• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

NEGOSIASI PT JAKARTA CIPTA UTAMA DENGAN WARGA PERUMAHAN GRIYA BINTARA INDAH BEKASI TANGGAL 19

SEPTEMBER 2015

(Survey Deskriptif: Penyelesaian Konflik Penolakan Pembangunan Proyek Apartemen Bintara Residence)

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh :

HARPRI SABILLA BARON 4123136560

PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Agustus

(2)

ii

CIPTA UTAMA DENGAN WARGA PERUMAHAN GRIYA BINTARA INDAH BEKASI TANGGAL 19 SEPTEMBER 2015 (Survey Deskriptif: Penyelesaian Konflik Penolakan Pembangunan Proyek Apartemen Bintara Residence); 123 Halaman; 40 lampiran; 24 buku, 2000-2014; 6 situs; Tugas Akhir Karya Ilmiah, Agustus 2017

ABSTRAK

Pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence yang dilakukan oleh PT Jakarta Cipta Utama mendapat penolakan dari warga sekitar yaitu warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi. Konflik yang terjadi antara kedua belah pihak, membuat PT Jakarta Cipta Utama melakukan negosiasi dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi pada tanggal 19 September 2015. Negosiasi ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar proyek Apartemen Bintara Residence tetap terbangun. Namun, dalam negosiasi ini kedua belah pihak belum menemukan titik temu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori manajemen komunikasi dengan variabel negosiasi, variabel ini memiliki 5 dimensi yang. Adapun dimensinya, yaitu tahap negosiasi, struktur alur negosiasi, melatih kemampuan negosiasi, taktik negosiasi, dan negosiator.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan di bulan Maret-Juni 2017. Penulis menggunakan data primer kuisioner dan data sekunder wawancara, dengan menggunakan skala pengukuran interval. Populasi dalam penelitian ini adalah 80 warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi yang hadir pada saat negosiasi dengan sampel 50 warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi yang hadir. Teknik penarikan sampel yaitu teknik sampling purposive. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan menggunakan tendensi sentral mean.

Pada penelitian ini terdapat tahap negosiasi, pada tahap negosiasi PT Jakarta Cipta Utama sudah mengeksplorasi yang merupakan proses menemukan masalah dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah dan eksplorasi ini dilakukan sebelum negosiasi berlangsung antara kedua belah pihak. Selain itu juga terdapat taktik negosiasi, dimana menunjukkan bahwa PT Jakarta Cipta Utama belum optimal dalam menggunakan taktik negosiasi pada saat negosiasi berlangsung. Dalam hal ini PT Jakarta Cipta Utama harus memilah taktik negosiasi yang akan digunakan dan taktik yang dapat dihindari, sehingga negosiasi yang sedang berlangsung akan berjalan dengan baik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah PT Jakarta Cipta Utama sudah sukses dalam melaksanakan tahap negosiasi dan perlu dipertahankan untuk negosiasi yang akan dilakukan selanjutnya. Selain itu, penggunaan taktik negosiasi oleh PT Jakarta Cipta Utama belum optimal sehingga PT Jakarta

(3)

iii

bernegosiasi, sehingga negosiasi yang dilakukan berjalan dengan baik. Kata kunci: Manajemen, Komunikasi, Negosiasi

(4)

iv

UTAMA COMPANY WITH RESIDENT OF GRIYA BINTARA INDAH BEKASI DESIGNED ON SEPTEMBER 19 2015 (Descriptive Survey: Conflict Resolution Disclaimer of Bintara Residence Apartment Development);123 Pages;40 attachments;24 books; 2000-2014;6 sites;Final Project of Scientific Work, August 2017

ABSTRACT

The construction of the Bintara Residence Apartment project by PT Jakarta Cipta Utama was rejected by local residents of Griya Bintara Indah Bekasi.The conflict between the two sides led PT Jakarta Cipta Utama to negotiate with the residents of Griya Bintara Indah Bekasi housing on September 19, 2015. This negotiation is one of the efforts undertaken for the Bintara Residence Apartment project to be built.However, in this negotiation both sides have not found a common ground.

In this research the authors use communication management theory with the negotiation variable, this variable has 5 dimensions.The dimensions, namely the negotiation phase, the structure of the negotiation path, training negotiation skills, negotiation tactics, and negotiators.

The research approach used is quantitative, using descriptive method.The study was conducted in the month of March to June 2017. The author uses primary data and secondary data questionnaire interview, using the measurement scale interval.The population in this research is 80 residents of Griya Bintara Indah Bekasi housing that present at the time of negotiation with sample 50 of 80 populations. Sampling technique is purposive sampling. The data analysis technique used is descriptive statistics using mean central tendency.

In this research there is a dimension with the highest value is the negotiation phase, meaningIn the negotiation phase PT Jakarta Cipta Utama has explored which is the process of finding the problem by identifying and analyzing the problem and exploration is done before the negotiation takes place between both parties.There is also a dimension with the lowest value of negotiation tactics, indicating that PT Jakarta Cipta Utama has not been optimal in using negotiation tactics at the time of negotiation.In this case PT Jakarta Cipta Utama should sort out the negotiation tactics that will be used and avoidable tactics, so that ongoing negotiations will go well.

The conclusion of this research is PT Jakarta Cipta Utama has been successful in conducting negotiation phase and need to be maintained for the negotiation which will be done next.In addition, the use of negotiation tactics by PT Jakarta Cipta Utama has not been optimal so PT Jakarta Cipta Utama is more careful in using negotiation tactics in negotiating, so negotiations are going well.

(5)

v

PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir Karya Ilmiah yang berjudul Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama Dengan Warga Perumahan Griya Bintara Indah Bekasi Tanggal 19 September 2015 (Survey Deskriptif: Penyelesaian Konflik Penolakan Pembangunan Proyek Apartemen Bintara Residence) adalah benar-benar karya penulis dan sudah mengikuti ketentuan penulisan yang ada. Apabila kemudian hari ditemukan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini merupakan hasil plagiat, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jakarta, Agustus 2017

HARPRI SABILLA BARON NIM. 4123136560

(6)

vi

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH

Nama : HARPRI SABILLA BARON NIM : 4123136560

Judul : Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama Dengan Warga Perumahan Griya Bintara Indah Bekasi Tanggal 19 September 2015 (Survey Deskriptif: Penyelesaian Konflik Penolakan Pembangunan Proyek Apartemen Bintara Residence)

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Wina Puspita Sari, M.Si ... ……… Ketua Sidang

2. Asep Soegiarto, M.Si ... …………... Penguji Ahli

3. Vera Wijayanti Sutjipto, M.Si ... ………….. Pembimbing

4.Maulina Larasati Putri, M.I.Kom ... ……… Sekretaris Sidang

(7)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Ilmiah (TAKI) yang berjudul NEGOSIASI PT JAKARTA CIPTA UTAMA DENGAN WARGA PERUMAHAN GRIYA BINTARA INDAH BEKASI TANGGAL 19 SEPTEMBER 2015 (Survey Deskriptif: Penyelesaian Konflik Penolakan Pembangunan Proyek Apartemen Bintara Residence) ini dengan baik. Tak lupa kedua orang tua penulis yang senantiasa memberikan doa serta dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan TAKI ini.

Penulisan TAKI ini disusun guna memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi DIII Hubungan Masyarakat. Dalam penulisan TAKI ini, penulis sangat menyadari bahwa penulis memiliki banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis. Penulis juga menyadari bahwa dari kekurangan itu, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. H. Djaali selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta, 2. Dr. Muhammad Zid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial,

3. Dr. Kinkin Yuliaty S. P. selaku ketua program studi DIII Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta,

(8)

5. Seluruh dosen program studi DIII Hubungan Masyarakat, 6. Teman-teman satu bimbingan Lutfi dan Ari.

7. Orang-orang tersayang, Liri, Dewi, Nadia, Wulan, Athaya, Lia, Meiga, Anca, Katty, dan Hafidza, Reza yang selalu memberikan semangat kepada saya.

8. Teman- teman program studi DIII Hubungan Masyarakat angkatan 2013 dan 2014,

9. Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama Bapak Iwan,

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas segala bantuannya kepada penulis.

Untuk membalas jasa semua pihak yang telah membantu, penulis menyampaikan dan mendoakan semoga kebaikan dari semua pihak kepada penulis mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT.

Penulis menyadari betul bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan TAKI. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekeliruan, kesalahan dan segala kekurangan apapun dalam penulisanTAKI ini, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.

Jakarta, Agustus 2017 Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI Halaman COVER ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iv LEMBAR ORISINALITAS ... v LEMBAR PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1. Manfaat Penelitian Akademis ... 8

1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Manajemen Komunikasi ... 9

2.2. Negosiasi ... 10

2.2.1. Tahap Negosiasi ... 12

2.2.2. Struktur Alur Konsentrasi Bernegosiasi ... 13

2.2.3. Melatih Kemampuan Negosiasi ... 16

2.2.4. Taktik Negosiasi ... 19

2.2.5. Negosiator ... 21

2.3. Keterkaitan Konsep ... 21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1. Pendekatan Penelitian ... 23

3.2. Jenis Penelitian ... 24

3.3. Metode Penelitian ... 25

3.4. Unit Analisis dan Unit Observasi ... 25

3.4.1. Unit Analisis ... 25

3.4.2. Unit Observasi ... 26

3.5. Populasi dan Sampel ... 27

3.5.1 Populasi ... 27

3.5.2. Sampel ... 28

3.6. Teknik Penarikan Sampel ... 28

(10)

3.8. Validitas dan Reliabilitas ... 30

3.8.1. Validitas ... 30

3.8.2. Reliabilitas ... 33

3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.9.1. Data Primer ... 38

3.9.2. Data Sekunder... 39

3.10. Skala Pengukuran ... 40

3.11. Teknik Analisis Data ... 40

3.11.1. Tendensi Sentral ... 41`

3.12. Definisi Konsep... 42

3.13. Operasionalisasi Konsep ... 44

3.14. Keterbatasan dan Kelemahan Peneltian ... 45

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Gambaran Umum PT Jakarta Cipta Utama ... 47

4.1.1. Profil PT Jakarat Cipta Utama ... 47

4.1.2. Visi PT Jakarta Cipta Utama ... 47

4.1.3. Misi PT Jakarta Cipta Utama ... 47

4.2. Objek Penelitian ... 48 4.3. Hasil Penelitian ... 49 4.3.1. Tahap Negosiasi ... 49 4.3.1.1. Indikator Eksplorasi ... 49 4.3.1.2. Indikator Tawar-menawar ... 52 4.3.1.3. Indikator Legalisasi ... 55

4.3.2. Struktur Alur Negosiasi ... 57

4.3.2.1. Indikator Pendahuluan ... 57

4.3.2.2. Indikator Berlangsungnya Negosiasi ... 60

4.3.2.3. Indikator Penutupan ... 62

4.3.3. Melatih Kemampuan Bernegosiasi ... 65

4.3.3.1. Indikator Strategi ... 65

4.3.3.2. Indikator Tidak Mudah Terpancing Emosi ... 67

4.3.3.3. Indikator Tanpa Debat ... 71

4.3.3.4. Indikator Menyimak Lawan Bicara ... 74

4.3.3.5. Indikator Tidak Malu Bertanya ... 77

4.3.4. Taktik Negosiasi ... 79

4.3.4.1. Indikator Berdiam ... 79

4.3.4.2. Indikator Ikan Haring Merah ... 82

4.3.4.3. Indikator Pernyataan Tertulis ... 84

4.3.4.4. Indikator Pertukaran ... 86

4.3.4.5. Indikator Ultimatum ... 88

4.3.4.6. Indikator Berjalan Keluar ... 91

4.3.4.7. Indikator Kemampuan Untuk Mengatakan Tidak ... 93

4.3.4.8. Indikator Mengernyit ... 96

4.3.4.9. Indikator Perilaku Menghina ... 98

(11)

4.3.5.1. Pengetahuan Negosiator ... 101

4.3.5.2. Sikap Negosiator ... 104

4.3.5.3. Keterampilan Negosiator ... 107

4.4. Analisis Penelitian ... 110

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 115

BAB V PENUTUP ... 119

5.1. Kesimpulan ... 119

5.2. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN ... xvi-Iv

(12)

ix

Halaman

Tabel 3.1. Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas ... 31

Tabel 3.2. Validitas Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama ... 32

Tabel 3.3. Klasifikasi Reliabilitas... 34

Tabel 3.4. Case Processing Summary Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama ... 36

Tabel 3.5. Reability Statistic Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama ... 34

Tabel 3.6. Operasionalisasi Konsep ... 44

Tabel 4.1. Identifikasi Masalah Banjir ... 49

Tabel 4.2. Analisis Masalah Kemacetan ... 50

Tabel 4.3. Solusi Atas Masalah Banjir Dan Kemacetan ... 51

Tabel 4.4. Ajakan Diskusi. ... 52

Tabel 4.5. Kesepakatan Antara Kedua Belah Pihak ... 53

Tabel 4.6. Warga Mendapat Kesempatan Untuk Memberikan Idenya ... 54

Tabel 4.7. Pembuatan Surat Perjanjian Antara Kedua Belah Pihak .. 55

Tabel 4.8. Pembuatan Dokumen Kesepakatan Antara Kedua Belah Pihak ... 56

Tabel 4.9. PT Jakarta Cipta Utama Mempersiapkan Perlengkapan Dan Peralatan ... 57

Tabel 4.10. PT Jakarta Cipta Utama Mengucapkan Salam Dan Sapaan Hormat ... 58

Tabel 4.11. PT Jakarta Cipta Utama Memperkenalkan Siapa Yang Terlibat Dalam Pertemuan ... 59

Tabel 4.12. PT Jakarta Cipta Utama Menggunakan Kalimat Motivasi ... 60

Tabel 4.13. Kevalidan Data ... 61

Tabel 4.14. PT Jakarta Cipta Utama Mengumumkan Hasil Kesepakatan Antara Kedua Belah Pihak ... 62

Tabel 4.15. PT Jakarta Cipta Utama Mengumumkan Untuk Mengadakan Pertemuan Kembali. ... 63

Tabel 4.16. PT Jakarta Cipta Utama Mengucapkan Terima Kasih Sebelum Pertemuan Ditutup. ... 64

Tabel 4.17. PT Jakarta Cipta Utama Melakukan Pendekatan Dengan Warga ... 65

Tabel 4.18. PT Jakarta Cipta Utama Mengunjungi Perumahan Untuk Bertemu Dengan Warga ... 66

Tabel 4.19. PT Jakarta Cipta Utama Tidak Mudah Marah Pada Saat Bertemu ... 67

Tabel 4.20. Penggunaan Bahasa Tubuh ... 68

Tabel 4.21. PT Jakarta Cipta Utama Membangun Komunikasi Dengan Warga ... 69

(13)

Tabel 4.22. Tidak Membantah Warga Saat Negosiasi Berlangsung .... 71

Tabel 4.23. Penerimaan Saran ... 72

Tabel 4.24. Bersikap Adil ... 73

Tabel 4.25. PT Jakarta Cipta Utama Mendengarkan Aspirasi Warga .. 74

Tabel 4.26. PT Jakarta Cipta Utama Menanggapi Pertanyaan ... 75

Tabel 4.27. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Penjelasan ... 76

Tabel 4.28. Sesi Tanya Jawab ... 77

Tabel 4.29. PT Jakarta Cipta Utama Menyimak Apa Yang Ditanyakan. ... 78

Tabel 4.30. PT Jakarta Cipta Utama Menjawab Pertanyaan ... 79

Tabel 4.31. PT Jakarta Cipta Memberikan Kelonggaran Kepada Warga ... 80

Tabel 4.32. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Hak Penuh Kepada Warga ... 81

Tabel 4.33. PT Jakarta Cipta Utama Mengalihkan Pertanyaan ... 82

Tabel 4.34. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Berbagai Isu ... 83

Tabel 4.35. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Persyaratan ... 84

Tabel 4.36. PT Jakarta Cipta Utama Melakukan Perjanjian ... 85

Tabel 4.37. PT Jakarta Cipta Utama Melakukan Kompromi ... 86

Tabel 4.38. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Penawaran ... 87

Tabel 4.39. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Peringatan ... 88

Tabel 4.40. PT Jakarta Cipta Utama Mengintimidasi Warga ... 89

Tabel 4.41. PT Jakarta Cipta Utama Mengancam Warga ... 90

Tabel 4.42. PT Jakarta Cipta Utama Menghindari Pertanyaan ... 91

Tabel 4.43. PT Jakarta Cipta Utama Keluar Ruangan Pada Saat Pertemuan ... 92

Tabel 4.44. PT Jakarta Cipta Utama Menyampaikan Informasi Secara Tepat ... 93

Tabel 4.45. PT Jakarta Cipta Utama Menjawab Secara Tidak Langsung Pertanyaan Dari Warga ... 94

Tabel 4.46. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Jawaban “Tidak” Terhadap Pertanyaan ... 95

Tabel 4.47. PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Ekspresi Terkejut Terhadap Pendapat Warga ... 96

Tabel 4.48 PT Jakarta Cipta Utama Memberikan Reaksi Negatif Terhadap Pendapat Yang Diberikan Warga ... 97

Tabel 4.49. PT Jakarta Cipta Utama Menggertak Warga Pada Saat Negosiasi Berlangsung ... 98

Tabel 4.50. PTJakarta Cipta Utama Memaksa Warga Untuk Menandatangani Kontrak ... 99

Tabel 4.51. PT Jakarta Cipta Utama Memiliki Wawasan Mengenai Warga ... 101

Tabel 4.52. PT Jakarta Cipta Utama Menguasai Topik Bahasan ... 102

(14)

Tabel 4.54. PT Jakarta Cipta Utama Memperhatikan Kepentingan

Warga ... 104 Tabel 4.55. PT Jakarta Cipta Utama Menghargai Pendapat Warga .... 105 Tabel 4.56. PT Jakarta Cipta Utama Berperilaku Sopan Terhadap

Warga ... 106 Tabel 4.57. PT Jakarta Cipta Utama Mampu Mengekspresikan

Permasalahan Didepan Warga ... 107 Tabel 4.58. PT Jakarta Cipta Utama Memaparkan Secara Detil

Mengenai Permasalahan Didepan Warga ... 108 Tabel 4.59. Mean Per Indikator ... 110 Tabel 4.60. Mean Per Dimensi ... 113

(15)

xv

Halaman Diagram 4.1. Mean Per Indikator ... 111 Diagram 4.2. Mean Per Dimensi ... 114

(16)

xvi

Halaman Lampiran 1 Berita Di Media Online Terkait Kasus Penolakan

Apartemen Bintara Residence ... Xvi Lampiran 2 Surat Observasi Ke PT Jakarta Cipta Utama ... Xxii Lampiran 3 Surat Observasi Ke Forum Lintas RW Perumahan

Griya Bintara Indah ... Xxiii Lampiran 4 Daftar Hadir Pertemuan Warga Perumahan Griya

Bintara Indah Bekasi ... Xxiv Lampiran 5 Transkip Wawancara Dengan Pimpinan Proyek

Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama

Yaitu Bapak Iwan ... Xxviii Lampiran 6 Transkip Wawancara Dengan Sekretariat Forum Lintas

RW Yaitu Bapak Mamat ... Xxx Lampiran 7 Formulir Kegiatan Bimbingan ... Xxxii Lampiran 8 Kuisioner ... Xxxiv Lampiran 9 Coding Sheet ... Xlvii Lampiran 10 Curriculum Vitae ... Iv

(17)

1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sepintas, istilah negosiasi, seakan-akan hanya bersentuhan dengan bisnis, misalkan tatkala terjadi tawar-menawar produk dalam suatu transaksi. Padahal, negosiasi bermakna luas. Para ahli komunikasi atau bisnis melihat, negosiasi merupakan kegiatan rutin dan terintegrasi dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Kegiatan itu berlangsung dimana saja: di rumah tangga, di kantor, di masyarakat. Dalam kegiatan kehumasan, aktivitas negosiasi menjadi suatu kompetensi yang harus dipahami secara baik oleh semua praktisi Humas. Kemampuan bernegosiasi akan menjadi keahlian yang diperlukan misalnya, ketika praktisi Humas berupaya mendapatkan dukungan stakeholders. Atau, mungkin pula negosisasi dilakukan dalam rangka menjelaskan kebijakan-kebijakan organisasi1.

Menurut Herb Cohen, ahli negosiasi terkemuka Amerika, negosiasi merupakan upaya penggunaan informasi dan kekuatan untuk mempengaruhi sikap dalam suatu “jaringan ketegangan”. Ada yang menyamakan negosiasi dengan strategi resolusi konflik, namun sesungguhnya, negosiasi hanyalah salah satu aspek dalam rangka resolusi konflik2.

1

Negosiasi dalam Kegiatan Humas http://www.lspr.edu/ diakses pada hari Sabtu pukul 11.12 WIB

2 Ibid

(18)

Sebagaimana diketahui, ketika terjadi konflik atau perbedaan pendapat, biasanya, pihak yang terlibat, akan memilih salah satu dari lima langkah berikut; pertama, dengan competition strategy. Strategi ini muncul ketika salah satu pihak hanya memfokuskan pada kepentingan pribadi. Kedua, collaboration strategy yaitu mengatasi problem dengan mengklarifikasi perbedaan-perbedaan, daripada mengakomodasi berbagai pendapat. Ketiga, avoidance strategy. Strategi ini kerap digunakan orang-orang yang cenderung memandang konflik sebagai sebagai sesuatu yang tidak produktif. Mereka berpendapat, menghindari komunikasi atau berinteraksi, merupakan langkah paling aman. Keempat, accomodation strategy. Dalam strategi ini, salah satu pihak yang terlibat konflik berupaya mencari perdamaian dengan oponen. Orang yang menggunakan gaya ini biasanya cenderung bersikap kurang tegas. Kelima, compromise strategy. Orang yang menggunakan gaya ini berasumsi, setiap orang yang terlibat dalam suatu pertentangan, mampu menerima kekalahan, dan pada saat bersamaan pun, berupaya menemukan suatu posisi yang dijalankan3.

PT Jakarta Cipta Utama salah satu pengembang dari Cempaka Group yang bergerak dibidang properti. Dengan pengalaman sebagai General Contractor sejak tahun 1980 an, yang sudah sukses membangun proyek-proyek besar dalam bidang Apartemen, Shopping Center, Shophouses, Housing, Factory, Warehouse, Car Showroom dan Office Building, PT. Cipta Kertasari Mas / CKM (salah satu owner Perusahaan) bermitra dengan

3

(19)

beberapa partner yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing, untuk membentuk usaha di bidang developer4.

Salah satu proyek yang akan dibangun oleh PT Jakarta Cipta Utama adalah Apartemen Bintara Residence yang berlokasi di jalan Terusan I Gusti Ngurah Rai. Proyek pembangunan apartemen ini sudah direncanakan dari tahun 2013, namun baru tahun 2016 PT Jakarta Cipta Utama mulai mengerjakan proyek ini. Hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu bapak Iwan.

“Proyek apartemen ini sih sudah ada dari tahun 2013 mba, namun memang pembangunannya baru dilaksanakan akhir tahun 2016.5” Apartemen ini masih dalam tahap pembangunan, namun sudah ada penolakan dari warga Bintara Bekasi Selatan. Penolakan tersebut dilakukan dengan cara demo gabungan yang berasal dari empat RW didalam perumahan Griya Bintara Indah, yaitu RW 08,11,12,dan 166.

Alasan warga menolak pembangunan Apartemen Bintara Residence adalah gedung apartemen yang akan dibangun menggunakan tanah resapan air dan lahan fasillitas sosial (fasos) serta fasilitas umum (fasum) milik warga seluas 2.800m². Berdasarkan pemberitaan dari media online viva.co.id

4

Profile Cempaka Group http://www.cempakagroup.co.id/ diakses pada hari Minggu 9 april 2017 pukul 10.32 WIB

5

Hasil transkip wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan pada tanggal 6 April 2017

6

Warga Tolak Pembangunan Apartemen Bintara Residence http://www.republika.co.id/ diakses pada hari Minggu 9 April 2017 pukul 10.41 WIB

(20)

mengenai “Proyek Apartemen Bintara Residence Diprotes Warga” berikut adalah kutipan beritanya:

"Kami menolak rencana pembangunan apartemen ini karena, lahan yang digunakan adalah tanah resapan air dan tanah fasos fasum warga. Kalau mereka tetap membangun gedung apartemen, kami khawatir daerah kami jadi banjir," kata salah satu perwakilan warga, Randy Saragih, Minggu 30 Oktober 20167.

Pembangunan Apartemen Bintara Residence tidak semata-mata untuk kepentingan bisnis tetapi juga untuk kepentingan warga sekitar. Pembangunan Apartemen Bintara Resindence ini juga akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar, membuat lingkungan tersebut terlihat mewah. Hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan.

“Pembangunan Apartemen ini bukan untuk kepentingan bisnis semata saja mba, tetapi pihak dari kami juga memikirkan lingkungan sekitar. Pembangunan Apartemen Bintara Residence ini nantinya akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, selain itu kami akan membuat lingkungan tersebut terlihat luxe dan akan dirasakan oleh warga sekitar8

Sebelum pembangunan Apartemen Bintara Residence, pihak PT Jakarta Cipta Utama sudah melakukan sosialisasi terlebih dahulu terhadap warga perumahan Griya Bintara Indah. Hal ini terbukti dari hasil wawancara

7

Proyek Apartemen Bintara Residence Diprotes Warga http://nasional.news.viva.co.id/ diakses pada hari Minngu 9 April 2017 pukul 10.44 WIB

8

Hasil transkip wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan pada tanggal 6 April 2017

(21)

penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan.

“Sebelumnya kami sudah berkomunikasi langsung dengan warga perumahan Griya Bintara Indah. Kami bersama-sama membicarakan mengenai pembangunan proyek apartemen bintara Residence9”. Pihak PT Jakarta Cipta Utama memang sudah melakukan komunikasi langsung terhadap warga perumahan Griya Bintara Indah terkait pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence. Hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis dengan sekretariat forum lintas RW yaitu Bapak Mamat.

“Memang ada pertemuan antara pihak PT Jakarta Cipta Utama dengan warga sini mba, membahas seputar pembangunan itu. Tapi ya tetap saja warga disini menolak pembangunan tersebut10”

Terkait surat perizinan ini juga menjadi salah satu alasan penolakan pembangunan Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama selaku pengembang dari apartemen tersebut dinilai enggan menampung dan mendengarkan aspirasi warga. Berdasarkan pemberitaan dari media online infobekasi.co.id mengenai “Berdampak Negatif Warga Ratusan Warga Perumahan Griya Bintara Tolak Pembangunan Proyek Apartemen” berikut adalah kutipan beritanya:

“Ini aksi yang kedua kalinya. Aksi ini juga sama seperti sebelum-sebelumnya, yaitu menolak proyek pembangunan apartemen, karena menyebabkan banjir,” ujar Randi Saragih, salah satu pendemo kepada

9

Ibid 10

Hasil Transkip wawancara penulis dengan sekretariat RW yaitu Bapak Mamat pada tanggal 23 April

(22)

infobekasi.co.id. Selain itu, pihak apartemen mengaku sudah mengantongi izin dari Pemerintahan Kota Bekasi, namun yang diberikan kepada warga hanya foto kopiannya saja. ”Kami udah coba konfirmasi ke bagian perizinan di Pemkot Bekasi, tapi selalu di “ping pong” ke sana ke sini, ini namanya tidak ada transparansi publik namanya,” kata Randy11

.

Negosiasi yang dilakukan oleh PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah tanggal 19 September 2015 adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh PT Jakarta Cipta Utama dalam pembangunan Apartemen Bintara Residence. Dalam Negosiasi tersebut PT Jakarta Cipta Utama melakukan sosialiasi tanya jawab dengan warga.

PT Jakarta Cipta Utama juga membahas masalah banjir dan kemacetan, apabila proyek Apartemenen Bintara Residence sudah jadi. Hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan.

“Pada negosiasi tersebut ya kami adakan sosialisasi tanya jawab mba dengan warga, kami juga membahas masalah yg dikeluhkan warga apabila Apartemen Bintara Residence sudah jadi seperti, banjir, kemacetan, dan dampak lingkungan12”.

Terkait surat perizinan dan dampak lingkungan, PT Jakarta Cipta Utama juga sudah mengantongi surat perizinan dari Pemerintah Kota Bekasi, hal ini terbukti dari hasil wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan.

11

Berdampak Negatif, Ratusan Warga Perumahan Griya Bintara Tolak Pembangunan Proyek Apartemen https://infobekasi.co.id/ diakses pada hari Minggu 9 april 2017 pukul 10.55 WIB

12

Hasil transkip wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan pada tanggal 6 April 2017

(23)

“Kami juga sudah mengantongi surat perizinan dari Pemerintah Kota Bekasi, kami tidak mungkin lah mba kalau mendirikan bangunan tanpa surat perizinan, dan kami juga sudah lulus mengenai dampak lingkungan, kalau mengenai banjir kami juga akan membuat resapan air nantinya13”.

Dalam negosiasi yang dilakukan PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah belum menemukan titik temu. Hal tersebut terbukti dari hasil wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan.

“Memang dalam negosiasi yang dilakukan pihak PT Jakarta Cipta Utama dengan warga Perumahan Griya Bintara Indah belum menemukan titik temu mba. Mungkin nanti kita akan melakukannya lagi14”.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis bermaksud untuk meneliti Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah yang penulis ambil adalah bagaimana negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence?

13

Ibid 14

Hasil transkip wawancara penulis dengan Pimpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan pada tanggal 6 April 2017

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Penelitian Akademis

Penelitian ini dapat mengembangkan contoh ilmu komunikasi khususnya bagi para praktisi public relations mengenai negosiasi di perusahaan swasta.

1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para praktisi public relations mengenai proses negosiasi di perusahaan swasta.

(25)

9

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Komunikasi

Manajemen komunikasi terdiri dari dua kata yaitu manajemen yang berarti ilmu atau seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain dalam prosesnya yaiu membuat perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dalam mencapai tujuan, sedangkan komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain, karena itu manajemen komunikasi merupakan perpaduan konsep komunikasi dan manajemen yang diaplikasikan dalam berbagai setting komunikasi. Pada pengertiannya manajemen komunikasi adalah proses timbal balik (resiprokal) pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan para para komunikator dan konteks sosialnya15.

15

Pengertian Manajemen Komunikasi http://www.definisi-pengertian.com/ diakses pada hari Jumat tanggal 21 April 2017 pukul 11.46 WIB

(26)

Peter Drucker mengemukakan dua hal penting terkait dengan manajemen, yaitu fungsi manajemen dan orang-orang yang melaksanakannya. Manejemen menunjukkan suatu kedudukan sosial dan wewenang, tetapi juga merupakan suatu disiplin dan bidang telaah16.

2.2. Negosiasi

Colquitt dalam bukunya Organizational Behavior menerangkan “Negotiations is a process in which two or more interdependent individuals discuss and attempt to come to an agreement about their different preferences” ( Negosiasi adalah proses di mana dua atau lebih individu saling tergantung membahas dan mencoba untuk mencapai kesepakatan tentang preferensi yang berbeda)17.

Sementara itu Phil Baguley dalam bukunya Teach Yourself Negotiating menjelaskan negosiasi adalah suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Begitu juga Robbins menjelaskan bahwa Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya18.

16

Rismi Somad & Donni Juni Priansa, Manajemen Komunikasi Mengembangkan Bisnis

Berorientasi Pelanggan, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm 45 17

Jason A. Colquitt Et Al, Organizational Behavior: improving performance and commitment

in the workplace, USA: McGraw-Hill, 2011, hlm 466 18

Stephen p. Robbin & Timothy A.Judge, Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat, 2008, hlm 190

(27)

Negosiasi secara sederhana dapat dipahami sebagai proses untuk mencapai kesepakatan dengan memeperkecil perbedaan serta mengembangankan persamaan guna meraih tujuan bersama yang saling menguntungkan. Menurut kamus oxford, negoisasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal. Negosiasi dipahami juga sebagai suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk didalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa negosiasi merupakan proses yang dinamis antara pihak-pihak yang terlibat dalam rangka memperkecil aspek perbedaan dengan mengembangkan aspek persamaan, sehingga tujuan masing-masing pihak bisa dicapai dengan saling menguntungkan19.

Negosiasi selalu berhungan dengan konflik. Rue dan Byar (Basalamah 2004) menyatakan bahwa konflik adalah suatu kondisi perilaku yang tidak tersembunyi atau tidak disembunyikan dimana satu pihak ingin memenangkan kepentingannya sendiri diatas kepentingan pihak lain. Degenova (2008) menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang normal terjadi pada setiap hubungan, dimana dua orang tidak pernah selalu setuju pada suatu keputusan yang dibuat, dapat disimpulkan bahwa konflik

19

(28)

merupakan suatu kondisi dimana satu pihak ingin unggul atau mendominasi pihak yang lainnya, dimana keinginan tersebut menyebabkan adanya potensi pertikaian antara satu dengan yang lainnya20.

2.2.1. Tahap Negosiasi

Tahap negosiasi perlu dipahami oleh organisasi bisnis, sehingga negosiasi yang akan dilaksanakan dapat berlangsung dengan optimal. Adapun tahap negosiasi dapat dijelaskan sebagai berikut21:

1. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan proses menemukan masalah dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah secara terperinci, kemudian membuat simpulan dan solusi. Eksplorasi dapat dilaksanakan sebelum teradinya proses negosiasi oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam negosiasi, baik oleh organisasi bisnis maupun pelanggan.

2. Tawar Menawar

Tawar-menawar adalah proses teradinya diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan organisasi bisnis dan pelanggan yang sama-sama sesuai dengan kapasitasnya. Dalam tawar menawar, masing-masing pihak yang berkepentingan memberikan idenya.

20

Ibid, hlm 162 21

(29)

3. Legalisasi

Legalisasi adalah pengesahan hasil kesepakatan negosiasi antara kedua organisasi bisnis dan pelanggan yang dicantumkan secara tertulis dalam sebuah dokumen kesepakatan atau sering disebut dengan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU). Misalnya surat perjanian.

2.2.2. Struktur Alur Konsentrasi Bernegosiasi

Setelah memahami tahap atau segmen penting dalam negosiasi, maka penting untuk memperhatikan struktur alur konsentrasi dalam bernegosiasi. Struktur tersebut terdiri dari22:

1. Pendahuluan.

Pendahuluan merupakan tahap awal yang penting dalam negosiasi. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Mempersiapkan berbagai perlengkapan dan peralatanyang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi, seperti Alat Tulis Kantor (ATK), dokumen perjanjian, laptop, handycam, infocus, atau perlengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

b. Ucapan salam dan sapaan hormat kepada seluruh pihak yang terlibat dalam negosiasi.

22

(30)

c. Kutipan-kutipan pencerahan dan motivasi yang dapat menimbulkan inspirasi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi.

d. Memperkenalkan siapa saja yang terlibat dalam proses negosiasi satu persatu, sekaligus apa peran yang mereka emban dalam negosiasi.

2. Berlangsungnya negosiasi.

Susunan negosiasi merupakan fokus kegiatan yang akan berlangsung dalam proses negosiasi. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain:

a. Negosiasi dibuka dengan kalimat dan penggunaan kata-kata yang mencerahkan.

b. Diawali dengan mengungkapkan tema yang diusung dalam negosiasi

c. Pada permulaan hendaknya masing-masing negosiator menyodorkan inti permasalahan yang mendasar dan menjadi isu penting untuk dicari solusi bersama.

d. Gagasan disampaikan secara bergiliran oleh pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi, sehingga masing-masing pihak mendapatkan kesempatan yang sama, selain itu akan timbul perasaan dihormati karena setiap orang memiliki kesempatan yang sama.

(31)

e. Bila terjadi perdebatan yang berkepanangan maka dibutuhkan terobosan agar negosiasi tidak berlarut-larut atau terkunci. f. Gunakan data-data yang valid dan akurat sebagai bahan

penting dalam proses negosiasi.

g. Pada pelaksanaan negosiasi, perhatian dipusatkan kepada aspek-aspek dalam negosiasi yang diharapkan akan terus berulang kembali.

3. Penutupan.

Susunan penutupan merupakan puncak dari dua tahap sebelumnya. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain adalah:

a. Sebelum negosiasi ditutup, hasil kesepakatan perlu diumumkan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi tersebut. b. Jika negosiasi telah tuntas, secepatnya dibuat legalitas

sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi akan turut dan tunduk pada hasil negosiasi.

c. Apabila negosiasi belum menghasilkan keputusan yang tuntas, maka perlu dijadwalkan pertemuan kembali di hari berikutnya, serta penelaahan kembali apa saa isu yang mandeg dalam proses negosiasi.

d. Kepada pihak-pihak yang terlibat negosiasi, hendaknya disampaikan bahwa jika di dalam proses negosiasi terjadi perdebatan, itu merupakan proses negosiasi yang wajar,

(32)

sehingga akan menghindari perasaan tidak enak atau dendam pribadi.

e. Ucapan terima kasih dan salam sebelum negosiasi ditutup.

2.2.3. Melatih Kemampuan Negosiasi

Ada lima cara yang perlu dilakukan dalam melatih kemampuan untuk bernegosiasi, yaitu23:

1. Strategi.

Seperti perang, dalam negosiasi dibutuhkan strategi dan taktik. Strategi akan membantu untuk melakukan pendekatan terbaik untuk mencapai tujuan. Sedangkan taktik, adalah langkah-langkah teknis untuk mendukung strategi. Tanpa keduanya, negosiasi akan berjalan lambat dan tanpa arah yang jelas. Istilahnya yang terjadi adalah “debat kusir”. Apa strategi yang perlu dimiliki setiap negoisator? Kemampuan berpikir kreatif dan cepat. Pemikiran ini nantinya akan menghasilkan seumlah alternative yang dapat diterima. Negosiator sukses adalah mereka yang memiliki strategi baik sehingga bisa mengubah pilihan-pilihan mereka menadi kenyataan.

2. Tidak mudah terpancing emosi.

Salah satu kunci keberhasilan negosiator ulung adalah pengendalian emosi. Tidak mudah marah atau meledak ketika negosiasi berlangsung alot. Ketika bernegosiasi kecerdasan emosional diuji,

23

(33)

bagaimana mempengaruhi orang lain dalam kondisi apapun. Selain itu, pengelolaan diri yang baik uga memudahkan negosiator untuk mengenali setiap sisi positif dan lawan bicara. Perlu digaris bawahi, negosiasi tidak bisa lepas dari komunikasi. Tak mungkin negosiator melakukan negosiator melakukan proses tawar menawar hanya dengan menggunakan bahasa tubuh. Keterampilan hanya dengan menggunakan bahasa tubuh. Keterampilan komunikasi perlu diskusi. 3. Tanpa Debat.

Menyelesaikan proses negosiasi dengan berdebat hanya akan menunjukkan pada orang lain bahwa negosiator bukanlah seorang negosiator yang baik. Membantah ika memang harus, tapi jangan pernah lupa bahwa berdebat tidak pernah menjadi penyelesaian yang tepat dalam bernegosiasi.

Bahkan, seorang negosiator yang baik akan menunjukkan sikap seolah-olah tak peduli terhadap siapa yang memperoleh kemenangan atas kesepakatan yang berhasil dibuat. Ia pandai membuat pihak lain merasa seolah-olah persetujuan akhir tersebut merupakan idenya. 4. Menyimak Lawan Bicara.

Bagaimana rasanya jika anda bicara, lawan bicara anda malah sibuk sendiri atau melamun? Pasti akan terpancing emosi. Begitu juga dengan lawan bicara anda. Bagaimana negosiasi bisa berhasil, jika negosiator tidak menyimak setiap kata yang diucapkan lawan bicara?

(34)

Hanya tubuh negosiator yang ada di sana, namun pikirannya tidak fokus.

Untuk memudahkan negosiator menyimak pembicaraan lawan bicara, perlu diperhatikan tiga hal sebagai berikut:

a. Jika pihak lain berbicara tentang analisis, berarti mereka sedang menyampaikan apa yang dipikirkannya.

b. Jika pihak lain berbicara dengan nada bertanya atau menyelidik, ini berarti ada kekhawatiran yang mereka pikirkan. Inilah saat yang tepat untuk member penjelasan dan meyakinkan pihak lain.

c. Biasanya, mereka juga akan menyampaikan apa yang menjadi harapannya. Ini ada ekspetasi mereka terhadap hasil negosiasi. 5. Tidak Malu Bertanya

Dalam negosiasi bertanya tidak dilarang, malah sangat dianjurkan. Mengapa, karena bertanya adalah seni yang bisa membuat lawan bicara melihat kemampuan negosiator dalam mengelola proses negosiasi. Untuk bisa bertanya, tentu saja negosiator perlu saling menyimak apa yang disampaikan masing-masing pihak. Adanya pertanyaan akan membuat proses negosiasi lebih hidup dan tak menutup kemungkinan menghasilkan pemikiran dan ide-ide baru. Apalagi negosiasi, sebenarnya bukan sekadar situasi tawar-menawar, melainkan sebuah proses menyatukan alur pemikiran dimana setiap pihak punya kedudukan sama penting.

(35)

2.2.4. Taktik Negoisasi

Taktik akan membantu untuk melihat permasalahan sebenarnya yang sedang diperdebatkan di meja perundingan. Taktik uga dapat menguraikan kemandekan serta dapat membantu untuk melihat dan melindungu diri dari kecurangan yang berpotensi dilakukan negosiator. Adapun Sembilan taktik negosiasi yang dapat digunakan dan dihindari, yaitu24:

1. Mengernyit (The Wince)

Taktik ini dikenal juga dengan istilah terkejut atau flinch, yang merupakan reaksi negatif terhadap tawaran seseorang. Dengan kata lain, bertindak terkejut saat negosiasi yang diadakan pihak negosiator berjalan dengan keinginan pihak lain.

2. Berdiam (The Silence)

Jika tidak menyukai apa kata seseorang, atau jika baru saja membuat tawaran dan sedang menunggu jawaban, diam bisa menjadi pilihan terbaik. Pada umumnya orang tidak bisa bertahan dalam kesunyian yang panjang (dead air time). Mereka menjadi tidak nyaman ika tidak ada percakapan untuk mengisi kekosongan lain. Biasanya, pihak lain akan merespon dengan konsensi atau memberikan kelonggaran. 3. Ikan Haring Merah (Red Herring)

Istilah ini diambil dari kompetisi tua di Inggris yang bernama “Berburu Rubah” atau fox hunting competition. Dalam kompetisi ini, tim lawan

24

(36)

akan menyeret dan membaui jejak rubah ke arah lain dengan ikan. Sehingga, anjing lawan akan terkecoh dan kehilangan jejak. Sama halnya saat negosiator membawa “ikan amis” atau isu lain ke meja perundingan untuk mengalihkan perhatian dari isu utama bahasan. 4. Perilaku Menghina (Outrageous Behaviour)

Segala bentuk perilaku (biasanya dianggap kurang bermoral dan tidak dapat diterima oleh lingkungan) dengan tujuan untuk memaksa pihak lain untuk setuju. Seperti pihak manajemen muak dengan tuntutan yang dianggap tidak masuk akal dan terpaksa menandatangani kontrak dengan air mata kemudian membuangnya secara ganas dan dramatis seolah-olah diliput oleh media. Tujuan dari taktik ini adalah untuk menggertak orang-orang yang terlibat dalam negosiasi.

5. Pernyataan Tertulis (The Written Word)

Adalah persyaratan ditulis dalam perjanjian yang tidak dapat diganggu gugat. Misalnya perjanjian dan sewa guna usaha (leasing).

6. Pertukaran (The Trade-off)

Taktik ini digunakan untuk tawar menawar. Pertukaran hanya menawarkan konsensi, sampai semua pihak setuju dengan syarat-syarat. Sebenernya, taktik ini dipakai untuk kompromi.

7. Ultimatum (The Ultimatum)

Penggunaan ultimatum kadang-kadang efektif sebagai taktik pembuka dalam negosiasi. Ini dapat dilakukan ika dalam sebuah negosiasi dirasakan prosesnya panjang.

(37)

8. Berjalan Keluar (Walking Out)

Pada beberapa situasi, berjalan keluar dapat digunakan sebagai strategi untuk memberikan tekanan pada pihak lain untuk bernegosiasi.

9. Kemampuan Untuk Mengatakan “Tidak” (The Ability to Say “No”) Sebuah taktik memegang peran snagat penting dalam segala macam strategi negosiasi dan cara menyampaikannya secara tepat. Pertama dan paling dasar untuk mempelajari taktik ini adalah bahwa apapun bila mengatakan “tidak” secara langsung, diterjemahkan oleh pihak lain sebagai “ya”.

2.2.5. Negosiator

Negoisator adalah pihak-pihak yang memliki otoritas dan kompetisi untuk melakukan negosiasi, baik perorangan maupun kelompok atau organisasi. Negoisasi yang akan dilaksanakan membutuhkan negosiator yang ulung. Untuk menjamin pelaksanaan negosiasi sesuai dengan apa yang direncanakan, maka negosiator yang ditunjuk perlu memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan25.

2.3. Keterkaitan Konsep

Manajemen komunikasi merupakan proses timbal balik, pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk atau memberi perintah, berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh konteks hubungan

25

(38)

para para komunikator dan konteks sosialnya. Dalam berkomunikasi, kita dapat melakukan tindakan kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu atau bisa disebut dengan negosiasi.

Dalam negosiasi ada beberapa tahap yaitu eksplorasi, tawar menawar, dan legalisasi. Dalam tiga tahap ini kita harus memahaminya agar negosiasi yang dilaksanakan akan berjalan secara optimal. Negosiasi memiliki struktur alur konsentrasi, yaitu pendahuluan, berlangsungnya negosiasi, dan penutupan. Kita juga harus mempersiapkan taktik taktik apa saja yang akan digunakan pada saat berlangsungnya negosiasi.

Selain itu, untuk menjadi negosiator yang baik, kita harus memiliki otoritas dan kompetensi untuk melakukan negosiasi baik perorangan, kelompok, atau organisasi. Dengan begitu negosiasi akan yang akan dilaksanakan bisa berjalan dengan baik.

(39)

23

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan atau riset penelitian kuantitatif yaitu “penelitian yang berdasarkan pada data yang bisa dihitung, untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh26. Pendekatan penelitian kuantitatif yang dapat diartikan sebagai penelitian yang menggunakan angka (numerical) dari hasil observasi dengan maksud untuk menjelaskan fenomena dari observasi. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan27. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Periset lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi28.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kuantitatif karena penulis meneliti dengan proses penelitian yang linier dengan langkah-langkah yang jelas, dimulai dari perumusan masalah, tujuan penelitian, konsep atau landasan teoritis, metode penelitian, teknik pengumpulkan data dan terakhir penulis akan menarik kesimpulan dan saran, serta hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan. Untuk menjawab masalah dari negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya

26

Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra, Jakarta: Graha Ilmu, 2011, hlm 30

27

M. Aziz Firdaus, Metode Penelitian, Tanggerang: Jelajah Nusa, 2012, hlm 43 28

(40)

Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

3.2. Jenis Penelitian

Metode deskriptif, yaitu studi yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudah. Data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan dan disimpulkan29.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, penganalisis dan menginterprestasi30. Riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu31. Penelitian ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel32.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena bertujuan untuk mendeskriptifkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta atau objek-objek tertentu yang berkaitan dengan negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

29

Riduwan & Akdon, Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistika, Bandung: Alfabeta, 2010, hlm 182

30

Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, hlm 44

31

Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm 42

32

(41)

3.3. Metode Penelitian

Teknik penelitian kuantitatif dikenal dengan beberapa teknik, antara lain teknik survey dan eksperimen dan penelitian ini menggunakan teknik survey yaitu, “teknik riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya”33

. Tujuan teknik penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan informasi tentang variabel. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survey adalah pertanyaan yang harus dijawab dengan mengumpulkan informasi seperti yang tampak dalam sensus penduduk. Pada dasarnya survey biasanya mencari informasi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah bukan untuk menguji hipotesis34.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survei untuk memperoleh keterangan atau informasi-informasi yang dibutuhkan, penulis juga menyebarkan kuisioner mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

3.4. Unit Analisis dan Unit Observasi 3.4.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah sesuatu yang akan dianalisis. Unit analisis adalah hubungan antara individu dalam suatu sistem. Komunikasi dianggap sebagai kumpulan hubungan-hubungan sehingga ada interaksi antar individu dalam

33

Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, Op.Cit, hlm 59 34

Kasmadi & Nia Siti Sunariah, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm 63

(42)

sistem. Hubungan-hubungan ini merupakan hubungan-hubungan pola aliran informasi. Unit analisis merupakan suatu unit sosial yang digunakan oleh penulis dalam mengukur suatu variabel35.

Dalam penelitian ini unit analisis data yang digunakan adalah individu. Yang dimaksud individu dalam penelitian ini adalah warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence..

3.4.2. Unit Observasi

Unit observasi yaitu mengamati secara langsung objek yang diteliti. Observasi yang dilakukan harus dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian, dan observasi dapat di cek dan dikontrol mengenai validitas dan reliabilitasnya36.

Alasan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui keadaan atau fakta yang terjadi di lapangan, sehingga penulis dapat mengetahui secara pasti objek yang akan diteliti. Unit observasi dari penelitian ini adalah PT Jakarta Cipta Utama mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal

35

Ronny Kountur, D, Metode Penelitian Skripsi dan Tesis, Jakarta: PMM, 2004, hlm 38 36

Asep Hermawan, Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT. Grasindo, 2007, hlm 89-90

(43)

19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang sedang diteliti, atau keseluruhan nilai yang mungkin, kualitatif maupun kuantitatif yang diperoleh dari hasil menghitung maupun mengukur37.

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti salam suatu ruang lingkup, dan waktu yang sudah ditentukan. Senada dengan pendapat di atas, Sugiono mengemukakan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya38.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi yang hadir pada saat pertemuan dengan PT Jakarta Cipta Utama yang berjumlah 80 orang yang hadir pada saat negosiasi pada tanggal 19 September 2015 mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence39.

37

Abd. Rozak, Pengantar Statistika, Malang: Intimedia, 2012, hlm 63 38

Kasmadi & Nia Siti Sunariah, Op.Cit, hlm 65 39

Data diperoleh dari PImpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan

(44)

3.5.2. Sampel

Menurut Sugiyono, sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh pupolasi tersebut. Sampel dianggap sebagai sumber data yang paling penting untuk mendukung penelitian40.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 orang warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence41.

3.6. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.42 Pengambilan jumlah sampel dari populasi memiliki aturan atau ada tekniknya. Dengan menggunakan teknik yang benar, sampel diharapkan dapat mewakili populasi, sehingga kesimpulan untuk sampel dapat digeneralisasikan menjadi kesimpulan populasi43.

Penulis menggunakan teknik penarikan sampel nonprobabilita, karena seluruh anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dalam penarikan sampel nonprobabilita, penulis

40

Ibid, hlm 66 41

Data diperoleh dari PImpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan

42

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati dan R&D, Bandung : Alfabeta, 2014, hlm 82

43

Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, Yogyakarta: Refika Aditama, 2010, hlm 186

(45)

menggunakan teknik sampling purposive. Menurut Kriyantono, teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas kriteria-kriteria tertentu yang disebut periset berdasarkan tujuan riset44. Dalam penelitian ini yang menjadi kriteria penulis dalam menentukan sampel adalah warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi yang hadir pada saat negosiasi berlangsung, dan yang mencantumkan alamat di kolom daftar hadir pada tanggal 19 September 2015 sebanyak 50 orang45.

3.7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian cross-sectional atau lintas seksi, penulis mengadakan penelitian hanya pada satu waktu46. Cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian di lain waktu yang berbeda untuk dibandingkan dan juga tidak mempunyai batasan yang baku untuk menunjukan suatu waktu tertentu. Sekalipun peneliti mendatangi lokasi penelitian sebanyak dua kali47.

Waktu yang digunakan penulis untuk penelitian mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi yang dilakukan pada tanggal 19 September 2015 yaitu pada bulan Maret sampai dengan Mei. Adapun tempat penelitian dilakukan di kantor pemasaran Apartemen Bintara Residence yang terletak dijalan terusan I Gusti Ngurah Rai yaitu dan di perumahan Griya Bintara Indah Bekasi.

44

Rachmat Kriyantono, Op.Cit, hlm 158 45

Data diperoleh dari PImpinan Proyek Apartemen Bintara Residence PT Jakarta Cipta Utama yaitu Bapak Iwan

46

Richard West, Pengantar Teori Komunikasi, Jakarta: Saleemba Humanika, 2008, hlm 79 47

(46)

3.8. Validitas dan Reliabilitas 3.8.1. Validitas

Validitas berarti menunjukkan keadaan yang sebenarnya atau cara peneliti mengkonseptualisasi ide dalam definisi konseptual dan pengukuran. Dalam istilah yang sederhana, validitas mengkomunikasikan pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui kesepadanan riset dengan konstruk yang digunakan peneliti untuk memahaminya48.

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan eksternal49.

48

Kinkin Yuliaty, Metodologi Penelitian Komunikasi, Jakarta: Laboratorium Sosial Politik

Press, 2010, hlm 90 49

(47)

Kriterianya adalah sebagai berikut: Tabel 3.1.

Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Tafsiran

0,8 - 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,6 - 0,8 Validitas tinggi (baik)

0,4 - 0,6 Validitas sedang

0,2 - 0,4 Validitas rendah (kurang) 0,0 - 0,2 Validitas sangat rendah

0,00 Tidak valid

Sumber :Wahyu Agung, 2010, hlm 9550

Dalam proses menentukan analisis faktor, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan permasalahan yang terdiri dari beberapa tahap. Pertama, tujuan dari analisis faktor harus diidentifikasi. Sangat penting bahwa variabel dapat diukur dalam skala interval atau rasio. Nilai tertinggi (dari 0,5 dan 1.0) menandakan bahwa analisis faktor sudah sesuai, nilai dibawah 0.5 menyatakan bahwa analisis faktor tidak sesuai51. Barlett’s test of sphericity menggunakan ukuran statistik approximate chi-square dan degree freedom (df) yang mana memiliki nilai sigifikan (<0.5). maka analisis faktor dinyatakan sudah menggunakan teknik yang sesuai52.

Pada tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa untuk mengukur nilai koefisien validitas tinggi atau rendahnya, “di atas 0,8 berarti sangat tinggi (sangat baik) sedangkan 0,2 berarti sangat rendah”. Dalam menguji validitas

50

Wahyu Agung, Panduan SPSS 17.0, Jogjakarta: Gerailmu: 2010, hlm, 97 51

Naresh K Malhotra, Marketing Research: Sixth Edition, New Jersey: Pearson Education, 2010, hlm, 607

52

(48)

penulis menggunakan software aplikasi SPSS 16,0 sebagai fasilitas untuk mendapatkan hasil yang valid.

Tabel 3.2

Validitas Variabel (Negosiasi PT Jakarta Cipta Utama) n = 50

Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan penulis melalui SPSS, dari hasil tampilan output yang menunjukkan bahwa nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) measure of sampling adequacy sebesar 0,669 maka hasil ini dapat dinyatakan valid karena hasil KMO > 0,5 mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence.

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .669

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 908.697

Df 300

(49)

3.8.2. Reliabilitas

Reliabilitas berarti dapat dipercaya atau diandalkan. Ini berarti bahwa hasil-hasil numerik yang dihasilkan oleh indikator tidak berbeda karena karakteristik dari proses pengukuran atau instrument pengukuran itu sendiri53.

Reliabilitas memiliki tiga dimensi, yaitu stabilitas (stability), konsisten internal (internal consistency), dan kesamaan (equivalency)54. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini, penulis lakukan dengan pengujian reliabilitas secara internal consistency, yaitu dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir analisis yang ada. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency yang dilakukan sekali uji coba saja.

Suatu alat ukur memiliki reliabilitas bila hasil pengukurannya relative konsisten apabila alat ukur tersebut digunakan berulangkali oleh peneliti yang sama atau peneliti lainnya55. Uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach’s, dimana suatu instrument dapat dikatakan handal (reliable) bila memiliki koefisien keandalan atau nilai Alpha >0.6056.

53

Kinkin Yuliaty, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Laboratorium Sosial Politik Press, 2010, hlm, 91 54 Ibid, hlm, 146 55 Riduwan, Op.Cit, hlm, 144 56

(50)

Reliabilitas (r) Kriteria 0,8 – 1,00 Sangat Tinggi 0,6 – 0,79 Tinggi 0,4 – 0,59 Sedang 0,2 – 0,39 Rendah < 0,2 Sangat Rendah

Berikut adalah klasifikasi yang digunakan: Tabel 3.3.

Klasifikasi Reliabilitas

Sumber: Suharsimi Arikunto, 2007, hal. 24557

Menurut Trinton “jika skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukutan kemantapan alpha dapat diinterpretasikan sebagai berikut”:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai 0,20, berarti kurang reliabel atau sangat rendah.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai 0,40, berarti agak reliabel atau rendah.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai 0,60, berarti cukup reliabel atau sedang.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai 0,80, berarti reliabel atau tinggi. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai 1,00, berarti sangat reliabel atau

sangat tinggi.58 57 Ibid, hlm 245 58 Ibid, hlm 91

(51)

Coefficient alpha atau Chronbach’s alpha merupakan rata-rata hasil pembagian dari berbagai macam cara untuk membagi jarak nilai skala. Hal penting mengenai Chronbach’s alpha adalah nilai yang terkandung meningkat dengan meningkatnya nomer pada skala59. Pengukuran level interval membiarkan kita untuk menspesifikasikan jumlah jarak antar kategorinya60.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan reliabilitas untuk mengukur suatu instrument. Karena penelitian ini menggunakan skala interval, untuk analisis stastistiknya adalah dengan menggunakan reliabilitas secara internal consistency, yaitu dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir – butir analisis yang ada. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency dapat dilakukan sekali uji coba saja.

Penulis menggunakan Cronbach’s Alpha, dimana suatu instrument dapat dikatakan handal (reliable) bila memiliki koefisien keandalan atau nilai Alpha > 0.60 dan menggunakan analisis univariat mean karena untuk mengukur instrumen penelitian yaitu kuesioner mengenai negosiasi PT Jakarta Cipta Utama dengan warga perumahan Griya Bintara Indah Bekasi tanggal 19 September 2015 terkait penyelesaian konflik penolakan pembangunan proyek Apartemen Bintara Residence. Penulis menguji reliabilitas variabel negosiasi dengan hasil data dari kuesioner yang telah disebar oleh penulis. Untuk menguji reliabilitas data penulis menggunakan

59

Naresh K Malhotra, Op.cit, hlm 287 60

W. Laurence Neuman, Social Research Methods: Seventh Edition, Boston : Pearson

Gambar

Tabel  dan  diagram  mean  per  indikator  di  atas  merupakan  hasil  rata- rata-rata dari penyebaran kuesioner kepada 50 responden dengan 58 pernyataan
Ilustrasi aksi demonstrasi (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)
Ilustrasi - Pembangunan apartemen

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pipih Haraspini Hj... Iis

Meninjau pada sasaran strategis yang tertera dalam RPJMD Tahun 2018-2023, Pemerintah Daerah Kota Cirebon secara keseluruhan melakukan pengukuran, analisa dan, evaluasi

Banyak solusi yang dapat diusahakan dalam menunjang lalulintas jalan yang baik selain dengan memperbanyak anggaran biaya untuk pembangunan jalan yaitu dengan

Sedangkan pada tanggal 29 Maret 2015 pada salon Lenny penulis menemukan kenyataan bahwa kurangnya perencanaan usaha salon, pelayanan yang diberikan oleh salon belum

Oleh karena itu produk yang dihasilkan dan dijual oleh perusahaan harus dapat memiliki keunggulan bersaing di dalam pasar, persaingan ini menjadikan adanya beberapa pilihan

terus didistribusikan ke rumah sakit- rumah sakit dan bantuan sembako juga diberikan kepada masyarakat yang terdampak langsung secara ekonomi akibat pandemi

Adapun definisi operasional Pasar Aman dari Bahan Berbahaya adalah pasar yang didalamnya terdapat komitmen dan dukungan penuh dari Pemda/lintas sektor, komunitas

Hal ini disebabkan karena para pejalan kaki yang cenderung menyaberangi badan jalan di depan Pasar Prawirotaman untuk melakukan aktivitas pasar oleh karena itu, letak