• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT DISMENOREA KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA BERAT PADA REMAJA PUTRI DI SMP ISLAM TERPADU MIFTAHUL ULUM UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT DISMENOREA KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA BERAT PADA REMAJA PUTRI DI SMP ISLAM TERPADU MIFTAHUL ULUM UNGARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT DISMENOREA KELUARGA

DENGAN KEJADIAN DISMENOREA BERAT PADA REMAJA PUTRI

DI SMP ISLAM TERPADU MIFTAHUL ULUM UNGARAN

Dyah Retnoningrum

Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Dysmenorrhea is the most common gynecological disorder in adolescents. Dysmenorrhea can disrupt the activities and decrease work performance dramatically. If it is not treated, the pathology (abnormality or disorder) can trigger mortality including infertility. There are few risks worsenitis dysmenorrhea, one of them is history of dysmenorrhea in family, such as anatomy and physiology of a person because a woman is more likely to suffer from severe dysmenorrhea if her mother or sister has experienced it.

The purpose of the research is to analyze the relation between the history of dysmenorrhea in family with the severe dysmenorrhea in female adolescents at Islamic Junior High School Miftahul Ulum Ungaran.

The research used analitic correlation with cross sectional design. The sampling used purposive sampling technique to 54 adolescents.

Based on the data analysis about the relation between the history of dysmenorrhea in family with the severe dysmenorrhea in female adolescents at Islamic Junior High School Miftahul Ulum Ungaran, and from statistic test with fisher’s exact got p value = 0,004 meaning p value < 0,05 it meant Ho was rejected.

There was a significant correlation between the history of dysmenorrhea in family with the severe dysmenorrhea in female adolescents at Islamic Junior High School Miftahul Ulum Ungaran.

Of these results and suggested to parents need to give an explanation of menstruation to their children, So they have a preparedness dysmenorrhea and can handle it.

Keywords: Dysmenorrhea, adolescents, history, family

PENDAHULUAN

Masa remaja atau masa adolesen merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa muda. Masa remaja adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan sejak saat konsepsi sampai mencapai dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial (Soelaryo dkk, 2008).

World Health Organization (WHO)

mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun (Pardede, 2008).

Masa remaja sangat rawan dengan stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Kehadiran masalah emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak

saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis. Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress) (Proverawati dan Siti, 2009). Masa remaja ditandai oleh masa pubertas, yaitu waktu seorang anak perempuan mampu mengalami konsepsi yakni menarche/menstruasi pertama (Soelaryo dkk, 2008).

Menstruasi adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik. Menstruasi biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun atau lebih lambat yaitu 13-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan pribadi perempuan yang bersangkutan, nutrisi, berat badan, dan kondisi psikologis serta emosional (Anurogo dan Ari,

(2)

2011). Menurut Sukarni dan Margareth (2013), gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi adalah dismenorea.

Dismenorea adalah rasa nyeri di bagian perut bawah seperti dicengkram atau diremas-remas, sakit kepala yang berdenyut, mual-muntah, nyeri di punggung bagian bawah, diare, bahkan hingga pingsan yang terasa sebelum atau selama menstruasi (Mansjoer dkk, 2009). Pada beberapa kasus tidak sedikit perempuan yang mengalami nyeri haid yang berkepanjangan. Mereka terus-menerus merasakan rasa sakit, bahkan tidak bisa beraktivitas apapun selama haid karena rasa nyeri yang bukan main dan tidak tertahankan. Selain itu juga disertai kondisi psikologis yang tidak nyaman, seperti mudah marah, cepat tersinggung, bawaannya kesal pada semua orang, dan lain-lain. Bagi kalangan perempuan bekerja yang harus tetap masuk kerja dalam kondisi kesakitan menyebabkan aktivitasnya terganggu sehingga produktivitas kerja pun menurun drastis (Anurogo dan Ari, 2011).

Anurogo dan Ari (2011) mengungkapkan bahwa secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genitalia yang nyata, terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan. Sedangkan dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja, tetapi paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Dismenorea sekunder ini biasanya dihubungkan dengan endometriosis,

adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflamatory disease, dan penggunaan

peralatan kontrasepsi atau IU(C)D (intrauterine (contraceptive) device).

Angka kejadian dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72 %. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) dismenorea berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun acapkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tertentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali

sambil meringis), adapula yang tak kuasa beraktifitas saking nyerinya (Proverawati dan Siti, 2009).

Hasil penelitian Maryana (2005) pada remaja kelas II di SLTP 12 Semarang, didapatkan hasil 66,0% mengalami dismenore dan 34,0% tidak mengalami dismenore. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Mariatun (2013), hampir 50% dari siswi SMP 3 Ungaran pernah mengalami rasa nyeri ketika menstruasi, akan tetapi sekitar 35% dari mereka dapat mengikuti proses pembelajaran yang ada di sekolah dan 10-15% tidak mampu mengikuti proses pembelajaran.

Anurogo dan Ari (2011) mengungkapkan bahwa remaja yang mengalami dismenorea pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur dan prestasinya kurang begitu baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenorea. Dismenorea pada remaja harus ditangani meskipun hanya dengan pengobatan sendiri atau non farmakologi untuk menghindari hal–hal yang lebih berat. Dampak yang terjadi jika dismenorea tidak ditangani maka patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan.

Selain dari dampak diatas, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing. Ketegangan biasanya menambah parahnya keadaan yang buruk setiap saat. Sedikit tidak merasa nyaman saat dengan cepat berkembang menjadi suatu masalah besar dengan segala kekesalan yang menyertainya. Dengan demikian kegelisahan, perasaan tidak gembira atau juga perasaan tertekan semua itu bukanlah hal yang tidak biasa (Anurogo dan Ari, 2011). Dalam penelitiannya, Sangkuni dkk (2013) mengungkapkan bahwa Remaja putri yang mengalami gangguan dalam aktivitas belajar diakibatkan karena nyeri haid yang dirasakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini menyebabkan remaja putri sulit berkonsentrasi karena ketidaknyamanan yang dirasakan ketika nyeri haid. Oleh karena itu pada usia remaja dismenorea harus ditangani agar tidak terjadi dampak seperti hal-hal yang diatas.

Faktor resiko yang menyebabkan timbulnya dismenorea yaitu menstruasi pertama (menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun), wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nulipara), darah

(3)

menstruasi berjumlah banyak atau menstruasi yang panjang, merokok, adanya riwayat dismenorea pada keluarga, obesitas (kegemukan), kesiapan dalam menghadapi menstruasi serta riwayat keluarga yang positif (positif family history) (Judha dkk, 2012; Proverawati dan Siti, 2009).

Ehrenthal dkk (2006) mengungkapkan bahwa riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) yang mengalami dismenorea menyebabkan seorang wanita untuk menderita dismenorea parah, hal ini berhubungan karena kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran memiliki jumlah siswa putri sebayak 84 orang dari tiga kelas, yaitu 22 orang pada kelas VII, 28 orang pada kelas VIII, dan 34 orang pada kelas IX. SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran difasilitasi dengan asrama (pondok) untuk siswanya. Berdasarkan laporan dari guru-guru, bahwa selama pelajaran berlangsung banyak siswi yang tiba-tiba minta izin di saat pelajaran karena perutnya sakit atau tidak masuk kelas dengan alasan sakit perut.

Survei pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 13 Mei 2014 pada 10 remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran, ditemukan bahwa 10 remaja putri tersebut mengalami dismenorea dan 8 dari remaja putri tersebut mengalami dismenorea yang sangat menganggu aktivitas mereka, sehingga kadang meninggalkan pelajaran dan beristirahat di pondok. Dari kesepuluh remaja putri tersebut didapatkan bahwa 6 orang diantaranya mempunyai riwayat dismenorea pada keluarganya.

Oleh karena begitu banyak remaja yang mengalami dismenorea berat dan sebagian besar mengungkapkan bahwa mereka mempunyai riwayat dismenorea dalam keluarganya, maka hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Hubungan antara Riwayat Dismenorea Keluarga dengan Kejadian Dismenorea berat pada Remaja Putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran”. Sehingga untuk kedepannya kejadian dismenorea berat dapat diminimalkan dengan segera memberikan penanganan pada remaja yang berisiko mengalami dismenorea.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain

analitic kolerasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan. Alasan menggunakan desain ini karena pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis hubungan antara riwayat dismenorea keluarga dengan kejadian dismenorea berat pada remaja putri menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang ada di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran dengan jumlah 84 orang.

Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu teknik penelitian dengan

menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi (Notoadmodjo, 2012). Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang berjumlah 54 orang.

Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang hadir pada saat dilakukan penelitian.

Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang belum pernah mengalami menarche atau mengalami

menarche < 6 bulan saat dilakukan penelitian.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 19-20 Agustus 2014 di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran.

Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil langsung oleh peneliti. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket, yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya

(4)

banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak).

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 21 kuesioner, yaitu yang berisikan 7 pertanyaan mengenai kejadian dismenorea berat dan 14 pertanyaan mengenai riwayat dismenorea berat dalam keluarga. Bentuk pertanyaan yaitu dengan dua alterntif jawaban ya dan tidak.

Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah hasil catatan administrasi tentang jumlah remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran yaitu sebanyak 84 orang. Analisis Data

Analisa Univariat

Pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel yaitu kejadian dismenorea berat pada remaja putri dan riwayat dismenorea berat dalam keluarga.

Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas secara sendiri-sendiri dengan variabel terikat. yang dalam penelitian ini, dimana variabel bebasnya adalah riwayat dismenorea berat dalam keluarga terhadap variabel terikat yaitu kejadian dismenorea berat pada remaja putri.

Teknik analisa data dengan menggunakan komputer melalui program SPSS, uji hipotesa yang digunakan adalah dengan hipotesa asosiatif dengan menggunakan uji kolerasi tata jenjang dari Chi-Square. Korelasi Chi-Square digunakan untuk menguji perbedaan kelompok dan mencari hubungan antara kedua variabel.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

Kejadian Dismenorea Berat

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea Berat pada Remaja Putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran

Kejadian Dismenorea Berat Frekuensi Persentase (%) Ya 18 33,3 Tidak 36 66,7 Total 54 100 Tabel 1 menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami kejadian dismenorea berat sebanyak 18 orang (33,3%) lebih sedikit dari pada remaja putri yang tidak mengalami kejadian dismenorea berat.

Riwayat Dismenorea Berat dalam Keluarga

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Riwayat Dismenorea Berat dalam Keluarga

Riwayat Dismenorea Berat dalam Keluarga Frekuensi Presentase (%) Berisiko 9 16,7 Tidak Berisiko 45 83,3 Total 54 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa remaja putri yang berisiko mengalami dismenorea berat karena memiliki riwayat dismenorea berat dalam keluarganya sebanyak 9 orang (16,7%) lebih sedikit dari pada remaja putri yang tidak berisiko.

Analisis Bivariat

Hubungan antara Riwayat Dismenorea Keluarga dengan Kejadian Dismenorea Berat

Tabel 3.

Tabulasi Silang Hubungan antara Riwayat Dismenorea Keluarga dengan Kejadian Dismenorea Berat pada Remaja Putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran

Riwayat Dismenorea Berat dalam Keluarga

Kejadian Dismenorea Berat

Total Ya Tidak f % f % f % Berisiko 7 7,8 2 22,2 9 100,0 Tidak Berisiko 11 24,4 34 75,6 45 100,0 Total 18 33,3 36 66,7 54 100,0 p value = 0,004

(5)

Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact didapatkan p value = 0,004, berarti p value < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat dismenorea keluarga dengan kejadian dismenorea berat pada remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran.

PEMBAHASAN Analisis Univariat

Kejadian Dismenorea Berat

Remaja putri di SMP Miftahul Ulum Ungaran yang mengalami dismenorea berat sebanyak 18 orang (33,3%) bukan merupakan jumlah yang kecil mengingat dismenorea berat tidak hanya akan berdampak pada aktivitas belajar maupun diluar belajarnya. Tetapi juga ditakutkan merupakan gejala yang mengarah ke patologi sehingga membutuhkan penanganan khusus.

Berdasarkan hasil kuesioner penelitian menggungkapkan bahwa banyak remaja mengalami dismenorea berat yang dapat dilihat dari gejalanya, responden banyak memilih nyeri menstruasi yang mereka alami dapat menganggu aktifitas belajar dan pemenuhan kebutuhan dasarnya, selain itu juga nyeri menstruasi tersebut tidak hilang setelah mereka memberikan penanganan serta banyak menghabiskan waktunya ditempat tidur selama nyeri berlangsung.

Judha dkk (2012) mengungkapkan bahwa klasifikasi dismenorea dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati. Dismenorea yang didasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati yaitu terbagi dua menjadi dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Primer murni karena proses kontraksi rahim tanpa penyakit dasar sebagai penyebab (Proverawati dan Siti, 2009). Sedangkan Dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, dan malposisi uterus (Judha dkk, 2012).

Penelitian terhadap kejadian dismenorea yang terjadi pada remaja putri di SMP

Miftahul Ulum Ungaran tidak dibedakan menjadi dismenorea primer atau sekunder, melainkan berdasarkan derajat nyeri yang ditimbulkan pada dismenorea tersebut. Dikarenakan untuk mendiagnosis jenis dismenorea tersebut membutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain yang dapat melakukannya. Oleh karena itu, responden yang mengalami dismenorea berat bisa termasuk ke dalam klasifikasi dismenorea primer maupun sekunder.

Wiknjosastro (2009) mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dismenorea primer seperti faktor kejiwaan, faktor konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis, faktor endokrin dan faktor alergi. Pada gadis-gadis yeng emosionalnya tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenorea. Dimana pada masa remaja berdasarkan teori dari Soelaryo dkk (2008) banyak terjadi perubahan-perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial. Masa remaja sangat rawan dengan stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas (Proverawati dan Siti, 2009). Oleh karena itu pada masa ini sangat dibutuhkan peran dari orang tua maupun guru untuk memberikan penerangan tentang proses menstruasi.

Faktor konstitusi merupakan faktor yang dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dan dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Wiknjosastro, 2009). Dalam bukunya, Agus (2009) menjelaskan bahwa masa remaja yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga kebutuhan makanan yang mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar, karena itu kadang remaja mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makan sehari-harinya termasuk didalamnya kekurangan zat besi yang mengakibatkan terjadinya anemia. Oleh karena itu jika nyeri menstruasi terjadi maka nyeri tersebut bisa menjadi berat.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang dapat memperparah dismenorea menjadi dismesorea berat seperti usia menarche < 12 tahun, kesiapan dalam menghadapi menstruasi,

(6)

periode menstruasi yang lama, aliran menstruasi yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif, nulipara (belum pernah melahirkan), kegemukan, konsumsi alkohol, adanya riwayat dalam keluarga (Judha dkk, 2012; Proverawati dan Siti, 2009). Jika remaja putri di SMP IT Miftahul Ulum Ungaran mengalami salah satu faktor risiko tersebut maka ia berisiko untuk mengalami dismenorea berat.

Menstruasi pertama pada usia amat dini < 12 tahun hal ini dikarenakan bila menarche terjadi pada usia yang lebih awal dari normal, di mana alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi (Widjanarko, 2006). Tetapi teori ini tidak dapat diterapkan pada responden penelitian dikarenakan usia responden rata-rata 12-15 tahun.

Faktor psikologis akan mempengaruhi kejadian dismenorea berat, dimana jika ditemukan remaja putri yang cemas hingga depresi dikarenakan ketakutannya untuk mengalami nyeri yang sama setiap ia akan mengalami menstruasi. Hal ini akan menimbulkan nyeri yang serupa apabila ia mengalami menstruasi selanjutnya. Dalam bukunya, (Potter dan perry, 2005) mengungkapkan bahwa hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat komplek. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wadhwa, et al (2004) yang mengungkapkan bahwa depresi dan kecemasan memiliki hubungan yang signifikan dengan rasa sakit pada saat menstruasi.

Guru yang mengajar di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran mengungkapkan bahwa siswi mereka sering tidak masuk kelas apabila mengalami nyeri menstruasi. Mengingat jumlah remaja yang mengalami dismenorea berat yaitu sebanyak 33,3 % dari jumlah seluruh remaja perempuan, dapat diartikan bahwa ini jumlah yang banyak. Hal ini akan sangat menganggu aktivitas belajar mereka, dikarenakan nyeri menstruasi ini akan terus berlangsung setiap mengalami periode menstruasi sehingga ia akan berulang

kali absen. Oleh karena itu, dismenorea berat harus ditangani agar tidak mengganggu aktivitas belajar maupun di luar belajar remaja putri tersebut.

Riwayat Kejadian Dismenorea Berat dalam Keluarga

Riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan salah satu faktor risiko dismenorea, dikarenakan kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya, riwayat nyeri keluarga menyebabkan seseorang wanita untuk menderita dismenorea parah jika ibunya atau saudara perempuannya telah mengalaminya (Patruno dalam Ehrenthal dkk, 2006).

Judha dkk (2012) mengungkapkan bahwa dismenorea yang sering terjadi adalah dismenorea fungsional (wajar) yang terjadi pada hari pertama atau menjelang hari pertama akibat penekanan pada kanalis servikalis (leher rahim). Biasanya dismenorea akan menghilang atau membaik seiring hari berikutnya menstruasi. Dismenorea yang non fungsional (abnormal) menyebabkan nyeri hebat yang dirasakan terus menerus, baik sebelum, sepanjang menstruasi bahkan sesudahnya. Kalau hal itu terjadi, penyebab paling sering yang dicurigai adalah endometriosis atau kista ovarium.

Mengulang kembali teori yang telah diungkapkan oleh Judha dkk, (2012); Proverawati dan Siti, (2009), bahwa faktor risiko yang dapat memperparah dismenorea menjadi dismenorea berat adalah usia

menarche < 12 tahun, kesiapan dalam

menghadapi menstruasi, periode menstruasi yang lama, aliran menstruasi yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif, nulipara (belum pernah melahirkan), kegemukan, konsumsi alkohol, adanya riwayat dalam keluarga.

Kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang yang tidak jauh beda dengan ibu dan saudara kandungnya menjadikan seseorang dalam keluarga itu juga akan mengalami

menarche dini (< 12 tahun). dimana menarche

dini ini menyebabkan alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi. Sehingga menyebabkan anak wanita dalam keluarga tersebut juga akan mengalami dismenorea ketika menstruasi.

(7)

Tidak hanya usia menarche yang dini saja, tetapi periode menstruasi yang lama, aliran menstruasi yang hebat, serta riwayat keluarga yang positif pada kenyataan yang sering kita temui adalah jika ibunya mengalaminya maka anaknya juga akan mengalaminya. Oleh karena anak tersebut mengalami periode menstruasi yang lama dan aliran menstruasi yang hebat maka ia berisiko untuk mengalami dismenorea berat. Hal ini membuktikan teori kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya (Patruno dalam Ehrenthal dkk, 2006) sehingga jika sebelumnya anggota keluarganya pernah mengalami faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan dismenorea berat, maka anggota selanjutnya juga akan mengalami faktor-faktor risiko tersebut dan menyebabkan nantinya akan mengalami dismenorea berat.

Analisis Bivariat

Hubungan antara Riwayat Dismenorea

Keluarga dengan Kejadian Dismenorea Berat

Jika dilihat dari hasil penelitian bahwa yang mempunyai riwayat dismenorea berat dalam keluarganya hanya sebanyak 7 orang sedangkan 11 orang lainnya tidak memiliki riwayat dismenorea berat dalam keluarganya tetapi juga mengalami dismenorea berat. Hal ini dikarenakan faktor yang mempengaruhi dismenorea menjadi dismenorea berat tidak hanya memiliki riwayat dalam keluarganya saja, tetapi juga ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi seperti usia menarche < 12 tahun, kesiapan dalam menghadapi menstruasi, periode menstruasi yang lama, aliran menstruasi yang hebat, merokok, riwayat keluarga yang positif, nulipara (belum pernah melahirkan), kegemukan, konsumsi alkohol (life style) (Judha dkk, 2012; Proverawati dan Siti, 2009)

Hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact didapatkan p value = 0,004, berarti p value < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara riwayat dismenorea keluarga dengan kejadian dismenorea berat pada remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran.

Patruno dalam Ehrenthal dkk (2006) mengungkapkan bahwa riwayat keluarga (ibu atau saudara perempuan kandung) merupakan salah satu faktor risiko dismenorea,

dikarenakan kondisi anatomis dan fisiologis dari seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-saudaranya, Riwayat nyeri keluarga menyebabkan seseorang wanita untuk menderita dismenorea parah jika ibunya atau saudara perempuannya telah mengalaminya.

Hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa dari 9 responden yang memiliki riwayat dismenorea berat dalam keluarga 7 orang (77,8%) juga mengalami kejadian dismenorea berat dan hanya 2 orang (22,2%) yang tidak mengalami dismenorea berat. Ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat dismenorea berat dalam keluarganya berisiko lebih besar mengalami kejadian dismenorea berat. Hal ini selaras dengan penelitian Asih (2012), yang mengungkapkan bahwa faktor riwayat keluarga diduga berpengaruh terhadap kejadian dismenorea. Menurutnya riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenorea. Dalam penelitiannya didapatkan p

value = 0,038 atau p<0,05 yang berarti ada

hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea pada remaja putri. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Sophia (2013) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara riwayat dismenorea pada keluarga dengan kejadian dismenorea.

Seperti halnya endometriosis yang dipengaruhi oleh faktor genetik, wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki risiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut (Judha dkk, 2012). Ditakutkan dismenorea berat yang terjadi pada responden merupakan gejala yang mengarah ke dismenorea sekunder. Sehingga mereka yang memiliki riwayat dismenorea berat dikarenakan keluarganya memiliki riwayat endometriosis menjadikan responden semakin memiliki risiko lebih besar mengalami dismenorea berat.

Faktor genetik memiliki andil yang besar, seorang keluarga yang keluarganya pernah menderita penyakit kanker, ada kemungkinan penyakit tersebut juga dialami oleh keturunannya. Wanita dengan riwayat keluarga yang menderita kanker pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan adik/kakak, risikonya 2 hingga 3 kali lebih tinggi. Apabila dilakukan pemeriksaan genetik

(8)

terhadap darah dan hasilnya positif maka dapat meningkatkan peluang terkena kanker pada keturunannya, 2 hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai riwayat keturunan. Penyakit biasanya menurun mengikuti garis ibu. Seorang yang memiliki anggota keluarga terkena kanker, maka memiliki risiko yang sama (Hawari, 2004).

Tidak hanya faktor genetik yang diturunkan, faktor psikologis juga dapat ikut andil dalam masalah ini misalnya seperti ansietas atau kekhawatiran yang berlebih seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat dari pada individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil (Potter dan Perry, 2005). Hal ini dapat terjadi pada remaja putri yang memiliki riwayat dismenorea berat dalam keluarganya, ansietas dapat timbul jika ia melihat ibu atau saudara perempuannya tersiksa karena dismenorea. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa remaja tersebut takut akan mengalami hal yang sama. Hal ini didukung oleh pendapat Redish (2006) bahwa dismenorea secara signifikan berhubungan dengan depresi dan gangguan somatis, yang merupakan salah satu indikator seseorang mengalami kecemasan.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang digunakan data sekunder, dimana peneliti tidak melihat responden secara langsung pada saat terjadinya dismenorea serta peneliti tidak dapat mengontrol jawaban responden karena pengisian kuesioner dilakukan di rumah atau pondok. Sehingga ada kemungkinan terjadi diskusi jawaban antar responden. Selain itu, peneliti tidak mengidentifikasikan lebih mendalam faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian dismenorea berat seperti kesiapan dalam menghadapi menstruasi, periode menstruasi yang lama serta faktor-faktor risiko lainnya. Peneliti juga tidak dapat memberikan penyuluhan mengenai dismenorea dan penanganannya. Sehingga sebaiknya diadakan penelitian lanjutan yang juga disertai dengan penyuluhan.

KESIMPULAN

Kejadian dismenorea berat pada remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran sebanyak 18 orang (33,3%).

Riwayat dismenorea berat dalam keluarga pada remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran sebanyak 9 orang (16,7%).

Ada hubungan yang bermakna antara riwayat dismenorea keluarga dengan kejadian dismenorea berat pada remaja putri di SMP Islam Terpadu Miftahul Ulum Ungaran dengan hasil uji statistik dengan Fisher’s Exact didapatkan p value = 0,004 atau p value < 0,05.

SARAN

Hendaknya bagi remaja putri yang sering merasa terganggu dengan nyeri menstruasinya tidak sungkan untuk menceritakannya dengan orang tua atau guru-gurunya. Dengan begitu orang tua atau guru-gurunya akan berusaha mencari penanganan yang tepat untuk mengurangi nyerinya.

Orang tua yang memiliki riwayat dismenorea berat harus melakukan antisipasi penanganan segera pada anaknya, karena kemungkinan besar orang tua yang pernah mengalami riwayat dismenorea berat akan menurunkan kepada anak-anaknya.

Guru-guru yang mengajar hendaknya memberikan penjelasan mengenai menstruasi dan gangguan-gangguannya. Jika tidak bisa memberikan penjelasan secara mandiri, dapat mengundang tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi secara berkala.

Peneliti lain dapat mengadakan penelitian lanjutan mengenai dismenorea pada remaja putri di SMP IT Miftahul Ulum Ungaran ini. Penelitian juga dapat disertai dengan penyuluhan untuk menambah pengetahuan remaja putri di SMP IT Miftahul Ulum ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ali, M & Mohammad A. 2011. Psikologi

remaja perkembangan peserta didik.

Jakarta : PT Bumi Aksara

[2] Anurogo, D & Ari W. 2011. Cara jitu

(9)

[3] Arikunto. 2013. Prosedur penelitian suatu

pendekatan praktik. Jakarta: Rineka

Cipta

[4] Asih, A.S. 2012. Analisis kejadian dismenorea primer pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA kota Tasikmalaya (Thesis). Tasikmalaya : Universitas Siliwagi Tasikmalaya

[5] Ehrenthal, D.B. 2006. Woment healthy

menstrual disorders. USE : The American

College of Physicians

[6] Harlock, A.A. 2013. Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga

[7] Hawari, D. 2004. Kanker payudara

dimensi psikoreligi. FK UI : Jakarta

[8] Agus, S. 2009. Tetap langsing dan sehat

dengan terapi diet. Jakarta : Agromedia

Pustaka

[9] Jahja, Y. 2011. Psikologi perkembangan. Jakarta : Kencana

[10] Judha M dkk. 2012. Teori pengukuran

nyeri nyeri persalinan. Yogyakarta : Nuha

Medika

[11] Mansjoer, A dkk. 2009. Kapita selekta

kedokteran edisi ketiga. Jakarta : Media

Aesculapius

[12] Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita selekta

penatalaksanaan rutin obstetri,

ginekologi, dan KB. Jakarta : EGC

[13] Mariatun. 2013. Hubungan antara kemampuan penyesuaian diri terhadap tuntutan sekolah dengan lama dismenore pada kejadian dismenore berat (Skripsi). Ungaran : STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

[14] Maryana, Y. 2005. Hubungan antara status gizi (indek tb/u) dan frekuensi olahraga dengan kejadian dismenore pada remaja putri kelas II SLTPN 12 Semarang (Skripsi). Semarang : Universitas Diponegoro

[15] Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

[16] Pardede, N. 2008. Masa remaja. Dalam : Narenda, M.B dkk. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto

[17] Patruno. 2006. Dysmenorrhea. In : Ehrenthal, D.B. Woment Healthy Menstrual Disorders. USE : The American College of Physicians

[18] Potter & Perry. 2005. Buku ajar

keperawatan : konsep, proses dan praktis edisi keempat. Jakarta : EGC

[19] Rahmawati, W. 2009. Hubungan antara riwayat penyakit keluarga dengan penyakit pasien di Klinik Dokter Keluarga (Skripsi). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

[20] Redish, S. 2006. Dysmenorrhea.

Australian Family Physician ; 26 (11)

[21] Riyanto, A. 2011. Aplikasi metodelogi

penelitian kesehatan. Yogyakarta : Nuha

Medika

[22] Proverawati, A & Siti M. 2009.

Menarche. Yogyakarta : Nuha Medika

[23] Saguni, F.C.A dkk. 2013. Hubungan dismenore dengan aktivitas belajar remaja putri di SMA Kristen I Tomohon.

Ejournal Keperawatan ; 1(1) : 1-6

[24] Saryono. 2009. Metodologi penelitian

kesehatan penuntun praktis bagi pemula.

Yogyakarta : Mitra Cendekia Press [25] Sastroasmoro, S & Sofyan I. 2008.

Dasar-dasar metodelogi penelitian. Jakarta :

Sagung Seto

[26] Soelaryo, T.S dkk. 2008. Epidermiologi masalah remaja. Dalam : Narenda, M.B dkk. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta : Sagung Seto

[27] Sophia, F. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dismenore pada siswi SMK Negri 10 Medan tahun 2013 (Thesis). Medan : USU

[28] Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta

[29] Sukarni, I & Margareth. 2013. Kehamilan,

persalinan, dan nifas dilengkapi dengan patologi. Yogyakarta : Nuha Medika

[30] Tamsuri, A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC

[31] Wadhwa, L. 2004. Severity affect family and evironment (safe) approach to evaluate chonic pelvis pain in adolescent

(10)

girls. Indian Journal of Medical Scienes ; 58(7) : 275-382

[32] Widjanarko, B. 2006. Dismenore tinjauan terapi pada dismenore primer. Majalah

Kedokteran Damianus ; 5 (1)

[33] Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Sarwono Prawirohardjo

Gambar

Tabel 2 menunjukkan bahwa remaja putri  yang  berisiko  mengalami  dismenorea  berat  karena  memiliki  riwayat  dismenorea  berat  dalam  keluarganya  sebanyak  9  orang  (16,7%)  lebih sedikit dari pada remaja putri yang tidak  berisiko

Referensi

Dokumen terkait

Rekan-rekan penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah secara langsung maupun secara tidak langsung memberikan bantuan dan dukungan yang sangat berguna

Serta dalam rangka ketertiban sosial diperlukan sistem peradilan pidana anak yang mampu memberikan perlindungan dan rasa keadilan terhadap anak sehingga mereka masih memiliki

Pengetahuan yang jelas tentang volatilitas dan sensitivitas dari setiap faktor sehubungan dengan perilaku harga saham yang membantu investor untuk menikmati

Contoh, Manual Mutu atau Dokumen Eksekutif lainnya, Bisnis Proses, Target Mutu ( deployment ), dan Prosedur. - Dokumen public-printed, adalah dokumen ISO 9001-2000

Balok adalah bangun ruang yang pasang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang dan tiap persegi panjang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama1. Tiga pasang persegi panjang

Namun untuk mengembangkan peternakan di masyarakat selama ini belum berjalan dengan optimal, hal ini terkait dengan rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) seperti

Hak diatur dalam Pasal 833 KUHPer, Pasal 1023 KUHPer, dan Pasal 1318 KUHPer, ahli waris memiliki hak untuk meneruskan perjanjian kredit pewaris dan memiliki hak atas harta

Alasan pemilihan slogan tersebut adalah dengan menggunakan pesan yang singkat kita mengajak target audiens untuk merasa ikut memiliki bus kota dan dengan