KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan pada
Outline
Outline
Kebijakan Fiskal Nasional Tahun 2011
Kebijakan Fiskal Nasional Tahun 2011
Hubungan Keuangan antara Pusat dan Daerah
Kondisi Fiskal Jawa Timur
K bij k
Fi k l N i
l T h
2011
K bij k
Fi k l N i
l T h
2011
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan
Moneter
Kebijakan
Neraca
Kebijakan
S k
Riil
Neraca
Pembayaran
Sektor Riil
Keempat kebijakan tersebut saling mempengaruhi dan berdampak pada ekonomi makro
Kebijakan
Moneter
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Neraca Pembayaran
Kebijakan Sektor Riil Riil
APBN
APBN
Transfer
Ke
APBD
APBD
Daerah
Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
dalam triliun rupiah
Kesehatan
Kesehatan
APBN
APBN
LKPP
LKPP
LKPP
LKPP
LKPP
APBNP
APBN
Pendapatan
495,2
638
707,8
981,6
848,8
992,4
1.104,9
Belanja
509,6
667,1
757,6
985,7
937,4
1.126,1 1.229,6
Surplus/Defisit
(14,4)
(29,1)
(49,8)
(4,1)
(88,6)
(133,7)
(124,7)
% thd PDB
(0 5)
(0 9)
(1 3)
(0 1)
(1 6)
(2 1)
(1 8)
% thd PDB
(0,5)
(0,9)
(1,3)
(0,1)
(1,6)
(2,1)
(1,8)
Pembiayaan
11,1
29,4
42,5
84,1
112,6
133,7
124,7
Kesehatan
Kesehatan
APBD
APBD
Kebijakan fiskal yang sustainable apabila dalam jangka
j
d fi i
k
d li
panjang, defisit terkendali
Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional
Tahun 2011 dan 2012
Tantangan Kebijakan Fiskal Nasional
Tahun 2011 dan 2012
Tahun 2011 dan 2012
Tahun 2011 dan 2012
Harga
Harga
g
g
Minyak
Minyak
Kebijakan
Makro
Pangan
Pangan
Harga
Harga
Inflasi
Inflasi
Kebijakan
j
Fiskal
Kebijakan
T
f
k D
h
Realisasi Pertumbuhan PDB 2010 mencapai 6,1%, kembali pada kondisi
sebelum terjadinya krisis global tahun 2008. Didukung terutama oleh
meningkatnya pertumbuhan investasi dan ekspor
meningkatnya pertumbuhan investasi dan ekspor
6 3
7.0
PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2007 - 2010 (%, yoy)
6.3
6.0
4.6
6.1
5.0 6.0
2.0 3.0 4.0
0.0 1.0
2007 2008* 2009** 2010***
Pengeluaran
Tahun
2007
2008
2009
2010
2007
2008
2009
2010
Konsumsi Rumah Tangga
5,0
5,3
4,9
4,6
Konsumsi Pemerintah
3 9
10 4
15 7
0 3
Konsumsi Pemerintah
3,9
10,4
15,7
0,3
PMTB
9,3
11,9 3,3
8,5
Ekspor
8,5
9,5
(9,7)
14,9
Sumber: BPS
Ekspor
8,5
9,5
(9,7)
14,9
Impor
9,1
10,0 (15,0)
17,3
17,1
6 6 6 6
11,1
10 15 20
Inflasi y.o.y (%)
6,6 6,6
2,8 5,3 5,3
0 5 10
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1. Tambahan alokasi Raskin 1 bulan untuk membantu mestabilkan harga pangan. 2 Melakukan Operasi Pasar oleh Bulog Pemerintah BUMN (CSR)
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
2. Melakukan Operasi Pasar oleh Bulog, Pemerintah, BUMN (CSR).
3. Pengadaan beras DN oleh Bulog (untuk menyerap beras petani, stok beras nasional, distribusi Raskin) didukung dengan menerbitkan tabel rafaksi beras oleh Kementerian Pertanian guna memberi fleksibilitas
k d B l l k k b li b h/b i bil h dib h HPP
kepada Bulog melakukan pembelian gabah/beras petani, bila harganya dibawah HPP.
4. Menugaskan Bulog untuk mengimpor beras sampai dengan masa panen guna menambah stok beras nasional. 5 Kebijakan fiskal melalui penyesuaian tarif atas komoditi ekspor dan impor pangan
5. Kebijakan fiskal melalui penyesuaian tarif atas komoditi ekspor dan impor pangan.
6. Penggunaan dana stabilitas Pangan Rp2 triliun + dana tambahan cadangan beras nasional Rp1 triliun. 7. Penyusunan Perpres untuk penugasan pelaksana kegiatan penyaluran Bantuan Langsung Benih Unggul
(BLBU) dan Bantuan Langsung Pupuk (BLP) serta Inpres Pengamanan Produksi Beras Nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim.
8. Pengembangan Food Estate dalam jangka menengah. Fokus pengembangan komoditi : padi, jagung, kedelaig g j g g p g g p , j g g, dan gula.
Indikator Ekonomi Makro dan Pembangunan
Tahun 2011
Indikator
APBN
2011
Pertumbuhan
Ekonomi
(%)
6,4
Nilai
Tukar
(Rp/US$)
9.250
I fl
i (%)
5 3
Inflasi
(%)
5,3
Suku
Bunga
SBI
3
Bulan
(%)
6,5
Harga
Minyak
(US$/barel)
80,0
Lifting
Minyak
(juta
barel/hari)
0,970
Pertumbuhan PDB 2011 (Pengeluaran)
• Konsumsi Masyarakat: 5,3% - 5,5%
• Konsumsi Pemerintah: 6,3% – 6,5%
Pertumbuhan PDB 2011 (Sektoral)
• Industri pengolahan: 4,4% - 4,6%
• Pertanian, peternakan, kehutanan dan
Konsumsi Pemerintah: 6,3% 6,5%
• PMTB: 11,0% – 11,2%
• Ekspor: 11,3% – 11,5%
• Impor: 12 5% – 12 7%
, p ,
perikanan: 4,4% - 4,6%
• Perdagangan, hotel, restoran: 7,4 % – 7,6% • Pertambangan & penggalian: 3,5% - 3,7%
• Impor: 12,5% – 12,7%
Indikator Pembangunan 2011:
Ti k t
t b k
7 0%
•
Tingkat pengangguran terbuka: 7,0%
•
Tingkat kemiskinan: 11,5% – 12,5%
10
PRINSIP PENGATURAN WEWENANG DAN PENUGASAN
Kewenangan Pusat
DILAKSANAKAN INSTANSI
PUSAT ATAU INSTANSI
VERTIKAL DI DAERAH
VERTIKAL DI DAERAH
Desentralisasi
UU 32 Th 2004
WEWENANG
WEWENANG
DISERAHKAN KEPADA
DAERAH
UU 32 Th 2004
PEMERINTAH
PEMERINTAH
PUSAT
PUSAT
Dekonsentrasi
DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT
Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan
DITUGASKAN KEPADA DAERAH
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Daerah
Daerah
Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat
Alur Belanja APBN ke Daerah
Daerah
Daerah
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Pusat
MONEY FOLLOWS FUNCTI ON
AND CAPACI TY
Melalui Angg K/L
Mendanai
kewenangan 6 Urusan
PENDAPATAN Dana Vertikal
di Daerah
Belanja Pemerintah
Pusat
Mendanai kewenangan di luar 6 Urusan
Dana Dekonsentrasi
Dana Tgs Pembantuan
PNPM dan Jamkesmas
Pusat
Subsidi dan Bantuan
Melalui Angg Non K/L
BELANJA
APBN Masuk APBD
Transfer
Hibah
Mendanai Transfer
Ke Daerah
•
•
DanaDana PerimbanganOtsus danPenyesuaian
kewenangan Daerah (Desentralisasi)
PEMBIAYAAN Pinjaman
Total Belanja = 1.126,15
Belanja
Belanja APBN 2010
APBN 2010
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)Belanja
Belanja APBN 2010
APBN 2010
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)Belanja Pusat di Pusat; 443,46; 39,38%
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah) ((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)
Sumber : APBN-P 2010
Belanja Pusat di Daerah; 126,38; 11,22% Bantuan ke Masyarakat;
35 37; 3 14% 35,37; 3,14%
Transfer ke Daerah; 344,61; 30,60%
Subsidi; 176,33; 15,66%
Dana ke Daerah = 682,69(60,6%)
•PNPM 10,42(0.93%) • BBM 88,89(7.89%) •DBH 89,61(7.96%) • Dana Dekon 11,93(1.06%)
BOS 19 84(1 76%) Listrik 55 10(4 89%) DAU 203 60(18 08%) D TP 7 64(0 68%)
Melalui Angg.K/L dan APP
(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi)
Melalui Angg. Transfer ke Daerah
(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L
•BOS 19,84(1.76%) • Listrik 55,10(4.89%) •DAU 203,60(18.08%) • Dana TP 7,64(0.68%)
•Jamkes 5,1(0.45%) • Pangan 13,92(1.24%) •DAK 21,13(1.88%) 106,8(9.48%)
• Pupuk 18,41(1.63%) •OTSUS 9,09(0.81%)
• Penyesuaian 21,15(1.88%)
• Dana Vertikal
Total 35,37(3.14%) Total 176,33(15.66%) Total 344,61(30.06%) Total 126,38(11.22%)
dan Perhitungan
*) APP = Anggaran Pembiayaan
Belanja
Belanja APBN 2011
APBN 2011
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)
Belanja
Belanja APBN 2011
APBN 2011
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)
Total Belanja = 1.229,56
((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)((TriliunTriliun Rupiah)Rupiah)
Sumber : APBN 2011
Belanja Pusat di Pusat; 477,24; 38.81%
Belanja Pusat di Daerah; 171 62; 13 96% 171,62; 13.96% Bantuan ke Masyarakat;
19,34; 1.57%
Transfer ke Daerah; 392,98; 31.96%
Subsidi; 168,38; 13.69%
Dana ke Daerah = 752,32 (61,19 %)
Melalui Angg.K/L dan APP
(Program Nasional) Melalui APP (Subsidi)
Melalui Angg. Transfer ke Daerah
(Masuk APBD) Melalui Angg. K/L
•PNPM 12,99(1.15%) • BBM 95,91(8.52%) •DBH 83,5(7.42%) • Dana Dekon 24,43(2.17%)
•Jamkes 6 35(0 56%) •Listrik 40 7(3 61%) •DAU 225 5(20 03%) • Dana TP 12 93(1 15%)
•Jamkes 6,35(0.56%) Listrik 40,7(3.61%) •DAU 225,5(20.03%) • Dana TP 12,93(1.15%)
• Pangan 15,26(1.36%) •DAK 25,2(2.24%) • Dana Vertikal 134,25(11.92%)
• Pupuk 16,37(1.45%) •OTSUS 10,4(0.93%)
• Benih 0,12(0.01%) • Penyesuaian 48,2(4.28%)
*) APP = Anggaran Pembiayaan) APP Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
Ruang Lingkup Transfer Ke Daerah 2011
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU)
DBH PBB
DBH PBB
DBH Pajak
Dana Perimbangan
Dana Perimbangan
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
DBH PBB
DBH PBB
DBH PPh
DBH PPh
Dana Otsus PAPUA,
Dana Otsus PAPUA,
Dana
Dana
DBH Cukai HT
DBH Cukai HT
TRANSFER
PAPUA BARAT, dan ACEH
PAPUA BARAT, dan ACEH
D
I f
Ot
P
D
I f
Ot
P
Dana
Otsus
Dana
Otsus
DBH SDATRANSFER
KE DAERAH
Dana Infras Otsus Papua
dan Papua Barat
Dana Infras Otsus Papua
dan Papua Barat
DBH Kehutanan
DBH Kehutanan
DBH Pert umum
DBH Pert umum
Dana Otsus &
Penyesuaian
Dana Otsus &
Penyesuaian
Tambahan Penghasilan Guru
Tambahan Penghasilan Guru
DBH Pert umum
DBH Pert umum
DBH Perikanan
DBH Perikanan
Dana
Dana
DBH Migas
DBH Migas
DBH Panas Bumi
DBH Panas Bumi
Tunjangan Profesi Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Operasional Sek (BOS)
Bantuan Operasional Sek (BOS)
Penyesuaian
Penyesuaian
Dana Insentif Daerah (DID)
Dana Insentif Daerah (DID)
Kebijakan Transfer ke Daerah:
KEBIJAKAN UMUM TRANSFER KE DAERAH
Kebijakan Transfer ke Daerah:
1. Mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah (vertikal fiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance);
daerah (horizontal fiscal imbalance);
2. Meningkatkan kualitas pelayanan Publik di
daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah;
3. Meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah;
p
4. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya nasional;
5 Meningkatkan sinergi perencanaan
5. Meningkatkan sinergi perencanaan pembangunan pusat dan daerah;
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas alokasi transfer kedaerah
7. Mendukung kesinambungan fiskal (fiscal
sustainabilityy) dalam kebijakan ekonomi makro.) j
Tren Transfer ke Daerah (Rp triliun)
Prinsip Pengalokasian Dana Perimbangan
Trilogi
Trilogi
Bentuk yang terdiri
Bentuk yang terdiri
dari 3 komponen yang saling
berhubungan dan
membangun tema tertentu
membangun tema tertentu.
Prinsip
Memandang Dana
Perimbangan (DBH DAU
DAU
Perimbangan (DBH, DAU,
DAK) sebagai satu kesatuan
yang tidak terpisahkan.
DBH
DAU
Temanya : pemerataan
mengatasi
vertical fiscal
imbalance
dan
horizontal
imbalance
dan
horizontal
fiscal imbalance.
Prinsip ini digunakan dlm
DAK
perhitungan DAU & DAK per
daerah
Skema DBH Pajak
Pusat (10%)
Dibagi rata ke Kab/Kota (6,5%)
DBH Pajak
Insentif Kab/Kota (3,5%)
PBB
( %)
Daerah (90%)
Insentif Kab/Kota (3,5%)
Provinsi (16,2%)
Kab/Kota (64 8%)
Biaya Pungut (9%)
Dib i t k K b/K t 20% Kab/Kota (64,8%)
BPHTB
Pusat (20%)
Daerah (80%)
Dibagi rata ke Kab/Kota 20%
Provinsi (16%)
PPh Ps.25 dan
Ps.29 WPOPDN, Pusat (80%)
Kab/Kota (64%)
PPh Ps.21
Daerah (20%)
Provinsi (8%)
Kab/Kota (12%)
Cukai Hasil
Tembakau Pusat (98%)
Daerah (2%)
Provinsi (30%)
Kab/Kota Penghasil (40%)
Daerah (2%)
Kab.Kota Pemerataan (30%)
PETA DANA BAGI HASIL PAJAK
KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2010 2011
TAHUN 2010-2011
10 000 00 12.000,00
Tahun 2010
Perkiraan DBH Pajak 2011 lebih
d h d i h 2010 k
iliar
rupiah
8.000,00
10.000,00 Tahun 2010
Tahun 2011
rendah dari th 2010 karena BPHTB
sejak 2011 sudah menjadi Pajak
Daerah (masuk dalam PAD)
dalam
m
i
6.000,00
Daerah (masuk dalam PAD)
4.000,00
0,00 2.000,00
Pusat (20%)
Skema DBH Sumber Daya Alam (SDA)
Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Kehutanan
Iuran Hak Penguasaan Hutan (IHPH)
Provisi Sumber Daya
Pusat (20%) Pusat (20%) Daerah (80%) Provinsi (16%) Kabupaten/Kota (64%) Provinsi (16%) Kehutanan Hutan (PSDH) Dana Reboisasi Daerah (80%) Pusat (60%)
Kabupaten/Kota Penghasil (32%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)
Pertambangan Umum
Daerah (40%)
Iuran Tetap (Land Rent)
Pusat (20%)
Daerah (80%)
Provinsi (16%)
Kabupaten/Kota (64%) Umum
Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi (Royalty)
Pusat (20%)
Daerah (80%)
Pungutan Pengusahaan
Provinsi (16%)
Kabupaten/Kota Penghasil (32%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (32%)
Perikanan Pungutan Pengusahaan Perikanan Pungutan Hasil Perikanan Pusat (20%) Kabupaten/Kota (80%)
Provinsi (3 1%) 0 1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar Pertambangan
Minyak Bumi
Pusat (84,5%)
Daerah (15,5%)
Provinsi (3,1%)
Kabupaten/Kota Penghasil (6,2%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (6,2%)
0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
P t (69 5%)
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
Pertambangan Gas Bumi
Pusat (69,5%)
Daerah (30,5%)
Provinsi (6,1%)
Kabupaten/Kota Penghasil (12,2%)
Kabupaten/Kota dalam satu provinsi (12,2%) Setoran Bagian
Pemerintah
0,1% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar 0,2% untuk Anggaran Pendidikan Dasar
Pertambangan Panas Bumi
Pemerintah
Iuran Tetap dan Produksi
Pusat (20%)
Daerah (80%) 16 % Provinsi; 32% Kab/Kota Penghasil; 32% Kab/Kota dalam satu provinsi
PETA DANA BAGI HASIL SDA
KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2009 2010
TAHUN 2009-2010
14.000,00
12.000,00
Hanya beberapa daerah sebagai daerah
penghasil SDA selebihnya adalah
iliar
rupiah
8.000,00
10.000,00
penghasil SDA, selebihnya adalah
daerah penerima DBH SDA
Pemerataan
dalam
m
i
4 000 00 6.000,00
Pemerataan
2.000,00 4.000,00
0,00
Trend Dana Alokasi Umum (DAU ) 2001 s/d 2011
250
200
196,2
225,5
UU No 33/2004 ttg Perimbangan Keu antara Pem Pusat dan
Pemerintahan Daerah :
150
145,7
164,8
179,5 186,4
• Pagu DAU Nasional adalah 26% dari Pendapatan Dalam Negeri
100
60,3 69,2
77 82,1 88,8
iu
n
Ru
p
ia
h
Neto (PDNN)
• PDNN adalah pendapatan dalam
i t l h dik i tril 50
i
negeri setelah dikurangi yang dibagihasilkan.
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
APBN‐P' 10
Prinsip Alokasi DAU
RAPBN 2011Tahun Anggaran
1. Mengurangi Kesenjangan Fiskal Antara Pusat Dengan Daerah 2. Pemerataan Kemampuan Keuangan Antar Daerah
3 Untuk Mengurangi Ketimpangan Pelayanan Publik Antar Daerah
Prinsip Alokasi DAU
23
3. Untuk Mengurangi Ketimpangan Pelayanan Publik Antar Daerah 4. Penerapan Formula
PETA DANA ALOKASI UMUM
KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2010 2011
TAHUN 2010-2011
25.000,00
20.000,00
15.000,00
10.000,00
5.000,00
0,00
Tahun 2010 Tahun 2011
Tren Dana Alokasi Khusus (DAK ) 2001 s/d 2011
30 20 25 21 2 24,8 25,2• Alokasi DAK tidak terkait dengan besaran pendapatan atau besaran belanja dalam
15 20 17,1 21,2 21,14 ri li u n Ru p ia h j APBN
• Tidak ada ketentuan khusus
5
10 11,6
tr
dalam UU yang mengatur besaran Pagu Nasional DAK
0 5 2001 2002 0,7 0,6
2,7 4 4
• Alokasi DAK menggunakan Kriteria Umum, Kriteria Khusus, dan Kriteria Teknis
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
APBN‐P' 10
RAPBN 2011
Tahun Anggaran
• Pagu Nasional DAK
diusulkan oleh Pemerintah gg
Setelah mengalami kenaikan terus menerus sejak 2001 sd 2009,
DAK tahun 2010 turun dan kembali naik pada 2011
sesuai dengan kemampuan keuangan Pemrintah
disetujui oleh DPR
DAK tahun 2010 turun, dan kembali naik pada 2011
PETA DANA ALOKASI KHUSUS
KABUPATEN/KOTA SE - PROVINSI DI INDONESIA
TAHUN 2010 2011
TAHUN 2010-2011
2.500,00
2.000,00
iliar
rupiah 1.500,00
dalam
m
i
1.000,00
500,00
0,00
Tahun 2010 Tahun 2011
DANA INSENTIF DAERAH TAHUN 2011
Dana Insentif Daerah (DID) untuk tahun 2011 dialokasikan berdasarkan prestasi daerah di
tahun-tahun sebelumnya
M k i
P
i
Mekanisme Penyaringan :
•
Saringan Utama
Dua faktor eligibilitas yang harus dipenuhi adalah :
1. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2009 (minimal WDP)
2. Penetapan APBD 2010 secara tepat waktu (paling lambat 31 Desember 2009)
•
Saringan Kedua.
Sa ga
edua
daerah-daerah yang tersaring oleh dua faktor eligibilitas utama tersebut di-
ranking
kembali
dengan data series selama 3 tahun untuk berbagai variable, antara lain :
Kriteria Kinerja Keuangan 1. Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2. Penetapan APBD tepat waktu
3. Peningkatan PAD
1. Pertumbuhan ekonomi Kriteria Kinerja Pendidikan
Kriteria Kinerja Ekonomi dan
1. Peningkatan IPM
2. Angka Partisipasi Kasar Pendidikan 1. Pertumbuhan ekonomi
2. Pengurangan tingkat kemiskinan dan, 3. Pengurangan tingkat pengangguran
Ranking
Kriteria Kinerja Ekonomi dan Kesejahteraan
Ranking
Daerah-daerah yang berdasarkan
ranking
berada di posisi tinggi yang akan mendapatkan
reward
BOS DI APBN DAN APBD
(1)
BOS Tahun Anggaran 2011 adalah merupakan
komponen Transfer ke Daerah
dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2011.
dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2011.
(2)
BOS merupakan bagian dari pendapatan daerah dan dianggarkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
gg
p
j
(
)
Tahun 2011 atau APBD
Perubahan Tahun 2011 pada
kelompok Lain
‐
lain Pendapatan yang Sah.
(3)
BOS ditujukan terutama untuk
stimulus
bagi daerah dan
bukan sebagai
( )
j
g
g
pengganti dari kewajiban daerah
untuk menyediakan anggaran pendidikan
dalam APBD baik untuk BOS Daerah (BOSDA) dan atau Bantuan Operasional
P
didik
Pendidikan.
(4)
Penggunaan
BOS agar tetap bersinergi dengan BOS Daerah (BOSDA)
dan atau
Bantuan Operasional Pendidikan
Bantuan Operasional Pendidikan.
Pagu
Pagu Nasional
Nasional dalam
dalam APBN
APBN
TA
TA
2011
2011
(
(miliar
miliar
rupiah)
rupiah)
J
j
K b
t
K t
J
l h
Jenjang
Kabupaten
Kota
Jumlah
SD
8.633,0
2.191,9
10.824,9
SMP
1 289 5
4 151 7
5 441 2
28
SMP
1.289,5
4.151,7
5.441,2
PENGALIHAN BPHTB MENJADI PAJAK DAERAH
LATAR BELAKANG
Prinsip Desentralisasi Fiskal dan Otonomi Daerah
“Money Follows Function”
•
Fungsi pokok pelayanan publik didaerahkan, dengan dukungan pendanaan,
melalui:
Money Follows Function
melalui:
- penyerahan sumber-sumber penerimaan
- alokasi (transfer)
K
kt i tik BPHTB
hi
t
b
i P j k D
h
•
Karakteristik BPHTB memenuhi syarat sebagai Pajak Daerah.
-
Lokalitas
(
immobile
)
;
-
Hubungan antara wajib pajak dan yang memperoleh manfaat pajak
Hubungan antara wajib pajak dan yang memperoleh manfaat pajak
(
(
the tax
the tax
benefit-link and local accountability
)
;
-
Best practice
diberbagai negara.
•
Daerah bisa lebih optimal dalam menggali potensi BPHTB dan diharapkan dapat
LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN
PEMUNGUTAN BPHTB
PEMUNGUTAN BPHTB
1
2
3
LEGAL:
P d
TEKNIS:
A l k
PENDUKUNG:
S
Perda
SOP
Aplikasi
Komputer
SDM
Sosialisasi
Kerjasama
SDM
Pembukaan
Rekening
g
KESIAPAN DAERAH MEMUNGUT BPHTB
Posisi: 11 April 2011
Jumlah
Persentase (%)
Nasional
Nasional
No.
Kesiapan Daerah
Jumlah
Persentase (%)
Daerah
Penerimaan BPHTB
(Rp)
Jumlah
Daerah
Penerimaan
BPHTB (Rp)
T h
2010
2010
Tahun 2010
2010
1.
Perda yang telah siap
371
7.710.715.727.350
75,4
96,2
2
R
d (d l
)
87
241 380 135 977
17 7
3 0
2.
Raperda (dalam proses)
87
241.380.135.977
17,7
3,0
3.
Belum ada informasi
34
66.320.536.599
6,9
0,8
T t l
492
8 018 416 399 926
100
100
Sumber data: DJPK dan DJP
Total
492
8.018.416.399.926
100
100
Se
Se--Provinsi Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur
Jumlah
Persentase (%)
No.
Kesiapan Daerah
Jumlah
Persentase (%)
Daerah
Penerimaan BPHTB
(Rp)
Jumlah
Daerah
Penerimaan
BPHTB (Rp)
T h
2010
2010
Tahun 2010
2010
1.
Perda yang telah siap
32 723.755.698.207 84,2 94,9KEBIJAKAN UMUM PENDANAAN DEKON/TP 2011*)
1. Dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan merupakan bagian anggaran K/L yang bersumber
dari APBN yang disediakan hanya untuk mendanai urusan pusat sesuai dengan pembagian urusan dari APBN yang disediakan hanya untuk mendanai urusan pusat sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan
2 Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan
2. Pembebanan APBD hanya digunakan untuk mendanai urusan daerah yang disinergikan dengan
program dan kegiatan yang akan didekonsentrasikan dan/atau ditugaskan
3. Penegasan larangan penyediaan dana pendamping atau bentuk lain yang dipersamakan bersumber darig g p y p p g y g p
APBD kecuali untuk program penanggulangan kemiskinan dalam bentuk PNPM mandiri yang diatur dengan ketentuan tersendiri.
4. Daerah yang melaksanakan Kegiatan Dekon/TP harus disertai dengan Surat Pelimpahan dan/atau
Surat Penugasandari Pemerintah (K/L)
5 P i t h D h jib b it h k k DPRD t t P d K i t D k /TP d l
5. Pemerintah Daerah wajib memberitahukan ke DPRD tentang Program dan Kegiatan Dekon/TP dalam
rangka sinkronisasi program dan kegiatan daerah agar tidak terjadi duplikasi pendanaan
6 Pengalokasian Dana Dekon dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan negara
6. Pengalokasian Dana Dekon dan Dana TP memperhatikan kemampuan keuangan negara,
keseimbangan pendanaan di daerah (besarnya transfer ke daerah dan kemampuan keuangan daerah), dan kebutuhan pembangunan di daerah.
www.djpk.depkeu.go.id
K
di i Fi k l P
i
i J
Ti
K
di i Fi k l P
i
i J
Ti
KONDISI FISKAL PROVINSI JAWA TIMUR
(Berdasarkan APBD dan APBN ke Daerah 2008-2010)
2008 2009 2010
Jatim % Nasional Jatim % Nasional Jatim % Nasional Jumlah %
I. SUMBER PENDANAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH
URAIAN (Dalam Miliar Rupiah)
Rata ‐ Rata Jatim
1 Melalui APBD
1. Kemampuan Keuangan Daerah 3.639,03 170,8% 4.080,94 370,2% 5.183,41 406,4% 4.301,13 315,8%
a. PAD 3.584,13 170,3% 3.886,99 360,8% 5.144,00 418,3% 4.205,04 316,5%
b. Lain‐Lain Pend yg Sah 54,90 205,4% 193,95 778,4% 39,41 86,5% 96,09 356,8%
2 D T f d i APBN 1 834 98 141 3% 2 030 65 144 6% 2 239 98 158 56% 2 035 20 148 2%
I. SUMBER PENDANAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DI DAERAH
2. Dana Transfer dari APBN 1.834,98 141,3% 2.030,65 144,6% 2.239,98 158,56% 2.035,20 148,2%
a. DBH Pajak 700,06 170,2% 773,68 161,1% 875,33 157,56% 783,02 162,9%
b. DBH SDA 112,01 35,5% 120,49 37,9% 94,74 39,82% 109,08 37,7%
c. DAU 1.022,86 188,0% 1.118,48 198,0% 1.212,93 207,94% 1.118,09 198,0%
d. DAK 0,00 0,0% 18,00 43,7% 56,98 226,81% 24,99 90,2%
e. Dana Penyesuaian 0,05 1,0% 0,00 0,0% 0,00 0,00% 0,02 0,3%
2 Melalui APBN dari Anggaran K/L 3.199,76 392,5% 352,24 170,7% 446,25 207,2% 1.332,75 256,8%
1. Dana Dekonsentrasi 2.936,48 391,1% 237,37 164,7% 315,08 204,5% 1.162,98 253,4%
2. Dana Tugas Pembantuan 263,27 409,0% 114,86 184,6% 131,17 215,0% 169,77 269,5%
3. Dana Urusan Bersama 0,00 0,0% 0,00 0,0% 0,00 0,0% 0,00 0,0%
II. KEBIJAKAN POLA BELANJA YANG DIGUNAKAN PEMERINTAH DAERAH DAN PEMERINTAH PUSAT
3 Belanja Daerah 6.090,82 168,4% 6.314,06 274,6% 7.826,71 298,3% 6.743,86 247,1%
a. Belanja Pegawai 1.582,69 171,1% 1.821,04 261,0% 2.029,30 269,6% 1.811,01 233,9%
b. Belanja Barang 1.174,15 226,9% 1.597,27 408,9% 2.016,42 388,9% 1.595,95 341,6%
B l j M d l 439 50 61 6% 432 75 85 6% 750 04 116 9% 540 76 88 0%
c. Belanja Modal 439,50 61,6% 432,75 85,6% 750,04 116,9% 540,76 88,0%
d. Bantuan Sosial 418,04 283,7% 147,47 202,8% 37,71 87,1% 201,07 191,2%
e. Belanja Lain‐Lain 2.476,44 188,6% 2.315,53 366,4% 2.993,23 448,1% 2.595,07 334,4%
4 Belanja Pusat di Daerah oleh K/L 3.199,76 392,5% 352,24 170,7% 446,25 207,2% 1.332,75 256,8%
a. Pegawai 37,80 228,3% 1,21 495,4% 0,00 0,0% 13,00 241,2%
b. Barang 146,30 168,0% 235,92 192,9% 277,45 198,5% 219,89 186,5%
c. Modal 292,60 442,8% 70,03 190,5% 75,00 297,3% 145,88 310,2%
d. Bantuan Sosial 2.723,06 421,8% 45,08 95,9% 93,80 186,3% 953,98 234,7%
III. KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN APBD
5 Surplus/Defisit APBD (732,40) 199,6% (363,48) 204,1% (429,30) 142,2% (508,39) 181,9%
%% Nasional merupakan % rata‐rata nasional dalam tahun tersebut
5 Surplus/Defisit APBD (732,40) 199,6% (363,48) 204,1% (429,30) 142,2% (508,39) 181,9% 6 SILPA Tahun Sebelumnya 362,90 90,9% 467,08 249,1% 498,25 147,5% 442,74 162,5%
Peta Jumlah Penduduk se‐Indonesia
Tahun 2009‐2010
40 000 00 45.000,00
Tahun 2009 2010
2009 2010
35.000,00 40.000,00
••
Jumlah Penduduk Jawa
Timur
di
Tahun
2010
sebanyak
37.476.011
jiwa
25.000,00 30.000,00
w
a
•
Jawa
Timur
masuk urutan ke
2
dari 33
Provinsi,
dengan sebaran jumlah
penduduk sebanyak
15,78 %
dari Total
20.000,00 ri b u ji w
Nasional
10.000,00 15.000,00 ‐ 5.000,00 P A B A R MA LU T G O RO N T A LO S U LB A R B A B E L MA LU K U K E P RI B E N G K U LU K A LT E N G S U LT RA S U LU T S U LT E N G P A P U A JA MB I Y O G Y A K A RT A K A LT IM K A LS E L B A LI K A LB A R N A D N T B N T T S U MB A R RIA U S U MS E L LA MP U N G S U LS E L D K I B A N T E N S U MU T JA T E N G JA T IM JA B A R PROVINSI Jumlah Penduduk secara Nasional Tahun 2009 sebanyak 231.369.450 jiwa, dan TahunPeta Kemampuan Fiskal Daerah Per Kapita (KFD)
Se‐Indonesia Tahun 2009‐2010
4.000,00 4.500,00
2009 2010
3 000 00 3.500,00
•
KFD
Provinsi Jawa
Timur
baik ditahun
2009
maupun 2010
cukup rendah
dibandingkan dengan Provinsi lainnya.
•
KFD
Provinsi Jawa
Timur
baik ditahun
2009
maupun 2010
cukup rendah
dibandingkan dengan Provinsi lainnya.
2.500,00 3.000,00 ru p ia h
g
g
y
•
Jawa
Timur
masuk urutan ke
32
dari 33
Provinsi
g
g
y
•
Jawa
Timur
masuk urutan ke
32
dari 33
Provinsi
1.500,00 2.000,00 ri b u 500 00 1.000,00 ‐ 500,00 T E N G A T IM N T T A B A R N T B U N G M U T N T E N LS E L M B A R LB A R A RT A U LU T B A LI T E N G M S E L A MB I K U LU T A LO A LS E L LT RA LU K U LB A R T E N G A LU T A B E L R IA U K E P RI N A D D K I LT IM A P U A A B A R JAT JA JA
LA
MP SU
M B A N S U S U M K A L Y O G Y A K
A SU
S U LT S U M JA B E N G K G O RO N T K A S U L MA L S U L K A
LT MA BA R K
K
A
L
P
A PA
• KFD adalah ruang fiskal (fiscal space) yang menunjukan kemampuan daerah dalam mendanai
PROVINSI Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah.
Peta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Se‐Indonesia Tahun 2008‐2009
70,00
80,00
2008
2009
60,00
•
IPM Provinsi Jawa Timur ditahun 2009 mengalami
40,00 50,00
IP
M
IPM
Provinsi Jawa
Timur
ditahun 2009
mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2008.
•
Untuk IPM
Jawa
Timur
Tahun 2008
=
69,78,
d
k
T h
2009
71 06
30,00
I
sedangkan Tahun 2009
=
71,06.
•
Jawa
Timur
masuk urutan ke
19
dari 33
Provinsi
10,00 20,00
‐
• IPM adalah Indikator Sosial dan Ekonomi yang digunakan untuk mengukur
PROVINSI
pembangunan kualitas hidup manusia
• Variabel yang dikukur meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan
Pengelompokan Daerah Berdasarkan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD)
dan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010 (IPM)
Prioritas
II
Provinsi :
KFD K it Riil • KFD per Kapita Riil
Provinsi Rata2Nas. = Rp 2.677
• Indeks KFD Rata2= 1
• IPM Provinsi Rata2 = 70,37
Kabupaten/Kota :
• KFD per Kapita Riil Kab/Kota Rata2 Nas. = Rp 5.688 • Indeks KFD Rata2=
1
• IPM Kab/Kota Rata2 = 70,800,80
P i it
www.djpk.depkeu.go.id
Prioritas
I
Pengelompokan Daerah Se- Prov Jawa Timur Berdasarkan Kemampuan Fiskal Daerah (KFD) dan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2010 (IPM)
No Kab/Kota IKFD re IPM
Prioritas II
No Kab/Kota IKFD re‐IPM1 Kota Blitar 1.02 1.09
2 Kota Mojokerto 1.32 1.09
No Kab/Kota IKFD re‐IPM
1 Kab. Blitar 0.24 1.04
2 Kab. Gresik 0.31 1.05
3 Kab. Jombang 0.21 1.03
4 Kab. Kediri 0.15 1.01
5 Kab Magetan 0 26 1 02
5 Kab. Magetan 0.26 1.02
6 Kab. Mojokerto 0.18 1.04
7 Kab. Pacitan 0.26 1.01
8 Kab. Sidoarjo 0.29 1.08 9 Kab. Trenggalek 0.30 1.03
10 Kab. Tulungagung 0.21 1.04
10 Kab. Tulungagung 0.21 1.04
11 Kota Batu 0.73 1.05
12 Kota Kediri 0.86 1.07
13 Kota Madiun 0.58 1.09
14 Kota Malang 0.30 1.09
15 Kota Pasuruan 0.77 1.04
16 Kota Probolinggo 0.70 1.05 17 Kota Surabaya 0.51 1.09
No Kab/Kota IKFD re‐IPM
1 Kab Bangkalan 0 24 0 91
Provinsi :
• KFD per Kapita Riil
Provinsi Rata2Nas. =
Rp 2.677
• Indeks KFD Rata2= 1
1 Kab. Bangkalan 0.24 0.91 2 Kab. Banyuwangi 0.19 0.97 3 Kab. Bojonegoro 0.28 0.94 4 Kab. Bondowoso 0.23 0.87
5 Kab. Jember 0.19 0.91
6 Kab Lamongan 0 22 0 98
• IPM Provinsi Rata2
= 70,37
Kabupaten/Kota :
• KFD per Kapita Riil
Kab/Kota Rata2Nas. =
6 Kab. Lamongan 0.22 0.98 7 Kab. Lumajang 0.19 0.95
8 Kab. Madiun 0.31 0.98
9 Kab. Malang 0.14 0.99
10 Kab. Nganjuk 0.25 1.00
11 Kab. Ngawi 0.24 0.97 /
Rp 5.688
• Indeks KFD Rata2= 1
• IPM Kab/Kota Rata2 =
70,80
g
12 Kab. Pamekasan 0.19 0.90 13 Kab. Pasuruan 0.21 0.94 14 Kab. Ponorogo 0.23 0.99 15 Kab. Probolinggo 0.22 0.88
16 Kab. Sampang 0.19 0.82
www.djpk.depkeu.go.id
Prioritas I
17 Kab. Situbondo 0.28 0.90
18 Kab. Sumenep 0.15 0.92
19 Kab. Tuban 0.22 0.96
Perbandingan Belanja Modal terhadap total Belanja
32 0 20 0 18 6
Perbandingan Belanja Barang & Jasa terhadap
total Belanja
28,9
26,3 25,3
20 5 19 4 20 0
17 0 22,0 27,0 32,0
%
18,2 18,0 18,6
18,1 16,0 16,3 14,0 16,0 18,0 20,0 %
20,5 19,4 20,0
7,0 12,0 17,0
2007 2008 2009
10,0 12,0 14,0
2007 2008 2009
Nasional Jatim Nasional Jatim
•Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset yang mempunyai masa manfaat lebih
•Belanja Barang & Jasa adalah belanja untuk pembelian barang dan jasa yang habis pakai guna memproduksi barang dari 12 bulan.
•Proporsi belanja modal Jatim dan Nasional mempunyai trend menurun namun Jatim mempunyai gradien yang lebih kecil
dan jasa
•Perbandingan belanja barang & jasa Jatim dan nasional mempunyai pola yang sama, yaitu turun di tahun 2008 dan naik kembali di tahun 2009 dengan penurunan di tahun menurun namun Jatim mempunyai gradien yang lebih kecil
dibanding Nasional dimana Proporsi Jatim masih dibawah Nasional
naik kembali di tahun 2009, dengan penurunan di tahun 2008 lebih besar dibanding dengan Nasional
45,3 45,9 46,5
40,0 50,0
60,0 Perbandingan Belanja Pegawai terhadap total Belanja
Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada
38,4 40,1 41,5
10 0 20,0 30,0 ,
% pegawai pemerintah daerah, pensiunan dan pejabat daerah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Proporsi belanja pegawai Jatim mempunya trend naik sama dengan
10,0
2007 2008 2009
Nasional Jatim
Transfer Ke Daerah dibanding Total Pendapatan
SiLPA dibanding Total Belanja
75,0 80,0
15 00 17,00 19,00 21,00 23,00
65,0 70,0
%
7,00 9,00 11,00 13,00 15,00
%
60,0
2007 2008 2009
Nasional Jatim
5,00
2007 2008 2009
Nasional Jatim
Daerah 2007 2008 2009
Nasional 76,41 77,84 76,84
Jatim 73 75 72 56 70 37
Daerah 2007 2008 2009
Nasional 21,99 16,87 12,78
J ti 20 86 18 11 15 29
Jatim 73,75 72,56 70,37
•Transfer Ke Daerah terdiri dari dana perimbangan, dana otsus dan dana penyesuaian.
• Ketergantungan Jatim terhadap Pusat lebih
Jatim 20,86 18,11 15,29
• SiLPA adalah selisih lebih realisasi Penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran
• Ketergantungan Jatim terhadap Pusat lebih Rendah dibanding daerah secara nasional, rata‐ rata ketergantungan Jatim adalah 72,22% sedangkan rata‐rata nasional adalah 77,03%
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran
•Perbandaingan SiLPA terhadap total belanja Jatim mempunyai trend yang sama dengan trend daerah secara nasional yaitu trend turun dalam tiga tahun terakhir
Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran Jatim lebih rendah dibanding dengan
10,00 Tingkat pengangguran Jatim lebih rendah dibanding dengan
tingkat pengangguran nasional ditahun 2007-2009
Penurunan pengangguran Jatim di tahun 2008 sekitar 6,4% dan turun ke tingkat 5 08% pada tahun 2009
9,11 8,39 7,87 6,79 6,42 6,00 7,00 8,00 9,00 %
dan turun ke tingkat 5,08% pada tahun 2009
6,42
5,08
3,00 4,00 5,00
2007 2008 2009
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Kemiskinan
Nasional Jatim
Tingkat kemiskinan Jatim masih lebih tinggi jika dibanding secara nasional.
Trend kemiskinan Jatim mempunyai trend yang sama dengan
6,35 6,01 4,55 6,04 5,90 4,94 4 00 5,00 6,00 7,00
p y y g g
tren nasional yaitu menurun dari tahun 2007 s/d 2009.
19 98 22,00 4,94 0 00 1,00 2,00 3,00 4,00 %
Pertumbuhan ekonomi Jatim mempunyai pola yang sama
16,58 15,15 14,15 19,98 18,19 16,22 16,00 18,00 20,00 % 0,00
2007 2008 2009
Nasional Jatim
Pertumbuhan ekonomi Jatim mempunyai pola yang sama dengan nasional, turun dari tahun 2007-2009
Kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim lebih baik dibanding Nasional pada tahun 2009
10,00 12,00 14,00
%
Nasional pada tahun 2009
8,00
2007 2008 2009
Kementerian
Keuangan
RI
Kementerian
Keuangan
RI
JL DR
JL DR W hidi
W hidi N
N
1
1
JL.
DR.
JL.
DR.
Wahidin
Wahidin No.
No.
1
1
Telp
Telp.
.
(021)
(021)
3
3449
4492
230
30