• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pemberian Hak Tanggungan Dengan Akta Persetujuan Membuka Kredit Yang Terindikasi Cacat Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pemberian Hak Tanggungan Dengan Akta Persetujuan Membuka Kredit Yang Terindikasi Cacat Hukum"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

  BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam rangka memelihara

kesinambungan pembangunan tersebut yang para pelaku nya meliputi baik

pemerintah maupun masyarakat sebagai orang – perseorangan dan badan hukum .

Dengan meningkatnya kegiatanmeningkat juga keperluan akan tersedianya dana yang

sebagian di peroleh melalui kegiatan perkreditan. Kredit merupakan suatu bentuk

pengucuran dana yang telah di kenal oleh masyarakat pada umumnya.1

Bank merupakan suatu fasilitator yang dimana mempunyai peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan peningkatan ekonomi

pada masyarakat . Bank berfungsi sebagai lembaga intermediasi , yang dimana

merupakan suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat lain yang membutuhkannya. Hal ini sesuai

dengan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang

letaknya pada pasa 1 ayat (2) yang berbunyi : “Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

      

(2)

  kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat pada rakyat banyak “.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa salah satu fungi dari bank adalah

memberikan kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, hal ini

dapat di lihat pada Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan.2

Sebagimana dengan penjelasan pada Pasal 8 Undang- Undang Nomor 7 tahun

1992, ditegaskan bahwa untuk memperoleh kredit , maka bank akan melakukan

penilaian yang seksama terhadap watak daripada peminjam kredit , kemampuan

modal , agunan , dan prospek usaha debitur tersebut .3

Peminjam uang menyebabkan timbulnya hutang yang harus di bayar oleh

debitur menurut syarat – syarat yang telah ditetapkan dalam suatu pinjaman atau

persetujuan membuka kredit tersebut. Seorang debitur yang mendapatkan kredit dari

Bank merupakan seseorang yang dapat di percayai oleh bank tersebut sesuai dengan

kemampuan debitur tersebut.

      

(3)

  Dalam kegiatan Bank yang memberikan fasilitas kredit, debitur harus

memiliki sesuatu sebagai jamninan daripada yang akan di kreditkan oleh bank sebab

jaminan daripada kredit yang di berikan kepada debitur sangat penting , sebab jika

suatu kredit yang tidak memiliki jaminan cukup memiliki bahaya yang besar. Kondisi

keuangan debitur bias saja jatuh pada suatu kondisi yang parah, sehingga

menyebabkan debitur tidak dapat membayar hutang (kredit) tersebut. Apabila hal

tersebut terjadi maka jaminan daripada debitur tersebut harus di jual.

Suatu Bank yang menyalurkan suatu perkreditan harus dilakukan dengan

prinsip kehati – hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam , penyaluran yang

tepat , serta dilakukan pemantauan dan pengawasan yang baik, perjanjian yang sah

dan memenuhi syarat hukum.

Dapat disimpulkan bahwa sudah semestinya pemberi dan penerima kredit

serta pihak yang lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak

jaminan yang kuat dan yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua

pihak yang berkepentingan.

Lembaga Jaminan Hak Tanggungan dengan agunan yang berupa benda tidak

bergerak atau benda tetap berwujud tanah ( hak atas tanah ) merupakan agunan yang

menempati posisi tertinggi dari sekian banyak agunan yang ada baik secara kuantitas

atau kualitas. Agunan berwujud tanah dinilai paling aman serta mempunyai nilai

ekonomi yang relatif tinggi dari prospektif masa depan, nilai tanah menunjukan

kecenderungan meningkat karena seiring berkembangnya jaman harga tanah semakin

(4)

  Lembaga Jaminan Hak Tanggungan adalah salah satu upaya pembaharuan

hokum pertanahan nasional sebagai contoh yang dilaksanakan adalah lahirnya

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan atas Tanah Beserta Benda – Benda yang Berkaitan Dengan Tanah.

Sebagai Jaminan Hak atas Tanah yang kuat, Hak Tanggungan mempunyai

unsure – unsur pokok yakni :4

1. Hak Tanggungan adalah Hak Jaminan untuk pelunasan Hutang.

2. Objek Hak Tanggungan adalah Hak atas tanah sesuai UUPA.

3. Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya ( hak atas tanah ) saja, tetapi

dapat pula dibebankan berikut benda – benda lain yang merupakan satu kesatuan

dengan tanah tersebut.

4. Utang yang dijamin harus merupakan suatu utang tertentu.

5. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap

kreditur lainnya.

Latar Belakang serta Hal – Hal yang berkaitan dengan Undang – Undang Hak

Tanggungan ( Atas Tanah ) dapat dijelaskan sebagai berikut :

A. Pembangunan ekonomi , sebagai bagian dari pembangunan nasional ,

merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945 .

Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut , yang para

pelakunya meliputi baik Pemerintah maupun masyarakat sebagai orang       

(5)

  perseorangan dan badan hukum , sangat diperlukan dana dalam jumlah yang

besar. Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan , meningkatnya kegiatan

pembangunan , meningkat juga keperluan akan tersedianya dana , yang

sebagian besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan.

Mengingat petingnya kedudukan dana perkreditan tersebut dalam proses

pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yg

terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan

yang dapat pula memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang

berkepentingan .

B. Dalam Pasal 51 Undang – Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok – Pokok Agraria yang disebut juga Undang – Undang Pokok Agraria ,

sudah disediakan lembaga hak jaminan yang kuat yang dapat dibebankan pada

hak atas tanah , yaitu Hak Tanggungan , sebagai pengganti lembaga

Hypotheek dan Credietverband . Selama 30 tahun lebih sejak mulai

berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria , lembaga Hak Tanggungan di

atas belum dapat berfungsi sebagaimana mestinya , karena belum adanya

Undang – Undang yang mengaturnya secara lengkap , sesuai yang di

kehendaki oleh ketentuan Pasal 51 Undang – Undang tersebut. Dalam kurun

(6)

  Agraria , masih diberlakukannya ketentuan Hypotheek sebagaimana dimaksud

dalam kitab Undang- Undang Hukum Perdata Indonesia.5

Ketentuan – Ketentuan dalam peraturan perundang – undangan di atas berasal

dari zaman kolonial Belanda dan diasarkan pada Hukum Tanah Nasional ,

sebagaimana pokok – pokok ketentuannya tercantum dalam Undang – Undang Pokok

Agraria dan dimaksudkan untuk sementara waktu, yaitu sambil menunggu

terbentuknya Undang – Undang yang dimaksud oleh Pasal 51 di atas tersebut.

Oleh karenanya , ketentuan tersebut jelas tidak sesuai dengan asas – asas

Hukum Tanah Nasional dan Dalam kenyataan nya tidak dapat menampung

perkembangan yang terjadi dalam bidang perkreditan dan hak jaminan sebagai akibat

dari kemajuan pembangunan ekonomi.

Akibatnya timbul perbedaan pandangan dan penafsiran mengenai berbagai

masalah dalam pelaksanaan hukum jaminan atas tanah , misalnya mengenai

pencantuman titel eksekutorial , pelaksanaan eksekusi dan lain sebagainya , sehingga

peraturan perundang – undangan tersebut dirasa kurang memberikan jaminan

kepastian hukum dalam kegiatan perkreditan .

C. Atas dasar kenyataan tersebut , perlu segera ditetapkan Undang – Undang

mengenai lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat dengan ciri – ciri :

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahulu kepada

pemegangnya ;

      

(7)

 

2. Selalu mengikuti Obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun obyek

tersebut berada ;

3. Memenuhi asas spesialis dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak

ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak – pihak yang

berkepentingan ;

4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya .

D. Memperhatikan ciri – ciri di atas , maka dengan Undang – Undang ini

ditetapkan ketentuan – ketentuan mengenai lembaga hak, jaminan yang oleh

Undang – Undang Pokok Agraria diberi nama Hak Tanggungan . Dengan

diundagkannya Undang – Undang ini , maka kita akan maju selangkah dalam

mewujudkan tujuan Undang – Undang Pokok Agraria dalam membangun

Hukum Tanah Nasional , dengan menciptakan kesatuan dan kesederhanaan

hukum mengenai hak – hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.6

Hak Tanggungan adalah jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu ,

yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor – kreditor lain . Dalam arti,

bahwa jika debitor cidera janji , kreditor pemegang Hak Tanggungan berhak menjual

melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan

perundang – undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditor

– kreditor yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak

mengurangi prefensi piutang – piutang Negara menurut ketentuan – ketentuan hukum

yang berlaku.

      

(8)

 

E. Dalam Undang – Undang Pokok Agraria yang ditunjuk sebagai hak atas

tanah yan g dapat dijadikan sebagai hak atas tanah yang dapat di jadikan

jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan adalah Hak Milik , Hak

Guna Usaha , dan Hak Guna Bangunan , sebagai hak – hak atas tanah yang

wajib didaftarkan dan menurut sifatnya dapat di pindahtangankan .

Hak pakai dalam Undang – Undang Pokok Agraria tidak ditunjuk sebagai

obyek Hak Tanggungan , karena pada waktu itu tidak termasuk hak – hak atas tanah

yang wajib didaftarkan dan karenanya tidak dapat memenuhi syarat publisitas untuk

dapat dijadikan jaminan utang . Dalam perkembangannya Hak Pakai harus

didaftarklan , yaitu Hak Pakai yang diberikan atas tanah Negara. Sebagian dari Hak

Pakai tersebut yang didaftarkan , menurut sifat dan kenyataannya dapat dipindah

tangankan , yaitu diberikan kepada orang – perorangan dan badan – badan hukum

perdata. Dalam Undang – Undang No .16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun , Hak

Pakai yang dimaksudkan itu dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia .

Dalam Undang – Undang ini Hak Pakai tersebut ditunjuk sebagai obyek Hak

Tanggungan . Sehubungan dengan itu , maka untuk selanjutnya , Hak Tanggungan

merupakan salah satunya lembaga Hak Jaminan atas tanah , dan dengan demikian

menjadi tuntaslah unifikasi Hukum Tanah Nasional , yang merupakan salah satu

(9)

  Demikian pula Hak Pakai atas tanah Hak Milik tidak dapat dibebani Hak

Tanggungan , karena tidak memenuhi kedua syarat di atas . Tetapi mengingat

perkembangan kebutuhan masyarakat dan pembangunan di kemudian hari , dalam

Undang – Undang ini dibuka kemungkinan untuk dapat juga ditunjuk sebagai obyhek

Hak Tanggungan , jika telah dipenuhi persyaratan sebagai yang disebutkan di atas.

Hal itu lebih lanjut akan di atur dengan Peraturan Pemerintah .

Tanah Hak Milik yang sudah di wakafkan , dan tanah- tanah yang

dipergunakan untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, walaupun

didaftar , karena menurut sifat dan tujuan nya , tidak dapat di bebani Hak

Tanggungan .

F. Hak Tanggungan yang di atur dalam Undang – Undang ini pada dasarnya

adalah Hak Tanggungan yang dibebankan pada hak atas Tanah . Namun

kenyataan nya sering kali terdapat benda- benda berupa bangunan , tanaman ,

dan hasil karya , yang secara tetap merupakan suatu kesatuan dengan tanah

yang dijadikan jaminan tersebut . Sebagaimana diketahui Hukum Tanah

Nasional didasarkan pada hukum adat , yang menggunakan asas pemisahan

horizontal .

Namun demikian penerapan asas – asas hukum adat tidaklah mutlak ,

melainkan selalu memperhatikan dan disesuaikan dengan perkembangan kenyataan

dan kebutuhan dalam masyarakat yang dihadapinya . Atas dasar kenyataan sifat

(10)

  Undang itu dinyatakan , bahwa pembebanan Hak Tanggungan atas tanah ,

dimungkinkan pula meliputi benda – benda yang di maksud diatas .

Hal tersebut telah dilakukan dan dibenarkan oleh Hukum dalam praktek ,

sepanjang benda – benda tersebut merupakan satu kesatuan dengan tanah yang

bersangkutan dan keikutsertaan nya dijaminkan jaminan , dengan tegas dinyatakan

oleh pihak – pihak dalam Akta Pemberian Hak Tanggungannya .

Bangunan, tanaman , dan hasil karya , yang ikut dijadikan jaminan itu tidak

terbatas pada yang dimiliki oleh pemegang Hak atas tanah yang bersangkutan ,

melainakan juga meliputi yang dimiliki pihak lain .

G. Proses pembebanan Hak Tanggungan dilaksanakan melalui dua tahap

kegiatan , yaitu :

1. Tahap pemberian Hak Tanggungan , dengan dibuatnya Akta

Pemberian Hak Tanggungan oleh Pejabat Pembuat Aklta Tanah ,

untuk selanjutnya disebut PPAT , yang didahului dengan perjanjian

utang – piutang yang dijamin .

2. Tahap pendaftaran nya oleh Kantor Pertanahan , yang merupakan

saat lahirnya Hak Tanggungan yang dibebankan .

Menurut peraturan perundang – undangan yang berlaku , PPAT adalah pejabat

umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak atas tanah dan akta lain dalam

rangka pembebanan hak atas tanah , yang bentuk aktanya ditetapkan , sebagai bukti

(11)

  masing – masing . Dalam kedudukan nya sebagai yang disebutkan di atas , maka akta

– akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik.

Dalam memberikan Hak Tanggungan , pemberi Hak Tanggungan wajib hadir

di hadapan PPAT . Jika karena sesuatu sebab tidak dapat hadir sendiri , ia wajib

menunjuk pihak lain sebagai kuasanya , dengan surat Kuasa Membebankan Hak

Tanggungan , disingkat SKMHT , yang berbentuk akta otentik .

Pada saat pembukaan SKMHT dan Akta Pemberian Hak Tanggungan , harus

sudah ada keyakinan pada Notaris atau PPAT yang bersangkutan , bahwa pemberi

Hak Tanggungan mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan Hukum

terhadap obyek Hak Tanggungan yang dibebankan , walaupun kepastian mengenai

dimilikinya kewenangan tersebut harus diisyaratkan pada waktu pemberian Hak

Tanggungan itu didaftar.

Pada tahap pemberian Hak Tanggungan oleh pemberi Hak Tanggungan

kepada Kreditor , Hak Tanggungan yang bersangkutan belum lahir . Hak Tanggungan

itu baru lahir pada saat di butuhkannya dalam buku tanah di kantor Pertanahan . Oleh

karena itu , kepastian mengenai saat didaftarkannya Hak Tanggungan itu adalah

sangat penting bagi Kreditur.

H. Oleh karena Hak Tanggungan menurut sifatnya merupakan ikutan atau

accessoir pada suatu piutang tertentu , yang didasarkan pada suatu perjanjian

utan – piutang atau perjanjian lain , maka kelahiran dan keberadaannya

(12)

  Apabila Hak Tanggungan menjadi hapus karena hukum , apabila pelunasan

nya ataju sebab – sebab lain , piutang yang dijaminnya menjadi hapus. Dalam Hal ini

pun pencatatan hapusnya Hak Tanggungan yang bersangkutan cukup didasarkan pada

pernyataan tertulis dari Kreditor , bahwa piutang yang di jamin nya hapus.

Dengan tidak mengabaikan kepastian hukum bagi pihak – pihak yang

berkepentingan , kesederhanaan administrasi pendaftaran Hak Tanggungan , selain

dalam hal peralihan dan hapusnya piutang yang dijamin , juga tampak pada hapusnya

hak tersebut karena sebab – sebab lain , yaitu karena dilepaskan oleh Kreditor yang

bersangkutan , pembersihan obyk Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat

oleh Ketua Pengadilan Negeri , dan hapusnya hak atas tanah yang dijadikan jaminan .

I. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam

pelaksanaan eksekusinya , jika debitor cidera janji . Walaupun secara umum

ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang

berlaku , namun dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan

tentang esksekusi Hak Tanggungan dalam Undang - Undang ini , yaitu yang

mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224

Reglemen Indonesia yang Diperbarui ( Het Herziene Indonesisch Reglement )

dan Pasal 258 Reglement Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawad an Madura

( Reglement tot Regelling van het Rechtswezen in de Gewesten Buitten Java

(13)

  Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan , yang berfungsi

sebagai surat tanda bukti ada nya Hak Tanggungan , dibubuhkan irah – irah dengan

kata – kata “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA

ESA “, untuk memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap .

Selain itu sertifikat Hak Tanggungan tersebut dinyatakan sebagai pengganti

groose acte Hypotheek , yang untuk eksekusi hypotheek atas tanah ditetapkan sebagai

syarat dalam melaksanakan ketentuan – ketentuan pasal – pasal kedua Reglemen di

atas .

J. Untuk memudahkan dan menyederhanakan pelaksanaan ketentuan –

ketentuan Undang – Undang ini bagi kepentingan pihak – pihak yang

bersangkutan , kepada Ketua Pengadilan Negeri diberikan kewenangan

tertentu , yaitu : penetapan memberikan kuasa kepada Kreditor untuk

mengelola obyek Hak Tanggungan , penetapan hal – hal yang berkaitan

dengan permohonan pembersihan obyek Hak Tanggungan , dan pencoretan

Hak Tanggungan .

K. Untuk menjamin kepastian hukum serta memberikan perlindungan kepada

pihak – pihak yang berkepentingan , dalam Undang – Undang ini diatur

sanksi administrative yang dikenakan kepada para pelaksana yang

bersangkutan , terhadap pelanggaran atau kelalaian dalam memenuhi berbagai

(14)

  Selain dikenakan sanksi administatif tersebut diatas , apabila memenuhi syarat

yang di perlukan , yang bersangkutan masih dapat digugat secara perdata dan/atau di

tuntut pidana.

L. Undang – Undang Pokok Agraria ini telah di sesuaikan dengan perkembangan

keadaan dan mengatur berbagai hal baru berkenaan dengan lembaga Hak

Tanggungan sebagai mana telah diuraikan di atas , yang cakupannya meliputi

:

1. Obyek Hak Tanggungan ;

2. Pemberi dan pemegang Hak Tanggungan ;

3. Tata cara pemberian , pendaftaran , peralihan , dan hapusnya Hak

Tanggungan ;

4. Eksekusi Hak Tanggungan;

5. Percoretan Hak Tanggungan;

6. Sanksi administrasi.7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa saja yang menjadi Objek daripada Hak Tanggungan tersebut ?

2. Bagaimana Proses penyelesaian Kredit yang Terindikasi Cacat Hukum ?

      

Drs.C.S.T.Kansil,S.H. ,Pokokpokok Hukum Hak Tanggungan atas Tanah, Cawang , Jakarta 13630 , 

(15)

  C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk :

- Untuk mempelajari tata cara pemberian hak tanggungan terhadap seorang

debitor yang cacat hukum

- Untuk memberikan kepastian hukum bagi debitor tersebut apakah debitor

tersebut dapat membuka kredit yang di nilai cacat hukum .

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian dalam hal ini adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pemikiran dalam

rangka mengembangkan dan memperkaya teori hukum yang sudah ada , khususnya

dalam bidang Hukum Hak Tanggungan .

2. Kegunaan Praktis

Hasil dari penelitian ini ditujukan untuk memberikan informasi bagi para

pemberi kredit atau kreditor dalam memberikan kredit kepada debitor yang dimana

debitor tersebut terhadap Hak Tanggungannya terindikasi cacat hukum.

E. Metode Penulisan

Terry Hutchinson menulis pengertian penelitian seperti dikemukakan oleh

(16)

  organisasi tersebut , Research and Experimental Development as creativity ,

originality and systematic activity that increases the world’s stock of knowledge.8

Pernyataan ini menjadi pendorong pentingnya melakukan penelitian ilmiah untuk

kemajuan ilmu pengetahuan . Dalam melakukan penelitian tersebut dibutuhkan

metodelogi penelitian yang sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.

Setiap ilmu pengetahuan mempunyai identitas masing – masing , sehingga pasti aka

nada berbagai perbedaan.9

Oleh karena penelitian yang dilakukan adalah mengenai permasalahan hukum

, maka skripsi ini akan menggunakan metode penelitian hukum , Soejono Soekanto

menyatakan bahwa penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah , yang

didasarkan pada metode , sistematika dan pemikiran tertentu , yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisanya.10

1. Jenis Penelitian

Dalam literature – literature hukum tentang dasar penelitian hukum banyak

ditemukan variasi tentang pembagian jenis atau tipe penelitian hukum . Namun ,

meskipun demikian pengklasifikasian tipe penelitian hukum yang secara umum

adalah sebagai berikut:

a. Penelitian hukum normative yang mencakup penelitian terhadap asas -asas

(17)

  horizontal , hukum inkonkrito , hukum klinis , sejarah hukum , dan perbandingan

hukum.

b. Penelitian hukum sosiologis atau empiris yang mencakup penelitian hukum

sosiologis , identifikasi hukum tidak tertulis , dan tentang efektifitas hukum.

Dari judul skripsi ini yaitu , “ Pemberian Hak Tanggungan Dengan Akta

Persetujuan Membuka Kredit Yang Terindikasi Cacat Hukum “ dapat dikatakan

bahwa jenis penelitian ini adalah Hukum Normatif . Dalam penelitian hukum

normative , hukum dipandang sebagai norma atau kaidah yang otonom terlepas dari

hubungan hukum tersebut dengan masyarakat . Jenis penelitian ini betujuan untuk

mendeskripsikan secara sistematis , factual , akurat terhadap suatu keadaan yang

menjadi objek penelitian dengan mendasarkan penelitian kepada ketentuan hukum

normative . Dari sudut normative inilah skripsi ini membahas mengenai pemberian

Hak Tanggungan dengan persetujuan membuka kredit yang terindikasi cacat hukum .

2. Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini keseluruhan merupakan data sekunder yang

terdiri atas:

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang . Dalam tulisan ini diantaranya Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria , Undang – Undang Nomor 4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan .

(18)

  Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang

Hak Tanggungan seperti : buku – buku , seminar – seminar , jurnal hukum , majalah ,

koran , karya tulis ilmiah , dan beberapa sumber internet yang berkaitan dengan

permasalahan skripsi ini

c. Bahan Hukum Tersier

Yaiu semua dokumen yang berisi tentang konsep – konsep dan keterangan –

keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder ,

seperti , kamus , ensiklopedia dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpuan data diperlukan untuk memperoleh suatu kebenaran

ilmiah dalam penulisan skripsi , dalam hal ini digunakan teknik pengumpulan data

dengan cara studi kepustakaan ( Library Research ) , yaitu mempelajari dan

menganalisis data secara sistematis melalui buku – buku , surat kabar , makalah

ilmiah , majalah , internet , peraturan perundang – undangan , dan bahan – bahan lain

yang berhubungan dengan materi yang di bahas di dalam skripsi ini .

4. Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian digunakan analisis normative kualitatif ,

yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya

dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan

hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi . Metode Kualitatif dilakukan guna

mendapatkan data yang bersifat deskriptif , yaitu data – data yang akan diteliti dan

(19)

  F. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh penulis , maka

penulis menuangkannya dalam sbuah skripsi yang berjudul “ Pemberian Hak

Tanggungan Dengan Akta Persetujuan Membuka Kredit Yang Terindikasi

Cacat Hukum “. Untuk mengetahui keaslian penulisan , setelah melakukan

penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada katalog skripsi

departemen Hukum Agraria Fakultas Hukum USU , tidak menemukan judul yang

sama . Melalui surat tertanggal 16 September 2015 yang dikeluarkan oleh

Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara /

Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama pada Arsip Perpustakaan

Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan – bahan yang

berkaitan dengan Hak Tanggungan di Indonesia ini , baik literature yang diperoleh

dari pemikiran praktisi , referensi buku – buku , makalah , hasil seminar , media cetak

, media elektronik , seperti internet , serta bantuan dari berbagai pihak yang

berdasarkan pada asas keilmuan yang jujur , rasional , dan terbuka . Bila dikemudian

hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah di tulis oleh orang lain dalam bentuk

skripsi sebelum skripsi ini di buat , maka hal itu dapat diminta

(20)

  G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 4 ( empat ) bab , dimana masing –

masing bab terbagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara

sistematik , dan saling berkaitan antara satu sama lain . Urutan singkat atas bab dan

sub bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pembahasan mengenai

Dasar – dasar serta latar belakang lahirnya Hak Tanggungan yang

berdasrkan pada Undang Undang Nomor.4 Tahun 1996 , tujuan dan

manfaat penulisan , keaslian , metode penelitian dan sistematika

penulisan .

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM

MEMINJAM UANG

Bab ini menguraikan tentang tata cara proses pinjam meminjam uang

serta pengertian bank secara umumnya. Dan tata cara mengajukan

kredit.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN

Bab ini menguraikan pengertian daripada hak tanggungan tersebut ,

serta objek dan asas daripada hak tanggungan itu sendiri , dan tata cara

penyelenhggaraan hak tanggungan tersebut.

BAB IV TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT YANG TERINDIKASI

(21)

  Dalam bab ini di uraikan pengertian cacat hukum , kredit yang

terindikasi cacat hukum , serta tata cara proses penyelesaian kredit

yang terindikasi cacat hukum tersebut .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir berisi kesimpulan yang diambil oleh penulis terhadap bab

– bab sebelumnya yang telah penulis uraikan dengan mencoba

memberikan saran - saran yang penulis anggap perlu dari kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Make A Match baik digunakan manakala peserta didik menginginkan kreativitas berfikir peserta didik, sebab melalui pembelajaran seperti ini

  Hasil dari penelitian yaitu penulis dapat mengetahui konsep dan rancangan dalam membuat sebuah jaringan komputer dan dapat membandingkan apa saja yang di dapat selama

[r]

[r]

Pada era informasi ini perkembangan dalam bidang komputer sangat pesat.Hal ini mendorong manusia untuk melakukan banyak hal dengan cara-cara yang praktis dan serba otomatis agar

database dan bisa ditampilkan pada web serta mengirim pesan singkat ke handphone apabila salah satu phasa arus pada kWh meter ada yang hilang atau bocor. Pada

The scientific method as a method of intervention to improve the character education of elementary school students is more directed to the affective domain in the field of

Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar SMP yang mengemudikan sepeda motor tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi