BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keperawatan adalah pelayanan sosial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Pelayanan yang diberikan adalah upaya mencapai derajat kesehatan seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan dibidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku manusia, psikososial, biopisik dan teori- teori kepribadian dimana penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010).
Perawatan psikiatrik menurut American Nurses Associations (ANA)
Perawat jiwa berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang dapat dilakukan dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Selain itu perawat berperan sebagai advokat, edukator, koordinator, kolaborator dan konsultan (Imron, 2010).
Dalam menjalankan perannya perawat mengalami stres. Stres adalah salah satu bahaya psikologis di tempat kerja di zaman modern saat ini. Menurut hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami stres. Selain itu American National Association for Occupational Safety menempatkan kejadian stress pada perawat berada di urutan paling atas pada empat puluh pertama kasus stres pada pekerja (Wahyu, 2009)
Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2008) tentang Stres Perawat di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapati bahwa gejala ya ng timbul pada stres perawat dalam penanganan pasien dengan perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah sakit jiwa meliputi sedih, menghindar, emosi, marah, kelelahan, lebih waspada, intonasi suara jadi tinggi, berpikir tidak realistis, dan khawatir.
Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menunjukkan bahwa dari 60,98% perawat mengalami stres kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan lingkungan kerja, beban kerja perawat dan ancaman serangan ditempat kerja (Ade, 2010)
Banyak perilaku yang dapat memicu atau mempertahankan respons terhadap stres. Perubahan lama dan menggantinya dengan perilaku yang baru dan tepat akan membantu menyelesaikan masalah yang menyebabkan stres. Keterampilan berperilaku asertif adalah perilaku untuk merasakan dan mengekspresikan emosi, dan pendapat. Keasertifan diri bukanlah sikap pasif yang memperkuat persetujuan atau penolakan dan juga bukan sikap agresif yang dapat mengintimidasi orang lain (National safety Council, 2003)
perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan me mpertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.
Menurut Notoadmojo (2003) dalam Umiyati (2009) pengetahuan merupakan bagian dari perilaku manusia yakni ungkapan apa yang diketahui atau hasil dalam pekerjaan. Pengetahuan mempunyai andil yang cukup besar terhadap pembentukan perilaku, khususnya perilaku asertif sehingga perilaku asertif seseorang berhubungan dengan apa yang diketahui tentang asertif dan menjadikan hasil yakni perilaku asertif.
Hasil penelitian yang dilakukan Ratih (2009) di RSUD dr. Djoeham Binjai menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang perilaku asertif dalam kategori cukup 68,3 %. Hal ini disebabkan pemahaman perawat tentang perilaku asertif masih belum baik karena beranggapan bahwa perilaku asertif bertujuan untuk membuat orang lain senang.
Hasil penelitian yang dilakukan J Nurs Manag (2007) tentang Pengaruh Pelatihan Berbasis Web Pernyataan Untuk Manajemen Stres Perawat Jepang
menunjukkan bahwa pernyataan pengetahuan dan perilaku sukarela dalam asertif selama pelatihan meningkat dan stres kerja menurun sekitar 65,9 %.
Sebuah penelitian yang dilakukan Kristianingsih (2008) yang mengidentifikasi Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Umum Magetan dan Rumah Sakit Griya Husada Madiun, diperoleh hubungan yang berkorelasi negatif antara stres dengan perilaku asertif yaitu semakin seorang perawat berperilaku asertif maka stres kerjanya akan semakin rendah.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku asertif dengan tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara ?
3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan perawat tentang perilaku asertif dengan tingkat stres pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang perilaku asertif di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.
2. Mengidentifikasi tentang stres kerja pada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera.
4. Manfaat Penelitian
1. Praktek Keperawatan
Bagi institusi diharapkan dapat mendukung pengetahuan perawat tentang perilaku asertif perawat seperti pelatihan dan seminar. Dapat menjadi seorang yang asertif bukan hal yang mudah namun perilaku asertif bisa dipelajari dan diharapkan pemahaman akan perilaku asertif sehingga memberikan kontribusi terciptanya suasana kerja yang diinginkan perawat. 2. Pendidikan Keperawatan
Memberikan masukan kepada institusi pendidikan keperawatan sehingga dapat memberikan pemahaman konsep perilaku asertif.
3. Penelitian keperawatan