• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Right Issue terhadapAbnormal Return Saham dan Likuiditas Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Right Issue terhadapAbnormal Return Saham dan Likuiditas Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Fahmi (2013:55) adalah tempat dimana

berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan

dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana

atau memperkuat modal perusahaan. Secara formal menurut Tandelilin (2010:26),

pasar modal dapat didefinisikan sebagai: “pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan

obligasi”. Sedangkan menurutSjahrial (2009:13) pengertian pasar modal dalam arti luas adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk

bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga

jangka panjang dan pendek.

Selain menurut para ahli, terdapat pengertian pasar modal menurut UU No.

8 Tahun 1995 “pasar modal adalah kegiatan yang berkaitan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan sering dikenal

sebagai bursa efek. Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang

(2)

penawaran jual dan beli efek dari pihak lain dengan tujuan memperdagangkan

efek di antara mereka. (Rivai, et al., 2013:90)

Undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal telah

menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan sangat bergantung pada kinerja

perusahaan Efek. Untuk mengembangkan kegiatan usahanya perusahaan Efek

dapat memperkenalkan produk serta pelayanan baru, melakukan transaksi

langsung baik dengan pemodal maupun sesama perusahaan efek untuk semua

jenis efek (Lubis, 2008:31).

Instrumen yang ada di pasar modal Indonesia yaitu efek yang terdiri dari

saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti right, dan waran. Kegiatan di pasar

modal adalah membeli produk (instrumen) yang diperdagangkan di pasar modal

dengan harapan memperoleh return di masa yang akan datang (Sjahrial, 2009:19).

Peran pasar modal sangat berpengaruh bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan

fungsi keuangan. Fungsi ekonomi pasar modal yakni berfungsi sebagai lembaga

perantara (intermediaries) yang dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Sedangkan fungsi keuangan

pasar modal adalah memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh

imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karekteristik investasi yang

dipilih.

Dalam pasar modal terdapat pasar perdana dan sekunder. Pasar perdana

(3)

dikumpulkan melalui penjualan arus sekuritas baru dari para pembeli sekuritas

tersebut (sektor simpanan) kepada para penerbit sekuritas (sektor investasi).

Sedangkan pasar sekunder menurut Brealey, et al, (2008:160) adalah pasar tempat

sekuritas yang telah diterbitkan sebelumnya diperdagangkan diantara investor.

Dipasar sekunder (secondary market), semua sekuritas yang telah ada dibeli dan

dijual. (Horne dan Machowicz, 2007:322).

2.1.2 Saham

Definisi saham menurut Fahmi (2014:270) yaitu:

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu

perusahaan.

b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan

dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual.

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seorang

investor di dalam suatu perusahan yang artinya jika seseorang membeli saham

suatu perusahaan, itu berarti investor tersebut telah menyertakan modal ke dalam

suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli (Fakhruddin,

2008:30). Menurut Rivai, et al., (2013:147), wujud saham adalah selembar kertas

yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan.

Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan

(4)

Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam

memperoleh laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang

saham hanya berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh

kewajiban perusahaan dipenuhi.

Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa keuntungan

sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu:

a. Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.

b. Memperoleh capital gain.

c. Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa.

Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada

pemegang saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ada

beberapa jenis dividen yang merupakan realisasi dari pembayaran dividen

menurut Fahmi (2014:273), yaitu: dividen tunai (cash dividend), dividen properti

(property dividends), ataupun dividen likuidasi (liquidating dividends).

Sedangkan capital gain adalah keuntungan pada saat saham akan yang dimiliki

tersebut di jual kembali pada harga yang lebih mahal (Fahmi, 2014:276).

Umumnya investor dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui

capital gain. Investor seperti ini bisa saja membeli saham pada pagi hari, lalu

menjualnya kembali pada siang hari jika saham mengalami kenaikan harga. Selain

return yang diperoleh investor, menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:10) juga

terdapat risiko yang dapat terjadi dalam investasi saham, antara lain:

a. Capital Loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara

(5)

b. Tidak mendapat dividen, sebab perusahaan akan membagikan dividen jika

operasi perusahaan menghasilkan keuntungan dan jika perusahaan mengalami

kerugian maka perusahaan tidak dapat membagikan dividen . Dengan

demikian potensi keuntungan pemodal untuk mendapatkan dividen

ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

c. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting), berarti saham perusahaan di

delisted dari bursa umumnya karena kinerja perusahaan yang buruk, misalnya

mengalami kerugian beberapa tahun hingga tidak memberikan dividen secara

berturut-turut selama beberapa tahun.

d. Saham suspend, berarti suatu saham diberhentikan (suspend) perdagangannya

oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual

sahamnya hinggal saham yang di suspend tersebut dicabut dari status

suspend.

e. Risiko likuidasi, berarti apabila perusahaan yang sahamnya dimiliki,

dinyatakan bangkrut oeh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan.

Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir

setelah seluruh kewajiban perusahaan dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan

perusahaan). Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka

pemegang saham tidak akan pernah memperoleh apa-apa. Ini merupakan

risiko terberat dari seorang pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang

saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dari

(6)

2.1.3 Right Issue

2.1.3.1Pengertian Right Issue

Horne dan Machowicz (2007:327) mendefinisikan Right Issue:

“Right issue (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) adalah penjualan

sekuritas baru di mana pemegang saham lama diberikan keutamaan dalam

pembelian sekuritas ini hingga sejumlah bagian saham biasa yang mereka

miliki, disebut juga right offering”.

Sedangkan definisiright issue menurut Fahmi (2014:282) yaitu:

“Right issue adalah kebijakan perusahaan untuk mencari tambahan dana

dengan cara melakukan penjualan saham terbatas yang khusus

diperuntukkan kepada pemegang saham lama, dan jika pemegang saham

lama tidak membelinya maka hak tersebut akan hilang”.

Untuk mendapatkan saham tersebut, pemegang saham harus melaksanakan

right pada tingkat harga yang telah ditentukan. Artinya, pemegang saham lama

(exesting shareholder) diberikan hak (right) oleh emiten untuk membeli saham

baru tersebut sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh emiten. Bukti right

adalah hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang sudah ditetapkan

selama periode waktu tertentu. Jika pemegang bukti right tidak menukarkan

haknya, maka akan terjadi dilusi saham (penyusutan) nilai kepemilikan saham.

Dengan memiliki bukti right, investor secara otomatis memiliki hak istimewa

untuk membeli saham baru pada harga yang sudah ditetapkan. Selain itu, bukti

right memungkinkan investor memperoleh keuntungan (capital gain), manakala

(7)

bukti right juga mengandung risiko dalam hal jika harga saham jatuh pada saat

hari eksekusi. Karena dapat diperdagangkan di pasar sekunder, bukti right juga

berpotensi untuk mengalami kerugian (capital loss) jika harga pasar lebih rendah

dari harga perolehannya (Gumanti, 2011:36).

Gumanti (2011:340) menyatakan bahwa right issue dalam banyak hal

direspon kurang menarik oleh investor sabagai wujud dari ketidakyakinan

investor atas kemampuan perusahaan untuk mendapatkan dana dari alternatif lain

yang lebih kompetitif. Bukti empiris secara keseluruhan cenderung mendukung

bahwa adanya koreksi harga saham setelah dilakukan right issue.

2.1.3.2 Tujuan Right Issue

Membeli right issue sama dengan melakukan investasi pada alat investasi

lain, yaitu tidak ubahnya dengan menabung. Perbedaannya adalah surat tanda

deposito tidak dapat diperjualbelikan, sedangkan right issue dapat

diperjualbelikan dipasar modal. Investasi ini dipilih karena kemampuannnya

memberikan penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan modal

yang lebih rendah sebab harga saham hasil right issue lebih rendah (Rivai, et al.,

2011:153).

Tujuan perusahaan melakukan right issue adalah untuk menambah modal

kerja perusahaan. Modal kerja tersebut dapat digunakan untuk kepentingan

ekspansi, memperkuat struktur pendanaan (investasi) maupun pembayaran utang

perusahaan (Darmadji danFakhruddin, 2006:134). Perusahaan mengeluarkan right

issue disamping untuk menghemat biaya penjamin emisi, juga dimaksudkan untuk

(8)

Penerbitan right akan memberikan keuntungan bagi pemegang saham lama untuk

mempertahankan proporsional kepemilikan sahamnya dalam perusahaan emiten.

Suatu emiten yang melakukan right pada umumnya untuk mempertahankan

persentase hak pemegang saham lama atas laba dan suara dalam perusahaan. Jika

emiten langsung menjual saham baru langsung kepada pemegang saham baru

maka hak atas laba dan suara yang dimiliki oleh pemegang saham lama akan

beralih ke pemegang saham baru.

2.1.3.3 Dampak Dilakukannya Right issue

Dengan adanya right issue, maka jumlah saham yang beredar akan

bertambah. Pertambahan jumlah saham ini akan mempengaruhi komposisi

kepemilikan pemegang saham lama. Jika pemegang bukti right tidak menukarkan

haknya, maka akan terjadi dilusi saham (penyusutan) nilai kepemilikan saham

(Gumanti, 2011:38).

Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar akan mengakibatkan

penurunan jumlah dividen per lembar saham yang akan diperoleh oleh pemegang

saham lama apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan tetap. Penurunan dividen

per lembar saham dapat menimbulkan dampak negatif kepada minat investor,

sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun.

Darmadji dan Fakhruddin (2006:186) menyatakan bahwa harga saham akan

terkoreksi dengan adanya right issue. Untuk mengukur berapa besar koreksi yang

timbul harus memperhatikan informasi waktu, harga dan rasio penerbitan right

(9)

mengalami penurunan. Hal tersebut terjadi karena harga pelaksana emisi right

selalu lebih rendah daripada harga pasar.

Ketika dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan untuk hal yang

menguntungkan seperti investasi maka pengaruh right issue menjadi positif

terhadap harga saham. Sedangkan jika dana tersebut digunakan untuk hal yang

tidak menguntungkan seperti pembayaran utang maka pengaruh right issue

menjadi negatif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor

menangkap sinyal bahwa pihak manajer memiliki ramalan yang buruk tentang

risiko perusahaan di masa yang akan datang.

Apabila pengumuman right issue memiliki kandungan infomasi penting,

maka pasar akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut yang ditunjukkan oleh

adanya perubahan harga saham. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan

abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi

akan memberikan abnormal returnkepada pasar dan sebaliknya jika tidak

mengandung informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return. Selain itu,

right issue juga berdampak pada likuiditas saham yang dapat dilihat dari

persentase bid-ask spread.

2.1.4 Return Saham

Menurut Shook (2002:519)definisireturnadalah laba investasi, baik melalui

bunga ataupun dividen. Sedangkan menurut Halim (2005:4) pengertian

returnmerupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga

merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi

(10)

Return biasa diartikan sebagai keuntungan yang diperoleh oleh investor dari

investasi. Return dapat berupa returnaktual ataupun returnindividu. Returnaktual

(actual return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan

data historis. Return aktual penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur

kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected

return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Return aktualdapat

diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

�� = ���− ���−1 ��−1

Keterangan:

Ri,t = Actual returnsaham i pada hari ke-t

Pi,t = Harga penutupan saham i pada hari ke-t

Pi,t-1 = Harga penutupan saham i hari ke t-1

Sedangkan returnekspektasi adalah returnyang diharapkan yang akan diperoleh

oleh investor dimasa yang akan datang, jadi sifatnya belum terjadi.

Returnekspektasi juga disebut sebagai returnpasar yang dihitung berdasarkan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan indeks harga saham

semua saham yang diperjual-belikan di Bursa Efek Indonesia. Return pasar dapat

diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

�� = �− �−1

�−1

Keterangan:

Rmt =returnpasar pada periode-t

IHSGt = Indeks harga saham gabungan penutupan pada periode t

(11)

19Abnormal Return

Menurut Sauders dan Cornet (2008:672) definisiabnormal returnadalah

selisih dari tingkat return aktual dengan tingkat return yang diharapkan.

Sedangkan menurut Jogiyanto (2010:94), abnormal returnmerupakan kelebihan

dari imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal hasil

normal (expected return).

Reaksi pasar dapat diukur dengan melihat abnormal return. Abnormal

returnsaham dihitung sebagai selisih dari aktual return saham individual dengan

return pasar . Return pasar dihitung dengan menggunakan IHSG yang merupakan

selisih IHSG pada akhir dan awal periode, yang dibagi dengan IHSG pada awal

periode. Sedangkan return individual dihitung dengan menggunakan selisih harga

penutupan pada akhir dan awal periode, yang dibagi dengan menggunakan harga

penutupan pada awal periode. Abnormal returnmenurut Reilly, et al., (2003:309)

dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

� = ��− ��

Keterangan:

ARt =abnormal return saham i saat t

Rit =returnindividual saham i saat t

Rmt = tingkat returnsaham saat t

Abnormal returndikatakan positif pada saat tingkat keuntungan yang

sebenarnya terjadi lebih besar dari tingkat keuntungan yang diharapkan (expected

return). Sebaliknya, abnormal returndikatakan negatif pada saat tingkat

keuntungan yang sebenarnya terjadi (actual return) lebih kecil dari tingkat

(12)

menerima abnormal returnapabila suatu pengumuman mempunyai kandungan

informasi.

2.1.5 Likuiditas Saham

Menurut Reilly, et al., (2003:92), likuiditas merupakan bagian dari

karakteristik dari suatu pasar modal yang baik. Likuiditas saham adalah

kemampuan untuk menjual dan membeli sekuritas saham secara lebih cepat dan

pada harga yang telah diketahui atau dengan tersedianya informasi yang cukup.

Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham di pasar

modal dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi saham

tersebut, maka semakin tinggi pula likuiditas saham. Hal tersebut menunjukkan

bahwa saham tersebut semakin diminati investor. Bagi investor akan

menguntungkan jika saham tersebut likuid karena mudah ditransaksikan sehingga

terdapat peluang untuk mendapatkan capital gain. Namun pada kenyataannya

tidak semua saham mudah ditransaksikan atau dengan kata lain mengalami

kesulitan likuiditas. Saham yang tidak likuid dapat dikenakan delisting atau

dikeluarkan dari Bursa Efek.

Likuiditas saham dapat dilihat dari tingkat bid-ask spread suatu saham.

Menurut Conroy, et al., bid-ask spread suatu saham merupakan salah satu

parameter likuiditas saham. Demikian juga menurut Rose dan Marquis (2006)

bahwa bid-ask spread suatu saham dalam pasar modal menunjukkan penyediaan

akan likuiditas dari saham itu sendiri. Dewasa ini secara umum bid-ask spread

sebuah sahamlah yang dijadikan sebagai ukuran likuiditas saham. Suatu transaksi

(13)

penawaran. Menurut Jogiyanto (2010:41) mendefinisikan Bid adalah harga

permintaan tertinggi untuk beli, sedangkan ask adalah harga penawaran terendah

untuk jual.

Bid-ask spread merupakan selisih antara bid price dan ask price. Bid-ask

spread dijadikan sebagai ukuran likuiditas, dimana semakin kecil Bid-Ask Spread

maka semakin likuid suatu saham. Seperti yang dikemukakan Ratnaningrum

(2008) bahwa semakin rendah perbedaan antara kurs jual dan kurs beli suatu

sekuritas dari pasar modal, maka semakin likuid saham tersebut. Hal yang sama

juga diungkapkan Rusliati dan Farida (2010) bahwa “Semakin kecil Bid-Ask

Spread suatu perusahaan berarti saham semakin likuid. Bid-Ask Spread terkecil

yang bernilai nol (0) disebabkan oleh saham yang mempunyai harga jual tertinggi

sama dengan harga beli terendahnya artinya banyak investor yang tertarik untuk

bertransaksi, banyaknya investor yang tertarik untuk bertransaksi akan menaikkan

harga saham sehingga menaikkan likuiditas saham tersebut”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bid-Ask Spread yang baik adalah yang

memiliki nilai yang kecil. Semakin kecil nilainya maka likuiditas saham pun

semakin meningkat.

2.1.6 Teori yang Berkaitan dengan Right Issue

2.1.6.1Signaling Theory dan Asimetri Informasi

Menurut Gallagher dan Andrew (2003:25), signaling merupakan pesan yang

dikirim perusahaan ataupun dugaan investor terhadap keputusan finansial

perusahaan. Apapun informasi yang terjadi dari kondisi saham suatu perusahaan

(14)

menangkap sinyal tersebut. Konsep signaling theory di sini menjadi sangat

berperan. Pengertian signaling theory menurut Fahmi (2014:295) adalah teori

yang membahas tentang naik turunnya harga di pasar, sehingga akan memberi

pengaruh pada keputusan investor.

Teori ini mengasumsikan bahwa manajer memiliki informasi yang lengkap

tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan manajer

adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan intensif yang diharapkannya.

Kelebihan manajer daripada pihak luar (investor) yaitu informasi yang lengkap

dan akurat yang dimiliki oleh manajer mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan.

Right issue dianggap suatu sinyal oleh investor yang dapat mempengaruhi

nilai saham mereka. Dengan adanya sinyal dari perusahaan menyebabkan investor

melakukan antisipasi untuk menentukan investasi yang tepat. Asimetri informasi

akan terjadi jika manajer tidak secara penuh menyampaikaan seluruh informasi

yang diperolehnya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke

pasar modal. Jika manajer menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka

umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap

adanya kejadiantertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang

tercermin dari perubahan harga dan risiko saham yang terjadi sebagai

implikasinya.

2.1.6.2 Teori Struktur Modal

Martono dan Harjito (2010:240) mendefinisikan struktur modal sebagai

(15)

ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.

Hal ini dipertegas oleh Jones dalam Fahmi (2014:185) bahwa, struktur modal

suatu perusahaan terdiri dari long-tern debt dan shareholder’s equity, dimana

stockholder equity terdiri dari preferred stock dan common equity, dan common

equity itu sendiri adalah terdiri dari common stock dan retained earning.

Penggunaan dana dari luar perusahaan ini dalam manajemen keuangan

disebut struktur modal yang tampak di sisi kewajiban dan ekuitas pada neraca

perusahaan. Tugas setiap manajer keuangan adalah menentukan struktur modal

yang optimal yaitu yang akan meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga

memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Perubahan struktur modal berasal dari penerbitan obligasi dan pembelian

kembali saham biasa atau penerbitan saham baru. Dalam teori ini diasumsikan

bahwa walaupun suatu perusahaan memiliki struktur modal yang optimal, masih

terjadi ketidakjelasan apakah hal tersebut dapat menjelaskan pengaruh negatif

terhadap harga saham dihubungkan dengan penerbitan saham baru. Penambahan

saham baru seharusnya memberikan dampak positif terhadap harga saham dan

bukan sebaliknya, karena penambahan saham baru mencerminkan adanya

perkembangan struktur modal yang optimal.

Ghozali dan Solicin dalam Fahmi (2014:191) membenarkan bahwa “right

issue merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan yang telah

terdaftar (listed) di bursa efek untuk memperoleh dana”. Kebijakan right issue

merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar guna menambah

(16)

4Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa tinjauan terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara

lain:

Event Study Terdapat perbedaan yang signifikan antara bonus issue dan right issue 2.Likuiditas harga saham

(17)

Lanjutan Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Event Study 1. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman Right issue 2. Ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata Trading 2. Ada perbedaan yang signifikan

antara aktivitas volume spread sebelum, pada saat dan setelah pengumuman right

(18)

2.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa reaksi dari peristiwa right

issue. Jika peristiwa tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan

bereaksi pada waktu peristiwa tersebut terjadi. Sheehan, et al., dalam Purwanto

(2004:72) berpendapat bahwa terdapat asimetri informasi diantara investor

terhadap informasi right issue,sehingga pasar akan beraksi terhadap peristiwa

right issue. Reaksi tersebut dalam penelitian ini dilihat dari besarnya perubahan

pada abnormal returndan likuiditas saham. Bila terjadi reaksi terhadap peristiwa

right issue maka akan terjadi perubahan abnormal returndan likuiditas saham.

Apabila pengumuman right issue memiliki kandungan infomasi penting,

maka pasar akan bereaksi terhadap pengumuman tersebut yang ditunjukkan oleh

adanya perubahan harga saham. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan

abnormal return. Suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi

akan memberikan abnormal returnkepada pasar dan sebaliknya jika tidak

mengandung informasi, maka tidak akan memberikan abnormal return. Hasil

penelitian Yusuf, et al.,(2009) membuktikan bahwa rata-rata abnormal

returnsebelum pengumuman right issue adalah 0,305%, saat pengumuman

sebesar 4,196% sedangkan sesudah pengumuman sebesar 0,6855%. Hasil analisa

statistik ini menunjukkan bahwa sebelum pengumuman right issue kemungkinan

informasi tentang pengumuman right issue belum dapat diserap oleh investor

sehingga pada periode sebelum abnormal returnsaham lebih rendah dari pada saat

(19)

Likuiditas dapat diukur dengan bid-ask spread, yaitu selisih antara harga

terendah yang pedagang bersedia jual dan harga tertinggi yang pembeli bersedia

beli. Dengan demikian, spread akan semakin meningkatbila harga saham

mengalami penurunan atau dengan kata lain spread memiliki hubungan negatif

terhadap harga saham. Harga saham perusahaan secara teoritis setelah right issue

akan mengalami penurunan. Karena harga pelaksana emisi right selalu lebih

rendah daripada harga pasar. Maka kapitalisasi pasar saham akan naik dalam

persentase lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham. Darmadji dan

Fakhruddin (2006:135) menyatakan bahwa dengan adanya right issue jumlah

saham yang beredar akan bertambah. Penambahan jumlah saham mempengaruhi

kepemilikan pemegang saham lama apabila pemegang saham lama tidak

melakukan konversi rights-nya. Volume perdagangan saham yang semakin besar

menandakan bahwa saham tersebut aktif ditransaksikan, sehingga broker/dealer

tidak perlu menyimpan saham tersebut terlalu lama sehingga menurunkan biaya

pemilikan saham tersebut. Sehingga volume perdagangan saham berhubungan

negatif dengan bid-ask spread.

Dalam Jarrow, et al.,(2006:1061) dinyatakan bahwa “persentase bid-ask spread meningkat sebelum dan pada saat pengumuman right issue dan menurun

setelah pengumuman right issue”. Namun berbeda oleh hasil penelitian Yusuf, et

al., (2009) yang menemukan bahwa rata-rata bid-ask spread mengalami

penurunan sebelum dan pada saat pengumuman right issue yakni sebesar 0,287

dan rata-rata bid-ask spread mengalami sedikit peningkatan setelah pengumuman

(20)

pengumuman dimungkinkan adanya tingkat pengharapan yang tinggi untuk

mendapatkan returnsesudah pengumuman sehingga investor melakukan aktivitas

spekulasi. Sedangkan terjadinya peningkatan setelah pengumuman dimungkinkan

prediksi investor tidak terbukti sehingga para investor sudah mulai melakukan

aktivitas jual saham. Sedangkan hasil penelitianRatnaningrum (2008)

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada penawaran dan

permintaan pada saat pengumuman dengan periode sebelum dan sesudah

pengumuman right issue. Hal ini terjadi dimungkinkan karena informasi right

issue tidak mempunyai kandungan informasi yang cukup untuk mempengaruhi

preferensi investor dalam membeli saham. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

maka likuiditas saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan bid-ask

spread.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu maka

kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gambar di atas dapat dilihat hubungan kausal antara right issue

(21)

terhadap abnormal returndan likuiditassaham dapat dilihat pada 5 hari sebelum,

pada saat, dan 5 hari setelah pengumuman right issue.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka

konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Right Issue berpengaruh signifikan terhadap abnormal returnsaham

perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Right Issue berpengaruh signifikan terhadap likuiditassaham perusahaan go

public di Bursa Efek Indonesia.

3. Terdapat korelasi yang signifikan antara abnormal returnsaham sebelum

dengan abnormal returnsaham setelahright issue pada perusahaan go public

di Bursa Efek Indonesia.

4. Terdapat korelasi yang signifikan antara likuiditas sahamsebelum dengan

likuiditas saham setelahright issue pada perusahaan go public di Bursa Efek

Gambar

Tabel 2.1  Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Untuk meningkatkan daya saing, para pengelola gedung menjalankan berbagai strategi, antara lain menawarkan berbagai sarana dan prasarana penunjang yang baik dan memadai. Salah

[r]

[r]

Aplikasi Pemecah File ini dapat memudahkan pengguna dalam melakukan penyimpanan data yang berukuran besar kedalam media penyimpanan disket yang berkapasitas relatif kecil dan

Beberapa perbedaan penelitian itu antara lain objek penelitian akan di lakukan pada BMT yang mengangkat tema sumber daya manusia yang berjudul analisis pemberian insentif