LAPORAN ANALISIS MATERIAL
(UJI TARIK BAHAN)
Oleh :
Nama : Hikmatud Daroini
NIM : 115090307111007
Kelompok : A2
Tanggal : 22 November 2013
LABORATORIUM FISIKA MATERIAL
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi di berbagai bidang tentunya diiringi oleh perkembangan di bidang teknologi bahan. Hal ini terbuti dari semakin beragamnya bahan yang ada. Dalam penggunaannya, bahan-bahan yang telah diolah menjadi produk jadi dan siap pakai ini pasti mengalami perlakuan-perlakuan fisik yang dapat merusak bahan tersebut. Salah satu uji yang dapat dilakukan adalah uji mekanik yang antara lain terdiri dari uji tarik, uji tekan dan uji geser.
Suatu material mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu material harus dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik dan pengujian tekan (Rafe’i, 2011).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum uji tarik bahan adalah untuk mengetahui sifat-sifat mekanik bahan berdasarkan pada kurva tegangan-regangan bahan dan menganalisa patahan pada bahan. Selain itu tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui proses karakterisasi bahan dengan melakukan uji mekanik bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 UjI Tarik Bahan
lurus. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat (Husni, 2011).
Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff) (Sastranegara, 2009).
Pengujian tarik merupakan pengujian yang sering digunakan untuk menentukan sifat-sifat mekanis dari suatu material seperti tegangan maksimal, tegangan luluh dan tegangan. Umumnya benda uji yang digunakan adalah padat dan silindris, beberapa ada yang berbentuk lembaran plat maupun berbentuk seperti pipa dalam berbagai ukuran. Specimen kemudian dicekam diantara kedua penjepit pada mesin uji tarik. Beban yang bekerja pada specimen serta perubahan panjang yang terjadi akibat beban itu semua dicatat pada suatu diagram. Dimana diagram tersebut dinamakan diagram tegangan regangan (Anonymouse, 2012).
Uji tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis, Troxell, dan Wiskocil, 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh dari pengukuran perpanjangan benda uji.
2.2 Kurva Tegangan-Regangan
Teori plastisitas telah menjadi salah satu bidang mekanika kontinum yang paling berkembang, dan suatu kemajuan untuk mengembangkan suatu teori dalam rekayasa yang penting. Analisis regangan plastis diperlukan dalam menangaini proses pembentukan logam. Teori plastisitas ini didasari atas pengujian tarik, dimana pengujian tarik ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari suatu bahan (Oka, 2013).
Prinsip dasar pengujian tarik yang dilakukan ini adalah dengan melakukan penarikan terhadap suatu bahan sampai bahan tersebut putus/patah. Gaya tarik yang dikenakan pada spesimen benda uji sejajar dengan garis sumbu sepesimen (bahan uji) dan tegak lurus terhadap penampang spesimen. Spesimen dibuat dengan standar dimensi yang sudah ditentukan menurut BS, ISO, ASTM dan sebagainya. Sebelum dan sesudah melakukan pengujian terhadap benda uji ini biasanya semua dimensi dari benda uji dianalisis lebih lanjut (Oka, 2013).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan uji tarik bahan adalah gunting, penggaris, pensil/bolpoin, alat pengukur ketebalan kertas, seperangkat alat uji tarik (Tensile Strength ZP recorder 50 N Imada dan komputer) dan selotip. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas dan plastik. Kertas yang digunakan adalah kertas dengan massa 70 g (dimisalkan sebagai kertas hasil buatan sendiri) dan kertas hvs bergaris (dimisalkan kertas buuatan pabrik). Sedangkan plastik yang digunakan adalah mika bening (dimisalkan sebagai mika buatan sendiri) dan mika warna ungu (dimisalkan sebagai mika buatan pabrik), selain itu digunakan juga plastik foto copy (dimisalkan sebagai plastik buatan sendiri) dan plastik putih (dimisalkan sebagai plastik buatan pabrik).
3.2 Tata Laksana Percobaan
Percobaan ini dimulai dengan membuat sampel dengan bentuk dan ukuran sebagai berikut:
Selanjutnya setelah sampel selesai dibuat sampel diukur ketebalannya di tiga titik seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan 3.1.1 Sampel Buatan Sendiri
Nama
Sampel Tebal (μm)
Batas Awal (cm)
Batas Akhir (cm)
Waktu (s)
Mika 1 107 105 109 10,7 12,5 38,9
Mika 2 109 109 112 10,8 13,3 42,88
Mika 3 107 107 109 10,8 12 18,27
Plastik 1 14,7 14,4 13,9 11 12,5 33,8
Plastik 2 14,0 13,8 14,3 11,4 14,2 38,88
Plastik 3 14,3 14,2 14,7 10,8 14,7 57,96
Kertas 1 74,1 75,6 79,6 10,9 11,3 10,17
Kertas 2 87,2 82,0 82,0 10,7 10,8 4,14
Kertas 3 84,3 80,3 84,6 10,6 10,9 3,1
Nama
Sampel Luas σ ε E
Mika 1 3 0,274×106
N/cm2
0,168 1,63×106
53,5×10−6 cm2
Mika 2 55×10−6cm20,295×106N /cm2
0,231 1,279×106N
/cm21,279×106N /cm2 Mika 3 53,83×10−6cm0,3322 ×106N
/cm2
0,111 2,99×106N
/cm2 Plastik 1 7,167×10−6
cm0,2192 ×1060,136N/cm2 1,61×106N/cm2
Plastik 2 7,017×10−6
cm0,2382 ×1060,246N/cm2 0,967×106N/cm2 Plastik 3 7,2×10−6
cm0,2252 ×1060,361N/cm2 0,623×106N/cm2
Kertas 1 38,22×10−6
cm0,3542 ×1060,037N/cm2 9,568×106N/cm2 Kertas 2 41,867×10−60,178cm2 ×106N
/cm2
9,346×10−319,045×106N /cm2 Kertas 3 41,53×10−6cm0,1432 ×106N
/cm2
0,028 5,107×106N
/cm2
3.1.2 Sampel Pembanding (Buatan pabrik)
Nama Sampel Tebal (μm) Batas Awal (cm) Batas Akhir
(cm) Waktu (s)
Mika
75,7
10,7 11,2 5,31
73,2 72,2
Plastik
11,2
10,2 11,6 16,6
11,5 12,4
Kertas
61,8
10,7 10,9 3,69
59,3 61,6
Nama
Sampel Luas σ ε ϵ Error Kr
Mika 36,85×10−6
cm0,6722 ×1060,047N/cm2 14,298×106N/cm2 0 0 Plastik 5,85×10−6
cm0,1792 ×1060,137N/cm2 1,306×106N/cm2 0 0 Kertas 30,45×10−6cm0,3632 ×106N
/cm2
0,019 19,105×106N
/cm2
3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan Sampel Buatan Sendiri 3.2.1.1 Mika 1
Luas Mika
A=tebal spesimen× lebar spesimen
A1=
(
107×10−6
)
cm×0,5cm
A1=53,5×10
−6
cm2
A2=
(
105×10−6
)
cm×0,5cm
A2=52,5×10
−6
cm2
A3=
(
109×10−6
)
cm×0,5cm
A3=54,5×10−6cm2
´
´
A=53,5×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 14,65N
53,5×10−6 cm2 σ=0,274×106N
/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=12,5−10,7cm
10,7cm ε=0,168
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,274×106 N cm2 0,168 E=1,63×106N
/cm2
3.2.1.2 Mika 2
Luas Mika
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
109×10−6)
cm×0,5cmA1=54,5×10−6cm2
A2=
(
109×10−6
)
cm×0,5cm A2=54,5×10
−6 cm2
A3=
(
112×10−6
)
cm×0,5cm A3=56×10
−6 cm2
´
A=(54,5+54,5+56)×10 −6 3
´
A=55×10−6cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 16,25N
55×10−6 cm2 σ=0,295×106N/cm2
ε=∆ l
l0
ε=13,3−10,8cm
10,8cm ε=0,231
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,295×106 N cm2 0,231
E=1,279×106N/cm2
3.2.1.3 Mika 3
Luas Mika
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
107×10−6)
cm×0,5cmA1=53,5×10−6cm2
A2=
(
107×10−6)
cm×0,5cm A2=53,5×10−6cm2A3=
(
109×10−6)
cm×0,5cm A3=54,5×10−6 cm2
53,5++53,5+0,179¿10−6 ¿
¿
´
A=¿
´
A=53,83×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 17,92N
53,83×10−6 cm2 σ=0,332×106N/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=12−10,8cm
10,8cm ε=0,111
Modulus Young
E=σ
E=
0,332×106 N cm2 0,111 E=2,99×106N/cm2
Error Tegangan
´
σ=σmika1+σmika1+σmika1
3
´
σ=0,274+0,295+0,332
3
´
σ=0,3×106N/cm2
∆ σ=
√
∑
|σ−´σ| 2n2
∆ σ=
√
∑
|
0,274×106
−0,3×106
|
2+
|
0,295×106−0,3×106
|
2+
|
0,332×106−0,3×106
|
2 32∆ σ=0,627×104N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Tegangan
Kr=∆ σ ´
σ ×100
Kr=0,627×10
4
0,3×106 ×100
Kr=2,09×10−2
Error Regangan
´
ε=εmika1+εmika1+εmika1
3
´
ε=0,168+0,231+0,111
3
´
ε=0,17
∆ ε=
√
∑
|ε−´ε|2
n2
∆ ε=
√
∑
|0,168−0,17| 2+|0,231−0,17|2+|0,111−0,17|2
32 ∆ ε=6,673×10−2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Regangan
Kr=∆ ε ´
ε ×100
Kr=6,673×10 −2 0,17 ×100 Kr=39,25×10−2
Error Modulus Young
´
E=Emika1+Emika1+Emika1
3
´
E=1,63×10
6
´
E=1,9 66×106N/cm2
∆ E=
√
∑
|
E− ´E|
2n2
∆ E=
√
∑
|
1,63×106
−1,9 66×106
|
2+
|
1,279×106−1,966×106
|
2+
|
2,99×106−1,966×106
|
2 32∆ E=0,426×106N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Modulus Young
Kr=∆ E ´
E ×100
Kr=0,426×10
6 N/cm2 1,9 66×106N/cm2×100
Kr=21,6
3.2.1.4 Plastik 1
Luas Plastik
A=tebal spesimen× lebar spesimen
A1=
(
14,7×10−6)
cm×0,5cmA1=7,35×10−6cm2
A2=
(
14,4×10−6)
cm×0,5cmA2=7,2×10−6cm2
A3=
(
13,9×10−6)
cm×0,5cmA3=6,95×10
−6
cm2
´
A=(7,35+7,2+6,95)×10 −6 3
´
A=7,167×10−6
cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 1,57N
7,167×10−6cm2
σ=0,219×106N/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=12,5−11cm
11cm
ε=0,136
E=σ
ε
E=
0,219×106 N cm2 0,136 E=1,61×106N/cm2
3.2.1.5 Plastik 2
Luas Plastik
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
14×10−6)
cm×0,5cmA1=7×10−6cm2
A2=
(
13,8×10−6)
cm×0,5cm A2=6,9×10−6cm2A3=
(
14,3×10−6
)
cm×0,5cm A3=7,15×10
−6 cm2
´
A=(7+6,9+7,15)×10 −6 3
´
A=7,017×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 1,67N
7,017×10−6 cm2 σ=0,238×106N/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=14,2−11,4cm
11,4cm ε=¿ 0,246
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,238×106 N cm2 0,246 E=0,967×106N
/cm2
3.2.1.6 Plastik 3
Luas Plastik
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
14,3×10−6
)
A1=7,15×10
−6 cm2
A2=
(
14,,2×10−6)
cm×0,5cm A2=7,1×10−6cm2A3=
(
14,7×10−6)
cm×0,5cm A3=7,35×10−6cm27,15++7,1+7,35¿10−6 ¿
¿
´
A=¿
´
A=7,2×10−6cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 1,62N
7,2×10−6 cm2 σ=0,225×106N
/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=14,7−10,8cm
10,8cm ε=0,361
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,225×106 N cm2 0,361
E=0,623×106N/cm2
Error Tegangan
´
σ=σplastik1+σplastik2+σplastik3
3
´
σ=0,219+0,238+0,225
3
´
σ=0,227×106N/cm2
∆ σ=
√
∑
|σ−´σ| 2n2
∆ σ=
√
∑
|
0,219×106
−0,227×106
|
2+
|
0,238×106−0,227×106
|
2+
|
0,225×106−0,227×106
|
2 32 Kr (Ketidakpastian Relatif) Tegangan
Kr=∆ σ ´
σ ×100
Kr=7,189×10
4
0,227×106×100
Kr=31,67×10−2
Error Regangan
´
ε=εplastik1+εplastik2+εplastik3
3
´
ε=0,136+0,246+0,361
3
´
ε=0,248
∆ ε=
√
∑
|ε−´ε|2
n2
∆ ε=
√
∑
|0,136−0,248| 2+|0,246−0,248|2+|0,361−0,248|2
32
∆ ε=0,053
Kr (Ketidakpastian Relatif) Regangan
Kr=∆ ε ´
ε ×100 Kr=0,053
0,248×100 Kr=21,37×10−2
Error Modulus Young
´
E=Eplastik1+Eplastik2+Eplastik3
3
´
E=1,61×10
6
N/cm2+0,967×106N/cm2+0,623×106N/cm2 3
´
E=1,067×106N/cm2
∆ E=
√
∑
|
E− ´E|
2n2
∆ E=
√
∑
|
1,61×106
−1,067×106
|
2+
|
0,967×106−1,067×106
|
2+
|
0,623×106−1,067×106
|
2 32∆ E=0, 236×106N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Modulus Young
Kr=∆ E ´
E ×100
Kr=0,236×10
6 N/cm2 1,067×106N/cm2×100
Kr=22,1
3.2.1.7 Kertas 1
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
74,1×10−6)
cm×0,5cm A1=37,05×10−6cm2A2=
(
75,6×10−6)
cm×0,5cm A2=37,8×10−6cm2A3=
(
79,6×10−6)
cm×0,5cm A3=39,8×10−6cm2´
A=(37,05+37,8+39,8)×10 −6 3
´
A=38,22×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 13,55N
38,22×10−6cm2 σ=0,354×106N/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=11,3−10,9cm
10,9cm ε=0,037
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,354×106 N cm2 0,037
E=9,568×106N/cm2
3.2.1.8 Kertas 2
Luas Kertas
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
87,2×10−6)
cm×0,5cm A1=43,6×10−6cm2A2=
(
82,0×10−6)
cm×0,5cm A2=41×10−6cm2´
A=(43,6+41+41)×10 −6 3
´
A=41,867×10−6
cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 7,39N
41,867×10−6 cm2
σ=0,178×106N/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=10,8−10,7cm
10,7cm
ε=9,346×10−3
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,178×106 N cm2 9,346×10−3
E=19,045×106N/cm2 3.2.1.9 Kertas 3
Luas Kertas
A=tebal spesimen× lebar spesimen
A1=
(
84,3×10−6)
cm×0,5cmA1=42,15×10−6cm2
A2=
(
80,3×10−6)
cm×0,5cmA2=40,15×10−6cm2
A3=
(
84,6×10−6)
cm×0,5cmA3=42,3×10
−6
cm2
42,15+40,15+42,3¿×10−6 ¿
¿
´
A=¿ ´
A=41,53×10−6
cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 5,92N
41,53×10−6 cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=10,9−10,6cm
10,6cm
ε=0,028
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,143×106 N cm2 0,028
E=5,107×106N/cm2
Error Tegangan
´
σ=σkertas1+σkertas2+σkertas3
3
´
σ=0,354+0,178+0,143
3
´
σ=0,225×106N /cm2
∆ σ=
√
∑
|σ−´σ|2
n2
∆ σ=
√
∑
|
0,354×106
−0,225×106
|
2+|
0,178×106−0,225×106|
2+|
0,143×106−0,225×106|
2 32∆ σ=5,33×104N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Tegangan
Kr=∆ σ ´
σ ×100
Kr= 5,33×10
4
0,225×106×100 Kr=20,9×10−2
=0,2
Error Regangan
´
ε=εkertas1+εkertas2+εkertas3
3
´
ε=0,037+9,346×10 −3
+0,028 3
´
ε=0,0248
∆ ε=
√
∑
|ε−´ε| 2n2
∆ ε=
√
∑
|0,037−0,0248|2
+
|
9,346×10−3−0,0248
|
2+|0,028−0,0248|232
Kr (Ketidakpastian Relatif) Regangan
Kr=∆ ε ´
ε ×100
Kr=1,25×10 −2 0,0248 ×100
Kr=50,4
Error Modulus Young
´
E=Ekertas1+Ekertas2+Ekertas3
3
´
E=9,568×10
6
N/cm2+19,045×106N/cm2+5,107×106N/cm2 3
´
E=1 1,24×106N /cm2
∆ E=
√
∑
|
E− ´E|
2
n2
∆ E=
√
∑
|
9,568×106
−11,24×106
|
2+|
19,045×106−11,24×106|
2+|
5,107×106−11,24×106|
2 32∆ E=3,36×106N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif) Modulus Young
Kr=∆ E ´
E ×100 Kr= 3,36×10
6N
/cm2 11,24×106N/cm2×100 Kr=2 9,9
3.2.2 Perhitungan Spesimen Uji Buatan Pabrik 3.2.2.1 Mika
Luas Mika
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
75,7×10−6)
cm×0,5cm A1=37,85×10−6cm2A2=
(
73,2×10−6)
cm×0,5cm A2=36,6×10−6cm2A3=
(
72,2×10−6)
cm×0,5cm A3=36,1×10−6cm237,85+36,6+36,1¿×10−6 ¿
¿
´
A=¿
´
A=36,85×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
σ= 24,77N
36,85×10−6 cm2 σ=0,672×106N
/cm2
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=11,2−10,7cm
10,7cm ε=0,047
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,672×106 N cm2 0,047 E=14,298×106N
/cm2
Error
∆ σ=0N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif)
Kr=∆ σ ´
σ ×100 Kr=0
3.2.2.2 Plastik
Luas Plastik
A=tebal spesimen× lebar spesimen A1=
(
11,2×10−6)
cm×0,5cm A1=5,6×10−6cm2A2=
(
11,5×10−6)
cm×0,5cm A2=5,75×10−6cm2A3=
(
12,4×10−6)
cm ×0,5cm A3=6,2×10−6cm25,6+5,75+6,2¿×10−6 ¿
¿
´
A=¿
´
A=5,85×10−6 cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 1,05N
5,85×10−6 cm2 σ=0,179×106N
Regangan
ε=∆ l
l0
ε=11,6−10,2cm
10,2cm
ε=0,137
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,179×106 N cm2 0,137
E=1,306×106N/cm2
Error
∆ σ=0N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif)
Kr=∆ σ ´
σ ×100
Kr=0
3.2.2.3 Kertas
Luas Kertas
A=tebal spesimen× lebar spesimen
A1=
(
61,8×10−6)
cm×0,5cmA1=30,9×10−6cm2
A2=
(
59,3×10−6
)
cm×0,5cm
A2=29,65×10
−6
cm2
A3=
(
61,6×10−6
)
cm×0,5cm
A3=30,8×10
−6
cm2
30,9+29,65+30,8¿×10−6 ¿
¿
´
A=¿ ´
A=30,45×10−6
cm2
Tegangan
σ=F
A
σ= 11,06N
30,45×10−6cm2
σ=0,363×106N/cm2
ε=∆ l
l0
ε=10,9−10,7cm
10,7cm ε=0,019
Modulus Young
E=σ
ε
E=
0,363×106 N cm2 0,019
E=19,105×106N/cm2
Error
∆ σ=0N/cm2
Kr (Ketidakpastian Relatif)
Kr=∆ σ ´
σ ×100 Kr=0
3.3 Pembahasan
3.3.1 Analisa Prosedur
Dalam percobaan uji tarik bahan alat-alat yang digunakan gunting digunakan untuk memotong spesimen sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, penggaris digunakan untuk memperoleh ukuran spesimen sesuai dengan yang telah ditentukan, pensil/bolpoin digunakan untuk menggambar spesimen, alat pengukur ketebalan digunakan untuk memperoleh ketebalan dari mika, plastik dan kertas pada sisi ujung-ujung dan sisi tengah spesimen, seperangkat alat uji tarik (Tensile Strength ZP recorder 50 N Imada dan komputer) digunakan untuk menarik spesimen sampai dia mengalami patah dan hasil penngujian tarik akan terbaca oleh software pada komputer dan alat yang terakhir yaitu selotip digunakan untuk menempelkan hasil pengujian yang telah putus pada kertas. Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kertas dan plastik digunakan sebagai spesimen uji tarik. Kertas yang digunakan adalah kertas dengan massa 70 g (dimisalkan sebagai kertas hasil buatan sendiri) dan kertas hvs bergaris (dimisalkan kertas buuatan pabrik). Sedangkan plastik yang digunakan adalah mika bening (dimisalkan sebagai mika buatan sendiri) dan mika warna ungu (dimisalkan sebagai mika buatan pabrik), selain itu digunakan juga plastik foto copy (dimisalkan sebagai plastik buatan sendiri) dan plastik putih (dimisalkan sebagai plastik buatan pabrik).
ini dikarenakan ketebalan spesimen di tiap sisi atau di tiap titik tidak selalu sama, sehingga perlu dilakukan pengukuran lagi. Kemudian sampel tersebut dipasang pada penjepit alat uji tarik, hal ini dilakukan agar spesimen uji tidak lepas ketika ditarik. Keadaan sampel harus terjepit kuat dan dalam posisi tegak, hal ini dimaksudkan agar spesimen bisa putus dengan konversi gaya yang lebih besar pada bagian tengan spesimen uji. Setelah benar-benar yakin sampel terpasang dengan benar, alat uji tarik dinyalakan begitu juga software pencatat data pengukurannya. Roda penggerak bagian penarik alat uji tarik kemudian mulai diputar dengan kecepatan atau gaya yang kira-kira konstan hingga sampel mengalami putus, hal ini dilakukan agar spesimen bisa mengalami kemuluran yang konstan, tidak langsung tiba-tiba patah. Jarak yang ditempuh penarik mulai awal hingga sampel putus kemudian diukur, untuk mendapatkan data batas awal dan akhir pengujian. Ketika sampel sudah putus, pengukuranpun dihentikan. Data yang terekam software selanjutnya disimpan. Perlakuan ini dilakukan untuk semua sampel yang ada.
3.3.2 Analisa Hasil
Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan antara sampel buatan sendiri sebanyak 3 spesimen dengan sampel pembanding (buatan pabrik) sebanyak 1 spesimen. Dari data percobaan dan data perhitungan yang didapatkan, diketahui bahwa besarnya tegangan untuk rata-rata sampel mika buatan sendiri lebih kecil dibandingkan dengan sampel pembanding, besarnya regangan untuk rata-rata sampel mika buatan sendiri lebih besar dibandingkan dengan sampel pembanding, besarnya modulus elastisitas untuk rata-rata sampel mika buatan sendiri lebih kecil dibandingkan dengan sampel pembanding. Untuk bahan plastik besar tegangan dan regangan sampel buatan sendiri lebih besar dibandingkan dengan sampel pembanding (pabrik), sedangkan besarnya modulus elastisitasnya lebih besar buatan pabrik dari pada buatan sendiri. Untuk bahan kertas besar tegangan sampel buatan sendiri nilainya lebih kecil dibandingkan dengan sampel buatan pabrik, besar regangan sampel buatan sendiri lebih besar dibandingkan dengan sampel pembanding, dan modulus elastisitasnya lebih besar pabrik dari pada sampel buatan sendiri. Untuk nilai error dan ketidakpastian relatif pada sampel pembanding besarnya 0, karena hanya digunakan 1 sampel. Dapat diketahui juga bahwa sampel buatan sendiri mempunyai mutu yang bagus karena mempunyai nilai ketidakpastian relatif tegangan dan regangan kurang dari 1, tetapi nilai ketidakpastian relatif untu modulus youngnya besar. Semakin besar modulus elastisitas, maka material tersebut akan semakin kaku.
dengan sampel kertas, dari data tersebut diketahui bahwa sampel plastik mempunyai kuat tarik yang lebih besar dibandingkan dua sampel lainnya.
Plastik didesain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Plastik adalah polimer; rantai panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer."
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan uji tarik bahan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan material diperlukan suatu uji terlebih dahulu untuk mengetahui sifat-sifat mekanik bahan berdasarkan pada kurva tegangan-regangan bahan dan menganalisa patahan pada bahan. Dalam percobaan kali ini, plastik merupakan material yang paling elastis dibandingkan dengan material lain. Proprti dari material bahan mempengaruhi seberapa lama material tersebut mempertahankan bentuk hingga akhirnya putus.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonymouse. 2012. Modul Praktikum Metalurgi Logam.
http://darroesengineering.files.wordpress.com/2012/02/modul-metalurgi-2011-2012.pdf.
Diakses tanggal 28 November 2013.
Davis, Harmer E., Troxell, George Earl, Wiskocil, Clement T.. 1955. The testing and inspection of engineering material. New York: McGraw-Hill, Inc.
Dieter, George E. 1988. Metalurgi Mekanik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Husni. 2011. Metalurgi.
http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-kehidupan-sehari-hari.html. Diakses tanggal 28 November 2013.
Oka, Muhammad. 2013. Konsep Dasar Tegangan dan Regangan.
http://suhilmanoka.blogspot.com/2013/06/konsep-dasar-tegangan-dan-regangan.html .
Diakses tanggal 28 November 2013.
Rafe’i, Ahmadi. 2011. Laporan Material Teknik Uji Tarik.
http://sersasih.wordpress.com/category/laporan-ft-untirta/. Diakses tanggal 28
November 2013.
Sastranegara, Azhari. 2009. Mengenal Uji Tarik dan Sifat-Sifat Mekanik Logam.
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-logam/.