• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah perkembangan fiqh dan usul fiqh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah perkembangan fiqh dan usul fiqh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN

PERKEMBANGAN FIQH DAN USHUL FIQH

Disusun Oleh:

KELOMPOK II

NUR AFNI

RIKA RAHMAYANI

YULIA SAFRINA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS ILMU TARBIYAH KEGURUAN JURUSAN FISIKA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penulisan...1

BAB II... 2

PEMBAHASAN... 2

A.Pengertian Fiqh dan Ushul Fiqh...2

B. Sejarah dan Perkembangan Fiqh dan Ushul Fiqh...4

C. Objek kajian Ushul Fiqh dan Fiqh...5

D. kegunaan Ushul Fiqh dan Fiqh...6

E. Aliran-aliran Ushul Fiqh...6

BAB III... 7

PENUTUP... 7

A.Kesimpulan... 7

DAFTAR PUSTAKA... 8

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Fiqh yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi, ternyata mampu bertahan dan terus mengetahui kehidupan muslim, baik individu maupun kelompok. Ushul fiqh juga merupakan suatu ilmu yang berisikan tentang kaidah yang menjelaskan cara-cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya. Bahasan tentang kaidah-kaidah kebahasaan ini penting mengingat kedua hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan sunnah berbahasa arab, untuk membimbing mujtahid dalam memahami al-Qur’an dan sunnah sebagai landasan dalam menetapkan hukum tentu perlu mengetahui tentang lafal dan ungkapan yang terdapat pada keduanya.

Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi saw wafat, sejak saat itu sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh, meskipun ilmu tersebut belum dinamakan ushul fiqh. Perkembangan terakhir dalam penyusunan buku Ushul Fiqh lebih banyak menggabungkan kedua sistem yang dipakai dalam menyusun ushul fiqh, yaitu aliran Syafi’iyyah dan Hanafiyyah.

Keadaan seperti ini terus berlangsung dan akan terus pula diberikan jawabannya oleh ilmu fiqh terhadap problem yang muncul sebagai akibat dari perubahan sosial yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan umat islam, perkembangan lembaga tidak hanya terjadi sebagai aplikasi ajaran islam, tetapi juga timbul hanya sebagai interaksi umat islam dengan kebudayaan lain. Karena didalam kehidupan bersama diperlukan pranata yang dapat memelihara ketertiban dan ketentraman, termasuk pranata hukumnya.

B. Tujuan Penulisan

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Fiqh dan Ushul Fiqh

Fiqh itu berarti mengetahui, memahami, dan mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan. Fiqh dapat diartikan juag dengan Sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad. Pada masa ini orang yang ahli didalam Fiqh disebut dengan Faqih atau dengan menggunakan bentuk jama’ yaitu Fuqaha. Fuqaha ini termasuk dalam kategori ulama, meskipun tidak setiap ulama adalah Fuqaha. Definisi dari mazhab Hanafi, dimana fiqh diartikan dengan “Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban”.1 Definisi ini

menunjukkan Fiqh dalam arti yang snagat luas, termasuk di dalamnya masalah-masalah yang berkaitan dengan akidah yang di kalangan mazhab Hanafi disebut dengan Fiqh Akbar.

Al-Ghazali dari mazhab Syafi’i mendefinisikan Fiqh dengan “Faqih itu berarti mengetahui dan memahami, akan tetapi dalam tradisi para ulama, Faqih diartikan dengan suatu ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang tertentu bagi perbuatan para mukallaf, seperti wajib, haram, mubah (kebolehan), sunnah, makruh, sah, fasid, batal, qodla, ada’an dan yang sejenisnya.”2 Jelaslah bahwa pengertian Faqih itu berkembang. Mula-mula Faqih meliputi

keseluruhan ajaran agama, kemudian Faqih diartikan dengan ilmu tentang perbuatan mukalaf, sehingga tidak termasuk ilmu kalam dan ilmu tasawuf ,dan terakhir Faqih disempit lagi yaitu khusus hasil ijtihad para mujtahid.

Didalam Al-Qur’an tidak kurang dari 19 ayat berkaitan dengan kata Fiqh dan semuanya dalam bentuk kata kerja, seperti dalam surah at-tawbah ayat 122 yang artinya :

“Hendaklah dari tiap-tiap golongan mereka ada serombongan orang yang pergi untuk memahami (mempelajari) agama agar memberi peringatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Setelah kita mengetahui pengertian Fiqh, akan timbul pertanyaan dari mana datangnya Fiqh itu, apa sumbernya atau dalilnya, bagaimana cara beristinbat hukum sehingga

1 T.M. Hasbi Ash- Shiddieqy,op. Cit., hal.18.

(5)

menghasilkan hukum wajib, sunat, haram, makruh, dan mubah, ? Itu semua dibahas di dalam ilmu Ushul Fiqh.

Ushul itu bentuk jamak, sedang bentuk mufradnya adalah ashl, yang mengandung makna sumber atau dalil yang menjadi dasar sesuatu3 atau juga berarti yang kuat4 disebut

ilmu ushul fiqh karena ilmu ini menjadi dasar atau fondasi ilmu Fiqh. Al-Ghazali menafsirkan ushul fiqh dengan “Ilmu yang membahas tentang dalil-dalil hukum syara, dan tentang bentuk-bentuk penunjukkan dalil tadi terhadap hukum”.5

Al-Syawkani mendefinisikan ushul Fiqh dengan “Ilmu untuk mengetahui kaidah-kaidah, yang kaidah tadi bisa digunakan untuk mengeluarkan hukum syara yang berupa hukum furu’ (cabang) dari dalil-dalilnya yang terperinci”.6

Abd al-Wahab khalaf memberikan definisi ushul Fiqh yaitu : “Ilmu tentang kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasannya yang merupakan cara untuk menemukan hukum-hukum syara yang amaliah dari dalil-dalilnya yang terperinci. Atau kumpulan-kumpulan kaidah dan pembahasan yang merupakan cara untuk menemukan (mengambil) hukum syara yang amaliah dari dalil-dalilnya yang terperinci”.7

Ushul Fiqh sangat erat kaitannya dengan kemampuan seseorang sehingga seorang ushuli ( ahli ushul Fiqh) harus mempunyai tingkat kecerdasan dan pengetahuan yang tinggi karena tanpanya ushul fiqh tidak akan ada. Disamping itu, aliran ini mengakui bahwa yang namanya ma’rifah atau pengetahuan pasti berkembang.

Oleh karena itu, apabila kita mempelajari fiqh tanpa mempelajari ushul fiqh, tidak akan tahu bagaimana caranya mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya itu dan bagaimana mengembalikan hukum fiqh kepada sumber asalnya. Bagi orang yang mempersiapkan diri menjadi mujtahid, mengetahui Ushul Fiqh adalah merupakan persyaratan pokok. Bahkan kita sulit mencapai tingakatan muttabi’ tanpa mengetahui Ushul Fiqh. Pengembangan ilmu fiqh bisa hanya bisa terjadi apabila ilmu Ushul Fiqh didalami dengan sungguh-sungguh.

3Ad-Dawlabi, Muhammad Ma’ruf: Al- Madkhal ila ‘ilm ushul al-fiqh, Drul ‘ilm Malayin, Damsyik, cetakan ke-5, 1965, hal. 2

4T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, op.cit., hal. 79 5Al-Ghazali, loc.cit

6 Al-Syawkani, Muhammad bin Ali bin Muhammad, Irsyad al-fuhkl ila tahqiq al-haqq min

ilm al-ushul, Syirkah Maktabah Ahmad bin Nabhan, Surabaya, Indonesia, cetakan

pertama, tanpa tahun, hal. 3.

(6)

B. Sejarah dan Perkembangan Fiqh dan Ushul Fiqh

Dalam sejarah islam, fiqh sebagai hasil ijtihad para ulama lebih dahulu populer di kalangan umat islam dan di bukukan dalam sistem tertentu dibandingkan dengan ushul fiqh. Perumusan fiqh dilakukan setelah nabi SAW wafat, yaitu periode sahabat. Sementara ushul fiqh sebagai sebuah methode istinbath, baru tersusun sebagai salah satu bidang ilmu pada abad ke-2 Hijriah. Namun, para ahli hukum islam mengakui dalam prakteknya ushul fiqh muncul berbarengan dengan lahirnya fiqh.

Pemikiran tentang ushul fiqh telah ada pada saat perumusan fiqh. Para sahabat yang melakukan ijtihad melahirkan fiqh secara praktis mereka telah menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqh, meskipun belum tersusun dalam satu disiplin ilmu. Banyak contoh sahabat yang memiliki kemampuan menguasai ushul fiqh dan menggunakannya dalam mengistinbathkan hukum. Misalnya, Umar tidak membagikan tanah dari wilayah yang ditaklukan tentara islam demi kemaslahatan penduduk setempat.8 Umar memandang tanah tersebut tidak termasuk

harta Ghonimah yang terdapat dalam ketentuan umum firman Allah surat al-Anfal ayat 41 yang artinya :

“Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, dan ibnussabil.

Harta ghonimah yang dimkasudkan ayat tersebut adalah harta ghonimah yang dapat dipindahkan. Sedangakan daerah yang ditaklukan bukan termasuk ghonimah karena tidak dapat dipindahkan. Apabila tanah itu dibiarkan tetap berada pada tangan pemiliknya, maka dapat berguna untuk membiayai pertahanan negara dan menutupi anggaran negara melalui jizyah yang diwajibkan terhadap pemilik tanah tersebut. Disamping berijtihad dengan methode qiyas, mereka juga menggunakan metode istislah yang berlandaskan pada methode

maslahah al-mursalah, yaitu suatu kemaslahatan yang tidak ada dalil mendukung atau menolaknya, tetapi mendukung pemeliharaan tujuan syari’at. Misalnya menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf (naskah al al-Qur’an).

Pada periode tabi’in, metode istinbath ini semakin jelas dan meluas seiring dengan meluasnya daerah islam yang berimplikasi munculnya berbagai persoalan baru yang membutuhkan jawaban. Situasi ini mendorong kalangan tabi’in yang mendapatkan

(7)

pendidikan dari generasi sahabat mengkhususkan diri untuk berfatwa dan melakukan ijtihad. Pada masa ini, menurut Abu Sulaiman, terjadi perbedaan pendapat yang tajam tentang apakah fatwa sahabat dapat dijadikan sebagai hujjah (dalil hukum) dan perbedaan pendapat tentang jiwan ahli Madinah apakah dapat dipegang sebagai ijma’.9

Metode ijtihad semakin jelas lagi pada periode Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150-204 H), pendiri mazhab Syafi’i. Upaya pembukuan ini sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan keislaman saat itu. Perkembangan ilmu pengetahuan ini mulai berlangsung pada masa Harun al-Rasyidi (145 H-193 H) dan puncaknya pada masa al- ma’mun (170 H-281 H). Dalam situasi inilah imam Syafi’i tampil menyusun buku yang diberinya judul al-Kitab dan kemudian dikenal dengan sebutan al-Risalah yang berarti sepucuk surat. Munculnya kitab ini merupakan fase awal perkembangan ushul fiqh sebagai suatu disiplin ilmu.

C. Objek kajian Ushul Fiqh dan Fiqh

Objek kajian Ushul fiqh adalah dalil-dalil syara’ kulli yang melaluinya digali hukum syara’. Dalam ushul fiqh juga dibahas mengenai lafal aam, khas, mutlak, muqayyad, qathi’, zanni, amar, nahi, dan sebagainya. Ushul fiqh membahas pula jalan keluar dari dalil-dalil yang secara zahir keliatan bertentangan. Ushul fiqh mengkaji hukum-hukum syara’ yang meliputi tuntutan bertaubat, meninggalkan dan pilihan berbuat atau meninggalkan serta hal-hal yang terkait dengan syarat, sabab, mani’, sah, batal, rukhsah, azimah, hakim, mahkum fih, mahkum ‘alaih. Bahkan secara khusus persoalan ijtihad, syarat dan kriteria orang yang dapat melakukan ijtihad pun menjadi lapangan kajian Ushul fiqh.

Sedangkan objek kajian fiqh adalah semua perbuatan mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara’. Dengan kata lain, seorang faqih dalam studinya akan membahas tentang seluk beluk hukum sholat, puasa, haji, zakat, jual beli, sewa menyewa, pernikahan, waris, wakaf, jinayat dan hukum-hukum lain yang ada hubungannya dengan tindakan mukallaf.

D. kegunaan Ushul Fiqh dan Fiqh

Kegunaan utama ushul fiqh adalah untuk mengetahui kaidah-kaidah yang bersifat kulli (umum) dan teori-teori yang terkait dengannya untuk diterapkan pada dalil-dalil tafsili

(terperinci) sehinggan dapat diistinbathkan hukum syara’ yang di tunjukkannya. Dengan

(8)

ushul fiqh dapat dapat dicarikan jalan keluar menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatan bertentangan satu sama lain.

Sementara kegunaan utama fiqh untuk dapat menerapkan hukum syara’ terhadap segala perbuatan dan perkataaan mukallaf. Fiqh hukum syara’ terhadap segala perbuatan dan perkataaan mukallaf. Fiqh merupakan rujukan bagi hakim dalam menetapakan putusannya dan menjadi pedoman bagi mufti dalam mengeluarkan fatwa. Bahkan fiqh menjadi petunjuk berharaga bagi setiap mukallaf dalam menetapkan hukum perkataan dan perbuatannya sehari-hari.

E. Aliran-aliran Ushul Fiqh

Dalam sejarah perkembangan ushul fiqh dikenal tiga aliaran yang berbeda yaitu :

1. Aliran Syafi’iyyah atau sering dikenal pula dengan sebutan aliran Mutakallimin (ahli kalam).

2. Aliran Hanafiyyah yang bnyak dianut oleh ulama mazhab Hanafi. Dalam menyusun ushul fiqh, aliran ini banyak mempertimbangkan masalah-masalah furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka.

(9)

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Fiqh adalah Sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalilnya yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad. Sedangkan Ushul fiqh adalah ilmu kaidah-kaidah dan pembahasan-pembahasannya yang merupakan cara untuk menemukan hukum-hukum syara yang amaliah dari dalil-dalilnya yang terperinci. Ushul fiqh mengkaji hukum-hukum syara’ yang meliputi tuntunan berbuat, meninggalkan. Kajian Fiqh adalah semua perbuataan mukallaf yang berkaitan dengan hukum syara’, yang membahas tentang seluk beluk hukum-hukum islam dan yang ada hubungannya dengan tindakan mukallaf.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Djazuli. 2006. Ilmu Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Referensi

Dokumen terkait

Sasaran utama program PKM ini adalah warga Kelurahan Lengkongsari Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya yang mendapat bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) yang merupakan

Yang dipanggil untuk menerima Anugerah Swara Kencana Award tahun 2011 adalah utusan pemenang (juara) pertama dari masing-masing jenis kompetisi dengan biaya

Sedikitnya jumlah kader aktif pasca LK1 Ini disebabkan oleh kebingungan yang disebabkan karena minimnya saluran organisasi yang tersedia di HMI Cabang Jakarta

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Record reservation manually is not effective as the reservation need time and money for come to

Dari hasil pengamatan F1 dan F1 Resiprokal pada persilangan Anjasmoro dan Detam II, menunjukkan data yang berbeda nyata pada karakter umur berbunga, tinggi

Hasil penelitian diperoleh 19 individu terpilih pada turunan F 4 yang berumur genjah dan berproduksi tinggi dan Nilai duga heritabilitas pada generasi F 4

Berdasarkan analisis SWOT, alternatif strategi pengembangannya adalah: (1) Mengaplikasikan Teknologi Budidaya dengan CBIB (Cara Budidaya Ikan Baik), (2) Pembenihan

bahwa mengacu ketentuan tersebut di atas, agar pelaksanaan ad- ministrasi akademik dapat berjalan secara efektif dan efisien maka dipandang perlu memberikan kuasa