• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO PENULIS DWI ANGGELITA HAMZAH ANGGOTA PENULIS. TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn. NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO PENULIS DWI ANGGELITA HAMZAH ANGGOTA PENULIS. TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn. NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS RITME BAMBU'A DI PROVINSI GORONTALO

PENULIS

DWI ANGGELITA HAMZAH

ANGGOTA PENULIS

TRUBUS SEMIAJI, S.Sn, M.Sn

NUGRA P. PILONGO, S.Pd, M.Sn

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(2)

2

ABSTRAK

Kebudayaan dalam suatu daerah dapat berkembang sesuai dengan pemahaman masyarakat di daerah tersebut. Kekayaan alam yang melimpah dapat menghasilkan kreativitas masyarakat. ………..Tulisan ini menganalisis tentang ritme bambu'a yang di hasilkan oleh pedagang ikan di provinsi Gorontalo. Permasalahannya adalah bagaimana bentuk ritme pada bambu'a yang ada di provinsi Gorontalo. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi bentuk organologi dan ritme bambu'a di provinsi Gorontalo.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melalui pendekatan musikologi. Penulis membedah teori melalui tahapan mengkaji organologi bentuk bambu'a, mentranskripsi bunyi bambu'a, hingga menganalisa bentuk musik yang diperoleh dari bambu'a. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka.

Temuan penelitian menunjukan bahwa terdapat 2 jenis bambu'a yang sering ditemui dari pesisir laut Sulawesi dan Teluk Tomini, yaitu; 1) bambu'a yang bercangkang besar. 2) Bambu'a bercangkang panjang. Ritme bambu'a yang diperoleh di provinsi Gorontalo terbagi atas; 2 motif umum, 34 motif variasi, 6 frase dan 2 kalimat.

Kata kunci : kebudayaan, masyarakat, ritme bambu'a.

PENDAHULUAN

Gorontalo merupakan suatu daerah yang memiliki keberagaman budaya dan adat istiadat. Keberagaman ini dapat kita lihat dari banyaknya hasil karya kebudayaan baik berupa karya seni maupun dalam bentuk pemikiran-pemikiran yang menghasilkan alat kebudayaan lainnya. Keberagaman bentuk budaya dan adat istiadat yang terdapat di Gorontalo tidak terlepas dari sejarah adanya beberapa kerajaan yang ada di Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu menciptakan kebudayaan dan aturan adatnya tersendiri yang hingga saat ini masih dipegang teguh dan dilaksanakan. Kerajaan-kerajaan tersebut yang saat ini telah menjadi wilayah kabupaten dan kota masih dapat terlihat perbedaan-perbedaan ritual adat dan ciri kebudayaan di antara wilayah itu. Contohnya pada ritual upacara kematian di kabupaten Gorontalo menggunakan satu

(3)

3

pa’ita atau batu nisan, sedangkan di kota Gorontalo menggunakan dua pa’ita. Kenyataan ini membuktikan keberagaman kebudayaan yang terdapat di Gorontalo.

Salah satu pendukung terciptanya kebudayaan di Gorontalo adalah kemampuan masyarakat Gorontalo dalam memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki. Kekayaan alam itu dimanfaatkan untuk menciptakan karya-karya kebudayaan yang bermanfaat baik untuk pelaksanaan ritual, adat istiadat maupun untuk mendukung dan memperlancar kegiatan sosial ekonomi mereka sehari-hari. Sebagai contoh pemanfaatan kekayaan alam yang dijadikan sebagai hasil budaya dan sumber ekonomi adalah kemampuan masyarakat Gorontalo mengolah dan memanfaatkan pohon enau. Bagi masyarakat Gorontalo, pohon enau memiliki nilai budaya sekaligus nilai ekonomis. Pelepah enau dijadikan pitate atau dinding rumah tradisional, dari batangnya di manfaatkan untuk membuat sagu, sementara air niranya dijadikan gula dan minuman tradisional Gorontalo, sedangkan buahnya dijadikan kolang-kaling untuk campuran es buah.

Kemampuan masyarakat Gorontalo dalam memanfaatkan kekayaan alam ini menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang unik. Di Gorontalo, terdapat sebuah tradisi masyarakat dalam berniaga. Tradisi tersebut berupa pemanfaatan kerang laut sebagai media untuk menjual ikan. Pemanfaatan kerang laut (untuk selanjutnya disebut bambu'a) pada saat ini masih terbatas. Hanya para penjual ikan tradisional yang memanfaatkan sebagai alat untuk menjual ikan.

Penggunaan bambu'a sangat dimungkinkan terjadi karena letak geografis Gorontalo yang diapit oleh bentangan samudera, yaitu Teluk Tomini di sebelah selatan dan samudera Hindia di bagian utara. Teluk Tomini dan samudera Hindia menyediakan bahan baku yang berlimpah bagi masyarakatnya untuk membuat bambu’a. Bambu’a merupakan sebuah alat tiup yang berasal dari kerang dimana bagian tengah dari kerang tersebut di beri lubang dan jika di tiup akan menghasilkan bunyi yang keras. Meski tidak bernada, besar dan kecilnya alat ini menentukan warna suara yang akan dihasilkan. Bambu’a tidak di produksi secara masal, akan tetapi di

(4)

4

buat secara pribadi oleh para pemakainya. Bambu’a saat ini berfungsi sebagai media penyampai pesan penjual ikan kepada para pelanggan yang menjadi penerima pesan.

Bunyi bambu’a dari masing-masing penjual ikan ini memiliki irama atau ritme yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan besar kecilnya bentuk dari bambu’a berbeda. Mulai dari ritme yang panjang-pendek, hingga irama yang terputus-putus (stacato). Ciri khas bunyi bambu’a dari penjual ikan yang berbeda membuat pembeli dapat mengenali para penjual ikan yang telah menjadi langganannya. Dengan bermodalkan bambu’a, penjual ikan dapat menjajakan jualannya hingga dari jarak 15 hingga 20 Meter. Hal ini yang menjadi dasar pertanyaan, yaitu bagaimana bentuk ritme bambu'a yang ada di provinsi Gorontalo?

Ritme

Ritme merupakan sesuatu yang menyangkut ketukan detik yang teratur, tapi juga dengan pola yang teratur, dengan nada yang panjang ataupun pendek1. Ritme akan membawa sesuatu yang ritmis atau terpola, yang dalam memberi hitungan/ketukan ada suatu penekanan atau aksen (untuk tiap lagu bisa berpola tipikal atau bisa bersifat dialektis, tergantung dari struktur lagu) yang berulang dengan pola yang teratur, sehingga pola ritmis akan terjadi pada tiap penekanan tersebut2. Sitorus (2002 : 146) mengatakan ritme merupakan variasi dari tempo dan beat yang mampu memberikan penekanan. Penekanan yang dimaksudkan yakni berupa arti dari apa yang di sampaikan.

Pada prinsipnya ritme memiliki kesamaan dengan irama, hal tersebut berkaitan dengan kesamaan sifat yang dimiliki. Kesamaan sifat keduanya terletak pada variasi gerak naik turun, panjang pendek serta aksen yang memuat arti

1

Rendra Yulia, Belajar Main Piano untuk Pemula, (Yogyakarta : MedPress, 2009) hlm 22. 2

(5)

5

tersendiri pada apa yang dihasilkan. Selain itu, irama maupun ritme selalu berkaitan dengan gerak, bunyi dan melodi.

Seperti yang dijelaskan Soeharto (1986:3) bahwa melodi selalu berkaitan dengan ritme, sebab kehadiran melodi selalu disertai ritme. Bedanya kalau pada melodi perhatian kita diarahkan pada naik-turunnya nada-nada; pada ritme diarahkan pada panjang-pendeknya bunyi serta perbedaan aksen yang akan dilakukan.

Bentuk Musik

Bentuk musik atau ilmu bentuk musik merupakan bagian total dari teori musik. Edmund prier (2011 : 2), menyatakan bahwa bentuk musik merupakan suatu gagasan / ide yang nampak dalam pengolahan / susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika). Ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu persatu sebagai kerangka. Bentuk musik dapat dilihat juga secara praktis sebagai 'wadah' yang 'diisi' oleh seorang komponis dan diolah sedemikian hingga menjadikan musik yang hidup.

Bentuk analisis musik penulis perlukan untuk menjadikan data lebih teratur dan tertata rapih terutama pada susunan bentuknya. Dalam menganalisa ritme bambu'a penulis membagi ritme menjadi beberapa bagian untuk di olah. Yakni sebagai berikut:

(6)

6

Motif

Motif merupakan potongan lagu atau sekelompok nada yang merupakan suatu kesatuan dengan memuat arti dalam dirinya sendiri (Edmund Prier, 2011 : 26 ). Untuk mempermudah pengaplikasian ritme bambu'a maka penulis membagi motif menjadi 2 bagian. Yaitu; Motif umum dan motif variasi. Sebagaimana dijelaskan berikut;

a. Motif umum

Motif umum merupakan motif yang penulis gunakan sebagai sumber untuk meneliti motif-motif berikutnya. Motif tersebut penulis gunakan dengan pertimbangan yakni motif umum merupakan motif yang paling sering digunakan oleh para peniup bambu'a di Gorontalo.

b. Motif variasi

Motif variasi merupakan motif yang telah mengalami perubahan bentuk dari motif sumber. Dikatakan variasi karena bentuk motif ini berubah dengan variasi yang berbeda-beda. Bentuk itu dapat berupa pengulangan, diminusi3, augmentasi, sekuens, hingga pembalikan bebas.

Frase

Edmund Prier (2011 : 2) menyatakan bahwa frase merupakan anak dari kalimat musik. Biasanya untuk memperoleh kalimat, dibutuhkan dua atau lebih anak

3

Secara umum, diminusi didefinisikan dengan pengurangan atau pengecilan nilai dalam beberapa hal..( Soeharto, 1986) hlm 50.

Diminusi juga sering diartikan sebagai pembalikan dari augmentasi, karena jika dalam augmentasi nada-nada dalam melodi sering mengalami pembesaran nilai nada dan pembesaran nilai interval.

(7)

7

kalimat/frase. Seperti dalam kalimat bahasa, dibutuhkan beberapa kata (dalam hal ini motif) untuk menjadi sebuah anak kalimat. Frase ini pula yang akan kita satukan agar mendapatkan sebuah kalimat.

Kalimat

Kalimat dalam musik adalah bagian dari lagu yang biasanya terdiri dari 4-8 birama. Kalimat musik terbentuk dari sepasang frase dan dua kalimat musik dapat membentuk lagu. Biasanya sebuah kalimat musik terdiri dari dua; a. kalimat pertanyaan / kalimat depan ; b. kalimat jawaban / kalimat belakang, Edmund Prier (2011 : 2).

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif, sedangkan teknik penyajiannya dalam bentuk deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan musikologi. Sehingga secara khusus dapat dikatakan penulis menelaah teori dengan cara mengkaji organologi bentuk bambu'a, mentranskripsi bunyi bambu'a, hingga menganalisa bentuk musik yang diperoleh dari bambu'a.

Latar penelitian tersebar di provinsi Gorontalo. Pertimbangan penulis dalam memilih lokasi tersebut sebagai latar penelitian, karena di lokasi itulah masyarakatnya masih menggunakan bambu’a sebagai alat bantu dalam menjual ikan. Teknik pengumpulan data dilakukan lewat observasi, studi pustaka, wawancara dan

(8)

8

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penyajian data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ritme Bambu'a

Pada pembahasan ritme bambu'a, peneliti memilih untuk mentranskrip ritme dalam bentuk notasi balok. Hal ini dikarenakan meskipun tidak memiliki nada yang pasti, bunyi bambu'a yang di tiup oleh masing-masing pedagang ikan ternyata memiliki perbedaan. Pada tiupan pertama dan yang kedua memiliki aksen bunyi yang berbeda. Berdasarkan pertimbangan diatas maka peneliti akhirnya memilih notasi balok untuk mentranskrip ritme bambu'a yang diperoleh dari pedagang ikan. Penamaan motif A, Motif B, motif C dan lainnya hanyalah untuk mempermudah penulis dalam membedakan motif yang ada.

Analisis ritme bambu'a terdiri atas 2 motif umum, 34 motif variasi, 6 frase dan 2 kalimat. Sebagaimana di jabarkan berikut ini;

1. Motif umum

Motif umum ritme bambu'a terdiri dari 2 motif, sebagai berikut:

(9)

9

Pada motif A terlihat jelas belum ada variasi bentuk yang dihasilkan. Motif A memiliki nilai not 4 ketuk, dan tidak memiliki nada yang pasti. Dari 8 nara sumber pengguna bambu'a, terdapat 2 orang yang memiliki motif A. Berbeda dengan motif A, motif B telah memiliki aksen tertentu pada pengaplikasiannya. Ada perbedaan bunyi yang dihasilkan pada motif B. Terutama pada not pertama menuju not berikutnya.

2. Motif variasi

Motif variasi terbagi atas 34 motif, yaitu sebagai berikut;

Motif AA

Motif A1

Motif A2

(10)

10

Motif AA merupakan repetisi4 dari motif A. Dikatakan demikian karena secara tidak langsung motif AA memiliki nilai not yang sama dengan motif A. Motif A1 merupakan diminusi dari motif A. Motif ini (A1) dikatakan diminusi karena nilai dari nada telah dibagi dua.

Selain motif A1, motif A2 juga mengalami diminusi dari motif A1. Dikatakan demikian karena motif A2 telah mengalami pemerkecilan nilai dari motif A1. Tidak jauh berbeda, motif Ab merupakan diminusi dari motif A1. Pada motif Ab dikatakan diminusi A1 karena nilai dari A1 telah di bagi dua sehingga menjadikan motif Ab.

Motif B1 B2 C B3 C1 4

(11)

11

Motif B1 merupakan diminusi yang disertai dengan perubahan nada dari motif B. Sebagaimana dapat di lihat pada motif B, diawali dengan nada E kemudian naik ke nada F. Motif ini (B1) tidak mengalami perubahan nada. Berbeda dengan motif sebelumnya, motif B2 mengalami augmentasi5 yang berasal dari motif B.

Motif C merupakan diminusi dari motif C1. Hal sebaliknya pun terjadi pada motif C1 yang merupakan augmentasi dari motif C. Motif B3 merupakan diminusi yang berasal dari motif B. Sama dengan motif B1 dan B2, jika di amati lebih cermat motif B3 terlihat serupa dengan motif B namun terlihat berbeda pada nilai ketukan yang dimiliki. Motif D DU D1 DU' D2 D2' D2' DU'' D22 E D2'' E1 DU" DU''' 5

Augmentasi merupakan penambahan atau pembesaran nilai yang terjadi pada beberapa hal diantaranya nilai nada dan interval. Soeharto (1986) hal. 49.

(12)

12

Motif D adalah merupakan sekuens6 dari motif D1. Sebaliknya, motif D1 merupakan sekuens naik dari motif D. Dikatakan demikian karena kedua motif tersebut saling mengalami pengulangan dengan tingkat nada berbeda. Pada motif D2 dikatakan diminusi dari motif D1 karena motif ini (D2) telah mengalami pemerkecilan nilai ketuk dari motif D1. Motif D22 merupakan pengulangan harafiah yang terjadi dari motif D2. Hal ini dikatakan demikian karena pada motif D22 tidak mengalami perbedaan nada ataupun tempo dengan motif sebelumnya (D2).

Motif DU telah mengalami inversi dari motif D. Meskipun terlihat serupa akan tetapi nada yang dimiliki oleh motif DU telah mengalami inversi. Motif DU' telah mengalami sekuens turun dari motif DU. Awal motif DU' dimulai dengan La dan berakhir pada Sol. Sementara motif DU dimulai dengan Si dan kembali pada Si pula. Motif DU" merupakan pengulangan dari motif DU'. Sementara motif DU'" merupakan sekuens dari motif DU'. Motif E' merupakan pengulangan ( tanpa adanya perubahan) dari motif E.

F F1 F11

6

Sekuens merupakan ulangan pada tingkat lain. Sekuens merupakan variasi termudah. Ada dua kemungkinan : Sekuens naik dan Sekuens Turun. Edmund Prier, Ilmu bentuk musik (Yogyakarta : 2011) hal. 28.

(13)

13 FAA G2 G1 G1' G1'' J1 F2 J K KK

Motif F merupakan inversi7 dari motif C. Sementara Motif FAA merupakan inversi dari motif F. Dinyatakan inversi karena motif F dan FAA telah mengalami pembalikan bebas. Sementara itu, motif F1 dapat dikatakan diminusi dari motif C. Motif F1' merupakan pengulangan harafiah dari motif F1. Motif G2 telah mengalami pembesaran nilai ketuk dari motif G1. Motif G1 merupakan diminusi dari motif G2. Motif G1' merupakan pengulangan harafiah dari motif G1. Motif G' merupakan

7

Inversi dapat didefinisikan sebagai pengulangan dengan cara menggerakan melodi bertolak belakang. Inversi juga dapat berarti pembalikan motif. Edmund Prier, Ilmu bentuk musik (Yogyakarta : 2011) hal. 31-32.

(14)

14

pengulangan harafiah dari motif G. Motif G1'' merupakan pengulangan harafiah dari motif G1'. Motif J1 telah mengalami sekuens naik dari motif J pada bagian akhir nada. Motif KK merupakan pengulangan harafiah dari motif K.

3. Frase

Frase ritme bambu'a terdiri atas 7 frase, frase ini diperoleh dari gabungan motif-motif yang telah mengalami variasi. Frase tersebut sebagai berikut;

F-1

B2 C

F- 2

B3 C1

Frase pertama merupakan gabungan dari 2 motif, yaitu motif B2 dan motif C yang terdiri atas 2 birama. Pada frase pertama birama 1, bentuk motif (B2) hampir sama dengan frase ke dua birama 1 (motif B3). Ada kesamaan aksen dalam memainkan irama tersebut, yakni dari nada Mi kemudian dinaikan setengah ke nada Fa.

(15)

15 F-3 F F1 F11 F-4 FAA G2 F-5 G1 G1' G1'' J1

Frase 3 merupakan gabungan dari 3 motif (F, F1 dan F11). Pada frase ini terjadi 2 kali pengulangan motif yang terjadi pada motif F1 dan F11. Jika di perhatikan dengan seksama ada inversi yang terjadi dari frase 3 ke birama pertama di frase 4. Begitu pula pada frase 5, pengulangan terjadi dari birama pertama hingga birama kedua notasi pertama.

F-6

(16)

16

F-7

K KK

Pada frase 6 dan 7 ini masih sama dengan frase sebelumnya, yakni memiliki 2 birama pada tiap frase. Perbedaannya yakni pada frase 7 motif terlihat bervariasi dengan adanya pengulangan.

4. Kalimat

Kalimat dalam ritme bambu'a terdiri atas 2 kalimat yaitu terdapat pada ritme berikut ini;

DU D1 DU' D2 D2'

A

D2' DU'' D22 E

(17)

17

D2'' E1 DU" DU'''

A B

Pada ritme bambu'a pertama dapat kita lihat terdapat 2 bentuk kalimat tanya, dikatakan demikian karena pada akhir nada pertama (A) dan nada kedua (B) memiliki kesamaan bentuk. Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa kedua kalimat merupakan kalimat tanya yang di gabungkan oleh koma.

Ritme kedua juga memiliki 2 bentuk kalimat, namun kali ini berbeda dengan ritme sebelumnya. Pada ritme bambu'a yang kedua ini, bentuk kalimat dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu kalimat tanya dan kalimat jawab. Dari birama 1-2, menjadi kalimat tanya. Kemudian dari birama 3-4 menjadi kalimat jawaban.

Dengan demikian dapat disimpulkan, ritme bambu'a dalam pembentukan kalimat tidak lebih banyak terarah pada kalimat tanya. Hal ini disebabkan pola permainan ritme yang monoton dari peniup bambu'a.

KESIMPULAN

Letak geografis provinsi Gorontalo yang diapit oleh laut Sulawesi dan Teluk Tomini memungkinkan terciptanya sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Bambu'a salah satu dari sumber daya alam yang memiliki multi fungsi. Fungsi dari bambu'a yaitu isinya dimanfaatkan sebagai

(18)

lauk-18

pauk sedangkan cangkangnya dimanfaatkan sebagai alat bantu komunikasi antara pedagang ikan dan pembeli. Keunikan ritme yang dimainkan oleh para pedagang ikan, membuat bambu'a menjadi suatu kebudayaan tersendiri dimata masyarakat Gorontalo.

Terdapat 2 jenis bambu'a yang sering ditemui dari pesisir laut Sulawesi dan Teluk Tomini, yaitu; 1) bambu'a yang bercangkang besar. 2) Bambu'a bercangkang panjang. Ritme bambu'a yang diperoleh di provinsi Gorontalo terbagi atas; 2 motif umum, 34 motif variasi, 6 frase dan 2 kalimat.

DAFTAR RUJUKAN

Hadjana Suka, 2004, Esai & Kritik Musik.Yogyakarta.Galang Press.

Mack Dieter, 2007, Sejarah Musik Jilid 4. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. Nakagawa Shin, 2000, Musik dan Kosmos. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Pono Banoe, 2003, Kamus Musik. Yogyakarta. Kanisius.

Prier Edmund, 2011, Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. ___________, 2008, Sejarah Musik Jilid 1. Yogyakarta. Pusat Musik Liturgi. Rasyid Fathur, 2010, Cerdaskan Anakmu dengan Musik. Yogyakarta. Diva Press. Rendra Yulia, 2009, Belajar Main Piano untuk Pemula. Yogyakarta. MedPress. Sitorus D. Eka, 2002, The art of acting. Jakarta. Gramedia

Soeharto, 1986, Belajar Membuat Lagu. Jakarta. Gramedia.

Takari M & Tarigan, 1994, Analisis Struktur Musik Dalam Etnomusikologi. Medan. Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

(19)

19

http:// andantemusica-royal.blogspot.com/2011/03/analisis-komposisi-musikal.html http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2285149-pengertian-dan-definisi-ritme/ http://scr3.kliksaya.com/he/116669/yokimirantiyo.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

terpotong di sebelah kiri (disebut juga titik terpotong kiri) dan titik b adalah titik terpotong kanan (disebut juga titik ter- potong kanan). Menurut [3],

Air merupakan salah satu smberdaya alam yang menjadi sumber kehidupan bagi seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini, tak ada satupun mahluk hidup di bumi ini yang

288 PT PT ANUGERAH HUTAN LESTARI JAWA TIMUR SIDOARJO PT MUTUAGUNG LESTARI LVLK-003/MUTU/LK-371 02 OKTOBER 2015 01 Oktober 2021 AKTIF 289 PT PT PRIMA SEJAHTERA INTERNATIONAL JAWA

Novel Bumi Cinta menampilkan Muhammad Ayyas sebagai tokoh utama, seorang mahasiswa dari Indonesia yang melakukan penelitian di Moskwa, Rusia.. Ini kedatangannya pertama

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahawa pelatihan pengolahan potensi local berupa singkong dapat meningkatkan skill dan

Pendekatan fuzzy memiliki kelebihan pada hasil yang terkait dengan sifat kognitif manusia, khususnya pada situasi yang melibatkan pembentukan konsep, pengenalan pola,

38.2 Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada penyedia sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai, termasuk:.. biaya langsung pengadaan

Hal ini menunjukkan bahwa subjek non obesitas lebih dapat memilih jenis minuman yang baik yaitu jus buah karena jus buah diketahui mengandung banyak vitamin dan zat