• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Montage Pada Film DUNIAsiMAYA Sutradara Onny Kresnawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Montage Pada Film DUNIAsiMAYA Sutradara Onny Kresnawan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Montage Pada Film DUNIAsiMAYA

Sutradara Onny Kresnawan

Montage Analysis On The Film DUNIAsiMAYA Director Onny Kresnawan Anita Dwi Cahya, Sri Wahyuni

Program Studi Televisi dan Film

Fakultas Seni dan Desain, Universitas Potensi Utama Anitadwicahya1@gmail.com, sriwahyuni2909@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang teknik montage yang berperan untuk meningkatkan suasana dramatis dan emosional pada film DUNIAsiMAYA yang disutradarai oleh Onny Kresnawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah cerita yang dihasilkan dari sebuah shot pada suatu scene, mengetahui konflik pada setiap scene, mengetahui kontruksi visual, membangun karakter emosional pada film DUNIAsiMAYA. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk membedah secara detail penyelesaian masalah yang ada dalam penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah montage Sergei Eisenstein. Hasil analisis data memberikan kesimpulan bahwa penggunaan teknik montage sanagat berperan untuk mendapatkan suasana dramatis dan emosional dari shot yang di gabungkan pada suatu scene dan membentuk sebuah cerita. Secara keseluruhan montage tidak hanya menyusun atau menggabungkan urutan shot namun, memberikan nyawa berupa rasa dan emosional pada setiap konflik yang dapat mempresentasikan simpati pada bullying sebagai daya tarik bagi film DUNIAsiMAYA.

Kata Kunci: Montage, Film DUNIAsiMAYA, Sutradara Onny Kresnawan ABSTRACT

This researcher discusses the montage technique which has a role to enhance the dramatic and emotional atmosphere in the film DUNIAsiMAYA a director by Onny Kresnawan. The purpose of this study is to build a story that results from a shot in a scene, knowing the conflict in each scene, knowing the visual construction, building emotional characters in the film DUNIAsiMAYA. The research method used is descriptive qualitative to dissect in detail the resolution of problems in the study. The theory used in this research is montage Sergei Eisenstein. The results of data analysis conclude that the use of the montage technique is very important to get a dramatic and emotional atmosphere from a shot that is combined in a scene and forms a story. Overall montage, montage not only compiles or combines shot sequences but gives lives in the form of feelings and emotions in each conflict that can present sympathy for bullying as an attraction for the film DUNIAsiMAYA. Keywords: montage, DUNIAsiMAYA Film, Director Onny kresnawan

1. PENDAHULUAN

Film dapat menjadi suatu sumber yang mampu menyampaikan informasi, kesan dan pesan yang dapat di contoh kepada penonton, salah satu film yang layak ditonton untuk semua usia. Dunia perfilman saat ini sangat bersaing ketat demi keunggulan film yang diproduksi, oleh karena itu kreatifitas dalam pembuatan film sangat menunjang untuk proses produksi, kreatifitas di antaranya adalah pemilihan tema cerita atau naskah, lokasi , karakter pemeran, properti, dan proses edit. Proses pasca produksi yaitu editing, dalam dunia editing terdapatlah bagian montage yang merupakan perikatan gambar dan suara ke dalam hubungan yang menghasilkan irama, ide-ide, dan

(2)

pengalaman keseluruhan [6]. Secara umum montage merupakan bentuk editing yang merupakan transisi sebuah gambar (shot) ke gambar (shot) lainnya [8]. Transisi sendiri terbentuk karena adanya penggabungan rangkaian potongan-potongan film yang terpisah lalu disatukan menjadi satu kesatuan sehingga menghasilkan alur cerita yang berkelanjutan atau kontinitas. Perancangan dan persiapan proses editing biasa dilakukan melalui diskusi antara editor dan sutradara. Editor kemudian merancang tahapan editing dan diserahkan kepada produser atau sutradara dan di diskusikan sekali lagi untuk mencari kemungkinan terbaik untuk sebuag film.

Dalam penelitian ini penulis menganalisis film DUNIAsiMAYA dengan menggunakan teori montage yang bertujuan untuk lebih mendapatkan unsur sinematik dan menciptakan makna pada setiap shot yang di ambil atau digabungkan. Penggunaan montage dalam film dapat memperlihatkan pembangunan karakter yang memiliki motivasi tinggi dalam hal mempelajari sesuatu. Montage merupakan Perikatan gambar dan suara kedalam hubungan yang menghasilkan irama, ide-ide, dan pengalaman keseluruhan [6]. Onny Kresnawan merupakan seorang sutradara yang sudah banyak men direct film Medan di antaranya Fidusia, Lestary, DUNIAsiMAYA dan lain sebagainya. Onny Kresnawan juga sudah banyak meraih penghargaan film, salah satunya raih penghargaan di Toraja Film Festival 2018, dan juga sering menjadi narasumber di workshop film Medan. Diantara film yang sudah di direct, penulis tertarik pada film DUNIAsiMAYA karena film tersebut menceritakan pembulian dan penyebaran berita bohong atau sering di sebut Hoax.

Film DUNIAsiMAYA bercerita seorang gadis Desa yang hidup sederhana di sebuah rumah dan mempunyai seorang adik dan paman, kesehariannya gadis itu bersekolah akan tetapi selalu di bully oleh temannya sendiri sampai membuat berita bohong dalam sosial media. Sementara itu paman dari gadis tersebut juga menerima fitnah di sosial media. Pemberitaan paman dan gadis tersebut terus tersebar sehingga mencoreng namanya. Paman dan gadis tersebut melaporkan ke pihak kepolisian tersebut, hingga proses penyelidikan berlangsung dan mendapatkan orang yang menjadi dalang.

Dalam film ini karakter yang di perankan pada pemeran utama sangat menonjol untuk di analisis menggunakan montage karena pemeran utama banyak mengeluarkan mimik wajah yang berurutan dimulai dari biasa, kaget dan sedih dalam satu scene. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Sergei Eisenstein yaitu penggunaan montage dalam film dapat memperlihatkan pembangunan karakter yang memiliki motivasi tinggi dalam hal mempelajari sesuatu, sehingga dapat menonjolkan proses dan emosi batin. Dalam perancangan visualisasi poster, gambar sebagai bahasa visual yang mengandung struktur rupa seperti garis, warna dan komposisi dirancang bersama dengan bahasa verbal harus dikemas secara menarik, sederhana, dan benar. Visualisasi dan cara pendekatan dalam penyampaian pesan sebuah poster merupakan unsur yang cukup penting, sehingga pesan dapat di terima dengan baik dan menimbulkan reaksi berupa tindakan atas keberadaanya.

2. METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini analisis montage pada film DUNIAsiMAYA adalah menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis [2]. Penelitian kualitatif juga bersifat baru, karena proses penelitian lebih bersifat artistik atau seni, disebut metode interpretatif atau kurang terpola. Data yang di peroleh kemudian dianalisa dan dituliskan dalam bentuk deskriptif untuk menjawab masalah yang dirumuskan secara terperinci dalam bentuk naratif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas [2]. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan sutradara dan penonton tentang film yang di analisis, wawancara dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

(3)

pengempulan datanya [1]. Wawancara yang dilakukan baik melalui media elektronik maupun bertemu secara langsung. Penulis akan mewawancarai sutradara film DUNIAsiMAYA. pengumpulan data selanjutnya Observasi. Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati kajian editing montage pada film DUNIAsiMAYA, observasi yang dilakukan merupakan studi analisis montage yang terdapat pada film DUNIAsiMAYA.

Montage yang dianalisis merupakan montage yang telah dikemukan oleh Sergei Eisentein yakni menggunakan gambar per gambar pada setiap scene untuk menciptakan ide-ide. Dan yang terakhir adalah Analisis data yang merupakan suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan penelitian. Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Film dapat menjadi suatu sumber yang mampu menyampaikan informasi, kesan dan pesan yang dapat di contoh kepada penonton, salah satu film yang layak ditonton untuk semua usia adaah film DUNIAsiMAYA karya Onny Kresnawan. Film ini bertemakan tentang korban bully dari sekelompok teman-teman nya disekolah dan korban fitnah dari sosial media. Kesalahgunaan anak-anak di bawah umur dalam menggunakan sosial media sangat berdampak negatif untuk dirinya sendiri dan orang lain. Maya adalah tokoh utama pada film DUNIAsiMAYA yang selalu di bully oleh teman-temannya di sekolah, pada film ini peran Maya sangat bersangkutan dengan dampak psikologis pada anak, karena anak yang sudah di bully dari kecil dapat berpengaruh di kehidupannya sejak dini sampai dewasa. Film DUNIAsiMAYA mempunyai makna tersendiri, dilihat dari judul apabila di perdalam lagi sudah mewakili dari sinopsis yang ada dengan huruf kapital dan huruf penghubung dilanjutkan huruf kapital kembali ‘’DUNIAsiMAYA’’. Hasil Wawancara kepada Onny Kresnawan selaku sutradara mengatakan bahwasannya: Huruf kapital “DUNIA MAYA” menegaskan pemahaman dunia maya sesungguhnya dan ditambah “si” bisa diartikan menjadi dunia si maya sesuai nama peran dalam film DUNIAsiMAYA, itu hanya bagian dari seni dalam membuat judul sesuai cerita film. Berdasarkan pada penjelasan Onny Kresnawan Selaku sutradara film DUNIAsiMAYA, bahwasannya judul tersebut menegaskan tentang dunia si Maya selaku tokoh utama yang di sosial media , judul yang memilki karakter tersebut juga banyak mengandung arti. Huruf kapital pada judul sebagai penegasan anatara sosial media dan tokoh utama atau Maya.

Berdasarkan metode pengumpulan data, sebelum menganalisa peneliti memilih potongan gambar yang mewakili keseluruhan elemen yang akan dibahas pada setiap segmennya. Potongan gambar tersebut kemudian didentifikasikan menggunakan teori montage dari Sergei Eisenstein, Secara gambaran umum montage merupakan bentuk film ediiting atau urutan gambar yang mengalir, menyatu, atau kadang dipotong dari yang satu ke yang lainnya, digunakan untuk memperlihatkan peningkatan atau pembalikan waktu terhadap perubahan lokasi. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa montage merupakan bentuk film editing yang dipotong-potong pada setiap scene dan disatukan menjadi sebuah cerita. Untuk menerapkan hal-hal atau teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai landasan pembuatan skripsi Tujuan utamanya menyediakan banyak informasi dalam waktu singkat. Kata montage yang digunakan di Prancis untuk mengedit, secara harifiah diterjemahkan kedalam bahasa inggris sebagai kumpulan atau perikatan.

Dalam pengertian lain, montage dalam istilah perfilman adalah cara atau teknik mengedit potongan film tematik (footage) yang telah diambil dan terpisah kemudian menggabungkannya ke dalam rangkaian yang disusun dan tertata rapi. Potongan gambar-gambar yang bergerak disusun dengan teliti oleh sutradara, editor film, teknisi visual dan suara. Dengan teknik tersebut, film yang disajikan memiliki makna dan kesan dramatis dan teknik ini sering dikaitkan dengan teknik pengeditan Rusia.

Hal ini diperjelas oleh Dancyger dalam bukunya yang berjudul The Technique of Film and Video Editing [3], diantaranya :

(4)

a. Metric Montage

Metric Montage mengacu pada elative shot terhadap satu sama lain. Terlepas dari konten, yakni memperpendek shot secara singkat pada saat penonton harus menyerap informasi dalam setiap shot. Kriteria dasar untuk konstruksi ini adalah panjang mutlak potongan-potongannya. Potongan-potongan itu disatukan sesuai dengan panjangnya, dalam skema-rumus yang sesuai untuk ukuran musik (Dancyger) [3]. Hal ini dilakukan agar menambah ketegangan yang dihasilkan dari tempat kejadian. Penggunaan close up yang lebih pendek terhadap shot dapat menciptakan urutan yang lebih intens.

Tabel 1.Metric Montage Pada film DUNIAsiMAYA

Visual Keterangan

Metric Montage

Gambar 1. Potongan gambar pada film DUNIAsiMAYA

pada menit 13:45 – 14:20

(Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)

Berdasarkan potongan gambar 1 yang terdapat pada film DUNIAsiMAYA terlihat pada durasi 13 menit 45 detik sampai menit ke 14 detik 20, terlihat Maya sedang duduk di halaman rumahnya sedang mamainkan handpone dan melihat foto dirinya tersebar di sosial media yang memakai pakaian sexy, dampak dari penyebaran foto tersebut membuat semua temannya di sekolah mengetahui dan mengejeknya di grup sosial media. Pada potongan gambar 1 terlihat ekspresi wajah Maya yang kaget dan sedih karna fitnah dari temannya yang sudah menyebar foto yang sudah di edit sehingga menyerupai dirinya. Ekspresi sedih biasanya ditimbulkan karna ada dampak yang membuat diri sesorang merasa dirugikan atau tersakitin. Pada scene ini juga menggunakna pengambilan gambar medium close up yang mendukung ketegangan pada scene ini. Gambar 1 di atas memperlihatkan komposisi dinamik karena posisi objek tidak seimbang. Di dalam kompisisi dinamik ini untuk menegtahui lebih jelas ketidak seimbangannya yaitu penempatan posisi tokok utama yaitu Maya, sepeti gambar 1 di atas dalam gambar di atas tidah terlihat di tengah-tengah gambar, namun posisi ke samping sisi kanan maupun kiri pada gambar.

Pengambilan medium close up sangat mempengaruhi isi karakter tokoh seperti ekspresi wajah, lekukan tubuh dari atas kepala sampai batas dada. Adapun menurut Andi Fachrudin Medium close up merupakan Pengambilan gambar dari dada pokok materi sampai puncak kepala. Medium close up dapat dikatagorikan sebagai kompisisi ‘’potret tengah badan’’ dengan keleluasaan back ground yang masih bisa dinikmati. Medium close up memperdalam gambar dengan menunjukan profil dari objek yang direkam (Andi Fachrudin) [4]. Pada scene ini Setting juga mendukung pada ruang dan waktu, terlihat pada Maya yang menggunakan pakaian berwana

(5)

b. Rhythmic Montage ( Montase Ritmik)

Rhythmic montage mengacu pada kontinuitas yang timbul dari pola visual dalam shot. Kontinuitas berdasarkan dari pencocokan tindakan layar arah adalah contoh dari rhythmic montage. Rhythmis Montage digunakan untuk menentukan panjang shot dari shot-shot, isi di dalam frame memiliki faktor yang sama pentingnya sebagai pertimbangan. Selain itu, panjang diperoleh dari shot-shot yang spesifik dan dari panjang yang telah berdasarkan struktur sekuen (Dancyger) [3]. Jenis montage ini memiliki potensi besar untuk menggambarkan konflik karena kekuatan yang berlawanan dapat disajikan dalam kaitannya dengan arah layar yang berlawanan serta bagian dari frame. Konten dalam bingkai adalah faktor yang memiliki hak yang sama untuk mempertimbangkan. Penentuan abstrak dari potongan-potongan memberikan cara untuk hubungan yang fleksibel dari panjang shot yang sebenarnya. Melalui rhythmic montage dapat diketahui panjang shot dengan isinya. Artinya ada konflik antara panjang shot dengan isi shot sehingga dapat menimbulkan efek tertentu pada shot-shot tersebut.

Tabel. 2. Rhythmic Montage Pada film DUNIAsiMAYA

Vusual Keterangan

Rhythmic Montage

Gambar 2. Scene pada film DUNIAsiMAYA pada menit 22 : 15 – 23 : 35 detik (Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)

Berdasarkan potongan gambar 2. di atas terlihat pada durasi 22 menit 15 detik sampai dengan 23 menit 35 detik, terlihat sahabat Maya sedang memberi peringatan kepada teman Maya yang menyebar foto di sosial media untuk menghapus foto-foto tersebut. Sahabat Maya terlihat emosional dengan menunjukan ekspresi marah dan nada tinngi. Terlihat dari ekspresi dan gestur sahabat Maya yang menjulurkan telunjuk nya ke wajah teman Maya yang sudah menyebar foto yang tidak pantas. Pada scene ini juga menggunakan pengambilan gambar medium shot dan sesekali menggunkan medium close up yang pengambilan gambarnya dari dada hingga kepala. Gambar yang di ambil dari pinggul pokok materi sampai pada kepala pokok materi. ‘’ Ukuran Medium Shot, biasa digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk wawancara. Dimana penonton dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi dari shot yang di ambil (Andi Fachruddin) [4]. Pada scene ini penggunaan medium shot bisa mendapatkan konflik terhadap kontinuitas yang timbul dari vola visual.

Scene ini juga menggunakan teknik hitam yang menunjukan suasana kesedihan dan ibu nya menggunakan pakaian cerah yang kontras dengan warna background pada scene ini. Menurut Himawan Pratista Salah satu hal utama yang sangat mendukung film adalah setting, tanpa setting cerita film tidak mungkin dapat terjadi. Fungsi utama setting yaitu sebagai penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita film.[4].

(6)

penyambungan gambar cut to cut yakni penyambungan secara langsung tanpa menggunakan transisi pada perpindahan shot demi shot, sehingga informasi yang disampaikan terlihat lebih jelas untuk disampaikan kepada penonton dan penonton lebih mudah dalam memahaminya, dan juga kontiniti di scene ini pun memperjelas informasi yang di sampaikan pada film DUNIAsiMAYA yang dapat di lihat pada gambar 2. di atas. Pada scene ini kesinambungan waktu terlihat dalam kejadian satu waktu yaitu siang hari, kesinambungan ruang terlihat pada konflik yang terjadi di kantin sekolah yang terlihat dalam satu waktu yaitu siang.

c. Tonal Montage

Dalam tonal montage, gerakan dirasakan dalam arti lebih luas. Konsep gerakan mencakup semua pengaruh potongan montage. Di sini montage didasarkan pada suara emosional yang khas dari bagian-bagiannya yang dominan. Tonal Montage mengacu pada keputusan pengeditan yang dibuat untuk membangun karakter emosional dari suatu adegan, yang dapat berubah perjalanan adegan. Montage tonal merupakan teknik editing yang dilakukan dan bertujuan untuk membangun karakter emosi adegan, dan karakter emosi adegan itu dapat berubah sepanjang perjalanan di dalam adegan. Ketika emosi berubah secara otomatis nada juga ikut berubah dari adegan (Dancyger) [3]. Keputusan dalam membagun karakter yang emosional pada suatu adegan mungkin berubah dalam perjalanan dari lokasi kejadian. Suasana hati atau suara digunakan sebagai panduan untuk menafsirkan suasana montage tonal.

Tabel 3 Tonal Montage pada film DUNIAsiMAYA

(7)

Tonal Montage

Berdasarkan dari potongan gambar 3. dapat dilihat pada durasi 06 menit 35 detik 35 Maya sedang membujuk ibu nya untuk berhenti bekerja dan untuk beristirahat karena waktu sudah menunjukan lewat tengah malam. Perbincangan antara kedua ibu dan anak ini berlangsung hangat. Akan tetapi suasana berubah seketika Maya mengingat sang ayah, berawal dari Maya memuji kecantikan dan sifat pekerja keras sang ibu sehingga ia tidak heran kalau dahulu ayah nya sangat mencintai ibu nya.

(8)

Gambar 3. Scene pada film DUNIAsiMAYA pada menit 06 : 35 – 07 : 30

(Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)

Suasana berubah ketika Maya mengingat kembali memori sang ayah ketika masih hidup dengan memandang foto keluarga yang terpajang di ruang jahit rumahnya. Nada yang dikelurkan juga menurun karena suasana dan emosioanl yang timbulkan adalah kesedihan. Emosi ini ditandai dengan perasaan kecewa, putus asa, tidak tertarik, dan suasana hati yang buruk. Seperti emosi lainnya, kesedihan bisa datang kapan saja dan dialami oleh semua orang dari waktu ke waktu. Pada beberapa khasus, orang yang merasakan kesedihan berkepanjangan dan bisa berubah menjadi despresi.

Pada scene ini menggunakan pengembilan gambar dengan medium shot. juga berpengaruh untuk sudut pandang yang lebih dramatis medium shot yang pngambilannya dari gambar atas kepala hingga pinggang atau perut bagian bawah, fungsinya untuk memperlihatkan sosok objek secara jelas.

Pada metode montage tonal sangat berpengaruh dengan adanya keseimbangan antara dominasi objek dengan background sehingga cenderung netral. Komposisi yang sederhana dapat dikatakan pengaturan dari unsur-unsur yang terdapat pada visual yang membentuk satu-kesatuan untuk mendapatkan kesan suasana kesedihan seperi gambar 3 yang diperlihatkan pada background dengan bantuan cahaya lighting pendukung yang sederhana, dan hanya terlihat ruangan yang suram dengan bantuan lampu pada umumnya diruangan rumah.

d. Overtonal Montage

Menurut Eisenstein Overtonal montage adalah interaksi metric, rhythmic, dan tonal montage. Interkasi itu memadukan kecepakan ide, dan emosi untuk menimbulkan efek yang diinginkan dari penonton. Transisi dari metric ke ritmik muncul konflik antara panjang dari shot dan perpindahan dalam frame. Montage tonal tumbuh atau muncul dari konflik antara ritmik dan dan potongan tonal. Terakhir, overtonal montage, dari konflik antara prinsip potongan tonal yang dominan dan overtone. Pembentukan ataupun pembangunan montage dikarenakan adanya konflik. Shot A ditabrakan dengan shot B (Eisenstein) [3]. berdasarkan penjelasan Eisenetein di atas bahwa empat tahap pertama merupakan pemicu dalam stimulasi respon untuk menciptakan emosi sehingga menciptakan tahapan montage sampai pada tahap kelima.

Tabel 4. Overtonal Montage Pada film DUNIAsiMAYA

(9)

e. Intellectual Montage

Metode montage sebelumnya berfokus pada mendorong respons emosional, montage intelektual berusaha untuk mengekspresikan ide-ide abstrak dengan menciptakan hubungan antara konsep-konsep intelektual visual yang berlawanan. Intellectual Montage adalah montage bukan suara-suara overtonal secara psikologis umum, tetapi suara-suara dan overtone dari sebuah intelektual yaitu, konflik penjajaran dari pengaruh intelektual. Intelektual montage mengacu pada pengenalan ide ke dalam urutan yang sangat bermuatan untuk membangun sebuah sintetis dari ilmu pengetahuan (Eisenstein)[3]. Pada penjelasan Eisenstein, montage intelektual dapat membangkitkan ide-ide abstrak yang mendalam pada kerangka narasi yang kuat. Montage intelektual berupaya menggunakan beberapa gambar, potongan gambar atau scene jika digabungkan menghasilkan makna intelektual.

Overtonal Montage

Gambar 4. Scene pada film DUNIAsiMAYA pada menit 24 : 07 – 24 : 40

(Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)

Berdasarkan beberapa potongaan pada gambar 4. terlihat pada durasi 24 menit 07 detik sampai dengan 24 menit 40 detik, Maya kembali di bully oleh sekelompok teman nya dengan mendorong Maya yang sedang berjalan di halaman sekolah dengan membawakan keranjang yang berisikan makanan yang ingin dijual dikantin sekolah. Ekspresi kesedihan terlihat dari mimik wajah Maya dengan memurungkan wajah nya dan agak sedikit mengkerutkan dahinya, akan tetapi berbeda dengan sekelompok teman nya yang senang akan kejahilannya terlihat dari mimik wajah yang mengeluarkan ekspresi tertawa dan menaikan dagu sambil memainkan rambut nya sehingga menghasilkan sifat aslinya yaitu angkuh dan sombong.

Hasil dari kejahilan teman-teman nya terhadap Maya juga dapat menjadi kemarahan para penonton karena kejahilan dan pem bullyan terhadap Maya sudah tidak wajar. Dalam scene ini pergerkan kamera juga sangat berpengaruh demi mendapatkan adegan yang membuat penonton ikut emosional. Melalui pergerakan kamera, maka gambar yang diinginkan sutradara dapat diatur sudut kemiringan, ukuran ketinggian, maupun ukuran jarak, karena pergerakan kamera menjadi sesuatu yang penting untuk mengungkapkan ide atau kesan visual. [8] Menurut penjelasan Himawan Pratista dapat diinformasikan bahwa pergerakan kamera dapat mengungkapkan idea atau kesan visual. Pada scene ini Pergerkan kamera sangat bermain pada saat Maya terjatuh yang disebabkan oleh sekelompok teman nya. Visual yang dihasilkan berhasil membuat penonton ikut simpati dan membuat emosioanal bagi penonton.

(10)

Tabel.5. Overtonal Montage Pada film DUNIAsiMAYA

4. KESIMPULAN

Film DUNIAsiMAYA merupakan film yang bertemakan tentang korban bully dari sekelompok teman-teman nya disekolah dan korban fitnah dari sosial media. Film ini juga memberikan tontonan yang mengedukasi masyarakat tentang penggunaan media sosial yang dapat berdampak buruk bila disalah gunakan. Hasi penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan teknik montage sangat berperan untuk meningkatkan suasana dramatis dan emosional pada filmDUNIAsiMAYA.

Penggunaan 5 metode montage pada konflik yang diterapkan Sergei Eisenstein menyesuaikan urutan shot yang tepat guna mengisi rangkaian adegan, baik metric montage yang lebih cenderung memperpendek shot pada film DUNIAsiMAYA secara singkat dan tetap mendapatkan inormasi pada suatu scene , rhythmis montage mengacu pada kontiunitas yang timbul dari pola visual yang menggambarkan konflik yang berlawanan pada bagian frame dalam shot, tonal montage lebih cenderung membangun karakter emosi suatu adegan dan mungkin dapat berubah perjalanan adegan pada film DUNIAsiMAYA, overtonal montage merupakan interaksi dari metric, rhythmic, dan

Visual Keterangan

Intellectual Montage

Gambar 5.Scene pada filmDUNIAsiMAYA pada menit 20 : 35 – 21 : 29

(Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)

Berdasarkan pada potongan gambar 5. terlihat pada durasi 20 menit 35 detik terlihat sekelompok siswa yang sedang berkumpul dan membicarakan foto Maya yang tersebar di media sosial, mereka mengejek dan menyindir Maya pada saat Maya dan sahabatnya berpapasan di depan mereka sehingga membuat Maya malu dan sakit hati. Kemudian pada durasi 21 menit 22 detik sahabat Maya ingin memukul mereka yang sudah menyindir Maya, sahabat maya memperingati mereka untuk tidak menyindir Maya lagi, setelah itu Maya dan sahabatnya pergi dari sekelompok siswa tersebut. Sahabat Maya juga mengeluarkan ekspresi marah. Ekspresi marah yang ditimbulkan merupakan ekspresi wajah

jengkel yang biasanya akan muncul

dikarenakan rasa ketidaknyamanan atau pun timbul dari kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan sebuah kenyataan. Melihat ekspresi ini dari pada sisi alis di bagian dalam yang menyatu dan ia condong ke bawah, lalu bibir yang menyempit, dan juga pandangan mata yang menajam.

Pada scene ini ada beberapa yang

menggunakan pengambilan gambar medium

long shot, medium shot, dan close up.

Penerapan untuk mengambil gambar lebih dari satu dalam sebuah scene juga mendukung suasana emosional yang terjadi. Menurut Andi Fachrudin Medium long shot merupakan pengambilan gambar yang dominan pada scene ini, menurut Andi Fachruddin medium long shot merupakan

Ini yang ditembak memotong pokok materi dari lutut sampai puncak kepala pokok materi [4].

(11)

tonal yang memadukan kecepakan ide, dan emosi pada film DUNIAsiMAYA, metode yang terakhir adalah intellectual montage mengacu pada pengenalan ide kedalam urutan yang digabungkan beberapa shot yang sangat bermuatan untuk membangun sebuah sintetis dari ilmu pengetahuan. Metode-metode Sergei Eisenstein dianalisis sebagai pijakan untuk memberikan rasa dan emosi yang membangun suasana pada scene DUNIAsiMAYA.

5. SARAN

Setelah melakukan penelitian pada film DUNIAsiMAYA yang merupakan tayangan yang mengedukasi penonton untuk bijak dalam penggunaan social media. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan berharap tidak ada lagi korban bully kususnya para pelajar. Saran peneliti yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya khususnya yang ingin mengangkat film bully sebagai objek penelitian. Peneiti sarankan untuk membahas dan mengkaji film dengan menggunakan sudut pandang lain dan paradigma yang lebih tajam sehingga kedepannya diharpkan dapat memperkaya referensi serta kajian ilmu Program Studi Televisi dan Film.

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan terselesaikannya Karya Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih untuk Universitas Potensi Utama.

DAFTAR PUSTAKA [1] Anggara, Sahya. Metode penelitian administrasi. (2015).

[2] Anggraeni, Yuli, and Mimin Nur Aisyah. "Pengembangan Media Pembelajaran Pocket Book Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pelajaran Pam." Kajian Pendidikan Akuntansi Indonesia 5.2 (2016).

[3] Budi Prasetya, Raden Harsono. 2017. Analisis Ekertivitas Montage Sequence Untuk Menunjukan pemadatan Waktu Pada Film ‘’Hot Fuzz. Fakultas Seni Media rekam Institud Indonesia: Yogyakarta.

[4] Dancyger, Ken. The technique of film and video editing: history, theory, and practice. Focal Press, 2014.

[5] Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.

[6] N, Elara, Karla. 2014. Mitos Tembang Durma Kuntilanak Pada Film Kuntilanak, Institud Seni Indonesia: Yogyakarta.

[7] Permana, Rika Aryanti. "Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return on Assets (ROA) Pada Sektor Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013." Jurnal Penelitian Program Studi Akuntansi (2014): 1-12. [8 ] Prasista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

[9] Tanjung, M. R. (2019). FOTOGRAFI PONSEL (Smartphone) SEBAGAI SARANA MEDIA DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT MODERN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 224-234.

[10] Atika, J., Minawati, R., & Waspada, A. E. B. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAKAT PEDULI SAMPAH. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 3(2), 188-197.

[11] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 179-189.

[12] Manesah, D. (2019). REPRESENTASI PERJUANGAN HIDUP DALAM FILM “ANAK SASADA” SUTRADARA PONTY GEA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 179-189.

(12)

SUTRADARA WILLIAM ATAPARY. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(2), 177-186.

[14] Suryanto, S. (2019). ANALISIS PERBANDINGAN INTERPRETASI PENOKOHAN ANTARA NOVEL DAN FILM 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(2), 153-164.

[15] Giovani, G. (2019). REPRESENTASI “NAZAR” DALAM FILM INSYA ALLAH SAH KARYA BENNI SETIAWAN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(1), 59-70.

[16] Sya'dian, T. (2019). ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM LASKAR PELANGI. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 51-63.

[17] Wahyuni, S. (2019). ANALISIS PENYAJIAN PROGRAM TALK SHOW “ASSALAMUALAIKUM INDONESIA” DI SALAM TV MEDAN. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 1(1), 64-76.

[18] Sya'dian, T. (2019). BUNKASAI, KAJIAN SEMIOTIKA BUDAYA KONTEMPORER DARI PENGARUH FILM JEPANG. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 2(1), 35-47.

[19] Suprianingsih, S. (2019). IKLAN LAYANAN MASYARAK PEMANPAATAN LOTENG RUMAH SEBAGAI LAHAN HIDROPONIK. PROPORSI: Jurnal Desain, Multimedia dan Industri Kreatif, 3(2), 164-175.

Gambar

Gambar 1. Potongan gambar pada film  DUNIAsiMAYA
Gambar 2. Scene  pada film DUNIAsiMAYA  pada menit 22 : 15 – 23 : 35 detik  (Sumber: Screnshoot film DUNIAsiMAYA)
Tabel 3 Tonal Montage pada film DUNIAsiMAYA
Gambar 4. Scene  pada film  DUNIAsiMAYA  pada menit 24 : 07 – 24 : 40

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun tabel volume pohon jenis Merbau ( Intsia spp. Tabel volume lokal dapat digunakan di Areal Kerja IUPHHK-HA PT Arfak Indra

Metode hermeneutika Paul Ricoeur akan dicoba untuk menafsir istilah teknis nafs lawwamah atau jiwa yang selalu mencela dirinya sendiri, yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an

Pada buku pedoman ini dijelaskan cara pengutipan berdasarkan format APA (American Psychological Association). Pada format APA, kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan

Dari uraian di atas, pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolah memberikan keuntungan kepada siswa, karena memberikan perlakuan yang positif sehingga

Montage cara pembuatan sasando di iringi musik yang membangkitkan semangat dengan, dan ajakan dari generasi lokal bangsa Indonesia untuk melestarikan sasando,

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang