• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

Oleh :

BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PETANIAN

(2)

VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI

Oleh :

BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100

Disetujui

Bogor, Desember 2007 Dosen Pembimbing Akademik

Ir. Mad Yamin, MT.

NIP. 131 624 185

(3)

VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA

MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM

VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100

(4)

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

VISUALISASI PENGATURAN KELEMBABAN UDARA PADA

MEDIA RUANG TUMBUH JAMUR DENGAN PROGRAM

VISUAL BASIC 6.0

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

BOBBY IMAN SETYA KUSUMA F14103100

Dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1986 di Jakarta, DKI Jakarta Tanggal Lulus : Februari 2008

(5)

Disetujui, Bogor, Februari 2008

Ir. Mad Yamin, MT

Dosen Pembimbing

Bobby Iman Setya Kusuma F14103100. Visualisasi Pengaturan Kelembaban Udara Pada Media Ruang Tumbuh Jamur Dengan Program Visual Basic 6.0. Di bawah bimbingan Ir. Mad Yamin, MT.

RINGKASAN

Hortikultura merupakan komoditas agribisnis yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan hal ini dikarenakan banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia. Jamur kayu adalah salah satu produk hortikultura yang berpeluang untuk ditumbuhkembangkan mengingat meningkatnya tingkat konsumsi pada produk ini. Terdapat beberapa jenis jamur kayu yang dapat dibudidayakan, diantaranya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus), Jamur Abalone (Pleurotus Abalonus), Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) dan Lingzhi (Gnoderma lucidum).

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehimgga tidak bisa melekukan fotosintesis untuk menghsilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterofik yang kehidupannya tergantung pada organisme lain.

Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada jamur adalah kelembaban. Kelembaban pada jamur sangat berpengaruh agar jamur dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga nantinya mampu menghasilkan jamur dengan kondisi yang memuaskan. Jamur pada saat ini banyak digemari oleh banyak orang dikarenakan rasanya menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu kandungan protein pada jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Misalnya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) mengandung karbohidrat 56,7%, protein 30,4%, lemak 2,2% serta sisanya serat dan abu. Selain itu mengandung pul vitamin-vitamin meliputi Thiamin, Ribovalin dan Niasin serta mineral kalsium, fosfor dan kalium (Yuniasmara dkk,1997).

(6)

Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tumbuh yang dirancang sederhana dengan tujuan menciptakan suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan jamur yang nantinya berpengaruh pada stabilitas kelembaban yang dicapai. Faktor cuaca tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Pada budidaya jamur biasanya permulaan tanam dimulai pada musim penghujan atau pada menjelang musim kemarau.

Berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Jamur Tiram, maka tahap tumbuh buah sampai panen dari jamur ini dilakukan pada ruangan khusus yang dikontrol suhu dan kelembabannya. Fakor kelembaban sangat diperhatikan karena dengan kelembaban yang sesuai dan konstan maka jamur akan tumbuh secara optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi pengendalian kelembaban yang ada pada ruang tumbuh jamur terkendali dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur.

Pembuatan desain program untuk simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini dimulai dengan pembuatan algoritma dan juga diagram alir. Algoritma dari program ini adalah bahwa ketika suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya lebih besar dari 17°C. Maka program akan menjalankan animasi kipas yang sedang berjalan. Untuk kelembaban udara ketika nilainya kurang dari 80%, maka animasi nozel akan menyemprotkan air dan jika kelembaban udara lebih dari 80% maka animasi dehumidifier akan menyerap air.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur bagi Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan proposal penelitian ini.

Skripsi ini berjudul Visualisasi Pengaturan Kelembaban Udara Pada Media Ruang Tumbuh Jamur Dengan Program Visual Basic 6.0, Dibuat berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian. Tulisan ini dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dorongan dan doa.

2. Ir. Mad Yamin, MT yang selalu sabar dan memberikan dukungan selama ini. 3. Teman-teman seperjuangan di TEP’40 Dodo, Rendra, sto, Tedjo, Gawa, Anas, Yandra, Raning, Ojan, Irwan, Ale, Sita, Siska, Tika, Gigi dan 113 teman

Seangkatan lainnya yang selama ini selalu memberikan dorongan dan doa.

4. Teman-teman di TEP’38, TEP’39 dan TEP’41 atas waktunya yang sempat dilewati bersama-sama.

5. Kedua adikku (Nonny dan Dafa) atas dukungan dan semangatnya.

6. Febri Sastiviani Putri Cantika yang selalu ada untuk memberikan semangat dan dorongan untuk menyeleseikan skripsi ini.

7. Trisha Amanda Ardichas teman penulis dalam dunia maya yang masih menganggap penulis adalah orang asing.

8. Salman Widodo atas segala saran yang bisa menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

9. Raincity Hardcore Crew atas semangat kalian yang memacu penulis karena melihat kalian terus dan terus berjuang demi kelangsungan hidup dan masa depan kalian.

(8)

10. Para member dari band-bandku Chocore (Thio, Dwie, Gawa, Berdy dan Emi), TakexOnexStep (Jonney, Ijey, Dina dan Moko), Revolt (Titan, Aip, Yermi dan Eric) dan Threshold (Ican, Fahmi, Letda Infantri Abay dan Firdy master) sebagai tempat melepas penat.

11. Orang-orang yang sering bernaung di Randomic (Dion, Hadi, Ikra, Cepi dan Billy) dan Relish (Ferly, Acun, Irawan dan teman-teman lainnya), Sudut Imagi dan Damned Potatoes RIP.

12. Teman-teman lamaku di SMUN 5 (Evita, Nisa, Dini, Ike, Anya, Uci, Diba, Bunga dll)

13. Ibu Ros dan Pak Nandang staff UPT TEP atas kerjasamanya selama ini.

14. Teman-temanku semasa kecil, Evan, Obith, Ramadan, Oni, Andi, Bimo, Dana, Mas Septi, Budi, Ari Reagan, Dani, Lia dll semangat ini akan terus ada demi janji kita bersama dulu.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna, demikian juga dengan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Februari 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... ... 3

A. JAMUR (MUSHROOM) ... 3

B. JAMUR TIRAM ... ... 4

C. RUANG TUMBUH JAMUR ... 6

D. LOGIKA DAN KONTROL ... ... 8

E. DESAIN PERANGKAT LUNAK ... 11

F. MICROSOFT VISUAL BASIC (versi 6.0) ... 13

G. SIMULASI DAN MODEL ... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ... 16

B. ALAT DAN BAHAN ... 16

C. METODA DAN PEMBUATAN APLIKASI ... 17

IV. PEMBAHASAN... 20

V. KESIMPULAN ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Himpunan Crisp ... 9

Gambar 2. Himpunan Fuzzy ... 9

Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy Inferensi ... 10

Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah ... 11

Gambar 5. Diagram Alir Progam Visualisasi Pengaturan Kelembaban ... 19

Gambar 6. Tampilan awal program visualisasi ………... 31

Gambar 7. Tampilan program saat kipas dan dehumidifier on ………..31

Gambar 8. Tampilan saat kipas dan sprayer on ………. 32

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan gizi beberapa jenis jamur ... 5 Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi jamur dan bahan makanan lain ... 5

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Listing program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ... 35 Lampiran 2. Data yang dimasukkan dalam program (Krissandi,1999) ... 47

(13)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hortikultura merupakan komoditas agribisnis yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan hal ini disebabkan banyaknya permintaan terhadap komoditas tersebut seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia. Jamur kayu adalah salah satu produk hortikultura yang berpeluang untuk ditumbuhkembangkan mengingat meningkatnya tingkat konsumsi pada produk ini. Terdapat beberapa jenis jamur kayu yang dapat dibudidayakan, diantaranya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus), Jamur Abalone (Pleurotus Abalonus), Jamur Kuping (Auricularia Polytricha) dan Lingzhi (Gnoderma lucidum).

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehimgga tidak bisa melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan, seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur digolongkan sebagai tanaman heterofik yang kehidupannya tergantung pada organisme lain.

Pertumbuhan dan perkembangan jamur sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Tanaman memerlukan lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada jamur adalah kelembaban. Kelembaban pada jamur sangat berpengaruh agar jamur dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga nantinya mampu menghasilkan jamur dengan kondisi yang memuaskan. Jamur pada saat ini banyak digemari oleh banyak orang dikarenakan rasanya menyamai kelezatan daging, kandungan lemak jamur lebih rendah sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi. Selain itu kandungan protein pada jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman. Misalnya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus) mengandung karbohidrat 56,7%, protein 30,4%, lemak 2,2% serta sisanya serat dan abu. Selain itu mengandung pul

(14)

vitamin-vitamin meliputi Thiamin, Ribovalin dan Niasin serta mineral kalsium, fosfor dan kalium (Yuniasmara dkk,1997).

Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tumbuh yang dirancang sederhana dengan tujuan menciptakan suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan jamur yang nantinya berpengaruh pada stabilitas kelembaban yang dicapai. Faktor cuaca tetap menjadi pertimbangan utama dalam menentukan awal tanam. Pada budidaya jamur biasanya permulaan tanam dimulai pada musim penghujan atau pada menjelang musim kemarau.

Berdasarkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan Jamur Tiram, maka tahap tumbuh buah sampai panen dari jamur ini dilakukan pada ruangan khusus yang dikontrol suhu dan kelembabannya. Fakor kelembaban sangat diperhatikan karena dengan kelembaban yang sesuai dan konstan maka jamur akan tumbuh secara optimal.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah visualisasi pengendalian kelembaban yang ada pada ruang tumbuh jamur terkendali dengan menggunakan program Visual Basic 6.0 untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur.

(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. JAMUR (MUSHROOM)

Jamur (mushroom) adalah buah dari tanaman jamur (miselium) dan mengandung ‘biji’ yang disebut spora. Tubuh dari tanaman jamur ini disebut sebagai miselium dengan bagian individualnya bersifat mikroskopik. Miselium menyimpan nutrient dan komponen esensial lainnya. Apabila kondisi telah cukup memungkinkan miselium ini akan menghasilkan tubuh buah yang disebut jamur (mushroom).

Jamur merupakan organ dari fungi yang berdaging dan menyimpan spora. Bagian tubuh berdaging inilah yang menyebabkan manusia tertarik untuk menjadikannya sebagai bahan makanan, akan tetapi secara biologi jamur adalah fungus yang memproduksi spora (Chang dan Miles, 1989)

Jamur termasuk dalam golongan Thalopytha dan tidak berklorofil. Pada awalnya Thalopytha dianggap sebagai tumbuhan yang akar, daun dan batangnya tidak dapat dibedakan secara nyata. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan dengan ditemukannya mikroskop elektron diketahui bahwa jamur bukan termasuk ke dalam dunia tumbuhan (Duddington, 1972).

Jamur merupakan tanaman yang mempunyai sel berspora tapi tidak berklorofil, yang hidup diantara jasad hidup (biotik) dan atau mati (abiotik). Sifat kehidupan jamur ini ada yang bersifat heterotrop artinya kehidupan jamur ini bergantung organisme lain. Juga ada yang bersifat sapropit, artinya hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi (sampah), ada juga yang sifatnya mutualisme artinya kehidupan antar organisme yang saling menguntungkan. Ada juga yang bersifat parasit, artinya jamur yang merugikan (Pasaribu, 2001).

Secara umum jamur dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : mushroom yang dapat dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan, diaplikasikan sebagai obat (medicinal mushroom), jamur beracun (poisonous mushroom) dan jenis-jenis lain yang belum bisa diidentifikasi secara luas (Chang et.,1993).

(16)

B. JAMUR TIRAM

Jamur Tiram termasuk kedalam kelas basidiomycetes dengan klasifikasi sebagai berikut : Kelas : Basidiomycetes Subkelas : Phragmobasidiomycetes Ordo : Agaricales Familia : Agaricaeae Genus : Pleurotus Spesies : Pleurotus sp

Disebut jamur Tiramatau (oystermushroom) karena bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada ditengah, tetapi agak ke pinggir. Permukaan tudung Jamur Tiram licin, agak berminyak jika lembab dan tepiannya begelombang. Diameternya mencapai 3 – 15 cm. Jamur Tiram adalah salah satu jamur yang sangat enak dimakan serta mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jamur yang lain. (Yuniasmara.dkk, 1997). Warna jamur yang sering disebut dengan oyster mushroom ini bermacam-macam, ada yang putih, abu-abu, cokelat dan merah. Di Indonesia, jenis yang paling banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih.

Tubuh buah Jamur Tiram mengandung protein 27%, lemak 2%, karbohidrat 58%, serat 12% dan abu 9% per berat kering. Kandungan kadar air jamur tiram 90.8%, kandungan vitaminnya meliputi thiamine, riboflavin dan niasin. Adapun mineral yang terkandung antara lain : kalsium, fosfor, natrium dan kalium (Yuniasmara dkk.,1997). Sedangkan jenis-jenis jamur tiram yang dibudidayakan antara lain sebagai berikut :

1. Jamur tiam putih, dikenal dengan nama shimeji white (varietas florida). 2. Jamur tiram abu-abu, dikenal dengan nama shimeji grey (varietas

sajorcaju).

3. Jamur tiram cokelat, dikenal dengan nama jamur abalon (varietas cystidious).

(17)

4. Jamur tiram merah, dikenal dengan nama jamur shakira (varietas flabellatus)

Tabel 1. Kandungan Gizi beberapa jenis jamur (Yuniasmara dkk.,1997)

Komposisi Lentinus edodes

(Jamur Shittake)

Pleorotus Florida (Jamur Tiram Putih)

Pleurotuscycstidious (Jamur Tiram Cokelat) Protein 18% 27% 27% Lemak 8% 2% 2% Karbohidrat 71% 58% 51% Serat 8% 12% 13% Abu 7% 9% 7%

Kalori 392 Kkal 265 Kkal 300Kkal

Sumber : Yuniasmara dkk, 1997

Menurut H. Parjimo dan Drs. Agus Andoko (2007), kandungan protein jamur jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan makanan lain yang berasal dari tanaman.

Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi jamur dan bahan makanan lain

Bahan Makanan Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%)

Jamur Merang 1.8 0.3 4 Jamur Tiram 27 1.6 58 Jamur Kuping 8.4 0.5 82.8 Daging Sapi 21 5.5 0.5 Bayam - 2.2 1.7 Kentang 2 - 20.9 Kubis 1.5 0.1 4.2 Seledri - 1.3 0.2 Buncis - 2.4 0.2

Sumber : H. Parjimo dan Drs. Agus Andoko, 2007

(18)

Menurut Yuniasmara dkk (1997), budidaya Jamur Tiram adalah mengusahakan kondisi sehingga Jamur Tiram tersebut dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan adaptasi substrat dan lingkungan tempat tumbuh sesuai dengan tempat tumbuhnya di alam. Faktor yang berpengaruh adalah faktor media tumbuh dan lingkungan.

C. RUANG TUMBUH JAMUR 1. Syarat Tumbuh Jamur

Petani pada umumnya membudidayakan jamur dalam rumah tanaman dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Lokasi lahan sebaiknya memiliki ketinggian 700 m dpl, seperti Lembang, Cisarua, Cipanas serta tempat-tempat lain yang sesuai (suriawiria, 1999).

2. Budidaya Jamur

Tempat tumbuh Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak disamping itu kayu yang keras membuat media tanaman tidak cepat habis. Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan tidak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain.Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran bahan media tumbuh selain serbuk gergaji

(19)

sebagai bahan utama, perlu bahan tambahan berupa bekatul dan tepung jagung. Dalam hal ini harus dipilih bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein. Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur ( Calsium carbonat ) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter. Media yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi dengan mikroorganisme.Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2003)

3. Lingkungan a. Suhu

Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28°C dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 °C, kisaran suhu untuk pertumbuhan miselium jamu tiram 7 - 37°C dengan suhu optimum 26-28°C (Dinas Pertanian Jawa Timur, 2003).

(20)

b. Cahaya

Pengaruh cahaya mempunyai daya perusak sel-sel jamur, terutama cahaya yang bergelombang pendek (ultraviolet, infra merah, sinar gamma dll). Tetapi sinar cahaya yang bergelombang panjang seperti sinar matahari dapat mempunyai daya fotodinamik dan biofisik terhadap sel-sel jamur. Cahaya dapat berpengaruh dalam reproduksi dalam bentuk perangsangan, penghambatan atau arah pembentukan struktur repoduksi (Pasaribu, 2001). Pencahayaan yang terlalu kuat dapat mengakibatkan perubahan tubuh buah Jamur Tiram, tinggi stipa jamur menjadi pendek dan tudung jamur menjadi terbuka lebih awal dan mengakibatkan petumbuhan stipa berhenti.

c. Kelembaban

Secara umum jamur memiliki kelembaban relative udara yang cukup tinggi untuk tubuh buah. Kelembaban relatif adalah 80-85% (Young dan Leong; dalam Daryani, 1999). Kebanyakan Jamur tumbuh pada tingkat kelembaban yang tinggi, pada jamur Basidiomycetes, kelembaban relatif untuk pertumbuhan maksimum adalah sebesar 95-100% (Miles,1993).

d. Oksigen dan Karbondioksida

Umumnya Jamur bersifat aerobik artinya membutuhkan oksigen walaupun dalam jumlah yang sedikit.

D. LOGIKA FUZZY DAN KONTROL 1. Kontrol Fuzzy

Penilaian kualitatif yang dilakukan manusia mengakibatkan adanya batas yang sama antara suatu kriteria dengan kriteria lainnya. Misalnya, penilian tinggi badan manusia, bagi sebagian orang akan menganggap tinggi 160 cm sudah termasuk dalam kategori sedang, tetapi semua orang akan menganggap bahwa tinggi badan 180 cm termasuk tinggi. Batas samar tersebut merupakan batas dari teori fuzzy yang dicetuskan oleh L.A Zadeeh pada tahun 1996.

(21)

Himpunan fuzzy merupakan fungsi keanggotaan µ yang memetakan anggota-anggota himpunan tersebut dalam selang [0,1]. Jika x merupakan anggota-anggota himpunan fuzzy tersebut maka µ(x) merupakan derajat dari x. x memiliki kecocokan total apabila µ(x) bernilai 1 sedangkan x tidak cocok sama sekali apabila µ(x) bernilai 0.

Himpunan crips merupakan suatu sistem yang menunjukkan kriteria suatu objek dalam dua nilai, anggota dan bukan anggota. Perbedaan antara himpunan crips dan himpunan fuzzy dapat dilihat pada gambar 1 gambar 2, dengan himpunan semesta umur. Terlihat bahwa himpunan crips tidak bisa mendeskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya, sedangkan himpunan fuzzy memiliki derajat keanggotaan untuk mendeskripsikan kategori dewasa dalam himpunannya.

1

0 18

Gambar 1. Himpunan Crisp

1

0 18 Tahun Gambar 2. Himpunan Fuzzy

(22)

Dalam sistem logika fuzzy berlaku operasi hubungan irisan, gabungan, komplemen dan himpunan bagian. Logika fuzzy banyak digunakan dalam bidang pengontrolan, tahapan pembuatan kontrol fuzzy dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy a. Fuzzyfikasi

Pada tahap ini, ditentukan nilai kualitatif dan derjat keanggotaan dari setiap variabel numerik. Proses fuzzifikasi dilakukan terhadap error dan beda error. Error adalah penyimpangan nilai aktual dari nilai set point, sedangkan beda error adalah selisih error pada t dengan error t-1.

b. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan dengan menggunakan matrik keputusan. Matrik keputusan ditentukan dengan menggunakan logika kriteria error dan beda error.

c. Defuzzifikasi, konversi besaran kualitatif menjadi besaran kuantitatif.

Metode defuzzifikasi dilakukan dengan menggunakan metode titik berat, yaitu dengan memberi bobot terhadap titik berat output dengan derajat keanggotaan.

Fuzzifikasi Defuzzifikasi

Matrik Keputusan

(23)

2. Kontrol ON-OFF

Kontrol ON-OFF adalah metode pengontrolan yang paling mudah dan paling sederhana oleh karena itu penggunaannya luas. Metode ini sering dipakai jika diinginkan hasil keluaran yang tidak terlalu presisi.

Suhu

Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah (ON-OFF)

E. DESAIN PERANGKAT LUNAK (PROGRAM)

Dalam sistem informasi, peralatan yang digunakan dibagi dalam tiga kategori : peralatan analisis, desain dan pengembangan. Peralatan analisis berguna untuk meningkatkan dokumentasi dari sistem yang ada dan penetapan kebutuhan dari sistem yang baru atau termodifikasi. Peralatan desain berguna untuk membantu menerjemahkan desain ke dalam penerapan fungsional (Senn, 1990).

Waktu

Waktu

ON OFF

(24)

Desain perangkat lunak yang efektif dapat diperoleh dari penggunaan pendekatan desain dekomposisi yang konsisten. Menurut Sommerville (1989), terdapat dua tipe dekomposisi, yaitu : desain berarah fungsi dan desain berarah objek. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pendekatan tingkat tinggi dan secara progresif diuraikan kedalam desain yang lebih detail. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan teknik fungsi dekomposisi dimana struktur data digunakan untuk mengontrol struktur fungsi yang digunakan untuk mengolah data. Desain berarah objek lebih merupakan kelompok objek dibandingkan kelompok fungsi, dimana pesan dilewatkan dari satu objek ke objek lain. Setiap objek mempunyai sistem operasi sendiri.

Menurut Sommerville (1989), pendekatan desain berarah objek memiliki banyak kelebihan dan merupakan ilmu yang baru tetapi tidak selalu digunakan. Pada beberapa tingkat abstraksi, pendekatan desain berarah fungsi lebih mudah ditetapkan pada pengembangan sistem dengan pendekatan desain berarah objek. Jika sistem mengandung informasi yang sederhana maka lebih baik digunakan pendekatan berarah fungsi daripada pendekatan berarah objek.

Pendekatan desain berarah fungsi merupakan pendekatan perancangan perangkat lunak dimana hasil perancangannya tedekomposisi kedalam satu set unit interaksi dimana masing-masing unit tersebut memiliki fungsi yang jelas terdefinisi, komponen perancangan atau desain pada pendekatan desain berarah fungsi berdasarkan pada fungsi sedangkan pada desain berarah pada objek berdasarkan pada entitas abstrak. Pendekatan desain berarah fungsi merupakan pelengkap dan bukan pendekatan yang bertentangan dengan desain berarah objek (Sommerville, 1989).

Diagram alir data merupakan gambaran aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya. Diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditransfer menjadi output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan transformasi tanpa membuat

(25)

asumsi tentang bagaimana transformasi tersebut diimplikasikan (Sommerville,1989).

F. MICROSOFT VISUAL BASIC (versi 6.0)

Basic adalah salah satu bahasa pemrograman yang sudah dikenal oleh pemakai komputer dan umum digunakan dalam pembuatan program aplikasi. Bahasa basic mudah dipelajari dan digunakan, salah satu software yang menggunakan bahasa ini adalah Microsoft Visual Basic.

Microsoft Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman berbasis windows yang popular saat ini. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program (Yung, 2002).

Aplikasi (project) pada Microsoft Visual Basic 6.0 bagian-bagian : a. Form :

Form adalah sebuah bidang dimana anda akan mendesain pogram dengan meletakkan objek-objek yang merupakan rangkaian dari perintah-perintah yang akan dikerjakan oleh aplikasi tersebut.

b. Control :

Control adalah bagian yang mempunyai bentuk gambar grafis yang akan diletakkan diatas bidang kerja yang disebut form, yang dapat berinteraksi dengan pemakai, seperti Textbox, Labelbox, Commandbutton.

(26)

c. Properties :

Properties merupakan variable atau predikat yang melekat pada setiap objek (Form dan Control). Contoh properties itu antara lain nama, caption, ukuran, warna, posisi dan isi.

d. Methods :

Methods merupakan prosedur yang sudah dibuat pada setiap objek yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan sesuai tujuan method tersebut.

e. Event procedure

Event Procedure adalah kode yang berhubungan dengan setiap objek yang akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan nama event yang akan dikerjakan. f. General procedure

General procedure merupakan kode-kode yang tidak berhubungan langsung dengan objek yang ada. Procedure akan dijalankan apabila dipanggil namanya dalam sebuah pernyataan pada basis program.

g. Module

Module merupakan kumpulan dari beberapa General procedure, deklarasi variabel dan definisi konstanta yang digunakan dalam sebuah aplikasi.

Kemampuan Microsoft Visual Basic dalam menangani database juga tidak perlu diragukan lagi, selain mudah digunakan Microsoft Visual Basic juga sudah menyediakan provider yang menghubungkan program yang kita buat ke database secara langsung tanpa memerlukan software database server lainnya. Selain itu juga pengguna diberikan pilihan koneksi database yaitu berupa Data Access Object (DAO), ActiveX Data Objek (ADO) dan Data Environtment (DE).

(27)

G. SIMULASI DAN MODEL

Dalam arti luas, simulasi berarti duplikasi dari suatu sistem atau aktifitas tanpa pencapaian yang sebenarnya dari hakekat kenyataan itu sendiri (Morgenthaler, 1961 dalam Dent and Anderson, 1971). Simulasi merupakan teknik penyusunan model dari suatu sistem dan kemudian dilakukan percobaan pada model tersebut, jadi pada hakekatnya simulasi merupakan suatu operasi yang terdiri atas dua fase yaitu pembuatan model dan percobaan (modelling and experimentation).

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu Penelitian adalah bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008.

B. ALAT DAN BAHAN 1. Alat yang digunakan :

a. Seperangkat komputer dengan spesifikasi : • Intel Centrino Duo 1.6 GHz

• DDR 2 512 MB

• VGA Card GeForce FX 5200 128 MB • DirectX 9.0

• Lite on Combo DVD

b. Sistem Operasi Microsoft Windows XP Profesional SP2 sebagai progam dasar pengatur kerja dalam komputer.

c. Macromedia Flash MX Profesional 2004 Vesi 7.0 sebagai program pembuat animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi.

d. Microsoft Visual Basic Versi 6.0 sebagai program dasar dalam pembuatan aplikasi.

e. Adobe Photoshop CS sebagai program untuk pembuatan animasi yang akan digunakan dalam pembuatan aplikasi.

2. Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan dalam pembuatan simulasi ini adalah data suhu dan kelembaban udara bagi ruang tumbuh jamur yang telah diukur pada penelitian sebelumnya. Selain itu juga buku-buku tentang tanaman jamur dan buku-buku tentang software yang digunakan.

(29)

C. METODA PEMBUATAN APLIKASI 1. Pembuatan algoritma sistem simulasi

Algoritma dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan flowchart dan program. Algoritma yang dibuat berupa logika-logika yang akan dipakai dalam pembuatan program tersebut. Algoritma tersebut meliputi :

a) Penentuan parameter pengendalian b) Penentuan logika pengendalian c) Penentuan aksi dari pengendalian

Adapun algoritma program yang akan dibuat adalah sebagai berikut : a) Variabel yang dikendalikan :

• Suhu = 17ºC

• Kelembaban = 80%

b) Aksi yang dijalankan :

• Jika suhu (T) > 17ºC AC (kipas) jalan (ON) • Jika suhu (T) ≤ 17ºC AC (kipas) mati (OFF)

• Jika kelembaban < 80% Sprayer ON dan dehumidifier OFF • Jika kelembaban = 80% Sprayer OFF dan dehumidifier OFF • Jika kelembaban > 80% Sprayer OFF dan dehumidifier ON c) Pengontrolan yang digunakan :

• Kontrol ON-OFF d) Kombinasi pengendalian

• T > 17 dan RH < 80% AC ON, sprayer ON dan dehumidifier OFF • T > 17 dan RH = 80% AC ON, sprayer OFF dan dehumidifier OFF • T > 17 dan RH > 80% AC ON, sprayer OFF dan dehumidifier ON • T ≤ 17 dan RH < 80% AC OFF, sprayer ON dan dehumidifier OFF • T ≤ 17 dan RH = 80% AC OFF, sprayer OFF dan dehumidifier

OFF

(30)

2. Pembuatan Flowchart (diagram alir)

Pendekataan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan desain yang berarah fungsi. Pendekatan desain berarah fungsi dimulai dengan pembuatan diagram alir data yang menggambarkan pengolahan data secara logika, dilanjutkan dengan pembuatan bagan terstruktur yang menampilkan perangkat lunak.

Diagram alir data merupakan gambar aliran data dari suatu unit pengolahan ke unit pengolahan lainnya. Diagram ini menunjukkan bagaimana data input ditransfer menjadi data output. Kelebihan pembuatan diagram ini adalah mudah dimengerti dan intuitif serta menampilkan transformasi tanpa membuat asumsi tentang bagaimana transformasi tersebut diimplikasikan.

Bagan terstruktur menggambarkan pemrograman sistem bagian dari hirarki dan menampilkan grafiknya sebagai sebuah pohon. Diagram ini menunjukkan bagaimana elemen-elemen dalam diagram alir data dihasilkan sebagai unit hirarki. Diagram alir yang dibuat untuk membuat program ini adalah sebagai berikut :

(31)
(32)

3. Pembuatan program untuk simulasi

Diagram alir yang telah dibuat akan mempermudah dalam menerjemahkan menjadi bahasa pemrograman, yang dalam hal ini menggunakan bahasa Visual Basic. Program dibuat berdasarkan aliran data dari diagram alir dan juga algoritma yang ada.

4. Pengujian program

Pengujian terhadap program dilakukan dengan memasukkan berbagai macam tipe kombinasi dari data. Dalam hal ini digunakan data-data dari penelitian sebelumnya. Pengujian juga dilakukan pada berbagai model komputer apakah program ini dapat berjalan baik atau tidak.

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PEMBUATAN DESAIN PROGRAM

Pembuatan desain program untuk simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini dimulai dengan pembuatan algoritma dan juga diagram alir. Algoritma dari program ini adalah bahwa ketika suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya lebih besar dari 17°C. Maka program akan menjalankan animasi kipas yang sedang berjalan. Untuk kelembaban udara ketika nilainya kurang dari 80%, maka animasi nozel akan menyemprotkan air.

Tujuan dari pembuatan algoritma ini adalah untuk memudahkan dalam pembuatan diagram alir program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali ini.

Diagram alir ini dibuat mengacu pada pembuatan algoritma diatas. Diagram alir ini berfungsi untuk mempermudah programmer dalam pembuatan program dengan Visual Basic 6.0.

Diagram alir ini dimulai dengan memasukan input dari program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali. Variabel input yang dimasukkan adalah temperatur (T) dan kelembaban udara (RH). Alasan pemasukan variable temperature (T) dan kelembaban udara (RH) sebagai faktor input program dikarenakan factor temperature (T) dan kelembaban udara (RH) merupakan faktor utama yang perlu dikendalikan dalam budidaya jamur terutama di dataran rendah. Perintah input program dalam diagram alir ini dilambangkan dengan bentuk jajaran genjang.

Data temperature (T) dan kelembaban udara (RH) yang dimasukkan diambil dari penelitian Krissandi Wijaya pada tahun 1999 dengan judul Pengendalian Suhu Ruang Pada Tanaman Jamur dengan Sistem Kendali Fuzzy (lampiran 2).

Setelah pemasukkan input dilakukan kemudian proses pembacaan dilakukan oleh program. Temperature (T) dan kelembaban udara (RH) dimasukkan dalam input sebagai satu kesatuan data. Proses pembacaan dilakukan secara berurutan antara nilai temperature (T) dan kelembaban udara (RH), nilai temperature dibaca terlebih dahulu sebelum dilakukan pembacaan terhadap nilai kelembaban udara. Input program

(34)

dilakukan dengan memasukkan nilai data yang kemudian disimpan dalam data base yang tersimpan pula dalam file text.

Proses pengolahan data dilakukan dengan kendali if. Kendali if dapat mengendalikan dua variable yaitu temperature (T) dan kelembaban udara (RH) secara bersamaan. Kendali if dipilih karena sederhana dan mudah dimengerti oleh programmer dalam mengendalikan dua variable temperature (T) dan kelembaban udara (RH). Logika yang dipakai dalam pengendalian if ini adalah sebagai berikut :

1. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) < 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer ON) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF).

2. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) = 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF).

3. Jika temperature (T) > 17 dan kelembaban udara (RH) > 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC ON), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier ON).

4. Jika temperature (T) ≤ 17 dan kelembaban udara (RH) < 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer ON) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF).

5. Jika temperature (T) ≤ 17 dan kelembaban udara (RH) = 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier OFF).

6. Jika temperature (T) ≤ 17 dan kelembaban udara (RH) > 80% maka program akan menjalankan animasi kipas (AC OFF), animasi sprayer (sprayer OFF) dan animasi dehumidifier (dehumidifier ON).

Jika dalam pembacaan data memenuhi statement pertama maka program akan menjalankan aksi yang pertama, jika tidak memenuhi statement yang pertama maka program akan menuju pada statement yang kedua. Jika statement yang kedua dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang kedua, jika tidak memenuhi statement yang kedua maka program akan menuju pada statement yang ketiga. Jika statement yang ketiga dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang ketiga,

(35)

jika tidak memenuhi statement yang ketiga maka program akan menuju pada statement yang keempat. Jika statement yang keempat dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang keempat, jika tidak memenuhi statement yang keempat maka program akan menuju pada statement yang kelima. Jika statement yang kelima dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang kelima, jika tidak memenuhi statement yang kelima maka program akan menuju pada statement yang keenam. Jika statement yang keenam dipenuhi maka program akan menjalankan aksi yang keenam. Dalam diagram alir ini kendali if dilambangkan dengan gambar belah ketupat.

Setelah dilakukan pengendalia if maka program akan menjalankan aksi sesuai dengan perintah dari kendali if. Aksi yang dilakukan oleh program ini adalah :

1. Menjalankan animasi kipas, animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier.

2. Menjalankan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier.

3. Menjalankan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan menyalakan animasi dehumidifier.

4. Mematikan animasi kipas, menjalankan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier.

5. Mematikan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan mematikan animasi dehumidifier.

6. Mematikan animasi kipas, mematikan animasi sprayer dan menyalakan animasi dehumidifier.

Perintah aksi ini dalam diagram alir dilambangkan dengan persegi panjang.

Setelah aksi dijalankan oleh program sesuai dengan pengendalian if maka program akan membaca data berikutnya. Pembacaan data kembali dari variable input ini dilakukan dengan perintah looping. Perintah looping akan membaca data terus-menerus setelah aksi yang dijalankan program. Perintah looping didalam diagram alir digambarkan dengan bentuk garis dengan anak panah yang menunjuk pada perintah input (dalam diagram alir berbentuk jajaran genjang).

(36)

B. PEMBUATAN ANIMASI PROGRAM

Animasi program berfungsi untuk menampilkan kondisi ruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Animasi yang diperlukan dalam program ini sesuai dengan variable yang dikontrol yaitu dua macam. Pertama adalah animasi untuk mensimulasikan keadaan suhu ruang tumbuh jamur terkendali. Animasi yang dibuat yaitu berbentuk kipas yang berputar dan kipas yang diam. Jika kipas berputar menandakan suhu ruang tumbuh jamur tersebut nilainya diatas 17°C dan jika diam maka menandakan suhu dibawah 17°C.

Animasi kipas dibuat menggunakan dua software yaitu Adobe Photoshop dan Macromedia Flash. Langkah pertama dalam pembuatan animasi ini adalah dengan membuat gambar dasarnya menggunakan Software Adobe Photoshop. Gambar dasar ini berupa gambar kipas dengan empat buah sudut atau baling-baling (Gambar 6). Gambar dasar ini disimpan dalam file gambar yang berekstensi JPEG. Selanjutnya gambar dasar ini diolah menjadi bentuk animasi dengan menggunakan Software Macromedia Flash. Prinsip kerja dari software macromedia flash ini adalah seperti roll film. Gambar dasar dirubah letak sudut-sudutnya denga cara dirotasi kemudian diletakkan ke dalam media kerja dari Macromedia Flash.

Animasi yang kedua yaitu animasi gambar sprayer. Animasi ini berfungsi untuk menunjukkan keadaan kelembaban udara diruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Jika animasi air menyemprotkan butiran air berarti kondisi ruang tumbuh tersebut kurang lembab atau kelembabanya kurang dari 80 %.

Animasi yang ketiga adalah animasi gambar dehumidifier . Animasi ini berfungsi untuk menunjukkan keadaan kelembaban udara diruang tumbuh jamur terkendali tersebut. Jika animasi air mengabsorpsi atau menyedot butiran air berarti kondisi ruang tumbuh tersebut terlalu lembab atau kelembabanya lebih dari 80 %.

Sama seperti dengan animasi kipas, animasi sprayer dan dehumidifier dibuat dengan menggunakan software Adobe Photoshop dan Macromedia Flash.

Pembuatan tampilan juga menggunakan Software Adobe Photoshop. Gambar tampilan dibuat seperti bagan system kendali ruang tumbuh jamur terkendali agar terlihat menarik. Gambar tampilan berupa sensor suhu, nozzle, interface, air

(37)

conditioner, dehumidifier dan RH sensor (gambar 7). Gambar tampilan juga dibuat agar aliran proses kerja alat yaitu sprayer, kipas dan dehumidifier dapat terlihat.

C. PEMBUATAN PROGRAM

Program dibuat dengan menggunakan Software Visual Basic 6.0. Visual Basic 6.0 dipilih karena salah satu bahasa pemrograman berbasis windows yang popular saat ini. Microsoft Visual Basic memiliki fasilitas Object Oriented Programing (OOP) yang menyediakan objek-objek yang sangat kuat, powerfull dan mudah digunakan dalam mendesain suatu aplikasi program.

Pembuatan program ini dimulai dengan membuat perintah untuk membaca data temperature (T) dan kelembaban udara (RH) yang disimpan dalam bentuk text berekstensi txt. Listing program yang dibuat adalah sebagai berikut :

Private Sub Timer2_Timer() If Label1.Caption = 1 Then

Label5.Caption = "16.4": Label6.Caption = "81.0" ElseIf Label1.Caption = 10 Then

Label5.Caption = "16.5": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 20 Then

Label5.Caption = "16.6": Label6.Caption = "81.1" ElseIf Label1.Caption = 30 Then

Label5.Caption = "16.7": Label6.Caption = "81.8" ElseIf Label1.Caption = 40 Then

Label5.Caption = "16.8": Label6.Caption = "82.2" ElseIf Label1.Caption = 50 Then

Label5.Caption = "17.5": Label6.Caption = "78.0" ElseIf Label1.Caption = 60 Then

Label5.Caption = "17.6": Label6.Caption = "77.4" ElseIf Label1.Caption = 70 Then

(38)

ElseIf Label1.Caption = 80 Then

Label5.Caption = "17.9": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 90 Then

Label5.Caption = "17.8": Label6.Caption = "75.3" ElseIf Label1.Caption = 100 Then

Label5.Caption = "17.7": Label6.Caption = "80.6" ElseIf Label1.Caption = 110 Then

Label5.Caption = "18.6": Label6.Caption = "82.0" ElseIf Label1.Caption = 120 Then

Label5.Caption = "18.7": Label6.Caption = "79.6" ElseIf Label1.Caption = 130 Then

Label5.Caption = "18.8": Label6.Caption = "80.8" ElseIf Label1.Caption = 140 Then

Label5.Caption = "18.9": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 150 Then

Label5.Caption = "17.0": Label6.Caption = "75.5" ElseIf Label1.Caption = 160 Then

Label5.Caption = "19.1": Label6.Caption = "76.6" ElseIf Label1.Caption = 170 Then

Label5.Caption = "19.2": Label6.Caption = "76.5" ElseIf Label1.Caption = 180 Then

Label5.Caption = "19.3": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 190 Then

Label5.Caption = "19.4": Label6.Caption = "74.3" ElseIf Label1.Caption = 200 Then

Label5.Caption = "19.5": Label6.Caption = "72.8" ElseIf Label1.Caption = 210 Then

Label5.Caption = "19.6": Label6.Caption = "71.9" ElseIf Label1.Caption = 220 Then

Label5.Caption = "19.7": Label6.Caption = "72.2" ElseIf Label1.Caption = 230 Then

(39)

Label5.Caption = "19.8": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 240 Then

Label5.Caption = "20.0": Label6.Caption = "61.1" ElseIf Label1.Caption = 250 Then

Label5.Caption = "20.1": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 260 Then

Label5.Caption = "20.2": Label6.Caption = "67.1" ElseIf Label1.Caption = 260 Then

Label5.Caption = "20.4": Label6.Caption = "65.5" ElseIf Label1.Caption = 270 Then

Label5.Caption = "20.5": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 280 Then

Label5.Caption = "20.7": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 290 Then

Label5.Caption = "20.8": Label6.Caption = "63.9" ElseIf Label1.Caption = 300 Then

Label5.Caption = "20.9": Label6.Caption = "61.9" ElseIf Label1.Caption = 310 Then

Label5.Caption = "21.0": Label6.Caption = "61.4" ElseIf Label1.Caption = 320 Then

Label5.Caption = "21.2": Label6.Caption = "60.4" ElseIf Label1.Caption = 330 Then

Label5.Caption = "21.3": Label6.Caption = "60.1" ElseIf Label1.Caption = 340 Then

Label5.Caption = "21.4": Label6.Caption = "60.0" ElseIf Label1.Caption = 350 Then

Label5.Caption = "21.7": Label6.Caption = "57.9" ElseIf Label1.Caption = 360 Then

Label5.Caption = "22.0": Label6.Caption = "54.8" ElseIf Label1.Caption = 370 Then

(40)

End If End Sub

Terdapat sekitar 38 data yang dimasukkan kdalam program ini, data ini diambil mewakili dari setiap data temperature yang mempunyai nilai ganda dari temperature.

Selain itu program ini dapat dijalankan secara manual dengan memasukkan data suhu yang tersedia pada form lainnya dengan penghubung adanya button yang memerintahkan agar form tersebut muncul. Listing program untuk menginput data manual adalah sebagai berikut

Private Sub Command1_Click() End

End Sub

Private Sub Command2_Click() Form1.Show

Me.Hide End Sub

Private Sub Command3_Click()

If temp.Text = 22.1 Then hum.Text = 55.4 End If If temp.Text = 22 Then hum.Text = 54.8 End If If temp.Text = 21.7 Then hum.Text = 57.9 End If If temp.Text = 21.4 Then hum.Text = 60

(41)

Perintah kendali menggunakan statement if. Apabila temperature lebih dari 17°C maka program akan menjalankan animasi kipas dengan indikasi adanya aliran yang berwarna biru menjadi hijau. Apabila suhu tersebut lebih kecil dari 17°C maka program akan mematikan animasi kipas dan kembali merubah aliran garis warna hijau menjadi biru. Begitupun untuk kendali kelembaban udara, apabila kelembaban udara kurang dari 80 % maka program akan menjalankan animasi sprayer dan akan merubah aliran garis hijau menjadi biru dan apabila kelembaban udara lebih besar dari 80 % maka animasi kipas akan mematikan animasi sprayer dengan mengalirnya garis hijau dan sekaligus menyalakan garis merah yang mengindikasikan bekerjanya dehumidifier. Listing dari program ini adalah sebagai berikut :

If temp.Text > 17 And hum.Text < 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text > 17 And hum.Text = 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text > 17 And hum.Text > 80 Then

swf.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text <= 17 And hum.Text < 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Sprayer.swf" swf.Play

End If

If temp.Text <= 17 And hum.Text = 80 Then swf.Movie = App.Path & "\OFF.swf"

swf.Stop End If

(42)

swf.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" swf.Play

End If

If temp.Text < 6 Then

swf.Movie = App.Path & "\OFF.swf" swf.Play

End If

Command5.Visible = True End Sub

Tombol stop and play yang terdapat di program bertujuan agar operator dapat mematikan kipas, dehumidifier dan juga sprayer secara langsung dan bersamaan. Hal ini agar bila terjadi kerusakan sensor kipas, dehumidifier dan sprayer dapat dimatikan langsung melalui program. Listing program dari perintah ini adalah sebagai berikut :

Private Sub Command1_Click() Timer1.Enabled = True

Command3.Enabled = True Command1.SetFocus

Command1.Enabled = False End Sub

(43)

Gambar 6. Tampilan awal program visualisasi

(44)

Gambar 8. Tampilan saat kipas dan sprayer on

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Dalam pembuatan ruang tumbuh jamur terkendali diperlukan pengendalian suhu dan kelembaban yang baik, salah satunya dengan penggunaan simulasi computer.

2. Software Visual Basic 6.0 mampu untuk membuat program visualisasi control ruang tumbuh jamur terkendali dengan menempilkan animasi-animasi.

3. Pembuatan program dimulai dengan pembuatan algoritma program, diagram alir program, pembuatan animasi dan pembuatan listing program. 4. Pada program ini suhu pengendalian yang paling optimal adalah 17°C dan

kelembaban yang paling optimal adalah 80 %

5. Looping data yang paling baik adalah sesuai dengan umur jamur yaitu 5184000 kali.

6. Terdapat tiga parameter alat yang digunakan untuk menjaga stabilitas kelembaban agar tetap sebesar 80 % yaitu sprayer, kipas dan dehumidifier. 7. Program dapat berjalan dengan lancar dengan baik dengan menggunakan

beberapa tipe data untuk mengendalikan ruang tumbuh jamur tersebut dengan bantuan animasi gambar yang bergerak.

B. SARAN

1. Agar program dapat berjalan dengan baik dan animasi terlihat dengan baik maka disarankan menggunakan grafik card dengan memori diatas 64 MB. 2. Perlu adanya perangkat keras yang memadai untuk menunjang perangkat

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C. J., C. W. Mims dan M. Blackwell. 1996. Introductory Mycology. John Wiley & Sons, Inc., New York

Buswell, J.A., Chang S.T. and P.G. Miles (ed).1993. Genetics and Breeding of Edible Mushroom. Gordon and Breach Science Publ., USA.

Cahyana, Y.A, dkk. 1997. Jamur Tiram. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Cang, S.T. dan Hayes, W.A. 1978. The Biology and Cultivation of Edible Mushroom. Academic Press, New York.

Chang, S.T. dan Miles, P.G.1989. Edible Mushroom and Their Cultivation. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida.

Daryani, S. 1999. Pertumbuhan Jamur Kuping Dan Jamur Tiam Dalam Rumah Tanaman Dengan Suhu Terkendali, Skripsi. Teknik Pertanian . Institut Pertanian Bogor. Dent dan Anderson. 1971. Systems Analysis in Agricultural Management. John Wiley

And Son, Sydney.

Duddington, C.L. 1972. Beginner’s Guide To The Fungi. Pelham Books Ltd., London. Genders, R. 1982. Bercocok Tanam Jamur Merang. Pionir, Bandung.

Nugraha, R. 2005. Pengaturan Suhu Pada Media Tumbuh Jamur Tiram, Skripsi. Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rismunandar. 1982. Mari Berkebun Jamur. Terate, Bandung.

Sommerville, I. 1989. Software Engineering. Addison-Wesley Publishing Corporation, London.

Suriawiria, U. 2000. Sukses Berbisnis Jamur Kayu : Shitake, Kuping Tiram. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Wijaya, K. 1999. Pengendalian Suhu Pada Tanaman Jamur Dengan Sistem Kendali Fuzzy. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. IPB. Bogor

Yuniasmara, C.,Mucshrodji dan Bakrun, M. 1997. Jamur Tiram Pembibitan Pembudidayaan Analisis Usaha. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yung, K. 2002. Membangun Database Dengan Visual Basic 6.0 dan Perintah SQL. Elex Media Komputindo. Jakarta

(47)

Lampiran 1. Listing program simulasi ruang tumbuh jamur terkendali. Form 1

'programmer bobby

'dept Agricultural Engineering 'Bogor Agricultural University Private Sub Command1_Click() Timer1.Enabled = True

Command3.Enabled = True Command1.SetFocus Command1.Enabled = False End Sub

Private Sub Command2_Click() End

End Sub

Private Sub Command3_Click() Timer1.Enabled = False

Command1.Enabled = True Command1.SetFocus Command3.Enabled = False End Sub

Private Sub Command4_Click() Form2.Show

Me.Hide End Sub

Private Sub Form_Load() Timer1.Interval = 1000 Label1.Caption = "0" Label5.Caption = "0" Label6.Caption = "0"

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\OFF.swf" ShockwaveFlash1.Stop

Timer1.Enabled = False Command3.Enabled = False End Sub

Private Sub ShockwaveFlash1_OnReadyStateChange(newState As Long) End Sub

(48)

Private Sub Timer1_Timer() If Label1.Caption = 400 Then Timer1.Enabled = False MsgBox ("Selesai") Else Label1.Caption = Label1.Caption + 1 End If If Label1.Caption = 1 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 10 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 20 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 30 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 40 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 50 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 60 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 70 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

(49)

End If

If Label1.Caption = 80 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 90 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 100 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 110 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 120 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 130 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 140 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 150 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 160 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

(50)

If Label1.Caption = 170 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 180 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 190 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 200 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 210 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 220 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 230 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 240 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 250 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

(51)

Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 270 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 280 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 290 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 300 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 310 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 320 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 330 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 340 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 350 Then Beep

(52)

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 360 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 370 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 380 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If

If Label1.Caption = 390 Then Beep

ShockwaveFlash1.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" ShockwaveFlash1.Play

End If End Sub

Private Sub Timer2_Timer() If Label1.Caption = 1 Then

Label5.Caption = "16.4": Label6.Caption = "81.0" ElseIf Label1.Caption = 10 Then

Label5.Caption = "16.5": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 20 Then

Label5.Caption = "16.6": Label6.Caption = "81.1" ElseIf Label1.Caption = 30 Then

Label5.Caption = "16.7": Label6.Caption = "81.8" ElseIf Label1.Caption = 40 Then

Label5.Caption = "16.8": Label6.Caption = "82.2" ElseIf Label1.Caption = 50 Then

Label5.Caption = "17.5": Label6.Caption = "78.0" ElseIf Label1.Caption = 60 Then

Label5.Caption = "17.6": Label6.Caption = "77.4" ElseIf Label1.Caption = 70 Then

Label5.Caption = "18.0": Label6.Caption = "72.6" ElseIf Label1.Caption = 80 Then

Label5.Caption = "17.9": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 90 Then

(53)

ElseIf Label1.Caption = 100 Then

Label5.Caption = "17.7": Label6.Caption = "80.6" ElseIf Label1.Caption = 110 Then

Label5.Caption = "18.6": Label6.Caption = "82.0" ElseIf Label1.Caption = 120 Then

Label5.Caption = "18.7": Label6.Caption = "79.6" ElseIf Label1.Caption = 130 Then

Label5.Caption = "18.8": Label6.Caption = "80.8" ElseIf Label1.Caption = 140 Then

Label5.Caption = "18.9": Label6.Caption = "80.5" ElseIf Label1.Caption = 150 Then

Label5.Caption = "17.0": Label6.Caption = "75.5" ElseIf Label1.Caption = 160 Then

Label5.Caption = "19.1": Label6.Caption = "76.6" ElseIf Label1.Caption = 170 Then

Label5.Caption = "19.2": Label6.Caption = "76.5" ElseIf Label1.Caption = 180 Then

Label5.Caption = "19.3": Label6.Caption = "74.8" ElseIf Label1.Caption = 190 Then

Label5.Caption = "19.4": Label6.Caption = "74.3" ElseIf Label1.Caption = 200 Then

Label5.Caption = "19.5": Label6.Caption = "72.8" ElseIf Label1.Caption = 210 Then

Label5.Caption = "19.6": Label6.Caption = "71.9" ElseIf Label1.Caption = 220 Then

Label5.Caption = "19.7": Label6.Caption = "72.2" ElseIf Label1.Caption = 230 Then

Label5.Caption = "19.8": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 240 Then

Label5.Caption = "20.0": Label6.Caption = "61.1" ElseIf Label1.Caption = 250 Then

Label5.Caption = "20.1": Label6.Caption = "69.9" ElseIf Label1.Caption = 260 Then

Label5.Caption = "20.2": Label6.Caption = "67.1" ElseIf Label1.Caption = 260 Then

Label5.Caption = "20.4": Label6.Caption = "65.5" ElseIf Label1.Caption = 270 Then

Label5.Caption = "20.5": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 280 Then

Label5.Caption = "20.7": Label6.Caption = "65.0" ElseIf Label1.Caption = 290 Then

Label5.Caption = "20.8": Label6.Caption = "63.9" ElseIf Label1.Caption = 300 Then

Label5.Caption = "20.9": Label6.Caption = "61.9" ElseIf Label1.Caption = 310 Then

(54)

ElseIf Label1.Caption = 320 Then

Label5.Caption = "21.2": Label6.Caption = "60.4" ElseIf Label1.Caption = 330 Then

Label5.Caption = "21.3": Label6.Caption = "60.1" ElseIf Label1.Caption = 340 Then

Label5.Caption = "21.4": Label6.Caption = "60.0" ElseIf Label1.Caption = 350 Then

Label5.Caption = "21.7": Label6.Caption = "57.9" ElseIf Label1.Caption = 360 Then

Label5.Caption = "22.0": Label6.Caption = "54.8" ElseIf Label1.Caption = 370 Then

Label5.Caption = "22.1": Label6.Caption = "55.4" End If

End Sub Form 2

Private Sub Command1_Click() End

End Sub

Private Sub Command2_Click() Form1.Show

Me.Hide End Sub

Private Sub Command3_Click() If temp.Text = 22.1 Then hum.Text = 55.4 End If If temp.Text = 22 Then hum.Text = 54.8 End If If temp.Text = 21.7 Then hum.Text = 57.9 End If If temp.Text = 21.4 Then hum.Text = 60 End If If temp.Text = 21.3 Then hum.Text = 60.1 End If If temp.Text = 21.2 Then hum.Text = 60.4 End If

(55)

If temp.Text = 21 Then hum.Text = 61.4 End If If temp.Text = 20.9 Then hum.Text = 61.9 End If If temp.Text = 20.8 Then hum.Text = 63.9 End If If temp.Text = 20.7 Then hum.Text = 65 End If If temp.Text = 20.5 Then hum.Text = 65 End If If temp.Text = 20.4 Then hum.Text = 65.5 End If If temp.Text = 20.2 Then hum.Text = 67.1 End If If temp.Text = 20.1 Then hum.Text = 69.9 End If If temp.Text = 20 Then hum.Text = 69.1 End If If temp.Text = 19.8 Then hum.Text = 69.9 End If If temp.Text = 19.7 Then hum.Text = 72.2 End If If temp.Text = 19.6 Then hum.Text = 71.9 End If If temp.Text = 19.5 Then hum.Text = 72.8 End If If temp.Text = 19.4 Then hum.Text = 74.3 End If If temp.Text = 19.3 Then hum.Text = 74.8 End If If temp.Text = 19.2 Then

(56)

hum.Text = 76.5 End If If temp.Text = 19.1 Then hum.Text = 76.6 End If If temp.Text = 19 Then hum.Text = 77.5 End If If temp.Text = 18.9 Then hum.Text = 80.5 End If If temp.Text = 18.8 Then hum.Text = 80.8 End If If temp.Text = 18.6 Then hum.Text = 82 End If If temp.Text = 18.7 Then hum.Text = 79.6 End If If temp.Text = 17.9 Then hum.Text = 74.8 End If If temp.Text = 17.8 Then hum.Text = 75.3 End If If temp.Text = 17.7 Then hum.Text = 80.6 End If If temp.Text = 17.6 Then hum.Text = 78 End If If temp.Text = 17.5 Then hum.Text = 78 End If If temp.Text = 16.8 Then hum.Text = 82.2 End If If temp.Text = 16.7 Then hum.Text = 81.8 End If If temp.Text = 16.6 Then hum.Text = 81.1 End If If temp.Text = 16.5 Then hum.Text = 80.5

(57)

End If If temp.Text = 16.4 Then hum.Text = 81 End If If temp.Text < 16 Then temp.Text = 0 hum.Text = 0

MsgBox "Masukan nilai suhu antara 16 - 21 derajat celcius!", vbOKOnly, "Keterangan" End If

If temp.Text > 17 And hum.Text < 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Sprayer + Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text > 17 And hum.Text = 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text > 17 And hum.Text > 80 Then

swf.Movie = App.Path & "\Dehumidifire + Kipas.swf" swf.Play

End If

If temp.Text <= 17 And hum.Text < 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Sprayer.swf" swf.Play

End If

If temp.Text <= 17 And hum.Text = 80 Then swf.Movie = App.Path & "\OFF.swf"

swf.Stop End If

If temp.Text <= 17 And hum.Text > 80 Then swf.Movie = App.Path & "\Dehumidifire.swf" swf.Play

End If

If temp.Text < 6 Then

swf.Movie = App.Path & "\OFF.swf" swf.Play

End If

Command5.Visible = True End Sub

Gambar

Tabel 2. Perbandingan kandungan gizi jamur dan bahan makanan lain
Gambar 1. Himpunan Crisp
Gambar 3. Diagram Blok Proses Fuzzy
Gambar 4. Osilasi Kontrol Dua Langkah (ON-OFF)
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sebagai contoh, meskipun seseorang sudah menyatakan dirinya sebagai penganut agama Islam, akan tetapi terkadang dalam waktu- katu tertentu ia kerapkali mempercayai atau

Membagi ataupun mengalikan dengan dengan menggunakan bilangan 5 Apabila akhir bilangan yang dikalikan 5 tersebut bilangan genap maka cara ajaibnya adalah membagi semua angka dengan

Metode ekstraksirule pada tahap awal diusulkan pada penelitian ini untuk mereduksi rule yang berjumlah besar.Dengan batasan nilai support terhadap sejumlah rule yang

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara telah menyediakan layanan koleksi digital pada pelayannya dalam kegiatan sehari – hari agar

Ayat tersebut memberikan dasar pemikiran bahwa segala sesuatu yang akan diatur harus mengacu pada Undang-Undang Dasar dan Peraturan-peraturan lainnya. Upaya pemerintah

Jika Anda menginstal produk ini dari 123.hp.com/pagewide (disarankan) atau dari CD perangkat lunak HP yang tersedia bersama printer, Anda dapat melihat atau mengubah alamat IP

Responden diminta untuk menjawan apakah setuju atau tidak jikalau ada orang yang memutuskan tidak ikut memilih karena alasan-alasan politis—dalam hal ini protes karena Pilkada

Burung penghisap nektar yang terusik itu menatap kebagian dalam rumah dengan perabotannya mewah, terlihat seorang pemuda duduk dengan kesal dan menyandarkan