KEEFEKTIFAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII
(Penelitian di SMP N 1 Ngawen Klaten Tahun Pelajaran 2012 / 2013) Artikel Jurnal Oleh: NIKEN RITHMAYANTI NIM K3109055
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2013
1
BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Niken Rithmayanti dan Siti Sutarmi Fadhilah Program Studi Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Niken Rithmayanti. ”THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE WITH ROLE PLAYING TECHNIQUE TO IMPROVE SELF-LEARNING OF 7TH GRADE STUDENT (The Research Conducted in SMP N 1 Ngawen Klaten Academic Year 2012/2013)”. Thesis. Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University. October 2013.
The purpose of this research was to find out the effectiveness of group guidance with role playing technique to improve self-learning of 7th grade student in SMP N 1 Ngawen Klaten academic year 2012/2013.
This research is Quasi Experimental with this type of Non Equivalent Control Group Design. The research sample were 64 7th grade students of SMP
Negeri 1 Ngawen Klaten. Data source derived by primary data, that is 7th grade
students and secondary data is counselor. The technique of data collection using questionnaire. Analysis of data using statistical analysis technique Two-Way ANOVA by SPSS application.
Based on the results of hypothesis testing, showed that Fcalculated > Ftable,
means H0 rejected and Ha accepted. Ha acceptance and level of significance that
have been known proves group guidance with role playing technique effective to improve self-learning of students. The research was supported with a significance level of 0,05 means 0,004 < 0,05 and Fcalculated > Ftable is 8,580 > 3,82 means there
is difference of self-learning in the experimental group dan control group based on the pre test group and post test group. Then the significance measurement is 0,05 means 0,000 < 0,05 and Fcalculated > Ftable is 26,841 > 3,92 means there is a
difference of self-learning between the experimental group and control group. Further significance group and measurement is 0,05 means 0,046 < 0,05 and Fcalculated > Ftable is 4,050 > 3,92 means there is interaction between experimental
group and control group with pre test group and post test group in improving self-learning.
The conclusion of this research was that group guidance with role playing technique effective to improve self-learning of 7th grade students in SMP N 1 Ngawen Klaten academic year 2012/2013.
2 A. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi yang terjadi saat ini menyebabkan ter- jadinya kompetisi dalam kehidupan, sehingga diperlukan generasi muda berkualitas. Untuk menghasilkan ge- nerasi muda yang berkualitas tentu membutuhkan proses, salah satunya melalui belajar. Salah satu kemampu- an yang diperlukan peserta didik dalam mencapai keberhasilan pendi- dikan adalah kemandirian dalam belajar. Johnson (2009) mengemuka- kan bahwa kemandirian belajar ada- lah kemampuan peserta didik untuk menentukan kegiatan akademiknya sesuai dengan kehidupannya sehari - hari. Knowles (dalam Nurhayati, 2011) menjelaskan bahwa kemandiri- an belajar adalah suatu proses ketika seseorang mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam mendiagnosis, merumuskan, mengi-dentifikasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi kegiatan belajar. Peser- ta didik yang memiliki kemandirian belajar, akan mampu mengatur kegiatan belajarnya tanpa bergantung pada orang lain. Kemandirian belajar merupakan sumber kekuatan untuk
menggunakan pikiran peserta didik itu sendiri.
Kemandirian belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Motivasi belajar dalam diri terbentuk dari pengetahuan, kemampuan, kese- nangan kegiatan belajar, hasil belajar, kepuasan, dan karakteristik pribadi Apabila memiliki motivasi belajar kuat, peserta didik dapat melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya, sekaligus dapat memecahkan masa-lah. Kemandirian belajar dapat terbentuk dengan baik apabila setiap lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat tersedia sumber informasi dalam belajar, pembantu belajar dan suasana lingkungan yang kondusif.
Sukarno (dalam Widodo, 2012) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar antara lain, a) merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri, b) berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, c) bertanggung jawab dalam belajar, d) belajar secara kritis, e) belajar dengan penuh percaya diri.
3 Sedangkan Nurjanah (dalam Prasetyoningsih, 2010) antara lain, a) memburu minat baru (inisiatif), b) tanggung jawab dalam belajar, c) percaya diri.
Peserta didik SMP umumnya berada pada rentang usia 12–13 tahun sampai dengan 14–15 tahun. Menurut Djamarah (2011) bahwa, remaja awal berada dalam usia 12-13 tahun sampai 17-18 tahun. Pada masa ini terjadi banyak perubahan, antara lain peruba-han fisik dan perubaperuba-han psikis. Perubahan fisik contohnya tumbuh rambut pada bagian–bagian tertentu baik perempuan maupun laki–laki. Perubahan psikis contohnya mudah terpancing emosinya dan tersinggung. WHO dalam Warkitri, dkk (2002) mengemukakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan kematangan seksual, pola identifikasi perilaku anak menjadi dewasa, dan peralihan dari sikap ketergantungan pada keadaan yang relatif mandiri, dalam hal ini dikhususkan pada kemandirian belajar.
Berdasarkan wawancara dengan guru BK di SMP N 1 Ngawen Klaten, terutama peserta didik kelas VII,
ditemukan fakta bahwa masih banyak peserta didik yang kemandirian bela-jarnya kurang. Fakta tersebut antara lain peserta didik mencontek ketika ujian, pasif ketika pembelajaran, kurang semangat ketika belajar di kelas, kurang mampu bekerja secara kolaboratif dengan orang lain, mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah, dan mencontek pekerjaan temannya, kurangnya minat membaca buku di perpustakaan.
Layanan bimbingan dan konse-ling dapat diberikan dalam bentuk
individu maupun kelompok. Layanan
yang akan digunakan oleh peneliti adalah bimbingan kelompok. Winkel & Hastuti (2004) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok sebagai sarana penunjang perkembangan peserta didik yang optimal, diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Perkembangan yang diperoleh dari bimbingan kelompok mencakup perkembangan kognitif, psikomotor, dan afektif. Ketiganya dapat berkembang dengan optimal melalui bimbingan kelompok.
Bimbingan kelompok dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik
4 yang bervariasi, seperti yang dikemukakan oleh Romlah (2001), antara lain teknik pemberian informasi, diskusi kelompok, teknik pemecahan masalah (problem sol-
ving), bermain peran (role playing),
permainan simulasi (simulation
games). Diantara teknik-teknik
terse-but, peneliti tertarik untuk mengguna- kan teknik bermain peran. Sanjaya (2006) memaparkan bahwa bermain peran adalah kegiatan beberapa orang yang diarahkan untuk mengkreasi kejadian masa lalu, aktual, atau yang mendatang. Mulyasa (2004)
menambahkan bahwa teknik bermain
peran dapat mengekspresikan hubun-gan antar manusia denhubun-gan cara memperagakan, bekerjasama, diskusi, mengeksplorasi perasaan, nilai dan strategi pemecahan masalah antar pesertanya. Sehingga tema yang diangkat dalam bermain peran harus benar – benar terjadi dalam kehidupan sehari – hari. Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran adalah sarana penunjang perkembangan peserta didik melalui pemeragaan kejadian masa lalu, aktual, atau yang
mendatang untuk mengekspresikan hubungan antar manusia selanjutnya bekerjasama, diskusi, mengeksplorasi perasaan, nilai dan strategi pemecahan masalah.
Sanjaya (2006) mengemuka- kan bahwa langkah-langkah dalam bermain peran meliputi, 1) persiapan bermain peran, 2) pelaksanaan berma-in peran, 3) penutupan. Tahap persiapan bermain peran dapat dilakukan dengan pembentukan ke- lompok dan memasukkan diri ke
dalam kelompok. Para anggota saling
memperkenalkan diri, selanjutnya Penjelasan mengenai bermain peran,
penjelasan peraturan yang akan
diterapkan. Setelah hal-hal tersebut
terlaksana dengan baik, dapat
dilanjutkan dengan menetapkan topik
dan tujuan yang akan dicapai, pemberian gambaran masalah yang akan diungkap, penetapan peserta didik yang akan menjadi pemeran, dan kesempatan bertanya bagi pemain jika menemui kesulitan. Tahap pelaksanaan adalah kelompok peme-ran beraksi dengan spontan, peserta yang lain mengamati dengan penuh perhatian, tentor memberi bantuan pada pemeran yang mengalami
5 kesulitan. Tahap penutup ditandai dengan menghentikan bermain peran. Selanjutnya dilakukan diskusi untuk membahas masalah yang diungkap, kritik dan tanggapan pelaksanaan bermain peran, dan diakhiri penarikan kesimpulan.
Penelitian peningkatan keman-dirian belajar peserta didik dengan layanan bimbingan kelompok pernah dilakukan oleh Asiyah (2012). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemandirian belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP N 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2012 / 2013.
B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen. Penelitian ekperimen ini dipilih dengan pertimbangan bahwa penelitian eksperimen dapat
diguna-kan untuk menemudiguna-kan dan menye-lidiki hubungan sebab akibat antara dua variabel, yakni variabel bebas (bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran) dan variabel terikat (kemandirian belajar). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian Quasi
Experimental. Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa eksperimental semu adalah desain penelitian ekspe-rimen yang memiliki kelompok kont-rol, tapi tidak mengontrol secara penuh variabel luar yang mempe-ngaruhi eksperimen Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan kelompok kontrol tidak sepadan (non equivalent control
group design). Kelompok eksperimen
diberikan treatment sedangkan ke-lompok kontrol tidak diberikan
treatment.
Penelitian dilakukan di SMP N 1 Ngawen Klaten pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini berjumlah 64 peserta didik kelas VII SMP yang dibagi menjadi 32 peserta kelompok ekspe- rimen dan 32 peserta kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel
6 dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive random sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri dan sifat yang mewakili keadaan populasi tanpa pandang bulu sehingga semua anggota populasi memiliki kesempa-tan yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang dikumpulkan menggunakan
instrumen angket kemandirian belajar pada peserta didik. Validasi instrumen penelitian ini melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas instrument menggunakan teknik korelasi product moment pearson sedangkan uji reliabilitas menggu-nakan rumus Spearman Brown.
Pengujian keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan keman-dirian belajar peserta didik menggunakan analisis uji beda Two
Way Analysis of Variances (Two Way ANOVA) atau analisis varians dua
arah. Tujuan analisis varians dua arah yaitu untuk menguji signifikansi efek variabel bebas terhadap variabel terikat.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran dilaksanakan pada peserta didik kelas VII anggota kelompok eksperimen yang berjumlah 32. Pemberian layanan bimbingan ke- lompok dengan teknik bermain peran dibagi dalam lima satuan layanan yang dilaksanakan dalam lima kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit setiap pertemuan. Selanjutnya, 2 kali pertemuan untuk tes awal (pre
test) dan tes akhir (post test) dengan
alokasi waktu masing-masing 45 menit.
Berdasarkan perolehan skor
pre test peserta didik kelompok
eksperimen memiliki mean sebesar 79,81 dan standar deviasi sebesar 8,771, sedangkan mean skor post test sebesar 81,25 dengan standar deviasi sebesar 9,725. Pada kelompok kontrol, skor pre test memiliki mean sebesar 68,53 dengan standar deviasi 6,839 dan skor post test memiliki mean sebesar 76,28 dengan standar deviasi sebesar 9,825. Berikut ini adalah hasil analisis deskripsi data pre
test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
7
Tabel 1. Hasil Analisis Deskripsi Data Pre Test dan Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.
Kelompok Test Mean Std. Deviation N
Klp. Eksperimen Pre test 79,81 8,771 32
Post test 81,25 9,725 32
Total 80,53 9,215 64
Klp. Kontrol Pre test 68,53 6,839 32
Post test 76,28 9,825 32
Total 72,41 9,261 64
Total Pre test 78,77 10,015 64
Post test 74,17 9,654 64
Total 76,47 10,065 128
Selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas data pre test tentang kemandirian belajar peserta didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh nilai kolmogorov smirnov Z sebesar 0,837 dengan signifikansi sebesar 0,485. Karena nilai signifikansi sebesar 0,485 > 0,05, maka data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian, data pre test tentang kemandirian belajar peserta didik pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas data
post test kemandirian belajar peserta
didik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di atas diperoleh nilai kolmogorov smirnov Z sebesar 0,700 dengan signifikansi sebesar 0,712. Karena nilai signifikansi sebesar 0,712 > 0,05, maka data berasal dari populasi berdistribusi normal. Dengan demikian, post test kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang
8 berdistribusi normal. Merujuk pada perolehan uji normalitas seluruh data diatas dapat disimpulkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistri-busi normal.
Hasil perhitungan uji homoge-nitas dengan menggunakan Levene’s Test diperoleh nilai Levene Statistic sebesar 2,177 dengan signifikansi sebesar 0,145. Karena nilai signifi- kansi 0,145 > 0,05, maka dinyatakan bahwa varian kelompok eksperimen
pre test, dan kelompok kontrol pre test adalah sama atau homogen.
Sedangkan uji homogenitas dengan menggunakan selanjutnya diperoleh nilai Levene Statistic sebesar 0,060 dengan signifikansi sebesar 0,807. Karena signifikansi 0,807 > 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa varian kelompok data di dalam kelompok eksperimen post test, dan kelompok kontrol post test adalah sama atau homogen. Merujuk pada uji homogenitas pada pre test dan post
test di atas maka dapat disimpulkan
bahwa seluruh varian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen.
Setelah pengujian persyaratan analisis terpenuhi, selanjutnya dilak- sanakan pengujian hipotesis untuk mengetahui diterima atau tidaknya pernyataan yang dikemukakan dalam perumusan hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP N 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2012/2013. Pengujian hipotesis tesebut dibuktikan dengan pengujian tiga hipotesis yang lain melalui analisis data dalam penelitian ini yang menggunakan teknik analisis varians dua arah dengan desain faktorial 2x2 (Two Way ANOVA) dengan aplikasi SPSS. Pengujian hipotesis berdasarkan kriteria Fhitung>Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, Fhitung < Ftabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Taraf
signifikasi = 0,05, apabila > 0,05 maka tidak sigifikan, sedangkan apabila < 0,05 maka signifikan. Berikut ini pengujian tiga hipotesis untuk membuktikan hipotesis utama. Hasil uji hipotesis 1 diperoleh nilai Fhitung sebesar 8,580, sedangkan Ftabel
9 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan signifikansi 0,004 < 0,05, maka ada perbedaan yang signifikan. Adanya penerimaan Ha dan tingkat
signifikansi yang telah diketahui membuktikan bahwa ada perbedaan kemandirian belajar pada kelompok kontrol dan eksperimen berdasarkan kelompok nilai pre test dan kelompok nilai post test secara signifikan. Hasil uji hipotesis 2 diperoleh nilai Fhitung
sebesar 26,841, sedangkan Ftabel
sebesar = 3,92. Maka Fhitung > Ftabel,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan signifikansi 0,000 < 0,05, maka ada perbedaan yang signifikan. Adanya penerimaan Ha dan tingkat
signifikansi yang telah diketahui membuktikan bahwa ada perbedaan terhadap kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara signifikan. Hasil uji hipotesis 3 diperoleh nilai Fhitung
sebesar 4,050, sedangkan Ftabel
sebesar = 3,92. Maka Fhitung > Ftabel,
sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
dengan signifikansi 0,046 < 0,05, maka ada perbedaan yang signifikan. Adanya penerimaan Ha dan tingkat
signifikansi yang telah diketahui membuktikan bahwa ada interaksi
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan kelompok nilai pre test dan kelompok nilai post test kemandirian belajar. Berdasarkan uji hipotesis di atas dapat dibuktikan bahwa Bimbingan Kelompok dengan Teknik Bermain Peran Efektif untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Ngawen Klaten Tahun Pelajaran 2012 / 2013.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Johnson (2010) yang mengemukakan bahwa kemandirian belajar adalah suatu kegiatan belajar
yang mendorong peserta didik
melaksanakan tindakan mandiri.
Kemandirian belajar pada seseorang tidak muncul begitu saja melainkan ada faktor-faktor yang mempengaruhi yang terdiri dari dua faktor seperti pendapat yang dikemukakan oleh Mudjiman (2011) yaitu faktor dalam diri dan luar diri. Seperti motivasi belajar dan pengaruh lingkungan.
Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok teknik bermain peran. Pertimbangan diguna-kannya layanan ini sesuai dengan
10 tujuan bermain peran menurut Nasution (dalam Prasetyo, 2013), antara lain, a) untuk menghayati sesu-atu kejadian yang sebenarnya terjadi, b) memahami sebab dari sesuatu kejadian serta akibatnya, c) memben-tuk konsep diri yang mandiri, d) membina peserta didik dalam memecahkan masalah, kritis, analisis, komunikasi, hidup sosial.
Untuk memperkuat hasil penelitian ini maka dibandingkan dengan penelitian yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Asiyah (2012), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kemandirian belajar yang signifikan pada peserta didik setelah diberi perlakuan berupa bimbingan kelompok. Dengan demikian bim-bingan kelompok efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Deswita (2011) yang menunjukkan bahwa bermain peran cukup efektif dalam mening-katkan kemandirian anak.
Merujuk pada hasil penelitian, kajian teori, dan penelitian yang relevan dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik
bermain peran terbukti efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP N 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2012/2013.
D. KESIMPULAN DAN SARAN Bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran merupakan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan pada sekelompok peserta didik untuk memeragakan peranan tertentu. Kegiatan bermain peran, peserta didik dilatih untuk aktif, kreatif, berani tampil, dan berinisiatif dalam rangka meningkat-kan kemandirian belajar. Kemandiri- an belajar adalah kemampuan peserta didik untuk melaksanakan tindakan mandiri dalam kegiatan belajar yang mencakup perencanaan, inisiatif, tanggung jawab, berpikir kritis, dan rasa percaya diri. Peserta didik yang memiliki kemandirian belajar mampu mengambil keputusan dan menerap-kannya dalam belajar tidak bergan- tung pada orang lain. Selanjutnya akan diperoleh kepuasan terhadap hasil belajarnya sendiri. Bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran menjadi salah satu layanan
11 yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, hipotesis yang dirumuskan telah diterima dan terbukti kebenarannya, yaitu bim-bingan kelompok dengan teknik bermain peran efektif untuk mening-katkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP N 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2012/2013.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemandirian belajar dapat dilihat dari ada perbedaan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kontrol berdasarkan kelompok nilai
pre test dan kelompok nilai post test
karena diketahui Fhitung > Ftabel yaitu
8,580 > 3,92 dengan nilai signifikansi 0,004 < 0,05 setelah dilakukan treat-
ment yakni bimbingan kelompok
dengan teknik bermain peran. Selanjutnya ada perbedaan terhadap kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara signifikan karena Fhitung > Ftabel,
yaitu 26,841 > 3,92 dan signifikansi 0,000 < 0,005. Lalu ada interaksi antara kelompok nilai kemandirian
belajar sebelum diberi perlakuan (pre
test) dan setelah diberi perlakuan
(post test) dengan kemandirian belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini nampak dari Fhitung > Ftabel yaitu 4,050 > 3,92
dan signifikansi 0,046 < 0,05. Secara keseluruhan, hipotesis yang diajukan yaitu bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Ngawen Klaten tahun pelajaran 2012 /2013 terbukti dan diterima kebena-rannya.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa saran, antara lain sebagai berikut.
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Kegiatan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara optimal sejajar dengan mata pelajaran lain. Hal ini karena bimbingan dan konse- ling memiliki peranan untuk membantu peserta didik dalam berbagai aspek, seperti pribadi, sosial, belajar, dan karier.
12 b. Mendukung dan mengawasi
pelaksanaan kegiatan bimbing-an dbimbing-an konseling, dalam hal ini teknik bermain peran untuk meningkatkan kemandirian be- lajar peserta didik maupun teknik bimbingan dan konseling yang lain.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
a. Guru Bimbingan dan Konseling lebih variatif dalam pemberian layanan bimbingan dan konse-ling agar peserta didik menjadi tertarik dan materi yang diberi-kan lebih dipahami dengan baik.
b. Sebaiknya guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan bimbingan kelompok dengan teknik bermain peran untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik.
c. Guru Bimbingan dan Konseling perlu memasukkan unsur ke-mandirian belajar pada kegiatan bimbingan dan konseling,
sehingga peserta didik akan lebih aktif.
3. Bagi Peserta Didik
a. Peserta didik perlu meningkat-kan kemandirian belajarnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
b. Peserta didik membuat perenca-naan kegiatan belajarnya sesuai kebutuhan dan kemampuan diri tanpa bergantung pada orang lain.
c. Peserta didik berupaya mening-katkan kemampuan berinisiatif dan berpikir kritis dalam menyatakan buah pikiran dan mencoba hal baru, serta dalam memecahkan masalah.
d. Peserta didik sebaiknya ber- tanggung jawab terhadap bela-jarnya dalam rangka mencapai kesuksesan.
e. Peserta didik harus mampu menunjukkan kepercayaan diri-nya dengan meyakini segala aspek kelebihan dalam diri dan mampu menghadapi tantangan dalam belajarnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Asiyah, N. (2012). Peranan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VII MTs NU Miftahul Huda 02 Piji
Bakaran Tahun Pelajaran 2011/2012. http://eprints.umk.ac.id/524/. Diunduh pada 1 April 2013.
Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Johnson, E.B. (2010). Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar dan Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Penerbit
Kaifa.
Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Fajar.
Prasetyoningsih, P. (2010). Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Kemandirian
Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi Smk Tamansiswa Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Tidak dipublikasikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Romlah, T. (2001). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Perdana Media Group.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Warkitri, Chasiyah, & Mardiyati, S. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Depdiknas UNS Surakarta.
14
Widodo, T. (2012). Peningkatan Kemandirian Belajar Pkn Melalui Model
Problem Solving Menggunakan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Rejowinangun III Kotagede Yogyakarta. Skripsi Tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Winkel, W.S & Hastuti, S. (2004). Bimbingan dan Konseling di Institusi