• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPORSI GLUKOSA HATI DAN LEMAK ABDOMINAL ITIK PADA BERBAGAI IMBANGAN ELEKTROLIT RANSUM YANG DIPELIHARA INTENSIF MINIM AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPORSI GLUKOSA HATI DAN LEMAK ABDOMINAL ITIK PADA BERBAGAI IMBANGAN ELEKTROLIT RANSUM YANG DIPELIHARA INTENSIF MINIM AIR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

1

PROPORSI GLUKOSA HATI DAN LEMAK ABDOMINAL ITIK PADA

BERBAGAI IMBANGAN ELEKTROLIT RANSUM YANG

DIPELIHARA INTENSIF MINIM AIR

LEVEL OF LIVER GLUCOSE AND ABDOMINAL FAT DUCK ADMINESTERED VARIOS OF WATER ELEKTROLIT BALANCE

Diki Noviana*, Mushawwir. Andi**, dan Denny Rusmana**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Dosen Fakultas Peternakan Unpad

Email: diki.noviana@yahoo.com

Abstrak

Penelitian tentang proporsi glukosa hati dan lemak abdominal itik yang diberi imbangan elektrolit ransum telah dilaksanakan pada bulan Juli 2014 hingga Agustus 2014, di Kandang Unggas, Fakultas Peternakan UNPAD dan analisis di laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan UNPAD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh imbangan elektrolit ransum terhadap kadar glukosa jaringan hati dan proporsi lemak abdominal. Penelitian menggunakan metode eksperimental, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 macam perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah dengan memperhatikan imbangan elektrolit pada ransum yaitu R1 100 mEq/kg, R2 150 mEq/kg, R3 200 mEq/kg, R4 250 mEq/kg, R5 300 mEq/kg, R6 350 mEq/kg. Data yang diperoleh diuji menggunakan metode kontras orthogonal. Hasil penelitian menyatakan bahwa imbangan elektrolit ransum memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa hati R1(13,93) , R2 (15.02), R3( 16.46), R4 (16.87), R5 (17.05) dan R6 (17.13), namun tak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lemak abdominal R5 (0.43%), R2 (0.44%), R6 (0.57%), R3 (0.60%), R1 (0.67%) dan R4 (0.72%).

Kata kunci : glukosa, glukosa hati, lemak abdominal, itik Abstract

Research on the proportion of liver glucose and abdominal fat of duck administered an electrolyte balance ransum ware conducted from july 2014 to august 2014, in Poultry Housing, Padjajaran University Faculty of Animal Husbandry and analyzed at physiology and Biochemical Laboratory Universitas Padjajaran Faculty of Animal Husbandry. The proposes of this study was investigatet the effect of electrolyte balance ransum on liver tissue glucose levels and abdominal fat proportion. In this study used the experimental method, completely randomized design (CRD) 6 reatments and 4 times replication. The treatmens given was with attention to electrolyte balance ransum that were R1 100 mEq/kg, R2 150 mEq/kg, R3 200 mEq/kg, R4 250 mEq/kg, R5 300 mEq/kg, R6 350 mEq/kg. The data colleeted were tested using contrast orthogonal method. Results of the study showed that the electrolyte balance rations provide a tangible influence on the liver glucose levels R1(13,93) , R2 (15.02), R3( 16.46), R4 (16.87), R5 (17.05), R6 (17.13), but does not provide any real influence on abdominal fat R5 (0.43%), R2 (0.44%), R6 (0.57%), R3 (0.60%), R1 (0.67%), R4 (0.72%). Keyword : glucose, liver glucose, abdominal fat, duck.

(2)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

2 PENDAHULUAN

Itik merupakan jenis ternak unggas air yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena bisa dimanfatkan daging dan telurnya, selain itu itik tahan terhadap penyakit serta mudah beradaptasi dengan lingkungan. Pemeliharaan itik ada beberapa sistem diantaranya ekstensif, semi intensif dan intensif.

Pemeliharaan itik secara intensif akan meningkatkan lemak terutama lemak abdominal yang terdapat di sekitar rongga perut atau juga disekitar ovarium. Penimbunan lemak merupakan hasil ikutan yang cenderung meningkat dengan berat badan dan bertambahnya umur (Rasyaf, 2001).

Lemak abdominal adalah lemak yang terdapat di sekeliling ampela, usus, otot sekitar perut sampai ischium, bursa fabrisius dan kloaka (Sukada dkk., 2007). Lemak abdominal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kelebihan lemak akan menyebabkan kelebihan energi di dalam tubuh yang tidak bisa dimanfaatkan dengan sempurna. Kelebihan lemak ini bisa disebabkan beberapa faktor diantaranya pemberian pakan yang mengandung energi yang berlebih dan aktivitas/gerak yang sedikit.

Hati merupakan komponen yang penting di dalam tubuh ternak. Hati terletak di belakang diafragma dan cenderung di sisi kanan. Hati memegang peranan yang sangat penting dalam fungsi fisiologis tubuh. Hati merupakan tempat metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Melalui verna vortal glukosa masuk ke sinusoid hati/hepar dimana akan terjadi kontak dengan sel-sel epitel hati. Glukosa yang berada di hati mengalami metabolisme dan kelebihan glukosa sebagian diubah menjadi glikogen di hati dan sebagian lagi menuju ke sirkulasi umum melalui vena-vena sentral dari hati menuju ke vena-vena hepatik kemudian masuk ke vena cava caudal menuju ke jantung, seterusnya menuju ke sel-sel otot untuk dimetabolisme menjadi glikogen otot dan lemak (Mushawwir, 2007). Unggas air sangat rentan sekali terhadap cuaca panas terutama dengan cuaca panas yang akan menyebabkan stress panas dikarenakan kekurangan cairan elektrolit di dalam tubuh. Imbangan elektrolit di dalam ransum sangat penting untuk diperhatikan imbangan elektrolit yang tidak tepat akan mempengaruhi gangguan fisiologi dan metabolisme. Keseimbangan elektrolit kation anion dalam ransum adalah suatu mekanisme utama yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Mineral Na, K dan Cl anion mineral yang memiliki ion nyata berpengaruh terhadap keseimbangan tekanan

(3)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

3 osmosis dan memerlukan keseimbangan

asam basa dalam tubuh, untuk fisiologi normal perlu adanya keseimbangan elektrolit dari unsur tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai proporsi glukosa hati dan lemak abdominal itik pada imbangan elektrolit ransum yang dipelihara intensif pada kondisi minim air.

BAHAN DAN METODE Ternak Percobaan

Ternak itik yang digunakan jenis itik lokal cihateup sebanyak 120 ekor, yang dialokasikan ke dalam 24 unit kandang masing – masing sebanyak 5 ekor, dipelihara selama 8 minggu.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan dalam penelitian 24 unit dan setiap unitnya terbuat dari bilah bambu dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 60, dan tinggi 50 cm untuk kapasitas 5 ekor. Setiap kandang diberi nomor sesuai perlakuan dan ulangannya. Lampu listrik yang digunakan dalam peneiltian ini berukuran 60 watt sebanyak 24 buah untuk 24 unit kandang diletakan dengan jarak awal sekitar 15 cm diatas permukaan litter yang berfungsi sebagai penerangan maupun induk buatan. Lampu listrik mulai dinyalakan pada hari pertama

dan dinaikkan setiap satu minggu sekali secara bertahap. Listrik dimatikan setelah itik tumbuh bulu sempurna pada umur tiga minggu. Kandang dilengkapi dengan tempat ransum (round feeder), tempat air minum (round waterer).

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Tempat ransum (round feeder) dan air minum (round waterer).

2) Timbangan untuk menimbang ransum

3) Termos es untuk menyimpan hati itik 4) Ember plastik untuk tempat

menyimpan ransum

5) Pisau untuk memotong dan membedah itik.

(4)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

4 Ransum Penelitian

Bahan pakan penyusun ransum terdiri dari jagung, bungkil kedelai tepung ikan, dedak padi, NH4Cl, Na2CO3, topmix, DCP,

metionin, NaCl. Kandungan energi metabolis dan zat makanan bahan pakan penyusun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Kandungan Energi Metabolis dan Zat Makanan Bahan Pakan Penelitian Bahan Pakan PK EM Ca P Lys Met SK LK ……….(%)……… Jagung 9,00 3370 0,22 0,17 0,26 0,18 2,05 3,90 Bk. Kedelai 47,00 2700 0,32 0,29 2,69 0,62 6,00 0,90 Tp. Ikan 50,00 3080 5,11 2,88 4,51 1,63 1,00 10,00 Dedak padi 12,00 2200 0,12 1,50 0,00 0,00 12,00 13,00 NH4Cl - - - - Na2CO3 - - - - CaCO3 0,00 0,00 40,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Topmix 0,00 0,00 0,00 0,00 0,30 0,30 0,00 0,00 DCP 0,00 0,00 23,30 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Metionin 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 90,00 0,00 0,00 NaCl - - - -

Keterangan: Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Bahan Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2010

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur pada percobaan ini adalah konsentrasi glukosa jaringan hati dan proporsi lemak abdominal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan Terhadap Glukosa Hati Itik

Pengaruh imbangan elektrolit ransum terhadap kadar glukosa hati itik dapat dilihat pada Table 2.

(5)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

5 Tabel 2. Contras test orthogonal pengaruh perlakuan terhadap kadar glukosa hati

Perlakuan Rata–rata glukosa hati itik (mEq/kg)

Signifikasi R1 13.93 a R2 15.02 b R3 16.46 c R4 16.87 d R5 17.05 d R6 17.13 d

Keterangan : Berdasarkan alphabet yang berbeda menandakan signifikan P<0,05 sedangkan alphabet yang sama menujukan hasil non signifikan P>0,05.

Hasil uji kontras orthogonal menunjukkan bahwa perlakuan R4 nyata lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan perlakuan R3,R2 dan R1, namun antara R4, R5 dan R6, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, ini meunjkan bahwa itik yang diberi ransum dengan imbangan elektrolit mulai 100mEq/kg sampai 250 mEq/kg menunjukkan peningkatan glukosa dalam hati, namun pengaruh ransum itik imbangan elektrolit lebih dari 250 mEq/kg tidak lagi menunjukan peningkatan glukosa dalam hati. Peningkatan glukosa hati erat kaitannya dengan kandungan Na dalam ransum semakin tinggi imbangan elektrolit kandungan Na dalam ransum semakin meningkat. Elektrolit Na di ketahui memiliki peran dalam absrobsi asam amino dan glukosa melalui system transport aktif Na+, K+-adenosine triphoshattae (ATPase), atau

dikenal dengan mekanisme pompa- natrium (Glynn 1993, Pilliang 2007). Namun peningkatan Na+ yang terlalu banyak akan berdampak terhambatnya penyerapan asam amino dan glukosa. Seperti yang diaporkan Ravindran.dkk (2008).

Konsentrasi hormon glukokortikoid yang meningkat merupakan salah satu penyebab profil glukosa meningkat. Hal tersebut dikarenakan hormon glukokortikoid mengaktifkan glikogenesis. Menurut kaslow (2010) konsentrasi glukosa dapat meningkat karena dehidrasi ringan, gagal dalam penggunaan perombakan protein, kelebihan hormon glukokortikoid, dan turunan. Menurut Roche dkk. (2008). Peningkatan konsentrasi glukosa umumnya disebabkan oleh naik-turunnya volume darah sebagai dampak gangguan cairan tubuh.

(6)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

6

Dalam rangka upaya

mempertahankan tekanan osmotik darah yang terganggu sebagai dampak pengeluaran ion mineral bersama dengan air melelui urine/feces dan pernafasan, maka menyebabkan peran ion mineral mengalami penurunan fungsi. Tekanan osmotik sangat penting sebagai cairan tubuh, oleh karena itu untuk menjaga tekanan tersebut maka bukan hanya ion mineral yang memiliki peranan dalam mempertahankan tekanan osmotik tetapi dibantu oleh beberapa molekul penting seperti glukosa. Inilah yang menjadi alasan utama pentingnya kadar glukosa

dipertahankan dan dijaga ketat reabsorbsinya oeh ginjal. Kim dkk., (2015) mengemukakan bahwa keseimbangan asam basa (molaritas) cairan tubuh sangat penting dijaga, dalam pengeluaran ion mineral maka glukosa dan albumin menjadi penyangga utama dan akan ditingkatkan kadarnya melalui reabsorbsi dengan tekanan onkotik di glomerulus ginjal. Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Lemak Abdominal

Rata-rata Lemak abdominal itik yang diberikan imbangan elektrolit ransum disajikan pada table 3.

Tabel 3. Rata-Rata Persentase Lemak Adbominal itik

Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 R6

……….…………..(%)………

Rataan 0,67 0,45 0,61 0,72 0,43 0,57

Keterangan: R1: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 100 mEq/kg R2: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 150 mEq/kg R3: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 200 mEq/kg R4: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 250 mEq/kg R5: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 300 mEq/kg R6: Ransum dengan keseimbangan elektrolit 350 mEq/kg Hasil sidik ragam menunjukkan

bahwa perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05). Hasil dari grafik data bahwa lemak abdominal itik memperlihatkan peningkatan kemudian terjadi penurunan kembali. Hal ini menandakan adanya kemampuan itik dalam memanfaatkan imbangan elektrolit ransum yang diberikan pada itik.

Elektrolit bagi ternak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu melalui air minum dan pakan, apabila keduanya berkekurangan maka untuk mempertahankan osmolaritas cairan tubuh maka proporsi glukosa, lipid dan protein (khususnya albumin) akan meningkat dalam darah untuk menjaga tekanan osmotik tersebut. Sebaliknya, apabila imbangan elektrolit tinggi dalam

(7)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

7 ransum, maka pengeluaran elektrolit dalam

feces dan urin akan lebih tinggi (Mushawwir dan Latipudin, 2012).

Lemak sepenuhnya bersumber dari makanan yang dikonsumsi, namun selain itu lemak dalam tubuh dapat berasal dari sintesis

de novo yang bersumber dari karbohidrat

atau protein (Klasing, 2000). Tingginya karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh atau melebihi kebutuhan energi, maka kelebihannya dengan cepat diubah menjadi glikogen sesuai dengan kapasitas tampung hati (< 4%) dan otot (1%) (Poedjiadi, 1994; Klasing, 2000 dan Ganong, 2012). Jika masih berlebih akan dikonversi menjadi trigliserida dan disimpan dalam jaringan adiposa (Klasing, 2000). Jadi kesimpulan dari penelitian keseimbangan elektrolit dalam ransum itik yang dilakukan bahwa lemak abdominal tidak berbeda nyata dikarenakan elektrolit dikeluarkan lewat feses dan urin lebih tinggi, serta penimbunan lemak abdominal dipengaruhi oleh kelebihan dari sumber pakan yang mengandung karbohidrat, protein yang tinggi.

Terkait dengan parameter glukosa yang menunjukan peningkatan seiring dengan meningkatnya pemberian konsentrasi ion mineral maka dapat dijelaskan bahwa meningkatnya konsentrasi glukosa terkait dengan peningkatan laju glukoneogenis.

Lintas glukogenesis merupakan lintas anabolisme untuk biosintesis glukosa dari prekursor asam-asam lemak dan asam amino. Dengan demikian maka tidak terjadinya penimbunan lemak merupakan dampak dari aktifnya lintasan tersebut untuk mempertahankan kadar glukosa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Terjadinya peningkatan glukosa dalam hati pada itik yang diberi ransum dengan imbangan elekrtolit mulai dari 100mEq/kg sampai 250 mEq/kg

2. Itik yang diberi rasum dengan imbangan elektrolit 100 mEq/kg sampai 350 mEq/kg tak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lemak abdominal.

Saran

Disarankan Imbangan elektolit dalam ransum itik yang dipelihara intensif pada kondisi minim air digunakan dalam peternakan antara 100 mEq/kg sampai 250 mEq/kg.

(8)

Proporsi Glukosa Hati dan Lemak Abdominal Itik ... ……..Diki Noviana

8 DAFTAR PUSTAKA

Andi Mushawwir dan D. Latipudin. 2012.

Respon Fisiologi Thermoregulasi Ayam Ras Petelur Fase Grower dan Layer. Proceeding of National Seminar

on Zootechniques of Indogenous Resourches Development, Semarang. Andi Mushawwir. 2007. Metabolisme

karbohidrat pada unggas.

Laboratorium Fisiologi Ternak dan biokimia. Fakultas Peretnakan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Ganong. 2012. Dalam Tinjauan Pustaka.

Anonim. http://eprints.undip.ac.id/. (Diakses pada tanggal 18 september 2014).

Glynn I.M., 1993. All hands to the sodium pump. J. Physiol. 462: 1-30

Kaslow JE. 2010. Analisis of Serum protein. Santa asna : 720 North Tustin Avenue Suite 104, CA.

Kim, Y.I., J. M. Park, Y. H. Lee, D. Y. Choi, dan W. S. Kwak. 2015. Effect of

By-product Feed-based Silage Feeding on the perfomence, Blood Metabolites, and Carcass Characteristics of Honwoo Steers (a Field Study). Asian Australia. J. Amin. Sci. 28:180-187.

Klasing, Kirk C. 2000. Comparative Avian

Nutrition. Cab International: Wallingford.

Piliang, WG. 2000. Fisiologi Nutrisi. IPB Press.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging.

Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ravindran V. AJ Cowieson. And PH Selle. 2008. Influence of dietary electrolyte balance and microbial phytase on

growth performance, nutrient utilization, and excreta quality of broiler chickens. Poultry Sci. 87(4): 677-688.

Sinurat, A.P. 2000. Penyusunan Ransum

Ayam Buras dan Itik.Pelatihan Proyek

Pengembangan Agribisnis Peternakan, Dinas Peternakan DKI Jakarta, 20 Juni 2000.

Sukada, I.K, I.N.G.G. Bidura dan D.A. Warmadewi. 2007. Pengaruh Penggunaan Pollard, Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali Jantan.Fakultas Peternakan.Universitas

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis gula merah yaitu gula aren, gula kelapa dan gula lontar sebagai alternatif pengganti gula pasir dalam pembuatan wine tomat yang

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menentukan dan mengkaji tingkat korelasi program LATKER dengan variabel harapan supervisor; (2) mengetahui efektivitas program

Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

Untuk mendapatkan tujuan penelitian, maka dilakukan perencanaan Unit Pengolahan Air Skala Rumah Tangga yang tersusun atas Roughing Filter, Slow Sand Filter, dan

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah diuraikan, diketahui bahwa data pretes dan postes berdistribusi normal dan homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan

Penguasaan agama pada ranah budaya di Bali memberikan dampak pola kerukunan umat beragama hanya bisa dimungkinkan tercipta ketika ada kebesaran hati agama Hindu

“Rasulullah Saww apabila berdo’a, beliau berdo’a tiga kali dan apabila memohon kemada Allah, maka beliau memohon tiga kali juga”. Imam Muslim). Setelah Surat Yasin itu

4. Mengetahui pengelolaan lingkungan yang seharusnya dilakukan untuk proyek pengembangan Lapangan Beta. Mengetahui kondisi karakteristik rona lingkungan awal dari Lapangan