• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN

KOTA KENDARI

(2)

LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN

KOTA KENDARI

Desember 2017

Laporan ini dibuat dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari laporan ini merupakan sepenunya tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan pemerintah Amerika Serikat ataupun USAID.

TIM PENYUSUN

Disusun oleh Tim Inti Penilaian Ketangguhan Kota Kendari dan POKJA API PRB Kota Kendari

Anggota Safril Kasim, SP. MES dari Fakultas Kehutanan, Universitas

Haluoleo, Husnawati dari Rumpun Perempuan, Imran Tumora dari Lembaga TERAS, Guni Armini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari, Zainal A. Ishaq dari AJI Kendari, Cheiriel sebagai notulis

(3)
(4)

DAFTAR ISI

PROGRAM USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN ... i

Bab 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... 2

1.3. Konsep Pembangunan Kota Kendari ... 2

1.4. Pendekatan (Metode) Penilaian Ketangguhan Kota Kendari ... 10

Bab 2. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI ... 14

2.1. LETAK DAN LUAS WILAYAH ... 14

2.2. POTENSI WILAYAH KOTA KENDARI ... 17

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI ... 19

2.4. DATA PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN POTENSI EKONOMI ... 25

2.5. DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS ... 28

2.6. PROFIL KERENTANAN KOTA KENDARI ... 37

Bab 3. HASIL PENGUKURAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI ... 50

3.1. GAMBARAN PENGUKURAN ... 50

3.2. PENGUKURAN LEVEL 0 ... 50

3.3. HASIL ANALISIS PENILAIN KOTA TANGGUH (10 LANGKAH MENDASAR) ... 51

3.4. HASIL PENGUKURAN KAPASITAS KETANGGUHAN KOTA 71 INDIKATOR... 78

Bab 4. REKOMENDASI HASIL PENGUKURAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI ... 112

(5)

Daftar Tabel

Tabel 1: Luas Area Administratif Kota Kendari... 14

Tabel 2: Penduduk dan Kepala Keluarga Kota Kendari menurut Kecamatan, BPS tahun 2016... 19

Tabel 3: Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari tahun 2016 ... 20

Tabel 4: Jumlah rumah tangga miskin dan individu, menurut status kesejahteraan *) ... 20

Tabel 5: Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan ... 21

Tabel 6: Persebaran Penduduk Kota Kendari tahun 2016 ... 21

Tabel 7: Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya selama 5 tahun Terakhir tahun 2016 ... 23

Tabel 8: Jumlah Penduduk 5 tahun Kedepan ... 24

Tabel 9 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Kendari 2011-2015 ... 25

Tabel 10: PDRB per kapita menurut Lapangan Usaha Kota Kendari 2012—2016... 27

Tabel 11: Luas dan Jenis Tanah di Kota Kendari tahun 2016 ... 35

Tabel 12: Kondisi Klimatologi Kota Kendari tahun 2016 ... 37

Tabel 13 Hasil Tabulasi Data Kejadian Bencana Kota Kendari 1999—2016... 37

Tabel 14 Jenis dan Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari 1999-2016 ... 38

Tabel 15: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016 ... 39

Tabel 16: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016 ... 40

Tabel 17: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016 ... 41

Tabel 18: Sebaran Daerah Sangat Rawan Longsor Kota Kendari berdasarkan Kemiringan, Jenis Tanah, dan Penggunaan Lahan tahun 2016(* ... 43

Tabel 19: Sebaran Daerah Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan di Kota Kendari, Tahun 2016. (BPBD) ... 43

Tabel 20: Sebaran Daerah Rawan Banjir /Genangan berdasarkan Sejarah(* ... 45

Tabel 21: Sebaran Daerah Potensi Rawan Banjir di Kota Kendari, Tahun 2016(* ... 46

Tabel 22: Hasil Pengukuran Level 0 Ketangguhan Daerah Kota Kendari ... 51

Tabel 23 Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Kendari ... 79

Tabel 24 Hasil Penilaian Pengkajian Risiko Dan PerencanaanTerpadu ... 83

Tabel 25 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik ... 86

Tabel 26 Hasil Penilaian Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana ... 91

Tabel 27 Hasil Penilaian Peningkatan Efektifitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana ... 94

Tabel 28 Hasil Penilaian Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana ... 99

Tabel 29 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana ... 106

(6)

Daftar Gambar

Gambar 1 Peta Administrasi Kota Kendari ... 16

Gambar 2: Proyeksi Penduduk Kota Kendari tahun 2015-2019... 25

Gambar 3: Inflasi Kota Kendari 2012—2016 ... 26

Gambar 4: Data Inflasi menurut bulan dan tahun Kota Kendari 2016 ... 26

Gambar 5: Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari 2011-2016 ... 27

Gambar 6: Peta Kemiringan Lahan 2016 ... 29

Gambar 7: Peta Geohidrologi Kendari tahun 2016 ... 31

Gambar 8 Peta Geologi Kota Kendari tahun 2016 ... 32

Gambar 9: Peta Jenis Tanah Kota Kendari tahun 2016 ... 35

Gambar 10: Grafik Jenis Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari 1999-2016 ... 39

Gambar 11: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016 ... 40

Gambar 12: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016... 41

Gambar 13: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari 1999-2016... 42

Gambar 14: Peta Rawan Bencana Longsor Kota Kendari Tahun 2016 ... 45

Gambar 15: Peta Kawasan Bencana Banjir Kota Kendari ... 47

Gambar 16: Hasil Penilaian Kapasitas Organisasi dan Koordinasi Pemangku Kepentingan Kota Kendari ... 53

Gambar 17: Mengindentifikasi, memahami dan menggunakan scenario risiko saat ini dan masa mendatang .. 56

Gambar 18: Langkah Mendasar 3 ... 58

Gambar 19: Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Tangguh ... 61

Gambar 20: Melindugi Penyangga Alami untuk Menigkatkan Fungsi Perlindungan oleh Ekosistem ... 63

Gambar 21: Grafik Langkah Mendasar 6 ... 65

Gambar 22: Hasil Penilaian Memahami Dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat Untuk Mewujudkan Ketangguhan ... 68

Gambar 23 Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur ... 71

Gambar 24 Hasil Penilaian Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana ... 73

(7)

AKRONIM

APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

API Adaptasi Perubahan Iklim

BABS Buang Air Besar Sembarangan

Bahteramas Bebas Biaya Operasinal Sekolah

Bappeda Badan Perencanaan Daerah

Basarnas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan

BASARNAS Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan

BBWS Balai Besar Wilayah Sungai

BLUD Badan Layanan Umum Daerah

BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BPDAS Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

BPKAD Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Bulog Badan Urusan Logistik

BWS Balai Wilayah Sungai

CSR Corporate Social Responsibility

Damkar Pemadam Kebakaran

DAS Daerah Aliran Sungai

DKP Dinas Kebersihan dan Pertamanan

DKP Dinas Kelautan Dan Perikanan

DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

FGD Focus Group Discussion

FKDM Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat

FPK Forum Pembauran Kebangsaaan

IHK Indeks Harga Konsumen

Jakstrada Kebijakan Dan Strategi Daerah

Jamkesda Jaminan Kesehatan Daerah

Jampersal Jaminan Persalinan

K3 Kesehatan Keselamatan Kerja

Kalaksa Kepala Pelaksana

KARLAHUT Kebakaran Lahan Dan Hutan

Kerangka Sendai The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction

KK Kepala Keluarga

KLHK Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

Musrembang Musyawarah Perencanaan Pembangunan

OPD Organisasi Perangkat Daerah

OPD Organisasi Perangkat Daerah

ORARI Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia

PAD Pendapatan Asli Daerah

PB Penanggulangan Bencana

PDAM Perusahaan Daerah Air Mineral

PDRB Produk Domestik Regional Bruto

Perka Peraturan Kepala

(8)

PLN Perusahaan Listrik Negara

PMI Palang Merah Indonesia

PMI Palang Merah Indonesia

PMR Palang Merang Remaja

Polres Kepolisian Resor

PPS Pelabuhan Perikanan Samudra

PRB Pengurangan Risiko Bencana

PU Pekerjaan Umum

Pusdalop Pusat Pengendalian Operasional

PWKSS Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat

Sejahtera

Ranperda Rancangan Peraturan Daerah

RAPI Radio Antar Penduduk Indonesia

RENASPB Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana

Renstra Rencana Strategi

RKA Rencana Kerja Dan Anggaran

RPB Rencana Penanggulangan Bencana

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJMN Rencana Pemabangunan Jangka Menengah Nasional

RPKP Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan

RTH Ruang Terbuka Hijau

RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

RW Rukun Warga

SAR Search And Rescue

SD Sekolah Dasar

SDGs Sustainable Development Goals

Sekda Sekretaris Daerah

SK Surat Keputusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah

SKTD Sistem Komando Tanggap Darurat

SMAB Sekolah dan Madrasah Aman Bencana

SMP Sekolah Menengah Pertama

SOP Standard Operational Procedure

Tahura Taman Hutan Raya

TNI Tentara Nasional Indonesia

ToF Training of Fasilitator

TRC Tim Reaksi Cepat

TRC Tim Reaksi Cepat

(9)
(10)
(11)

Bab 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, daerah diberi peluang seluas-luasnya untuk melaksanakan aktivitas pembangunan di berbagai sektor kehidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kawasan perkotaan di Indonesia, selain telah menghasilkan kemajuan ekonomi dan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, juga menimbulkan dampak negatif, antara lain semakin tingginya angka urbanisasi, menurunnya kuaitas lingkungan hidup perkotaan dan tingginya angka kemiskinan. Masalah-masalah tersebut telah menyebabkan kenyamanan kawasan perkotaan sebagai ruang hidup dan beraktivitas bagi masyarakat menjadi terganggu.

Kondisi ini semakin diperparah dengan potensi perubahan iklim global yang memicu peningkatan frekuensi dan intensitas bencana-bencana terkait iklim seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang ekstrem dan abrasi pantai. Masyarakat miskin perkotaan adalah kelompok masyarakat yang memiliki tingkat keterpaparan yang tinggi dan seringkali terpapar beberapa ancaman sekaligus. Dalam konteks ini,kota-kota di Indonesia perlu mengembangkan suatu pendekatan pembangunan perkotaan yang mengutamakan peningkatan ketahanan kota dalam menghadapi berbagai kejadian bencana yang semakin sering terjadi.

Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu kota yang memiliki potensi bencana geologi dan hidrometereologi yang cukup tinggi. Beberapa bencana tersebut antara lain: gempa bumi, cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir, gelombang ekstrem dan abrasi. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memperkuat ketangguhan kota dalam rangka pengurangan risiko bencana perlu dirumuskan sejak dini.

Upaya-upaya pengurangan risiko bencana perlu dikoordinasikan secara multipihak, baik dalam bentuk peningkatan kapasitas sumber daya dari seluruh pemangku kepentingan maupun dalam bentuk upaya pengurangan kerentanan sosial-budaya, ekonomi, fisik, dan lingkungan. Untuk itu, diambil langkah strategis oleh pemerintah dan masyarakat Kota Kendari dengan mengupayakan Penilaian Kota Tangguh.

(12)

mengukur tingkat ketangguhan kota dalam menghadapi bencana. Perangkat pengukuran dan penilaian Ketangguhan Bencana Pemerintah Daerah dikembangkan berdasarkan konsep “Sepuluh Langkah Mendasar” dalam membangun Kota Tangguh atau yang dikenal dengan scorecard yang diturunkan dari Kerangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Global dan 71 Indikator Kapasitas Penanggulangan Bencana Daerah yang diturunkan dari Rencana Pemabangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana (RENASPB) 2015—2019.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan Penilaian Kota Tangguh adalah sebagai berikut:

1. Membantu pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menilai kebutuhan dan kapasitas mereka saat ini dan di masa mendatang, 2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan untuk menyusun

strategi-strategi dan tujuan-tujuan besar bersama,

3. Membangun satu pemahaman holistik tentang status kota termasuk hubungan mereka satu sama lain, dan

4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan meningkatkan ketangguhan kota untuk bisa menghasilkan solusi-solusi yang menjawab berbagai tantangan dan masalah kota.

1.3. Konsep Pembangunan Kota Kendari

Konsep pembangunan berkelanjutan diyakini menjadi konsep alternatif pembangunan kawasan perkotaan yang dapat meningkatkan ketangguhan kota dalam mengantisipasi berbagai bencana. Pembangunan kota berkelanjutan akan menekankan pada keseimbangan aspek ekologi (lingkungan), aspek ekonomi dan aspek sosial sebagai tiga pilar mendasar pembangunan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur dan sektor ekonomi perkotaan memerlukan kajian-kajian yang mendasar tentang dampak lingkungan dan pertimbangan- pertimbangan sosial sehingga kemajuan sektor ekonomi tidak menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan perkotaan dan menimbulkan kenyamanan pada tingkat masyarakat.

Konsep pembangunan kota yang menekankan keseimbangan aspek ekologi dan ekonomi dalam rangka mewujudkan ketangguhan kota memerlukan analisis yang menyeluruh dan mendalam tentang risiko-risiko bencana yang mengancam kota. baik risiko terhadap warga yang rentan bencana dan aset-aset vital milik kota yang terpapar ancaman maupun terhadap risiko terhadap ekosistem perkotaan secara menyeluruh. Dalam konteks ini, maka tujuan pembangunan perkotaan ditumpukan pada upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat kota, meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan dan meningkatkan ketangguhan dari berbagai ancaman bahaya. Upaya-upaya ini dikenal sebagai

(13)

dan pulih dari kejadian bencana dalam tenggang waktu dan upaya efisien, termasuk pelestarian dan restorasi bangunan dan fasilitas-fasilitas penting. Secara umum, ketangguhan merupakan kemampuan untuk memantulkan kembali sebuah guncangan. Berdasarkan dari sudut pandang bencana alam dan perubahan iklim, ketangguhan dipandang sebagai kemampuan pemulihan secara cepat setelah terjadi bencana.

Kota tangguh disiapkan untuk bertahan dan pulih dari guncangan atau tekanan ketika fungsi-fungsi penting, struktur, identitas, dan kemampuan beradaptasi dan berkembang menghadapi perubahan yang dinamis. Kota yang tangguh adalah suatu kemampuan sistem perkotaan, dengan segala unsur jaringan sosio-ekologis dan sosio-teknis terhadap skala temporal dan spasial untuk dapat mengelola, bertahan, atau kembali dengan cepat, ketika menghadapi bencana, untuk beradaptasi dengan perubahan, dan secara cepat mengubah system yang memiliki keterbatasan mampu beradaptasi baik sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Dengan demikian, kota tangguh diartikan sebagai kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri dari akibat dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan efisien, namun tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya.

Upaya mewujudkan kota-kota tangguh di Indonesia sudah menjadi komitmen dan tujuan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Di dalam dokumen

Sustainable Development Goals (SDGs), upaya mewujudkan kota tangguh

masuk dalam target ke sebelas, yaitu “membangun kota dan tempat tinggal yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan”. Institusionalisasi target ini telah dijabarkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019 serta target global kedua dalam kerangka PRB.

Kerangka Sendai (The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction) menjadi acuan bagi seluruh kerangka khususnya dalam PRB. Perubahan yang semakin cepat dalam pemahaman kerangka manajemen bencana mulai dari kegiatan tanggap darurat, kesiapsiagaan hingga sampai pada pengarusutamaan PRB dalam pembangunan menjadi catatan penting pada kerja-kerja dalam penangangan bencana.

Kerangka Sendai dijadikan rujukan dalam program dan kegiatan PRB di Indonesia yang kemudian diatur pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019 dan Rencana Nasional

Penanggulangan Bencana (RenasPB) 2015—2019. Pada dasarnya sebagian besar dokumen nasional terkait PRB sudah selaras dengan Kerangka Sendai karena dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah mulai mengarusutamakan PRB kedalam pembangunan.

Namun, masa berlaku sebagian besar dokumen-dokumen perencanaan tersebut akan berakhir pada tahun 2019, sementara itu Kerangka Sendai mempunyai kerangka waktu 2015—2030. Kerangka Sendai memiliki visi ke depan dengan kerangka waktu yang lebih panjang dari sistem perencanaan program dan kegiatan PRB di Indonesia. Untuk mengimplementasikan Kerangka Sendai perlu disusun sebuah kerangka besar atau peta jalan (roadmap) PRB nasional sampai

(14)

tahun 2030. Peta jalan tersebut harus mempertimbangkan segala perubahan di tingkat global, nasional, dan daerah. Perubahan yang dimaksud terkait dengan perubahan dalam hal jenis, intensitas, dan frekuensi bencana serta kejadian-kejadian esktrem terkait perubahan iklim.

Pada tataran pemahaman keterkaitan Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan PRB diyakini bahwa kedua konsep tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat. Perubahan iklim yang ekstrem dapat memicu terjadinya bencana alam seperti banjir atau kekeringan, namun tidak semua bencana alam bisa dipicu oleh perubahan iklim. Integrasi API dan PRB ke dalam satu sistem perencanaan pembangunan merupakah langkah penting untuk meningkatkan resilience ‘ketahanan’ dan pengurangan vulnerability ‘kerentanan’ ancaman. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak untuk mengitegrasikan kedua hal ini merupakan pintu masuk yang tepat untuk segera melakukan konsolidasi bersama antar pemangku kepentingan baik di tingkat lokal, nasional dan global untuk mendapatkan persamaan pemahaman tentang API dan PRB.

Kota Kendari merupakan salah satu kota yang sedang berproses untuk mewujudkan kondisi kota sebagai hunian yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan sebagaimana menjadi salah satu target SDGs. Hal ini tercermin dari pernyataan visi pembangunan Kota Kendari yang tertulis di dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kendari pada tahun 2013—2017, yaitu “Menuju Kota Kendari Tahun 2017 sebagai Kota Bersih dan Hijau yang Berakhlak, Maju, Demokratis dan Sejahtera”.

Untuk mewujudkan visi tersebut dan melaksanakan aturan yang sesuai, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pemerintah Kota Kendari telah meninjau Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) yang mencerminkan upaya-upaya mewujudkan Kota Kendari sebagai hunian yang nyaman, aman, tangguh, dan berkelanjutan.

Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Kota Kendari ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan nasional (PKN) yang berfungsi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional. Adanya perubahan kebijakan dan strategi nasional ini berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang Kota Kendari secara mendasar. Disamping itu dibutuhkan kesesuaian antara RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara dengan RTRW Kota Kendari dan kebutuhan pembangunan yang ada dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal serta pelaksanaan pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penyusunan RTRW Kota Kendari sebagai bentuk peninjauan dan evaluasi dari RTRW Kota yang telah ada, sekaligus mengintegrasikan upaya-upaya PRB dan Adaptasi Perubahan Iklim pada berbagai sektor pembangunan kota.

(15)

1. Kota Kendari akan menjadi simpul utama mobilitas manusia dan barang yang memiliki jangkauan pelayanan regional.

2. Kebutuhan pengembangan infrastruktur strategis penunjang fungsi PKN.

Perlu ada kajian evaluasi kelayakan lokasi dan kapasitas, untuk kebutuhan pengembangan kota dalam jangka waktu 20 tahun ke depan. Beberapa infrastruktur strategis yang akan menjadi pendukung fungsi PKN dan ibukota provinsi adalah:

 Pelabuhan regional dan internasional angkutan barang dan manusia.  Pelabuhan udara skala regional dan internasional.

 Terminal penumpang tipe A.  Rumah sakit umum kelas A.

 Infrastruktur strategis lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan perkembangan kota.

B. Perkembangan Internal Kota Kendari

Kota Kendari merupakan kota yang sedang mengalami percepatan pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan perkembangan kawasan pemukiman dan perdagangan yang mulai tersebar ke seluruh bagian wilayah kota walaupun berlangsung secara sporadis. Hal tersebut menunjukkan adanya tekanan pertumbuhan kota yang tersebar secara merata dan tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota maupun kota lama yang selama ini menjadi simpul utama perkembangan Kota Kendari.

C. Kapasitas Daya Dukung Lingkungan dan Ancaman Perubahan Iklim Pengembangan Kota Kendari mutlak perlu memperhatikan aspek daya dukung lingkungan yang ada. Karakteristik fisik Kota Kendari yang unik memiliki tiga tipologi yaitu wilayah perbukitan, dataran, dan pesisir yang mempunyai potensi manfaat dan potensi masalah, seperti contohnya di bagian utara kota yang bertipelogi perbukitan telah berkembang cukup pesat menjadi kawasan permukiman. Kawasan pesisir juga sudah mulai berkembang menjadi kawasan permukiman dan komersial. Apabila hal tersebut tidak segera dikendalikan, penurunan kualitas lingkungan dalam jangka panjang yang dapat menurunkan citra Kota Kendari yang unik dan biaya yang dibutuhkan dalam pemeliharaan akan semakin tinggi.

Disamping itu, beberapa kejadian bencana hidrometereologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang pasang, dan abrasi pantai yang semakin sering terjadi perlu mendapat perhatian khusus dan kajian yang menyeluruh sehingga upaya-upaya PRB dapat dirumuskan dengan tepat. Meningkatnya intensitas bencana ditengarai sebagai salah satu akibat perubahan iklim global. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian risiko iklim sehingga dapat menghasilkan rumusan tindakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada berbagai sektor pembangunan di Kota Kendari.

(16)

1.3.2. Pembentukan Struktur Ruang

Salah satu ciri percepatan pertumbuhan kota adalah munculnya simpul-simpul pusat kegiatan baik secara alami maupun yang sudah ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan pengembangan kota. Secara alami, simpul-simpul kegiatan ditandai oleh tumbuhnya pusat-pusat perdagangan, yang cenderung tumbuh pada simpul transportasi (terutama persimpangan jalan), maupun pada ruas-ruas jalan strategis. Tumbuhnya simpul-simpul kegiatan yang tidak direncanakan sejak awal, dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yaitu permasalahan pada sistem transportasi, perkembangan kawasan pada fungsi-fungsi lahan yang tidak direkomendasikan untuk kegiatan permukiman dan penurunan nilai ekonomi pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis secara ekonomi.

A. Pengembangan Kawasan Industri

Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Baruga, merupakan salah satu magnet pertumbuhan baru. Dampak langsung pengembangan kegiatan industri adalah tumbuhnya kawasan permukiman dan perdagangan di Kecamatan Baruga dalam skala besar. Kondisi tersebut juga didukung karena terdapat

simpul transportasi primer yang merupakan lokasi strategis untuk

berkembangnya simpul kegiatan baru.

B. Pengembangan Kawasan Pemerintahan Provinsi

Pengembangan kawasan pemerintahan provinsi di Kecamatan Kambu telah mendorong perubahan fungsi lahan kawasan di sekitarnya menjadi kawasan permukiman dalam skala luas.

C. Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi

Kawasan pendidikan tinggi memiliki dampak sangat kuat dalam mendorong perkembangan permukiman dan komersial, hal tersebut sudah terlihat pada kawasan-kawasan yang berada di sekitar perguruan tinggi yang telah berkembang menjadi kawasan permukiman dan komersial.

D. Strategi Penataan Ruang Wilayah KotaKendari

Dalam rangka mewujudkan kebijakan penataan ruang, maka masing-masing kebijakan dapat dirumuskan ke dalam strategi untuk pencapaian masing-masing kebijakan tersebut yaitu:

1. Strategi pengembangan pusat kota sebagai pusat pemerintahan,

perdagangan. dan jasa untuk mendukung perwujudan fungsi kota sebagai PKN:

a. Mengembangkan jaringan jalan dalam kota;

b. Mengembangkan kawasan permukiman baru pada lahan-lahan yang belum terbangun di pusat kota;

(17)

f. Mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang sesuai dengan kebutuhan kota minimal untuk jangka waktu 20 tahun.

2. Strategi pengembangan bagian selatan Kota Kendari sebagai pusat

pertumbuhan baru untuk pengembangan kegiatan industri, pusat

pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara, pemukiman yang meliputi:

a. Menetapkan Kawasan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kawasan Pendidikan tinggi sebagai kawasan strategis;

b. Mengembangkan kawasan permukiman baru;

c. Mengembangkan jaringan jalan baru yang terintegrasi dengan jaringan jalan yang sudah ada;

d. Mengembangkan simpul transportasi darat untuk menunjang pergerakan regional;

e. Mengembangkan sistem utilitas penunjang yaitu penyediaan air bersih, sistem drainase, sistem energi listrik sesuai dengan kebutuhan.

3. Strategi pengembangan kawasan pusat kegiatan ekonomi di bagian timur kota, yaitu di Kecamatan Abeli dan Pulau Bungkutoko meliputi:

a. Menyiapkan lahan untuk pengembangan kawasan industri di Kecamatan Abeli;

b. Peningkatan jembatan penghubung Kecamatan Abeli-Kota Lamadan-Kecamatan Abeli-Pulau Bungkutoko;

c. Menyediakan kebutuhan utilitas pendukung pengembangan kawasan industri dan kawasan pelabuhan;

d. Pengembangan kawasan permukiman baru di Kecamatan Abeli; e. Mengendalikan kegiatan permukiman di Pulau Bungkutok;

f. Mengembangkan kawasan-kawasan permukiman baru di Kecamatan Abeli;

g. Pengembangan Jaringan jalan di Pulau Bungkutoko dan Kecamatan Abeli.

4. Strategi peningkatan fungsi kota lama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, serta pariwisata, meliputi:

a. Melakukan penataan kawasan permukiman di kawasan kota lama;

b. Melakukan revitalisasi kawasan pasar kota lama untuk mendukung kegiatan pariwisata;

c. Mempertahankan pelabuhan untuk mendukung transportasi laut; d. Mengembangkan kegiatan ekonomi baru di kawasan kota lama; e. Menyediakan fasilitas dan utilitas penunjang.

5. Strategi pengembangan kawasan Teluk Kendari sebagai pusat bisnis terpadu, pariwisata, dan konservasi yang meliputi:

a. Mengintegrasikan fungsi kawasan Teluk Kendari sebagai fungsi konservasi, fungsi ekonomi, fungsi pariwisata, dan fungsi perikanan; b. Meningkatkan kualitas fisik wilayah pantai dan perairan sepanjang

kawasan teluk;

c. Mempertahankan fungsi lindung yang sudah ada;

d. Mengembangkan kegiatan ekonomi jasa dan perdagangan; e. Mengembangkan objek wisata barbasis kelautan;

f. Menyediakan fasilitas dan utilitas pendukung;dan

g. Mengendalikan secara ketat kawasan permukiman dan kegiatan lainnya yang tumbuh secara tidak terencana.

(18)

6. Strategi pengembangan kawasan pertanian serta pusat kegiatan agrowisata dan kegiatan wisata alam meliputi:

a. Mendorong tumbuhnya kegiatan pertanian yang dapat mendukung kegiatan agrowisata di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Puuwatu; b. Mengembangkan objek wisata alam di Kecamatan Kambu;

c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman di Lecamatan Mandonga, Kecamatan Puuwatu ,dan Kecamatan Kambu; dan

d. Mengembangkan fasilitas sarana prasarana dan utilitas pendukung. 1.3.3. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

10. Undang – undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(19)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Darah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);.

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah 20. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi

Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005;

21. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 22. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan

Nasional Penanggulangan Bencana;

23. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014;

24. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019.

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

26. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Nomor 7 tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 – 2018 (Lembaran Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara

(20)

27. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 – 2025;

28. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara;

29. Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2010 – 2030;

30. Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 7 tahun 2012 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Kendari tahun 2012 Nomor 7); 31. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Kota Kendari tahu 2013 - 2017

32. Peraturan Daerah kota Kendari no 1 tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Kendari tahun 2005 – 2025. 33. Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016 tentang pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Kota Kendari

1.4. Pendekatan (Metode) Penilaian Ketangguhan Kota Kendari

Penilaian Kota Tangguh dilaksanakan dengan menggunakan Pendekatan atau

Metode Scorecard ‘Sepuluh Langkah Mendasar’ dalam membangun Kota

Tangguh sebagai turunan dari Kerangka PRB Global serta mengintegrasikan 71 Indikator Kapasitas Penanggulangan Bencana Daerah yang diturunkan dari RPJM dan RENAS PB 2015—2019. Pelaksanaan Penilaian Kota Tangguh membutuhkan informasi dan keterlibatan multi pihak. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan pada multi pihak bahwa ketangguhan kota hanya bisa dicapai dengan pembangunan kolektif.

Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan Penilaian Kota Tangguh di Kota Kendari adalah sebagai berikut:

1.4.1. Tahap Pra-Penilaian

Dalam tahap pra-penilaian, beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah: (1) sosialisasi tentang perlunya Penilaian Kota Tangguh kepada par apihak yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 di Hotel Grand Clarion, Kota Kendari; (2) rekrutmen fasilitator; (3) Training of Fasilitator (ToF) untuk fasilitator dan notulen yang dilaksanakan pada tanggal 10 –12 Januari 2017 di Hotel Santika Gubeng Surabaya; (4) pembentukan tim inti pada Februari 2016; (5) persiapan dan simulasi penilaian pada tanggal 27—28 Januari 2017 di Hotel Horison Kendari; (6) pengumpulan data dan informasi terkait Penilaian Kota Tangguh pada tanggal 29 Januari—31 Februari 2017; (7) kunjungan advokasi ke pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses penilaian pada tanggal 17—18 Maret 2017.

(21)

Dalam proses persiapan penilaian, tim inti memperdalam aspek-aspek yang terkait dengan indikator penilaian dan mengindentifikasi para pemangku kepentingan yang relevan dalam Penilaian Kota Tangguh. Pihak yang diidentifikasi diasumsikan memiliki data dan informasi serta dokumen–dokumen pendukung yang dibutuhkan dalam pengukuran.

Dalam rangka membangun pemahaman dan dukungan terhadap Penilaian Ketangguhan Kota Kendari, tim inti dan pelaksana melakukan kunjungan ke Sekretaris Daerah (Sekda) dan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kota Kendari. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman bersama tentang isu-isu strategis dalam membangun Kota Kendari menjadi kota tangguh serta menerapkan rekomendasi dari Penilaian Hasil Ketangguhan dan hasil penilaian tersebut terhadap pembangunan Kota Kendari kedepan.

1.4.2. Tahap Penilaian

Tahap ini merupakan proses kegiatan untuk (1) pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan pada tanggal 20–-21 Maret 2017 di Hotel Swissbell Kendari dan (2) penulisan laporan pengukuran yang dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan pengukuran.

Pengukuran pada dasarnya merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan sudah tercapai. Tujuan disini mengacu pada indikator–indikator ketangguhan daerah. Pengukuran ini memiliki teknis untuk menjawab beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam perangkat pengukuran, dengan menggunakan 2 perangkat pengukuran yakni 71 indikator kapasitas penanggulangan bencana pemerintah daerah yang diintegrasikan dengan newscorecard kota tangguh milik UNISDR atau (indikator ketangguhan kota versi baru 2016). Di dalam perangkat penilaian scorecard dan 71 indikator terdapat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang karakteristik wilayah Kota Kendari.

Model pengumpulan data dengan cara Focus Group Discussion (FGD) ‘Diskusi Kelompok Terarah. FGD dibagi menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok dipandu 1 fasilitator dan 1 notulen. Dalam proses ini peserta menjawab pertanyaan dan memberikan verifikasi bukti pendukung.

Penulisan laporan dikerjakan tim inti untuk dijadikan bahan sosialiasi hasil dan rekomendasi penilaian, pelembagaan strategi dan rencana aksi pengembangan Kota Kendari sebagai kota tangguh, pemantauan dan evaluasi serta integrasi rekomendasi hasil penilaian ke dalam kebijakan pembangunan daerah.

1.4.3. Pelaksana

1. Penilaian Kota Tangguh dilaksanakan dengan melibatkan pemangku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak-pihak yang terkait di Kota Kendari.

2. Covener dalam hal ini yakni Program USAID APIK bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari dan Bappeda serta masyarakat sipil. 3. Konsultan kegiatan adalah LSM Lingkar. Lingkar ditugaskan untuk melatih

(22)

4. Fasilitator dan notulen bertugas memfasilitasi proses-proses partisipatif Penilaian Kota Tangguh dalam bentuk FGD dan mencatat alur proses pelaksanaan FGD.

(23)
(24)

Bab 2.

GAMBARAN UMUM

KOTA KENDARI

2.1. LETAK DAN LUAS WILAYAH

Kota Kendari berada diantara 122o23’-122o39’ Bujur Timur dan 03o54’30”-

04o03’11’’ Lintang Selatan yang membentang mengelilingi Teluk Kendari. Kota

Kendari dilewati oleh delapan aliran sungai yang semuanya bermuara di Teluk Kendari. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan yang mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Kota Kendari memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia;  Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeetodan Kecamatan Sampara.

Luas wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km2 atau 0,70% dari luas daratan

Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara administratif Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan, 64 kelurahan, 347 RW dan 975 RT. Pembagian luas wilayah Kota Kendari dapat dilihat padaTabel 1 berikut:

Tabel 1: Luas Area Administratif Kota Kendari

Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km2

1 2 3 4 5

Kecamatan Kendari 44 112 1.568 15,68

Kelurahan Kandai 6 16 24 0,24

Kelurahan GunungJati 6 14 174 1,74

(25)

Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km2

Kecamatan Kendari Barat 50 114 1.911 19,11

Kelurahan Kemaraya 5 12 504 5,04 Kelurahan Watuwatu 6 16 178 1,78 Kelurahan Tipulu 7 14 335 3,35 Kelurahan Punggaloba 5 14 272 2,72 Kelurahan Benubenua 4 10 138 1,38 Kelurahan Sodohoa 7 18 182 1,82 Kelurahan Sanua 6 17 183 1,83 Kelurahan Dapudapura 5 13 20 0,2 Kelurahan Lahundape 5 12 99 0,99 Kecamatan Mandonga 30 93 2.077 20,77 Kelurahan Mandonga 8 28 151 1,51 Kelurahan Korumba 10 26 226 2,26 Kelurahan Labibia 2 7 848 8,48 Kelurahan Wawombalata 2 7 612 6,12 Kelurahan Alolama 4 12 133 1,33 Kelurahan Anggilowu 4 13 107 1,07 Kecamatan Puuwatu 39 119 3.972 39,72 Kelurahan Puuwatu 9 27 1.049 10,49 Kelurahan Watulondo 8 26 1.149 11,49 Kelurahan Punggolaka 9 29 388 3,88 Kelurahan Tobuuha 8 24 216 2,16

Kelurahan Abeli Dalam 2 6 528 5,28

Kelurahan Lalodati 4 12 642 6,42 Kecamatan Kadia 30 110 671 6,71 Kelurahan Kadia 9 28 249 2,49 Kelurahan Bende 9 40 247 2,47 Kelurahan Pondambea 3 15 63 0,63 Kelurahan Wawowanggu 5 15 70 0,7 Kelurahan Anaiwoi 4 12 42 0,42 Kecamatan Wua-wua 22 78 1.116 11,16 Kelurahan Wua-wua 7 29 431 4,31 Kelurahan Bonggoeya 5 21 230 2,3 Kelurahan Mataiwoi 5 16 102 1,02 Kelurahan Anawai 7 21 353 3,53 Kecamatan Baruga 30 77 4.800 48 Kelurahan Baruga 12 35 2619 26,19 Kelurahan Lepolepo 7 24 354 3,54 Kelurahan Watubangga 8 21 1411 14,11 Kelurahan Wundudopi 4 11 416 4,16 Kecamatan Poasia 31 87 3.774 37,74 Kelurahan Andonohu 11 35 1.161 11,61 Kelurahan Rahandouna 10 30 1.236 12,36 Kelurahan Anggoeya 6 20 1.120 11,2 Kelurahan Matabubu 4 8 257 2,57 Kecamatan Kambu 22 66 2.463 24,63 Kelurahan Kambu 8 27 401 4,01 Kelurahan Mokoau 4 13 1.252 12,52 Kelurahan Padaleu 4 15 344 3,44 Kelurahan Lalolara 6 17 466 4,66 Kecamatan Abeli 49 107 4.385 43,85 Kelurahan Puday 2 4 73 0,73 Kelurahan Lapulu 4 9 62 0,62 Kelurahan Abeli 4 8 178 1,78

(26)

Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km2 Kelurahan Anggalomelai 5 10 220 2,2 Kelurahan Talia 4 8 73 0,73 Kelurahan Poasia 4 8 48 0,48 Kelurahan Bungkutoko 3 12 158 1,58 Kelurahan Petoaha 5 12 189 1,89 Kelurahan Nambo 4 8 789 7.89 Kelurahan Sambuli 2 5 418 4,18 Kelurahan Tondonggeu 3 6 313 3,13 Jumlah 347 975 26.737 267,37

Sumber: Kota Kendari dalam angka, 2016

Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa wilayah yang paling luas terdapat di Kecamatan Abeli dengan luas 43,85 Km. Sedangkan wilayah yang paling kecil terdapat di Kecamatan Kadia dengan luas 6,71 Km2. Adapun wilayah

Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

(27)

2.2. POTENSI WILAYAH KOTA KENDARI

Potensi wilayah Kota Kendari terdiri dari sektor pertanian dan perkebunan, sektor perdagangan, sektor pariwisata, sektor kelautan dan perikanan, sektor peternakan dan industri.

2.2.1. Sektor Pertanian

Potensi ekonomi di bidang pertanian khususnya tanaman pangan di Kota Kendari cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik dalam kualitas maupun dalam jumlah produksi.

Tanaman padi sawah selain dikembangkan di Kota Kendari juga mendapatkan pasokan dari berbagai daerah sekitar seperti dari Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan bahkan dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari potensi lahan 1.379 Ha untuk padi sawah masih ada peluang sebesar 967 Ha yang tersebar di Kecamatan Mandonga, Baruga, Poasia, Kambu, dan Abeli.

2.2.2. Sektor Perkebunan

Jenis tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan di Kota Kendari terdiri dari tiga belas jenis, namun yang diusahakan dan dikembangkan baru terbatas pada lima jenis tanaman yaitu kelapa, kopi, lada, dan kakao.

Berdasarkan data statistik pada tahun 2016, lima jenis tanaman perkebunan rakyat di atas merupakan empat terbesar hasil produksinya antara lain, kakao sebanyak 304,00 ton, kelapa sebesar 301,00 ton dan lada sebesar 98.00 ton.

2.2.3. Sektor Perdagangan

Potensi perdagangan di Kota Kendari berupa kegiatan perdagangan antar pulau di Kota Kendari memperdagangkan barang-barang yang berasal dari hasil bumi dan laut. Hasil bumi meliputi barang-barang hasil tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan hasil hutan sedangkan hasil laut meliputi ikan dan hasil-hasil lainnya.

Nilai impor pada pelabuhan muat Kendari pada tahun 2015 sebesar 4.068.936 U$$. Ekspor terbesar terjadi pada 2015 dengani nilai mencapai 412.820.899 U$$.

2.2.4. Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata merupakan sektor andalan yang perlu dikembangkan karena Kota Kendari memiliki potensi alam yang cukup indah yang didukung dengan keberadaan Teluk Kendari yang merupakan ikon Kota Kendari dapat dijadikan kegiatan wisata air, olahraga air serta adanya rencana pembangunan Masjid Al Alam ditengah Teluk Kendari merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu terus dikembangkan.

Pariwisata Kota Kendari meliputi wisata teluk, budaya, pantai, dan wisata agro. Potensi pariwisata ini diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Potensi pariwisata di Kota Kendari sebenarnya cukup besar jika dilihat dari data potensi pariwisata yang ada pada tahun 2016. Hanya saja saat ini belum semua potensi tersebut belum dioptimalkan.

(28)

Ada beberapa obyek wisata yang masih belum dikelola dengan baik. Tahura Murhum misalnya, objek wisata ini berpeluang untuk dijadikan sebagai obyek wisata alam dan pendidikan. Hanya saat ini upaya untuk menata dan menyediakan sarana infrastruktur untuk mendukung obyek wisata tersebut belum dilakukan mengingat lokasi ini merupakan tangungjawab Pemerintah Provinsi, sehingga diperlukan koordinasi lebih lanjut dalam pengembangannya.

Demikian pula dengan beberapa obyek wisata lainnya yang ada. Pantai Nambo dan tracking mangrove adalah obyek wisata pantai yang saat ini dikelola oleh pemerintah daerah dan merupakan salah satu sumber PAD Kota Kendari, sedangkan beberapa obyek wisata lainnya belum memberikan kontribusi sebagai sumber PAD.

2.2.5. Sektor Perikanan dan Kelautan

Potensi Perikanan di Kota Kendari hingga saat ini masih merupakan potensi yang besar. Terdapat empat jenis pengelolaan yaitu budidaya air tawar, tambak, kolam, dan penangkapan ikan laut (perairan). Keempat jenis pengelolaan tersebut sebagian telah dilakukan secara modern dengan tingkat kualitas yang baik dan bernilai ekspor.

Kota Kendari memiliki potensi sector kelautan dengan luasan wilayah sekitar 177,64 km² dengan bentangan garis pantai kurang lebih 85.8 km, serta terdapat Pulau Bungkutoko yang berhadapan langsung dan relatif dekat dengan Laut Banda sehingga memberi cukup peluang dan harapan yang sangat strategis untuk pengembangan sektor kelautan dan perikanan.

Kota Kendari selain mempunyai potensi perikanan tangkap, juga memiliki potensi perikanan budidaya, diantaranya usaha budidaya tambak seluas 239 ha dan yang terolah sekitar 164 ha (tersebar di sepanjang pesisir Kecamatan Kendari 2 ha, Mandonga 2 ha, Poasia 96 ha, Abeli 16 ha dan Kambu 45 ha).

Usaha budidaya kolam air tawar sekitar 500 ha (tersebar di Kecamatan Puwatu 205 ha, Baruga 145 ha, Poasia dan Abeli 72,5 ha), namun yang terolah baru sekitar 59,45 ha atau sekitar 11,89%.

Disamping itu potensi usaha budidaya laut diperkirakan sekitar 370 ha terdapat disepanjang pantai Kelurahan Tondonggeu, Sambuli, Nambo, pantai bagian selatan Bungkutoko, sekitar perairan Mata dan Purirano.

2.2.6. Sektor Peternakan

Pada sektor peternakan di Kota Kendari masih sering mengalami masalah yakni sulitnya memenuhi permintaan hewan potong. Hal ini disebabkan karena pengelolaan peternakan masih sangat tradisional hinngga permintaan pasar kadang-kadang tidak dapat dipenuhi. Populasi ternak yang dikembangkan di

(29)

Populasi ternak besar di Kota Kendari tahun 2016 adalah 2.741 ekor yang terdiri dari 2724 ekor ternak sapi dan 17 ekor ternak kerbau. Adapun populasi ternak kecil di Kota Kendari sebanyak 3461 ekor yang terdiri dari 3363 ekor ternak kambing dan 98 ekor ternak babi.

2.2.7. Sektor Industri

Rencana pengembangan kawasan industri di Kota Kendari diarahkan untuk pengembangan industri pada kawasan potensial. Pembangunan industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan usaha, meningkatkan ekspor dalam menunjang pembangunan daerah dengan memanfaatkan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia. Dari hasil Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat 23 buah perusahaan dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 1.533 orang.

Saat ini industri yang memiliki potensi terdiri dari industri perikanan yang berada dalam naungan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS), Industri Kerajinan Kayu dan Rotan yang produksinya telah dipasarkan baik untuk lokal maupun ekspor. Saat ini yang memiliki nilai ekspor baru kerajinan gembol, sedangkan untuk mebel kayu dan rotan baru memenuhi permintaan lokal dan antar pulau.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Kendari

Penduduk Kota Kendari pada tahun 2016 berjumlah 359.371 jiwa yang terdiri 181.392 lai-laki dan 177.979 perempuan,dengan persebaran penduduk yang tidak merata. Kecamatan Kendari Barat memiliki jumlah penduduk terbesar dengan jumlah 53.203 jiwa dan Kecamatan Baruga memiliki jumlah penduduk terkecil dengan jumlah 24.005 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Kendari diperoleh dari asumsi 1 KK terdiri dari 5 jiwa (penduduk). Adapun gambaran jumlah penduduk dan KK Kota Kendari tahun 2016 menurut kecamatan dapat terlihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2: Penduduk dan Kepala Keluarga Kota Kendari menurut Kecamatan, BPS tahun 2016 No Kecamatan JenisKelamin Jumlah (L+P) Jumlah KK Laki-laki Perempuan 1 Mandonga 22.443 22.376 44.819 9.364 2 Baruga 12.057 11.947 24.004 6.333 3 Puuwatu 17.689 16.701 34.390 9.071 4 Kadia 24.218 24.420 48.638 12.159 5 Wua-Wua 15.389 14.860 30.249 8.267 6 Poasia 15.785 15.170 30.955 7.572 7 Abeli 14.220 13.589 27.809 6.668 8 Kambu 16.992 16.638 33.630 7.002 9 Kendari 15.926 15.748 31.674 7.235 10 Kendari Barat 26.673 26530 53.203 10.887

(30)

Sumber: Kota Kendari dalam Angka 2017

2.3.2. Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari

Sumber data jumlah penduduk miskin Kota Kendari diambil dari data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melalui Tim Kooerdinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dan BPS Kota Kendari, karena data tersebut mewakili data gabungan dari beberapa instansi yang menyediakan data kemiskinan Kota Kendari untuk tahun 2015 dan 2016 per kecamatan. Adapun data penduduk miskin TNP2K diperoleh dari pemetaan yang dilakukan secara partisipasi berdasarkan kriteria kemiskinan yang telah disepakati di masing-masing kecamatan, dapat disajikan pada tabel 3.

Tabel 3: Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari tahun 2016

No. Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 1. Angka Kemiskinan (%) 6,39 6,07 5,56 5,59 5,51 2. Garis Kemiskinan (Rp) 246.474 255.229 256.535 270.861 291.069 3. Jumlah Penduduk Miskin 20.027 19.697 18.675 19.425 19.580

Sumber: BPS Kota Kendari, 2017

Tabel 4: Jumlah rumah tangga miskin dan individu, menurut status kesejahteraan *)

Nama Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga Jumlah Individu Desil

1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL

MANDONGA 282 459 930 179 1.850 1.80 4 2.36 7 3.94 1 579 8.691 BARUGA 92 165 433 98 788 614 910 1.79 0 320 3.634 PUUWATU 414 592 1.28 4 208 2.498 2.71 6 3.00 3 4.98 7 637 11.343 KADIA 125 201 416 82 824 896 1.10 0 1.80 1 286 4.083 WUA-WUA 228 386 685 127 1.426 1.48 0 1.92 0 2.77 5 364 6.539 POASIA 322 397 728 139 1.586 1.96 7 2.00 8 2.95 2 445 7.372 ABELI 743 800 1.40 1 222 3.166 4.32 9 3.66 9 5.03 6 602 13.636

(31)

JUMLAH 17.489 81.303 Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial (2015)

Selanjutnya dalam penilaian ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, jenis kelami dan usia menjadi sangat berpengaruh sebab tingkat kerentanan dan kapasitas beradaptasi antara laki-laki dan perempuan atau orang dewasa, lansia dan anak-anak akan sangat berbeda. Di bawah ini merupakan data mengenai Rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan yang ada di Kota Kendari.

Tabel 5: Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan

Adapun sebaran penduduk Kota Kendari dapat terlihat pada tabel berikut dapat dilhat pada tabel 6.

Tabel 6: Persebaran Penduduk Kota Kendari tahun 2016

Kecamatan Penduduk Persebaran (%)

1. Mandonga 41.891 12,47% 2. Baruga 22.437 6,68% 3. Puuwatu 32.143 9,57% 4. Kadia 45.460 13,53% 5 Wua-wua 28.272 8,42% 6. Poasia 28.932 8,61% 7. Abeli 25.991 7,74% 8. Kambu 31.433 9,36% 9. Kendari 29.605 8,81% 10. Kendari Barat 49.725 14,80% Jumlah 335.889 100%

Sumber: Kendari dalam Angka, 2016

Nama Kecamatan Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan Usia di bawah 45 tahun Usia 45 - 59 tahun Usia 60 tahun keatas TOTAL MANDONGA 91 101 64 256 BARUGA 36 35 17 88 PUUWATU 111 103 71 285 KADIA 42 44 20 106 WUA-WUA 61 89 33 183 POASIA 63 72 56 191 ABELI 113 173 150 436 KAMBU 25 44 11 80 KENDARI 104 148 111 363 KENDARI BARAT 111 107 64 282

(32)

Berdasasrkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa persentase persebaran penduduk Kota Kendari tertinggi berada pada kecamatan Kendari Barat sebesar 14,80%, sedangkan persentasi sebaran penduduk terendah berada di Kecamatan Abeli sebesar 7,74%.

(33)

2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

A. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya 5 Tahun Terakhir

Tabel 7: Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya selama 5 tahun Terakhir tahun 2016

No. Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%)

2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012/ 2013 2013/ 2014 2014/ 2015 2015/ 2016 1 Mandonga 38.021 39.177 41.891 43.338 44.819 7.604 7.835 8.378 7.366 9.364 3,04 6,93 3,34 4,46 2 Baruga 20.363 20.981 22.437 23.213 24.004 4.073 4.196 4.487 5.754 6.333 3,03 6,94 3,34 2,41 3 Puuwatu 29.175 30.061 32.143 33.254 34.390 5.835 6.012 6.429 6.747 9.071 3,04 6,93 3,34 6,76 4 Kadia 41.260 42.515 45.460 47.031 48.638 8.252 8.503 9.092 6.955 12.159 3,04 6,93 3,34 10,70 5 Wua-wua 25.661 26.441 28.272 29.249 30.249 5.132 5.288 5.654 6.948 8.267 3,04 6,92 3,23 4,36 6 Poasia 26.260 27.058 28.932 29.932 30.955 5.252 5412 5.786 6.372 7.572 3,04 6,93 3,34 3,88 7 Abeli 23.591 24.307 25.991 26.890 27.809 4.718 4.861 5.198 5.163 6.668 3,04 6,93 3,23 5,41 8 Kambu 28.529 29.395 31.433 32.519 33.630 5.706 5.879 6.287 4.356 7.002 3,04 6,93 3,34 7,87 9 Kendari 26.870 27.686 29.605 30.627 31.674 5.374 5.537 5.921 5.595 7.235 3,04 6,93 3,23 5,18 10 Kendari Barat 45.132 46.505 49.725 51.443 53.203 9.026 9.301 9.945 8.876 10.887 3,04 6,92 3,34 3,78 Jumlah 289.966 295.737 304.862 347.496 335.889 60.972 62.825 67.178 63.132 84.558

(34)

B. Proyeksi Jumlah Penduduk 5 Tahun Kedepan

Proyeksi jumlah Penduduk Kota Kendari lima tahun ke depan dapat ditunjukkan pada tabel 6 berikut.

Tabel 8: Jumlah Penduduk 5 tahun Kedepan

No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 1 Mandonga 43.467 45.101 46.798 48.558 50.384 8.693 9.020 9.360 9.712 10.077 2 Baruga 23.281 24.157 25.066 26.009 26.988 4.656 4.831 5.013 5.202 5.398 3 Puuwatu 33.352 34.606 35.907 37.257 38.658 6.670 6.921 7.181 7.451 7.732 4 Kadia 47.170 48.944 50.785 52.695 54.677 9.434 9.789 10.157 10.539 10.935 5 Wua-wua 29.335 30.438 31.583 32.770 34.003 5.867 6.088 6.317 6.554 6.801 6 Poasia 30.020 31.149 32.320 33.535 34.796 6.004 6.230 6.464 6.707 6.959 7 Abeli 26.968 27.982 29.034 30.126 31.259 5.394 5.596 5.807 6.025 6.252 8 Kambu 32.615 33.842 35.115 36.436 37.806 6.523 6.768 7.023 7.287 7.561 9 Kendari 30.718 31.874 33.073 34.316 35.607 6.144 6.375 6.615 6.863 7.121 10 Kendari Barat 51.595 53.534 55.547 57.636 59.802 10.319 10.707 11.109 11.527 11.960 Jumlah 348.521 361.627 375.227 389.338 403.979 69.704 72.325 75.046 77.868 80.796

(35)

Untuk lebih jelasnya perkembangan pertumbuhan pertumbuhan penduduk Kota Kendari 2015—2019 dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2: Proyeksi Penduduk Kota Kendari tahun 2015-2019

Sumber: Kota Kendari dalam Angka dan hasil proyeksi 2016

Berdasarkan gambar 2 di atas menunjukkan bahwa proyeksi tingkat pertumbuhan rata- rata jumlah penduduk Kota Kendari 2010—2014 adalah sebesar3,76%. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil diprediksi pada tahun 2019 penduduk Kota Kendari berjumlah 415.599 jiwa.

2.4. DATA PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN POTENSI EKONOMI

2.4.1. Keuangan Daerah

Ketersediaan pembiayaan yang memadai akan mendukung kegiatan

pemerintahan dan pembangunan berjalan dengan lancar. Pemerintah Kota Kendari menyediakan pembiayaan dari beberapa sumber yaitu pertama, bersumber dari PAD seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari perusahaan daerah, dan sumber PAD lain-lain. Kedua, bersumber dari dana perimbangan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat I. Ketiga, dari lain-lain pendapatan yang sah. Adapun target dan realisasi anggaran pendapatan dan belanja Pemerintah Kota Kendari dapat terlihat pada tabel 7 berikut.

Tabel 9 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Kendari 2011-2015

Tahu n

Pendapatan (Juta Rp) Belanja(Juta Rp)

Anggaran Realisasi Target Realisasi

2011 754.744.857.722 696.804,774.162 767.310.432.013 684.117,220.811 2012 740.422.864.448 745.296,446.455 761.396.256.225 715.044,891.194 2013 889.081,902.504 916.010,599.608 918.051.809.231 849.332,245.960 2014 1.265.398.412.66 8 1.039.765,356.91 6 1.216.277.930.84 1 1.047.963.007.63 9 2015 1.265.398.412.66 8 1.156.242.859.58 2 1.345.191.908.88 1 1.147.298.533.91 1

(36)

Sumber: Bagian Keuangan Sekertariat Daerah Kota Kendari, 2016

Menunjuk tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa ada peningkatan realisasi pendapatan daerah dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2014. Pada tahun 2014, realisasi pendapatan daerah Kota Kendari meningkat dari Rp 916.010.600.000 menjadi Rp 1.039.765.350.000 atau meningkat 13,51%. Begitu pula realisasi belanja daerah mengalami peningkatan dari Rp. 849.332.240.000 menjadi Rp 1.047.963.000.000 atau meningkat sebesar 23,39%.

2.4.2. Inflasi

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan suatu kondisi dimana harga-harga dapat terkendali. Perubahan harga dapat diukur dengan suatu indeks tertentu yang lazin digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang biasanya dikaikan dengan inflasi. Data harga untuk menghitung IHK dan inflasi diperoleh dari hasil survey harga dibeberapa pasar tradisional dan moderen secara berkala. Adapun inflasi menurut bulan pada tahun 2012 hingga tahun 2016 di Kota Kendari dapat terlihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3: Inflasi Kota Kendari 2012—2016

Gambar 4: Data Inflasi menurut bulan dan tahun Kota Kendari 2016

5.23 5.92 7.40 1.64 3.58 2012 2013 2014 2015 2016 INFLASI

(37)

Sepanjang tahun 2014 di Kota Kendari, terjadi empat bulan inflasi negatif dan 8 bulan inflasi positif dengan rentang inflasi antara 0,97%—3,27%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember, sedangkan deflasi terendah terjadi pada bulan Februari. Tingginya inflasi pada bulan Desember didukung oleh tingginya indeks harga pada kelompok komoditi transportasi dan komunikasi serta komoditi perumahan sebesar 6,88% dan 3,79%, sedangkan inflasi negatif pada bulan Februari disebabkan oleh penurunan indeks harga bahan makanan yaitu sebesar -3,92%.

2.4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Kendari dari tahun 2011 hingga tahun 2014 menunjukkan angka yang fluktuatif, dimana laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,68% dan pada tahun 2014 laju pertumbuhan naik menjadi 9,35%.

Gambar 5: Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari 2011-2016

Sumber: BPS Kota Kendari

2.4.4. PDRB Per Kapita

PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang memiliki residen atau non-residen. Data yang terkait dengan PDRB per kapita Kota Kendari menurut lapangan usaha dapat di lihat pada tabel 8 berikut.

Tabel 10: PDRB per kapita menurut Lapangan Usaha Kota Kendari 2012—2016

Tahun PDRB (Juta Rupiah)

2012 33,83

2013 36,32

2014 39,93

2015* 43,71

2016** 47,96

*Angka sementara **Angka sangat sementara. Sumber : BPS Kota Kendari, 2016 10.26 9.85 8.68 9.35 8.92 9.00 2011 2012 2013 2014 2015 2016

(38)

2.5. DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS

2.5.1. GAMBARAN TOPOGRAFI

Berdasarkan kondisi topografi wilayah Kota Kendari bervariasi mulai datar sampai dengan berbukit. Daerah dengan topografi yang datar terdapat di bagian barat dan selatan Teluk Kendari. Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah utara teluk sebagian besar terdiri dari perbukitan (Pegunungan Nipa-Nipa) dengan ketinggian mencapai lebih kurang 459 meter dari garis pantai ke arah selatan tingkat kemiringan antara 4—30%, bagian barat (Kecamatan Mandonga) dan selatan kota (Kecamatan Poasia) terdiri dari daerah perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. Begitu pula dengan faktor kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi atas:

1. Kemiringan 0—3% mendominasi sebagian besar wilayah Kota Kendari mulai dari Teluk Kendari. Klasifikasi kemiringan ini dominan di Kecamatan Baruga dan terkecil di Kecamatan Kendari;

2. Kemiringan 3—15% merupakan kelompok kemiringan lahan kedua terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar merata di tiga kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan Mandonga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya sedikit. 3. Kemiringan 15—25% merupakan kelompok kemiringan lahan ketiga terluas

di wilayah Kota Kendari, penyebarannya dominan di Kecamatan Kendari. 4. Kemiringan 25—40% penyebarannya terluas di Kecamatan Kendari, serta

sekitar Pegunungan Nipa-Nipa.

5. Kemiringan >40% penyebarannya hanya terdapat Pegunungan Nipa-nipa atau Kemiringan Poasia saja.

Berdasarkan faktor kemiringan lahan di atas, yang dikaitkan dengan kriteria kemiringan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman sebaiknya diperuntukkan pada tingkat kemiringan lahan 0—15%. Lebih lanjut berdasarkan tingkat kemiringan yanga ada di wilayah Kota Kendari memiliki potensi yang baik

untuk pembangunan perumahan danpermukiman dengan pembiayaan

pembangunan yang relatif murah. Adapun ketinggian lereng dan kontur wilayah di Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 6 berikut:

(39)

Gambar 6: Peta Kemiringan Lahan 2016

Sumber: Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari, 2016

2.5.2. Gambaran Geohidrologi

Hidrologi air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh sungai besar dan kecil, antara lain Sungai Wanggu (Sungai Lepo-Lepo) dengan debit 7,487 ltr/dtk, Sungai Tipulu (0,140 ltr/dtk), Sungai Mandonga (0,214 ltr/dtk), dan Sungai Sodohoa (0,198 ltr/dtk), yang kesemuanya bermuara ke Teluk kendari. Untuk kebutuhan pengolahan air bersih, selama ini dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Mineral (PDAM) yang menggunakan air baku dari Kali Pohara.

Salah satu sungai yang mengalirkan debit air cukup besar pada saat musim kemarau adalah sungai Wanggu. Hal ini disebabkan karena hulu sungai yang berada di Pegunungan Wolasi yang menyediakan sumber air yang cukup. Daerah hulu sungai Wanggu merupakan kawasan yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik kelestariannya.

Kota Kendari diidentifikasi memiliki potensi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Uraian lebih rinci mengenai potensi air tanah di Kota Kendari adalah sebagai berikut:

1. Potensi air tanah dangkal meliputi: a. Daerah rawan pasang surut.

b. Kedalaman air tanah kurang dari 3 meter dengan debit kurang dari 5 liter. c. Kedalaman air tanah antara 3—10 meter dengan debit antara 3 liter/detik. 2. Potensi air tanah dalam diklasifikasi sebagai berikut:

(40)

b. Potensi aquifer rendah setempat dengan debit (q) 1 liter/detik

c. Potensi aquifer rendah sampai sedang dengan debit (q) antara 1—3 liter/detik

d. Potensi aquifer sedang sampai tinggi dengan parameter debit air (q) antara 3—5 liter/detik.

Selanjutnya berdasarkan kondisi air tanah di wilayah Kota Kendari terdiri dari:

1. Air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah 3—10 meter dan potensi aquifer sedang (3—5 liter/detik), tersebar di semua kecamatan, air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah kurang dari 3 meter dan potensi aquifer sedang >5 ltr/detik), tersebar di tiga kecamatan, yaitu di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan Poasia dan di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan Kendari, di Kecamatan Mandonga mulai dari sisi timur atau kelurahan Korumba hingga ke arah selatan Kelurahan Watulondo, dan di Kecamatan Baruga mulai dari Kelurahan Kadia ke arah selatan hingga sekitar Kelurahan Baruga dan di Kecamatan Poasia menyebar ke sebelah utara sebelum Teluk Kendari.

2. Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah setempat-tempatnya (<1 liter/detik), tersebar di semua kecamatan dengan penyebaran terluas di Kecamatan Poasia sekitar Pegunungan Nipa-Nipa, serta di sebelah barat Kecamatan Mandonga dan Baruga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya bagian timur wilayah pesisir;

3. Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah (1—3 liter/detik), tersebar di semua kecamatan. Jenis air tanah ini, mendominasi hampir seluruh wilayah Kecamatan Kendari. Persebarannya di Kecamatan Poasia pada Pegunungan Nipa-Nipa.

Untuk lebih jelasnya melihat peta geohidrologi Kota Kendari dapat dilihat pada Gambar 7 berikut:

(41)

Gambar 7: Peta Geohidrologi Kendari tahun 2016

Sumber: Dokumen RP3KP Kota Kendari 2013

2.5.3. Gambaran Geologi

Berdasarkan peta geologi Kota Kendari, maka terdapat 4 bagian besar kondisi struktur geologi yang menyusun tanah dan batuan dalam wilayah Kota Kendari. Data informasi tentang kondisi-kondisi geologi sangat penting artinya dalam memanfaatkan lahan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan batuan yang terkandung di dalamnya. Adapun struktur geologi batuan yang terdapat di Kota Kendari adalah sebagai berikut:

1. Batu pasir kuarsit, serpih hitam batu sabak, batu gamping dan batu lanau tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dan sebagian utara sampai perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di Kawasan Hutan Raya Murhum.

2. Endapan eluvium pasir, lempung dan lumpur, tersebar di pesisir pantai Teluk Kendari dan di sekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari.

3. Batu gamping oral dan batu pasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko, pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan Mandonga ke arah Barat Laut, yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.

Gambar

Gambar 1 Peta Administrasi Kota Kendari
Tabel 2: Penduduk dan Kepala Keluarga Kota Kendari menurut Kecamatan,   BPS tahun 2016
Tabel 7: Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya selama 5 tahun Terakhir tahun 2016  No
Gambar 2: Proyeksi Penduduk Kota Kendari tahun 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

kandungan unsur hara yang diterima tanaman akan semakin tinggi pula, tetapi pemberian dosis pupuk yang berlebihan mengakibatkan tanaman akan layu dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh umur perusahaan, profitabilitas, audit tenure dan good corporate governance pada kecepatan publikasi laporan

OTONOMI LUAS : YAITU KEKUASAAN DAERAH UNTUK MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN YANG MENCAKUP1. KEWENANGAN

Sehingga dibutuhkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dapat membantu para petani untuk menentukan jenis tanaman palawija yang cocok berdasarkan

Memastikan terselenggaranya pengelolaan pengembangan kompetensi karyawan di seluruh unit organisasi yang menjadi lingkup operasional area HR Telkom sesuai

Berikut tips dan triknya agar pengikut Facebok Fans Page Anda tetap betah menerima postingan dari Anda. Buatlah postingan yg terjadwal, Postingan yg terlalu sering bs membuat

Dari arahan kebijakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa depan pengelolaan sumberdaya Kawasan Teluk Bone Kabupaten Luwu sangat dipengaruhi oleh kebijakan daerah

Merujuk pada permasalahan yang telah dipaparkan diatas melalui hasil wawancara dan diskusi awal bersama ibu-ibu rumah tangga di Jalan Hiu Putih dalam kaitannya agar dapat