peternakan di masa depan.

2. Rumah tangga pedesaan sebagai basis sektor pertanian termasuk peternakan juga memiliki tingkat konsumsi energi (minyak maupun gas) dan listrik yang cukup besar. Dengan istilah lain ketergantungan rumah tangga saat ini terhadap energi gas (LPG = Liquid Petrolium Gas) diperoleh dari sumber yang berada diluar wilayahnya sehingga menyebabkan kerentanan kesejahteraan ketika terjadi gejolak harga energi nasional, sementara di desa yang sebenarnya sudah tersedia bahan baku untuk biogas.

(10)

3. Teknologi pembuatan biogas melalui penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) pedesaan dari bahan baku limbah ternak saat ini mudah diterapkan dengan biaya yang relatif murah.

4. Dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna, masyarakat peternak dan petani Indonesia sudah mampu untuk menghasilkan energi dan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri sekaligus menyediakan diri untuk menjadi pelopor pertanian organik ramah lingkungan yang berkelanjutan. Dengan besarnya manfaat yang dapat diambil dari limbah ternak, sudah selayaknya mulai sekarang masyarakat peternak dan petani sudah dapat ATM (Adopsi, Tiru dan Modifikasi) dan menerapkan teknologi pembuatan biogas yang mudah dan murah serta ramah lingkungan.

(11)

Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal dan proses an-aerobik yang terjadi.

Komponen % Metana (CH4) 55 – 75 Karbondioksida (CO2) 25 – 45 Karbonmonooksida (CO) 0 – 0,3 Nitrogen (N2) 0 – 0,3 Hidrogen (H2) 0 – 3 Hidrogen Sulfida (H2S) 0,1 – 0,5

Oksigen (O2) Traces

Nilai kalori dari 1 M³ biogas sekitar 4.800 – 6.700 Kcal yang setara dengan + 0,48 kg LPG dan + 0,62 liter minyak tanah.

Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternative masa depan yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batubara maupun bahan bakar lain yang berasal dari fosil.

(12)

Potensi pengembangan biogas di Indonesia cukup besar dalam upaya memenuhi kebutuhan energi rumah tangga. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya populasi hewan ternak seperti Sapi = 11 juta ekor, kerbau = 3 juta ekot dan kuda sebanyak 500.000 ekor.

Setiap ekor ternak sapi atau kerbau dapat menghasilkan 10 kg/kotoran atau Letong yang setara dengan + 2 M³ biogas per siklus (20-21 hari).

Dari segi perhitungan ekonomis bahwa setiap 1 M³ biogas dapat disetarakan dengan 0,62 liter minyak tanah. Selain itu limbah biogas yang berupa lumpur dari efluent atau Outlet digester biogas yang berwujud cairan ini merupakan Pupuk Organik Cair (POC) yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Lumpur dari outlet sebagai limbah biogas ini selanjutnya dapat diubah dalam bentuk butiran atau granule dengan cara dikeringkan dan ini tentunya juga memiliki nilai ekonomi yang tidak sedikit bilamana dijual sebagai Pupuk Organik Granul (POG).

(13)

Pengembangan energi biogas dari limbah peternakan termasuk LESA (letong sapi) dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Masyarakat dapat mandiri dalam penyediaan kebutuhan energi rumah tangganya.

2. Hemat dalam pengeluaran keuangan rumah tangga dalam hal pembelian atau penyediaan energi baik itu BBM, gas maupun LPG.

3. Penghematan ekonomi negara karena terjadi pengurangan subsidi untuk BBM.

4. Aktivitas sektor peternakan menjadi ramah lingkungan , dimana gas metana atau biogas yang dihasilkan dari sektor ini merupakan salah satu penyumbang gas rumah kaca bilamana tidak dimanfaatkan sebagai sumber energi. Dengan demikian polusi atau pencemaran udara ,air dan tanah berkurang.

5. Pernghematan sektor pertanian dengan mengurani belanja pupuk, karena outlet dari digester dapat digunakan untuk pupuk baik bentuk Cair maupun Granule.

6. Perambah hutan bagi masyarakat sekitar hutan untuk mencari kayu bakar berkurang.

7. Populasi ternak tetap terjaga dan bahkan dapat terjadi peningkatan.

8. Tersedianya pupuk organik (Cair) yang dihasilkan dari limbah biogas turut mendukung pertanian organik yang menghasilkan produk pertanian organik yang sehat.

(14)

1. Plastik.

Plastik merupakan material yang baru yang secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 dan berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/ tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005.

2. Polyethilene.

Polyethilene (PE) merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak digunakan dalam industri, karena memiliki sifat mudah dibentuk, tahan terhadap bahan kimia, jernih dan mudah dilaminasi. PE juga banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan dan sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.

Berikut dibawah ini beberapa sifat dari PE antara lain :

a. Penampakan bervariasi dari transparan hingga keruh.

b. Mudah dibentuk, lemas dan mudah ditarik. c. Daya rentang yang tinggi tanpa sobek.

d. Tahan terhadap asam, basa, alkohol dan deterjen.

(15)

Dari beberapa sifat PE tersebut selanjutnya dipilih PE sebagai bahan pembangkit reaktor biogas yang mudah ,murah dan aman.

3. Pembangkit reaktor biogas dari Polyethilene Pembangkit reaktor biogas atau dengan kata lain Digester atau pencerna merupakan bagian utama dan vital dari unit pembuatan biogas.

Berhasil tidaknya unit biogas serta mudah dan murah tidaknya biaya pembuatan pembangkit biogas sangat tergantung dari :

a. Mudah-sulitnya membuat digester.

b. Murah tidaknya (mahal) biaya untuk membuat digester.

c. Mudah tidaknya untuk mengoperasikannya, dan perawatan atau pemeliharaan.

d. Keberlangsungan atau keberlanjutan dalam penggunaan pembangkit reaktor biogas. Dengan mempertimbangkan dari segi kemudahan dalam membuat dan murah dalam pembiayaan serta mudah dalam pengoperasian serta perawatannya, maka penggunaan PE sebagai pembangkit reaktor biogas menjadi pilihan utama untuk dipraktekkan dalam kegiatan pembelajaran praktek maupun untuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bagi dosen dan dalam upaya membantu memenuhi kebutuhan energi rumah tangga.

(16)

Dibawah ini gambar atau skema secara sederhana (namun dapat diaplikasikan) desain pembangkit reaktor biogas dari kantong plastik polyethylene (PE) untuk skala rumah tangga.

Reaktor biogas untuk skala rumah tangga maupun untuk kelompok.

(17)

Sebelum membuat biogas, terlebih dahulu kita harus mengetahui model instalasi biogas dan menyiapkan masyarakat dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pembuatan biogas itu mudah dan murah, sehingga teknik fdan cara-cara pembuatan biogas itu dapat dipraktekkan dengan mudah oleh masyarakat.

Berikut dibawah ini merupakan langkah-langkah pembuatan biogas dari bahan PE.

1. Sosialisasi tentang biogas kepada masyarakat. 2. Persiapan Infrastruktur pembangkit.

3. Inventarisasi bahan dan alat. 4. Belanja bahan dan alat.

5. Merakit Pembangkit biogas dari PE. 6. Memasang pembangkit.

7. Pembuatan bak Inlet. 8. Pembuatan bak Outlet.

9. Membuat tangki penampung biogas dari PE. 10. Membuat Saluran Biogas.

11. Merakit botol Penjebak uap air. 12. Instalasi saluran biogas ke kompor.

13. Menyambungkan saluran biogas ke kompor 14. Kompor biogas telah tersambung dengan

tangki biogas.

15. Kompor dengan bahan bakar biogas siap dipakai untuk memasak.

16. Kesimpulan.

Beberapa langkah-langkah tersebut diatas dapat dijelaskan berikut ini :

(18)

1 Sosialisasi kepada masyarakat.

Sosialiasi tentang membuat biogas itu mudah dan murah perlu dilakukan kepada keluarga (Peternak dan Petani) dan masyarakat yang akan membuat dan memanfaatkannya.

Sosialisasi ini dapat dilakukan diberbagai kesempatan yang memungkinkan baik dalam acara resmi maupun tidak resmi. Acara resmi antara lain dilakukan dengan surat undangan seperti dari Lurah atau Kepala desa dan dilakukan di ruangan seperti di gedung pertemuan desa, maupun di salah satu rumah warga masyarakat sedangkan acara tidak resmi atau informal dapat dilaksanakan pada acara- acara tidak resmi seperti pada arisan.

Di dunia perguruan Tinggi, sosialisasi tentang biogas kepada masyarakat dapat dilakukan oleh mahasiswa pada saat melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) maupun oleh dosen pada saat melakukan pendampingan Kuliah Kerja Nyata maupun maupun menyediakan waktu khusus dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bagi dosen sebagai salah satu tugas wajib bagi dosen untuk melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

(19)

Kegiatan sosialiasasi membuat biogas Itu mudah dan murah dalam Acara arisan perangkat desa

Media yang digunakan untuk kegiatan sosialisasi ini antara lain dapat berupa Film tentang pengalaman dalam membuat biogas (digester plastik), foto-foto kegiatan membuat biogas maupun yang disajikan dengan powerpoint,leaflet maupun booklet tentang membuat biogas itu mudah dan murah.

Kegiatan sosialisasi pembuatan biogas dari kororan sapi di desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun

(20)

Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat memahami, tertarik dan selanjutnya menerima hal baru dengan baik teknik pembuatan biogas yang mudah dan murah serta mau mempraktek kannya.

2 Persiapan Infrastruktur pembangkit

Kegiatan menyiapkan infrastruktur ini meliputi :

a. Melihat konsep dasar alur proses produksi biogas yang sepintas awalnya terlihat rumit dan setelah aplikasi menjadi terlihat lebih sederhana dan mudah untuk difahami.

(21)

b. Mengetahui dan menginventarisis bahan dan peralatan yang dibutuhkan.

Bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat infrastruktur ini semuanya dengan mudah diperoleh di toko di daerah sehingga yang awalnya proses pembuatan biogas dianggap rumit, namun pada akhirnya menjadi sederhana dan dapat dibuat oleh masyarakat sendiri. Selain itu bahan yang digunakan ada yang berupa barang-barang bekas, seperti karet ban dalam kendaraan bermotor sebagai tali yang dibutuhkan untuk mengikat Poly Ethilen baik pada pembuatan digester maupun tangki biogas.

Peralatan yang diperlukan untuk membuat pembangkit biogas PE antara lain :

1). Bak Inlet dan Outlet dari Buis beton ukuran garis tengah 80 cm dengan tinggi 50 cm sebanyak 2 (dua) buah. 2). Pembangkit (digester) biogas dari bahan

PE yang dibuat rangkap atau lapis 3 (tiga) dengan diameter dan volume disesuaikan dengan bahan baku LESA (Letong sapi) yang dihasilkan per hari. 3). Penampung (Tangki) gas dari bahan PE

yang sama seperti dengan untuk pembangkit biogas yang dibuat rangkap 2 (dua).

(22)

4). Selang plastik untuk menyalurkan biogas dari pembangkit ke penampung dan dari penampung ke kompor. 5). Pipa PVC, shock drat dalam dan luar ½

inchi serta Stop kran diameter 3-4 inchi. 6). Kompor gas yang dimodifikasi, yaitu

kompos gas biasa yang dimodifikasi maupun membuat sendiri.

3 Inventarisasi bahan dan alat.

Sedang menginventarisasi peralatan yang baru saja dibeli

4 Merakit Pembangkit biogas.

a. Merakit pembangkit biogas PE.

Plastik PE dapat diperoleh di toko plastik. Spesifikasi plastik yang tebal (0,08 mm)

(23)

yang dapat digunakan. Di pasaran tersedia berbagai pilihan ukuran, antara lain : lebar mulai 80 cm, 100 cm, 120 cm dan 150 cm dengan ukuran panjang yang sama yaitu 25 meter per gulungan (roll).

Menurut FAO akan lebih baik apabila menggunakan plastik yang memiliki anti ultra-violet (UV) seperti yang digunakan di rumah rumah kaca (biasanya berwarna kuning agak kehijau-hijauan).

Plastik PE adalah bahan yang cukup kuat, namun apabila terlipat dapat meninggalkan goresan dan ketika terkena panas matahari dan air hujan bisa retak dan sobek. Kita tentu tidak menginginkan hal ini terjadi. Oleh karena nya disarankan untuk membeli dan menangani plastik secara hati hati dalam gulungan, jangan dilipat.

Dalam pembuatan instalasi digester ini menggunakan plastik dirangkap 3 – 4 untuk kekuatan digester.

Menyiapkan pembangkit beserta Pipa penyalur biogas

(24)

Pembangkit atau digester merupakan tempat terjadinya proses percernaan bahan organik (seperti letong sapi) oleh bakteri-bakteri an-aerob yang menghasilkan gas CH4 (Methana). b. Pembangkit biogas dilengkapi pipa inlet dan

outlet dan dipasang kran.

Merakit saluran untuk inlet dan outlet

Yang dliengkapi dengan kran

5 Memasang pembangkit.

Volume pembangkit atau digester disesuaikan dengan LESA yang dihasilkan per hari sehingga diharapkan tidak ada LESA yang tidak tertampung dalam pembangkit. Sebagai gambaran saja bahwa setiap ekor sapi menghasilkan 10 Kg per hari, sedang proses fermentasi an-aerob dalam pembangkit berlangsung selama 20-21 hari, dengan penyediaan 25 % dari volume digester untuk

(25)

menampung gas, maka dapat dihitung volume yang dibutuhkan untuk pembangkit PE.

Memasang dan mengencangkan gas outlet

Digester dilengkapi selang penyalur gas siap diisi

(26)

Pembangkit biogas yang sudah diisi LESA dan mulai memproduksi biogas

6 Pembuatan Inlet

Bak inlet (yang terbuat dari buis beton) sekaligus berfungsi sebagai bak pencampur (Mixer) antara LESA dan air dengan perbandingan 1 (Lesa) : 2 (air).

Pada bagian ujung pipa penyalur ke digester dilengkapi dengan saringan terpasang dan stop kran sebelum masuk ke pembangkit PE.

Bak inlet dapat pula berbentuk kotak sekaligus sebagi pencampur LESA dan air

(27)

Bak pencampur ( mixer) 7 Pembuatan Outlet

Bak untuk Outlet dibuat dari buis beton dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan untuk Inlet dan dipasang stop kran.

Fungsi bak ini untuk menampung limbah digester yang sekaligus sebagai Pupuk Organik Cair (POC) yang langsung dapat dimanfaatkan untuk pupuk sekaligus menyiram tanaman.

(28)

Bak Outlet dilengkapi dengan stop kran Bak ini dilengkapi stop kran, yang berfungsi mengatur keluarnya limbah digester. Volume limbah digester yang keluar = volume yang masuk dalam digester setiap hari. Stop kran ini baru dikeluarkan pada hari ke 21 (dua puluh satu) dan seterusnya.

8 Penampung biogas

(29)

Penampung gas telah terpasang Pada lokasi yang strategis dan aman

Gas telah masuk dalam penampung dan siap untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar

(30)

9 Saluran Biogas.

Saluran gas dari digester menuju bak penampung gas yang terbuat dari selang plastik

Saluran biogas dari PVC, penghubung antara digester dengan penampung gas yang dilengkapi dengan stop

(31)

10 Botol Penjebak

Botol penjebak uap air ini berfungsi untuk mencegah dan menahan uap air yang dihasil kan dari pembangkit agar tidak langsung masuk kedalam plastik penampung gas. Hal ini dilakukan karena apabila uap air tersebut apabila sampai (hasil ikutan proses fermentasi) masuk ke plastik penampung gas berakibat yaitu api yang ada di kompor meletuk-letup karena uap air ikut terbakar yang berdampak pada pemakai biogas menjadi takut akan terjadi letupan-letupan kecil yang terjadi selama pemanfaatan biogas untuk memasak.

Sedang merakit botol penjebak air dari botol bekas air minum dalam kemasan

(32)

Botol penjebak air yang terbuat dari botol bekas Air minum dalam kemasan

11 Kompor biogas.

Menyambungkan selang dari penampung gas dengan selang menuju kompor

(33)

Memodifikasi kompos bantuan pemerintah Yang sudah rusak untuk dimanfaatkan kembali.

Kompor (yang sudah rusak) hasil modifikasi siap digunakan untuk memasak

(34)

Uji coba kompor hasil modifikasi dengan bahan bakar Biogas LESA

Kompor hasil modifikasi berbahan bakar biogas LESA Siap untuk memasak masakan apa saja

(35)

12 Kesimpulan

Tujuan utama dari penyusunan buku panduan ini untuk memandu masyarakat dan berbaai pihak dalam mengembangkan sumber energi alternatif berupa biogas dari Letong Sapi (LESA) sebagai : “Energi Alternatif bahan bakar masa

depan” guna mengurangi biaya yang

diperlukan untuk kebutuhan energi dalam rumah tangga dengan sentuhan Teknologi Tepat Guna Pedesaan.

Dengan Teknik Pemanfaatan Limbah dan “Zerro Waste “ Peternakan berupa LESA menghasilkan Biogas dan limbah digester berupa Pupuk Organik Cair (POC) pendukung pertanian organik berkelanjutan dan “ramah

lingkungan”.

Dengan pemanfaatan biogas dari LESA ini, maka upaya mengurangi Gas Rumah Kaca (GRK) yang berupa Methana (CH4) juga dapat dilaksanakan secara massal dan berkelanjutan melalui peran serta aktif dan partisipasi masyarakat.

(36)

Herdiyanto,Diyan. 2009. BIOGAS: alternatif Bahan

Bakar Masa Depan,Universitas Padjadjaran ,

Bandung.

...,Modul Pelatihan Pengembangan BIOGAS Limbah

Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran, Bandung.

..., 2010.Pembuatan Digester Biogas Skala Rumah

Tangga Menggunakan kotoran Ternak Sapi,

Universitas Sriwijaya, Palembang.

Karno,2011,Teknologi Pemanfaatan Limbah, IKIP PGRI, Madiun.

Karno, 2012.Biogas itu murah dan Mudah, Penuntun Praktimum, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, Kementerian Kesehatan RI.Surabaya. ………,2012.Biogas itu murah dan Mudah,Materi

Talkshow dialog Interaktif RRI Madiun, 22 Juni 2012 dalam Program Lestari Alamku. Madiun. ……..,2012,Pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan

baku Biogas sebagai energi alternative dan Pupuk organic cair ramah lingkungan di desa Tempursari Kecamatan Wungu Kabupaten

Madiun (materi sosialisasi) , Tanggal 18 Maret

(37)

………., 2012,Sosialisasi pembuatan Biogas dari

kotoran sapi di desa Wonorejo Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun (Materi sosialisasi),

tanggal 25 Juni 2012. Madiun.

---,Biogas,http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas. ---,Plastik,http://id.wikipedia.org/wiki/Plastik

.

Gambar

Diagram alur proses produksi biogas

Referensi

Dokumen terkait

Keduabelas kriteria tersebut adalah sebaran tingkat kesukaran soal, kreativitas pengembangan soal, ketepatan pemilihan item jawaban soal, fungsi pengecoh dalam soal,

Yang dimaksud dengan metode penciptaan adalah metode yang digunakan dalam menciptakan game edukasi. Bagaimanapun juga penciptaan game edukasi memiliki alur

Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Fee Audit Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG UNIT LAYANAN

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh Shock Index (SI) yang dihasilkan dari perhitungan dari rasio denyut nadi (HR) dan tekanan darah sistolik (SBP) dan Mean

Oleh karena itu, dalam mengeksplorasi hubungan antara praktek sumber daya manusia strategis dan kinerja perusahaan penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor

merupakan tampilan dari hasil analisa parameter DAS yang nantinya akan digunakan sebagai input data untuk menghitung analisa parameter HSS Gama 1 yang terdiri