• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Ada berbagai bentuk badan usaha yang mendukung kegiatan perekonomian di Indonesia, antara lain yang berbentuk badan hukum adalah perseroan terbatas, yayasan dan koperasi dan yang tidak berbentuk badan hukum seperti firma, persekutuan komanditer, usaha dagang, commanditer vennootschaap dan lain sebagainya. PT merupakan bentuk usaha kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, disamping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terbatas, PT juga memberikan kemudahan bagi pemilik (pemegang saham) nya untuk mengalihkan perusahaannya (kepada setiap orang) dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya pada perusahaan tersebut.1

Badan hukum merupakan pendukung kewajiban dan hak sama seperti manusia pribadi. Sebagai pedukung hak dan kewajiban dan dapat mengadakan hubungan bisnis dengan pihak lain. Kedudukan PT sebagai badan hukum semata-mata ditentukan oleh pengesahan sebagai badan hukum yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan sejak saat itu PT menjadi subyek hukum yang mampu mendukung hak dan kewajiban dan bertanggung jawab secara

(2)

mandiri terhadap segala akibat yang timbul atas perbuatan hukum yang telah dilakukan.2

Dengan disahkannya, didaftarkan dan diumumkannya akta pendirian PT, maka Anggaran Dasar PT tidak saja mengikat bagi para pendiri perusahaan, pemegang saham, pengurus, akan tetapi juga bagi para pihak yang hendak melakukan transaksi dengan PT. Mengingat Anggaran Dasar PT adalah hukum positif bagi PT. Disebut demikian, karena maksud dan tujuan , besarnya modal PT dan hal-hal yang menyangkut tentang PT dijabarkan dalam Anggaran Dasar PT.3

Anggaran Dasar menempati kedudukan yang sangat penting dalam mengatur kegiatan dan kehidupan PT. Kewenangan bertindak Persseroan PT dibatasi oleh Peraturan Perundang-undangan dan Anggaran Dasar, juga dibatasi oleh maksud dan tujuan PT. Maksud dan tujuan PT mempunyai 2 (dua) sisi, pada 1 (satu) sisi merupakan sumber kewenangan bertindak bagi PT, dan di sisi lain menjadi pembatas dari ruang lingkup bertindak dari PT bersangkutan.4

Perusahaan yang berbentuk PT sangat menarik minat investor atau penanam modal untuk menanamkan modalnya. Dengan dominasi yang besar di Indonesia, PT telah ikut meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, baik melalui Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sehingga PT merupakan salah satu pilar perekonomian nasional. Lebih dipilihnya PT sebagai 2Budiarto, Agus, Tanggung Jawab Pendirian Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia, 2002), hal.106

3 Sentosa, Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung, Nuansa Aulia, 2006).

(3)

bentuk perusahaan dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain ini dikarenakan adanya pemisahan yang jelas antara kepemilikan modal (ownership) dengan kepengurusannya (power).

Menurut Pasal 1 angka b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia dengan tujuan memeperoleh keuntungan atau laba.5

Perseroan Terbatas atau Naamloze Vennootschap (dalam bahasa Belanda),

company limited by shares(dalam bahasa Inggris)6, menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undnag Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksananya. Semua PT yang berbadan hukum Indonesia, didirikan menurut hukum Indonesia, menggunakan nama perseroan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah bahasa Indoenesia yang baik dan benar.7

5Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 1999), hal.1

6Abdul, R, Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan : Teori dan Contoh Kasus, Edisi Kedua, Cetakan Kesepuluh, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010), hal.105

7

(4)

Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan kaidah atau ketentuan hukum perusahaan yang dapat berupa badan legislative yang menciptakan undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian yang menciptakan kontrak, hakim yang memutuskan perkara yang menciptakan yurisprudensi, masyarakat pengusaha yang menciptakan kebiasaan mengenai perusahaan. Dengan demikian, hukum perusahaan itu terdiri dari kaidah atau ketentuan yang tersebar dalam perundang-undangan, kontrak, yurisprudensi, dan kebiasaan mengenai perusahaan.8

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun memerlukan modal dan investasi yang besar untuk mensejahterakan seluruh masyarakatnya. Namun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kerja keras dari berbagai pihak. Untuk melakukan pembangunan tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit dan apabila hanya mengandalkan modal dari Pemerintah, hampir bisa dipastikan sulit untuk mencapai hal tersebut. Pengaturan terkait Penanamn Modal pertama kali diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri yang kemudian kedua undang-undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM), yang didalamnya memuat materi tentang Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri.

Dampak yang sangat terasa dengan terjadinya globalisasi yakni arus informasi begitu cepat sampai di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai

(5)

pihak khususnya dikalangan pebisnis berlomba memburu informasi, sebab siapa yang mampu menguasai informasi dengan cepat, maka dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu negara ke negara lain dapat begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini semua tentu berkat dukungan teknologi yang terus digunakan dan dikembangkan oleh para ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas antara satu negara dengan negara lainnya maka peluang untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka diri bagi investor asing sangat terbuka luas.9

Istilah investasi maupun penanaman modal adalah istilah yang dikenal oleh masyarakat. Investasi digunakan sebagai istilah populer dalam dunia usaha. Sedangkan penanaman modal digunakan dalam istilah perundang-undangan. Di kalangan masyarakat luas, investasi memiliki pengertian lebih luas karena mencakup investasi langsung (Direct Investment) dan Investasi tak langsung (Portofolio Investment). Sedangkan penanaman modal lebih berkonotasi kepada investasi langsung.10 Penanaman modal baik langsung atau tidak langsung memiliki unsur-unsur, adanya motif untuk meningkatkan atau setidak-tidaknya mempertahankan

nilai modalnya.11

Penanaman modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM dapat diartikan sebagai segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri 9Yanto, Bashri,Mau Kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia-Prisma Pemikiran Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, (Jakarta, Predna Group, 2003), hal.12-13

10 Dhaniswara, K., Harjono, Hukum Penanaman Modal, (Jakarta, Raja Grafindo Persada , 2007), hal. 10

(6)

maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia,12 sedangkan Penanaman modal asing menurut Pasal 1 angka 3 UU PM dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.13

Pasal 5 ayat 2 UU PM juncto Pasal 11 ayat 1 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (PerKa BKPM) Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal menyatakan bahwa penanam modal asing harus dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.

Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanam modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), dimana terdapat gabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital).14

12Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 13Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(7)

Menurut Ismail Suny ada 3 (tiga) macam kerjasama antara modal asing

dengan modal nasional berdasarkan undang-undang penanaman modal asing, yaitu

joint venture, joint enterprise dan kontrak karya.15

Keberadaan kontrak joint venture dalam penanaman modal asing, mempunyai arti dan manfaat yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Raaymakers mengemukakan bahwa ada 6 (enam) manfaat kontrak joint venture sebagaimana dikemukakan berikut ini:

1. Pembatasan risiko

yaitu melaksanakan suatu kegiatan yang penuh risiko dapat menimbulkan suatu kerja sama. Dengan bersatu, risiko dapat disebar kepada peserta-peserta. 2. Pembiayaan

yaitu dengan kerja sama, usaha mendayagunakan modal dapat dilakukan dengan sederhana dengan menyatukan modal yang dibutuhkan.

3. Menghemat tenaga

Jika dilihat dari kekuatan tenaga kerja yang dibutuhkan, penanganan yang disatukan akan mengurangi personalia yang dibutuhkan disbanding dengan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh setiap perusahaan.

4. Rentabilitas

yaitu dengan adanya joint venture, rentabilitas (hal menguntungkan dan merugikan) dari investasi-investasi yang ada dari para pihak dapat diperbaiki.

15

(8)

5. Kemungkinan optimasiknow-how

Joint Venture mampu menyatukan partner-partner yang tidak sejenis baik dalam negara maupun di luar negara. Perusahaan-perushaan yang tidak sejenis usahanya mengadakan kerja sama sehingga dapat terjadi diversifikasi usaha. 6. Kemungkinan pembatasan kongkurensi (saling ketergantungan).16

Berbagai studi tentang penanaman modal asing menunjukkan bahwa motif suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara adalah mencari keuntungan. Keuntungan tersebut diperoleh dari berbagai sebab pendukung seperti upah buruh yang murah, dekat dengan sumber bahan mentah, luasnya pasar yang baru, menjual teknologi (merek, paten, rahasia dagang, desain industri),menjual bahan baku untuk dijadikan bahan jadi, insentif untuk investor dan status khusus negara tertentu dalam perdagangan Internasional. Sementara bagi negara penerima modal, berharap ada partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya.17

Kegiatan investasi atau penanaman modal, khususnya kegiatan penanaman modal asing di Indonesia belakangan ini semakin meningkat. Hal ini terutama sejak diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) yang mana sejalan dengan tujuan dari AFTA itu sendiri, yaitu:

1. Menjadikan kawasan Association of South East Asian Nations (ASEAN) sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global

16 Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal.207

(9)

2. Menarik lebih banyak lagiForeign Direct Investment

3. Meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN (intra-ASEAN Trade)18 Menurut Pasal 5 ayat 3 UU PMA penanam modal asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara:

1. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; 2. membeli saham; dan

3. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.19 Namun sering menjadi permasalahan yaitu bagaimanakah status dari anak perusahaan apabila induk perusahaan menjadi perusahaan dengan fasilitas Penanaman Modal Asing (PMA). Apakah status dari anak perusahaan tersebut turut berubah mengikuti induknya atau sebaliknya?

Sebagai contoh yang sederhana adalah sebagaimana berikut ini:

A suatu Perseroan Terbatas (PT) biasa yang memiliki anak perusahaan, yaitu PT B dan PT C yang keduanya berstatus PT biasa pula, kemudian PT Z selaku Perusahaan Luar Negeri (Asing) mengambil bagian saham melalui penyertaan atau penyetoran modal ke dalam PT A, sehingga PT A berubah status dari PT biasa menjadi PT PMA. Bagaimanakah status PT B dan C terkait hal tersebut mengingat kedua PT B dan C tersebut sudah dimiliki oleh PT jauh sebelum PT A berubah status menjadi PT PMA. (seperti skema di bawah ini).

18Asean Free Trade, http://www.kemendag.go.id/files/regulasi/2002/01/AFTA.htm pada tanggal 03 Juli 2014

(10)

PT A saat telah berubah status menjadi PT PMA (PT Z telah melakukan penyertaan modal)

melakukan penyertaan

UUPM selaku wadah yang menjadi payung hukum penanaman modal serta investasi di Indonesia tidak ada mengatur secara tegas dan terperinci terkait permasalahan tersebut di atas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dalam bentuk Tesis dengan judul "Tinjauan Yuridis terhadap Status Anak Perusahaan yang Induk Perusahaan berubah Status menjadi Penanaman Modal Asing”.

B. Perumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu badan usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing?

2. Apakah akibat hukum yang terjadi apabila induk perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing terhadap anak perusahaan?

(11)

3. Bagaimanakah proses penyesuaian yang harus dilalui anak perusahaan yang induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis20.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan meninjau hubungan hukum antara anak perusahaan dengan induk perusahaan dan bagaimanakah syarat-syarat serta proses suatu badan usaha disebut sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing.

2. Untuk mengetahui dan meninjau akibat hukum yang terjadi apabila induk perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing terhadap anak perusahaan.

3. Untuk mengetahui dan meninjau proses penyesuaian yang harus dilalui anak perusahaan yang induk perusahaannya berubah status menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

(12)

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk ilmu Hukum Kenotariatan pada umumnya, Hukum Penanaman Modal serta Penanaman Modal Asing (PMA) khususnya serta menambah pengetahuan dan wawasan juga sebagai referensi tambahan pada program studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya dalam hal meninjau tentang status dari anak perusahaan yang induk perusahaannya berubah menjadi Perusahaan PMA.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi serta para pelaku usaha yang bergerak di bidang usaha yang berbadan hukum, khususnya pada Perseroan Terbatas serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.

E. Keaslian Penelitian

(13)

1. Saudara Sukiran, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Kajian Yuridis tentang Jaminan Kepastian Hukum bagi Investasi Asing di Indonesia” Tahun 2008. 2. Saudari Sri Yuliati, Mahasiswi Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul “Analisis Hukum tentang Pemilikan Saham pada Perusahaan Penanaman Modal Asing” Tahun 2013.

Penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka baik judul, rumusan masalah maupun substansi pembahasan serta pengkajian hukumnya sangat berbeda sama sekali. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.21

(14)

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi22, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.23

M.Solly Lubis menyatakan konsep teori merupakan:

"Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti".

Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:24

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;

b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi; c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui

serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;

22 J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial-Asas-asas, (Penyunting: M.Hisyam), (Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal.203

(15)

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.

Istilah penanaman modal atau investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu Investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Investement. Para ahli memiliki beberapa pandangan mengenai konsep teoritis tentang penanaman modal. Menurut Fitzgeral sebagaimana dikutip oleh Salim HS mengartikan investasi atau penanaman modal adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.25

Teori-teori dalam Penanaman Modal Asing dinataranya adalah: a) Teori R. Vernon

(16)

memikirkan kemungkinan mencari pasar – pasar baru di negara – negara yang relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi, pengangkutan dan pemasaran. Strategi – strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas aksi dan reaksi multinational corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana produk telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, sehingga risetan keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya, produk bergerak ke negara-negara yang sedang berkembang, dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk – produk yang dihasilkan di negara berkembang tersebut akan diimpor kembali ke negara asal dan juga ke pasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovatifnya.

b) Teori J.H Dunning

(17)

dalam penanaman modal asing. Yang pertama adalah adanya keunggulan spesifik perusahaan. Rentang keunggulan yang dapat menumbuhkan Foreign Direct Investmentadalah :

1. Teknologi pemilikan disebabkan karena kegiatan penelitian dan pengembangan.

2. Keterampilan manajerial, pemasaran, atau lainnya yang spesifik untuk fungsi organisasi perusahaan.

3. Deferensiasi produk, merk dagang atau nama cap.Ukuran besar, yang mencerminkan skala ekonomi.

4. Keperluan modal yang besar untuk pabrik dengan ukuran efisien minimum.

Yang kedua adalah keunggulan internalisasi. Kondisi yang menyokong internalisasi meliputi :

1. Biaya tinggi dalam membuat dan melaksanakan kontrak. 2. Ketidakpastian pembeli tentang nilai teknologi yang dijual.

3. Kebutuhan untuk mengendalikan penggunaan atau penjualan kembali produk.

4. Keunggulan untuk menggunakan diskriminasi harga atau subsidi ulang (cross-subsidization).

Yang ketiga adalah keunggulan spesifik negara.

(18)

2. Kekuatan tenaga kerja biaya rendah yang efisien dan terampil. 3. Rintangan perdagangan membatasi impor.

c) Teori David K. Eiteman

Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal asing ada tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku dan motif ekonomi. Dalam motif strategis dibedakan dalam :

1) Mencari pasar 2) Mencari bahan baku 3) Mencari efisiensi produks 4) Mencari pengetahuan 5) Mencari keamanan politik.

Sedangkan motif perilaku merupakan ransangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan.

d) Teori Robock & Simmonds

(19)

produk baru, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Sedangkan kekuatan eksternal yang mempengaruhi PMA yaitu pelanggan, pemerintah, ekspansi ke luar negeri dari pesaing dan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

Model Siklus Produk. Model ini menerangkan bahwa penanaman modal asing melalui tiga tahap, yaitu tahap produk baru, tahap produk matang dan tahap produk yang distandardisasi. Pada tahap produk baru, produk dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan untuk pasar luar negeri dilayani dengan ekspor. Pada tahap produk matang, harga produk menjadi penting. Pasar luar negeri telah dilayani oleh produksi lokal. Pada tahap ketiga, persaingan menjadi lebih penting dan produksi diarahkan pada lokasi/ tempat yang biayanya rendah (kecil) dalam lingkup negara yang berpenghasilan rendah. e) Teori Stephen Hymer

(20)

yang dinikmati oleh perusahaan induk. Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi di luar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan arus modal, karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan tertentu.

Defenisi lain tentang investasi dikemukakan oleh Kamaruddin Ahmad, yaitu bahwa investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.26

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum. Menurut Soejono Soekanto, wujud kepastian hukum adalah

Peraturan dari pemerintah pusat yang berlaku umum diseluruh wilayah Negara. Kemungkinan lain adalah peraturan tersebut berlaku umum , tetapi hanya bagi golongan tertentu. Selain itu, dapat pula peraturan setempat yaitu peraturan yang dibuat oleh penguasa setempat yang hanya berlaku didaerahnya saja,misalnya peraturan kotapraja.27

Dari pendapat diatas, terlihat bahwa wujud kepastian hukum pada umumnya berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan yang mempunyai otoritas untuk itu.

Menurut Sudikno Mertokusumo :

26 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi, (Jakarta, Rineka Cipta, 1996), hal.3

(21)

Kepastian hukum adalah masyarakat mengharapkan kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukumkarena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tau apa yang harus diperbuatnya, sehingga akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitikberatkan pada kepastian hukum dan ketat menaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan rasa ketidakadilan. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat, lex dure, sed tamen scripta

(undang-undang itu kejam, tetapi memang demikian bunyinya).28

Dalam melakukan penanaman modal selain tunduk ketentuan hukum penanaman modal juga ada ketentuan lain yang terkait dan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ketentuan tersebut antara lain berkaitan dengan perpajakan, ketenagakerjaan, dan masalah pertanahan.

Semua ketentuan ini akan menjadi pertimbangan penanam modal , dalam melakukan investasi.

2. Kerangka Konsepsi

Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.29

Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional (operational definition).30 Oleh karena itu, kerangka konsepsi pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih kongkrit dari kerangka teoriti yang seringkali bersifat abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional

28

Sudikno Mertokusumo ,Mengenal Hukum(suatu pengantar),Liberty, Yogyakarta,1988.hal 136

(22)

yang menjadi pegangan kongkrit dalam proses penelitian. Jadi jika teori berhadapan dengan sesuatu hasil kerja yang telah selesai, maka konsepsi masih merupakan permulaan dari sesuatu karya yang setelah diadakan pengolahan akan dapat menjadikan suatu teori.31

Agar terdapat persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan memahami penulisan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini:

a. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksanaannya.32

b. Penanaman Modal menurut Pasal 1 angka 1 UU PM adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.

c. Penanaman Modal Asingmenurut Pasal 1 angka 3 UU PM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan

(23)

modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

d. Penanaman Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 2 UU PM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal negeri dengan penanam modal dalam negeri.

e. Penanaman Modalmenurut Pasal 1 angka 4 UU PM adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing.

f. Penanam Modal Asing menurut Pasal 1 angka 6 UU PM adalah

perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

g. Penanam Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 5 UU PM adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.

h. Modalmenurut Pasal 1 angka 7 UU PM adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.

(24)

hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

j. Modal Dalam Negeri menurut Pasal 1 angka 9 UU PM adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

k. Notarisberdasarkan Pasal 1 angka 1 junctoPasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, antara lain: mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

(25)

G. Metodologi Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah serta usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati- hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.33

Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan adalah:34

a. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap;

b. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui;

c. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner;

d. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan, mengenai masyarakat.

Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.35

33Joko P. Subagyo,Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 1997), hal.42

34Soerjono Soekanto,Op.Cit.,hal.7

(26)

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam proposal ini merupakan penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian doctrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang mengasnalisi hukum baik yang tertulis dalam buku (law as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh Hakim melalui proses Pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process).36 Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah37 yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya juga diadakan pelaksanaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut kemudian mengusahakan suatu pemecahan atau permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala-gejala yang bersangkutan.38

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya.39

36 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal.118

37Ibid., hal.43

38Soerjono Soekanto,Op.Cit.,hal.43

(27)

Sifat penelitian penulisan ini adalah deskriptif analitis. Bersifat deskriptif maksudnya penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti.

Analitis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.40Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat , sifat individu, suatu gejala, keadaan, atau kelompok tertentu.41

2. Jenis Data dan Bahan Hukum

Sumber data dapat diperoleh dari data Primer dan Sekunder. Data primer dapat dicari dan diperoleh langsung dari responden ataupun dari lapangan (kancah). Instrumen (alat) yang dapat digunakan adalah wawancara, kuesioner dan observasi (pengamatan). Sementara data sekunder dapat dicari dan diperoleh dari kepustakaan dengan menggunakan instrumen studi dokumen.42Data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif),43yang terdiri dari:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

40Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke 20, (Bandung, PT Alumni, 1994), hal.101

41 Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta, PT Gramedia, 1997), hal.42

42Tampil Anshari Siregar,Metode Penelitian Hukum, (Medan, Pustaka Bangsa Press, 2007), hal.75

(28)

3. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;

4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal;

5. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal;

6. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan Hukum sekunder yang terdiri dari pendapat para ahli yang termuat dalam literatur, artikel, media cetak maupun media elektronik, termasuk tesis dan jurnal hukum.44

c. Bahan Hukum Tersier terdiri dari kamus hukum, atau ensiklopedia yang berhubungan dengan materi penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara melakukan penelitian kepustakaan (library research) untuk

(29)

mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pemikiran konseptual dan penelitian yang dilakukan oleh pihak lain yang relevan dengan penelitian ini.

Pemikiran dan gagasan serta konsepsi tersebut dapat diperoleh melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal, buku-buku, literatur dari para pakar yang relevan dengan objek penelitian ini, artikel yang termuat dalam bentuk jurnal, makalah ilmiah, ataupun yang termuat dalam data elektronik seperti pada website dan sebagainya maupun dalam bentuk dokumen atau putusan berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

4. Analisis Data

Analisa data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.45

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif46, yaitu dengan melakukan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang

45 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002), hal.101

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Namun, PP No.83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing telah menetapkan mengenai komposisi mengenai pemilikan saham

tersebut terbuka untuk investasi asing, dan jika terbuka (Tbk), berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka

Anoraga, Pandji. Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing. Dyah, Rokmatussah, Anna & Suratman. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Hukum Investasi: Perlindungan Hukum

Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana kedudukan perusahaan penanaman modal dalam perundang-undangan penanaman modal di indonesia, bagaimana

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas tentang akibat hukum pengalihan status perusahaan terbuka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi Mengenai bentuk badan hukum dari perusahaan penanaman modal asing.. itu sendiri di dalam UUPM juga

tersebut terbuka untuk investasi asing, dan jika terbuka (Tbk), berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka

Apabila ditinjau lebih jauh sebenarnya pemaknaan “modal asing” dalam Pasal 1 angka 8 UU Penanaman Modal tidak terlalu tepat, karena terminologi “modal