• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paparan DjPK Kemenkeu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Paparan DjPK Kemenkeu"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan pada

(2)

Outline

Outline

Kebijakan Fiskal Nasional Tahun 2011

Kebijakan Fiskal Nasional Tahun 2011

Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah

Kondisi Fiskal Jawa Timur

(3)

K bij k

Fi k l N i

l T h

2011

K bij k

Fi k l N i

l T h

2011

(4)

Kebijakan

Kebijakan

Kebijakan

Fiskal

Kebijakan

Moneter

Kebijakan

Neraca

Kebijakan

S k

Riil

Neraca

Pembayaran

Sektor Riil

Keempat kebijakan tersebut saling mempengaruhi dan berdampak pada ekonomi makro

(5)

Kebijakan

Moneter

Kebijakan Fiskal

Kebijakan Neraca Pembayaran

Kebijakan Sektor Riil Riil

APBN

APBN

Transfer

Ke

APBD

APBD

Daerah

(6)

Uraian

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

dalam triliun rupiah

Kesehatan

Kesehatan

APBN

APBN

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

LKPP

APBNP

APBN

Pendapatan

495,2

638

707,8

981,6

848,8

992,4

1.104,9

Belanja

509,6

667,1

757,6

985,7

937,4

1.126,1 1.229,6

Surplus/Defisit

(14,4)

(29,1)

(49,8)

(4,1)

(88,6)

(133,7)

(124,7)

% thd PDB

(0 5)

(0 9)

(1 3)

(0 1)

(1 6)

(2 1)

(1 8)

% thd PDB

(0,5)

(0,9)

(1,3)

(0,1)

(1,6)

(2,1)

(1,8)

Pembiayaan

11,1

29,4

42,5

84,1

112,6

133,7

124,7

Kesehatan

Kesehatan

APBD

APBD

Kebijakan fiskal yang sustainable apabila dalam jangka

j

d fi i

k

d li

panjang, defisit terkendali

(7)

Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional

Tahun 2011 dan 2012

Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional

Tahun 2011 dan 2012

Tahun 2011 dan 2012

Tahun 2011 dan 2012

Harga

 

Harga

g

g

 

Minyak

Minyak

Kebijakan

 

Makro

Pangan

Pangan

Harga

Harga

 

 

Inflasi

Inflasi

Kebijakan

j

 

Fiskal

Kebijakan

T

f

k D

h

(8)

Realisasi Pertumbuhan PDB 2010 mencapai 6,1%, kembali pada kondisi

sebelum terjadinya krisis global tahun 2008. Didukung terutama oleh

meningkatnya pertumbuhan investasi dan ekspor

meningkatnya pertumbuhan investasi dan ekspor

6 3

7.0

PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2007 - 2010 (%, yoy)

6.3

6.0

4.6

6.1

5.0 6.0

2.0 3.0 4.0

0.0 1.0

2007 2008* 2009** 2010***

Pengeluaran

Tahun

2007

2008

2009

2010

2007

2008

2009

2010

Konsumsi Rumah Tangga

5,0

5,3

4,9

4,6

Konsumsi Pemerintah

3 9

10 4

15 7

0 3

Konsumsi Pemerintah

3,9

10,4

15,7

0,3

PMTB

9,3

11,9 3,3

8,5

Ekspor

8,5

9,5

(9,7)

14,9

Sumber: BPS

Ekspor

8,5

9,5

(9,7)

14,9

Impor

9,1

10,0 (15,0)

17,3

(9)

17,1

6 6 6 6

11,1

10 15 20

Inflasi y.o.y (%)

6,6 6,6

2,8 5,3 5,3

0 5 10

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Tambahan alokasi Raskin 1 bulan untuk membantu mestabilkan harga pangan. 2 Melakukan Operasi Pasar oleh Bulog Pemerintah BUMN (CSR)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

2. Melakukan Operasi Pasar oleh Bulog, Pemerintah, BUMN (CSR).

3. Pengadaan beras DN oleh Bulog (untuk menyerap beras petani, stok beras nasional, distribusi Raskin) didukung dengan menerbitkan tabel rafaksi beras oleh Kementerian Pertanian guna memberi fleksibilitas

k d B l l k k b li b h/b i bil h dib h HPP

kepada Bulog melakukan pembelian gabah/beras petani, bila harganya dibawah HPP.

4. Menugaskan Bulog untuk mengimpor beras sampai dengan masa panen guna menambah stok beras nasional. 5 Kebijakan fiskal melalui penyesuaian tarif atas komoditi ekspor dan impor pangan

5. Kebijakan fiskal melalui penyesuaian tarif atas komoditi ekspor dan impor pangan.

6. Penggunaan dana stabilitas Pangan Rp2 triliun + dana tambahan cadangan beras nasional Rp1 triliun. 7. Penyusunan Perpres untuk penugasan pelaksana kegiatan penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul

(BLBU) dan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) serta Inpres Pengamanan Produksi Beras Nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim.

8. Pengembangan Food Estate dalam jangka menengah. Fokus pengembangan komoditi : padi, jagung, kedelaig g j g g p g g p , j g g, dan gula.

(10)

Indikator Ekonomi Makro dan Pembangunan

Tahun 2011

Indikator

APBN

 

2011

Pertumbuhan

 

Ekonomi

 

(%)

 

6,4

Nilai

 

Tukar

 

(Rp/US$)

 

9.250

I fl

i (%)

5 3

Inflasi

 

(%)

 

5,3

Suku

 

Bunga

 

SBI

 

3

 

Bulan

 

(%)

 

6,5

Harga

 

Minyak

 

(US$/barel)

 

80,0

Lifting

 

Minyak

 

(juta

 

barel/hari)

 

0,970

Pertumbuhan PDB 2011 (Pengeluaran)

Konsumsi Masyarakat: 5,3% - 5,5%

Konsumsi Pemerintah: 6,3% – 6,5%

Pertumbuhan PDB 2011 (Sektoral)

Industri pengolahan: 4,4% - 4,6%

Pertanian, peternakan, kehutanan dan

Konsumsi Pemerintah: 6,3% 6,5%

PMTB: 11,0% – 11,2%

Ekspor: 11,3% – 11,5%

Impor: 12 5% – 12 7%

, p ,

perikanan: 4,4% - 4,6%

Perdagangan, hotel, restoran: 7,4 % – 7,6%Pertambangan & penggalian: 3,5% - 3,7%

Impor: 12,5% – 12,7%

Indikator Pembangunan 2011:

Ti k t

t b k

7 0%

Tingkat pengangguran terbuka: 7,0%

Tingkat kemiskinan: 11,5% – 12,5%

10

(11)
(12)

PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN PENUGASAN

Kewenangan Pusat

DILAKSANAKAN INSTANSI

PUSAT ATAU INSTANSI

VERTIKAL DI DAERAH

VERTIKAL DI DAERAH

Desentralisasi

UU 32 Th 2004

WEWENANG

WEWENANG

DISERAHKAN KEPADA

DAERAH

UU 32 Th 2004

PEMERINTAH

PEMERINTAH

PUSAT

PUSAT

Dekonsentrasi

DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT

Tugas Pembantuan

Tugas Pembantuan

DITUGASKAN KEPADA DAERAH

PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

(13)

Daerah

Daerah

Pemerintah Pusat

Pemerintah Pusat

Alur Belanja APBN ke Daerah

Daerah

Daerah

Pemerintah

 

Pusat

Pemerintah

 

Pusat

MONEY FOLLOWS FUNCTI ON

AND CAPACI TY

Melalui  Angg K/L

Mendanai

kewenangan 6 Urusan

PENDAPATAN Dana Vertikal

di Daerah

Belanja Pemerintah

Pusat

Mendanai kewenangan di luar 6 Urusan

Dana Dekonsentrasi

Dana Tgs Pembantuan

PNPM dan Jamkesmas

Pusat

Subsidi dan Bantuan

Melalui Angg  Non K/L

BELANJA

APBN Masuk APBD

Transfer

Hibah

Mendanai Transfer

Ke Daerah

DanaDana  PerimbanganOtsus dan

Penyesuaian

kewenangan Daerah (Desentralisasi)

PEMBIAYAAN Pinjaman

(14)

Total Belanja = 1.126,15

Belanja

Belanja APBN 2010

APBN 2010

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Belanja

Belanja APBN 2010

APBN 2010

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Belanja Pusat di Pusat;  443,46; 39,38%

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah) ((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Sumber : APBN-P 2010

Belanja Pusat di Daerah;  126,38; 11,22% Bantuan ke Masyarakat; 

35 37; 3 14% 35,37; 3,14%

Transfer ke Daerah; 344,61;  30,60%

Subsidi; 176,33; 15,66%

Dana ke Daerah = 682,69(60,6%)

•PNPM 10,42(0.93%) • BBM 88,89(7.89%) •DBH 89,61(7.96%) • Dana Dekon  11,93(1.06%)

BOS 19 84(1 76%) Listrik 55 10(4 89%) DAU 203 60(18 08%) D TP 7 64(0 68%)

Melalui Angg.K/L dan APP 

(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi)

Melalui Angg. Transfer ke Daerah 

(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L

•BOS 19,84(1.76%) • Listrik 55,10(4.89%) •DAU 203,60(18.08%) • Dana TP 7,64(0.68%)

•Jamkes 5,1(0.45%) • Pangan 13,92(1.24%) •DAK 21,13(1.88%) 106,8(9.48%)

• Pupuk 18,41(1.63%) •OTSUS 9,09(0.81%)

• Penyesuaian  21,15(1.88%)

• Dana Vertikal 

   Total 35,37(3.14%)    Total 176,33(15.66%)    Total 344,61(30.06%)    Total 126,38(11.22%)

      dan Perhitungan 

*) APP = Anggaran Pembiayaan 

(15)

Belanja

Belanja APBN 2011

APBN 2011

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Belanja

Belanja APBN 2011

APBN 2011

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Total Belanja = 1.229,56

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)

Sumber : APBN 2011

Belanja Pusat di Pusat;  477,24; 38.81%

Belanja Pusat di Daerah;  171 62; 13 96% 171,62; 13.96% Bantuan ke Masyarakat; 

19,34; 1.57%

Transfer ke Daerah; 392,98;  31.96%

Subsidi; 168,38; 13.69%

Dana ke Daerah = 752,32 (61,19 %)

Melalui Angg.K/L dan APP 

(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi)

Melalui Angg. Transfer ke Daerah 

(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L

•PNPM 12,99(1.15%) • BBM 95,91(8.52%) •DBH 83,5(7.42%) • Dana Dekon  24,43(2.17%)

•Jamkes 6 35(0 56%) •Listrik 40 7(3 61%) •DAU 225 5(20 03%) • Dana TP 12 93(1 15%)

•Jamkes 6,35(0.56%)  Listrik 40,7(3.61%) •DAU 225,5(20.03%) • Dana TP 12,93(1.15%)

• Pangan 15,26(1.36%) •DAK 25,2(2.24%) • Dana Vertikal  134,25(11.92%)

• Pupuk 16,37(1.45%) •OTSUS 10,4(0.93%)

• Benih 0,12(0.01%) • Penyesuaian  48,2(4.28%)

*) APP = Anggaran Pembiayaan) APP   Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan

(16)

Ruang Lingkup Transfer Ke Daerah 2011

Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU)

DBH PBB

DBH PBB

DBH Pajak

Dana Perimbangan

Dana Perimbangan

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK)

DBH PBB

DBH PBB

DBH PPh

DBH PPh

Dana Otsus PAPUA,

Dana Otsus PAPUA,

Dana

Dana

DBH Cukai HT

DBH Cukai HT

TRANSFER

PAPUA BARAT, dan ACEH

PAPUA BARAT, dan ACEH

D

I f

Ot

P

D

I f

Ot

P

Dana

Otsus

Dana

Otsus

DBH SDA

TRANSFER

KE DAERAH

Dana Infras Otsus Papua

dan Papua Barat

Dana Infras Otsus Papua

dan Papua Barat

DBH Kehutanan

DBH Kehutanan

DBH Pert umum

DBH Pert umum

Dana Otsus &

Penyesuaian

Dana Otsus &

Penyesuaian

Tambahan Penghasilan Guru

Tambahan Penghasilan Guru

DBH Pert umum

DBH Pert umum

DBH Perikanan

DBH Perikanan

Dana

Dana

DBH Migas

DBH Migas

DBH Panas Bumi

DBH Panas Bumi

Tunjangan Profesi Guru

Tunjangan Profesi Guru

Bantuan Operasional Sek (BOS)

Bantuan Operasional Sek (BOS)

Penyesuaian

Penyesuaian

Dana Insentif Daerah (DID)

Dana Insentif Daerah (DID)

(17)

Kebijakan Transfer ke Daerah:

KEBIJAKAN UMUM TRANSFER KE DAERAH

Kebijakan Transfer ke Daerah:

1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertikal fiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance);

daerah (horizontal fiscal imbalance);

2. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik di

daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah;

3. Meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;

p

4. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya nasional;

5 Meningkatkan sinergi perencanaan

5. Meningkatkan sinergi perencanaan pembangunan pusat dan daerah;

6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas alokasi transfer kedaerah

7. Mendukung kesinambungan fiskal (fiscal

sustainabilityy) dalam kebijakan ekonomi makro.) j

Tren Transfer ke Daerah (Rp triliun)

(18)

Prinsip Pengalokasian Dana Perimbangan

Trilogi

Trilogi

Bentuk yang terdiri

Bentuk yang terdiri

dari 3 komponen yang saling

berhubungan dan

membangun tema tertentu

membangun tema tertentu.

Prinsip

Memandang Dana

Perimbangan (DBH DAU

DAU

Perimbangan (DBH, DAU,

DAK) sebagai satu kesatuan

yang tidak terpisahkan.

DBH

DAU

Temanya : pemerataan

mengatasi

vertical fiscal

imbalance

dan

horizontal

imbalance

dan

horizontal

fiscal imbalance.

Prinsip ini digunakan dlm

DAK

perhitungan DAU & DAK per

daerah

(19)

Skema DBH Pajak

Pusat (10%)

Dibagi rata ke Kab/Kota (6,5%)

DBH Pajak

Insentif Kab/Kota (3,5%)

PBB

( %)

Daerah (90%)

Insentif Kab/Kota (3,5%)

Provinsi (16,2%)

Kab/Kota (64 8%)

Biaya Pungut (9%)

Dib i t k K b/K t 20% Kab/Kota (64,8%)

BPHTB

Pusat (20%)

Daerah (80%)

Dibagi rata ke Kab/Kota 20%

Provinsi (16%)

PPh Ps.25 dan

Ps.29 WPOPDN, Pusat (80%)

Kab/Kota (64%)

PPh Ps.21

Daerah (20%)

Provinsi (8%)

Kab/Kota (12%)

Cukai Hasil

Tembakau Pusat (98%)

Daerah (2%)

Provinsi (30%)

Kab/Kota Penghasil (40%)

Daerah (2%)

Kab.Kota Pemerataan (30%)

(20)

PETA DANA BAGI HASIL PAJAK

KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA

TAHUN 2010 2011

TAHUN 2010-2011

10 000 00 12.000,00

Tahun 2010

Perkiraan DBH Pajak 2011 lebih

d h d i h 2010 k

iliar

rupiah

8.000,00

10.000,00 Tahun 2010

Tahun 2011

rendah dari th 2010 karena BPHTB

sejak 2011 sudah menjadi Pajak

Daerah (masuk dalam PAD)

dalam

m

i

6.000,00

Daerah (masuk dalam PAD)

4.000,00

0,00 2.000,00

(21)

Pusat (20%)

Skema DBH Sumber Daya Alam (SDA)

Bagi Hasil Sumber Daya Alam

Kehutanan

Iuran Hak Penguasaan Hutan (IHPH)

Provisi Sumber Daya

Pusat (20%) Pusat (20%) Daerah (80%) Provinsi (16%) Kabupaten/Kota (64%) Provinsi (16%) Kehutanan Hutan (PSDH) Dana Reboisasi Daerah (80%) Pusat (60%)

Kabupaten/Kota Penghasil (32%)

Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)

Pertambangan Umum

Daerah (40%)

Iuran Tetap (Land Rent)

Pusat (20%)

Daerah (80%)

Provinsi (16%)

Kabupaten/Kota (64%) Umum

Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royalty)

Pusat (20%)

Daerah (80%)

Pungutan Pengusahaan

Provinsi (16%)

Kabupaten/Kota Penghasil (32%)

Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)

Perikanan Pungutan Pengusahaan Perikanan Pungutan Hasil Perikanan Pusat (20%) Kabupaten/Kota (80%)

Provinsi (3 1%) 0 1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar Pertambangan

Minyak Bumi

Pusat (84,5%)

Daerah (15,5%)

Provinsi (3,1%)

Kabupaten/Kota Penghasil (6,2%)

Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (6,2%)

0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar

P t (69 5%)

0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar

0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar

Pertambangan Gas Bumi

Pusat (69,5%)

Daerah (30,5%)

Provinsi (6,1%)

Kabupaten/Kota Penghasil (12,2%)

Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (12,2%) Setoran Bagian

Pemerintah

0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar

0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar 0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar

Pertambangan Panas Bumi

Pemerintah

Iuran Tetap dan Produksi

Pusat (20%)

Daerah (80%) 16 % Provinsi; 32% Kab/Kota Penghasil; 32% Kab/Kota dalam satu provinsi

(22)

PETA DANA BAGI HASIL SDA

KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA

TAHUN 2009 2010

TAHUN 2009-2010

14.000,00

12.000,00

Hanya beberapa daerah sebagai daerah

penghasil SDA selebihnya adalah

iliar

rupiah

8.000,00

10.000,00

penghasil SDA, selebihnya adalah

daerah penerima DBH SDA

Pemerataan

dalam

m

i

4 000 00 6.000,00

Pemerataan

2.000,00 4.000,00

0,00

(23)

Trend Dana Alokasi Umum (DAU ) 2001 s/d 2011

250

200

196,2

225,5

UU No 33/2004 ttg Perimbangan Keu antara Pem Pusat dan

Pemerintahan Daerah :

150

145,7

164,8

179,5 186,4

• Pagu DAU Nasional adalah 26% dari Pendapatan Dalam Negeri

100

60,3 69,2

77 82,1 88,8

iu

n

 

Ru

p

ia

h

Neto (PDNN)

• PDNN adalah pendapatan dalam

i t l h dik i tril 50

i

negeri setelah dikurangi yang dibagihasilkan.

0

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

APBN‐P' 10

Prinsip Alokasi DAU

RAPBN 2011

Tahun Anggaran

1. Mengurangi Kesenjangan Fiskal Antara Pusat Dengan Daerah 2. Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah

3 Untuk Mengurangi Ketimpangan Pelayanan Publik Antar Daerah

Prinsip Alokasi DAU

23

3. Untuk Mengurangi Ketimpangan Pelayanan Publik Antar Daerah 4. Penerapan Formula

(24)

PETA DANA ALOKASI UMUM

KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA

TAHUN 2010 2011

TAHUN 2010-2011

25.000,00

20.000,00

15.000,00

10.000,00

5.000,00

0,00

Tahun 2010 Tahun 2011

(25)

Tren Dana Alokasi Khusus (DAK ) 2001 s/d 2011

30 20 25 21 2 24,8 25,2

• Alokasi DAK tidak terkait dengan besaran pendapatan atau besaran belanja dalam

15 20 17,1 21,2 21,14 ri li u n   Ru p ia h j APBN

• Tidak ada ketentuan khusus

5

10 11,6

tr

dalam UU yang mengatur besaran Pagu Nasional DAK

0 5 2001 2002 0,7 0,6

2,7 4 4

• Alokasi DAK menggunakan Kriteria Umum, Kriteria Khusus, dan Kriteria Teknis

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

APBN‐P' 10

RAPBN  2011

Tahun Anggaran

• Pagu Nasional DAK

diusulkan oleh Pemerintah gg

Setelah mengalami kenaikan terus menerus sejak 2001 sd 2009,

DAK tahun 2010 turun dan kembali naik pada 2011

sesuai dengan kemampuan keuangan Pemrintah

disetujui oleh DPR

DAK tahun 2010 turun, dan kembali naik pada 2011

(26)

PETA DANA ALOKASI KHUSUS

KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA

TAHUN 2010 2011

TAHUN 2010-2011

2.500,00

2.000,00

iliar

rupiah 1.500,00

dalam

m

i

1.000,00

500,00

0,00

Tahun 2010 Tahun 2011

(27)

DANA INSENTIF DAERAH TAHUN 2011

Dana Insentif Daerah (DID) untuk tahun 2011 dialokasikan berdasarkan prestasi daerah di

tahun-tahun sebelumnya

M k i

P

i

Mekanisme Penyaringan :

Saringan Utama

Dua faktor eligibilitas yang harus dipenuhi adalah :

1. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2009 (minimal WDP)

2. Penetapan APBD 2010 secara tepat waktu (paling lambat 31 Desember 2009)

Saringan Kedua.

Sa ga

edua

daerah-daerah yang tersaring oleh dua faktor eligibilitas utama tersebut di-

ranking

kembali

dengan data series selama 3 tahun untuk berbagai variable, antara lain :

Kriteria Kinerja Keuangan 1. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2. Penetapan APBD tepat waktu

3. Peningkatan PAD

1. Pertumbuhan ekonomi Kriteria Kinerja Pendidikan

Kriteria Kinerja Ekonomi dan

1. Peningkatan IPM

2. Angka Partisipasi Kasar Pendidikan 1. Pertumbuhan ekonomi

2. Pengurangan tingkat kemiskinan dan, 3. Pengurangan tingkat pengangguran

Ranking

Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan

Ranking

Daerah-daerah yang berdasarkan

ranking

berada di posisi tinggi yang akan mendapatkan

reward

(28)

BOS DI APBN DAN APBD

(1)

BOS Tahun Anggaran 2011 adalah merupakan

komponen Transfer ke Daerah

dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2011.

dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun Anggaran 2011.

(2)

BOS merupakan bagian dari pendapatan daerah dan dianggarkan dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

gg

p

j

(

)

Tahun 2011 atau APBD

Perubahan Tahun 2011 pada

kelompok Lain

lain Pendapatan yang Sah.

(3)

BOS ditujukan terutama untuk

stimulus

bagi daerah dan

bukan sebagai

( )

j

g

g

pengganti dari kewajiban daerah

untuk menyediakan anggaran pendidikan

dalam APBD baik untuk BOS Daerah (BOSDA) dan atau Bantuan Operasional

P

didik

Pendidikan.

(4)

Penggunaan

BOS agar tetap bersinergi dengan BOS Daerah (BOSDA)

dan atau

Bantuan Operasional Pendidikan

Bantuan Operasional Pendidikan.

Pagu

Pagu Nasional

Nasional dalam

dalam APBN

APBN

 

 

TA

TA

 

 

2011

2011

 

 

(

(miliar

miliar

 

 

rupiah)

rupiah)

J

j

K b

t

K t

J

l h

Jenjang

Kabupaten

Kota

Jumlah

SD

8.633,0

2.191,9

10.824,9

SMP

1 289 5

4 151 7

5 441 2

28

SMP

1.289,5

4.151,7

5.441,2

(29)

PENGALIHAN BPHTB MENJADI PAJAK DAERAH

LATAR BELAKANG

Prinsip Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah

“Money Follows Function”

Fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan, dengan dukungan pendanaan,

melalui:

Money Follows Function

melalui:

- penyerahan sumber-sumber penerimaan

- alokasi (transfer)

K

kt i tik BPHTB

hi

t

b

i P j k D

h

Karakteristik BPHTB memenuhi syarat sebagai Pajak Daerah.

-

Lokalitas

(

immobile

)

;

-

Hubungan antara wajib pajak dan yang memperoleh manfaat pajak

Hubungan antara wajib pajak dan yang memperoleh manfaat pajak

(

(

the tax

the tax

benefit-link and local accountability

)

;

-

Best practice

diberbagai negara.

Daerah bisa lebih optimal dalam menggali potensi BPHTB dan diharapkan dapat

(30)

LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN

PEMUNGUTAN BPHTB

PEMUNGUTAN BPHTB

1

2

3

LEGAL:

P d

TEKNIS:

A l k

PENDUKUNG:

S

Perda

SOP

Aplikasi

Komputer

SDM

Sosialisasi

Kerjasama

SDM

Pembukaan

Rekening

g

(31)

KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT BPHTB

Posisi: 11 April 2011

Jumlah

Persentase (%)

Nasional

Nasional

No.

Kesiapan Daerah

Jumlah

Persentase (%)

Daerah

Penerimaan BPHTB

(Rp)

Jumlah

Daerah

Penerimaan

BPHTB (Rp)

T h

2010

2010

Tahun 2010

2010

1.

Perda yang telah siap

371

7.710.715.727.350

75,4

96,2

2

R

d (d l

)

87

241 380 135 977

17 7

3 0

2.

Raperda (dalam proses)

87

241.380.135.977

17,7

3,0

3.

Belum ada informasi

34

66.320.536.599

6,9

0,8

T t l

492

8 018 416 399 926

100

100

Sumber data: DJPK dan DJP

Total

492

8.018.416.399.926

100

100

Se

Se--Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur

Jumlah

Persentase (%)

No.

Kesiapan Daerah

Jumlah

Persentase (%)

Daerah

Penerimaan BPHTB

(Rp)

Jumlah

Daerah

Penerimaan

BPHTB (Rp)

T h

2010

2010

Tahun 2010

2010

1.

Perda yang telah siap

32 723.755.698.207 84,2 94,9
(32)

KEBIJAKAN UMUM PENDANAAN DEKON/TP 2011*)

1. Dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran K/L yang bersumber

dari APBN yang disediakan hanya untuk mendanai urusan pusat sesuai dengan pembagian urusan dari APBN yang disediakan hanya untuk mendanai urusan pusat sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan

2 Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan

2. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan

program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan

3. Penegasan larangan penyediaan dana pendamping atau bentuk lain yang dipersamakan bersumber darig g p y p p g y g p

APBD kecuali untuk program penanggulangan kemiskinan dalam bentuk PNPM mandiri yang diatur dengan ketentuan tersendiri.

4. Daerah yang melaksanakan Kegiatan Dekon/TP harus disertai dengan Surat Pelimpahan dan/atau

Surat Penugasandari Pemerintah (K/L)

5 P i t h D h jib b it h k k DPRD t t P d K i t D k /TP d l

5. Pemerintah Daerah wajib memberitahukan ke DPRD tentang Program dan Kegiatan Dekon/TP dalam

rangka sinkronisasi program dan kegiatan daerah agar tidak terjadi duplikasi pendanaan

6 Pengalokasian Dana Dekon dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan negara

6. Pengalokasian Dana Dekon dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan negara,

keseimbangan pendanaan di daerah (besarnya transfer ke daerah dan kemampuan keuangan daerah), dan kebutuhan pembangunan di daerah.

www.djpk.depkeu.go.id

(33)

K

di i Fi k l P

i

i J

Ti

K

di i Fi k l P

i

i J

Ti

(34)

KONDISI FISKAL PROVINSI JAWA TIMUR

(Berdasarkan APBD dan APBN ke Daerah 2008-2010)

2008 2009 2010

 Jatim   % Nasional  Jatim  % Nasional  Jatim  % Nasional  Jumlah  % 

I. SUMBER PENDANAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

URAIAN       (Dalam Miliar Rupiah)

Rata ‐ Rata Jatim

1 Melalui APBD  

1. Kemampuan Keuangan Daerah 3.639,03 170,8% 4.080,94 370,2% 5.183,41 406,4% 4.301,13 315,8%

    a.  PAD 3.584,13 170,3% 3.886,99 360,8% 5.144,00 418,3% 4.205,04 316,5%

    b.  Lain‐Lain Pend yg Sah 54,90 205,4% 193,95 778,4% 39,41 86,5% 96,09 356,8%

2 D T f d i APBN 1 834 98 141 3% 2 030 65 144 6% 2 239 98 158 56% 2 035 20 148 2%

   I.   SUMBER PENDANAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH 

2. Dana Transfer dari APBN 1.834,98 141,3% 2.030,65 144,6% 2.239,98 158,56% 2.035,20 148,2%

    a.  DBH Pajak 700,06 170,2% 773,68 161,1% 875,33 157,56% 783,02 162,9%

    b.  DBH SDA 112,01 35,5% 120,49 37,9% 94,74 39,82% 109,08 37,7%

    c.  DAU 1.022,86 188,0% 1.118,48 198,0% 1.212,93 207,94% 1.118,09 198,0%

    d.  DAK 0,00 0,0% 18,00 43,7% 56,98 226,81% 24,99 90,2%

    e.  Dana Penyesuaian 0,05 1,0% 0,00 0,0% 0,00 0,00% 0,02 0,3%

2 Melalui APBN dari Anggaran K/L 3.199,76 392,5% 352,24 170,7% 446,25 207,2% 1.332,75 256,8%

1.  Dana Dekonsentrasi 2.936,48 391,1% 237,37 164,7% 315,08 204,5% 1.162,98 253,4%

2.  Dana Tugas Pembantuan 263,27 409,0% 114,86 184,6% 131,17 215,0% 169,77 269,5%

3.  Dana Urusan Bersama 0,00 0,0% 0,00 0,0% 0,00 0,0% 0,00 0,0%

 II.  KEBIJAKAN POLA BELANJA YANG DIGUNAKAN PEMERINTAH DAERAH DAN PEMERINTAH PUSAT

3 Belanja Daerah  6.090,82 168,4% 6.314,06 274,6% 7.826,71 298,3% 6.743,86 247,1%

a.  Belanja Pegawai 1.582,69 171,1% 1.821,04 261,0% 2.029,30 269,6% 1.811,01 233,9%

b.  Belanja Barang 1.174,15 226,9% 1.597,27 408,9% 2.016,42 388,9% 1.595,95 341,6%

B l j M d l 439 50 61 6% 432 75 85 6% 750 04 116 9% 540 76 88 0%

c.  Belanja Modal 439,50 61,6% 432,75 85,6% 750,04 116,9% 540,76 88,0%

d.  Bantuan Sosial 418,04 283,7% 147,47 202,8% 37,71 87,1% 201,07 191,2%

e.  Belanja Lain‐Lain 2.476,44 188,6% 2.315,53 366,4% 2.993,23 448,1% 2.595,07 334,4%

4 Belanja Pusat di Daerah oleh K/L 3.199,76 392,5% 352,24 170,7% 446,25 207,2% 1.332,75 256,8%

a.  Pegawai 37,80 228,3% 1,21 495,4% 0,00 0,0% 13,00 241,2%

b.  Barang 146,30 168,0% 235,92 192,9% 277,45 198,5% 219,89 186,5%

c.  Modal 292,60 442,8% 70,03 190,5% 75,00 297,3% 145,88 310,2%

d.  Bantuan Sosial 2.723,06 421,8% 45,08 95,9% 93,80 186,3% 953,98 234,7%

III.  KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN APBD

5 Surplus/Defisit APBD (732,40) 199,6% (363,48) 204,1% (429,30) 142,2% (508,39) 181,9%

%% Nasional merupakan % rata‐rata nasional dalam tahun tersebut

5 Surplus/Defisit APBD (732,40) 199,6% (363,48) 204,1% (429,30) 142,2% (508,39) 181,9% 6 SILPA Tahun Sebelumnya 362,90 90,9% 467,08 249,1% 498,25 147,5% 442,74 162,5%

(35)

Peta Jumlah Penduduk se‐Indonesia

Tahun 2009‐2010

40 000 00 45.000,00 

Tahun 2009 2010

2009 2010

35.000,00  40.000,00 

••

Jumlah Penduduk Jawa

 

Timur

 

di

 

Tahun

2010

 

sebanyak

37.476.011

jiwa

25.000,00  30.000,00 

w

a

Jawa

 

Timur

 

masuk urutan ke

2

dari 33

 

Provinsi,

 

dengan sebaran jumlah

penduduk sebanyak

15,78 %

dari Total

 

20.000,00  ri b u   ji w

Nasional

10.000,00  15.000,00  ‐ 5.000,00  P A B A R MA LU T G O RO N T A LO S U LB A R B A B E L MA LU K U K E P RI B E N G K U LU K A LT E N G S U LT RA S U LU T S U LT E N G P A P U A JA MB I Y O G Y A K A RT A K A LT IM K A LS E L B A LI K A LB A R N A D N T B N T T S U MB A R RIA U S U MS E L LA MP U N G S U LS E L D K I B A N T E N S U MU T JA T E N G JA T IM JA B A R PROVINSI Jumlah Penduduk secara Nasional Tahun 2009 sebanyak 231.369.450 jiwa, dan Tahun 
(36)

Peta Kemampuan Fiskal Daerah Per Kapita (KFD)

Se‐Indonesia Tahun 2009‐2010

4.000,00  4.500,00 

2009 2010

3 000 00 3.500,00 

KFD

 

Provinsi Jawa

 

Timur

 

baik ditahun

2009

 

maupun 2010

 

cukup rendah

 

dibandingkan dengan Provinsi lainnya.

KFD

 

Provinsi Jawa

 

Timur

 

baik ditahun

2009

 

maupun 2010

 

cukup rendah

 

dibandingkan dengan Provinsi lainnya.

2.500,00  3.000,00  ru p ia h

g

g

y

Jawa

 

Timur

 

masuk urutan ke

32

dari 33

 

Provinsi

g

g

y

Jawa

 

Timur

 

masuk urutan ke

32

dari 33

 

Provinsi

1.500,00  2.000,00  ri b u   500 00 1.000,00  ‐ 500,00  T E N G A T IM N T T A B A R N T B U N G M U T N T E N LS E L M B A R LB A R A RT A U LU T B A LI T E N G M S E L A MB I K U LU T A LO A LS E L LT RA LU K U LB A R T E N G A LU T A B E L R IA U K E P RI N A D D K I LT IM A P U A A B A R JA

T JA JA

LA

MP SU

M B A N S U S U M K A L Y O G Y A K

A SU

S U LT S U M JA B E N G K G O RO N T K A S U L MA L S U L K A

LT MA BA R K

K

A

L

P

A PA

• KFD adalah ruang fiskal (fiscal space) yang menunjukan kemampuan daerah dalam mendanai

PROVINSI Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah.

(37)

Peta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Se‐Indonesia Tahun 2008‐2009

70,00 

80,00 

2008

2009

60,00 

IPM Provinsi Jawa Timur ditahun 2009 mengalami

40,00  50,00 

IP

M

IPM

 

Provinsi Jawa

 

Timur

 

ditahun 2009

 

mengalami

kenaikan dibandingkan tahun 2008.

Untuk IPM

 

Jawa

 

Timur

 

Tahun 2008

 

=

 

69,78,

 

d

k

T h

2009

71 06

30,00 

I

sedangkan Tahun 2009

 

=

 

71,06.

Jawa

 

Timur

 

masuk urutan ke

19

dari 33

 

Provinsi

10,00  20,00 

• IPM adalah Indikator Sosial dan Ekonomi yang digunakan untuk mengukur

PROVINSI

pembangunan kualitas hidup manusia

Variabel yang dikukur meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

(38)

Pengelompokan Daerah Berdasarkan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD)

dan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010 (IPM)

Prioritas

II

Provinsi :

KFD K it Riil • KFD per Kapita Riil

Provinsi Rata2Nas. = Rp 2.677

• Indeks KFD Rata2= 1

• IPM Provinsi Rata2 = 70,37

Kabupaten/Kota :

• KFD per Kapita Riil Kab/Kota Rata2 Nas. = Rp 5.688 • Indeks KFD Rata2=

1

• IPM Kab/Kota Rata2 = 70,800,80

P i it

www.djpk.depkeu.go.id

Prioritas

I

(39)

Pengelompokan Daerah Se- Prov Jawa Timur Berdasarkan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) dan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010 (IPM)

No Kab/Kota IKFD re IPM

Prioritas II

No Kab/Kota IKFD re‐IPM

1 Kota Blitar  1.02 1.09

2 Kota Mojokerto 1.32 1.09

No Kab/Kota IKFD re‐IPM

1 Kab. Blitar  0.24 1.04

2 Kab. Gresik  0.31 1.05

3 Kab. Jombang  0.21 1.03

4 Kab. Kediri  0.15 1.01

5 Kab Magetan 0 26 1 02

5 Kab. Magetan  0.26 1.02

6 Kab. Mojokerto  0.18 1.04

7 Kab. Pacitan  0.26 1.01

8 Kab. Sidoarjo  0.29 1.08 9 Kab. Trenggalek  0.30 1.03

10 Kab. Tulungagung 0.21 1.04

10 Kab. Tulungagung  0.21 1.04

11 Kota Batu 0.73 1.05

12 Kota Kediri  0.86 1.07

13 Kota Madiun 0.58 1.09

14 Kota Malang  0.30 1.09

15 Kota Pasuruan 0.77 1.04

16 Kota Probolinggo  0.70 1.05 17 Kota Surabaya  0.51 1.09

No Kab/Kota IKFD re‐IPM

1 Kab Bangkalan 0 24 0 91

Provinsi :

• KFD per Kapita Riil

Provinsi Rata2Nas. =

Rp 2.677

• Indeks KFD Rata2= 1

1 Kab. Bangkalan  0.24 0.91 2 Kab. Banyuwangi  0.19 0.97 3 Kab. Bojonegoro  0.28 0.94 4 Kab. Bondowoso  0.23 0.87

5 Kab. Jember  0.19 0.91

6 Kab Lamongan 0 22 0 98

• IPM Provinsi Rata2

= 70,37

Kabupaten/Kota :

• KFD per Kapita Riil

Kab/Kota Rata2Nas. =

6 Kab. Lamongan  0.22 0.98 7 Kab. Lumajang  0.19 0.95

8 Kab. Madiun  0.31 0.98

9 Kab. Malang  0.14 0.99

10 Kab. Nganjuk  0.25 1.00

11 Kab. Ngawi  0.24 0.97 /

Rp 5.688

• Indeks KFD Rata2= 1

• IPM Kab/Kota Rata2 =

70,80

g

12 Kab. Pamekasan  0.19 0.90 13 Kab. Pasuruan  0.21 0.94 14 Kab. Ponorogo  0.23 0.99 15 Kab. Probolinggo  0.22 0.88

16 Kab. Sampang  0.19 0.82

www.djpk.depkeu.go.id

Prioritas I

17 Kab. Situbondo  0.28 0.90

18 Kab. Sumenep 0.15 0.92

19 Kab. Tuban  0.22 0.96

(40)

Perbandingan Belanja Modal terhadap total  Belanja

32 0 20 0 18 6

Perbandingan Belanja Barang & Jasa terhadap

total Belanja

28,9

26,3 25,3

20 5 19 4 20 0

17 0 22,0 27,0 32,0

%

18,2 18,0 18,6

18,1 16,0 16,3 14,0 16,0 18,0 20,0 %

20,5 19,4 20,0

7,0 12,0 17,0

2007 2008 2009

10,0 12,0 14,0

2007 2008 2009

Nasional Jatim Nasional Jatim

•Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset yang mempunyai masa manfaat lebih

•Belanja Barang & Jasa adalah belanja untuk pembelian barang dan jasa yang habis pakai guna memproduksi barang dari 12 bulan.

•Proporsi belanja modal Jatim dan Nasional mempunyai trend menurun namun Jatim mempunyai gradien yang lebih kecil

dan jasa

•Perbandingan belanja barang & jasa Jatim dan nasional mempunyai pola yang sama, yaitu turun di tahun 2008 dan naik kembali di tahun 2009 dengan penurunan di tahun menurun namun Jatim mempunyai gradien yang lebih kecil

dibanding Nasional dimana Proporsi Jatim masih dibawah Nasional

naik kembali di tahun 2009, dengan penurunan di tahun 2008 lebih besar dibanding dengan Nasional

45,3 45,9 46,5

40,0 50,0

60,0 Perbandingan Belanja Pegawai terhadap total Belanja

Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada

38,4 40,1 41,5

10 0 20,0 30,0 ,

% pegawai pemerintah daerah, pensiunan dan pejabat daerah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

 Proporsi belanja pegawai Jatim mempunya trend naik sama dengan

10,0

2007 2008 2009

Nasional Jatim

(41)

Transfer Ke Daerah dibanding Total  Pendapatan

SiLPA dibanding Total Belanja

75,0 80,0

15 00 17,00 19,00 21,00 23,00

65,0 70,0

%

7,00 9,00 11,00 13,00 15,00

%

60,0

2007 2008 2009

Nasional Jatim

5,00

2007 2008 2009

Nasional Jatim

Daerah 2007 2008 2009

Nasional 76,41 77,84 76,84

Jatim 73 75 72 56 70 37

Daerah 2007 2008 2009

Nasional 21,99 16,87 12,78

J ti 20 86 18 11 15 29

Jatim 73,75 72,56 70,37

•Transfer Ke Daerah terdiri dari dana perimbangan, dana otsus dan dana penyesuaian.

• Ketergantungan Jatim terhadap Pusat lebih

Jatim 20,86 18,11 15,29

• SiLPA adalah selisih lebih realisasi Penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran

• Ketergantungan Jatim terhadap Pusat lebih  Rendah dibanding daerah secara nasional, rata‐ rata ketergantungan Jatim adalah 72,22%  sedangkan rata‐rata nasional adalah 77,03%

pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran

•Perbandaingan SiLPA terhadap total belanja Jatim mempunyai  trend yang sama dengan trend daerah secara nasional yaitu  trend turun dalam tiga tahun terakhir

(42)

Tingkat Pengangguran

Tingkat pengangguran Jatim lebih rendah dibanding dengan

10,00 Tingkat pengangguran Jatim lebih rendah dibanding dengan

tingkat pengangguran nasional ditahun 2007-2009

Penurunan pengangguran Jatim di tahun 2008 sekitar 6,4% dan turun ke tingkat 5 08% pada tahun 2009

9,11 8,39 7,87 6,79 6,42 6,00 7,00 8,00 9,00 %

dan turun ke tingkat 5,08% pada tahun 2009

6,42

5,08

3,00 4,00 5,00

2007 2008 2009

Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat Kemiskinan

Nasional Jatim

Tingkat kemiskinan Jatim masih lebih tinggi jika dibanding secara nasional.

Trend kemiskinan Jatim mempunyai trend yang sama dengan

6,35 6,01 4,55 6,04 5,90 4,94 4 00 5,00 6,00 7,00

p y y g g

tren nasional yaitu menurun dari tahun 2007 s/d 2009.

19 98 22,00 4,94 0 00 1,00 2,00 3,00 4,00 %

Pertumbuhan ekonomi Jatim mempunyai pola yang sama

16,58 15,15 14,15 19,98 18,19 16,22 16,00 18,00 20,00 % 0,00

2007 2008 2009

Nasional Jatim

Pertumbuhan ekonomi Jatim mempunyai pola yang sama dengan nasional, turun dari tahun 2007-2009

Kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim lebih baik dibanding Nasional pada tahun 2009

10,00 12,00 14,00

%

Nasional pada tahun 2009

8,00

2007 2008 2009

(43)

Kementerian

 

Keuangan

 

RI

Kementerian

 

Keuangan

 

RI

JL DR

JL DR W hidi

W hidi N

N

1

1

JL.

 

DR.

 

JL.

 

DR.

 

Wahidin

Wahidin No.

No.

 

 

1

1

 

 

Telp

Telp.

.

 

 

(021)

(021)

 

 

3

3449

4492

230

30

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Deskripsi disposisi matematis siswa berdasarkan pembelajaran, kluster sekolah dan kemampuan awal matematika (KAM) siswa tersaji pada Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel

Penerapan Asas Keseimbangan, dalam Perjanjian Kredit Perbankan pada Bank Mega KCP MT Haryono, belum memenuhi asas keseimbangan sebagaimana diatur pada Pasal

tersebut dengan menggelar Musyawarah Nasional VII yang di antara agendanya adalah menyikapi gerakan jama’ah Ahmadiyah. Adapun hasilnya, sebagaimana telah disebutkan di

Jaringan tugas merupakan representasi grafik dari aliran tugas sebuah proyek & digunakan sebagai mekanisme untuk seluruh rangkaian & ketergantunagn tugas

Dokumen merupakan sumber yang baik untuk data berbentuk teks (kata-kata) bagi sebuah penelitian kualitatif. Sumber tersebut memiliki kelebihan tersendiri karena

A 85.01-100 Merupakan perolehan mahasiswa superior, yaitu mereka yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik bahkan tertantang untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan, pengetahuan dan word of mouth terhadap keputusan penggunaan jasa Arminareka Perdana

Driven by business and user demand, more sophiscated features have been provided with modern scheduling tools apart from automating the execution of batch jobs, such as:.. •