• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Program Studi Fisioterapi

Oleh :

ELSA FIAN DENNIS ALFANDY J 120 110 035

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA

ABSTRAK

LatarBelakang: Obesitas dan rendahnya tingkat kesegaran jasmani memberikan dampak pada kecepatan jalan pada remaja. Penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah sering dikaitkan dengan penurunan kecepatan jalan.

Tujuan Penelitian:Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan kecepatan berjalan pada remaja. Metode Penelitian:Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan penelitian deskriptif korelatif.Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan adalah cross sectional. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 86 siswa SMA Negeri 1 Blora. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling. Hasil Penelitian:Indeks Masa Tubuh (IMT) siswa SMA Negeri 1 Blora termasuk dalam kategori yang ideal.Siswa SMA Negeri 1 Blora mempunyai kecepatan berjalan yang termasuk dalam kategori yang sedang.Terdapat hubungan yang kuatantara Indeks Masa Tubuh dengan kecepatan jalan pada remaja (p= 0,000) Kesimpulan:Indeks Masa Tubuh mempunyai hubungan dengan kecepatan berjalan pada remaja.

Kata Kunci:Indeks Masa Tubuh, kecepatan berjalan, remaja. ABSTRACT

Background: Obesity and low levels of physical fitness affect the speed of the road in adolescents. Decreased muscle strength in the lower extremities is often associated with decreased speed of the road. Objective: To find out the relationship between Body Index and the speed of the road in adolescents. Methods: The type of research in this study is quantitative research with the type of descriptive correlative research design. The design of this study using the approach is cross sectional. The sample size in this research is 86 students of SMA Negeri 1 Blora. The sampling technique used is Random Sampling.

Results: The Body Mass Index (IMT) of SMA Negeri 1 Blora students is included in the ideal category. Students of SMA Negeri 1 Blora have a running speed that belongs to the moderate category. There was a strong relationship between the Body Mass Index and the speed of the path in adolescents (p = 0,000). Conclusion: The Body Time Index has a relationship with the speed of walking in adolescents.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan cepat dan terjadi perubahan dramatis pada komposisi tubuh yang mempengaruhi aktivitas fisik dan respon terhadap latihan. Terdapat peningkatan pada ukuran tulang dan massa otot serta terjadi perubahan pada ukuran dan distribusi dari penyimpanan lemak tubuh (Meredith, 2006). Salah satu cara penentuan obesitas adalah dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT bisa menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan (Egger, 2008). Mengingat pentingnya kesehatan pada anak dan kecenderungan peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia perlu penelitian-penelitian tentang hubungan obesitas dengan tingkat kesehatan pada anak di Indonesia. Hal ini tampaknya belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani beserta komponen-komponennya (Barlow dan Dietz, 2009).

Pada remaja kesehatan ini seringkali terlupakan,padahal kesehatan ini sangat bermanfaat untuk menunjang kapasitas kerja fisik remaja yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasinya.Upaya untuk menjaga kesehatan itu harus senantiasa dilakukan, karena Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling baik, sebagaimana dalam firmannya :

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Depag RI, 2005: 598).

Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik ciptaan diantara makhluk-makhluk yang lain dan salah satu anggota tubuh manusia yang diciptakanoleh Allah adalah kaki agar manusia bisa berjalan. Berjalan merupakan salah satu hal paling penting yang kita lakukan setiap hari. Berjalan adalah bentuk gerak di mana pusat gravitasi tubuh bergerak secara bergantian pada sisi kanan dan sisi kiri pada setiap waktu setidaknya satu kaki bersentuhan dengan lantai dan selama singkat fase kedua kaki berada dalam kontak dengan lantai ini. Hal ini baik untuk

(7)

3

kesehatan kita dan merupakan bentuk transportasi yang paling mudah dilakukan. Di dalam fisika, proses berjalan menggunakan hukum energi, daya dan gesekan. Teori ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi (Johnson, 2010). Mekanisme berjalan normal sedemikian kompleksnya dan perubahan-perubahan yang terlihat pada postur, pola gerakan dan gaya berjalan antara satu orang dengan orang lain mungkin disebabkan oleh berbagai derajad perlambatan gerakan, berkurangnya kekuatan otot, meningkatnya postur fleksi, berkurangnya gerakan rotasi, berkurangnya ayunan lengan dan berkurangnya penggeseran berat tubuh unilateral dan stance times (waktuketika kaki berada pada lantai).

Salah satu komponen kesehatan yang penting adalah komposisi tubuh. Beberapa penelitian tentang kesehatan berkaitan dengan komposisi tubuh telah dilakukan. Penelitian diantara kelompok etnik berumur 9 tahun di Inggris menunjukkan bahwa anak obesitas dan anak yang pendek memiliki kesehatan lebih buruk dibandingkan anak-anak lainnya (Bettiol, et all, 2009). Dari penelitian di Birmingham pada anak umur 6-11 tahun diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi negatif antara kesegaran kardiorespirasi dan peningkatan jaringan lemak (Johnson, et.all, 2010). Hal ini hampir serupa dengan penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kesegaran jasmani secara umum yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kesegaran jasmaninya (Sahari, 2007).

Para ilmuwan tahu bahwa orang pendek, termasuk anak-anak, menggunakan lebih banyak energi per pon massa tubuh mereka saat berjalan daripada orang yang lebih tinggi, tetapi mereka tidak tahu mengapa. Orang dengan tungkai pendek membutuhkan lebih banyak langkah untuk menempuh jarak yang sama dengan orang bertungkai panjang. Dengan kata lain orang yang tinggi memiliki langkah yang lebih panjang (Rettner, 2010). Orang dengan langkah panjang bisa berjalan lebih cepat daripada orang-orang dengan langkah pendek jika mereka mengambil jumlah langkah yang sama per menit karena mereka dapat menempuh jarak lebih jauh dalam setiap langkah kaki mereka. Tapi ada yang mengatakan bahwa kaki yang lebih pendek tidak menjadi alasan kecepatan berjalan yang lambat (Schwartz, 2012).

(8)

4

Obesitas dan rendahnya tingkat kesegaran jasmani memberikan dampak pada kecepatan jalan pada remaja. Penurunan kekuatan otot pada ekstremitas bawah sering dikaitkan dengan penurunan kecepatan jalan (Lipsitz et all., 2011).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan Indeks Masa Tubuh (IMB) dengan kecepatan jalan pada remaja.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis rancangan penelitian deskriptif korelatif yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian dilakukan pada Siswa SMA Negeri 1 Blora. Pelaksanaan penelitian direncanakan dilakukan pada bulan Juni 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Blora tahun ajaran 2016/2017. Jumlah siswa SMA Negeri 1 Blora sebanyak 614 orang. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah 86 orang, sehingga dalam penelitian ini diambil 86 siswa SMA Negeri 1 Blora sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Random Sampling.

Instrumen yang digunakandalam penelitian ini adalah timbangan dan pengukur tinggi badan serta pengukur kecepatan berjalan. Mengukur kecepatan jalan dengan cara membandingkan antara jarak (m) dengan waktu (s) yang ditempuh saat berjalan. Klasifikasi kecepatan berjalan antara lain (1) kecepatan jalan lambat memiliki kecepatan < 2,5 m/s, (2) sedang > 2,5 m/s dan < 3,2 m/s (3) kecepatan jalan cepat memiliki kecepatan jalan > 3,2 m/s (Fauzi, 2013).

Analisis data dilakukan untuk mengolah data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diintepretasikan serta untuk menguji secara statistik kebenaran

(9)

5

hipotesis yang telah ditetapkan (Sumantri, 2011). Analisis data penelitian ini mengunakan:

2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif menggambarkan berbagai karakteristik data. Analisis deskriptif dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) variable kategorikal, adalalah gambaran karakteristik satu set data dengan skala pengukuran kategorik yang disajikan dengan kategori (n) dan jumlah presentase tiap kategori (%). Pada penelitian ini penyajian variable kategorikal meliputi usia, jeniskelamin, IMT dan kecepatan berjalan kaki. (2) Variabel numberik, yaitu gambaran karakteristik satu set data dengan skala pengukuran numerik yang meliputi ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran. Pada penelitian ini penyajian variable numberik yaitu usia, IMT dan kecepatan berjalan.

2.2. Uji Hipotesis

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Danim dan Darwis, 2009).Rumuskorelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam Arikunto, (2002)sebagai berikut: rxy



 

 

                     

N N N y x xy

y

y

x

x

2 2 2 2 Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara x dan y rxy

N : Jumlah Subyek X : Skor item Y : Skor total

∑X : Jumlah skor items ∑Y : Jumlah skor total ∑X2 :

Jumlah kuadrat skor item ∑Y2 :

(10)

6

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Univariat

3.1.1. IndeksMasaTubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang.IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Indeks Masa Tubuh (IMT) pada siswa SMA Negeri 1 Blora diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai IMT dengan kategori ideal (60,5%), sehingga dapat diketahui bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT) siswa SMA Negeri 1 Blora didominasi oleh siswa dengan kategori yang ideal.

Indeks masa tubuh pada remaja banyak sekali faktor yang mempengaruhinya diantaranya adalah jenis kelamin. IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) periode 1999-2000 menunjukkan tingkat obesitas pada laki-laki sebesar 27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di Amerika (Hill, 2006). Selain factor jenis kelamin, umur juga mempengaruhi indeks masa tubuh pada remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Kantachuvessiri, Sirivichayakul, Kaew Kungwal, Tungtrochitr dan Lotrakul (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia yang lebih tua dengan IMT kategori obesitas. Prevalensi obesitas menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2015 meningkat jika dibandingkan dengan Riskesdas 2014. Angka obesitas pria pada 2014 sekitar 15 persen dan sekarang menjadi 20 persen. Pada wanita persentasenya dari 26 persen menjadi 35 persen. Keadaan ini dicurigai oleh karena lambatnya proses metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering.

(11)

7 3.1.2. Kecepatan Berjalan

Kecepatan berjalan kaki adalah kecepatan rata–rata berjalan kaki yang dinyatakan dalam satuan (meter/detik).Kecepatan berjalan berbeda untuk masing-masing orang, di mana setiap orang akan memilih kecepatan jalannya sendiri-sendiri yang dirasakan amat menyenangkan bagi dirinya

Berdasarkan analisis univariat tentang kecepatan berjalan siswa SMA Negeri 1 Blora diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai kecepatan berjalan yang termasuk dalam kategori sedang (47,7%), sehingga berdasarkan kecepatan berjalan dapat diketahui bahwa SMA Negeri 1 Blora didominasi oleh siswa dengan kecepatan berjalan yang termasuk dalam kategori yang sedang.

Kecepatan berjalan berbeda untuk masing-masing orang, di manasetiap orang akan memilih kecepatan jalannya sendiri-sendiri yang dirasakan amat menyenangkan bagi dirinya (Sitompul, 2000). Mekanisme berjalan normal sedemikian kompleksnya dan perubahan-perubahan yang terlihat pada postur, pola gerakan dan gaya berjalan antara satu orang dengan orang lain mungkin disebabkan oleh berbagai derajad perlambatan gerakan, berkurangnya kekuatan otot, meningkatnya postur fleksi, berkurangnya gerakan rotasi, berkurangnya ayunan lengan dan berkurangnya penggeseran berat tubuh unilateral dan stance times (waktuketika kaki beradapadalantai).

Pengurangan ayunan lengan, penurunan rotasi persendian anggota gerak bawah berupa penurunan rotas pelvik, fleksi dan ekstensi hip mengakibatkan ambulansi menjadi lebih lambat. Pengurangan panjang langkah merupakan upaya kompensasi ketika seseorang berada dalam lingkungan yang mengancam atau disebabkan penyakit sistematik, juga pada pasien dengan penyakit musculoskeletal dan neurologis (Sitompul, 2000).

Pemendekan panjang langkah bertanggungjawab untuk memperbanyak penurunan kecepatan berjalan, sedangkan jumlah langkah per menit (cadence) biasanya dipertahankan. Lama stance (kaki berada pada lantai) meningkat mengakibatkan peningkatan double-stance time dan pemendekan langkah mungkin merupakan respon yang sesuai terhadap penurunan keseimbangan atau karena kekurangan kekuatan otot (Sitompul, 2000).

(12)

8 3.2. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan kecepatan jalan pada remaja.Adapun besar nilai koefisien korelasi adalah -0,621 yang berada pada interval 0,600-0,799 yang berarti kuat, sehingga terdapat hubungan yang kuat antara Indeks Masa Tubuh dengan kecepatan jalan pada remaja

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang.Umumnya remaja dengan tingkat IMT yang tinggi mengarah pada obesitas mempunyai kesulitan dalam bergerak, hal ini disebabkan tungkai yang pendek, karena ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat badan. Orang dengan tungkai pendek membutuhkan lebih banyak langkah untuk menempuh jarak yang sama dengan orang bertungkai panjang. Dengan kata lain orang yang tinggi memiliki langkah yang lebih panjang (Rettner, 2010). Orang dengan langkah panjang bisa berjalan lebih cepat daripada orang-orang dengan langkah pendek jika mereka mengambil jumlah langkah yang sama per menit karena mereka dapat menempuh jarak lebih jauh dalam setiap langkah kaki mereka. Tapi ada yang mengatakan bahwa kaki yang lebih pendek tidak menjadi alasan kecepatan berjalan yang lambat (Schwartz, 2012).

Hal ini sesuai dengan pernyataan Himann yang menyatakan kecepatan berjalan dipengaruhi oleh frekuensi dan panjang langkah seseorang. Dari beberapa penelitian yang lainnya juga, tidak hanya mendapatkan adanya hubungan antara panjang tungkai dengan kecepatan berjalan, namun adanya hubungan antara panjang tungkai dengan kecepatan berlari yang dilakukan olahragawan maupun siswa yang melakukan praktek olahraga baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rejo Wahyu Suryanto (2011) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara panjangtungkai dengan kemampuan mengiring bola baik berlari maupun berjalan.

Berdasarkan uraian di atas hubungan IMT dengan kecepatan berjalan sangat dipengaruhi oleh panjang tungkai seseorang. IMT yang tinggi mengarah

(13)

9

pada obesitas mempunyai kesulitan dalam bergerak, hal ini disebabkan tungkai yang pendek, karena ketidak seimbangan antara tinggi badan dan berat badan. Orang dengan tungkai pendek membutuhkan lebih banyak langkah untuk menempuh jarak yang sama dengan orang bertungkai panjang. Dengan kata lain orang yang tinggi memiliki langkah yang lebih panjang.

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kecepatan berjalan pada remaja di SMA Negeri 1 Blora dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Indeks Masa Tubuh (IMT) siswa SMA Negeri 1 Blora termasuk dalam kategori yang ideal, Siswa SMA Negeri 1 Blora mempunyai kecepatan berjalan yang termasuk dalam kategori yang sedang, Terdapat hubungan yang kuat antara Indeks Masa Tubuh dengan kecepatan jalan pada remaja (p= 0,000).

Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa hal yang menjadi adanya suatu keterbatasan antara lain: Ada beberapa responden yang berjalan kurang natural, sehingga kecepatan berjalan yang dicapai tidak cukup normal atau tidak sesuai dengan apa adanya Tidak ada jarak yang cukup pasti untuk mengukur kecepatan berjalan, sehingga penulis hanya berpedoman pada penelitian yang sudah ada serta pertimbangan jarak yang ideal menurut ahli, Penelitian ini hanya terbatas pada siswa SMA Negeri 1 Blora, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk anak remaja pada umumnya, masih perlu ada penelitian lainnya diberbagai sekolah yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Barlow S, Dietz W. 2008. Obesity evaluation and treatment: expert committee

recommendation. Pediatrics.

Bettiol H, Rona R, Chinn S. 2009. Variation in physical fitness between ethnic group in nine year olds. International Journal of Epidemiology. Vol. 28: 281-6.

(14)

10

Egger G, Swinburn B. 2008. The fat loss handbook. Australia: Allen & Unwin. Fauzi, Lukman. 2013. IntentsitasJalan Kaki terhadapPenurunan Kadar

GlukosaDarah.JurnalKesehatanMasyarakat.Vol. 8, No. 2.

Hill JO. 2006. Obesity: Etiology in Modern Nutrition in Health and Disease.

Lippincot Wilkins. USA [internet]. [cited 2016Oktober 12]. Available from

http://www.itd.unair.ac.id/files/ebook/html.

Johnson M, Colon R, Herd S, Fields D, Sun M, Hunter G, Goran M. 2010. Aerobic fitness, not energy expenditure, influences subsequent increase in adiposity in black and white children. Pediatrics. Vol. 106: 1-6.

Kantachuvessiri A, Sirivichayakul C, KaewKungwal J, Tungtrongchitr R, Lotrakul M. 2005. Factors associated with obesity among workers in a metropolitan 69 69 waterworks authority. Southeast Asian J Trop Med

Public Health. Vol. 36, No. 10., p. 57-65.

Lipsitz. L.A. Hannan. M. T. Manor. B. Procter-Grey. E. Jones R. N. Galica. A. M. and Quach. L. 2011. The Non-Linear Relationship Between Gait Speed And

Falls: The Mobilize Boston Study. J Am Geriatr Soc.

Meredith C. 2006. Exercise and fitness. In : Rickert V, editor. Adolescent nutrition assesment and management. New York : Chapman & Hall. Rettner R. 2010.Take Stretch Short People Burn More Calories Walking. Health

NCBCnews.com. Available

from:URL:http://www.msnbc.msn.com/id/40149514/ns/health-fitness/t/take-stretch-short-peopleburn-more-calories-walking.

Sahari T. 2007. Hubungan persen lemak tubuh dengan kesegaran jasmani menurut tes ACSPFT pada anak usia 6-12 tahun di 10 sekolah dasar di DKI Jakarta (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia.

Schwartz J. 2012.Length of Legs and Walking Speed. Walking. Fitness. Healthy

Living. Azscentral.com. Available from:URL:

http://healthyliving.azcentral.com/length-legs-walking-speed-

10071.html.

Suryanto R. Wahyu. 2011. Hubungan Koordinasi Mata-Kaki, Kelincahan dan

Panjang Tungkai Terhadap Kemampuan Menggiring Bola Pada Siswa Usia 14-15 Tahun Lembaga Pendidikan Sepakbola Indonesia Muda Sragen.

Referensi

Dokumen terkait

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagai bukti pemenuhan persyaratan bakal calon Anggota DPRD Kabupaten sebagaimana

Populasi target penelitian ini adalah pasien epilepsi lobus temporal pascaoperasi yang telah melewati masa satu tahun pascaoperasi. Lalu dipilih pasien-pasien yang

Suzuki APV air conditioning unit uses the refrigerant HFC-134a (R-134a). Analyzing of refrigeration capacity is used to Suzuki APV

Judul : Pertumbuhan Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii pada Berbagai Media serta Infektivitasnya terhadap Kutudaun Kedelai Aphis glycines Matsumura (Hemiptera:

yo había salido (I had gone out) nosotros habíamos salido (we had gone out) tú habías salido (you had gone out) ellos habían salido (they had gone out) él había salido

Dari uraian di atas hal menarik untuk dianalisis lebih lanjut yaitu melakukan peringkat dari indikator keberhasilan proyek yang dipengaruhi faktor internal site manager

Sekuen bag-1 Toxoplasma gondii isolat lokal 470 nukleotida bagian yang conserve dengan berbagai strain yang diperoleh di GeneBank adalah sebagai

Daun sorghum akan digunakan sebagai substrat dalam proses hidrolisis enzimatis dan gula reduksi yang dihasilkan akan digunakan sebagai substrat dalam