• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab_iii_gambaran Umum Kecamatan Gunungpati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab_iii_gambaran Umum Kecamatan Gunungpati"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

53

3.1 Kecamatan Gunungpati Secara Administratif

Kecamatan Gunungpati dalam konstelasi wilayah Kota Semarang termasuk ke dalam BWK (Bagian Wilayah Kota) VIII. Kecamatan Gunungpati mempunyai wilyah seluas 6.149 Ha, dan terbagi menjadi 16 kelurahan. Ibukota Kecamatan Gunungpati terletak di Kelurahan Gunungpati. Adapun batas administratif dari Kecamatan Gunungpati adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Gajah Mungkur Sebelah Selatan : Kecamatan Ungaran (Kabupaten Semarang)

Sebelah Timur : Kecamatan Banyumanik Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati

Kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Gunungpati ada 16 kelurahan yaitu:

Sumber: Peta Wilayah Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 1

(2)

3.2 Karakteristik Fisik Kecamatan Gunungpati 3.2.1 Kelerengan/ Topografi Kecamatan Gunungpati

Kondisi kelerengan di Kecamatan Gunungpati beragam mulai dari kelerengan 2% sampai dengan lebih dari 40%. Untuk kelerengan 2%-15% dapat ditemui pada kelurahan Jatirejo, Cepoko, Nongkosawit, Ngijo, Kandri , Pongangan, sebagian besar kelurahan Gunungpati,serta sebagian besar Kelurahan Mangunsari. Beberapa kelurahan tersebut terletak di bagian barat Kecamatan Gunungpati. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Gunungpati bagian barat mempunyai topografi cenderung datar yaitu antara 2% - 15%.

Topografi mulai beragam ketika semakin menuju ke bagian timur dari Kecamatan Gunungpati. Bagian timur Kecamatan Gunungpati memiliki kondisi topografi yang curam yaitu antara 15% sampai lebih dari 40%. Kecamatan Gunungpati bagian timur merupakan daerah perbukitan. Dengan kondisi fisik seperti ini, daerah-daerah di Kecamatan Gunungpati bagian timur yang memiliki kelerengan lebih dari 40 % diarahkan untuk tidak dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun melainkan sebagai kawasan konservasi. Namun demikian kegiatan pembangunan tetap saja dilakukan pada lahan ini bahkan memiliki kecenderungan perkembangan pembangunan yang cukup tinggi. Fenomena ini terjadi di Kelurahan Sukorejo, Sekaran, Pakintelan, Jatirejo, Cempoko dan Kelurahan Gunungpati. Kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan seperti pemanfaatan lahan untuk area pendidikan (Perguruan Tinggi) dan pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman.

Sumber: Peta Topografi Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 2

(3)

Gambar 3. 3

(4)

Sebagai daerah hulu, kegiatan pembangunan di Kecamatan Gunungpati mempengaruhi besar volume air hujan yang mengalir ke daerah hilir ( daerah Semarang bawah). Volume air hujan yang meresap kedalam tanah menjadi berkurang karena banyak lahan yang tertutup oleh bangunan akibatnya volume air limpasan menjadi semakin besar. Jika drainase yang ada tidak mampu menampung seluruh air limpasan tersebut kemungkinan terburuk yang terjadi adalah timbulnya erosi pada daerah hulu dan banjir di daerah hilir. Akibat lain yang ditimbulkan dari fenomena ini adalah timbulnya sedimentasi sungai karena endapan lumpur yang dibawa oleh aliran air yang dapat menjadikan sungai tersebut bertambah dangkal. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi di Kecamatan Gunungpati dapat dilihat pada gambar 3.1 Peta Kelerengan Kecamatan Gunungpati.

3.2.2 Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Gunungpati ada tiga jenis yaitu latosol coklat kemerahan, mediteran coklat tua dan latosol coklat. Namun jenis tanah yang mendiminasi adalah latosol coklat kemerahan. Akan tetapi jenis tanah latosol coklat serta mediteran coklat tua juga banyak terdapat di Kecamatan Gunungpati. Jenis tanah mediteran coklat tua banyak terdapat di Kecamatan Gunungpati bagian utara yang meliputi sebagian besar Kelurahan Kandri, sebagian kecil Kelurahan Pongangan, Kelurahan Sadeng, Kelurahan Sukorejo serta sebagian kecil Kelurahan Sekaran. Sedangkan jenis tanah yang paling mendominasi Kecamatan Gunungpati yaitu latosol coklat kemerahan, terdapat pada sebagian kecil Kelurahan Kandri, sebagian besar Kelurahan Pongangan, sebagian besar Kelurahan Sekaran, sebagian besar Kelurahan Gunungpati, sebagian besar Kelurahan Nongkosawit, sebagian besar Kelurahan Ngijo, sebagian kecil Kelurahan Mangunsari, sebagian Kelurahan Sumurejo, Kelurahan Jatirejo, Cepoko, Kalisegoro, Petemon, dan Pakintelan. Untuk jenis tanah latosol coklat terdapat pada sebagian kecil Kelurahan Gunungpati, sebagian kecil Kelurahan Nongkosawit, sebaian kecil Kelurahan Ngijo, sebagian besar Kelurahan Mangunsari, sebagian Kelurahan Sumurejo, serta Kelurahan Plalangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati.

(5)

Sumber: Peta Topografi Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 4

Sebaran Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati

3.2.3 Curah Hujan Kecamatan Gunungpati

Berdasarkan data BMG Kota Semarang tahun 2006 sampai tahun 2010 tercatat bahwa curah hujan tahunan rata-rata di Kecamatan Gunungpati 2.685 mm/thn dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April tahun 2007 yaitu mecapai 791 mm/bulan dan curah hujan terendah 0-71 mm/bulan yang terjadi pada bulan Juli sampai bulan September.

Gambar 3. 5

Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2006 s/d 2010

Sumber: BMG Kota Semarang, Stasiun Gunugpati, 2011

Rata-rata curah hujan di Kecamatan Gunungpati adalah 2.685 mm/tahun atau apabila curah hujan dihitung perhari maka curah hujan di Kecamatn Gunungpati masuk pada rentang antara 27,7 – 34,8 mm/hari. Suhu minimum 24,5 C dan maksimum 37 C sehingga memiliki kelembaban agak kering lembab. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3 peta curah hujan Kecamatan Gunungpati

(6)

Gambar 3. 6

(7)

Gambar 3. 7

(8)

3.2.4 Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati

Ciri penggunaan lahan secara umum di Kecamatan Gunungpati masih berupa penggunaan lahan untuk kegiatan pedesaan (rural). Penggunaan lahan yang bercirikan rural ini tersebar secara merata di seluruh wilayah. Sedangkan penggunaan lahan yang bercirikan perkotaan (urban) tersebar di wilayah pusat aktivitas dan di sepanjang jalur-jalur jalan. Daerah-daerah yang cukup cepat perkembangan lahan terbangunnya antara lain adalah di sekitar kawasan pendidikan Universitas Negeri Semarang di Sekaran dan pusat kegiatan transportasi Gunungpati (di Kelurahan Gunungpati), Kelurahan Sadeng, dan Kelurahan Sukorejo. Beberapa kelurahan tersebut menunjukkan perkembangan kawasan terbangun yang cukup pesat, selain itu juga terdapat penggunaan lahan untuk perumahan-perumahan terencana (real estate) (RDTRK Kota Semarang 2000-2010). Untuk melihat persentase penggunaan lahan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4 Diagram persentase penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati.

Penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati selama 5 tahun terakhir (2006 – 2010) secara umum mengalami penurunan jumlah luasan untuk tiap tahunnya. Kondisi penggunaan lahan pada tahun 2006 didominasi oleh penggunaan lahan berupa tegalan dengan luas 2.573 hektar. Namun pada tahun 2007 penggunaan lahan berupa tegalan menurun drastis hingga menjadi 1.402 hektar, hal ini dikarenakan banyaknya lahan yang mengalami perubahan fungsi menjadi lahan sawah irigasi teknis dan sawah tadah hujan. Kondisi tegalan pada tahun 2008 sedikit meningkat menjadi 1.476 hektar, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan jumlah lahan sawah sehingga menjadi lahan kering (tegalan). Namun pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang drastis menjadi 2.573 hektar, sama halnya dengan yang terjadi pada tahun 2006. Pada tahun 2010 kondisi luasan lahan tegalan mengalami penuruanan lagi menjadi 1.476 hektar seperti yang terjadi pada tahun 2008. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati tahun 2006 – 2010.

Sumber : Obserrvasi, 2012. Gambar 3. 8

Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunungpati

(9)

Sumber : Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun 2006-2010 Gambar 3. 9

(10)

permukiman dan pertanian. Menurut data BPS di tahun 2010 luas tanah tegalan mencapai 1.476,64 Ha, sawah mencapai luas 1.525,97 Ha yang terbagi menjadi sawah beririgasi dan sawah non-irigasi. Untuk lebih jelasnya berikut diagram presentase penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati tahun 2010

Sumber: Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun 2010 Gambar 3. 10

Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati tahun 2010

Telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan lahan yang paling mendominasi di Kecamatan Gunungpati Tahun 2010 adalah tegalan. Kondisi ini banyak ditemui di Kelurahan Gunungpati seluas 193,90 hektar dan di Kelurahan Pongangan seluas 157,46 hektar. Jenis penggunaan lahan berupa perkarangan banyak ditemui di Kelurahan Patemon seluas 126,70 hektar dan di Kelurahan 108,60 hektar. Penggunaan lahan berupa sawah tadah hujan banyak di temui di Kelurahan Patemon yaitu seluas 258,69 hektar dan di Kelurahan Gunungpati seluas 83,60 hektar. Penggunaan lahan untuk sawah beririgasi sederhana terluas terdapat di Kelurahan Gunungpati seluas 52,40 hektar dan di Kelurahan Nongkosawit seluas 40,00 hektar. Untuk penggunaan lahan berupa sawah beririgasi setengah teknis terluas terdapat di Kelurahan Plalangan seluas 70,59 hektar dan di Kelurahan Sumurrejo seluas 47,25 hektar. Selanjutnya jenis penggunaan lahan terkahir yaitu sawah irigasi teknis terluas terdapat di Kelurahan Mangunsari seluas 29,00 hektar dan di Kelurahan Nongkosawit seluas 14,26 hektar. Untuk lebih jelasnya berikut gambar 3.10. Penggunaan Lahan per Kelurahan di Kecamatan Gunungpati Tahun 2010 dan gambar 3.11 peta penggunaan lahan Kecamatan gunungpati tahun 2010;

(11)

Sumber : Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun 2006-2010 Gambar 3. 11

(12)

Gambar 3. 12

(13)

kelamin laki-laki 32.693 jiwa dan perempuan 32.745 jiwa. Memasuki tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Gunungpati mengalami peningkatan hampir 3000 jiwa menjadi 68.548 jiwa terinci menurut jenis kelamin laki 34.418 jiwa dan 34.130 jiwa perempuan. Keaadaan terus meningkat stabil hingga tahun 2010, pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan gunungpati tercatat hingga 71.174 jiwa terinci menurut jenis kelamin laki-laki 35.641 jiwa dan perempuan 35533 jiwa. Untuk lebih jelasnya berikut diagram perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Gunungpati tahun 2006 hingga tahun 2010;

Sumber: Kecamatan Gunungpati dalam Angka 2006-2010 Gambar 3. 13

(14)

Merespon fenomena kerusakan lingkungan di Jawa Tengah, Pemprov secara terpadu, konsisten dan berkesinambungan menempuh beberapa kebijakan pembangunan lingkungan hidup. Pertama, meningkatkan upaya pengelolaan dan pemanfaatan SDA dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampungnya. Kedua, menyerasikan aktivitas pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan mengutamakan potensi sumberdaya lokal, teknologi ramah lingkungan dan pengelolaan dampak kerusakan lingkungan. Ketiga, mengembangkan upaya pemulihan dan pelestarian fungsi ekosistem DAS dan kawasan lindung, dan rehabilitasi kerusakan lingkungan, melalui pola kemitraan dan mediasi dengan berbagai pihak. Keempat, peningkatan dukungan pembiayaan bagi penanganan masalah lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat, penegakan hukum dan pembangunan basis data lingkungan hidup Jawa Tengah yang fungsional.

Secara riil kebijakan Pemprov dalam pembangunan lingkungan hidup di break down dalam berbagai bentuk program. Di antaranya yang menonjol adalah pertama, program peningkatan efektivitas pemanfaatan lahan dan fungsi lindung serta peninjauan alih fungsi lahan di kawasan lindung untuk kepentingan konservasi dan perlindungan sistem kehidupan. Salah satu targetnya adalah mengondisikan lahan pertanian abadi yang bersinergi dengan fungsi lindung. Lahan abadi ini nantinya hanya memacu intensifikasi dan menolak ekstensifikasi (pembukaan lahan baru dengan mengurangi kawasan lindung atau hutan). Di tingkat konseptual, program ini dilengkapi dan bersinergi dengan program pengembangan kawasan secara komprehensif dan terintegrasi berbasis masyarakat.

Kedua, program reboisasi melalui GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan). Sejak 2003-2005, program ini berupaya memulihkan lahan-lahan kritis di DAS Jratun Seluna, Pemali Comal, Serayu-Luk Ulo-Bogowoto. Disamping meliputi pula pembangunan tanggul dan pengerukan sungai. Dengan program ini diharapkan erosi tanah dan pendangkalan sungai bisa terkurangi. (Suara Merdeka, Juni 2006)

BPDAS Pemali jatrun saat ini telah mengadakan usaha perbaikan lahan kritis yang ada di Kecamatan Gunungpati yaitu berupa penghijaun di Kecamatan Gunungpati khususnya di Desa Cepoko. Usaha konservasi ini bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemprov Jawa Tengah memberi bantuan 1000 batang bibit pohon Mahoni. Sebelumnya program ini juga telah pernah dilaksanakan pada tahun 2008. (BPDAS Pemali Jatrun)

Selain itu dalam RDTRK Semarang BWK VIII Kecamatan Gunungpati menjelaskan bahwa rencana pola pemanfaatan lahannya menjadi 3 kawasan

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan defragmenting  yang dilakukan oleh peneliti telah menunjukkan hasil yang positif karena telah mampu memperbaiki dan sekaligus merestrukturisasi proses

Sementara pada Gambar 7b memperlihatkan adanya serapan untuk gugus –OH yang lebar dan tajam, dan serapan yang lemah untuk ikatan rangkap dari minyak jarak hasil oksidasi

Sendiri Tgn 1 dr Baru Pajak Hidup Siap Pakai 145Jt Nego.. PONDOK

Maka dapat diperoleh hasil yang berbeda-beda dari setiap jenjang dari 5 pertanyaan yang diajukan, diantaranya: jenis strategi yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh,

Gotong royong mempunyai ikatan yang sangat erat dengan Pancasila, bahkan gotong royong merupakan pancaran dari jiwa Pancasila yang menjiwai bangsa Indonesia sejak

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran geografi di SMAN 1 Cisarua. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

Dari hasil analisis EPH tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi Segaran saat ini belum memenuhi kebutuhan pengunjung dan aktivitas yang diwadahi sehingga perlu adanya

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah..