• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan KURAN pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidikan Kewarganegaraan KURAN pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

KURANG OPTIMALNYA PELAYANAN JAMINAN PERLINDUNGAN KESEHATAN MASYARAKAT OLEH BPJS

KESEHATAN DI INDONESIA”

Dosen : Budi Ruhiatun, S.H., M.Hum.

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Aprili Abinowo 11513068

2. Reynaldi Putra 12513021

3. Moch. Ariq Musyaffa 12513029

4. Muhammad Ilham F 12513067

5. Cendekia Ilham M 12513084

6. M.Adib Muhtaram A. 12513091

7. Sigit Sugiharto 12513092

8. Wildan Naufal Afham 12513123

9. Ringgo Agam Putra 12513135

10. Fadel Mohammad K 12513154

11. Maulana A R Hakim 12513171

12. Taufik Hidayat 12513178

13. Suci Varista Sury 13513100

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T berkat rahmat, karunia dan

kemurahan-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah Pendidikan

Kewarganegaraan yang berjudul Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan

Perlindungan Kesehatan Masyarakat Oleh Bpjs Kesehatan Di Indonesia ini

tepat pada waktunya. Tidak lupa terimakasih kami ucapkan kepada dosen

Pendidikan Kewarganegaraan Bapak Budi Ruhiatun, S.H., M.Hum.

Makalah Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan Perlindungan

Kesehatan Masyarakat Oleh Bpjs Kesehatan Di Indonesia disusun dari berbagai

sumber Koran internet dan berbagai sumber lainnya yang relevan sehingga

menghasilkan makalah yang in shaa Allah dapat dipertanggungjawabkan isinya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat

kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penyusun

terima dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini.

Dengan ini penyusun mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa

terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat

memberikan manfaat.

Yogyakarta, 20 Juni 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan ... 3

BAB II PEMBAHASAN ... 4

2.1 BPJS Kesehatan ... 4

2.2 Landasan Hukum BPJS Kesehatan ... 5

2.3 Permasalahan-Permasalahan Yang Terjadi Beserta Faktor Penyebabnya Selama Program BPJS Kesehatan Dilaksanakan ... 5

2.4 Sistem Tarif Dalam BPJS Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Isu Kepentingan Negara ... 7

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 10

3.1 Kesimpulan ... 10

3.2 Saran ... 11

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan yang

mencirikan kondisi baik dan sejahtera dalam menjalani kehidupan,

keadaan kesehatan seseorang termasuk seperti tubuh sehat, jiwa sehat,

dan secara sosial memungkinkan untuk hidup produktif baik secara sosial

maupun ekonomi. Menurut undang-undang di Indonesia pengertian

kesehatan yaitu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pelayanan kesehatan harus dipahami bukan sekedar pelayanan kepada

warga yang sakit, tapi juga terjaminnya kesehatan masyarakat secara

menyeluruh.

Hak atas kesehatan adalah hak konstitusional. Dalam amandemen

UUD 1945 pasal 28H ayat (1) dinyatakan "Setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan

hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh layanan kesehatan".

Selanjutnya dalam pasal 34 ayat (3) amandemen ke-4 dinyatakan "negara

bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

fasilitas pelayanan umum yang layak".

Di indonesia, Jaminan kesehatan yang dulu dikelola secara

tersebar, seperti PT Askes untuk PNS, PT Jamosostek untuk pekerja

swasta, dan sebagainya, sekarang dikonsolidasikan di bawah BPJS

Kesehatan. Sementara, program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari

tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian yang dulu dikelola oleh PT

Jamsostek, PT Taspen dan PT Asabri, sekarang disentralisasi di bawah

BPJS Ketenagakerjaan.

Dari berbagai aspek layanan kesehatan di Indonesia, saat ini telah

diketahui usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat salah satunya dengan memberikan program pelayanan

(5)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang telah resmi beroperasi

per 1 Januari 2014.

Menurut Metroterkini.com (30/12/14) Undang-Undang BPJS

Kesehatan sudah cacat hukum sejak awal. Menurut KP-KPBI, negaralah

yang bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas kesehatan,

pendidikan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Akan tetapi, BPJS tidak

diberlakukan untuk seluruh masyarakat Indonesia melainkan hanya untuk

mereka yang terdaftar sebagai peserta. Padahal pelayanan kesehatan

merupakan hak bagi seluruh warga negara. Selain itu, dalam UU BPJS,

fasilitas kesejahteraan itu bukan berasal dari negara, tetapi dari berasal

dari dana iuran yang seakan-akan negara lepas tangan.

Dikutip dari Tempo.co (09/08/15) Presidium Forum Alumni

Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Harli Muin mengatakan

program Jaminan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya

dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Dia menilai penerapan BPJS

Kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal. Selain itu, Pusat

Studi Nusantara (Pustara) juga mengatakan pada Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan agar kembali pada khittah, yakni

memberikan perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi rakyat,

sebagaimana mandat UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sebabnya, dalam implementasi di

lapangan, masih banyak ditemukan keluhan baik dari pasien, pihak

rumah sakit, LSM, politisi DPR, maupun kelompok lain.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas yang berkaitan

tentang jaminan kesehatan masyarakat Indonesia yang sekarang dilayani

oleh BPJS Kesehatan dan berbagai kritikan yang mengatakan bahwa

dalam pelaksanaannya BPJS Kesehatan masih jauh dari makna keadilan

dan aturan BPJS kesehatan dianggap sebagai akal-akalan negara untuk

menyerap dana dari publik sebagai jasa keuangan negara. Oleh karena itu

(6)

permasalahan terkait pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat dengan

judul Faktor-Faktor Penyebab Kurang Optimalnya Pelayanan Jaminan Perlindungan Kesehatan Masyarakat oleh BPJS Kesehatan di

Indonesia”.

1.2Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan BPJS Kesehatan?

2. Apakah landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan?

3. Bagaimanakah permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta

faktor penyebabnya selama program BPJS kesehatan dilaksanakan?

4. Bagaimanakah sistem tarif dalam BPJS kesehatan yang berhubungan

dengan isu kepentingan negara?

1.3Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan BPJS Kesehatan?

2. Mengetahui landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan

3. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta faktor

penyebabnya selama program BPJS kesehatan dilaksanakan

4. Mengetahui sistem tarif dalam BPJS kesehatan yang berhubungan

dengan isu kepentingan negara

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau disingkat BPJS adalah

badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. Adapun BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan

kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap

orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Pemerintah mengesahkan UU No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 25 November 2011. Dengan

adanya UU BPJS pengelolaan program asuransi sosial yang sebelumnya

tersebar, hendak ditata ulang dan disentralisasi di bawah BPJS.

Jaminan kesehatan yang dulu dikelola secara tersebar, seperti PT

Askes untuk PNS, PT Jamosostek untuk pekerja swasta, dan sebagainya,

dikonsolidasikan di bawah BPJS Kesehatan. Sementara, program

jaminan kecelekaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan

kematian yang dulu dikelola oleh PT Jamsostek, PT Taspen dan PT

Asabri, disentralisasi di bawah BPJS Ketenagakerjaan.

Selain mensentralisasi pengelolaan program asuransi sosial, UU

BPJS juga memperluas kepesertaan program asuransi sosial. Dulu

cakupan program asuransi sosial bersifat terbatas, seperti program

Jamsostek hanya untuk pekerja swasta, program Taspen dan Askes untuk

PNS, serta program Asabri untuk Polri, TNI dan PNS Departemen

Pertahanan.

Sekarang, pasal 14-18 UU BPJS mewajibkan semua penduduk

yang memenuhi persyaratan program jaminan sosial untuk mendaftarkan

(8)

pekerja asing yang sudah bekerja paling sedikit 6 bulan di Indonesia.

Mereka yang memenuhi syarat, tetapi tidak mendaftarkan diri, diancam

dengan sanksi administratif.

BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak 1 Januari 2014, sementara

BPJS Ketenagakerjaan beroperasi penuh pada 1 Juli 2015. Pada tanggal 1

Januari 2014, PT Askes dan PT Jamsostek juga bubar dan berubah

menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Terkait program

yang berada di bawah pengelolaan PT Asabri dan PT Taspen,

pengalihannya ke BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu sampai 2029.

2.2Landasan Hukum BPJS Kesehatan

Landasan hukum yang dipakai oleh BPJS Kesehatan selama

melayani masyarakat Indonesia adalah :

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial

2.3Permasalahan-Permasalahan Yang Terjadi Beserta Faktor

Penyebabnya Selama Program BPJS Kesehatan Dilaksanakan

Dalam Tempo.co.id (09/08/15) Presidium Forum Alumni Aktivis

Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Harli Muin mengatakan

program Jaminan Kesehatan Nasional yang pelaksanaannya

dipercayakan pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan masih jauh dari makna keadilan. Dia menilai penerapan BPJS

Kesehatan masih memiliki persoalan dalam banyak hal.

Direktur Advokasi dan relawan Jamkes Watch, Ade Lukman

dalam jaringnews.com (17/09/14) memaparkan permasalahan yang

banyak terjadi dalam pelayanan kesehatan BPJS kesehatan diantaranya :

(9)

2. Praktek percaloan di Kantor Cabang BPJS dan rumah sakit yang

marak

3. Perbedaan pelayanan antara pasien umum dengan pasien program

BPJS.

4. Pembatasan waktu rawat inap bagi pasien BPJS

5. Terbatasnya kuota kamar untuk pasien program BPJS

6. Perbedaan tarif di rumah sakit type A, B, C, untuk penyakit-penyakit

kronis. Sementara fasilitas ICU di rumah sakit type C dan D juga

berbeda tarif sehingga rujukan ekslusif menjadi bermasalah.

7. Ada indikasi adanya permainan dalam penetapan jenis dan merk obat

oleh dokter rumah sakit yang bersifat komersial.

8. Biaya ambulance ditanggung sendiri oleh pasien pada saat dirujuk ke

rumah sakit lain.

9. Penyediaan alat bantu fisik pasien yang tidak ditanggung oleh BPJS,

seperti kaki, tangan dan bola mata palsu.

10.Penegakan hukum/sanksi tegas untuk rumah sakit yang nakal belum

ada.

11.Minimnya biaya/tarif pelayanan/kunjungan dokter dalam program

BPJS

12.Penolakan pasien PBI oleh RS dengan alasan ketiadaan ruang rawat

inap kelas III

Pertanyaannya, kenapa bisa muncul banyak masalah pelayanan buruk

dalam BPJS Kesehatan? Kenapa RS terlihat enggan fasilitasnya dipakai

atau tidak serius dalam menangani pasien BPJS Kesehatan? Banyak

masalah pelayanan buruk ini berujung pada sistem tarif BPJS Kesehatan

dan logika akumulasi laba dari dunia fasilitas kesehatan Indonesia. Yang

dimaksud dengan sistem tarif di sini adalah sistem pembayaran klaim

fasilitas kesehatan oleh BPJS Kesehatan.

Berdasarkan finansial.bisnis.com (11/01/14) Pemberlakuan BPJS

(10)

tenaga kesehatan mengenai metode pembayaran jasa mereka dengan

menggunakan sistem kapitasi dan INA-CBGs yang dinilai memiliki

kelemahan. Biaya kapitasi dan INA-CBGs yang terlalu kecil berisiko

menyebabkan dokter 'tekor'. Kalau sudah begitu dokter tidak mampu lagi

memenui kebutuhan sehari-hari. Tarif kapitasi dihitung berdasarkan

jumlah peserta terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah

pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga membuat pendapatan para

dokter tersebut akan bergantung pada sisa biaya kapitasi yang diberikan.

Jika masyarakat yang sakit banyak, maka biaya kapitasi tersebut akan

banyak digunakan untuk melakukan pengobatan sehingga sisanya yang

bisa diberikan untuk jasa medik dokter makin sedikit.

2.4Sistem Tarif Dalam BPJS Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Isu Kepentingan Negara

Sistem tarif BPJS Kesehatan diatur dalam Permenkes No. 59

Tahun 2014 Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Disana, kita bisa lihat

bahwa BPJS Kesehatan menerapkan sistem tarif yang berbeda untuk

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan

Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL).

Yang dimaksud dengan FKTP adalah fasilitas kesehatan yang

melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat non-spesialistik, seperti

Puskesmas atau klinik pratama. Sementara FKRTL adalah fasilitas

kesehatan yang melakukan pelayanan yang bersifat spesialistik atau

subspesialistik, seperti RS atau klinik utama. Untuk FKTP, diterapkan

sistem tarif kapitasi dan non-kapitasi, sementara untuk FKRTL

diterapkan sistem tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG’s).

Sistem tarif kapitasi adalah sistem pembayaran klaim yang dibayar

di muka setiap bulan kepada suatu fasilitas kesehatan, yang besarannya

didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di fasilitas kesehatan

tersebut, tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah layanan kesehatan

(11)

pembayaran klaim yang didasarkan pada jenis dan jumlah layanan

kesehatan yang diberikan. Adapun sistem INA-CBG’s adalah sistem

pembayaran klaim secara paket, yang didasarkan pada pengelompokan

diagnosis penyakit dan prosedur.

Baik sistem tarif kapitasi maupun INA-CBG’s tergolong dalam

sistem pembayaran prospektif, yaitu sistem pembayaran layanan

kesehatan yang besarannya sudah ditetapkan sebelum layanan kesehatan

diberikan. Sistem pembayaran alternatifnya adalah sistem pembayaran

restropektif, yaitu sistem pembayaran layanan kesehatan setelah layanan

diberikan dan didasarkan pada aktivitas layanan yang diberikan.

Meskipun ada sistem tarif non-kapitasi dalam BPJS Kesehatan,

sistem ini sebenarnya hanya diterapkan pada FKTP yang memberikan layanan tertentu saja. Sistem tarif yang menjadi “aturan main” adalah sistem tarif prospektif. Sistem tarif prospektif menguntungkan BPJS

Kesehatan, karena membuat mereka memiliki kapasitas untuk

mengontrol dan menekan biaya klaim. Namun, sistem pembayaran

prospektif menekan dunia fasilitas kesehatan yang memiliki kepentingan

akumulasi laba. Mereka resisten terhadap upaya BPJS Kesehatan

menggunakan fasilitas mereka dengan tarif rendah. Munculah kontradiksi

antara BPJS Kesehatan dengan dunia fasilitas kesehatan.

Sebagian RS swasta hanya mau bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan untuk layanan tertentu saja, tidak sepenuhnya. RS Royal

Trauma di Grogol, misalnya, hanya bekerjasama dengan BPJS untuk

layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Di tingkat diskursus, muncul

perdebatan tentang apakah tarif kapitasi dan INA-CBG’s membuat dunia

fasilitas kesehatan Indonesia rugi atau tidak. Efek lain dari kontradiksi

ini, pelayanan yang diberikan kepada pasien BPJS pun seadanya,

asal-asalan atau buruk.

Pertanyaannya, kenapa BPJS Kesehatan menerapkan sistem tarif

prospektif? Karena BPJS Kesehatan dirancang bukan hanya untuk

(12)

dari masyarakat dalam rangka membantu keuangan Negara. Oleh sebab

itu, sampai derajat tertentu, BPJS Kesehatan harus beroperasi dengan

logika bisnis, menambah pendapatan dan menekan pengeluaran. Sistem

tarif prospektif yang menjadi salah satu penyebab masalah pelayanan

buruk, diterapkan dalam rangka menekan pengeluaran.

Fungsi BPJS Kesehatan sebagai lembaga jasa keuangan Negara

dapat dilihat dari pola batasan investasi yang dapat dilakukan BPJS

Kesehatan. UU BPJS dan PP No. 87 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan

Aset Jaminan Sosial Kesehatan. Ada dua jenis aset yang dikelola BPJS

Kesehatan, yaitu Aset BPJS Kesehatan dan Dana Jaminan Sosial

Kesehatan. Aset BPJS Kesehatan adalah aset badan penyelenggaranya

dan tidak mencakup iuran dari peserta, sementara Dana Jaminan Sosial

Kesehatan mencakup iuran dari peserta.

Berdasarkan bisnis.com (07/05/15) Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan membukukan dana surplus senilai Rp1,017

triliun, dan jumlah asetnya mencapai Rp11,98 triliun pada tahun lalu.

Dana tersebut bersumber dari neraca BPJS.

Fenomena lain yang menunjukkan BPJS Kesehatan sebagai

lembaga jasa keuangan Negara adalah penandatanganan Nota

Kesepahaman antara Kementrian Keuangan dengan BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan pada 1 September 2014 untuk berkoordinasi

dalam rangka melaksanakan stabilisasi pasar Surat Berharga Negara

(SBN) melalui pembelian SBN. Sebelumnya, pada 2010, Kementerian

Keuangan juga sudah menandatangani Nota serupa dengan Kementerian

BUMN. Skema kerjasama ini disebut Bond Stabilization Framework

(BSF). Upaya stabilisasi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

pelaku pasar pada SBN. Jika tingkat kepercayaan atas SBN meningkat,

maka SBN akan lebih laku dan nilainya naik di pasar keuangan, sehingga

(13)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, salah satu penyebab pelayanan yang

buruk terhadap pasien BPJS Kesehatan adalah kontradiksi antara sistem

tarif prospektif BPJS Kesehatan dengan dunia fasilitas kesehatan yang

dikuasai oleh logika akumulasi laba. Adapun sistem tarif prospektif

digunakan BPJS Kesehatan, karena mereka juga memiliki fungsi

membantu keuangan Negara, sehingga harus menekan pengeluaran dan

menambah pendapatan. Korbannya adalah rakyat miskin dan pekerja

yang akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.

Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan yang tidak ingin rugi seperti

lari-larian dalam menangani pasien karena semakin banyak pasien yang

ditangani dan biaya yang dikeluarkan maka semakin kecil biaya yang

akan dibayarkan/menjadi gaji dokter/pelayan kesehatan.

BPJS kesehatan yang seharusnya menjadi fasilitas pelayanan

kesehatan masyarakat yang merupakan hak konstitusional warga negara

yang terdapat dalam amandemen UUD 1945 pasal 28H ayat (1) masih

banyak perlu pembenahan baik dasar hukum maupun sistem tarifnya. Hal

ini dikarenakan seharusnya negaralah yang bertanggung jawab untuk

memberikan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan bagi

rakyatnya. Akan tetapi, BPJS tidak diberlakukan untuk seluruh

masyarakat Indonesia melainkan hanya untuk mereka yang terdaftar

sebagai peserta. Padahal pelayanan kesehatan merupakan hak bagi

seluruh warga negara. Selain itu, dalam UU BPJS, fasilitas kesejahteraan

itu bukan berasal dari negara, tetapi dari berasal dari dana iuran yang

(14)

3.2Saran

Bagi penulis makalah selanjutnya hendaknya mengkaji lebih dalam

mengenai BPJS Kesehatan dengan sumber yang lebih banyak atau dapat

mengkaji tentang BPJS ketenagakerjaan yang juga merupakan isu

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Dewimerdeka, MK. 2015. 4 Masalah Paling Dikeluhkan dalam Pelayanan BPJS

Kesehatan. Nasional.tempo.co.

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/08/09/173690357/4-masalah-paling-dikeluhkan-dalam-pelayanan-bpjs-kesehatan. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.50 WIB.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Dan Risiko Kementerian Keuangan. 2014. Keterangan Pers Bersama Penandatanganan Nota Kesepahaman Dan Keputusan Bersama Dalam Rangka Pemeliharaan Stabilitas Pasar

Surat Berharga Negara.

http://www.djppr.kemenkeu.go.id/index.php/page/load/1133. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.20 WIB.

Editor. 2014. BPJS Kesehatan: Dokter Bisa Tekor, Ini Penjelasannya . finansial.bisnis.com.http://finansial.bisnis.com/read/20140111/215/196762/ bpjs-kesehatan-dokter-bisa-tekor-ini-penjelasannya. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.35 WIB.

Harimurti, Chandra. 2014. Berikut Ini Puluhan Permasalahan BPJS Keseha tan

Versi Jamkes Watch. jaringnews.com.

http://jaringnews.com/hidup-sehat/umum/66017/berikut-ini-puluhan permasalahan-bpjs-kesehatan-versi-jamkes-watch. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 22.50 WIB.

Hussein, Mohamad Zaki. 2015. BPJS Kesehatan: Perlindungan Kesehatan atau

Jasa Keuangan Negara?. indoprogress.com

.http://indoprogress.com/2015/07/bpjs-kesehatan-perlindungan-kesehatan-atau-jasa-keuangan-negara/. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.35 WIB.

Istiqomah, Julia. 2015. Warning, Klaim BPJS Kesehatan Penuh Masalah! Mengapa?.Kompasiana.com.http://www.kompasiana.com/juliaistip/warning

-klaim-bpjs-kesehatan-penuh-masalah-mengapa_54f91aa8a33311ed068b4707. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.36 WIB.

Kusumawardhani, Amanda. 2015. BPJS Kesehatan Bukukan Dana Surplus

Rp1,017 Triliun. Finansial.bisnis.com.

(16)

Nanda, Galih Nofrio. 2015. Ini Permasalahan Penting di BPJS Kesehatan. Kompas.com.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/01/06/13022882 6/Ini.Permasalahan.Penting.di.BPJS.Kesehatan. Diakses pada 8 oktober 2015 pukul 21.40 WIB.

Rls. 2014. BPJS Kesehatan Harus Berikan Perlindungan dan Kesejahteraan

Sosial. Metroterkini.com.

Referensi

Dokumen terkait

Melepa ialah satu cara untuk menyaluti suatu permukaan dengan menggunakan mortar. Ianya dilakukan untuk menutup kecacatan pada muka tembok bata. Teknik kerja melepa

salah satu faktor pendukung terjadinya akulturasi dalam komunitas Sabu di Sumba ialah karena keterlibatan peran para raja atau penguasa yang terlebih dahulu telah

Perseroan akan menerbitkan obligasi baru sebanyak-banyaknya US$ 250 juta yang akan jatuh tempo pada 2022. Source:

3 Dilihat secara sektoral peranan yang sangat dominan dipegang oleh sektor perdagangan yaitu sebesar 31,91 persen pada tahun 2003 disusul sektor industri yang menyumbang

Nanokapsulasi minyak atsiri daun jeruk purut (Citrus hystrix) dikarakterisasi menggunakan GC-MS (Gass Chromatography Mass Spectroscopy) untuk mengetahui apakah

Secara umum dapur dapat diartikan sebagai suatu tempat atau ruangan yang khusus digunakan sebagai tempat mengolah bahan baku makanan menjadi makanan yang siap disajikan

Selain itu, penggunaan desinfektan Methylene Blue dengan konsentrasi 30 ppm dengan lama waktu 30 menit hasilnya sama dengan klorin diatas, yaitu tidak mengalami

Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi tentang parameter gelombang representatif yang dihasilkan dari pengukuran dan perhitungan dengan metode SMB