BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik.
(Bambang Permono, 2005: 2006)
Leukemia limfosit akut merupakan keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliforasi sel hemafosit muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dan membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.
(Arif Mansjoer, 2006: 468)
Leukemia akut pada masa kanak-kanak merupakan 30 – 40% dari keganasan, insiden rata-rata 4 – 4,5 kasus / tahun / 100.000 anak di bawah 15 tahun di negara berkembang, angka kejadian ALL mencapai 83%. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1,5.
(Bambang Permono, 2005: 2006)
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan leukimia.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada An. R dengan ALL (Akut Leukemia Lymposit)
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
3) Membuat / menyusun perencanaan pada An. R dengan ALL (Akut Leukimia Lymposit)
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
1. Defenisi
Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi patologis sel hemopeotik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.
(Arif Mansjoer, 2000: 495)
2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah tersebut pada tiap organ0organ tidak sama tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jatung atau pembuluh darah.
Fungsi darah terdiri atas:
1) Sebagai alat pengangkut
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membunuh tubuh dengan perantaraan leukosit, anti bodi / zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh
Bagian-bagian darah:
1. Air : 91%
2. Protein : 8% (albumin, globulin, protombi dan fibrinogen)
3. Mineral : 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt, Magnesium dan Asam Amino)
Darah terdiri dari 2 bagian yaitu:
1) Sel darah ada 3 macam yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
b. Leukosit (sel darah putih)
2) Plasma darah
a. Eritrosit
Ialah bentuknya seperti cakram / bikonkap dan tidak mempunyai inti. Ukurannya kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) diameter tidak dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3
(4 ½ - 4 juta). Warnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandug suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung O2.
Fungsinya mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh dikeluarkan melalui paru-paru.
Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0%. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila keduanya berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya hal ini disebabkan oleh karena pendarahan yang hebat, hama-hama penyakit yang menghanyutkan eritrosit dan tempat pembuatan eritrosit sendiri terganggu.
b. Leukosit
Ialah keadaan bentuk dan sifat-sifat leukosit berlainan dengan eritrosit dan apabila kita periksa dan kita lihat bahwa di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya. Warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 kira-kira 6.000 sampai 9.000
Fungsinya:
Sebagai serdadu tubuh yaitu, membunuh dan memakan bibit penyakit / bakteri yang
masuk ke dalam tubuh jaringan RES (System Retikulo Endotel), tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe.
Sebagai pengangkut yaitu, mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui
limpa uterus ke pembuluh darah.
Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar di dalam darah untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan bibit penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukotosis dan
Macam-macam leukosit meliputi:
1. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang terdiri dari:
a. Limfosit
Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20 – 25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.
b. Monosit
Terbanyak dibuat di sum-sum tulang merah, besarnya lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 38%.
Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warnanya biru sedikit abu-abu, mempunyai bintik-bintik sedikit kemerah-merahan. Inti selnya bulat dan panjang warnanya lembayung muda.
2. Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
a. Neutrofil atau pulmor nuclear leukosit, mempunyai inti sel yang berangkai
kadang-kadang seperti terpisahpisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus / granula, banyaknya 60 – 70%
b. Eosinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan netrofil tetapi granula dalam
sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 2 – 4%
c. Basofil, sel inti kecil dan pada eosinifil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di
dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya ½ %. Dibuat di sum-sum merah, fungsinya tidak diketahui
d. Trombosit ialah merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat, ada yang lonjong, warnanya putih, banyaknya normal pada orang dewasa 200.000 – 300.000 mm3.
Terjadinya pembekuan darah di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
medapat luka.
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-kira 15 gram setiap ml darah, dan ini jumlahnya biasa disebut 100 persen.
Plasma darah ialah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
Zat-zat yang terdapat dalam plasma darah:
1. Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
2. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna
dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotil
3. Protein darah (albumin, globulin) meninggalkan viskositosis darah dan juga menimbukan
tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh
4. Zat makanan (asam amino, glukosa, mineral dan vitamin)
5. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
6. Anti bodi / anti toksin
(Drs. Syaifuddin, B. Ac, 1992: 70)
3. Etiologi
Penyebab leukemia tidak diketahui. Ini dapat diakibatkan interaksi sejumlah faktor.
1) Neoplasia
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologis sel dan infiltrasi organ. Lebih dari itu kelainan sum-sum kronis lain dapat berubah bentuk akhirnya menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia aplastik.
2) Infeksi
3) Radiasi
Radiasi khususnya sum-sum tulang bersifat leukomogenik. Terdapat insiden leukemia tinggi pada orang yang tetap hidup. Setelah bom atom di Jepang, pada pasien ankylosing pandylitis yang telah menerima penyinaran sporal dan pada anak-anak yang ibunya menerima sinar x abdomen selama hamil.
4) Keturunan
Ada laporan beberapa kasus yang terjadi pada satu keluarga dan pada kembar identik ada insiden yang meningkat pada beberapa penyakit herediter, khususnya sindroma down (dimana leukemia terjadi dengan peningkatan frekuensi 20 – 30 kali lipat) anemia panca sindroma down dan ataksia – talangiektasia.
5) Zat kimia
Terkena bensin kronis yang dapat menyebabkan displasma sum-sum tulang dan perubahan kromosom, merupakan penyebab leukemia yang tidak biasa.
6) Perubahan kromosom
(A. V. Hoffbrand MA Fracp FRC Path, 1979: 127)
4. Patofisiologi
Neoplasma Infeksi usus
Radiasi Keturunan
Zat kimia ↓
Sel neoplasma berproliferasi di dalam sum-sum tulang ↓
Kerusakan sum-sum tulang ↓
Haematopoesi terhambat
Leukosit normal menurun eritrosit normal menurun Trombosit normal menurun – leukosit imatur meningkat
Infiltrasi organ
Nyeri tulang dan Hipertopi dan Pucat, letargi Demam malaise Memar Limfodenipaty diare ulsarasi dyspnea, infeksi mulut, respira Dan
kelainankarena anemiatenggorokan, kulitpendarahan pd kulit, pernafasan, gusi dan soptikemiaponsironia
5. Tanda dan Gejala
1) Yang disebabkan kegagalan sum-sum tulang
a. Pucat, alergi, dispnea karena anemia
b. Demam, malaise, gambaran infeksi mulut, tenggorokan, kulit, pernafasan dan infeksi lain
termasuk septikaemia biasa ditemukan. Organisme tersangkut dibicarakan terinci di bawah.
c. Memar, pendarahan gusi spontan dan pendarahan dari tempat fungsi vena yang
disebabkan oleh trombositopeia biasa ditemukan kadang-kadang ada pendarahan internal yang banyak.
2) Yang disebabkan infiltrasi organ
a. Nyeri tulang, teristimewa pada anak-anak
b. Limfadenopati superficial pada ALL
c. Siplenomegali dan hepatomegali sedang khusus pada ALL
d. Hipertropi dan infiltrasi gusi, ulserasi rectum, kelainan kulit (khusus pada tipe
mielomonosetik, M4 dan Monositik M5)
e. Sindroma meningeal (khusus pada ALL) sakit kepala, erek (neusia) dan muntah-muntah,
penglihatan kabur dan diplopra. Pemeriksaan fundus menyingkap adanya uderma pupil dan kadang-kadang pendarahan.
(A. V. Hoffbrand MA FRACP FRC Path, 1979: 134)
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Darah tepi
b. Kimia darah
Kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.
c. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan diketemukan gambaran yang menonton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopuetik patologis sedangkan system lain terdesak (obplasia sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menonton terlihat pula adanya liatus leukemia ialah keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).
2) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti: limposit mormal, RES, granulosit, pulp cell.
3) Cairan serebropinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metroteksat (NAX) secara antratekal secara rutin pada setiap pasien yang meragukan gejala TIK meninggi.
4) Sistogenik
70 – 90% dari kasus menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21. (Ngastiyah, 1987: 85)
7. Penatalaksanaan
1) Transfusi darah, biasanya jika kadar Hb kurang dari 6 gr% pada trombositopenia yang
berat dan pendarahan massif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
2) Kortikosteroid (prednisone, kartison, deksametason, dan lain-lain).
Setelah dicapa remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
Selain sitostatika yang lama (6 – merkaptopurin atau 6 – MP meotreksa atau MTX), rubidomisin (daunolubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih paten seperti vinkristein (ancovin).
Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan prednisone. Pada pemberian obat ini sering terdapat efek samping berupa alopsia (batuk), stomatit leukemia, infeksi, sekunder atau kandidiasis.
Bila jumlah leukosit kurang dari 200.000 / mm3 pemberiannya harus hati-hati.
4) Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama).
5) Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru, setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 – 106).
Imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru yang masih dalam pengembangan).
(Dr. Rusepno Hassan, 1985: 474)
2.2 Konsep Dasar Askep Leukimia A. Pengkajian
a. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b) Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c)Riwayat Kesehatan Keluarga
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e) Riwayat psikososial a. Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
b. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.
f) Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia : - Anemi normokrom normositer
- Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
- Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang pada kromosom 6, 11 - Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
- Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3) - SDP : 60.000/cm (50.000)
- PT/PTT : memanjang - Copper serum : meningkat - Zink serum : menurun g) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia : - Transfusi bila perlu
- Klorambusil
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia (Simon, 2003).
C. Intervensi dan Rasional
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil : a. Normotermia
b. Hasil kultur negative c. Peningkatan penyembuhan Intervensi :
1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi 2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3. Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme 7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh 9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil : - klien tidak pusing - Klien tidak lemah
- HB 12 gr/% - Leukosit normal - Tidak anemis Intervensi :
1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan intervensi 4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri 5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah klien.
3. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan Kriteria hasil : HB 12gr/%
Tidak anemis Intervensi :
2. Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah 3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut Rasional : untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan 6. Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
7. Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung Rasional : untuk mencegah perdarahan
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan muntah Kriteria hasil : - klien tidak lemah dan anemis
- Turgor kulit baik
- Mukosa bibir lembab, tidak sianosis Intervensi :
1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi Rasional : untuk mencegah episode berulang
3. Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil 4. Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
5. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik Intervensi :
1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera 2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa Rasional : untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan 5. Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah (fisura) 6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien 8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi, memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis 12. Berikan analgetik
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat Kriteria hasil : - klien tidak pucat
- Klien tidak anemis - Mukosa bibir lembab - Nafsu makan meningkat - Bb meningkat
Intervensi :
1. Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2. Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3. Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4. Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik 6. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB kurang dari normal
7. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Kriteria hasil : - skala nyeri 3 Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat 4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit Kriteria hasil : - klien bersih
- Klien merasa nyaman Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit 3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit 4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
7. Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif Kriteria hasil : - keluarga tidak cemas
- Klien memahami instruksi dari perawat Intervensi :
1. Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan rambut baru 4. Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita leukemia (Simon, 2003).
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik atau terapi
Kriteria hasil : - klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat - Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1. Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2. Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4. Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien sebelum diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut secara realistis
5. Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6. Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga (Doenges, 1999). 2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah : a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman f. Masukan nutrisi adekuat
g. Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
j. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil kelompok dalam merencanakan tindakan keperawatan pada Anak R dengan gangguan haematologi: Akul Leukemia Limfositik di kamar III 9 RB4 Anak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2008, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain yaitu:
1. Pada tahap pengkajian ditemukannya data subjektif, anak rewel, lemas, lemah sedangkan
pada data objektif ditemukan anak pucat, bibir pucat, conjungtiva pucat, tubuh pasien tampak kurus.
2. Diagnosa keperawatan penulis temukan tiga diagnosa keperawatan yang terdiri dari dua
masalah yang aktual sedangkan satu masalah resiko tinggi yang akan terjadi.
3. Pada tahap perencanaan dilakukan berdasarkan proses masalah yang ditemukan pada
pasien yaitu: perubahan perfusi jaringan. Resiko terjadinya infeksi dan gangguan pola aktivitas.
4. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
sudah dirumuskan.
B. Saran
Setelah mempelajari dan mengamati kasus pada Anak R maka penulis menyarankan:
1. Diharapkan kepada perawat supaya dapat bekerja dan melakukan segala tindakan
keperawatan yang baik dan benar terutama dalam merawat pasien leukemia, perawat dituntut kecakapannya dalam melakukan proses perawat dan pegobatannya.
2. Dianjurkan kepada pasien agar tidak melakukan aktifitas yang terlalu berat.
3. Diharapkan kepada keluarga supaya ada kerja sama yang baik dalam melaksanakan