• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI MAATSCHAP DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS SERTA IMPLEMENTASINYA PADA NOTARIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN HUKUM MENGENAI MAATSCHAP DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS SERTA IMPLEMENTASINYA PADA NOTARIS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DAN UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

SERTA IMPLEMENTASINYA PADA NOTARIS

Galih Cakra Wigusta Email: Galihcw11@yahoo.com

Mahasiswa S-2 Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mulyoto

Email: Mulyoto@yahoo.com Dosen Fakultas Hukum UNS Surakarta

Abstract

This article aims to compare the Maatschap terms of the draft Civil Code and the Law on Notary, and Maatschap as what can be implemented on Notary. In doing this, the author of writing using the method of normative approach. Maatschap according to the book of law civil law is the agreement between two or more persons, who promised to put something in that communion with the purpose to gain an advantage and divided between them, unlike the maatschap according to law the office of notary public is a cooperation agreement the Notary in the running of the office as a notary by entering all the requirement to establish and take care and join in a shared office of notary public. The notary can run the office in the form of the maatschap with still pay attention to the independence and impartiality in the exercise of his set in the regulation of the Minister of law and human rights of Republic Indonesia Number: m. HH. 01. AH. 02 in 2010 about the requirements of running the office of notary public in the form of Civil Union.

Keywords: Maatschap, Notary, Implementation

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan Maatschap ditinjau dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Jabatan Notaris, serta Maatschap seperti apa yang dapat diimplementasikan pada Notaris. Dalam melakukan penulisan ini, penulis menggunakan metode pendekatan normatif. Maatschap menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan itu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan dibagi di antara mereka, berbeda dengan Maatschap menurut Undang-Undang Jabatan Notaris adalah perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris. Notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk Maatschap dengan tetap memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam menjalankan jabatannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris dalam Bentuk Perserikatan Perdata.

Kata Kunci: Maatschap, Notaris, Implementasi

A. Pendahuluan

Maatschap atau Partnership yang diartikan juga sebagai Persekutuan Perdata diatur dalam Bab VIII Bagian Satu, Buku III pasal 1618-1652 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) (R.Subekti dan Tjitrosudibyio, 1978:81). Dalam pasal 1618 KUHPerdata dijelaskan:

“Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”. Dalam buku terjemahan Subekti atas Wet Boek van Burgerlijk, Maatschap atau Persekutuan adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih

(2)

untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan masing-masing memasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan bersama (Rudhi Prasetya, 2002:1). Persekutuan artinya persatuan orang-orang yang sama kepentingannya terhadap suatu perusahaan tertentu, sedangkan «sekutu» disini artinya peserta pada suatu perusahaan (H.M.N Purwosatjipto, 1999:17). Jadi, persekutuan berarti perkumpulan orang-orang yang menjadi peserta pada suatu perusahaan tertentu. Adapun Persekutuan Perdata adalah suatu badan usaha yang termasuk dalam hukum dagang, sebab menjalankan perusahaan. Dalam kepustakaan Hukum, padanan kata Maatschap ada yang menggunakan istilah Persekutuan Perdata, Perserikatan Perdata, atau Perseroan Perdata. Maatschap Menurut Rudhi Prasetya, memiliki 2 (dua) muka, yaitu bisa untuk kegiatan yang bersifat komersial atau bisa pula untuk kegiatan nonkomersial termasuk dalam hal ini untuk persekutuan menjalankan profesi. Dalam praktik dewasa ini yang paling banyak dipakai justru untuk kegiatan yang nonprofit kegiatan profesi itu misalnya, persekutuan di antara para pengacara yang biasa dikenal sebagai associated atau partner (rekan) atau compagnon yang disingkat Co.

Berbeda dengan Notaris, Persekutuan Perdata atau Perserikatan Perdata dilarang bahkan diancam hukuman kehilangan jabatannya, hal ini dijelaskan pada Pasal 12 Stbl.1860 No.3 tentang Peraturan Jabatan Notaris (Selanjutnya disebut PJN) yaitu, “Atas ancaman kehilangan jabatan, para Notaris tidak diperkenankan mengadakan perserikatan untuk menjalankan jabatan mereka”. Pertimbangan untuk tidak melaksanakan para Notaris mengadakan perserikatan seperti yang dikemukakan G.H.S. Lumban Tobing, bahwa perserikatan sedemikian tidak menguntungkan bagi masyarakat umum, oleh karena hal itu berarti mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang Notaris yang dikehendakinya, lebih-lebih di tempat-tempat dimana hanya ada beberapa orang Notaris. Selain dari itu adanya perserikatan di antara para Notaris dapat menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban merahasiakan yang dibebankan kepada para Notaris. Sebaliknya dapat pula dikemukakan alasan untuk memperkenankan para Notaris mengadakan perserikatan di dalam menjalankan jabatan mereka sebagai Notaris, yakni bagi para Notaris yang telah agak lanjut usianya, dalam hal mana tentunya mereka menginginkan dapat mengurangi kesibukan mereka sebagai Notaris. Akan tetapi tidaklah boleh dilupakan, bahwa walaupun hal tersebut merupakan alasan yang

kuat, namun di dalam mempertimbangkannya harus diutamakan kepentingan umum, untuk mana Notaris diangkat (Lumban Tobing, 1996:107).

Lahirnya Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 pada tanggal 6 Oktober 2004 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN), maka berakhirlah ketentuan mengenai Jabatan Notaris berdasarkan Peraturan Kolonial Belanda yaitu Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesia (Stbl.1860 No.3) atau yang lebih kita kenal sebagai Peraturan Jabatan Notaris. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris masih banyak mengadopsi dari peraturan Kolonial Belanda, sehingga menimbulkan pro dan kontra antar para ahli hukum dan Notaris sendiri. Hal ini disebabkan karena Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris tidak lebih baik isinya dengan reglement1860. Terdapat permasalahan penting yang masih menjadi kekhawatiran dan perdebatan antar kalangan Notaris terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 UUJN terkait masalah Perserikatan Perdata. Perserikatan yang dulu diatur dalam pasal 12 PJN dilarang, kini diperbolehkan yang diatur dalam pasal 20 UUJN. Kekhawatiran yang dimkasud disini adalah mengenai kerahasiaan terhadap akta-akta yang dibuat oleh atau dihadapannya sebagai Pejabat Umum, dengan bentuk Perserikatan Perdata menjadi sangat riskan untuk mempertahankan suatu kerahasiaan akta tersebut. Padahal Notaris disumpah untuk bisa menjaga kerahasiaan terhadap akta-akta yang dibuatnya. Berbeda dengan Negara Belanda yang sudah lama mempraktekkan Perserikatan Perdata dalam dunia profesi Notaris. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 UUJN yang mengatur masalah Perserikatan Perdata justru menimbulkan masalah perbedaan pandangan mengenai Perserikatan Perdata.

Pertimbangan Perserikatan Perdata diperbolehkan bagi Notaris adalah dari sisi kebutuhan anggaran dalam mendirikan kantor baru, juga sebagai jalan keluar dari semakin banyaknya jumlah Notaris di Indonesia. Belum ada penjelasan resmi, terkait perubahan aturan ini. Ketika PJN masih berlaku Perserikatan Perdata Notaris tersebut tidak diperbolehkan, baik menurut PJN maupun UUJN tidak akan ditemukan suatu alasan diperbolehkannya para Notaris bergabung dalam suatu Perserikatan Perdata Notaris, atau dalam penjelasannya, baik tersirat maupun tersurat tidak ditemukan alasan hukum, kenapa UUJN memperbolehkan adanya Perserikatan Perdata Notaris (Habib Adjie, 2008:97).

(3)

Meski demikian, ketentuan pelaksana dari Pasal 20 UUJN dibuat dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 UUJN (selanjutnya disebut UUJN-P) tidak mengalami perubahan yang signifikan karena hanya bersifat mengulang atau tidak ada hal baru. Secara essensi, perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris yang disetujui tahun 2013 ini tidak menyentuh permasalahan Notaris yang riil, yang berkenaan dengan pemerataan, persaingan antar Notaris dalam bekerja. Perubahan yang ada adalah mengenai hal yang tidak terlalu perlu, seperti Dewan Kehormatan yang sebetulnya transformasi dari Majelis Pengawas. Jadi dalam hal ini hanya menambah lembaga saja, yang sebetulnya anggotanya dari situ juga. Selain itu, pengaturan mengenai Persekutuan Perdata di dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 UUJN-P Persekutuan Perdata masih diperbolehkan hanya ganti istilah dari Perserikatan Perdata menjadi Persekutuan Perdata sebagaimana diatur dalam pasal 20.

Terdapat persoalan yang timbul terkait masalah Perserikatan Perdata bagi Notaris. Dalam Pasal 20 ayat (1) UUJN menyebutkan Perserikatan Perdata, jadi terlihat Perserikatan Perdata tersebut akan merujuk kepada aturan yang relevan, yaitu Bab VIII tentang Persekutuan (Maatschap). Namun, dalam pasal 20 ayat (3) UUJN tentang perserikatan yang kemudian peraturan pelaksananya berupa Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata menerangkan dalam pasal 1 ayat (1) Perserikatan Perdata Notaris adalah perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris. Sehingga terdapat perbedaan maksud Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata dengan UUJN. Konsep kantor bersama hanyalah sebatas Notaris bersama-sama dalam satu kantor, tidak bersentuhan dengan pengurusan, pertanggung jawaban, maupun pembagian keuntungan dan kerugian seperti dalam Perserikatan Perdata dalam KUHPerdata.

Diperbolehkannya Persekutuan Perdata bagi Notaris menimbulkan pertanyaan bagaimana

Notaris bisa memperhatikan kemandirian dan ketidak berpihakan dalam menjalankan jabatannya. Persekutuan Perdata juga tidak menutup kemungkinan untuk membentuk digunakan sebagai monopoli akta. Seperti yang diungkapkan dalam bukunya Habib Adjie mengatakan bahwa, yang perlu dihindarkan jangan sampai terjadi suatu Perserikatan Perdata Notaris tersebut menjadi “Perusahaan Akta” dan juga monopoli yang berakibat Notaris yang membuka kantor sendiri (tidak berserikat) menjadi tersisihkan (Habib Adjie, 2008:97).

Dalam artikel ini hendak mengkaji perbandingan Maatschap, menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Undang-Undang Jabatan Notaris. Hasil dari perbandingan tersebut diharapkan dapat menemukan Maatschap seperti apa yang dapat diimplementasikan pada Notaris.

B. Metode Penelitian

Jenis Penelitian dałam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. Pada penulisan tesis ini peneliti mengkaji aspek Perbandingan Hukum Mengenai Persekutuan Perdata Notaris dalam perspektif Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Jabatan Notaris. Dengan mengkaji aspek tersebut dapat di temukan bantuk Persekutuan Perdata seperti apa yang dapat dilakukan oleh Notaris sesuai dengan UUJN. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach). Pendekatan perundang-undangan (statute Approach) dilakukan untuk meneliti aturan-aturan hukum yang menjadi fokus penelitian (Johny Ibrahim, 2005:302), yang digunakan oleh peneliti dengan maksud sebagai dasar awal melakukan analisis terhadap adanya peraturan mengenai diperbolehkannya Notaris dalam menjalankan jabatannya dalam bentuk Persekutuan Perdata yang diatur dalam pasal 20 UUJN dan UUJN-P. Pendekatan konseptual yang digunakan oleh peneliti dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan menggunakan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut, peneliti dapat menemukan ide-ide yang melahirkan konsep-konsep hukum. Sedang pendekatan perbandingan diharapkan dapat melahirkan pengertian-pengertian hukum,

(4)

konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, dan dapat menemukan jalan keluar bentuk Persekutuan Perdata seperti apa yang dapat dilakukan oleh Notaris. Jenis bahan hukum yang digunakan terdiri dari bahan hukum Primer yaitu: Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris Dalam Bentuk Perserikatan Perdata dan bahan Hukum Sekunder yaitu: buku-buku, jurnal, karya tulis hukum, internet, dan lain lain. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara teknik dokumentasi yaitu dikumpulkan dari telaah peraturan perundang-undangan, studi pustaka seperti buku-buku, makalah, artikel, majalah, jurnal, koran atau karya tulis. Disamping itu pengumpulan data dilakukan juga dengan menggali kerangka normatif menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan membahas mengenai teori-teori hukum yang berkaitan dengan Persekutuan Perdata. Baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan dan diklarifikasi menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara komprehensif. Untuk menganalisis bahan-bahan hükum yang telah terkumpul akan dipergunakan beberapa teknik analisis, seperti: teknik deskripsi, teknik kontruksi, teknik argumentasi dan teknik sistematisasi. Teknik diskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari penggunaannya untuk memperoleh suatu gambaran atau uraian terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum. Teknik Konstruksi berupa pembentukan konstruksi yuridis dengan melakukan analogi dan pembalikan proposisi (a contrario) dari penilaian yang didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Teknik sistematisasi adalah upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hükum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat ataupun antara yang tidak sederajat. Agar memperoleh jawaban penelitian yang mudah dipahami dan mengetahui makna ketentuan Undang-undang, maka ketentuan Undang-Undang itu ditafsirkan dan dijelaskan dengan menguraikannya menurut bahasa sehari-hari.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Perbedaan Persekutuan Perdata Menurut

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Dengan Undang-Undang Jabatan Notaris

Setelah dilakukan perbandingan dengan menggunakan teori Perbandingan Hukum mengenai Maatschap menurut Kitab Undang Hukum Perdata dengan Undang-Undang Jabatan Notaris tampak perbedaan dan persamaan yang sangat jelas, yaitu:

Pertama, Bahwa akta pendirian persekutuan yang di atur di dalam KUHPerdata tidak harus dengan akta otentik atau akta notariil, cukup akta bawah tangan saja. Sedangkan Persekutuan Perdata menurut UUJN akta pendiriannya harus dengan akta Notaris dalam Bahasa Indonesia.

Kedua, Draft akta pendirian Persekutuan Perdata notaris harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan pertimbangan untuk dilakukan pengecekan apakah anggota Maatschap berada dalam satu daerah kerja atau tidak. Berbeda dengan Maatschap KUHPerdata tanpa harus di konsultasikan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Ketiga, Persekutuan menurut ketentuan pasal 1618 KUHPerdata adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari perseroan itu dibagi di antara mereka. Sehingga maksud Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata adalah untuk membagi keuntungan yang didapat karenanya. Berdasarkan maksud tersebut, maka tujuan persekutuannya adalah untuk mencari keuntungan secara bersama-sama. Sedangkan dibandingkan dengan kedudukan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik yang memang diperintahkan oleh Undang-Undang dalam rangka untuk mewujudkan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum pasal 20 UUJN-P, maka keberadaan pasal 20 UUJN-P tersebut menjadi kontradiktif. Hal ini dikarenakan Persekutuan yang dimaksud dalam UUJN adalah hanya sekedar kantor bersama saja. Pasal 1 ayat (1) PERMENKUMHAM

(5)

menjelaskan tentang Perserikatan Perdata Notaris, yang selanjutnya disebut Perserikatan adalah perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris. Keberadaan Notaris secara bersama-sama dalam satu kantor bersama adalah bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kenotariatan, meningkatkan pengetahuan dan keahlian teman serikat serta efesiensi biaya pengurusan kantor.

Keempat, Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata tidak match apabila digunakan untuk Persekutuan Perdata Notaris. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota sekutu di KUHPerdata bisa bertindak dan untuk atas nama persekutuan, sedangkan Persekutuan Perdata Notaris hanya menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris. Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata masing-masing anggota sekutu tidak ada kewajiban untuk menjaga kerahasaiaan, seperti yang dilakukan oleh Persekutuan Perdata Notaris yang di atur di dalam pasal 16 UUJN-P. Dari perbedaan yang disebutkan di atas juga ditemukan persamaan mengenai karakteristik Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata dengan Undang-Undang Jabatan Notaris. Letak persamaan karakterisitik yaitu pada pendirian persekutuannya, sama-sama berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dua orang atau lebih dan memasukkan sesuatu atau modal dengan maksud mencari keuntungan. Karena profesi Notaris sebagai pejabat negara yang tugasnya adalah membuat alat bukti yang sah, maka hal ini berkaitan dengan Persekutuan Perdata Notaris yang pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta otentik.

2. Persekutuan Perdata Notaris Yang Diperbolehkan Oleh Undang-Undang Jabatan Notaris

Dihapusnya ayat 3 bukan berarti berlaku asas hukum Lex posterior derogat Lex priori yaitu Undang-Undang yang berlaku belakangan membatalkan Undang-Undang yang berlaku terdahulu, maka jika ada pertentangan

Undang-Undang lama dengan yang baru, maka yang diberlakukan tetap Undang-Undang yang baru. Dengan adanya hal seperti ini mengakibatkan batalnya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor: M.HH.01.AH.02.12. Tahun 2010 tentang persyaratan menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata, karena pada pasal yang memuat ketentuan ini dihapus dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 UUJN-P.

P e r l u d i t e g a s k a n b a h w a PERMENKUMHAM tentang persyaratan menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata masih berlaku. Maksud dihapusnya ayat (3) pada Pasal 20 UUJN-P adalah sebatas menghapus bunyi dari ayat (3) tersebut bukan peraturan pelaksananya. Hal ini dikarenakan, ketentuan mengenai persyaratan dalam menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata yang disebutkan dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 UUJN sudah terbit yaitu berupa, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor: M.HH.01.AH.02.12. Tahun 2010 tentang persyaratan menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata. Sehingga tidak perlu disebutkan lagi dalam pasal 20 ayat (3) UUJN-P karena sudah cukup jelas peraturannya, dengan kata lain pasal 20 ayat (3) UUJN masih berlaku.

Beralihnya Perserikatan Perdata Notaris ke Persekutuan Perdata Notaris menimbulkan ketidak pastian hukum. Kepastian hukum adalah salah satu dari tujuan hukum, di samping yang lainnya yakni kemanfaatan dan keadilan bagi setiap insan manusia selaku anggota masyarakat yang plural dalam interaksinya dengan insan yang lain tanpa membedakan asal usul dari mana dia berada. Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum tidak akan terlepas dari fungsi hukum itu sendiri. Fungsi hukum yang terpenting adalah tercapainya keteraturan hidup manusia dalam bermasyarakat. Keteraturan ini yang menyebabkan orang dapat hidup dengan berkepastian, artinya orang dapat mengadakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat karena ia dapat mengadakan perhitungan atau prediksi tentang apa yang akan terjadi atau apa yang bisa ia harapkan.Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu

(6)

pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.

Sebelumnya Notaris dilarang mengadakan perserikatan maupun persekutuan dengan pertimbangan bahwa persekutuan sedemikian tidak menguntungkan bagi masyarakat umum, oleh karena itu berarti mengurangi persaingan dan pilihan masyarakat tentang Notaris yang dikehendakinya, terlebih ditempat-tempat yang hanya ada beberapa orang Notaris. Selain itu adanya persekutuan diantara Notaris dapat menyebabkan kurang terjaminnya kewajiban merahasiakan akta yang dibebankan kepada Notaris. Kemudian dikemukakan alasan untuk memperkenankan para Notaris mengadakan persekutuan didalam menjalankan jabatannya, yaitu bagi mereka Notaris yang telah agak lanjut usianya dalam hal mana tentunya mereka menginginkan dapat mengurangi kesibukan mereka sebagai Notaris. Akan tetapi tidak boleh dilupakan, bahwa walaupun hal tersebut merupakan alasan yang kuat, namun di dalam mempertimbangkannya harus diutamakan kepentingan umum, untuk mana Notaris diangkat (Lumban Tobing, 1996:107). Notaris sebagai seorang Pejabat Umum harus Independen (Habib Adjie, 2008:31). Dalam istilah sehari-hari istilah independen ini sering disama artikan dengan Mandiri. Dalam konsep Manajemen bahwa penerapan istilah Mandiri berarti institusi yang bersangkutan secara manajerial dapat berdiri sendiri tanpa tergantung kepada atasannya, tetapi secara institusional tetap tergantung kepada (depend on) atasannya. Ketentuan independensi ini, bahkan diatur tersendiri dalam kewajiban Notaris yang dijabarkan Pasal 16 Ayat (1) huruf a UUJN: “Dalam menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban: “bertindak jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum”. Dilihat dari prinsip-prinsip Independensi tersebut, yang harus diperhatikan Notaris tidak hanya memiliki hubungan structural independen dengan

Kemenkumham yang mengangkat Notaris, tetapi juga functional independen antar sesama teman sejawat Notaris dan financial independen dalam pengelolaan keuangan. functional independen dijalankan dalam bertindak atas nama jabatan. Pasal 16 huruf (e) menyatakan bahwa Notaris berkewajiban: “Merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain”. Kewajiban ini akan sulit diterapkan apabila Notaris bergabung dalam perserikatan. Dalam praktek bukan tidak mungkin antar teman sejawat mengetahui kepentingan para pihak karena berada dalam satu kantor dan satu administrasi. Bahkan dalam penjelasan Pasal 16 Ayat (1) huruf (e) ini menerangkan bahwa Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait dengan akta tersebut. Dengan demikian, dalam konteks filosofis, maka rahasia jabatan merupakan bagian dari instrumen perlindungan hak pribadi para pihak yang terkait dengan akta yang dibuat oleh Notaris, sehingga tidak dapat direduksi menjadi instrumen untuk semat-mata melindungi Notaris.

Bentuk Persekutuan Perdata Notaris yang sesuai dengan karaterstik dan profesi Notaris yang ada pada pasal 20 Undang-Undang No 2 Tahun 2014 UUJN-P selain harus berpedoman kepada PERMENKUMHAM juga harus mengacu kepada pasal 1618 KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik Persekutuan Perdata Notaris sama dengan yang dimaksudkan dalam Persekutuan Perdata pada pasal 1618 KUHPerdata, yaitu berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dengan dua orang atau lebih dan memasukkan sesuatu atau modal dalam Persekutuan Perdata dengan maksud mencari keuntungan. Karena profesi Notaris adalah juga pejabat umum negara yang salah satu tugasnya adalah membuat alat bukti yang sah maka hal ini juga akan berkaitan dengan Persekutuan Perdata Notaris yang pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta otentik.

Perjanjian Persekutuan Perdata harus memuat kepastian dan kemanfaatan dan keadilan. Isi dari perjanjian Persekutuan Perdata Notaris semestinya berisi dan memuat:

(7)

a. Notaris yang diangkat menjadi teman sekutu haruslah yang sudah di sumpah untuk menjalankan jabatannya;

b. Klausula mengenai hak dan kewajiban masing-masing sekutu;

c. Tanggung jawab teman sekutu kepada pihak ketiga;

d. Klausula mengenai pemasukan dan modal. Dengan adanya aturan mengenai bagaimana perjanjian Persekutuan Perdata Notaris seharusnya dibuat maka akan tercipta Kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian (Achmad Ali, 2002:83). Berbicara mengenai memasukkan sesuatu kedalam persekutuan atau modal dalam Persekutuan Perdata Notaris tidak sama seperti Persekutuan Perdata yang menjalankan perusahaan, dalam hal ini para Notaris yang bergabung membentuk persekutuan memasukkan benda-benda seperti mesin fotocopy yang digunakan untuk bersama, kursi kantor yang digunakan bersama, komputer yang digunakan bersama, dan biaya biaya yang menjadi tanggunggungan bersama seperti biaya air, listrik dan biaya sewa gedung. Jadi modal yang dimasukkan kedalam Persekutuan Perdata Notaris adalah sepanjang benda-benda atau biaya-biaya untuk kepentingan kantor bersama.

Pasal 1618 KUHPerdata menyebutkan bahwa dalam persekutuan salah satu tujuannya adalah membagi keuntungan yang diperoleh karenanya, hal ini tidak berarti bahwa tidak sepenuhnya Persekutuan Perdata Notaris mengambil keuntungan dari persekutuan tersebut. Pasal 36 Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 UUJN telah menyebutkan tentang bagaimana Notaris memperoleh honorarium, Notaris memperoleh honorarium atas pekerjaan jasa hukum yang diberikan sesuai dengan kewenangannya, dan besarnya honorarium juga sudah ditentukan oleh UUJN. Keuntungan yang diperoleh pada Persekutuan Perdata Notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara bersama-sama, sehingga menghemat biaya.

D. Simpulan

Perbedaan Persekutuan Perdata Menurut Kitab Undang Hukum Perdata Dengan Undang-Undang Jabatan Notaris. Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan, ditemukan perbedaan dan persamaan mengenai Persekutuan Perdata menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dengan Undang-Undang Jabatan Notaris. Perbedaannya adalah, Persekutuan menurut ketentuan pasal 1618 KUHPerdata merupakan persetujuan antara dua orang atau lebih, yang berjanji untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan itu dengan maksud supaya keuntungan yang diperoleh dari perseroan itu dibagi di antara mereka. Sehingga maksud Persekutuan Perdata menurut KUHPerdata adalah untuk membagi keuntungan yang didapat karenanya. Berdasarkan maksud tersebut, maka tujuan persekutuannya adalah untuk mencari keuntungan secara bersama-sama. Sedangkan dibandingkan dengan kedudukan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik yang memang diperintahkan oleh Undang-Undang dalam rangka untuk mewujudkan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan umum pasal 20 UUJN-P, maka keberadaan pasal 20 UUJN-P tersebut menjadi kontradiktif. Hal ini dikarenakan Persekutuan yang dimaksud dalam UUJN adalah hanya sekedar kantor bersama saja. Pasal 1 ayat (1) PERMENKUMHAM menjelaskan tentang Perserikatan Perdata Notaris, yang selanjutnya disebut Perserikatan adalah perjanjian kerjasama para Notaris dalam menjalankan jabatan masing-masing sebagai Notaris dengan memasukkan semua keperluan untuk mendirikan dan mengurus serta bergabung dalam satu kantor bersama Notaris. Persamaannya terletak pada karakteristiknya, yaitu pada pendirian persekutuannya, sama-sama berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dua orang atau lebih dan memasukkan sesuatu atau modal dengan maksud mencari keuntungan. Karena profesi Notaris sebagai pejabat negara yang tugasnya adalah membuat alat bukti yang sah, maka hal ini berkaitan dengan Persekutuan Perdata Notaris yang pada awal pendiriannya menggunakan perjanjian dengan akta otentik.

P e r s e k u t u a n P e r d a t a N o t a r i s Ya n g Diperbolehkan Oleh Undang-Undang Jabatan Notaris. Hapusnya Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang No. 2 tahun 2014 UUJN-P, bukan berarti menghapus aturan pelaksana PERMENKUMHAM

(8)

tentang persyaratan menjalankan jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata. Yang dihapus dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang No. 2 tahun 2014 UUJN-P hanya sekedar bunyi dari ayat tersebut, karena ketentuan mengenai persyaratan dalam menjalankan Jabatan Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata yang ada dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang No. 30 tahun 2004 UUJN sudah terbit, sehingga tidak perlu dimunculkan kembali. Beralihnya Perserikatan Perdata Notaris menjadi Persekutuan Perdata Notaris menimbulkan ketidak pastian hukum. Kepastian hukum merupakan tujuan hukum yang tidak akan terlepas dari fungsi hukum itu sendiri, yang berupa keteraturan hidup manusia dalam bermasyarakat. Keteraturan ini yang yang menyebabkan orang dapat hidup dengan berkepastian. Beralihnya Perserikatan Perdata menjadi Persekutuan Perdata mengakibatkan Notaris seolah-olah menjadi Profesi yang menjalankan Usaha dan bertujuan untuk memperoleh keuntungan bersama, yang sebelumnya Notaris dalam bentuk Perserikatan Perdata tidak menjalankan usaha dan keuntungan yang didapat hanya sekedar manfaat bersama, tetapi hanya dilakukan untuk kepentingan tertentu saja. Bentuk Persekutuan Perdata Notaris yang sesuai dengan karaterstik dan profesi Notaris yang ada pada pasal 20 Undang-Undang No 2 Tahun 2014 UUJN-P selain harus berpedoman kepada PERMENKUMHAM juga harus mengacu kepada pasal 1618 KUHPerdata karena pada dasarnya karakteristik Persekutuan Perdata Notaris sama dengan yang dimaksudkan dalam Persekutuan Perdata pada pasal 1618 KUHPerdata, yaitu berdasarkan dengan suatu perjanjian, harus dengan dua orang atau lebih dan memasukkan sesuatu atau modal dalam Persekutuan Perdata dengan maksud mencari keuntungan. Keuntungan yang diperoleh pada Persekutuan Perdata Notaris adalah hanya sebatas penggunaan gedung dan fasilitas secara bersama-sama, sehingga menghemat biaya.

E. Saran

Saran bagi pemerintah selaku lembaga pembuat perundang-undangan perlunya melakukan revisi terhadap berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 20014, khususnya pada Pasal 20 yang mengatur tentang bergabungnya Notaris dalam persekutuan perdata. Perlunya standarisasi mengenai kantor yang bisa digunakan untuk Notaris melakukan Persekutuan Perdata, baik dari luas kantornya, maupun fasilitasnya harus memadahi. Selain itu

juga harus memberi batas maksimal jumlah anggota sekutu pada Notaris yang melakukan persekutuan demi menjaga kemandirian dan kerahasiaan akta. Tidak dapat dipungkiri kedepannya memang jumlah notaris baru semakin bertambah banyak, salah satu cara yang efektif adalah dengan menggunakan Persekutuan Perdata Notaris atau Kantor Bersama Notaris.

F. Daftar Pustaka

Buku

Achmad Ali.2002.Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis).Jakarta: Gunung Agung

Habib Adjie.2008.Hukum Notaris Indonesia-Tafsir Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.Bandung: PT.Refika Aditama

H.M.N Purwosatjipto.1999.Pengertian Pokok Hukum dagangIndonesia.Jakarta: Djambatan Johny Ibrahim.2005.Teori dan Metodologi Penelitian

Hukum Normatif.Malang.Bayu Media Publisihing

Lumban Tobing.1996.Peraturan Jabatan Notaris. Jakarta:Erlangga

R.Subekti dan Tjitrosudibyio.1978.Kata Pengantar Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”. Jakarta:Pradnya Paramita

Rudhi Prasetya.2002.Maatschap Firna dan Persekutuan Komanditer.Bandung:Citra Aditya Bakti

Jurnal

J.H Wihmore.1980.“A Panorama of World’s Legal System”.Saint Paul, Vol.III

Jr. of C.L.(N.S).1993.“The History of Comparative Jurisprudence”.Vol.V

K a d e n . 1 9 2 1 . “ R e c h t s v e r g l e i c h e n d e s Handworterbuch”.Vol.IV

J.Comp.1930.”Sir Macdonnell and the Study of Comparative Law”.Legal Vol. XII, 2nd Edition

(9)

Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor: M.HH.01.AH.02.12 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Menjalankan Jabatan Notaris dalam Bentuk Perserikatan Perdata

Undang-Undang No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Undang-Undang No.2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

Referensi

Dokumen terkait

Mencermati hubungan kausalitas tersebut, dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

PALSAR resolusi 50 meter secara visual dan digital terdiri atas 17 tutupan lahan, yaitu badan air, bandara, belukar rawa, hutan lahan kering, hutan

Telah berhasil dibuat prototip Survey Meter yang digunakan untuk mengetahui tingkat radiasi beta atau gamma di suatu lokasi, yang dipadukan dengan Global Positioning System

Akan tetapi walaupun dakwah sunnah sudah berkembang di desa pentadio timur tetap masih banyak juga masyarakat terlebih para remaja yang belum aktif di dalam

Strategi dan Peran Fundraiser di BAZNAS Kabupaten Sidoarjo Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Sidoarjo menggunakan menajemen strategi terlebih dahulu guna

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sebagai alternative tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel