• Tidak ada hasil yang ditemukan

Protokol: Pengamatan Insidental di Kabupaten Maluku Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Protokol: Pengamatan Insidental di Kabupaten Maluku Tenggara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Protokol:

Pengamatan Insidental

di Kabupaten Maluku Tenggara

© Arief Firdaus/MPAG

Disusun oleh:

DKP Kabupaten Maluku Tenggara : S. P. Silubun, Rita Lakesubun, L, Lermatan, Soleman Rery

BP4K Kabupaten Maluku Tenggara : Benardina Rettob, Untung Slamet Rahakbauw, Agustina Reyaan, Maria M. Warayaan, Rosmawati Beruatwarin, dan Mey Lynn Efruan.

WWF-Indonesia : Chiristian Novia N.H, Taufik Abdillah, Jan Manuputty, dan Meentje Simatauw.

(2)

Table of contents

Daftar Gambar dan Tabel ... 4

Pengantar ... 5

1 Pendahuluan ... 5

1.1 Umum ... 5

1.2 Rasional, tujuan monitoring... 6

1.3 Target sasaran ... 6

1.4 Landasan Hukum ... 6

1.5

Batasan dan Pengertian 7

2 Materi dan Metode ... 7

2.1 Prosedur Lapang ... 7

2.1.1 Umum ... 7

2.1.2 Setasea dan duyung ... 7

2.1.3 Pari Manta ... 7

2.1.4 Bleaching (pemutihan) karang skala luas... 7

2.2 Penanganan Data ... 8

2.2.1 Pencatataan data, formulir isian lapang ... 8

2.2.2 Penyimpanan data dan penggunaan data ... 8

2.2.3 Memasukkan data... 8

2.3 Analisis Data... 8

2.4 Penyajian data, pelaporan ... 8

2.5 Arsip data ... 9

3 Jadual ... 9

4 Persyaratan Perorangan, pelatihan ... 9

5 Syarat Operasional ...10

6 Anggaran ...10

7 Referensi ...10

Lampiran 1. Form Pengamatan Incidental ...12

Lampiran 2. Paus & Lumba lumba yg biasa ditemukan di Indonesia ...13

(3)

Daftar Gambar dan Tabel

Tabel 1. Formulir isian lapangan ...12

Gambar 1. Blue Whale ...13

Gambar 2. Dwarf Sperm Whale. ...13

Gambar 3.Cuvier’s Beaked Whale ...13

Gambar 4. Bryde’s Whale ...14

Gambar 5.False Killer Whale ...14

Gambar 6.Fin Whale ...14

Gambar 7.Killer Whale ...15

Gambar 8.Melon headed Whale ...15

Gambar 9.Pygmy Killer Whale ...15

Gambar 10.Pygmy Sperm Whale ...15

Gambar 11.Sei Whale ...16

Gambar 12.Short finned Pilot Whale ...16

Gambar 13.Sperm Whale ...16

Gambar 14.Blainville’s Beaked Whale...17

Gambar 15.Common Bottlenose Dolphin ...17

Gambar 16.Fraser’s Dolphin ...17

Gambar 17. Hump backed Dolphins ...18

Gambar 18.Irrawady Dolphin ...18

Gambar 19.Pantropical Spotted Dolphin ...18

Gambar 20. Risso’s Dolphin ...19

Gambar 21.Rough toothed Dolphin ...19

Gambar 22.Short beaked Common Dolphin ...19

Gambar 23. Spinner Dolphin ...19

Gambar 24.Striped Dolphin ...20

(4)

Pengantar

Efektifitas pengelolaan Kawasan Konservasi Laut (KKL) dapat diukur

melalui kegiatan pemantauan (monitoring). Kegiatan pemantauan sumberdaya alam termasuk kegiatan koleksi dan analisis terhadap hasil pengamatan atau pengukuran yang diambil secara berulang-ulang untuk mengevaluasi perubahan kondisi dan kemajuan ke arah pencapaian tujuan (Elzinga et al., 1998:1). Untuk menjamin bahwa perubahan-perubahan yang dideteksi oleh kegiatan pemantauan benar-benar terjadi di alam dan bukan karena akibat pengukuran yang diambil oleh orang-orang yang berbeda dengan cara yang sedikit berbeda, maka dibuatlah protokol pemantauan dan diimplementasikan pada tingkat lapangan serta menjadi bagian dari program pemantauan jangka panjang (Oakley, Thomas & Fancy 2003).

Protokol monitoring pengamatan insidental ini dibuat dari petunjuk awal dan rekomendasi dan kesepakatan dari Workshop Monitoring WWF Indonesia pada tanggal 6 - 10 Agustus 2012. Selanjutnya protokol tersebut dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan di Kei Kecil Barat. Protokol monitoring ini disusun oleh tim lapangan WWF-Indonesia Kei Project, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara melalui Dinas Kelautan dan Perikanan dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Metode yang digunakan pada dasarnya mengikuti pengalaman praktis yang sudah dilakukan di Taman Nasional Komodo sejak 1999 - 2003. Dalam dokumen ini tersedia panduan bagi tim lapangan mengenai metode, pengelolaan database dan analisa data, anjuran manajemen lapangan antara tim lapangan dengan staf pendukung.

1 Pendahuluan

1.1 Umum

Yang dimaksud dengan Monitoring Pengamatan Insidental dalam protocol ini adalah kegiatan ke lapang (laut) sebagai tambahan dari kegiatan monitoring utama yang dilakukan tim monitoring kabupaten Maluku Tenggara (monitoring kesehatan karang, monitoring pemijahan ikan dan monitoring pemanfaatan sumberdaya). Selanjutnya jika ada kegiatan lain (mengantar tamu VIP atau kegiatan lapang lainnya), koordinator memutuskan untuk melakukan pengamatan incidental atau tidak. Dalam rute perjalanan monitoring utama, dilakukan pengamatan terhadap mamalia besar (setasea dan duyung), pari manta dan bleaching (pemutihan karang) skala luas.

Protokol ini dibuat sebagai panduan pada kegiatan lapang, kegiatan memasukkan data lapang ke dalam komputer, pengolahan data dan pelaporan untuk kegiatan monitoring kesehatan karang dalam jangka panjang di dalam kawasan perairan Kabupaten Maluku Tenggara.

(5)

1.2 Rasional, tujuan monitoring

Monitoring pengamatan insidental dilakukan karena beberapa alasan sebagai berikut:

 Setasea dan duyung merupakan mamalia laut yang dilindungi dan bisa

menjadi atraksi yang menarik untuk kegiatan pariwisata alam. Pengetahuan terhadap jalur migrasi setasea dan duyung bisa menjadi informasi dasar untuk pengembangan wisata ’whale watching’

 Walaupun belum dilindungi secara hukum, binatang pari manta merupakan

binatang yang ’excotic’ dan flagship yang akhir-akhir ini terancam mengalami kepunahan karena tekanan penangkapan yang berlebihan.

 Adanya kebutuhan akan informasi mengenai ketahan karang menghadapi

ancaman pemutihan karang secara global. Kegiatan monitoring ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pemahaman tentang ketahanan dan ketangguhan karang di Kabupaten Maluku Tenggara.

Tujuan dari kegiatan monitoring pengamatan insidental adalah:

- Memberi tahu pihak pengelola (Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara),

tentang pengaruh pengelolaan terhadap eksistensi jalur migrasi dari setasea, manta dan menjelaskan terjadinya bleaching dalam skala luas.

- Membantu pengambil keputusan untuk mengevaluasi apakah pengelolaan

telah berjalan efektif, khususnya perlindungan terhadap jalur migrasi setasea dan manta

- Kegiatan monitoring ini juga bertujuan untuk meningkatkan frekuensi

kehadiran pengelola kawasan perairan Kabupaten Maluku Tenggara, dengan demikian dapat mencegah pengguna sumberdaya untuk melakukan pelanggaran pemanfaatan sumberdaya di Kabupaten Maluku Tenggara.

- Hasil dari monitoring pengamatan insidental bisa digunakan sebagai

informasi penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman berbagai pihak

1.3 Target sasaran

Sasaran utama pengguna informasi dari hasil kegiatan monitoring ini adalah pihak Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Informasi ini selanjutnya, juga dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara (melalui Dinas Perikanan dan Kelautan). Pemerintah kabupaten menggunakan informasi pengamatan insidental ini sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan yang adaptif. Pemerintah Daerah memerlukan infromasi jalur migrasi setasea dan manta untuk pengembangan pariwisata di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara.

(6)

1.4 Landasan Hukum

Pelaksanaan pengamatan monitoring sumberdaya di dalam kawasan KKPD merupakan usaha yang berdasarkan pada asas pembangun nasional Indonesia yang berlandaskan:

1. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. 4. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah 5. Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

6. Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

7. Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

8. Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup;

9. Undang-undang Perikanan 31 tentang Perikanan Perubahan UU 45 Thn 2010;

10. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;

11. Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar;

12. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar;

13. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 tentang Konservasi sumberdaya Ikan;

14. Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2011 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Marga satwa, Taman Wisata Alam.

15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.16/MEN/2008 tentang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil.

(7)

1.5 Batasan dan Pengertian

1. Kawasan konservasi perairan adalah perairan yang dilindungi dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan secara berkelanjutan.

2. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir.

3. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuhan,hewan,organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,stabilitas dan produktifitas.

4. Pengamatan Insidentil adalah kegiatan yang dilakukan di laut untuk mengamati munculnya organisme unik seperti species paus, lumba-luma, pari, atau species langka lainnya, serta kejadian luar biasa yang terjadi seperti pemutihan karang di suatu areal yang luas di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Maluku Tenggara.

5. Terumbu Karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae.

6. Setasea ialah satu order yang merangkumi ikan paus, dan ikan lumba-lumba. Badanya fusiform (bentuk spindel). Anggota hadapannya diubahsuaikan menjadi kaki sirip, sedangkan anggota belakangnya yang amat kecil adalah saki yang tidak bersendi dengan tulang belakang dan disembunyikan di dalam badan. Ekornya mempunyai fluk yang melintang. Setasea adalah mamalia yang hampir tidak berbulu, dan badannya ditebat dengan satu lapisan bluber yang tebal.

7. Pari mata adalah ikan yang bentuk badannya pipih lebar dan bersayap menyerupai kelelawar, jika direntangkan lebar tubuhnya bisa mencapai 7,6 meter, sedangkan bobotnya mencapai 2,3 ton. Mamalia tersebut mirip kelelawar raksasa dari dasar lautan.

8. Pengamat (observer) adalah seorang pengamat yang tugasnya mengamati dan mencatat bila ada organisma langka yang muncul atau berada di sekitar daerah pengamatan insidentil.

9. GPS (Global Positioning System) adalah suatu sistem penentu posisi atau letak global. Caranya dengan menggunakan konstelasi kurang lebih 24 satelit kelas menengah yang dapat memantulkan gelombang mikro, penerima GPS dapat menentukan lokasi mereka, kecepatan, arah dan waktu.

(8)

10. Coral bleaching atau pemutihan karang adalah proses perubahan warna pada jaringan karang dari warna alaminya yang kecoklat-coklatan atau kehijau-hijauan menjadi warna putih pucat. Pemutihan karang dapat mengakibatkan kematian pada karang.

11. SIG (Sistem Informasi geografis) adalah suatu sistem untuk menangkap menyimpan, menganalisa, mengelolah dan menampilkan data dan atribut-atributnya yang mencerminkan tentang posisinya dibumi.

2 Materi dan Metode

2.1 Prosedur Lapang

2.1.1 Umum

Pada saat pengamatan incidental, tim harus menggambar rute perjalanan speed boat. Salah satu tim mengambil posisi untuk mendapatkan lapang pandang yang paling luas untuk melakukan pengamatan yang disebut ’sighting’. Orang ini disebut ’observer’. Jika observer menemukan setasea, duyung, manta atau kejadian bleaching karang secara luas, dia memberitahu kapten speedboat untuk mengurangi laju speedboat dan melakukan pengamatan lebih dekat dan pencatatan.

Selain melakukan pengamatan, pengamat juga harus mencatat data-data sebagai berikut:

- Memberi kode dan nama lokasi pada rute perjalanan speedboat akan hal yang diamati dan memberi keterangan pada bagian bawah dari rute (Gambar 1) - Posisi GPS (latitude, longitude)

- Tanggal (date)

- Nama pengamat (observer name) dan - Mengisi formulir pengamatan insidental 2.1.2 Setasea dan duyung

Lampiran 2 menunjukkan rincian deskripsi dan foto-foto dari paus, lumba-lumba dan duyung yang biasa ditemukan di perairan Indonesia. Observer mencatat jenis (WSpecies dan DOSpesies) dan jumlah (WCount dan DOCount) dari setasea dan duyung yang diamati. Jika tidak yakin pada spesies yang dilihat, pada kolom WSpecies diberi nama Paus atau pada kolom DOSpesies ditulis Lumba-lumba. Selain itu, observer juga mengisi kolom keterangan untuk tingkah laku dan adanya bayi pada kelompok setasea yang ditemukan. Formulir pengamatan incidental disajikan pada Lampiran 1.

(9)

2.1.3 Pari Manta

Lampiran 3 menunjukkan gambar dari pari manta yang menunjukkan perbedaanya dengan jenis pari lainnya. Jika observer menemukan pari manta maka pada formulir dicatat jumlah (MCount) dari pari manta yang ditemukan, serta mencatat tingkah laku pada kolom keterangan.

2.1.4 Bleaching (pemutihan) karang skala luas

Kejadian bleaching skala luas terutama mudah dilihat (dari atas permukaan) pada karang meja, yang mempunyai permukaan cukup luas. Kejadian ini bisa dilihat dari atas speedboat yang sedang jalan, jika terjadi dalam skala yang luas. Pada saat itu oberserver memberi kode pada jalur dan mencatat pada formulir isian yang telah disediakan dan mengisi kolom keterangan. Jika perjalanan diulangi di tempat yang sama masih terjadi bleaching maka pengamatan ini tetap dicatat.

2.2 Penanganan Data

2.2.1 Pencatataan data, formulir isian lapang

Formulir isian lapang disajikan pada Lampiran 2, dibuat dari kertas HVS yang dilekatkan pada plastic slate. Untuk pencatatan, tim menggunakan pensil 2B yang mempunyai penghapus pada ujungnya.

2.2.2 Penyimpanan data dan penggunaan data

Dalam waktu 1 minggu sesudah kegiatan lapang, data akan dimasukkan ke dalam data base menggunakan kertas kerja Excel. Selama pengisian data, variable SurveyID diisi – SurveyID merupakan angka yang berurutan (1,2,3….dst) yang berfungsi sebagai angka identifikasi pencatatan. Tiap set pengamatan yang dibuat oleh observer dalam satu rute perjalanan speedboat mendapatkan 1 nomor khusus.

2.2.3 Memasukkan data

Koordinator memasukkan data dalam database Excel (lampiran A3) dalam waktu paling lambat 1 minggu setelah kegiatan lapang. Jika tidak tidak mendapatkan data pada satu surveyID, nomor urut SurveyID dan Date tetap dimasukkan ke dalam file excel. Koordinator akan mengirim data tersebut setiap 3 bulan kepada TNC CTC technical manager

2.3 Analisis Data

Koordinator monitoring akan menghitung statistic dasar sebagai berikut: - rata-rata jumlah paus, paus per spesies, lumba-lumba, lumba-lumba per

spesies, duyung dan manta yang ditemukan

- menyajikan peta lintasan paus, lumba-lumba, duyung dan manta yang terlihat selama pengamatan

(10)

2.4 Penyajian data, pelaporan

Jenis laporan yang dibuat adalah ;

- laporan bulanan – berisi frekuensi pengamatan insidental, jenis organisme yang ditemukan dan beberapa catatan penting (foto, ketemu paus ukuran sangat besar, dll). Laporan ini tidak lebih dari 1,5 halaman

(sedapat mungkin dilampirkan Tracking budget yang berisi Activity, days, Expense dan bullet : kejadian penting, foto2 …)

- Laporan tengah tahunan, berisi temuan data selama enam bulan terakhir dan catatan penting lainnya – laporan ini tidak lebih dari 4 halaman.

laporan tengah tahunan diterima paling lambat awal bulan Desember, dengan format laporan yaitu ;

I. Pendahuluan (penjelasan ringkas tentang daerah survei, tujuan-tujuan dari program pemantauan pemanfaatan sumberdaya, penjelasan singkat dari pendekatan pemantauan pemanfaatan sumberdaya)

 Maksud dan Tujuan  Waktu pelaksanaan II. Hasil Pengamatan

 Species list

 Maps

III. Kesimpulan dan Saran

 Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan  Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk

memecahkan masalah/persoalan yang timbul

 Rekomendasi yang mengarah pada usulan tindak lanjut atau aksi (pengelolaan adaptif)

Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan.

Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).

- Laporan tahunan – Dilaporkan di awal Desember, berisi semua data dan temuan hasil pengamatan selama satu tahun penuh (termasuk grafik dan table), kesimpulan dan saran, foto dan catatan penting lainnya. Laporan tahunan paling maksimal 10 halaman (disajikan bersama dengan laporan monitoring lainnya).

(11)

Adapun format laporan sebagai berikut: - Cover - Kata pengantar - Rangkuman - Daftar isi I. Pendahuluan

 Maksud dan Tujuan

 Ruang lingkup (permasalahan yang dilaporkan)

 Waktu pelaksanaan (sejak dimulai sampai selesai

kegiatan)

 Metode atau teknik perolehan informasi (data primer dan

sekunder)

 Sistematika laporan

II. Hasil Pengamatan Species list Maps

III. Kesimpulan dan Saran

 Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan

 Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk

memecahkan masalah/persoalan yang timbul

- Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah,

surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan.

- Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).

2.5 Arsip data

Data akan diarsip sebanyak 2 set: 1 set disimpan di kantor WWF-Indonesia Project Kei, 1 set disimpan di kantor DKP dan BP4K Kabupaten Maluku Tenggara. Selain diarsip dalam bentuk hard copy, data juga disimpan bentuk data digital CD.

(12)

3 Jadual

Seperti telah ditetapkan sebelumnya, kegiatan monitoring pengamatan insidental dilakukan bersama dengan kegiatan monitoring lainnya (monitoring kesehatan karang, pemijahan ikan dan pemanfaatan sumberdaya). Diluar kegiatan tersebut, pengamatan insidental bisa dilakukan terkait dengan kegiatan lainnya (mengantar tamu, dll). Koordinator memutuskan untuk melakukan pengamatan insidental ini. Jadwal kegiatan monitoring pengamatan insidental terdapat pada jadwal monitoring lainnya.

4 Persyaratan Perorangan, pelatihan

Untuk melakukan monitoring pengamatan insidental pengamat perlu mengenal species dan tingkah laku dari paus, lumba-lumba, duyung dan manta. Paling tidak, observer perlu mempelajari photo dan tingkah laku dari spesies yang akan diamati melalui Carwadine, M (1995) Eye witness handbook: Whales, dolphins and purpoises. The visual guide to all world’s cetaceans. Dorling Kindersley LTd. New York. Pada awal kegiatan monitoring, observer perlu dilengkapi dengan foto dari semua paus, lumba-lumba, duyung dan manta yang umum ditemukan di Indonesia (Lampiran 2).

5 Syarat Operasional

Kegiatan monitoring pengamatan incidental memerlukan peralatan dan bahan yang diperlukan:

- Kapal Kayu atau Kapal transpoortasi Umum lainnya (sudah tercantum dalam kegiatan monitoring utama)

- Polarized sun glasses - Sun block

- Bahan survey: plastic slate, formulir isian lapang dari bahan kertas HVS, formulir isian dari kertas biasa, penghapus

- GPS tangan (sudah tercantum dalam kegiatan monitoring utama). - Peralatan keselamatan: radio

6 Anggaran

Kegiatan monitoring pengamatan incidental selalu dikaitkan dengan kegiatan monitoring utama atau kegiatan lainnya. Oleh karena itu pengamatan incidental tidak membutuhkan dana tambahan (dana sudah tercantum pada kegiatan monitoring utama) kecuali untuk pengadaan formulir survey lapang.

(13)

7 Referensi

Carwadine, M (1995) Eye witness handbook: Whales, dolphins and purpoises. The visual guide to all world’s cetaceans. Dorling Kindersley LTd. New York

Donnelly R., D. Neville & P.J. Mous (Eds) 2003. Report on a rapid ecological assessment of the Raja Ampat Islands, Papua, Eastern Indonesia held October 30 – November 22, 2002. Final draft. Report from The Nature Conservancy - Southeast Asia Center for Marine Protected Areas, Sanur, Bali, Indonesia. 250 p.

McKenna S.A. , G.R. Allen and S. Suryadi (eds.) 2002. A marine rapid assessment of the Raja Ampat Islands, Papua Province, Indonesia. RAP Bulletin of Biological Assessment 22. Conservation International, Washington, DC. 190 p.

Oakley K.L., Thomas L.P. & Fancy S.G. 2003. Guidelines for long-term monitoring protocols. Wildlife Society Bulletin 31 (4): 1000 – 1003.

(14)

a

n

1

.

F

o

rm

P

e

n

g

a

m

a

ta

n

I

n

c

id

e

n

ta

l

o rm u li r is ia n l a p a n g a n T im e C o d e L a t L o n g W S p e c ie s W C o u n t D O S p e c ie s D O C o u n t D U C o u n t M c o u n t B le a c h in g D is ta n c e F o to R e m a rk s m u st m u st o p t o p t m u st m u st m u st m u st m u st m u st m u st m u st o p t o p t F o rm : K a p a l/ S p e e d b o a t: O b s e rv e r: D a ta S p e c if ic a ti o n n si ti f a ka n g a n g g u a n v isu a l d a n a co u st ik. S e m u a p e n g a m a ta n h a ru s d ila k u ka n s e c a ra t id a k k e n ta ra . P e n d e ka ta n la n su n g d a n p e ru b a h a n k e ce p a ta n m a u p u n a ra h k a p a l se ca ra m e n d a d a k h a ru s m a ta n h a ru s d iu sa h a ka n p a lin g d e ka t b e r a m e lih a t ke ja d ia n b le a c h in g m a k a t u liska n 1 p a d a ko lo m B le a ch in g . ta t ko d e y a n g d it u liska n p a d a r u te p e rj a la n a n ka p a l/ sp e e d b o a t. ta t id e n ti fi ka si sp e si e s ( ID ) se m u a p a u s y a n g t e rl ih a t. B ila I D t id a k d ike ta h u i se ca ra p a st im a ka ca ta t n a m a g e n e ti k ( m is. " L u m b a -l u m b a ") ta t id e n ti fi ka si sp e si e s ( ID ) se m u a lu m b a -l u m b a y a n g t e rl ih a t. B ila I D t id a k d ike ta h u i se ca ra p a st i m a k a ca ta t n a m a g e n e ti k ( m is. " L u m b a -l u m b a ) rki ra a n j u m la h sa tw a m a si n g -m a si n g p a u s se b a g a im a n a t e rl ih a t d i p e rm u ka a n . m e m u n g ki n ka n a m m b il fo to I D a ta u v id e o ca m e ra d a ri se ta se a y a n g d iju m p a i. C a ta t n o m o r p e n g a m b ila n f o to /ca m e ra . rm a su k p e n a m p a ka n a n a ka n /b a y i, ist ir a h a t/ se d a n g m a ka n /b e rm a in /m e lo n ca t, d a m p a k a ta u t a n d a -t a n d a t e rj a d in ya g a n g g u a n . rki ra a n j u m la h sa tw a m a si n g -m a si n g l u m b a -l u m b a p a d a ke lo m p o k se b a g a im a n a t e rl ih a t d i p e rm u ka a n . rki ra a n j u m la h sa tw a m a si n g -m a si n g d u yu n g se b a g a im a n a t e rl ih a t d i p e rm u k a a n . rki ra a n j u m la h sa tw a m a si n g -m a si n g m a n ta se b a g a im a n a t e rl ih a t d i p e rm u ka a n . ta t ja ra k p a u s, l u m b a -l u m b a , d u yu n g a ta u m a n ta d e n g a n ka p a l, ( m is. T e rl ih a t p u n g g u n g n y a , 5 0 0 m ) d a n a ra h p e rj a la n a n m e re ka ( m is. N , N E , E , S E , S , S W , W , N W )

(15)

16 L o k a s i P e n g a m a ta n

(16)

Lampiran 3. Paus & Lumba lumba yg biasa

ditemukan di Indonesia

Gambar 1. Blue whale (Balaenoptera musculus)

(17)

Gambar 3. Cuvier’s Beaked Whale (Ziphius cavirostris)

Gambar 4. Bryde’s Whale (Balaenoptera edeni)

(18)

Gambar 6. Fin Whale (Balaenoptera physalus)

Gambar 7. Killer Whale (Orcinus orca)

Gambar 8. Melon headed Whale (Peponochepala electra)

(19)

Gambar 10. Pygmy Sperm Whale (Kogia breviceps)

Gambar 11. Sei Whale (Balaenoptera borealis)

Gambar 12. Short finned Pilot Whale (Balaenoptera musculus)

(20)

Gambar 14. Blainville’s Beaked Whale (Mesoplodon densirostris)

Gambar 15. Common Bottlenose Dolphin (Tursiops truncatus)

(21)

Gambar 17. Hump backed Dolphins (Sousa chinensis)

Gambar 18. Irrawady Dolphin (Orcaella brevirostris)

(22)

Gambar 20. Risso’s Dolphin (Grampus griseus)

Gambar 21. Rough toothed Dolphin (Steno bredanensis)

(23)
(24)

Lampiran 3. Pari Manta

Gambar

Gambar 1 . Blue whale ( Balaenoptera musculus )
Gambar 3. Cuvier’s  Beaked Whale (Ziphius cavirostris)
Gambar 6. Fin Whale  ( Balaenoptera physalus )
Gambar 10. Pygmy Sperm Whale (Kogia breviceps)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi investor, rasio ini memiliki peran yang cukup penting karena dividend yield adalah sebagian dari total return yang diterima oleh investor. Sebagian

menunjukkan bahwa secara simultan social consumption motivation dan opinion leadership mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap materialism dalam

Pasien datang dalam kondisi fase persalinan #ala 1 atau #ala 2 dengan status: #elainan Pembukaan $eriks atau Partus !a"et atau Partus ma"et.. asil $e!eriksaan fisik

Sistem yang berjalan pada wisma pertamina yaitu pertama tamu datang langsung ke wisma atau menelpon wisma untuk memesan kamar, resepsionis mengecek ketersediaan kamar,

korelasi Penilaian Kinerja dan Kepuasan Kerja pegawai Dinas Penerangan Jalan. Umum dan Sarana Jaringan Utilitas Daerah Khusus Ibukota

Namun, berbeda halnya dengan Kristianti, et all (2014) dikemukakan penggolongan macam strategi bertahan hidup dalam tiga sektor, yaitu: strategi ekonomi serta sosial. Pada

8. create  table  login  (Username  varchar(15)not  null,  Password  varchar(30)  not  null  ,  primary  key (Username));  <<Membuat  table  di  database 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Strategi produksi industri kecil bakso adalah bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang kualitasnya sedang, pembuatan