• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan oleh :

Mirza Nuchalida

J500110104

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

ABSTRAK

HUBUNNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF

Mirza Nuchalida1, Sumardjo2, Listiana Masyita Dewi2, 2015

Latar belakang : Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang prevalensinya tinggi di Indonesia. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi keempat dunia. Secara patofisiologis, DM dapat memperparah gangguan pembuluh darah, terutama di otak sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat meningkatkan risiko tejadinya penurunan fungsi kognitif.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berusia ≥ 45 tahun di GRHA Diabetika Surakarta. Sampel ditentukan secara purposive sampling sebanyak 58 orang. Mini Mental State Examination (MMSE) digunakan sebagai instrumen mengumpulkan data. Data diuji dengan uji statistik chi square dengan program SPSS 17. 0 for Windows.

Hasil : Hasil uji korelasi chi square pada skor MMSE menunjukan nilai signifikansi 0,001 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif. Nilai OR sebesar 6,891 dapat diinterpretasikan bahwa probabilitas pasien DM tipe 2 yang mengalami penurunan fungsi kognitif adalah sebesar 87 %.

Simpulan : Terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif, artinya bahwa semakin lama seseorang menderita DM tipe 2, maka akan semakin besar risiko terjadinya penurunan fungsi kognitif. Kata Kunci : lamanya menderita diabetes melitus tipe 2, penurunan fungsi kognitif, MMSE

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 3

(4)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN DURATION OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS AND CONGNITIVE FUNCTION IMPAIRMENT

Mirza Nuchalida1, Sumardjo2, Listiana Masyita Dewi2, 2015

Background: Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with

characterised of hyperglycemia that occurs due to abnormal insulin secretion, insulin action, or both. Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that is highly prevalent in Indonesia. WHO report in 2004 showed that Indonesia was the world's fourth position. Pathophysiologically, DM can exacerbate vascular disorders, especially in the brain, in a certain period of time it can increase the risk of cognitive impairment.

Objective: This study aimed to determine the relationship of the duration of type

2 diabetes mellitus with cognitive impairment.

Methods: This research design methode is observational study with cross

sectional approach. The subjects of this study were patients with type 2 diabetes mellitus by aged≥ 45 years old in GRHA Diabetic Surakarta. The sample was determined by purposive sampling as many as 58 people. The Mini Mental State Examination (MMSE) was used as instrument to collect data. Data were tested by chi-square test with SPSS 17. 0 for Windows.

Results: The results of correlation study by chi square on MMSE scores shows

significant value of 0.001, which means that there is a relationship between duration of type 2 diabetes mellitus with cognitive impairment. OR value of 6,891 can be interpreted that the probability of type 2 diabetes patients who experience cognitive imparment amounted to 87%.

Conclusion: There is a relationship between duration of type 2 diabetes mellitus

with cognitive impairment, which means that the longer a person suffering type 2 diabetes, the biger risk of cognitive impairment.

Keywords: duration of diabetes mellitus type 2, cognitive function impairment,

MMSE

1

Student of Medical Faculty at Muhammadiyah University of Surakarta

2

Lecture of Medical Faculty at Muhammadiyah University of Surakarta

3

(5)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan dari berbagai organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2005).

Studi populasi yang dilakukan World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia berada di posisi keempat di bawah India 3,1 juta orang, sedangkan di Cina 42,3 juta orang, AS 30,3 juta orang dan Indonesia 21,3 juta orang (WHO, 2004). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter sebesar 1,5 persen. Tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), Kalimantan Timur (2,3%) dan di Jawa Tengah (1,6%) (RISKESDAS, 2013).

Fungsi kognitif merupakan kemampuan melakukan atensi, registrasi, memori, kalkulasi, mengingat kembali (recall), bahasa, pertimbangan, membaca dan menulis serta kemampuan visuospasial (Saunderajen, 2010).

DM tipe 2 menyebabkan aterosklerosis oleh karena apolipoprotein E (ApoE) sebagai transport kolesterol meningkat sehingga menyebabkan plak neuritik di hipokampus sehingga mengganggu fungsi kognitif. Hiperglikemia dapat menyebabkan efek toksik langsung oleh karena stres oksidatif dan akumulasi advanced glycation end products (AGEs) yang merusak jaringan otak di hipokampus (Duron dan Hanon, 2008).

DM menyebabkan penurunan fungsi kognitif akibat gangguan pembuluh darah, terutama di otak. Gangguan tersebut menyebabkan iskemi di otak yang menghasilkan lesi subkortikal di substansia alba pada daerah hipokampus (Manschot et al., 2005).

(6)

Mini Mental State Examination adalah instrumen pemeriksaan yang digunakan untuk menilai fungsi kognitif dalam konsensus nasional secara luas oleh para klinisi untuk praktek klinik maupun penelitian (Suryadi, 2004).

Lamanya menderita DM tipe 2 mempengaruhi penurunan fungsi kognitif. Pasien DM tipe 2 yang tidak mengkonsumsi obat memiliki resiko penurunan fungsi kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mengkonsumsi obat seperti hipoglikemik oral dengan durasi < 10 tahun (Logroscino et al., 2004).

Penelitian di Indonesia oleh Saunderajen, menyatakan bahwa sindroma metabolik adalah kumpulan faktor risiko yang terdiri atas diabetes, obesitas abdominal, dislipidemia dan hipertensi. Sindroma metabolik berkontribusi terhadap respon inflamasi dengan mekanisme aterosklerosis yang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif (Saunderajen, 2010).

Penelitian dari Shuba dan Karan tahun 2012 menyatakan bahwa hubungan umur, jenis kelamin, lamanya menderita DM dan HBA1C dengan penurunan fungsi kognitif tidak signifikan. Penelitian dari Heider Gorji tahun 2012 menyatakan tidak terdapat hubungan lamanya DM dengan penurunan fungsi kognitif, namun dipengaruhi oleh kontrol glukosa (Shuba dan Karan, 2012; Heidariet al., 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lamanya menderita diabetes melitus tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dengan pendekatan cross sectional sering disebut dengan penelitian transversal karena variabel bebas dan variabel terikat diobservasi sekaligus pada saat bersamaan (Arief, 2010). Penelitian ini dilakukan di GRHA Diabetika Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014-Desember 2014. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2, sedangkan untuk sempel yang digunakan adalah Penderita DM Tipe 2 yang bergabung di GRHA Diabetika Surakarta

(7)

dengan usia ≥ 45 tahun. Penderita DM tipe 2 dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 29 orang dengan lama menderita≥ 8 tahun dan 29 orang dengan lama menderita < 8 tahun. Lamanya menderita DM Tipe 2 adalah onset atau mulainya terjadinya hiperglikemia yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja dari insulin maupun keduanya yang berlangsung 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sampai terjadinya komplikasi mikrovaskular yang timbul 15 tahun sesudah awitan diabetes melitus. Lamanya menderita DM tipe 2 menyebabkan terjadinya penurunan fungsi kognitif adalah 8 tahun (Purnamasari, 2009; Schteingart, 2005). Penurunan fungsi kognitif adalah gangguan yang menyebabkan penurunan kemampuan melakukan atensi, memori, pertimbangan, berfikir abstrak, pemecahan masalah serta fungsi eksekutif (Saunderajen, 2010). Penurunan fungsi kognitif dapat diukur dengan MMSE dengan metode cut off score dengan hasil pengukuran fungsi kognitif normal apabila nilai > 27 dan bernilai abnormal apabila < 27. Penelitian ini menggunakan uji Chi Square (Dahlan, 2013).

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi adalah 58 orang. Sampel tersebut terdiri atas 29 orang yang menderita DM tipe 2 dengan lamanya menderita ≥ 8 tahun dan 29 orang yang menderita DM tipe 2 dengan lamanya menderita < 8 tahun.

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 11.655a 1 .001

(8)

Pada tabel di atas menunjukan hasil uji Chi Square. Nilai yang digunakan adalah nilai pada Pearson Chi Square. Nilai signifikansinya adalah 0,001 yang berarti bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif.

PEMBAHASAN

Onset atau mulai terjadinya DM tipe 2 adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Hal ini dapat terdiagnosis secara pasti setelah memenuhi kriteria DM tipe 2 seperti keluhan khas (polifagi, polidipsi, poliuri). Keluhan khas tersebut bila disertai dengan pemeriksaan glukosa darah (Purnamasari, 2009).

Awitan komplikasi mikrovaskular biasanya baru timbul 15 tahun sesudah awitan diabetes. Mikroangiopati yang terjadi menyebabkan aterosklerosis. Lamanya menderita DM tipe 2 hingga menyebabkan penurunan fungsi kognitif adalah 8 tahun setelah diagnosis ditegakkan (Schteingart, 2005).

Distribusi sampel berdasarkan usia menunjukan bahwa usia 44-55 tahun sebanyak 20 orang (69%), 56-65 tahun sebanyak 6 orang (21%) sedangkan usia 66-75 tahun sebanyak 3 orang (10%), sedangkan lamanya menderita < 8 tahun pada kategori usia didapatkan hasil bahwa usia 45-55 tahun sebanyak 25 orang (86%), 56-65 tahun sebanyak 3 orang (11%). sedangkan usia 66-75 tahun sebanyak 1 orang (3%). Hal ini dikarenakan responden yang bergabung dalam penelitian ini adalah responden dengan usia ≥ 45 tahun. Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Zahtamal dkk di Indonesia pada tahun 2007 tentang faktor resiko penyakit diabetes melitus menyatakan bahwa seseorang dengan usia ≥ 45 tahun beresiko menderita DM, sehingga DM akan meningkat kasusnya sejalan dengan adanya pertambahan usia (Zahtamal et al., 2007).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryadi di Indonesia pada tahun 2004 tentang hubungan antara tingkat gangguan kognitif dengan stadium retinopati diabetika pada DM tipe 2 yang

(9)

menyatakan bahwa MCI terjadi pada golongan usia diatas 60 tahun, hal ini disebabkan oleh penurunan masa sel otot, sel-sel tubuh dan penyakit degeneratif (Suryadi, 2004).

Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena responden yang terlibat dalam penelitian ini lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Penelitian serupa dilakukan oleh Suryadi yang menyatakan bahwa DM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan fungsi kognitif sebesar 18% pada perempuan dan 20 % pada laki-laki dengan usia ≥ 65 tahun. Hal ini disebabkan karena jumlah sampel yang diteliti sedikit serta kebiasaan merokok yang menjadi faktor yang berpengaruh menyebabkan penurunan fungsi kognitif (Suryadi, 2004).

Hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Logroscino dkk pada tahun 2004 tentang DM tipe 2 dan penurunan fungsi kognitif pada wanita usia 70-80 tahun hal ini disebabkan karena penggunaan obat DM berpengaruh dalam kontrol glukosa darah, dimana wanita yang tidak menggunakan obat DM beresiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif baik lamanya menderita < 10 tahun maupun ≥ 10 tahun (Logroscino et al, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Irawan tahun 2010 menyatakan bahwa wanita berisiko lebih besar terkena DM dibandingkan laki-laki hal ini disebabkan karena LDL, trigliserid, aktivitas sehari-hari, menopause dan indeks tubuh pada wanita lebih tinggi dibanding laki-laki (Irawan, 2010).

Berdasarkan tabel penurunan fungsi kognitif terhadap penderita DM tipe 2 dapat dijelaskan bahwa penurunan fungsi kognitif pada penderita DM tipe 2 yang lamanya menderita ≥ 8 tahun sebanyak 21 orang (72,4) lebih tinggi dibandingkan yang lamanya menderita < 8 tahun sebanyak 8 orang (27%). Hal ini sesuai dengan penelitian Robert dkk pada tahun 2008 tentang lama dan keparahan diabetes melitus berhubungan dengan gangguan kognitif ringan, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa penderita DM tipe 2 yang menderita ≥ 10 tahun berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dengan

(10)

nilai p 0,008, hal ini disebabkan karena pengaruh kontrol glukosa, pemberian obat oral hipoglikemik dan insulin yang tidak teratur. (Roberts, 2009).

Hasil penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh Shuba dan Karan yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan lamanya menderita DM dengan gangguan kognitif dengan p=0.526, hal ini disebabkan instrumen pengukuran fungsi kognitif menggunakan 3MS (Shuba dan Karan, 2012).

Berdasarkan tabel hubungan lamanya menderita DM dengan penurunan fungsi kognitif didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif, dengan nilai signifikansinya adalah 0,001. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lamanya menderita diabetes melitus tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif. Hasil penelitian serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Morren dkk tahun 2014 tentang lamanya menderita DM tipe 2 dan VLDL berhubungan dengan fungsi kognitif pada sindrom metabolik dan diidapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif (p < 0,05) (Morren et al., 2014).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Robert dkk tentang lamanya dan keparahan DM berhubungan dengan Mild Cognitive Impairment (MCI) menyatakan bahwa lamanya DM tipe 2 berhubungan dengan penyakit makrovaskular serebral, infark serebral dan gangguan kognitif (Robbert et al., 2008).

Penelitian yang hasilnya berbeda yang dilakukan oleh Gorji dkk pada tahun 2012 tentang perbedaan gangguan memori pada kedua kelompok yang berbeda durasinya pada DM, hasil didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan gangguan memori pada kedua kelompok diakibatkan faktor perancu yang tidak terkendali dengan nilai p > 0,005. Hal ini disebabkan karena faktor perancu yang dikendalikan seperti kebiasaan merokok, tidak menggunakan obat hipoglikemik serta jenjang pendidikan rendah yaitu sekolah dasar, hal-hal tersebut berpengaruh dalam penurunan fungsi kognitif (Gorji et al, 2012).

(11)

Lamanya menderita DM tipe 2 yang ≥ 8 tahun berisiko 87 % terjadi penurunan fungsi kognitif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Manschot juga menyatakan terdapat DM tipe 2 beresiko menyebabkan gangguan kognitif yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah yang menyebabkan iskemi di otak (Manschot et al., 2007).

Hasil penelitian serupa oleh Duron dan Hanon menyatakan bahwa DM tipe 2 menyebabkan aterosklerosis yang dapat menimbulkan plak di hipokampus sehingga mengganggu hipokampus (Duron dan Hanon, 2008).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan antara lamanya menderita DM tipe 2 dengan penurunan fungsi kognitif, artinya bahwa semakin lama seseorang menderita DM tipe 2, maka akan semakin besar risiko terjadinya penurunan fungsi kognitif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih kepada dr. Sumardjo, Sp.PD dan dr. Listiana Masyita Dewi yang telah membimbing dan membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of diabetes mellitus. http://www. American Diabetes Association.org/presenter(Juni, 2014)

Dahlan, M. Sopiyudin. 2013. Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi V, Salemba Medika. Jakarta. p: 129-138

Duron, E and Olivier, H. 2008. Vascular Risk Factor, Cognitive Decline and Dementia.4(2):369-81

(12)

Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.

Gorji, M. A. H., et. al., 2012.Comparison of Memory Impairment Among Two Groups of Patients With Diabetes With Different Disease Durations.BioMed Central Research Notes. 5:2-4

Logroscino, G., Kang, J. H., Grodstein, F. 2004. Prospective study of type 2 diabetes and cognitive decline in women aged 70-81 years. British Medical Journal. 129: 22-6

Manschot S.M., et. al. 2007. Metabolic and Vascular Determinants of Impaird Cognitive Performance and Abnormalities on Brain Magnetic Resonance Imaging In Patient With Type 2 Diabetes. Diabetologia 2007. 50:2388-97

Morren D.Y., et. al. 2014. Duration of Type 2 Diabetes and Very Low Density Lipoprotein Levels Are Associated with Cognitive Dysfunction in Metabolic Syndrome. Hindawi Publishing Corporation Cardiovascular Psychiatry and Neurology : USA. Vol : 2014. pp: 1-6

Purnamasari D. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam: Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Ed ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. pp 1880-3

RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

http://www.riskesdas2013.pdf.Diakses tanggal 23 April 2014

Roberts,R.O., et al. 2008. Duration and Severity of Diabetes Are Associated with Mild Cognitive Impairment. National Institutes of Health : Olmsted. Vol : 2008. Pp: 1-7

Saunderajen, 2010. Pengaruh Sindroma Metabolik Terhadap Gangguan Fungsi Kognitif. Pp 2-4. Tesis

(13)

Schteingart, D. E, 2005. Pankreas Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus : Patofisiologi Konsep Konsep Proses-Proses Penyakit Edisi VI vol. VI. Jakarta : EGC, pp 1259-70

Shuba, N., Karan. 2012. Assessment of Cognitive in the Diabetes Melitus. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 6(10): 1658-62

Suryadi, 2004. Hubungan Antara Tingkat Gangguan Kognitif dengan Stadium Retinopati Diabetika pada Diabetes Melitus Tipe 2. Pp 6-22. Tesis

Taufiqurrahman, A. M. 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press). Surakarta. pp: 63-71

Zahtamal, Fifia Chandra, Suyanto, Tutirestuastuti, 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat. Riau. 23(3).pp 142-7

Referensi

Dokumen terkait

Routing is designed by Transportation Salesperson Problem and Genetic Algorithm is used to make optimization.. The methodology framework is bellow on

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE di Desa Cibogo adalah

Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terapi dan biaya medik langsung rata- rata terapi kanker payudara berdasarkan kelas rawat inap dengan metode cost

Tingginya hasil degradasi dengan metode fotoelektrokatalisis mengindikasikan bahwa rekombinasi pasangan elektron/hole dapat dikurangi, sehingga keberadaan radikal yang

Penanganan pasca panen dalam bidang pertanian, secara arti yang luas, merupakan salah satu aspek yang penting disamping aspek-aspek yang lain seperti pra panen dan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah ekstrak etanol 70% herba tapak dara mempunyai

menganalisis pemanfaatan bunyi yang terdiri dari purwakanthi menggunakan metode distribusional dan analisis stilistika, serta untuk menganalisis unsur langsung pada

[r]