Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
“
KURANG OPTIMALNYA PELAYANAN JAMINAN PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT OLEH BPJSKESEHATAN DI INDONESIA”
Dosen : Budi Ruhiatun, S.H., M.Hum.
Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Aprili Abinowo 11513068
2. Reynaldi Putra 12513021
3. Moch. Ariq Musyaffa 12513029
4. Muhammad Ilham F 12513067
5. Cendekia Ilham M 12513084
6. M.Adib Muhtaram A. 12513091
7. Sigit Sugiharto 12513092
8. Wildan Naufal Afham 12513123
9. Ringgo Agam Putra 12513135
10. Fadel Mohammad K 12513154
11. Maulana A R Hakim 12513171
12. Taufik Hidayat 12513178
13. Suci Varista Sury 13513100
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T berkat rahmat, karunia dan
kemurahan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan
Perlindungan Kesehatan Masyarakat Oleh Bpjs Kesehatan Di Indonesia ini
tepat pada waktunya. Tidak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dosen
Pendidikan Kewarganegaraan Bapak Budi Ruhiatun, S.H., M.Hum.
Makalah Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan Perlindungan
Kesehatan Masyarakat Oleh Bpjs Kesehatan Di Indonesia disusun dari berbagai
sumber Koran internet dan berbagai sumber lainnya yang relevan sehingga
menghasilkan makalah yang in shaa Allah dapat dipertanggungjawabkan isinya.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penyusun
terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.
Dengan ini penyusun mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
Yogyakarta, 20 Juni 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan ... 3
BAB II PEMBAHASAN ... 4
2.1 BPJS Kesehatan ... 4
2.2 Landasan Hukum BPJS Kesehatan ... 5
2.3 Permasalahan-Permasalahan Yang Terjadi Beserta Faktor Penyebabnya Selama Program BPJS Kesehatan Dilaksanakan ... 5
2.4 Sistem Tarif Dalam BPJS Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Isu Kepentingan Negara ... 7
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 10
3.1 Kesimpulan ... 10
3.2 Saran ... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan yang
mencirikan kondisi baik dan sejahtera dalam menjalani kehidupan,
keadaan kesehatan seseorang termasuk seperti tubuh sehat, jiwa sehat,
dan secara sosial memungkinkan untuk hidup produktif baik secara sosial
maupun ekonomi. Menurut undang-undang di Indonesia pengertian
kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pelayanan kesehatan harus dipahami bukan sekedar pelayanan kepada
warga yang sakit, tapi juga terjaminnya kesehatan masyarakat secara
menyeluruh.
Hak atas kesehatan adalah hak konstitusional. Dalam amandemen
UUD 1945 pasal 28H ayat (1) dinyatakan "Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan".
Selanjutnya dalam pasal 34 ayat (3) amandemen ke-4 dinyatakan "negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak".
Di indonesia, Jaminan kesehatan yang dulu dikelola secara
tersebar, seperti PT Askes untuk PNS, PT Jamosostek untuk pekerja
swasta, dan sebagainya, sekarang dikonsolidasikan di bawah BPJS
Kesehatan. Sementara, program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari
tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian yang dulu dikelola oleh PT
Jamsostek, PT Taspen dan PT Asabri, sekarang disentralisasi di bawah
BPJS Ketenagakerjaan.
Dari berbagai aspek layanan kesehatan di Indonesia, saat ini telah
diketahui usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat salah satunya dengan memberikan program pelayanan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang telah resmi beroperasi
per 1 Januari 2014.
Menurut Metroterkini.com (30/12/14) Undang-Undang BPJS
Kesehatan sudah cacat hukum sejak awal. Menurut KP-KPBI, negaralah
yang bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kesehatan,
pendidikan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Akan tetapi, BPJS tidak
diberlakukan untuk seluruh masyarakat Indonesia melainkan hanya untuk
mereka yang terdaftar sebagai peserta. Padahal pelayanan kesehatan
merupakan hak bagi seluruh warga negara. Selain itu, dalam UU BPJS,
fasilitas kesejahteraan itu bukan berasal dari negara, tetapi dari berasal
dari dana iuran yang seakan-akan negara lepas tangan.
Dikutip dari Tempo.co (09/08/15) Presidium Forum Alumni
Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Harli Muin mengatakan
program Jaminan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya
dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Dia menilai penerapan BPJS
Kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal. Selain itu, Pusat
Studi Nusantara (Pustara) juga mengatakan pada Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan agar kembali pada khittah, yakni
memberikan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat,
sebagaimana mandat UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sebabnya, dalam implementasi di
lapangan, masih banyak ditemukan keluhan baik dari pasien, pihak
rumah sakit, LSM, politisi DPR, maupun kelompok lain.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas yang berkaitan
tentang jaminan kesehatan masyarakat Indonesia yang sekarang dilayani
oleh BPJS Kesehatan dan berbagai kritikan yang mengatakan bahwa
dalam pelaksanaannya BPJS Kesehatan masih jauh dari makna keadilan
dan aturan BPJS kesehatan dianggap sebagai akal-akalan negara untuk
menyerap dana dari publik sebagai jasa keuangan negara. Oleh karena itu
permasalahan terkait pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat dengan
judul “Faktor-Faktor Penyebab Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan Perlindungan Kesehatan Masyarakat oleh BPJS Kesehatan di
Indonesia”.
1.2Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan BPJS Kesehatan?
2. Apakah landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan?
3. Bagaimanakah permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta
faktor penyebabnya selama program BPJS kesehatan dilaksanakan?
4. Bagaimanakah sistem tarif dalam BPJS kesehatan yang berhubungan
dengan isu kepentingan negara?
1.3Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan BPJS Kesehatan?
2. Mengetahui landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan
3. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta faktor
penyebabnya selama program BPJS kesehatan dilaksanakan
4. Mengetahui sistem tarif dalam BPJS kesehatan yang berhubungan
dengan isu kepentingan negara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau disingkat BPJS adalah
badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Adapun BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan
kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Pemerintah mengesahkan UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 25 November 2011. Dengan
adanya UU BPJS pengelolaan program asuransi sosial yang sebelumnya
tersebar, hendak ditata ulang dan disentralisasi di bawah BPJS.
Jaminan kesehatan yang dulu dikelola secara tersebar, seperti PT
Askes untuk PNS, PT Jamosostek untuk pekerja swasta, dan sebagainya,
dikonsolidasikan di bawah BPJS Kesehatan. Sementara, program
jaminan kecelekaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
kematian yang dulu dikelola oleh PT Jamsostek, PT Taspen dan PT
Asabri, disentralisasi di bawah BPJS Ketenagakerjaan.
Selain mensentralisasi pengelolaan program asuransi sosial, UU
BPJS juga memperluas kepesertaan program asuransi sosial. Dulu
cakupan program asuransi sosial bersifat terbatas, seperti program
Jamsostek hanya untuk pekerja swasta, program Taspen dan Askes untuk
PNS, serta program Asabri untuk Polri, TNI dan PNS Departemen
Pertahanan.
Sekarang, pasal 14-18 UU BPJS mewajibkan semua penduduk
yang memenuhi persyaratan program jaminan sosial untuk mendaftarkan
pekerja asing yang sudah bekerja paling sedikit 6 bulan di Indonesia.
Mereka yang memenuhi syarat, tetapi tidak mendaftarkan diri, diancam
dengan sanksi administratif.
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014, sementara
BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh pada 1 Juli 2015. Pada tanggal 1
Januari 2014, PT Askes dan PT Jamsostek juga bubar dan berubah
menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Terkait program
yang berada di bawah pengelolaan PT Asabri dan PT Taspen,
pengalihannya ke BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu sampai 2029.
2.2Landasan Hukum BPJS Kesehatan
Landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan selama
melayani masyarakat Indonesia adalah :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
2.3Permasalahan-Permasalahan Yang Terjadi Beserta Faktor
Penyebabnya Selama Program BPJS Kesehatan Dilaksanakan
Dalam Tempo.co.id (09/08/15) Presidium Forum Alumni Aktivis
Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Harli Muin mengatakan
program Jaminan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya
dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Dia menilai penerapan BPJS
Kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal.
Direktur Advokasi dan relawan Jamkes Watch, Ade Lukman
dalam jaringnews.com (17/09/14) memaparkan permasalahan yang
banyak terjadi dalam pelayanan kesehatan BPJS kesehatan diantaranya :
2. Praktek percaloan di Kantor Cabang BPJS dan rumah sakit yang
marak
3. Perbedaan pelayanan antara pasien umum dengan pasien program
BPJS.
4. Pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS
5. Terbatasnya kuota kamar untuk pasien program BPJS
6. Perbedaan tarif di rumah sakit type A, B, C, untuk penyakit-penyakit
kronis. Sementara fasilitas ICU di rumah sakit type C dan D juga
berbeda tarif sehingga rujukan ekslusif menjadi bermasalah.
7. Ada indikasi adanya permainan dalam penetapan jenis dan merk obat
oleh dokter rumah sakit yang bersifat komersial.
8. Biaya ambulance ditanggung sendiri oleh pasien pada saat dirujuk ke
rumah sakit lain.
9. Penyediaan alat bantu fisik pasien yang tidak ditanggung oleh BPJS,
seperti kaki, tangan dan bola mata palsu.
10.Penegakan hukum/sanksi tegas untuk rumah sakit yang nakal belum
ada.
11.Minimnya biaya/tarif pelayanan/kunjungan dokter dalam program
BPJS
12.Penolakan pasien PBI oleh RS dengan alasan ketiadaan ruang rawat
inap kelas III
Pertanyaannya, kenapa bisa muncul banyak masalah pelayanan buruk
dalam BPJS Kesehatan? Kenapa RS terlihat enggan fasilitasnya dipakai
atau tidak serius dalam menangani pasien BPJS Kesehatan? Banyak
masalah pelayanan buruk ini berujung pada sistem tarif BPJS Kesehatan
dan logika akumulasi laba dari dunia fasilitas kesehatan Indonesia. Yang
dimaksud dengan sistem tarif di sini adalah sistem pembayaran klaim
fasilitas kesehatan oleh BPJS Kesehatan.
Berdasarkan finansial.bisnis.com (11/01/14) Pemberlakuan BPJS
tenaga kesehatan mengenai metode pembayaran jasa mereka dengan
menggunakan sistem kapitasi dan INA-CBGs yang dinilai memiliki
kelemahan. Biaya kapitasi dan INA-CBGs yang terlalu kecil berisiko
menyebabkan dokter 'tekor'. Kalau sudah begitu dokter tidak mampu lagi
memenui kebutuhan sehari-hari. Tarif kapitasi dihitung berdasarkan
jumlah peserta terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga membuat pendapatan para
dokter tersebut akan bergantung pada sisa biaya kapitasi yang diberikan.
Jika masyarakat yang sakit banyak, maka biaya kapitasi tersebut akan
banyak digunakan untuk melakukan pengobatan sehingga sisanya yang
bisa diberikan untuk jasa medik dokter makin sedikit.
2.4Sistem Tarif Dalam BPJS Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Isu Kepentingan Negara
Sistem tarif BPJS Kesehatan diatur dalam Permenkes No. 59
Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Disana, kita bisa lihat
bahwa BPJS Kesehatan menerapkan sistem tarif yang berbeda untuk
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).
Yang dimaksud dengan FKTP adalah fasilitas kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat non-spesialistik, seperti
Puskesmas atau klinik pratama. Sementara FKRTL adalah fasilitas
kesehatan yang melakukan pelayanan yang bersifat spesialistik atau
subspesialistik, seperti RS atau klinik utama. Untuk FKTP, diterapkan
sistem tarif kapitasi dan non-kapitasi, sementara untuk FKRTL
diterapkan sistem tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s).
Sistem tarif kapitasi adalah sistem pembayaran klaim yang dibayar
di muka setiap bulan kepada suatu fasilitas kesehatan, yang besarannya
didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di fasilitas kesehatan
tersebut, tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah layanan kesehatan
pembayaran klaim yang didasarkan pada jenis dan jumlah layanan
kesehatan yang diberikan. Adapun sistem INA-CBG’s adalah sistem
pembayaran klaim secara paket, yang didasarkan pada pengelompokan
diagnosis penyakit dan prosedur.
Baik sistem tarif kapitasi maupun INA-CBG’s tergolong dalam
sistem pembayaran prospektif, yaitu sistem pembayaran layanan
kesehatan yang besarannya sudah ditetapkan sebelum layanan kesehatan
diberikan. Sistem pembayaran alternatifnya adalah sistem pembayaran
restropektif, yaitu sistem pembayaran layanan kesehatan setelah layanan
diberikan dan didasarkan pada aktivitas layanan yang diberikan.
Meskipun ada sistem tarif non-kapitasi dalam BPJS Kesehatan,
sistem ini sebenarnya hanya diterapkan pada FKTP yang memberikan layanan tertentu saja. Sistem tarif yang menjadi “aturan main” adalah sistem tarif prospektif. Sistem tarif prospektif menguntungkan BPJS
Kesehatan, karena membuat mereka memiliki kapasitas untuk
mengontrol dan menekan biaya klaim. Namun, sistem pembayaran
prospektif menekan dunia fasilitas kesehatan yang memiliki kepentingan
akumulasi laba. Mereka resisten terhadap upaya BPJS Kesehatan
menggunakan fasilitas mereka dengan tarif rendah. Munculah kontradiksi
antara BPJS Kesehatan dengan dunia fasilitas kesehatan.
Sebagian RS swasta hanya mau bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan untuk layanan tertentu saja, tidak sepenuhnya. RS Royal
Trauma di Grogol, misalnya, hanya bekerjasama dengan BPJS untuk
layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Di tingkat diskursus, muncul
perdebatan tentang apakah tarif kapitasi dan INA-CBG’s membuat dunia
fasilitas kesehatan Indonesia rugi atau tidak. Efek lain dari kontradiksi
ini, pelayanan yang diberikan kepada pasien BPJS pun seadanya,
asal-asalan atau buruk.
Pertanyaannya, kenapa BPJS Kesehatan menerapkan sistem tarif
prospektif? Karena BPJS Kesehatan dirancang bukan hanya untuk
dari masyarakat dalam rangka membantu keuangan Negara. Oleh sebab
itu, sampai derajat tertentu, BPJS Kesehatan harus beroperasi dengan
logika bisnis, menambah pendapatan dan menekan pengeluaran. Sistem
tarif prospektif yang menjadi salah satu penyebab masalah pelayanan
buruk, diterapkan dalam rangka menekan pengeluaran.
Fungsi BPJS Kesehatan sebagai lembaga jasa keuangan Negara
dapat dilihat dari pola batasan investasi yang dapat dilakukan BPJS
Kesehatan. UU BPJS dan PP No. 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Aset Jaminan Sosial Kesehatan. Ada dua jenis aset yang dikelola BPJS
Kesehatan, yaitu Aset BPJS Kesehatan dan Dana Jaminan Sosial
Kesehatan. Aset BPJS Kesehatan adalah aset badan penyelenggaranya
dan tidak mencakup iuran dari peserta, sementara Dana Jaminan Sosial
Kesehatan mencakup iuran dari peserta.
Berdasarkan bisnis.com (07/05/15) Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan membukukan dana surplus senilai Rp1,017
triliun, dan jumlah asetnya mencapai Rp11,98 triliun pada tahun lalu.
Dana tersebut bersumber dari neraca BPJS.
Fenomena lain yang menunjukkan BPJS Kesehatan sebagai
lembaga jasa keuangan Negara adalah penandatanganan Nota
Kesepahaman antara Kementrian Keuangan dengan BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan pada 1 September 2014 untuk berkoordinasi
dalam rangka melaksanakan stabilisasi pasar Surat Berharga Negara
(SBN) melalui pembelian SBN. Sebelumnya, pada 2010, Kementerian
Keuangan juga sudah menandatangani Nota serupa dengan Kementerian
BUMN. Skema kerjasama ini disebut Bond Stabilization Framework
(BSF). Upaya stabilisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
pelaku pasar pada SBN. Jika tingkat kepercayaan atas SBN meningkat,
maka SBN akan lebih laku dan nilainya naik di pasar keuangan, sehingga
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, salah satu penyebab pelayanan yang
buruk terhadap pasien BPJS Kesehatan adalah kontradiksi antara sistem
tarif prospektif BPJS Kesehatan dengan dunia fasilitas kesehatan yang
dikuasai oleh logika akumulasi laba. Adapun sistem tarif prospektif
digunakan BPJS Kesehatan, karena mereka juga memiliki fungsi
membantu keuangan Negara, sehingga harus menekan pengeluaran dan
menambah pendapatan. Korbannya adalah rakyat miskin dan pekerja
yang akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.
Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan yang tidak ingin rugi seperti
lari-larian dalam menangani pasien karena semakin banyak pasien yang
ditangani dan biaya yang dikeluarkan maka semakin kecil biaya yang
akan dibayarkan/menjadi gaji dokter/pelayan kesehatan.
BPJS kesehatan yang seharusnya menjadi fasilitas pelayanan
kesehatan masyarakat yang merupakan hak konstitusional warga negara
yang terdapat dalam amandemen UUD 1945 pasal 28H ayat (1) masih
banyak perlu pembenahan baik dasar hukum maupun sistem tarifnya. Hal
ini dikarenakan seharusnya negaralah yang bertanggung jawab untuk
memberikan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Akan tetapi, BPJS tidak diberlakukan untuk seluruh
masyarakat Indonesia melainkan hanya untuk mereka yang terdaftar
sebagai peserta. Padahal pelayanan kesehatan merupakan hak bagi
seluruh warga negara. Selain itu, dalam UU BPJS, fasilitas kesejahteraan
itu bukan berasal dari negara, tetapi dari berasal dari dana iuran yang
3.2Saran
Bagi penulis makalah selanjutnya hendaknya mengkaji lebih dalam
mengenai BPJS Kesehatan dengan sumber yang lebih banyak atau dapat
mengkaji tentang BPJS ketenagakerjaan yang juga merupakan isu
DAFTAR PUSTAKA
Dewimerdeka, MK. 2015. 4 Masalah Paling Dikeluhkan dalam Pelayanan BPJS
Kesehatan. Nasional.tempo.co.
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/09/173690357/4-masalah-paling-dikeluhkan-dalam-pelayanan-bpjs-kesehatan. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.50 WIB.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Dan Risiko Kementerian Keuangan. 2014. Keterangan Pers Bersama Penandatanganan Nota Kesepahaman Dan Keputusan Bersama Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar
Surat Berharga Negara.
http://www.djppr.kemenkeu.go.id/index.php/page/load/1133. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.20 WIB.
Editor. 2014. BPJS Kesehatan: Dokter Bisa Tekor, Ini Penjelasannya . finansial.bisnis.com.http://finansial.bisnis.com/read/20140111/215/196762/ bpjs-kesehatan-dokter-bisa-tekor-ini-penjelasannya. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.35 WIB.
Harimurti, Chandra. 2014. Berikut Ini Puluhan Permasalahan BPJS Keseha tan
Versi Jamkes Watch. jaringnews.com.
http://jaringnews.com/hidup-sehat/umum/66017/berikut-ini-puluhan permasalahan-bpjs-kesehatan-versi-jamkes-watch. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.50 WIB.
Hussein, Mohamad Zaki. 2015. BPJS Kesehatan: Perlindungan Kesehatan atau
Jasa Keuangan Negara?. indoprogress.com
.http://indoprogress.com/2015/07/bpjs-kesehatan-perlindungan-kesehatan-atau-jasa-keuangan-negara/. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.35 WIB.
Istiqomah, Julia. 2015. Warning, Klaim BPJS Kesehatan Penuh Masalah! Mengapa?.Kompasiana.com.http://www.kompasiana.com/juliaistip/warning
-klaim-bpjs-kesehatan-penuh-masalah-mengapa_54f91aa8a33311ed068b4707. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.36 WIB.
Kusumawardhani, Amanda. 2015. BPJS Kesehatan Bukukan Dana Surplus
Rp1,017 Triliun. Finansial.bisnis.com.
Nanda, Galih Nofrio. 2015. Ini Permasalahan Penting di BPJS Kesehatan. Kompas.com.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/06/13022882 6/Ini.Permasalahan.Penting.di.BPJS.Kesehatan. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.40 WIB.
Rls. 2014. BPJS Kesehatan Harus Berikan Perlindungan dan Kesejahteraan
Sosial. Metroterkini.com.