• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI BUDAYA PADA SANGJIT UPACARA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA (SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI BUDAYA PADA SANGJIT UPACARA ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA (SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI BUDAYA PADA

SANGJIT UPACARA ADAT PERNIKAHAN

MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA

(Sebuah Kajian Semiotik)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

FRANSISKA WULANDARI GULTOM

NIM 2112210003

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmatNya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini diajukan

untuk memenuhi gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Makna Simbolik dan Nilai Budaya pada

Sangjit Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Etnis Tionghoa”. Penulis menyadari

bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan Skripsi ini.

Selama penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan yang

bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan sehingga Skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Ucapan terimakasih ini

penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Muhammad Surip, S.Pd., M.Si. Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

5. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi.

6. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd. Dosen Pembimbing Akademik .

(7)

8. Drs. M. Joharis, M.Pd. Dosen Penguji II.

9. Seluruh Dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh Staff

Pegawai di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

10.Keluarga penulis, kepada orang tua penulis, Tiwa Sibuea dan Marlon Gultom,

dan adik penulis, Shinta Bella Gultom.

11.Terimakasih yang spesial kepada Josua Sigalingging yang sering menemani

dan memberikan dukungan untuk penulis.

12.Kepada saudara seangkatan terbaik Sau Misbah Hasanah Lubis.

13.Terimakasih kepada Wiwik Utami Sitorus, Rafika Citra Simamora, Delima

Simangunsong, Ristia Ulfa, Iren Siska Rajagukguk dan teman-teman

seangkatan, Sastra Indonesia 2011.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada kita dan

semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dalam khasanah

ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2015

Penulis,

(8)

ABSTRAK

Fransiska Wulandari Gultom, NIM 2112210003. Analisis Makna Simbolik dan Nilai Budaya pada Sangjit Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Etnis Tionghoa. Skripsi. Medan. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana makna dari perlengkapan yang disimbolkan dalam Sangjit upacara adat pernikahan masyarakat Tionghoa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi dan wawancara mendalam. Hasil yang diperoleh dari analisis makna simbolik pada Sangjit upacara adat pernikahan masyarakat Tionghoa tersebut diketahui proses tuturan yang terjadi pada saat berlangsungnya Sangjit memiliki makna beragam yang berhubungan dengan kebudayaan Tionghoa. Dalam tuturan yang disampaikan oleh keluarga calon pengantin terdapat makna sosial, makna penghormatan terhadap leluhur dan makna kekerabatan yang sangat penting dalam budaya Tionghoa. Perlengkapan yang disimbolkan dalam Sangjit memiliki makna yang berhubungan dengan budaya Tionghoa, diantaranya simbol dari tanggung jawab, ucapan terimakasih, kesehatan, kemakmuran, keberuntungan, keharmonisan, kehidupan yang manis, panjang umur, memiliki keturunan yang baik, kerukunan, dan kebehagiaan. Seluruh makna simbolik dari perlengkapan yang ada pada Sangjit tersebut diharapkan akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga pengantin kelak. Selain perlengkapan tersebut memiliki makna, di dalamnya juga tersimpan nilai budaya Tionghoa Ren (cinta kasih), Gie/Yi (kebenaran), Lee/Li (kesusilaan), Sin/Xin (kejujuran) dan Ti (kebijaksanaan) yang dijadikan sebagai pilar hidup bagi masyarakat Tionghoa.

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... ... 9

A. Landasan Teoretis ... 9

1. Makna Simbol ... 9

a. Denotasi ... 12

b. Konotasi ... 12

(10)

3. Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Etnis Tionghoa ... 15

4. Sangjit ... 19

a. Pengertian Sangjit ... 19

b. Tata Cara Prosesi Sangjit ... 20

c. Barang-Barang Seserahan Sangjit ... 21

5. Nilai Budaya Tionghoa ... 24

a. Jien/Ren (Cinta Kasih) ... 24

b. Gie/Yi (Kebenaran) ... 25

c. Lee/Li (Kesusilaan) ... 25

d. Sin/Xin (Kejujuran) ... 26

e. Ti (Kebijaksanaan) ... 26

B. Kerangka Konseptual ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Tempat dan Lokasi Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 29

C. Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Contoh Tabel Analisis Makna Simbolik ... 33

Tabel 3.2 Contoh Tabel Analisis Nilai Budaya ... 34

Tabel 4.1 Makna Simbolik Perlengkapan Sangjit ... 44

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan

bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara

bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak

dapat dipisahkan. Bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan, sehingga segala

hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Koentjaraningrat

(dalam Abdul Chaer, 2010: 23) mengatakan bahasa merupakan bagian dari

kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan

yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

Bahasa pada dasarnya merupakan sesuatu yang khas dimiliki oleh manusia

(Aminuddin, 2003: 17). Manusia sebagai animal symbolicium, yakni makhluk

yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dan memberi arti serta

mengisi kehidupannya. Keberadaan manusia animal symbolicium lebih berarti

daripada keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir, karena tanpa adanya

simbol, manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Selain

itu, dengan adanya simbol itu juga memungkinkan manusia tidak hanya sekedar

berpikir, melainkan juga untuk mendapatkan kontak dengan realitas kehidupan di

luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia.

Bahasa berperan antara lain dalam membentuk pengalaman sehubungan

(14)

2

menyertai dan membentuk proses berpikir, berperan dalam mengolah gagasan dan

menjadi alat penyampai gagasan lewat kegiatan komunikasi.

Terlepas dari penggunaan simbol kebahasaan, terdapat banyak makna

yang diperoleh dari sebuah simbol yang digunakan dalam komunikasi manusia.

Termasuk di dalamnya simbol yang terdapat dalam setiap tradisi maupun

upacara-upacara setiap etnis ataupun suku bangsa yang ada di Indonesia.

Upacara adat merupakan salah satu budaya dalam masyarakat yang

memiliki peranan penting dalam mengatur kehidupan masyarakat. Tak terkecuali

upacara adat dalam pernikahan. Upacara adat pernikahan memiliki banyak ragam

dan variasi dari suku bangsa, agama, budaya maupun kelas sosial. Penggunaan

adat atau aturan tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan ataupun hukum

agama tertentu pula. Hal ini dikerenakan dalam upacara adat tersebut merupakan

suatu upacara yang harus dilakukan oleh masyarakat sesuai aturan-aturan adat

yang ada di dalam masyarakat tersebut.

Upacara pernikahan tidaklah dilakukan secara seragam di semua tempat,

tetapi terdapat berbagai variasi dari setiap etnis ataupun suku yang memiliki adat

istiadat berbeda. Upacara adat pernikahan dengan segala keperluan yang ada di

dalamnya, merupakan simbol-simbol atau lambang dalam pengungkapan pesan

dan ajaran. Di sisi lain, bahasa yang digunakan dalam upacara-upacara adat

memiliki bentuk, makna dan fungsi yang berbeda dengan bahasa yang digunakan

dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa-bahasa yang ada pada upacara adat

(15)

3

Tidak jauh berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam tradisi

pernikahan adat Tionghoa di Indonesia. Umumnya mereka menggunakan bahasa

suku mereka sendiri, tentunya bahasa yang mereka tuturkan dalam upacara adat

mereka tidak sembarangan, di dalamnya terdapat nilai sakral yang tidak boleh

dipandang sebelah mata.

Budaya Tionghoa telah lama berdiam di Indonesia, leluhur orang

Tionghoa bermigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui

kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia,

bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan

dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di nusantara telah

berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Bahasa

Indonesia banyak memuat kata-kata serapan dari bahasa Tionghoa. Contoh bahasa

Indonesia yang diserap dari bahasa Tionghoa sering kita gunakan namun tidak

kita sadari, yakni Teh, Tahu, Kecap, Bakmi, Bakso, Sate, Soto, Sampan, Mihun,

Misoa, Kuli, Bakwan. Bahkan salah satu nama kota di Indonesia berasal dari

bahasa Tionghoa, yaitu Tangerang.

Menurut Profesor Kong Yuaanzhi terdapat 1046 kata pinjaman bahasa

Tionghoa yang memperkaya bahasa Melayu atau Indonesia dan 233 kata

pinjaman Bahasa Indonesia kedalam Bahasa Tiong Hoa. Misalnya jenis alas kaki

dari kayu Bakiak, kodok, asal dari nama Kauw Tok, Kap Toa menjadi Ketua.

Masyarakat Tionghoa memiliki adat istiadat secara turun temurun. Seiring

dengan perkembangan zaman, kedudukan budaya dalam pola masyarakat

(16)

4

tidak berpengaruh dalam eksistensi nilai-nilai budaya di dalamnya. Nilai-nilai

kebudayaan yang dimaksud tentu memiliki makna yang menuju pada tatanan

masyarakat. Budaya Tionghoa dilihat dari adat pernikahan memiliki makna yang

bernilai, dilihat dari tata cara pelaksanaannya yang tidak terlepas dari segi nilai

budaya yang tersirat maupun makna yang terdapat dalam tuturan yang digunakan.

Tionghoa, atau Huaren atau Orang Tionghoa adalah sebutan di Indonesia

untuk orang-orang dari suku atau bangsa Tiongkok. Di Indonesia, warga negara

keturunan Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di Indonesia, maka tidak

heran kebudayaan Tionghoa banyak dikenal luas. Pada era modern ini, sebagian

besar dari masyarakat Tionghoa masih melestarikan beberapa tradisi dan budaya

mereka. Tradisi dan budaya tersebut diwariskan turun temurun oleh leluhur

mereka.

Bagi suku Tionghoa yang memiliki adat dan budaya, pernikahan

merupakan satu hal yang sangat penting bagi kehidupannya, sekaligus terdapat

nilai sakral di dalamnya. Sebagai salah satu produk budaya, simbol benda-benda

yang digunakan dalam adat perkawinan merupakan bentuk pengungkapan yang

pada prinsipnya bertujuan untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaan

masyarakat yang tumbuh dan bekembang dari waktu ke waktu.

Seserahan dalam budaya upacara adat pernikahan etnis Tionghoa dikenal

dengan istilah Sangjit. Merupakan tradisi hantaran/ seserahan dalam upacara adat

pernikahan Tionghoa yang berisi aneka buah dan jumlahnya harus genap. Tentu

(17)

5

dalamnya terdapat simbol yang sarat akan makna dan memiliki nilai budaya yang

sangat berharga untuk dipahami.

Berbicara mengenai simbol maka erat kaitannya dengan makna karena

tindakan-tindakan simbolik bermaksud untuk menyederhanakan suatu yang punya

makna yaitu apa yang oleh simbol tersebut harus dicari melalui intrepertasi

terhadapnya. Dengan demikian kebudayaan manusia sarat dengan simbol-simbol

baik itu dalam tingkat perbuatan atau gagasan-gagasan, manusia memakai

ungkapan simbol ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri manusia yang jelas

membedakannya dengan makhluk hidup lain. Selain itu, dalam upacara adat

pernikahan masyarakat Tionghoa memiliki tuturan yang bermakna yang berbeda

dengan tuturan yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Tuturan yang

terucap disertai dengan penggunaan simbol-simbol pada Sangjit ini tentunya

memiliki pesan dan harapan yang tersirat untuk pernikahan kedua calon

mempelai.

Berkaitan dengan simbol pada Sangjit upacara adat pernikahan masyarakat

etnis Tionghoa yang kaya akan makna dan pesan yang terkandung, maka yang

akan menjadi perhatian peneliti di sini adalah segi semiotikanya, dimana

semiotika sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda di dalam

fenomena kebudayaan mempunyai cakupan yang sangat luas, dimana selama

unsur-unsur kebudayaan terdapat makna tertentu, maka ia adalah sebuah tanda

dan dapat menjadi kajian semiotik. Dalam suatu kajiian semiotik, tanda-tanda

(18)

6

Terkait dengan tanda tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti simbol pada

Sangjit upacara adat pernikahan masyarakat etnis Tionghoa dalam studi semiotika

dan nilai budaya yang terdapat di dalam tradisi Sangjit. Untuk mengetahui makna

dari tanda yang terdapat pada Sangjit upacara adat pernikahan etnis Tionghoa

tersebut. Dan berharap penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang

tradisi pernikahan masyarakat Tionghoa, makna dari setiap simbol maupun

tuturan dan nilai budaya yang terdapat dalam Sangjit upacara adat pernikahan

masyarakat etnis Tionghoa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian berjudul: “Analisis Makna Simbolik dan Nilai Budaya Pada

Sangjit Upacara Adat Pernikahan Masyarakat Etnis Tionghoa (Kajian Semiotik)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya makna yang terdapat dalam tuturan pada Sangjit upacara adat

pernikahan masyarakat etnis Tionghoa.

2. Adanya interpretasi makna yang berbeda-beda dari setiap perlengkapan

yang disimbolkan dalam Sangjit upacara adat pernikahan etnis Tionghoa.

3. Adanya interpretasi nilai budaya yang berbeda-beda di dalam Sangjit

upacara adat pernikahan masyarakat Tionghoa pada setiap perlengkapan

(19)

7

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup yang dapat dikaji dalam penelitian ini,

maka perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian. Masalah yang diteliti

dalam penelitian yang berjudul “Analisis Makna Simbolik dan Nilai Budaya Pada

“Sangjit” Upacara Adat Pernikahan Etnis Tionghoa” adalah: Makna dari

Perlengkapan Sangjit yang disimbolkan, Proses tuturan di dalam Sangjit yang

Menghasilkan Makna dan Nilai Budaya dalam Sangjit.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, masalah yang harus dijawab dalam

penelitian ini dapat dirumuskan menjadi:

1. Makna apakah yang terdapat dalam tuturan pada Sangjit upacara adat

pernikahan etnis Tionghoa?

2. Makna apakah yang disimbolkan dalam perlengkapan Sangjit upacara adat

pernikahan masyarakat etnis Tionghoa?

3. Bagaimana nilai budaya yang tersirat dalam Sangjit upacara adat

pernikahan etnis Tionghoa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Mendeskripsikan makna dan pesan yang terdapat dalam proses tuturan

(20)

8

2. Untuk mengetahui makna dari perlengkapan yang disimbolkan dalam

Sangjit upacara adat pernikahan etnis Tionghoa.

3. Untuk mengetahui bagaimana nilai budaya dari perlengkapan yang

disimbolkan dalam Sangjit upacara adat pernikahan masyarakat Tionghoa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa setiap tradisi

yang dijalankan memiliki fungsi dan makna tersendiri, dan harus tetap

kita lestarikan.

b. Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi peneliti lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Menjaga eksistensi sekaligus sebagai pelestarian budaya masyarakat

etnis Tionghoa.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat agar menjaga dan

(21)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis makna simbolik dan nilai budaya pada Sangjit

upacara adat pernikahan masyarakat etnis Tionghoa, bahwa masyarakat tersebut

memegang teguh adat kebiasaan mereka tentang naluri dan kebiasaan yang telah

diwariskan secara turun temurun.

Tradisi yang dijalankan memiliki makna tersendiri dan dijalankan dengan

khidmat. Menyimak tradisi yang telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa, disini

penulis menemukan beberapa kesimpulan:

1. Sangjit merupakan salah satu tradisi dari budaya masyarakat Tionghoa yang

masih digunakan oleh masyarakat Tionghoa, meskipun tidak sekompleks

dahulu. Sangjit adalah salah satu prosesi pernikahan dalam budaya Tionghoa.

Sangjit yang berarti proses seserahan yaitu proses kelanjutan lamaran dari

mempelai pria. Dalam tuturan Sangjit terdapat makna seperti makna sosial,

makna penghormatan terhadap leluhur, dan makna kekerabatan yang sangat

erat kaitannya dengan hubungan sosial masyarakat Tionghoa itu sendiri.

2. Perlengkapan yang disimbolkan di dalam Sangjit memiliki makna simbolik

yang berbeda-beda, dari seluruh perlengkapan tersebut dijadikan sebagai doa

dan harapan akan terjadinya hal-hal seperti yang disimbolkan ke dalam

kehidupan rumah tangga pasangan pengantin kelak.

3. Pada setiap perlengkapan yang disimbolkan di dalam Sangjit memiliki nilai

(22)

67

Gie/Yi (kebenaran), Lee/Li (kesusilaan), Sin/Xin (kejujuran) dan Ti

(kebijaksanaan).

B. Saran

1. Penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

dengan kajian yang lebih mendalam agar hasil saat ini dapat lebih

berkembang.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. H dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Aminuddin. 1998. Semantik. Bandung: Sinar Baru.

Barthes, Roland. 2012. Elemen-Elemen Semiologi. Jakarta: IRCiSoD

Benny, H. Hoed. 2007. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Bandung:PT. Rineka Adi Tama

Dilistone, William. 2001. Daya Kekuatan Simbol. Yogyakarta. Kanisius.

Koentjaraningrat, 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan.

Littlejohn, Stephen W, 2009 . Teori Komunikasi Theories of Human Communication edisi 9. Jakarta. Salemba Humanika.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakaryam.

Rahardi. M. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar Media

Suliyati, Titiek. 2014. Adat Perkawinan Masyarakat Tionghoa di Pecinan Semarang. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.

Sarwano, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta. Jalasutra.

(24)

RIWAYAT HIDUP

Fransiska Wulandari Gultom, lahir di Pematang Siantar 30 Juli 1994. Putri

sulung dari dua bersaudara ini merupakan anak dari pasangan Ibu Tiwa Sibuea dan Bapak Marlon Gultom. Beliau mengakhiri pendidikannya dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 122348 Kota Pematang Siantar. Setelah itu ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke Sekolah Menengah Pertama tepatnya di SMP Swasta Erlangga Pematang Siantar. Kemudian lanjut ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Pematang Siantar. Kini telah menyelesaikan studi S-1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed) dengan judul skripsi “Analisis

Makna Simbolik dan Nilai Budaya Pada Sangjit Upacara Adat Pernikahan Etnis

Gambar

Tabel 3.1 Contoh Tabel Analisis Makna Simbolik .........................................

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan makna simbolik tari Andun dalam upacara adat perkawinan pada masyarakat kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul MAKNA SIMBOLIK DALAM PEMBERIAN ULOS PADA PERKAWINAN ADAT BATAK TOBA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK.. Penulis

Simbol yang dimaksud dalam upacara perkawinan adat Batak Toba.. ialah pada saat

Dengan demikian, hasil penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui makna komponen komunikasi dalam upacara Teh Pai yang dijalankan oleh masyarakat Tionghoa suku Hakka

Penelitian ini membahas tentang makna simbolik dalam pernikahan adat Jawa di Desa Mahato Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Pernikahan bagi masyarakat Jawa

Nurcahaya (2007) dalam skripsi yang berjudul “ Tuturan pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak T oba” mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat

Dari ulasan tentang makna-makna simbolik yang terkandung dalam bagian- bagian prosesi upacara adat Sedekah Laut di Desa Tanjungan Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang

Universitas Muhammadiyah Pruworejo, Vol.. menyaksikan upacara tersebut, penulis baru bisa memberikan kesimpulan bahwa upacara tersebut adalah upacara adat pernikahan